Arsip Bulanan: Juli 2013

PENYEMBAH-PENYEMBAH PALSU vs PENYEMBAH-PENYEMBAH SEJATI (Peter B.)

“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa PENYEMBAH-PENYEMBAH BENAR (penyembah-penyembah sejati / true worshippers) akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah


Yesus mengatakan bahwa akan datang waktunya dan sudah tiba waktunya untuk tampilnya penyembah-penyembah sejati.  Penyembah-penyembah seperti itulah yang diinginkan oleh Bapa.  Penyembah-penyembah sedemikianlah yang dinanti-nantikan oleh hati-Nya. 

Jika ada penyembah-penyembah sejati berarti ada penyembah-penyembah palsu (false worshippers). Dan jika ada penyembah yang dikehendaki Bapa, maka pasti ada penyembah yang tidak dikehendaki-Nya.  Juga, jika ada penyembah palsu maka yang mereka hasilkan adalah penyembahan-penyembahan yang palsu; sedangkan penyembah sejati menaikkan penyembahan yang sesungguhnya, yang layak di hadapan Tuhan.

Siapakah penyembah-penyembah palsu dan siapa-siapakah yang merupakan penyembah sejati?  Apakah Anda tahu Anda termasuk dalam kelompok yang mana?  Berapa banyak yang telah kita ketahui mengenai adanya perbedaan semacam ini? Mereka yang memahami mengenai perkara-perkara ini akan beroleh petunjuk untuk hidup menyenangkan hati Tuhan.  Mereka yang tidak mengerti dan menolak untuk membuka hatinya untuk kebenaran akan berakhir sebagai penyembah-penyembah palsu yang tersesat hingga kesudahan hidup mereka.  

Model penyembahan yang palsu

Adalah menarik menemukan bahwa Yohanes 4:23-24 merupakan sebuah jawaban –sebuah jawaban dari Yesus kepada seorang perempuan Samaria.  Nats ini tidak berdiri sendiri namun merupakan bagian dari pembicaraan yang terjadi.  Apabila kita membaca kisah ini dari ayat pertama maka kita akan mengetahui beberapa fakta penting tentang perempuan Samaria ini, yang menjadi latar belakang dari jawaban Yesus tersebut  :

1.  Pikiran-pikirannya berisi banyak batasan-batasan yang dibentuk oleh tradisi dan kebiasaan bangsanya, juga keterbatasan pikiran manusia duniawinya –yang merupakan kebalikan dari pikiran yang dipenuhi prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan :

“Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” -ayat 4
(Orang-orang Yahudi tidak berhubungan dengan orang-orang Samaria karena sejarah asal-usul mereka sehingga mereka menjauhi dan memandang hina satu sama lain)

“Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? -ayat 11
(Tampak di sini bahwa logikanya terbatas pada pengetahuan tentang hal-hal yang nyata dan materi –bahkan pengertiannya terhadap istilah ‘air hidup’ itu pun semata-mata air dalam bentuk materinya)

Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?” -ayat 12
(Tokoh yang terbesar, termulia dan yang dibanggakannya dalam kehidupan adalah kakek moyangnya yaitu Yakub –bukan Allah Yahweh yang selayaknya dipuji dan disembah.  Suatu kebanggaan yang membatasi dan menghalangi pengenalannya akan Tuhan yang sejati)

2.  Ia menampilkan diri tidak sesuai dengan keadaan dirinya yang sesungguhnya.  Dengan kata lain ia berlaku munafik dan hidup dalam kepalsuan :

“Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.” –ayat 6-7
(Perempuan biasa dan baik-baik sebenarnya tidak pernah menimba air pada tengah hari.  Ia menimba air pada tengah hari karena pada waktu itu sepi dan tidak akan ada banyak orang ada di situ.  Perempuan itu malu karena ada aib dalam kehidupannya yang hendak ditutupinya)

Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar. –ayat 16-18
(Perempuan itu menjawab seolah-olah ia memiliki kehidupan yang baik dan biasa-biasa pada umumnya. Ia pun menjawab dengan diplomatis —dan yang memang sesuai kenyataan bahwa ia tidak memiliki suami.  Namun Yesus (melalui karunia marifat / pengetahuan; lihat 1 Kor. 12:8; 13:2,8)  mengetahui bahwa perempuan ini hidup dalam dosa dengan berganti-ganti pasangan)

3.  Pengetahuannya akan perkara-perkara rohani sangat dangkal, yang seringkali direka-reka menurut pikirannya sendiri dan menghasilkan suatu kerohanian yang seolah-olah menyembah Tuhan melalui sikap dan tampilan yang tampak dari luar padahal hatinya tidak terpusat dan terarah kepada Tuhan. Penyembahan  bagi perempuan Samaria itu adalah bentuk-bentuk ritual kasat mata berdasarkan kebiasaan-kebiasaan lama, waktu-waktu tertentu dan tempat-tempat tertentu.  Dengan kata lain, penyembahan difokuskan kepada pola-pola jasmaniah daripada rohaniah, pada tampilan-tampilan luar daripada batiniah, pada perilaku fisik daripada kondisi-kondisi hati di hadapan Tuhan.

Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?” – ayat 11
(Dapatkah dikatakan bahwa ini suatu pertanyaan yang naif? Apakah yang dipikirkan perempuan itu sebagai ‘air hidup’ itu –apakah sesuatu yang jasmani atau rohani?  Jika yang dimaksudkannya adalah air rohani mengapa perlu timba dan diambilnya dari dalam sumur? Jika yang dimaksudkannya air dalam bentuk jasmaniah dan diambil dari dalam sumur itu, bukankah setiap hari ia mengambil air dari dalam sumur itu? Bolehkah jika dikatakan bahwa pola pikir dan cara pandang perempuan ini menunjukkan ketidaktahuan dan kedangkalannya akan perkara-perkara rohani?)

Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” –ayat 13-15
(Penjelasan Yesus tampaknya ditanggapi dengan pemahaman yang sama sekali berbeda.  Yesus sedang berbicara mengenai perkara rohani sedangkan yang dipikirkan perempuan Samaria itu hanya perkara jasmani yaitu berupa air yang bisa diminumnya seperti pada umumnya sehingga ia tidak perlu lagi ke sana untuk menimba air.  Mungkin air yang seperti itulah yang sesuai dengan kebutuhannya yang sebenarnya enggan untuk setiap hari menimba air di siang hari!)

Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” –ayat 20
(Di nats berikut, perempuan Samaria ini mulai tertarik membicarakan hal-hal rohani (setelah Yesus menyingkapkan rahasia dalam kehidupannya yang berdosa) namun di sini pun tampak ia hanya mengetahui mengenai tradisi-tradisi kepercayaan yang dikenalnya secara turun temurun bahkan ia mulai memunculkan perbedaan doktrin antara orang Samaria dan orang Yahudi yakni di gunung mana seharusnya orang menyembah Tuhan.  Hal-hal semacam itu belaka yang ia ketahui dalam hidup rohaninya –sedangkan pengenalan dan penyembahan akan Allah yang sejati tidak dikenalnya.  Dapatkah ini disebut sebagai semacam kedangkalan rohani?)

4.  Kehidupan perempuan Samaria itu menunjukkan ciri-ciri utama para penyembah yang palsu

Menyimpulkan contoh-contoh di atas, maka kita mendapati tiga hal yang merupakan karakter wanita Samaria itu :

1)   Pikirannya duniawi –jauh dari pikiran-pikiran kebenaran firman Tuhan

2)   Kehidupannya penuh kepalsuan –yang walau tampak beribadah namun dijalani dalam gelimang dosa

3)  Tampaknya mengetahui perkara-perkara rohani dan hidup beribadah namun sama sekali tidak mengerti makna dan pengertian sesungguhnya dari ibadahnya tersebut –ibadahnya hanya tampilan-tampilan luar belaka bukan dari kedalaman hati.   

Berdasarkan kesimpulan di atas itulah, Yesus memberikan pernyataan dari nats yang kita baca di awal artikel ini.  Perhatikanlah sekali lagi apa yang dikatakan Yesus,

“Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
Tetapisaatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” (Yoh. 4:21-24)  

Sesungguhnya bertolak dari keadaan perempuan Samaria itulah Yesus menyampaikan pernyataan mengenai penyembahan sejati.  Dengan kata lain, ada yang salah dari penyembahan perempuan Samaria tersebut.  Penyembahan yang sejati tidaklah demikian.  Penyembahan sejati adalah apa yang disampaikan oleh Yesus :

  • Penyembahan sejati itu  tidak bergantung pada tempat ibadah tertentu (bukan di gunung ini, gunung itu, bukan di Yerusalem,…. dan dapatkah kita lanjutkan : bukan di gereja ini maupun gereja itu, di kota suci ini atau kota suci itu, bukan dalam denominasi ini ataupun denominasi itu….)
  • Penyembahan sejati itu berkaitan dengan menyembah apa yang kita kenal.  (bukan hanya mengetahui sedikit tentang Tuhan atau mengenal dari permukaan saja atau atas dasar kita menyangka kita telah kenal dengan siapa yang kita sembah)
  • Penyembahan yang sejati itu berkaitan dengan menyembah dalam roh (bukan sekedar tampilan-tampilan lahiriah semata yang menunjukkan seolah-olah sedang berhubungan dengan Tuhan namun sama sekali tidak ada koneksi nyata dan pribadi dengan Dia)
  • Penyembahan yang sejati itu berkaitan erat dengan ‘kebenaran’ atau ‘kesejatian’ atau ‘keaslian’ (bukan di dalam kemunafikan dan kepalsuan, bukan di dalam kehidupan yang penuh kepura-puraan di hadapan manusia)

Pada bagian ini marilah kita berhenti sejenak dari segala aktifitas dan mulai merenung.  Sudahkah penyembahan kita berkenan di hadapan Tuhan?  Cukupkah kehadiran kita di gereja satu kali atau beberapa kali dalam seminggu menyenangkan hati Tuhan?  Adakah Tuhan berkenan dan disukakan saat Dia melihat kehidupan kita sehari-hari yang mengaku sebagai penyembah-penyembah-Nya (dan yang ingin digolongkan sebagai penyembah-penyembah sejati-Nya)?  Lebih dari segala perkara, Tuhan menghargai hati yang hancur dan bertobat.

MEMENANGKAN ORANG-ORANG BAGI GEREJA BUKAN BAGI TUHAN (Mark Atteberry)-Bag 3

APA YANG PERLU ORANG-ORANG KETAHUI TENTANG YESUS

Seperti yang telah saya tunjukkan, terkadang Yesus sedikit lebih dari sekadar renungan dalam kesaksian kita. Kita berbicara tentang semua hal yang berkaitan dengan gereja kecuali Dia yang memberikan nyawa-Nya bagi gereja, mendirikan gereja, dan merawatnya.
Bayangkan betapa hal ini membuat Allah frustasi dan menggelitik si iblis!
Saya percaya satu-satunya harapan yang kita miliki untuk membuat murid sejati yang iman dan komitmennya akan bertahan melewati kekecewaan pertama yang mereka hadapi adalah membuat Yesus menjadi inti kesaksiaan kita. Pertanyaannya adalah, tepatnya apa yang harus kita beritahukan kepada orang-orang tentang Dia? Saya tidak dapat memikirkan hal yang lebih baik daripada perkataan Yesus kepada orang-orang tentang diri-Nya. Dalam Yohanes 14:6, Ia berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.”
PERTAMA, ORANG-ORANG PERLU MENGETAHUI BAHWA YESUS, BUKAN GEREJA, ADALAH JALAN.
Saya tidak pernah melupakan saat pertama mengendarai mobil yang memiliki Global Positioning System (sistem penunjuk posisi global). Hal itu terjadi beberapa tahun lalu ketika mobil itu masih jarang. Saya begitu terkesan sehingga memamerkannya kepada semua teman. “Bayangkan mobil itu tahu pasti ke mana harus pergi dan pasti memberi tahu Anda kapan harus belok kanan atau kiri!” Saya meluap-luap. Dan kemudian pada suatu hari, seorang teman saya dengan santai menunjukkan bahwa orang-orang kristiani telah memiliki teknologi semacam itu pada tingkat spiritual selama ribuan tahun. Saya belum pernah memikirkan hal itu, namun dengan segera saya tahu bahwa ia benar. Yesus adalah GPS kita… Global Positioning Saviour (Juru Selamat penunjuk posisi global)!
Ia mengatakan kepada diri-Nya sendiri dalam Yohanes 8:12, “siapa saja yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan.” Dengan kata lain, Anda tidak akan mengambil belokan yang salah, berakhir di tempat yang berbahaya, mengembara di jalan buntu, atau tersesat. Sebaliknya, Anda akan diberkati. Yohanes 12:26 mengatakan, “Siapa saja yang ingin menjadi murid-Ku harus mengikuti-Ku…Dan jika mereka mengikuti-Ku, Bapa akan menghormati mereka” (NLT, penekanan ditambahkan).
Ini menjadi informasi genting ketika Anda berhenti mempertimbangkan bahwa kebanyakan orang yang muncul di gereja untuk pertama kalinya telah kehilangan jalan mereka dan mencari arah. Mereka mungkin berjalan masuk tampak seperti jutaan rusa jantan dan memberikan sebuah petunjuk bahwa mereka dapat mengatur semua tindakan mereka, namun biasanya itu bukanlah keadaan yang sebenarnya. Sebagai seorang pendeta, saya biasanya menemukan hal ini pada saat percakapan kedua atau ketiga bersama mereka. Percakapan pertama biasanya berisi basa-basi perkenalan. Namun. Salah satu dari dua percakapan selanjutnya sering mengungkapkan alasan sebenarnya mengapa mereka datang.
Pernikahan mereka dalam persoalan.
Anak-anak mereka mulai salah jalan.
Keuangan mereka berantakan.
Tak peduli apa kata-katanya, kata-kata itu selalu dapat diterjemahkan ke dalam pesan dasar yang sama, “Kami telah salah jalan. Kami pikir kami tahu ke mana akan pergi, namun sekarang kami menyadari bahwa kami telah keluar dan kami butuh bantuan.”
Tepat di sana dan saat itu,  orang-orang perlu mendengar tentang Yesus, bukan gereja. Mereka butuh diberi tahu bahwa Yesus memiliki jawaban yang mereka cari, bukan softball gereja Senin malam yang ada di tempat pertama. Mereka perlu diberi tahu bahwa Yesus melawan godaan-godaan yang sama dengan kita dan mengatasinya, bukan kelompok ibu-ibu yang mengadakan acara belanja bersama bulanan Kamis minggu depan. Mereka perlu diberi tahu bahwa Yesus akan menanggung beban mereka dan mengampuni dosa mereka, bukan tim pemuji yang sedang mencari seorang penyanyi utama. Anda lihat, tim softball, kelompok ibu-ibu, tim pemuji, dan semua program serta aktivitas gereja lainnya bukanlah jalannya. Itu semua dapat menolong orang-orang sepanjang jalan, namun bukanlah jalan itu sendiri.
Yesus-lah jalannya.
KEDUA, ORANG-ORANG PERLU MENGETAHUI BAHWA YESUS, BUKAN GEREJA, ADALAH KEBENARAN. Saya ingin memberi tahu Anda bahwa gereja adalah tempat di mana Anda tidak pernah perlu khawatir dibohongi, namun itu sesungguhnya tidak benar. Bahkan, berbohong begitu sering dilakukan di antara orang-orang beragama, sehingga kita bahkan memiliki kata khusus untuk mengenalinya: kemunafikan 
Belum lama ini saya membaca tentang seorang wanita yang suami-nya pergi untuk perjalanan bisnis ke daerah yang jauh di negaranya. Ia tampaknya mengeluh tentang hal itu, sehingga wanita itu memutuskan untuk mengejutkan suaminya dengan cara diam-diam membeli tiket peswatnya seniri dan muncul tanpa memberi tahu di hotelnya. Bayangkan betapa terkejutnya wanita itu ketika ketukannya di pintu kamar hotel suaminya dijawab oleh seorang janda cantik dari gereja mereka.
Gereja dan kemunafikan selalu bergandengan. Bahkan, Anda dapat melacak hubungan itu kembali pada pasal 5 Kisah Para rasul. Ananias dan Safir berbohong dalam upaya membuat diri mereka lebih rohani daripada keadaan mereka sesungguhnya. Dan mari hadapi faktanya : Kebohongan yang diucapkan di gereja teristimewa menyakitkan. Anda dapat mengatasinya pada saat seorang mekanik mobil mencoba menjual reparasi yang tidak Anda butuhkan, atau ketika politikus yang sedang berkampanye membuat janji-janji yang Anda tahu tidak akan ditepatinya. Masa bodoh. Namun, ketika seorang pendeta berdiri di atas mimbar dan menyampaikan khotbah yang hidup tentang keburukan-keburukan perselingkuhan setelah berhubungan seks semalam sebelumnya dengan istri salah seorang diaken, itu bisa jadi sangat merusak secara rohani.
Sekitar tiga minggu sebelum pembangunan diselesaikan di ruang kebaktian utama kami, saya menerima telepon dari seorang wanita yang menolak memberi tahu namanya kepada saya. Ia mengatakan perjalanannya ke tempat kerja membawa dirinya melewati gedung kami setiap hari. Ia mengamati gedung itu mulai berbentuk dan tahu pembangunannya hampir selesai. Ia mengaku merasakan dorongan yang hampir selesai. Ia mengaku merasakan dorongan yang hampir tidak dapat dilawan untuk datang dan beribadah bersama kami ketika kami pindah ke lokasi baru, namun takut untuk melakukannya. Ia menjelaskan bahwa pengalaman gerejanya yang terakhir lima tahun sebelumnya berakhir dalam bencana. Ada skandal besar yang melibatkan pendeta. Ia dan anggota-anggota lain telah ditipu dan sangat terluka. Ia berjanji pada saat itu bahwa selama hidupnya, ia tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di gedung gereja lain. Namun sekarang, gedung kami seolah-olah memanggil dirinya, mendorongnya untuk mencoba lagi. Suaranya terbata-bata ketika ia menceritakan kisahnya kepada saya. Saya bisa mengetahui dalamnya luka-luka wanita malang itu dan bahwa perasaan-perasaan yang berkecamuk dalam dirinya menariknya dalam dua arah yang berbeda, saya menanyakan padanya lagi untuk memberi tahu namanya dan secara harfiah mengemis kepadanya untuk menghadiri kebaktian peresmian gereja kami. Ia mengatakan bahwa ia memilih untuk tetap anonim dan tidak yakin dapat mengumpulkan keberanian untuk pergi ke gereja lagi, namun ia mau mencoba. 
Tiga minggu kemudian, pada saat kebaktian pertama kami di gedung baru, saya mengkhotbahkan pesan tentang Yesus berjudul. “Jalan, Kebenaran, dan Hidup.” Ketika sampai pada poin kedua tentang Yesus adalah kebenaran, saya memberi tahu jemaat tentang telepon itu dan percakapan menarik saya dengan wanita misterius tersebut. Dan kemudian saya mengatakan hal ini :
Saya tidak tahu bahwa pagi ini wanita yang saya maksud ada di sini. Namun Ibu, jika Anda di sini, saya ingin memberi tahu Anda bahwa kami merasa terhormat Anda bergabung dengan kami. Saya tahu betapa sulit bagi Anda mengumpulkan kekuatan dan keberanian untuk melanggar janji Anda untuk tidak pernah masuk ke dalam gedung gereja lagi selama anda hidup. Saya bisa mengetahui kerinduan yang dalam di hati Anda… kerinduan akan kebenaran. Hal yang saya inginkan untuk Anda pahami adalah kebenaran tidak ada dalam gedung ini, atau dalam orang-orang ini, atau dalam diri saya. Khusunya dalam diri saya. Saya bukanlah kebenaran. Yesus-lah kebenaran. Saya hanya ada di sini… kami hanya ada di sini karena kami memiliki kerinduan yang sama dengan Anda. Di dunia yang penuh kebohongan, kami, juga, mencari kebenaran. Satu-satunya yang saya minta dari Anda adalah jangan membuat kesalahan untuk percaya bahwa kamilah kebenaran itu. Jika Anda melakukannya, Anda mengarah pada satu kekecewaan lain. Sebagai manusia yang jatuh dalam dosa, kami tidak dapat berbuat sesuai dengan kebenaran. Hanya Yesus yang dapat. Dia dan hanya Dia sendiri kebenaran itu.
Selesai kebaktian, seorang wanita yang belum pernah saya temui mendekati saya dan berkata, “Saya bukan wanita yang menelepon Bapak, namun saya bisa menjadi dia. Saat Bapak menceritkan kisahnya, Bapak juga menceritakan kisah saya. Itu luar biasa. Dan saya ingin berterima kasih atas apa yang Bapak sampaikan, karena Bapak benar. Saya telah belajar melalui jalan yang sulit bahwa hanya Yesus-lah kebenaran. Saya berharap saya tahu bertahun-tahun yang lalu.
Saya tidak tahu bahwa penelepon misterius itu ada di gereja pagi itu atau jika ia pernah mengunjungi gereja kami. Terkadang saya bertanya-tanya apakah ia telah sejak lama menjadi bagian keluarga kami, tetapi hanya tidak pernah mengungkapkan identitasnya. Untuk berjaga-jaga, saya sering mengungkapkan bahwa Yesus-lah kebenaran. Jika ia akhirnya muncul, saya ingin ia tahu.

AKHIRNYA, ORANG-ORANG PERLU MENGETAHUI BAHWA YESUS, BUKAN GEREJA, ADALAH HIDUP. Saya yakin Anda telah mendengar pernyataan bahwa hidup dimulai di usia empat puluh. Kebanyakan remaja berpikir bahwa hidup dimulai ketika Anda mendapatkan surat izin mengemudi. Seorang yang romatis munkin mengatakan bahwa hidup dimulai ketika Anda menemukan belahan jiwa. Namun, Allah hendak mengatakan bahwa hidup dimulai ketika anda akhirnya menyadari bahwa Yesus adalah jalan dan kebenaran.
Mungkin sebelumnya Anda belum pernah memikirkannya, namun ada sesuatu yang penting dalam urutan kata-kata, jalan, kebenaran, dan hidup. Yesus menempatkan hidup pada bagian terakhir karena Anda tidak mendapatkannya sampai Anda pertama-tama mulai mengikuti jalan dan memercayai kebenaran. Hidup berlimpah yang Dia bicarakan dalam Yohanes 10:10 jelaslah merupakan dampak dari mengikuti jalan dengan teguh dan meyakini kebenaran dengan tulus. Kemudian diikuti, bahwa siapa pun yang tidak mengikuti jalan dan tidak mempercayai kebenaran tidaklah benar-benar hidup, paling tidak bukan berdasarkan definisi Tuhan. Ia hanya ada.
Kita melihatnya setiap hari, benar, kan?
Lihatlah sekeliling (atau barangkali di cermin), dan Anda akan melihat orang-orang yang tidak memiliki hidup. Oh, ya, mereka ada. Mereka memiliki anak, pekerjaan, tagihan, jadwal, kewajiban, masalah, nyeri, penyakit, dan sters, namun mereka tidak memiliki hidup. Mereka tidak memiliki energi. Mereka tidak memiliki minat. Mereka tidak memiliki kesenangan. Dan terburuk di antara semuanya, mereka punya harapan kecil akan pernah memiliki salah satu di antara semua itu. Di jalur mereka saat ini, mereka tidak memiliki apa pun untuk diharapkan kecuali tekanan dan kekacauan.
Pelawak Dave Barry berbicara tentang saat ia benar-benar stres dan memerlukan liburan. Dengan basah kuyup, ia duduk untuk melakukan pencarian di Internet dan akhirnya memesan reservasi di sebuah tempat peristirahatan yang indah. Ketika saatnya untuk pergi, ia mengepak laptop-nya, handphone, dan koper. Ia mengumpulkan anak-anaknya, mainan mereka, juga anjing mereka, dan kemudian memadatkan lima koper besar ke dalam kendaraan keluarga. Ketika semuanya telah dimasukkan dan ia berdiri di sana mendesah karena kelelahan, ia menyadari bahwa tidak cukup ruang lagi dalam mobil bahkan untuk satu perangko.
Dan sat itulah ia sadar seperti baru ditimpa sebuah piano dari gedung lantai dua puluh.
“Apa yang kulakukan?” ia bertanya. “Ini semua adalah alasan utama saya memerlukan liburan, dan di sini saya malah membawa semuanya bersama diri saya!”
Minggu lepas minggu, orang-orang yang lelah, stres, dan lesu datang memadati gereja-gereja kita. Hal terakhir yang mereka perlukan adalah diberi tahu tentang satu lagi kegiatan gereja yang perlu dimasukkan ke dalam jadwal mereka yang telah terlampau penuh. Sebaliknya, mereka perlu diberi tahu tentang janji Yesus yang mengagumkan, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah gandar yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan” )Matius 11:28-30).

Istirahat Jiwa       

Bagi saya, dua kata itu adalah definisi smpurna dari hidup yang berkelimpahan–deskripsi sempurna akan hal terjadi pada saat Anda dengan sepenuh hati mengikut jejak langkah Yesus dan dengan tulus percaya pada kebenaran-Nya. Anda tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bangun pagi dan menghadapi monster apa pun yang sedang menunggu Anda, sementara mempertahankan pandangan yang positif, Anda menemukan diri Anda dapat melewati hari dengan keyakinan yang meneduhkan hahwa semua hal ada di tangan yang baik dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Singkatnya, Anda mengalami perbedaan antara hidup dan ada…antara berkembang dan bertahan.
bukan karena gereja, namun karena Yesus.
Dia sendirilah jalan, kebenaran, dan–puji Tuhan!–hidup yang kita semua cari.

Sekarang, saya harap saya telah meyakinkan Anda bahwa kesaksiaan kita perlu berpusat pada Kristus dan tidak berpusat pada gereja. Dan, saya harap saya telah melakukannya tanpa mengecilkan kasih dan penghargaan Anda untuk gereja. Untuk memastikan, izinkanlah saya berbagi sebuah kisah lagi. Saya pikir itu akan membuat segala yang telah saya tulis jelas dan menutup masalah ini.
Pada tahun 1500-an, sebuah bongkahan marmer besar ditemukan di dekat kota Florence. Ketika berita tentang penemuan itu tersebar, para pemahat dari semua desa di sekitarnya mulai berdatangan dan memohon diberikan kesempatan untuk mengubahnya menjadi sebuah patung yang luar biasa. Namun, tantangan itu terbukti lebih hebat daripada yang dapat dibayangkan oleh mereka semua. Satu demi satu mereka mencoba memberikan yang terbaik; setiap orang memahat, memotong, dan menggores selama berhari-hari dalam satu giliran. Namun, mereka semua pergi dengan kepala tertunduk, dikalahkan oleh kesulitan mengerjakan sebuah bongkahan batu raksasa. Akhirnya, para tua-tua kota memutuskan untuk menghubungi Michelangelo. Mereka percaya bahwa ada orang yang dapat membuat sesuatu dari batu besar bundar itu, ia dapat melakukannya.
Hal pertama yang ia lakukan adalah membangun rumah di sekelilingnya, sehingga ia dapat bekerja secara leluasa. Pada saat rumah itu selesai dibangun, ia masuk ke dalam, menutup pintu, dan mulai bekerja. Penduduk kota yang lewat dapat mendengar suara palu dan pahat dari dalam, namun tak seorang pun dapat memikirkan batu besar itu sedang diubah menjadi apa. Akhirnya, setelah berbulan-bulan, pintunya terbuka, dan Michelangelo mengundang semua orang masuk untuk melihat karya yang telah banyak orang masih diyakini sebagai pahatan terbaik yang pernah diciptakan: patung Daud.
Sobat, ada seorang Pemahat Agung yang–ketika semua yang lain telah gagal–dapat mengambil hidup yang tidak berbentuk, tidak berarti, dan mengubahnya menjadi sebuah objek keindahan yang mengherankan. Dan Dia, juga, telah membangun sebuah rumah, lingkungan istimewa untuk bekerja. Rumah itu adalah gereja. Banyak orang datang ke dalamnya tanpa memiliki bentuk kerohanian atau keindahan dan muncul beberapa lama kemudian berubah total. namun, bukanlah rumah itu yang membawa perubahan, Pemahat Agunglah yang melakukannya.
Jadi, ya, mengundang orang ke gereja adalah baik. Membawa mereka ke lingkungan kerja yang dipilih Allah itu penting. Namun, memastikan bahwa mereka memahami tempat harapan mereka berada. Bukan di dalam rumah, namun di dalam Dia yang memegang palu dan pahat.SELESAI.         

 

MEMENANGKAN ORANG-ORANG BAGI GEREJA BUKAN BAGI TUHAN (Mark Atteberry)-Bag 2


APA YANG PERLU ORANG-ORANG KETAHUI TENTANG GEREJA

Suatu kali, saya berhenti di apotek dekat rumah kami untuk menebus resep. Karena sebelumnya saya belum pernah minum obat itu, saya berhenti sejenak untuk membaca cetakan komputer yang mendaftarkan efek samping obat tersebut. Sembelit, yang pernah saya alami dan selamat darinya, ada di dekat bagian atas daftar. Namun, di bagian jauh lebih bawah adalah penglihatan kabur, mual, pusing, kejang, dan bahkan pendarahn dalam. Mereka tentunya tahu cara menghibur dan menyemangati orang sakit !

Di sisi lain, baik untuk mengetahui kapan ada bahaya tersembunyi. Suatu hal yang baik untuk masuk ke dalam setiap situasi dengan mata terbuka, entah apakah Anda memulai pengobatan baru mulai bergereja. Bahkan, saya sering bertanya-tanya apa seharusnya gereja-gereja mencontoh perusahaan obat dan menyediakan daftar cetakan komputer yang mencantumkan bahaya-bahaya yang harus diwaspadai oleh orang-orang yang baru mengunjungi gereja. Saya percaya ada dua peringatan yang harus diberikan kepada semua orang memikirkan untuk mulai bergereja.

PERINGATAN PERTAMA : ANDA AKAN MENGHADAPI BEBERAPA ORANG YANG SULIT DAN TIDAK MENYENANGKAN. Saya sering kali mengatakan bahwa di gereja, saya telah menemui beberapa orang paling hebat di dunia. Yang jarang saya katakan (namun juga sama benarnya) adalah saya juga telah menemui beberapa orang yang paling aneh, paling menyebalkan di gereja.

Bertahun-tahun lalu, salah seorang anggota gereja singgah ke kantor saya ketika saya bersiap-siap untuk pulang. Ia menceritakan kepada saya bahwa istrinya telah mengusirnya dari rumah, dan ia butuh tempat untuk bermalam. Ia memohon kepada saya untuk mengizinkannya tidur di lantai di gedung kami hanya untuk satu malam. Ia berjanji akan bangun dan pergi pagi-pagi, sehingga saya tidak akan tahu bahwa ia ada di sana. Saya tahu bahwa pria itu memiliki banyak masalah dan barang kali pantas diusir keluar dari rumah, namun ia berjalan kaki, di luar sana dingin, dan saya tidak ingin ia berkeliaran di jalanan sepanjang malam. Atau lebih parah lagi, tidur di bawah jembatan. Jadi, saya mengizinkannya bermalam di ruang kelas dan memberitahukan padanya untuk pergi sebelum pukul 8 pagi.

Pada pukul 8.15 pagi berikutnya, saya masuk ke gedung dan berhenti untuk mendengarkan. Semuanya hening dan tidak ada lampu yang menyala. Saya menarik napas lega. Tampaknya ia benar-benar sudah bangun dan pergi. Jadi, saya masuk ke kantor, menyalakan komputer, dan mulai bekerja.

Sekitar pukul 8.25—lima menit sebelum sekretaris saya tiba—saya mendengar suara. Seseorang berada di lorong di luar pintu kantor saya.

Saya mengangkat wajah dan melihat pria itu melangkah masuk ke kantor saya dan mengenakan pakaian dalamnya. Perut gendutnya menggantung di atas celana dalamnya, rambutnya tampak seperti bom yang telah meledak di atas kepalanya, dan ia menguap lalu mengusir kantuk dari matanya. “Pagi,” ia berujar, seceria seperti kami sedang berpapasan di Starbucks dekat rumah.

Saya melompat dari kursi seperti roket NASA melesat ke orbit. “Apa yang sedang Anda lakukan?” saya mendesak. Ia tidak tampak terganggu sedikit pun. “Saya ketiduran. Saya sama sekali tidak berpikir bisa tidur di lantai keras itu. Namun, Anda tahu, karpet itu cukup lembut. Sebenarnya saya tidur lumayan nyenyak.”

Dan kemudian saya mendengar suara pintu. Sekretaris saya tiba.

Saya hanya dapat membayangkan apa yang akan ia pikirkan jika ia menjulurkan kepalanya ke dalam kantor saya untuk berkata selamat pagi (seperti yang ia lakukan setiap hari) dan melihat seorang pria dengan mengenakan pakaian dalam berdiri di sana. Saya berpikir bahwa saya memiliki sekitar tiga puluh detik untuk menghindari bencana besar, dan saya tidak membuang sedetik pun. Saya memerintahkan pria itu untuk pergi dari pandangan saya dan berpakaian, dan saya melakukannya dengan cara…ya, boleh dibilang barangkali ia sama sekali belum pernah bergerak secepat itu.

Sekitar sepuluh menit kemudian pria itu melangkah masuk kembali ke kantor saya, berpakaian lengkap, dan memberi tahu saya bahwa barangkali ia tidak perlu tidur di gedung gereja lebih dari tiga atau empat malam lagi dan bahwa ia akan berusaha untuk mendapatkan sebuah jam beker supaya tidak ketiduran lagi. Lalu ia punya keberanian untuk bertanya apa saya memiliki kunci serep yang bisa ia gunakan. Kemungkian besar saya menatapnya seperti kepalanya baru saja ditempatkan anak panah karena tiba-tiba ia berhenti dan berkata, “Ada yang salah?”

Saya mengambil napas panjang.

Setenang mungkin (dan itu membutuhkan usaha yang besar), saya menjelaskan kepadanya bahwa kami tidak menjalankan sebuah hotel dan ia harus menemukan tempat lain untuk tidur. Saya mendorongnya untuk memperbaiki hubungan dengan istrinya atau, itu tidak berhasil, tinggal dengan seorang teman atau menyewa sbuah kamar motel. Lagipula, ia bekerja dengan menguntungkan. Gereja telah menolongnya, namun sekarang waktunya bagi dia untuk memikul tanggung jawab atas situasinya.

Dan itulah saat di amana ia menjadi berang.

Ia mulai menguliahi saya tentang kekurangpedulian saya terhadap orang-orang yang membutuhkan. Apa gunanya gereja, tanyanya, jika tidak dapat menolong orang-orang yang sedang mengalami saat-saat sulit? Jika saat itu tekanan darah saya diukur, barangkali tensimeter akan rusak. Saya rasa Anda dapat menggoreng telur di belakang tengkuk saya.

Selama bertahun-tahun saya banyak mengalami hal aneh dan mengganggu seperti itu. Dan alasannya adalah karena kita menyambut setiap orang ke dalam gereja. Kita tidak menolak orang hanya karena mereka kasar, memalukan, atau egois. Sesungguhnya , kuasa Allah telah diketahui mengubah secara total orang-orang seperti itu, sehingga bahkan ada unsur antisipasi ketika sesorang sulit bergabung ke dalam keluarga.  Saya sering melihat surga dan berkata dengan senyuman menyeringai, “Saya tidak dapat menunggu apa yang akan Engkau lakukan dengan yang satu ini, Bapa!”

Namun menyambut semua orang ke dalam gereja berarti bahwa semau tipe kepribadian (tak peduli betapa menganggunya), semua pendapat (tak peduli betapa tololnya), semua kelemahan (tak peduli betapa menyedihkan), semua tingkat kedewasaan, semua ukuran ego, dan semua bentuk bagasi akan terwakili. Beberapa orang terkejut ketika perasaan mereka terluka di gereja. Mengingat pada umumnya anggota jemaat terdiri dari bermacam-macam orang aneh, saya selalu berpikir akan lebih mengejutkan lagi jika mereka tidak terluka perasaanya.

Beberapa tahun lalu, saya mengajak sorang teman saya yang adalah pengkhotbah untuk melihat gedung gereja baru kami saat sedang dibangun. Saya menghentikan mobil di depan tanda yang berbunyi, “Daerah Berhelm.” Saya telah melihat tanda itu ratusan kali dan tidak pernah memikirkan apa pun tentang hal itu. Namun, selagi kami berjalan melewati, teman saya menyindir, “Kau tahu, setiap gereja di dunia harus memiliki tanda seperti itu di depannya… bahkan setelah pekerjaan pembangunan selesai.”

Itu adalah komentar yang pandai, namun tawa kami di kekang oleh fakta bahwa kami tahu itu sangat benar. Orang-orang yang sulit dan tidak menyenangkan menyebabkan pergi menjadi pekerjaan yang cukup membahayakan.

PERINGATAN KEDUA: GEREJA YANG ANDA KUNJUNGI TIDAK AKAN SELALU SAMA SEPERTI HARI INI. Ketika saya membimbing seorang pria dan seorang gadis yang berencana untuk menikah, saya selalu berbicara kepada mereka tentang perubahan-perubahan yang dapat mereka harapkan. Dan saya menggunakan diri sendiri sebagai contoh.

Ketika Marilyn dan saya menikah, saya memiliki tubuh yang langsing, atletik, pemukul paling unggul di tim softball gereja kami, memiliki kepala yang penuh dengan rambut cokelat gelap, dan tidak mendengkur. Sekarang, lebih dari tiga puluh tahun kemudian, saya memiliki tubuh yang gemuk, pemukul tingkat tujuh, rambut di atas kepala selicin pantat bayi, dan Marilyn mengatakan bahwa saya terkadang mendengkur (meskipun saya ingin merekamnya untuk membuktikan bahwa ia tidak punya bukti yang bisa dipergunakan di pengadilan).

Siapa pun yang memiliki dua mata (dan Marilyn mengatakan, dua telinga) mengetahui bahwa saya telah berubah. Namun, ia tidak meninggalkan saya. Bahkan, ia akan memberi tahu Anda bahwa ia menyukai versi diri saya yang sekarang lebih baik daripada versi diri saya yang ia nikahi. Ia berkata bahwa kehilangan fisik yang saya alami telah banyak digantikan oleh pencapaian rohani yang telah saya dapatkan.

Jadi, perubahan tidak dapat dihindari, tetapi bukan sesuatu yang harus ditakuti. Saya memberi tahu semua pasangan muda yang saya bimbing bahwa jika mereka terus bertumbuh dalam Tuhan dan fokus pada masalah-masalah jiwa yang lebih mendalam, kehilangan sedikit rambut atau penambahan beberapa kilogram akan tampak tidak penting.

Dan kemudian pada suatu hari saya menyadarinya.

Saya perlu mengadakan percakapan yang sama dengan orang-orang yang berencana untuk membangun hubungan dengan gereja kami. Mereka, juga, umumnya jatuh cinta dengan hal yang mereka lihat di depan mereka dan jarang berhenti untuk memikirkan bahwa gereja barangkali akan tampak dan terasa sangat berbeda dalam beberapa tahun yang singkat.

Pikirkanlah tentang itu.

Seseorang biasanya menyukai pendeta dari gereja yang ia kunjungi. Namun, apa yang terjadi jika pendeta itu pindah dan digantikan oleh seseorang dengan kepribadian dan filosofi pelayanan yang benar-benar berbeda.

Seseorang biasanya menyukai musik gereja yang ia kunjungi. Namun, apa yang terjadi ketika jemaat memutuskan untuk membeli gedung 16,09 km jauhnya dari rumahnya?

Seseorang biasanya menyukai persekutuan gereja yang ia kunjungi. Namun, apa yang terjadi ketika golongan-golongan terbentuk dan pertengkaran pecah?

Saya dapat terus mendaftarkannya, namun Anda memahami gambarannya.

Bahkan gereja-gereja yang nyaman, bahagia, kecil seperti yang ada di kartu pos dapat mengalami  beberapa perubahan dramatis. Dan, tentunya, banyak di antara perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang baik. Namun, bahkan perubahan-perubahan yang baik dapat tampak buruk jika Anda tidak mengharapkannya. Jadi, seperti istri yang untuk pertama kalinya disadarkan akan denkuran suaminya… atau seperti suami-yang-belanja-Natal tiba-tiba menyadari ukuran baju istrinya telah menjadi dua kali lipat lebih besar sejak mereka menikah…seorang anggota gereja perlu mampu memproses perubahan-perubahan itu dan tetap mempertahankannya dalam perspektif yang seimbang.

Yesus menyentuh pemikiran ini dalam Matius 9:17 ketika Dia berkata, “Tak seorang pun akan menyimpan anggur baru ke dalam kantong kulit yang tua. Kantong yang tua akan terkoyak karena tekanan dari anggur itu, sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula” (NLT). Orang-orang, seperti kantong kulit, perlu cukup fleksibel untuk mengakomodasi srategi, metode, dan format baru tanpa menjadi hancur. Dan, lebih baik kita memperingatkan mereka untuk mengantisipasi perubahan pada saat nereka pertam kali datang ke gereja.

Saya menyadari bahwa apa yang saya sarankan di sini mungkin tidak bisa diterima beberapa orang kristiani. Anda mungkin berpikir jika kita terlalu jujur pada calon anggota kita tentang ketidaksempurnaan gereja, kita mungkin menakut-nakuti mereka. Namun, ingatlah, saya tidak pernah mengatakan kita harus menamilkan gereja sebagai rumah horor. Saya hanya percaya kita harus meneladani Yesus dan mengingatkan calon murid bahwa bergabung dengan gereja mungkin tidak selalu mengalami hal-hal yang manis. Pertimbangkanlah perkataan keras Yesus berikut yang saya yakain melemahkan harapan calon-calon pengikut-Nya: 

Rubah mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Matius 8:20).

Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku (Markus 13:13).

Apakah menurutmu Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Tidak, Aku datang untuk membawa pertentangan dan perpecahan! Mulai saat ini keluarga akan terpecah, tiga orang membelaku, dan dua orang lainnya melawan-Ku—atau sebaliknya. Akan ada pertentangan antara ayah dan anak laki-laki, ibu dan anak perempuan, ibu mertua dan menantu perempuan (Lukas 12:51-53 NLT).        

Apakah kau ingat apa yang kukatakan kepadamu? “Seorang hamba tidak lebih tinggi daripada tuannya.” Karena mereka menganiaya Aku, mereka juga akan menganiayamu (Yohanes 15 :20 NLT).

Jelaslah, Yesus jauh lebih menaruh perhatian pada kejujuran terhadap orang-orang dibanding membangun jumlah pengikut dalam jumlah besar. Bahkan, kita tidak boleh lupa bahwa mendekati akhir hidup-Nya, jumlah pengikut Yesus anjlok hingga hampir tidak ada lagi, namun Dia terus saja memberitahukan kebenaran pada orang-orang tentang kerajaan-Nya. Sulit bagi-Nya untuk melihat orang menjauh. Mungkin Dia tergoda untuk memohon mereka tinggal atau memancing mereka kembali dengan beberapa janji indah. Jika demikian, itu adalah godaan yang Dia lawan. Saya percaya Yesus tahu bahwa Dia akan memiliki lebih sedikit murid, namun murid yang lebih baik jika Dia mengingatkan mereka tentang bahaya-bahaya yang akan mereka hadapi.