Arsip Bulanan: Februari 2014

HATI YANG RELA DALAM MENGIKUT TUHAN

Salah satu kunci keberhasilan dalam mengikut Tuhan adalah hati yg rela sepenuhnya untuk mengikut Dia. Saat ini kerelaan atau komitmen orang-orang Kristen kepada Tuhan sangat lemah. Hal ini ditandai dengan begitu mudahnya mereka murtad atau lari dari proses Tuhan hanya karena suatu alasan yg sangat sepele. Banyak orang-orang Kristen hari ini yg kerelaannya atau komitmennya berdasarkan prinsip untung rugi. Jika dirasa untung mereka mau dan rela utk mengikut Tuhan tetapi ketika tiba waktunya utk berkorban atau membayar harga mereka menolaknya. Bahkan tidak jarang dlm berhubungan dgn Tuhan mereka menggunakan prinsip seperti layaknya prinsip ekonomi, yaitu menginginkan keuntungan sebesar-besarnya dari Tuhan dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Ini adalah usaha menipu atau mengakali Tuhan. Hal ini jahat di mata Tuhan. Meskipun begitu hal ini dilakukan oleh banyak anak-anak Tuhan selama bertahun-tahun lamanya. Apakah kerelaan yg demikian yg dirindukan Tuhan? Apakah komitmen seperti itu yang pantas dan selayaknya dimiliki dan dihidupi oleh pengikut Kristus? Ada beberapa ciri-ciri orang-orang Kristen yg rela dan berkomitmen sepenuhnya kepada Tuhan, antara lain:

1. Melakukan kehendak Tuhan dengan sukacita
2. Melayani Tuhan dengan hati dan penuh semangat. Tidak hanya sekedar melayani dan menyelesaikan tugas
3. Menyerahkan seluruh hidupnya utk melakukan kehendak Tuhan dan demi kepentingan kerajaan-Nya
4. Pantang menyerah dalam menghadapi setiap tantangan dan kesulitan dlm perjalanan mengiring Dia
5. Fokus hanya kepada rencana Tuhan dan tidak teralihkan oleh hal-hal lain
6. Siap membayar harga berapa pun utk mengikut Tuhan
7. Tekun dlm mengerjakan kehendak Tuhan
8. Orang yg radikal dengan Tuhan
Dan masih ada beberapa ciri lainnya.

Jika kita mau jujur kpd diri kita sendiri semua ciri-ciri ini dpt menjadi acuan utk kita menguji diri kita sendiri bagaimana sesungguhnya komitmen kita kepada Tuhan selama ini.

Kunci atau cara memiliki hati yg rela utk mengikut Tuhan sepenuhnya:
Fil. 3:7-8 : Memandang Tuhan lebih berharga dari apa pun. Mari renungkan sejenak adakah sesuatu yg lebih berharga dari Dia? Apakah itu uang, jabatan, pertemanan, pasangan kita, keluarga, orang tua, hobi dan kesenangan kita? Atau bahkan mungkin pelayanan atau gereja kita atau sesuatu yg lain? Sebelum kita dpt mengerti, memahami, merasakan dan memandang Tuhan lebih berharga dari apa pun sesungguhnya kita tdk akan pernah rela utk mengikut Dia karena pada dasarnya manusia akan rela utk mengorbankan apa pun utk sesuatu yg dianggapnya paling berharga dalam hidupnya. SEBERAPA BESAR KITA MENGHARGAI TUHAN SEBESAR ITU PULA KOMITMEN KITA KEPADANYA.

(Ringkasan singkat khotbah dan diskusi Persekutuan Doa Profetik Worship Center Surabaya tanggal 19 Februari 2014 dengan tema: Hati yg rela untuk mengikut Tuhan)

HAL-HAL PALING UTAMA DALAM BERHUBUNGAN DENGAN TUHAN (Oleh Peter Bambang)

Dari beberapa fakta dalam hidup sehari-hari kita dapat
menemukan bahwa untuk datang dan
mendekat kepada seseorang maupun ke
tempat-tempat tertentu ada tata cara atau persyaratan khusus yang telah diatur
dan ditetapkan sebelumnya. Tanpa mematuhi persyaratan tersebut mungkin kita
tidak dapat bertemu orang tersebut atau diperbolehkan memasuki tempat tersebut.
Setidaknya, kalau kita masih beruntung kita mungkin akan ditemui tetapi dengan
sikap hati yang tidak senang. Sebagai contoh: ketika kita sedang bertamu ke
rumah seseorang tentunya kita harus mengikuti tata cara sang tuan rumah (jam
sekian harus pulang, dsb), saat menghadap ratu Inggris orang harus
membungkukkan badannya, orang-orang Spanyol yang sangat menghormati Paus
(pemimpin tertinggi Katolik) sehingga mereka membungkukkan badannya sedemikian
rendah saat bertemu dan berjabat tangan dengannya (APABILA SEORANG HAMBA TUHAN
DIHORMATI DENGAN TATA CARA SEDEMIKIAN…BETAPA JAUH LEBIH LAGI KITA
MENGHORMATI DIA SAAT KITA DATANG KEPADA-NYA!
)   



KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA
pro·to·kol n
1 surat-surat resmi yg
memuat hasil perundingan (persetujuan dsb);
  2
peraturan upacara di istana kepala negara atau berkenaan dng penyambutan
tamu-tamu negara dsb;
 3 tata cara (upacara dsb)
yg secara internasional berlaku dl hubungan diplomatik;
 4 cak orang yg bertugas mengatur jalannya upacara
Melalui kitab nabi Yesaya pasal pertama kita
dapat belajar beberapa hal penting atau yang utama dalam berhubungan dengan
Tuhan yang mungkin sering kali banyak disalahpahami atau tidak dimengerti oleh
kebanyakan orang Kristen saat ini. Kita akan belajar apa yang sesungguhnya
diinginkan Tuhan saat kita datang kepada-Nya. Apa yang berkenan dan
menyenangkan hati-Nya dan juga hal-hal apa yang kita lakukan yang mungkin tanpa
kita sadari telah membuat Dia muak, jijik dan murka. Pengertian kita akan hal
ini akan sangat mempengaruhi bagaimana sesungguhnya hubungan kita dengan-Nya.
Hal ini juga akan sangat menentukan sejauh mana kita akan menerima
berkat-berkat dari Tuhan karena ketika kita datang dengan sikap yang tidak
tepat atau keliru maka kita tidak akan menemukan Dia dan kehilangan
berkat-berkat-Nya.
Pertama, kita melihat bahwa dari keseluruhan
atau sebagian besar ayat yang akan kita pelajari dalam perikop ini menunjukkan
bahwa Tuhan tidak berkenan atau bahkan murka terhadap apa yang sedang dilakukan
oleh bangsa Israel. Berikut ini adalah beberapa bukti kemarahan Tuhan kepada
umat-nya :
1.      Yesaya 1 : 4, “ Celakalah bangsa yang berdosa,….
2.      Yesaya 1 : 5, “ Dimana kamu mau dipukul lagi,….
3.    Yesaya 1 : 6, “Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada
yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut
dan tidak ditaruh minyak.
4. Yesaya 1 : 10, “ Dengarlah firman Tuhan, hai
pemimpin-pemimpin manusia Sodom!, Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai
rakyat, manusia Gomora!
Pertanyaan pentingnya adalah hal-hal apakah
yang telah dilakukan oleh bangsa Israel sehingga Tuhan demikian muak dan murka
kepada mereka? Semua yang dikerjakan oleh bangsa Israel adalah hal-hal yang
tampaknya baik dan menurut mereka akan menyenangkan hati Tuhan. TETAPI APA
YANG DISANGKA OLEH
 BANGSA ISRAEL MENYENANGKAN HATI TUHAN JUSTRU
MALAH MEMBUAT TUHAN MURKA. 
Mari kita pelajari lebih lanjut apa yang
dilakukan oleh bangsa Isarel:   
1.  Mereka bukannya tidak mempersembahkan korban bahkan
korban mereka itu banyak (ayat 11)
Bertentangan dengan prinsip yang banyak
didengung-dengungkan di gereja hari ini yang menyatakan bahwa semakin banyak
kita berkorban untuk gereja maka Tuhan akan semakin senang, semakin banyak
menyumbang gereja maka Tuhan akan semakin bersukacita. Tetapi ayat ini
membuktikan tidak demikian. Hati Tuhan tidak bisa disenangkan hanya dengan
memberikan persembahan korban-korban. Jika dihubungkan dengan keadaan sekarang
ini korban merupakan gambaran dari mereka atau orang-orang Kristen yang
memberikan persembahan keuangan kepada gereja, aktif pelayanan bahkan mungkin
mengikuti setiap acara di gereja, rajin memberikan perpuluhan, dsb
2.      Mereka bukannya berpaling dan tidak datang kepada Tuhan
(ayat 12)
Banyak orang Kristen hari ini yang berpikir
atau beranggapan bahwa hal yang paling penting dalam kewajiban sebagai orang
Kristen adalah datang ke gereja. Tetapi ayat ini membuktikan bahwa datang
menghadap Tuhan di gereja atau acara-acara ibadah saja tidak akan membuat Tuhan
berkenan.
3.      Mereka bukannya tidak mengadakan ibadah raya atau
pertemuan-pertemuan ibadah yang tetap (ayat 13-14)
Ini gambaran dari perayaan-perayaan tetap
yang diadakan oleh gereja. Antara lain: perayaan Natal, Paskah, jadwal-jadwal
ibadah rutin gereja, dsb. Bukanlah suatu hal yang salah
untuk  mengadakan atau mengikuti semua acara-acara atau
perayaan-perayaan ini, tetapi jika kita hanya mengadakan perayaan-perayaan itu
saja, tentunya melalui ayat ini kita mengetahui bahwa Tuhan tidak senang. 
4.      Mereka bukannya tidak berdoa bahkan mereka sering berdoa
(ayat 15)
Di masa kekristenan sekarang ini, mereka
mungkin termasuk bilangan orang-orang yang rajin berdoa. Mereka mungkin berdoa
bahkan lebih dari satu jam sehari. Tetapi banyaknya atau lamanya kita berdoa
bahkan berpuasa tidak menjamin itu merupakan persembahan yang menyenangkan hati
Tuhan.
Semua hal yang disampaikan di atas mungkin
adalah sesuatu yang disangka, ditanamkan di pikiran,  dipercayai
sungguh-sungguh oleh kebanyakan orang-orang Kristen saat ini. Bahkan sesuatu
yang diajarkan di mimbar-mimbar gereja sekarang tetapi bertentangan dengan
kebenaran. Kita sering mendengar pendeta berkhotbah bahwa yang terutama adalah
datang ke gereja, memberikan persembahan atau perpuluhan, ikut seluruh acara di
gereja, semakin banyak memberi persembahan Tuhan akan semakin senang, semakin
aktif pelayanan Tuhan semakin berkenan, semakin lama kita berdoa Tuhan semakin
cepat menjawab, dsb. Tetapi kebenarannya adalah TUHAN TIDAK PERNAH
DAPAT DIPUASKAN ATAU DISENANGKAN HANYA DENGAN PERSEMBAHAN KORBAN, PERAYAAN ATAU
ACARA-ACARA IBADAH, PERTEMUAN ATAU ACARA-ACARA RUTIN DAN DOA-DOA KITA.
 Semua
hal-hal ini belum cukup untuk menyenangkan hati Tuhan bahkan dapat membuat
Tuhan murka.
Dari apa yang telah kita pelajari di atas
maka ini dapat menjadi peringatan keras bagi kita yang menyangka bahwa apa pun
perbuatan yang tampaknya rohani yang kita lakukan untuk Tuhan pasti akan
menyenangkan hati-Nya. Mungkin sekarang kita bertanya-tanya dalam hati dan pikiran,
perbuatan atau ibadah yang bagaimana yang mungkin telah kita lakukan dan hal
itu mendatangkan kemarahan Tuhan? Kita akan membahas lebih lanjut untuk
mengetahui hal-hal apakah yang kita lakukan saat kita datang kepada Dia yang
justru membuat Tuhan muak dan murka, sikap hati yang seperti bagaimana yang
membuat Tuhan jijik, muak, marah bahkan murka kepada kita meskipun kita telah
melakukan semua aktivitas atau perbuatan yang berkesan rohani. Semuanya ini
harus sungguh-sungguh kita perhatikan dan hindari serta buang jauh-jauh dari
kehidupan rohani kita saat kita datang kepada-Nya jika kita masih ingin terus
melekat kepada Pokok Anggur itu.
IBADAH YANG MENDATANGKAN MURKA
1.      Mereka tidak mengenal Tuhan (ayat 3)
Mereka datang beribadah tetapi tidak dengan
hati yang sungguh-sungguh rindu untuk mengenal Dia, kerinduan-Nya,
jalan-jalan-Nya serta kehendak dan rencana-Nya. Mereka datang untuk banyak
motif-motif pribadi. Mereka datang ke gereja tetapi sesungguhnya hati dan
pikiran mereka tidak sungguh-sungguh menginginkan Dia.
2.      Mereka dihajar namun tidak ada pertobatan (ayat 5-6)
Mereka datang ke gereja atau acara-acara
ibadah dengan hati yang keras dan tegar tengkuk. Roh yang miskin di hadapan
Allah tidak didapati di dalam hati mereka. Mereka menghadap Tuhan dengan sikap
hati yang sombong dan merasa benar sehingga tidak perlu untuk merendahkan diri
dan bertobat. Inilah perbedaan antara sikap hati seorang pemungut cukai dengan
orang farisi seperti yang dikatakan oleh Yesus, yang sama-sama sedang berdoa kepada
Tuhan. Pemungut cukai datang dengan roh pertobatan dan hati yang hancur
sedangkan orang farisi datang dengan kesombongan dan merasa dirinya suci dan
saleh. Manakah di antara keduanya yang pulang sebagai orang yang telah
dibenarkan oleh Tuhan? Yesus berkata dengan jelas bahwa si pemungut cukailah
orangnya. (Luk. 18:9-14) 
3.    Mereka membawa persembahan namun persembahan yang palsu /
penuh kebohongan (ayat 13)
Dalam beberapa terjemahan bahasa inggris,
persembahan yang tidak sungguh diartikan sebagai persembahan yang palsu atau
tidak tulus. Seorang hamba Tuhan pernah menulis sebuah buku yang mengatakan
bahwa hari ini banyak orang-orang Kristen yang berusaha menyuap Tuhan dan
berinvestasi di dalam gereja. Mereka rajin dalam memberikan persembahan perpuluhan
kepada gereja, persembahan pembangunan gedung gereja, persembahan diakonia,
persembahan kepada orang-orang miskin, dsb. Tetapi mereka melakukan semuanya
itu tidak dengan ketulusan untuk menyenangkan hati Tuhan melainkan diwarnai
dengan banyak motif-motif kepentingan pribadi didalamnya, antara lain: ingin
mendapatkan balasan berkali lipat dari Tuhan, ingin bertambah kaya, ingin
mendapat pujian dan hormat dari manusia, supaya dapat mengendalikan atau
mengatur semua keputusan-keputusan gereja, takut hartanya habis atau berkurang
jika tidak memberi perpuluhan, malu dengan sesama orang kristen kalau tidak
memberi persembahan, menuruti keinginan atau perintah dari pemimpin rohani, dan
sebagainya. Mereka kelihatan seperti memberikan persembahan kepada Tuhan tetapi
sesungguhnya di dalam hati mereka menginginkan sesuatu yang lebih besar bagi
dirinya. Tuhan muak dengan pemberian-pemberian yang palsu dan penuh kebohongan
seperti ini.
4.      Mereka beribadah namun juga berbuat jahat (ayat 15-17;
22-23)
Mereka rajin beribadah tetapi hanya sampai di
tahap ini saja. Mereka cukup puas hanya dengan mendengar firman tanpa keinginan
atau kerinduan untuk menerapkan atau mempraktekkannya. Gaya hidup, tindakan,
kata-kata mereka melawan Tuhan dan sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip
firman Tuhan. Mereka rajin beribadah tetapi gaya hidup, perbuatan dan kebiasaan
lama yang jahat dan menyakiti hati Tuhan tetap mereka lakukan. Mereka
datang  kepada Tuhan tetapi tetap berbuat jahat.  
5.      Mereka tidak memiliki pandangan, pikiran, dan hati yang
sama dengan Tuhan (ayat 21-22)
Mereka adalah orang-orang yang masih ingin
hidup menurut keinginan, kehendak, kebiasaan, cara pandang, cara bertindak,
cara berkata-kata, pola pikir dan prinsip-prinsip mereka sendiri. Mereka yang
tidak mau menyerahkan hati dan pikirannya untuk diselaraskan dengan hati dan
pikiran Tuhan akan kesulitan untuk menemukan Dia. Seperti layaknya dua orang
yang sedang dalam kondisi bermusuhan karena banyak ketidakcocokkan dan
perbedaan pikiran, cara pandang, keinginan, dsb. Hanya karena kasih karunia,
Tuhan berkenan untuk ditemui, berbicara dan menyambut kita yang masih banyak
dosa, kelemahan dan kekurangan saat menghadap Dia.
Inilah yang Terutama……
1.    Bukan sekedar dengan acara-acara ibadah atau
perbuatan-perbuatan yang berkesan rohani
Jangan cuma sekedar datang ke acara-acara
ibadah tetapi datanglah dengan sikap hati dan hidup yang benar di hadapan
Tuhan.
2.      Dengan mengenal isi hati dan pribadi-Nya (ayat 3; Yer.
4:22; 9:23-24).
Tuhan senang ketika kita datang menyembah Dia
dengan pengenalan yang benar tentang Dia. Kita mencari Dia setiap hari dan
berusaha sungguh-sungguh untuk mengenal Dia lebih lagi dan tidak puas pada
tahap-tahap tertentu.
3.      Dengan senantiasa membawa hati yang hancur, bukan yang
keras dan tegar tengkuk (ayat 19-20; Maz. 51:19)
Datang kepada Tuhan dengan hati yang siap
untuk ditegur, siap untuk mengakui kesalahan dan meminta pengampunan dari
Tuhan, siap untuk memperbaiki diri, tidak membantah ketika Tuhan menunjukkan
kesalahan dan dosa-dosa kita.
4.      Memperhatikan setiap pengajaran Tuhan dalam hidup kita
(ayat 10; Yer. 8:7)
Berapa banyak khotbah-khotbah yang sudah kita
dengar? Dan berapa banyak yang sudah kita praktekkan? Kita sering mendengar
khotbah atau pengajaran tetapi tidak sungguh-sungguh memperhatikannya. Kita
lebih suka memperhatikan kata-kata atau pendapat orang lain, berita di TV, para
pakar, keluarga dan teman-teman pergaulan kita dari pada firman Tuhan. Jika
kita mau memperhatikan semuanya ini maka kita dapat menghadap Dia dan masuk
dalam persekutuan yang intim dengan Dia.  
5.      Bertobat dari jalan-jalan kita yang salah dan jahat dan
hidup dalam cara hidup yang baru sesuai ajaran Tuhan (ayat 16-17; Yeh. 3:11-16)
Ketika Tuhan menegur kita, kita harus segera
merendahkan diri, bertobat dan mengakui kesalahan kita, meminta pengampunan dan
berkomitmen untuk mengubahnya. Ini harus selalu menjadi tekad di hati kita saat
kita datang kepada Dia.
6.      Dengan menyerah kepada proses dan program pemulihan yang
Tuhan adakan (ayat 25)
Kata “bertindak” di dalam bahasa aslinya
berarti “turn back” atau mengembalikan. Yang juga berarti bahwa Tuhan akan
memurnikan kita, menyingkirkan noda kita, memproses kita. Jika kita menolak
proses Tuhan maka kita sesungguhnya sedang memberontak kepada Dia dan kita
tidak mungkin dapat mendekat kepada-Nya. Oleh sebab itu relakan diri sepenuhnya
untuk diproses dan dibentuk oleh-Nya.
7.   Dengan menyerahkan hidup kita semata untuk mencari dan
melaksanakan kehendak Tuhan (Amos 5:4,6,14; Roma 12:1-3)
Ini adalah bagian yang terpenting. Ibadah
atau persembahan yang sejati bukan hanya persembahan uang, waktu, tenaga,
tetapi persembahan tubuh kita yang hidup. Kehidupan yang diserahkan seluruhnya
untuk Tuhan. Inilah ibadah yang paling dicari dan dirindukan Tuhan. Inilah
ibadah yang pasti akan diterima oleh Tuhan.
KESIMPULAN
Ketika
kita berhubungan dengan Tuhan, hal terutama yang paling Tuhan cari adalah
hati dan hidup kita yang benar dihadapan-Nya bukan tata cara ibadah dan
persembahan kita.

PERSEMBAHAN YANG TIDAK BERKENAN – BAGIAN 3 (oleh John Bevere)

TAKUT AKAN TUHAN TETAP ADA UNTUK SELAMANYA
Takut akan Tuhan tetap ada untuk selamanya! Jika Lucifer memiliki rasa takut itu, dia tidak akan pernah jatuh dari sorga seperti kilat (Yes. 14: 12-15; Luk. 10:18). Lucifer adalah kerub yang diurapi di gunung kudus Allah dan berjalan di dalam hadirat Tuhan (Yeh. 28:14-17). Namun, Lucifer adalah makhluk pertama yang menunjukkan kurangnya rasa takut akan Tuhan
Dengarkan saya, umat Allah: Anda dapat memiliki minyak urapan yang kudus pada diri Anda, seperti Nadab dan Abihu. Anda dapat melakukan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat, mengusir roh jahat, dan menyembuhkan orang sakit dalam nama-Nya yang penuh kuasa, tetapi kurang rasa takut akan Tuhan! Tanpa hal itu, akhir hidup Anda tidak akan berbeda dengan Nadab dan Abihu, atau Ananias dan Safira. Karena rasa takut akan Tuhan yang membuat Anda dapat berdiri di hadapan hadirat Tuhan untuk selamanya!

Adam dan Hawa berjalan dalam hadirat Tuhan. Mereka mengasihi Tuhan dan menikmati kebaikan-kebaikan-Nya. Mereka tidak pernah dihukum oleh suatu otoritas. Mereka hidup dalam lingkungan yang sempurna. Tetapi, mereka tidak taat dan jatuh ke dalam dosa, mengalami penghukuman yang berat. Mereka tidak akan pernah jatuh ke dalam dosa jika mereka memiliki takut akan Tuhan.

Takut akan Tuhan tetap ada untuk selamanya! Jika Ananias dan Safira memiliki takut akan Tuhan, mereka tidak akan pernah bertindak begitu bodoh karena “takut akan Tuhan orang menjauhi kejahatan” (Ams. 16:6).
Beberapa orang mungkin bertanya, “Apakah kasih saya akan Allah tidak dapat menghalangi saya untuk berbuat dosa?” Ya, tetapi berapa besar kasih ini apabila Anda kurang rasa takut akan Tuhan? Ketika saya mengunjungi Jim Bakker di penjara, dia menceritakan panasnya penjara telah membuatnya mengalami perubahan hati yang menyeluruh. Dia menjadikan Yesus sebagai Rajanya untuk pertama kali. Dia menceritakan bagaimana dia telah kehilangan keluarganya, pelayanan, segala sesuatu yang dia miliki, dan kemudian menemukan Yesus.
Saya ingat kata-katanya dengan jelas: “John, penjara ini bukan penghukuman Allah atas hidup saya, tetapi, belas kasih-Nya. Saya percaya jika saya terus berjalan dalam hidup masa lalu saya, saya akan mengakhirinya di neraka!”
Lalu, Jim Bakker membagikan peringatan ini untuk kita semua: “John, saya selalu mengasihi Yesus tetapi Dia bukan Tuhan saya, dan ada jutaan orang Amerika seperti saya!” Jim mengasihi Yesus yang telah dinyatakan kepadanya. Kasihnya tidak tumbuh dewasa karena kurang rasa takut akan Tuhan. Sekarang Jim Bakker adalah orang yang takut akan Tuhan. Ketika saya menanyakan apa yang akan dia lakukan setelah keluar dari penjara, dengan cepat dia menjawab, “Jika saya kembali ke jalan yang dulu, saya akan dihukum segera!”
TAK SEORANG PUN BERANI BERGABUNG DENGAN MEREKA
 Apa yang terjadi dengan Ananias dan Safira menggoncangkan gereja. Peristiwa ini membuat setiap orang memeriksa hati mereka masing-masing. Mereka yang merasa memiliki sikap tidak hormat seperti Ananias dan Safira memberikan hati untuk bertobat. Orang-orang lain berpikir lebih serius sebelum bergabung dengan kumpulan orang percaya di Yerusalem. Beberapa orang mungkin mengundurkan diri karena takut akan penghakiman Allah.
Ketakutan menguasai seluruh jemaat, tetapi juga membuat orang-orang yang mendengar apa yang telah terjadi dengan pasangan suami isteri ini merasa kagum. Saya percaya ini menjadi berita yang hangat untuk sementara waktu di kota tersebut. Orang-orang saling bertanya, “Apakah engkau mendengar apa yang terjadi dengan para pengikut Yesus? Sepasang suami isteri datang membawa persembahan untuk orang-orang miskin, lalu mereka mati! Alkitab mencatat demikian.
Orang-orang lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka. Namun mereka sangat dihormati orang banyak. Makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan. 
Kis. 5:13-14

Kelihatannya hal itu tampak seperti sebagai suatu kontradiksi. Tak seorang pun berani bergabung,
tetapi ayat selanjutnya menyatakan makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan. Bagaimana mungkin orang percaya bertambah jumlahnya apabila tidak seorang pun yang mau bergabung? Apa maksud kalimat itu? Saya percaya tak seorang pun berani menggabungkan diri dengan Yesus sampai mereka telah menghitung harga yang harus dibayar. Tidak ada lagi “penggabungan” untuk alasan-alasan yang mementingkan diri sendiri. Mereka datang kepada Tuhan karena pribadinya, bukan karena apa yang dapat Dia lakukan.

Sangat mudah memiliki sikap tidak hormat ketika kita datang kepada Tuhan untuk apa yang dapat Dia lakukan atau berikan kepada kita. Ini merupakan hubungan yang didasarkan pada berkat dan peristiwa. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita – hal ini akan terjadi – kita menjadi kecewa dan bagaikan anak yang manja, rasa hormat kita akan hilang. Ketika sikap tidak hormat dihakimi, setiap orang memeriksa hidup mereka dan motif-motif yang salah dibersihkan dengan terang penghakiman. Ini merupakan suasana pertobatan hati yang benar yang dipenuhi oleh takut akan Allah.   

PERSEMBAHAN YANG TIDAK BERKENAN – BAGIAN 2 (oleh John Bevere)


HIDUP DALAM TAKUT AKAN TUHAN
Petrus, yang berjalan bersama Yesus dan menyaksikan penghukuman ini, menuliskan nasehat berikut ini
Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
– 1 Pet. 1:15-17
Perhatikan, dia tidak mengatakan “hendaklah kamu hidup dalam kasih.” Ya, kita memang harus berjalan

dalam kasih, karena tanpa kasih kita tidak memiliki apa-apa! Di luar kasihNya, kita bahkan tidak dapat mengenal hati Bapa. Di bagian awal surat kiriman ini, Petrus bercerita tentang kasih yang membara di dalam hati kita untuk Tuhan, “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya” (1 Pet. 1:8). Kita dipanggil untuk memiliki hubungan kasih pribadi dengan Bapa kita, tetapi Petrus dengan segera menambahkan untuk mengimbanginya dengan rasa takut akan Tuhan. Kasih kita kepada Allah dibatasi dengan kurangnya rasa takut yang kudus. Hati kita harus menampung terang dan kehangatan dari kedua nyala api tersebut.

Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana kasih ini dapat dibatasi. Anda hanya dapat mengasihi seseorang sampai pada batas Anda mengenal dirinya. Jika gambaran Allah yang Anda miliki tidak mencerminkan siapa Dia sesungguhnya, maka Anda mengenal Dia hanya pada batas permukaan. Apakah menurut Anda Dia akan menyatakan hati-Nya kepada mereka yang meremehkan Dia? Begitukah? Sesungguhya, Allah telah memilih untuk menyembunyikan diri-Nya (Yes. 45:15). Pemazmur menunjuk tempat persembunyian-Nya sebagai “tempat perlindungan” (Maz. 91:1). Di dalam tempat perlindunganNya ini kita menemukan kekudusan dan kebesaranNya. Tetapi hanya mereka yang takut akan Dia akan menemukan tempat persembunyian ini. Karena kita diberitahu bahwa:
TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.
– Maz. 25:14
Sekarang Anda dapat lebih mengerti perkataan Petrus. Paulus yang tidak berjalan dengan Yesus di muka bumi ini tetapi yang menjumpai-Nya di jalan menuju Damascus memperkuat perkataan nasehat ini dengan menambahkan kata “gentar.” Dia berkata kepada orang-orang percaya, “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Fil. 2:12). Bahkan frase ini digunakan tiga kali dalam Perjanjian Baru untuk menerangkan hubungan yang benar antara orang percaya dan Kristus.
Paulus mengenal Yesus melalui pewahyuan Roh. Dengan cara yang sama kita akan mengenal Dia. “Jika  kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.” (2 Kor. 5:16). Jika kita berusaha untuk memperoleh pengetahuan akan Allah dan berjalan dengan-Nya seperti halnya kita berjalan dengan orang-orang lainnya, maka akhirnya kita akan meremehkan hadirat-Nya seperti yang dilakukan oleh beberapa pada waktu gereja mula-mula.
Saya yakin Ananias dan Safira adalah sebagian dari mereka yang terheran-heran dan bergairah dengan gereja mula-mula di Kisah Para Rasul. Semua orang tercengang-cengang dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang berlimpah-limpah. Tetapi tanda-tanda dan mujizat-mujizat itu akan menjadi hal yang biasa apabila tidak ada rasa takut akan Allah dalam hati Anda. Rasa takut akan Allah akan dapat mencegah perbuatan bodoh dari pasangan suami istri yang malang ini (Baca Maz. 34:11-13).  Rasa takut akan Allah akan menyatakan kekudusan Allah.

Kita harus mengingat kedua sifat Allah ini yang tidak pernah berubah: “Allah adalah kasih,” dan “Allah adalah api yang menghanguskan” (1 Yoh. 4:8; Ibr. 12:29). Paulus menunjuk pada api yang dialami oleh para orang percaya ketika mereka berdiri di hadapan Allah yang kudus di kursi penghakiman. Di sana, kita akan memberi laporan tentang pekerjaan yang telah kita lakukan dalam Tubuh Kristus, yang baik ataupun yang buruk (2 Kor. 5:10). Paulus kemudian mengingatkan, “Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang…” (2 Kor. 5:11)

Karena kasih Allah, kita dapat memiliki keberanian ketika kita mendekati Dia. Alkitab menambahkan bahwa kita harus melayani dan mendekati Dia dengan benar. Bagaimana? Dengan rasa hormat dan rasa takut ilahi (Ibr. 12:28).
Mereka yang telah dilahirkan kembali mengenal Allah sebagai Abba Bapa. Tetapi, itu tidak menyangkali posisi-Nya sebagai Hakim atas semua orang (Gal. 4:6-7; Ibr. 12:23). Allah membuatnya menjadi jelas: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya” (Ibr. 10:30).
Bayangkan seorang raja bersama anak-anak lelaki dan perempuannya. Di dalam istana, dia adalah seorang suami dan ayah. Tetapi, di ruang takhta, dia adalah raja dan harus dihormati seperti itu bahkan oleh istri dan anak-anaknya. Ya, ada saat-saat-Nya ketika saya merasakan Bapa memanggil saya dari ruang pribadi-Nya, tangan-Nya diulurkan dan mengundang saya untuk “datanglah, lompat ke pangkuan-Ku, dan mari kita berpelukan dan bercakap-cakap.” Saya suka saat-saat seperti itu; saat-saat yang begitu istimewa. Tetapi, ada saatnya ketika saya sedang berdoa atau dalam kebaktian ketika saya merasakan takut yang kudus dan gentar dalam hadirat-Nya.
Pernah ada kebaktian seperti itu pada bulan Agustus 1995 saat penutupan konferensi selama satu minggu di Kuala Lumpur, Malaysia. Suasana sebelumnya sangat berat, dan akhirnya pada hari itu saya merasakan kami mengalami suatu terobosan. Hadirat Tuhan memenuhi seluruh ruangan, dan beberapa orang tertawa ketika sukacita-Nya mengalir. Hal ini berlangsung selama 10-15 menit; kemudian keheningan terjadi yang diikuti dengan gelombang baru dari hadirat Allah. Lebih banyak orang lagi yang dijamah. Lagi terjadi keheningan, dan diikuti oleh gelombang baru hadirat Allah yang penuh sukacita sampai setiap orang tertawa dan disegarkan. Setelah itu terjadi keheningan yang lain.
Kemudian saya mendengar Tuhan berkata, “Aku datang dalam gelombang yang terakhir, tetapi berbeda dengan cara-cara yang sebelumnya.”  Saya terdiam dan menunggu. Dalam beberapa menit, sebuah manifestasi yang sangat berbeda dari hadirat Allah memenuhi seluruh gedung. Begitu menakjubkan dan hampir menakutkan! Namun, saya terlena masuk ke dalamnya. Suasana menjadi berubah. Orang-orang yang sama yang baru saja tertawa mulai menangis, meratap, dan menjerit. Beberapa orang bahkan berteriak-teriak seolah-olah mereka menginjak api. Tetapi, teriakan mereka bukan karena pekerjaan kuasa kegelapan.
Ketika saya berjalan mondar-mandir di panggung, gagasan ini muncul dalam pikiran saya: John, jangan lakukan satu tindakan yang salah atau mengatakan satu kata yang salah…jika engkau melakukannya, engkau adalah orang bodoh. Saya tidak yakin dengan apa yang telah terjadi, tetapi gagasan ini menyampaikan ketegangan yang saya rasakan. Saya tahu rasa tidak hormat tidak boleh ada dalam hadirat-Nya yang mengagumkan ini. Saya menyaksikan dua respon yang berbeda saat itu – orang-orang merasa takut dan menarik diri dari hadirat-Nya, atau mereka takut akan Allah dan mendekatkan diri dalam hadirat-Nya yang luar biasa. Suasana saat itu bukan seperti saat-saat ketika Allah berbisik, “Datanglah, lompatlah ke pangkuan-Ku!”
Akhirnya, kami meninggalkan tempat kebaktian dengan dipenuhi rasa kagum. Banyak orang merasa diubahkan oleh hadirat Allah yang luar biasa. Seorang pria yang dijamah oleh hadirat-Nya berkata kepada saya sesudah itu, “Saya merasa begitu bersih di dalam diri saya.” Saya setuju karena saya juga merasa dibersihkan. Beberapa saat kemudian, saya menemukan ayat ini: “Takut akan Tuhan itu suci, tetap ada untuk selamanya” (Maz. 19:10).