Arsip Bulanan: November 2014

TRAGEDI AKIBAT KURANG MEMAHAMI HATI & KEHENDAK ALLAH SECARA PRIBADI (INTIM)

Begitu Yefta melihatnya, Yefta menjadi sangat sedih sehingga ia mengoyak-ngoyak bajunya, sambil berkata, “Aduh anakku, hancurlah hatiku! Mengapakah harus kau yang menjadikan hatiku pedih? Aku telah bersumpah kepada TUHAN, dan aku tak dapat lagi menariknya kembali!” Lalu kata gadis itu kepada Yefta, “Ayah sudah bersumpah kepada TUHAN, dan TUHAN telah memperkenankan Ayah membalas kejahatan orang-orang Amon, musuh Ayah itu. Jadi, apa yang telah Ayah janjikan, hendaklah ayah jalankan.”  “Hanya,” kata gadis itu selanjutnya, “saya mohon satu hal: Berilah saya waktu dua bulan untuk jalan-jalan di pegunungan bersama-sama dengan kawan-kawan saya. Di sana saya akan menangisi nasib saya, sebab saya akan meninggal semasa masih perawan.” Ayahnya mengizinkannya, lalu melepaskannya pergi. Gadis itu dan kawan-kawannya pergi ke pegunungan untuk bersedih hati di sana, karena ia akan meninggal sebelum menikah dan mempunyai anak. Setelah lewat dua bulan, ia kembali kepada ayahnya, lalu ayahnya melakukan apa yang telah dijanjikannya kepada TUHAN. Maka meninggallah gadis itu semasa masih perawan. Itulah asal mulanya mengapa di kalangan orang Israel, biasanya anak-anak gadis pergi selama empat hari setiap tahun untuk bersedih hati mengenangkan anak Yefta di Gilead.

Hakim-Hakim 11:35-40 (Alkitab versi bahasa sehari-hari)

Yefta bernazar kepada Allah adalah hal yang baik, ketika ia hendak memberikan persembahan bakaran kepada Tuhan, jika Allah memberikan kemenangan padanya. Tuhan akhirnya memberikan kemenangan besar. Yefta memberi hak kepada Tuhan untuk memilih persembahan, yaitu apa yang keluar pertama kali dari rumahnya akan dipersembahkan kepada Tuhan. Yang keluar dari rumahnya anak gadisnya semata wayang. Celakanya Yefta tidak menanyakan kehendak Tuhan lebih lanjut dan berakhir dengan matinya anak gadisnya dijadikan korban bakaran.

Dari kisah ini kita belajar tragedi akibat kurang memahami hati dan kehendak Allah secara pribadi (intim). Saya percaya Tuhan tidak menghendaki anak gadis Yefta dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban bakaran. Mungkin benar Tuhan menghendaki anaknya sebagai persembahan kepada Tuhan. Mungkin menjalani hidup sebagai hamba Tuhan  yang mengabdi sepenuhnya bagi Tuhan seperti Samuel.

Berapa banyak tanpa kita sadari juga melakukan hal yang sama dalam membayar janji kita dihadapan Tuhan, jika kita kerjakan dengan pikiran kita sendiri tanpa menanyakan kehendak Tuhan lebih lanjut. Akibatnya kita malah mendukakan hati Tuhan dan merusak rencanya-Nya. Maksud hati mau memberi sesuatu yang istimewa kepada Tuhan, malah mengecewakan Tuhan dengan cara-cara kita sendiri tanpa tuntunan-Nya, oleh sebab kesombongan kita yang sok tau. Gbu.

(Oleh: Faith Ruddy)

ORANG-ORANG INDONESIA DALAM KEGERAKAN TUHAN

“Bila taufan melanda, lenyaplah orang fasik, tetapi orang benar adalah alas yang abadi.”
Amsal 10:25

Tuhan TIDAK AKAN meluputkan orang-orang Indonesia dari kegoncangan. Justru kegoncangan mendatangkan kebaikan buat pertumbuhan rohani kita. Sebab kegoncangan membuat kita melepaskan kebiasaan berlambat-lambat menjadi bergerak tepat sesuai kegerakan Tuhan. Kita perlu menyadari kegoncangan yang sedang dan akan terjadi di Indonesia. Kesadaran terhadap kegoncangan seharusnya melatih respon kita terhadap panggilan, arahan dan pimpinan. Hal ini seperti terjadi gempa di mall. Saat terjadi gempa di mall orang-orang pada umumnya segera berlari menyelamatkan diri dengan cara segera mencari pintu keluar. Respon orang panik adalah tidak membaca petunjuk arah pintu keluar mall dan mencoba berbagai pintu untuk segera keluar dari mall. Respon orang bijaksana adalah melihat petunjuk arah pintu keluar lalu mencari pintu keluar dan berlari menuju pintu keluar. Pada saat kegoncangan itu terjadi kita seharunya mengetahui apa yang harus kita lakukan.
Tahun 2011 Tuhan telah menyampaikan melalui pesan profetik bahwa Indonesia akan mengalami kegoncangan dan akan terus berlanjut dari tahun ke tahun. Orang yang hidup dalam kekudusan akan semakin kudus dan orang yang berlaku fasik akan semakin fasik. Jika kita bertanya kepada orang-orang Kristen sekarang dalam gereja-gereja, siapakah diantara mereka yang berlaku kudus maka semuanya akan mengatakan dirinya sudah berlaku kudus. Tetapi hasil akhir dari kegoncangan itulah yang akan menunjukkan identitas kita yang sebenarnya: apakah kita hidup sebagai orang fasik atau orang benar.
Alasan Tuhan mengijinkan kegoncangan terjadi atas Indonesia karena Tuhan mendapati ada tiga kategori berdasarkan respon orang-orang Kristen di Indonesia terhadap kegerakan Tuhan. Hal ini juga berhubungan juga dengan respon orang-orang Kristen di Indonesia terhadap pesan Tuhan mengenai pemerintahan yang baru selama lima tahun ke depan.
Tiga kategori respon orang-orang Kristen di Indonesia terhadap kegerakan Tuhan.antara lain:
1. TIDAK PEDULI RENCANA TUHAN DALAM KEHIDUPAN PRIBADI, KELUARGA DAN BANGSA.
Inilah orang Kristen yang berpikir sedang mengikuti kegerakan Tuhan. Dasar pemikirannya adalah sudah beribadah di gereja seminggu sekali, sudah memberikan perpuluhan dan persembahan dalam pekerjaan Tuhan, sudah aktif dalam kegiatan gereja dan kegiatan sosial, Setiap hari membaca alkitab dan berdoa. Anehnya orang seperti ini hanya peduli terhadap kehendaknya sendiri daripada kehendak Tuhan. Tanda-tandanya seringkali jarang berdoa mencari kehendak Tuhan, jarang mencari jawaban setiap masalah dalam firman (mencari hikmat Tuhan), Jarang berdiskusi dengan hamba-hamba Tuhan akan jalan-jalan Tuhan. Akibatnya mengalami kebingungan terhadap setiap pilihan dalam kehidupannya. Akhirnya selalu meresponi masalah dengan keputusasaan karena ketidaktahuan apa yang harus dilakukan atau dengan bangga mengandalkan dan memamerkan kekayaan, jabatan, popularitas yang menjadi kebanggan dirinya dan bukan kehendak Tuhan.
2. HANYA INGIN MENGETAHUI KEGERAKAN TUHAN NAMUN TIDAK INGIN BERKOMITMEN DALAM MEMBAYAR HARGA BAGI PEMULIHAN INDONESIA.
Merupakan orang Kristen yang berusaha mencari berbagai nubuat, kesaksian kesembuhan, kesaksian mujizat dan pengajaran yang murni. Tuhan pun menyingkapkan berbagai nubuat, pengajaran dan kesaksian. Tanda-tanda yang muncul adalah membangkitkan gairah mencari kehendak Tuhan namun tidak bertahan lama. Gairah menjadi pudar karena mengetahui kegerakan Tuhan namun tidak melakukan tindakan perubahan apa pun. Gairahnya pun menjadi padam seiring dengan berbagai kesibukan yang mengalihkan perhatiannya dalam kegerakan Tuhan. Adapun orang seperti ini berpikir bahwa dirinya sedang menguji berbagai nubuat, kesaksian dan pengajaran. Akan tetapI tindakan pengujian harus diikuti tindakan mencari jawaban dengan menyelidiki firman tertulis, bertanya kepada hamba-hamba Tuhan yang menyampaikan nubuat, pengajaran dan kesaksian lalu mempergumulkan dalam doa dan jika semuanya sudah teruji maka segera melaksanakan petunjuk dari Tuhan tsb. Sesungguhnya orang Kristen seperti ini tidak akan pernah mau terikat dalam komitmen membuat perubahan di Indonesia.
3. MENGETAHUI DAN MEMAHAMI KEHENDAK TUHAN SERTA DAN TEKUN BERJALAN DALAM KEHENDAK TUHAN
Inilah orang-orang yang memiliki kerinduan dan komitmen menyangkal diri dan memikul salib. Tanda-tandanya adalah saat menerima nubuat, pengajaran dan kesaksian akan segera membaca dan mengamati dengan antusias, rohnya akan semakin bergairah mencari jalan-jalan Tuhan, saat melakukan proses pengujian orang ini akan menerima pengertian dari Tuhan, saat mempergumulkan dalam doa akan menerima pewahyuan dan hikmat dari Tuhan secara pribadi, saat melakukan strategi Tuhan sesuai petunjuk nubuat, pengajaran dan kesaksian maka ada pertumbuhan iman dan mata rohani kita akan melihat semakin jelas jalan-jalan Tuhan dalam kehidupan kita, keluarga, gereja, kota dan bangsa.
Pilihan respon dalam kegerakan Tuhan yang banyak pada poin satu dan dua akan membuat kita cenderung berlambat-lambat dan tawar-menawar dalam kegerakan Tuhan. Salah satu cara supaya kita tidak berlambat-lambat adalah berlatih melalui berbagai kegoncangan di Indonesia. Meskipun kegoncangan dalam skala yang kecil, namun efeknya bisa merobohkan rumah yang berdiri di atas pasir. Tuhan menyampaikan demikian,“TIDAK CUKUP HANYA MENGETAHUI KEGERAKAN-KU ATAS BANGSA INI (INDONESIA)…..HANYA MEREKA YANG MELAKUKAN KEHENDAK-KU YANG BISA BERTAHAN MENGHADAPI BERBAGAI KEGONCANGAN DI INDONESIA.” Kemudian Tuhan mengingatkan dalam Matius 7:24-27 dan segera saya mengambil alkitab membacanya tertulis,
24)”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26) Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27)Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”
Setelah membaca ayat ini. Kemudian Tuhan berbicara terdengar jelas di kedua telinga saya demikian,“Umat-Ku yang TIDAK PEDULI TERHADAP KEHENDAK-KU DAN MEREKA YANG HANYA INGIN MENGETAHUI KEHENDAK-KU NAMUN TIDAK MEMPERSIAPKAN DIRI DALAM KEGERAKAN-KU, MAKA AKAN TIBA WAKTUNYA KEGELISAHAN, KETAKUTAN, KEKUATIRAN DAN KEPUTUSASAAN AKAN MENEKAN DALAM KEHIDUPANNYA. Segala pekerjaan, pelayanan, rumah tangga yang tidak didasarkan pada kebenaran-Ku akan runtuh. Kepercayaan, kekayaan, jabatan, kekuasaan, dan popularitas baik di kalangan umat-Ku akan menjadi pertanda bagimu. Engkau akan mendapati umat-Ku yang tertekan dalam berbagai masalah persoalan sehari-hari, kejatuhan hamba-hamba Tuhan, perpecahan gereja, pengkhianatan antara sahabat dikalangan para pengusaha dan imam-imam karena faktor keuangan dan kekuasaan.” Itulah kejatuhan orang-orang fasik di Indonesia. Kegoncangan dalam skala kecil secara terus menerus mampu menimbulkan keretakkan dan kehancuran dalam kehidupan, rumah tangga, pekerjaan dan pelayanan. Sebab orang fasik adalah ORANG YANG TIDAK PEDULI KEHENDAK TUHAN ATAU HANYA MENJADI PENDENGAR NAMUN TIDAK MELAKUKAN KEHENDAK TUHAN. Kegoncangan ini akan membuat dasar-dasar kehidupan orang-orang benar nampak dengan jelas. Orang benar akan berjalan dalam prinsip kebenaran dan pimpinan Tuhan yang nyata. Kita juga akan melihat orang-orang benar tetap bersukacita ditengah kegoncangan, anak-anak muda akan bangkit menyampaikan hikmat dan pewahyuan dari Tuhan, anak-anak muda dan orang tua akan mendengarkan suara Tuhan, mendapatkan mimpi, mendapatkan penyingkapan penglihatan dan karunia-karunia rohani akan berkembang serta semangat kesatuan akan semakin nyata.
Pada saat kegoncangan itu benar-benar terjadi, maka semua orang Kristen yang berlambat-lambat, tawar-menawar dengan Tuhan akan menjerit dalam kesesakan yang menekan. Kita akan melihat orang-orang benar akan bersaksi menyampaikan kuasa Tuhan, hikmat Tuhan, pewahyuan dari Tuhan dengan sukacita, gairah akan Tuhan, kasih dan penuh damai sejahtera.
Jadi mulailah hari ini dengan menjadi pengikut Kristus yang MENGETAHUI, MEMAHAMI DAN TEKUN melakukan kehendak Tuhan. Orang yang mendengar dan melakukan firman Tuhan tidak akan tergoncangkan oleh apa pun sebab hikmat Tuhan membuat dirinya mengetahui apa yang harus dilakukannya didalam Tuhan. Pastikan saat kegoncangan itu tiba kita tetap berdiri diatas kebenaran.
Salam perjuangan dalam Kristus
(Oleh: Didit Irawan)

BENARKAH KITA TIDAK BOLEH MENGHAKIMI?

Secara singkat kita akan membahas mengenai topik dimana banyak orang Kristen mengalami kebingungan dan yang telah menjadi batu sandungan utama yang menjadikan mereka terhalang memenuhi tujuan Allah dalam hidup mereka.

Dalam Lukas 6:37, Tuhan berfirman, “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.” Dari ayat ini, orang percaya maupun yang belum percaya beranggapan bahwa Yesus memerintahkan kita untuk tidak menghakimi orang lain, tapi ini bukan yang Dia sampaikan dan maksudkan.

Dalam Lukas 6:3, kata bahasa Yunani yang diterjemahkan sebagai “menghakimi” adalah krinete. Ini lebih dapat diterjemahkan sebagai “membedakan seperti halnya mengelompok-kelompokkan.” Ini sebenarnya dapat dibaca sebagai, “Jangan menilai seseorang secara tidak adil.” Tidak menghakimi orang tidak hanya salah dalam penerjemahan, namun juga sekaligus mustahil dilakukan. Ketika orang menuding Anda karena menghakimi, mereka, dalam kenyataannya, menghakimi Anda dengan mengatakan hal tsb. Kita semua menghakimi orang lain, dimana itu diperlukan dalam rangka memiliki berbagai macam hubungan dengan orang lain. Penghakiman tidak selalu bernada negatif, namun saat kita menyampaikan hal-hal yang baik mengenai orang lain, kita menghakimi mereka juga. Kita menghakimi mereka dalam hal yang baik.

Jika diterjemahkan secara literal, tidak disebutkan dimana pun di Alkitab supaya kita tidak menghakimi orang lain. Bahkan di beberapa bagian Alkitab, kita sebenarnya diperintahkan melakukan hal ini. Dan dimana kita diperintahkan oleh Kitab Suci, itu selalu dengan tujuan perbaikan atas kesalahan. Sebagai contoh, Tuhan berkata bahwa ketika ada seorang saudara yang jatuh dalam dosa, kita harus datang pada mereka (lihat Mat. 18:15). Anda tidak mungkin tahu mereka berbuat dosa tanpa menghakimi. Hanya saja, kita tidak diperintahkan untuk datang pada mereka untuk menghukum mereka namun untuk menolong mereka datang dalam pertobatan. Jadi, tujuannya adalah untuk menolong.

Kita harus menjadi peka. Kita diperintahkan untuk mengukur orang lain berdasarkan apa yang ada dalam rohnya dan bukan hanya lahiriah atau penampilannya semata, dimana itupun memerlukan tindakan menilai:

2 Korintus 5:16
Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia.

Yang diperintahkan kepada kita adalah tidak menuduh orang lain. bahkan pada saat penghakiman kita akan seseorang itu negatif, kita semestinya mencari jalan untuk memuliakan mereka.

Juga adalah kesalahpahaman untuk berpikir bahwa, dalam pasal yang sama di Lukas tsb, bahwa Tuhan sedang mengatakan untuk tidak melihat selembar di mata orang lain. Ia sebenarnya sedang berkata supaya kita melakukannya, namun tidak dengan cara yang munafik. Yesus berkata untuk mengeluarkan balok dari mata kita sendiri sebelum mencoba menolong orang lain melakukan hal yang sama (lihat Lukas 6:41-42).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan, pohon yang baik (atau orang yang baik) akan mengeluarkan buah yang baik, dan pohon yang buruk (atau orang yang buruk) akan mengeluarkan buah yang buruk (lihat Lukas 6:43), demikianlah tindakan menghakimi secara salah itu dimana itu menyebabkan masalah dan perpecahan melalui penghakiman tersebut ketimbang mengadakan pertolongan dan perbaikan. Saat kita menghakimi dengan benar, kita bisa, dan seharusnya lebih sering, menunjukkan kepada orang-orang kesalahan mereka. Tatkala kita melakukannya demi tujuan memperbaiki dan bukan secara moral merasa lebih baik dari mereka, itu akan menjadi jauh lebih mudah bagi mereka yang kita hakimi untuk melihat penghakiman kita itu benar dan menjadi pertolongan bagi mereka. Kita harus menghakimi tetapi dengan roh yang benar.

Saya membahas tentang ini karena bisa jadi inilah salah satu faktor utama yang membuat gereja tidak menjadi seperti sebagaimana ia dipanggil…
Ini sebagian besar disebabkan karena sangat sedikit yang diajarkan mengenai menghakimi dengan benar. Dikatakan bahwa 12 rasul akan menghakimi 12 suku Israel dalam Kerajaan Allah. Bahkan dikatakan pula bahwa kita tidak hanya akan menghakimi bangsa-bangsa, melainkan juga para malaikat di masa yang akan datang. Masa kini adalah masa pelatihan untuk memerintah bagi mereka yang akan berkuasa dan memerintah bersama Tuhan dalam Kerajaan-Nya, dan ini adalah sesuatu yang harus kita pelajari sekarang ini.

(Disadur & diterjemahkan secara bebas dari “Unrighteous Judgment Word of the Week – Week 43” by Rick Joyner)