Arsip Bulanan: Juni 2016

RAHASIA SEHAT DAN INDAH DI MATA TUHAN

Oleh: Peter B, MA

“Jadi tujuan kami ialah selalu menyenangkan hati-Nya, entah kami yang kini berada pada tubuh ini maupun di luar tubuh ini”~2 Korintus 5:9, NET
“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus”~Galatia 1:10
Mengamati kebiasaan sehari-hari kita, tampaknya orang lebih peka dan peduli dengan penghidupan jasmani dan duniawi daripada yang berhubungan dengan perkara rohani dan sorgawi. Urusan makanan, pakaian dan kebutuhan lainnya kerap menjadi fokus dan perhatian utama kita sedangkan pada sisi lain, roh kita terlalaikan untuk mendapatkan asupan yang semestinya. “Firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat.4:4) adalah bahan makanan vital yang sering kita lupakan selagi kita sibuk mencari dan mengumpulkan roti jasmani. Akibatnya tiada sentuhan ilahi dalam hidup kita. Dan tanpa sentuhan itu, esensi diri kita menjadi gelisah, merana dan terus mencari kelegaannya. Bagai meminum air laut, tak terhitung jiwa-jiwa yang mati dalam kehausan yang besar.
ADAKAH YANG LEBIH PENTING DARI KESEHATAN?
Kapankah terakhir kalinya Anda memeriksakan kondisi kesehatan Anda?
Mungkinkah ada gejala yang kurang baik di tubuh Anda dan Anda menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa?
Orang-orang yang mengabaikan atau bahkan tidak peduli dengan tanda-tanda gangguan kesehatan cenderung terlambat untuk mengetahui seberapa parah dirinya telah mengidap suatu penyakit.
Luka baru yang dirawat dengan baik jauh lebih cepat membaik daripada luka lama yang dibiarkan tak terurus. Sakit yang berat seperti kanker, konon punya kemungkinan disembuhkan lebih besar jika terdeteksi pada stadium/tingkat awal ketimbang ditemukan pada fase lanjut/akhir. Kesehatan merupakan aset terbesar manusia. Tanpanya manusia tak akan dapat melakukan apa-apa dan dekat dengan kebinasaan.
Kesehatan rohani jauh lebih berharga -jika kita tahu betapa dahsyat dampaknya bagi hidup yang sekarang dan kelak. Ada keuntungan-keuntungan bagi mereka yang rajin memeriksa kondisi hatinya, yang menyelidiki dengan seksama hidup rohaninya. Yang rajin mengukur dan menilai apakah dirinya masih memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan atau masih berkobar-kobar mengasihiNya. Yang melakukan introspeksi hati di hadapan Tuhan.
Kerohanian yang sehat memberikan keuntungan yang besar baik di dunia yang sekarang, lebih lagi di dunia yang akan datang (1Tim.4:8-10). Sebab jika kualitas hidup kita di dunia bergantung kesehatan jasmani kita, kualitas kekekalan kita dibentuk oleh kesehatan rohani kita. Bagaimana kita menjalani keabadian sangat ditentukan oleh seperti apa kita menjaga hati kita tetap terhubung dengan Sang Bapa Kekekalan itu (Ams.4:23; Yes.9:5).
Bukankah kita dipanggil untuk mengumpulkan harta di sorga daripada yang di bumi (Mat.6:19-21)? Dan bagaimanakah kita mengumpulkan harta di sorga jika bukan dengan menerima upah sorgawi? Lalu, bagaimana kita mendapatkan upah sorgawi jika kita tidak menyenangkan Sang Tuan yang Agung itu dan menyelesaikan pekerjaan-Nya? Lebih daripada yang diperkirakan orang-orang Kristen yang malas rohani, yang berpikir bahwa “asal masuk sorga cukuplah” -sesungguhnya ada penyesalan besar, yang akan terus ada di hati setiap orang yang menginjakkan kaki di sorga tanpa upah. Penyesalan bahwa mereka telah menghabiskan hidupnya untuk hal-hal yang kurang berarti dan tidak berdampak kekal. Betapa mereka telah menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan dengan mengerjakan tahun-tahun mereka demi sesuatu yang kelak ternyata merupakan benda-benda yang kurang berharga (sebab bukankah emas adalah tumpuan kaki kita, sedangkan perak dan permata hanya pernak-pernik biasa assesoris sorga? Wah.21:10-21) sedang yang paling berharga telah mereka lalaikan dan lepaskan.
Dan, bagaimana mungkin kita akan menyelesaikan pekerjaan Tuhan jika rohani kita sakit, sekarat atau mati?
Hanya mereka yang rohnya menyala-nyala, sehat, kuat, bergairah dan penuh kuasa Tuhan (Ef.6:10) yang akan bersikap seperti laki-laki (1Kor.16:13) dan mengerjakan misi dan visi Tuhan dalam hidupnya. 
Dalam jangka panjang, perenungan-perenungan untuk mengoreksi hati menjaga kita berada dalam kondisi kesehatan rohani yang ujungnya akan memastikan upah kekal kita (2Tim.4:8).
MAJU SELANGKAH LAGI, MENGEJAR KEINDAHAN
Cermin berfungsi bukan untuk sekedar melihat wajah atau penampilan kita. Kitapun bercermin bukan sekedar mengetahui wajah kita. Manfaat terbesar dari berkaca ialah untuk melihat apa yang masih kurang dari penampilan kita; membenahi yang kurang pas darinya dan mengusahakan tampilan yang baik bahkan menarik di depan orang.
Mereka yang sangat peduli dengan penampilannya kerap bercermin. Hasilnya, mereka tampil lebih baik daripada yang jarang bercermin. Mereka yang jarang mematut diri dapatlah dikatakan penampilannya ala kadarnya. Dan tentu saja, kita tahu bagaimana kira-kira orang yang jarang bercermin.
Pendeknya, untuk tampil indah di depan orang, kita harus sering-sering mematut diri. Dan orang yang mampu membawa diri dengan baik, yang memberikan kesan-kesan yang menawan hati beroleh keuntungan yang besar dalam pergaulan, urusan sehari-hari maupun dalam dunia bisnis.
Sayangnya, hanya sedikit orang yang benar-benar peduli akan tampilannya di depan Sang Penciptanya. Manusia mengetahui dan mendalami bagaimana memberikan kesan pertama yang luar biasa, mempelajari berbagi kiat untuk menarik perhatian sesamanya atau mengusahakan dirinya menjadi pusat perhatian. Berapa banyakkah yang melakukan itu untuk menarik perhatian Tuhan? Seberapakah kita telah memikirkan, meniatkan dan mengusahakan supaya, seperti Daud, kita menjadi orang yang berkenan di hati-Nya (1Sam.13:14; Kis.13:22)? Sudahkah kita cukup peduli akan penampilan manusia batiniah kita di hadapan Tuhan?
Karena ingin dikagumi, dipuji dan dihormati yang lainnyalah, orang menampilkan dirinya secara indah dan menarik. Meski begitu, haruslah diingat bahwa pujian dan sanjungan manusia seringkali tidak murni. Ada faktor-faktor kepentingan pribadi sehingga pengakuan mereka belum tentu tulus. Oleh sebab itu pulalah, pendapat seorang yang kompeten dan ahli di bidangnya, yang penilaiannya paling obyektif dan layak dipercaya menjadi sangat berharga untuk menentukan standar dan kualitas yang tinggi.
Tetapi, siapakah pemilik standar kebenaran dan kesempurnaan tertinggi? Yang mampu menilai secara sepenuhnya seluruh keberadaan manusia? Yang pendapatnya tak dapat dicampuri oleh siapapun dalam pengetahuan yang tidak terbatasi oleh apapun juga?
Bukankah Dia TUHAN, sang pemilik dan penguasa tertinggi di alam semesta?
Sesungguhnya kita indah di mata-Nya dan sangat dikasihi-Nya sebagaimana adanya kita. Seperti bapa yang menyayangi anak-anaknya sejak mereka dilahirkan meskipun bayi-bayi itu belum mampu berbuat apa-apa. Namun pujian yang keluar dari mulut Allah tidak diperkatakan tanpa alasan dan asal diucapkan demi menyenangkan hati kita. Pujian itu diberikan bagi mereka yang melakukan apa yang tepat di hati-Nya, yang melakukan persis seperti yang dikehendaki-Nya, yang saat dilihat dan dirasakan Tuhan itu menyenangkan hati-Nya.
Terbayangkah Anda betapa mulia jika pujian itu datangnya dari pemilik dan penguasa tertinggi di alam semesta ini?
Itulah pujian tertinggi, termurni, teruji dan terbaik yang dapat diterima manusia (1Kor.4:5; 2Kor.10:18).
Pujian Allah diberikan pada kita saat kita menampilkan di hadapan-Nya sesuatu yang menyukakan hati-Nya. Seperti halnya Habel yang mempersembahkan anak sulung kambing dombanya pada Tuhan sebagai suatu persembahan yang diterima Tuhan (Kej.4:4) dan seperti Ayub yang menjadi kebanggaan Tuhan (Ay.1:8;2:3), pujian dari Tuhan datang bagi mereka yang mencari dan mengutamakan perkenan dan pengakuan Allah lebih daripada apapun juga.
Dan jika seorang raja, seorang pembesar atau seorang berpengaruh berkenan menyambut dan memberikan penghargaan pada seseorang maka menjadi terhormatlah ia, ditinggikan di antara manusia yang lainnya. Nasibnya berubah. Kemuliaan ada padanya.
Pikirkanlah sekarang betapa lebihnya jika TUHAN, sang raja segala raja, menaruh perkenan-Nya atas kita!
Dalam perumpamaan Yesus mengenai talenta, saat tuan yang membagi-bagikan talenta kepada hamba-hambanya itu datang kembali dan menemukan bahwa apa yang dipercayakannya itu membuahkan hasil sesuai kerinduannya maka inilah perkataan pujiannya, suatu pujian yang akan keluar dari mulut Tuhan sendiri bagi mereka yang mencari perkenan-Nya:
“BAIK SEKALI PERBUATANMU itu, hai HAMBAKU YANG BAIK DAN SETIA; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. MASUKLAH DAN TURUTLAH DALAM KEBAHAGIAAN TUANMU.” (Mat.25:21).
Introspeksi membawa kita sampai pada suatu titik dimana kita sampai pada pengenalan demi pengenalan akan Tuhan, mengetahui isi hati-Nya dan memahami jalan-jalan-Nya SEKALIGUS posisi dan keadaan kita di hadapan Tuhan sehingga jika kita mau, kita akan dimampukan “mematut diri” menyenangkan hati-Nya. Sesuatu yang jauh lebih utama daripada usaha menarik hati siapapun di muka bumi ini.
Jadi, sudahkah Anda melihat betapa pentingnya introspeksi dan koreksi diri itu kini?
Akankah Anda mulai melakukannya lebih lagi hari ini dan seterusnya sebagai prioritas tertinggi dan terutama di hidup Anda?
Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan-Nya!
Tuhan memberkati Anda sekalian.
Amin.
Nantikan tulisan berikutnya mengenai “Bagaimana melakukan introspeksi yang membawa terobosan sesuai kehendak Tuhan”.

TUJUAN TUHAN DALAM GERAKAN 200 PEMIMPIN ROHANI

Sesungguhnya gerakan 200 pemimpin rohani diadakan dilatarbelakangi adanya
krisis kepemimpinan rohani yang berdampak pada kepemimpinan di pemerintahan kita. 


Indonesia membutuhkan orang-orang Kristen yang militan dan radikal dalam Kristus untuk membangkitkan kepemimpinan rohani di Indonesia. 


Dimana tujuan akhir dari perjuangan gerakan 200 pemimpin rohani adalah memperjuangkan pemulihan di Indonesia. Persatuan kita dalam gerakan 200 pemimpin adalah para pemimpin rohani yang memperjuangkan pemulihan Indonesia. 

Untuk lebih jelasnya :

  1. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan doa (hanya untuk berbagi beban pokok doa).
  2. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan mendukung partai politik tertentu.
  3. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan mendukung secara khusus figur perorangan,tokoh, pemimpin, dsb.
  4. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan anti pemerintahan Indonesia.
  5. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan sekedar berbagi informasi gereja, informasi politik, sharing, berkumpul untuk fellowship.
  6. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan penginjilan.
  7. 7. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan penggembalaan.
  8. 8. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan konseling.
  9. 9. Gerakan 200 pemimpin rohani bukan gerakan sosial.


Sebaliknya gerakan 200 pemimpin rohani adalah suatu gerakan rohani dengan intisari sbb:

  1. Gerakan 200 pemimpin rohani adalah gerakan persatuan para pemimpin rohani yang berkomitmen merendahkan diri, bertobat, mencari kehendak Tuhan, berdoa bagi pemulihanIndonesia dan memperjuangkan pemulihan Indonesia dengan cara Tuhan.
  2. Gerakan 200 pemimpin rohani adalah gerakan melahirkan dan memuridkan umat Tuhanmenjadi dewasa rohani dan militan dalam Kristus.
  3. Gerakan 200 pemimpin rohani adalah gerakan menemukan, memuridkan dan mengutus umat Tuhan yang diurapi menjadi pemimpin rohani supaya menjadi pemimpin rohani yang militandan radikal dalam Kristus di Indonesia.
  4. Gerakan 200 pemimpin rohani adalah gerakan menyingkapkan dan mematahkan siasat kuasakegelapan serta menyingkapkan dan memperjuangkan kehendak Tuhan supaya terjadi atas Indonesia.
  5. Gerakan 200 pemimpin rohani adalah gerakan membangkitkan pelayanan kerasulan danmembawa Indonesia berada dalam kegerakan Tuhan untuk memberkati bangsa-bangsa.


Inti dari gerakan 200 pemimpin rohani adalah membangkitkan umat Tuhan dan para pemimpin rohani yang radikal di Indonesia yang mempengaruhi pemerintahan dan mendatangkan kedewasaan rohani di kalangan umat Tuhan. Jika umat Tuhan di Indonesia dan pemerintahan berubah maka Indonesia akan mengalami pemulihan dan memberkati bangsa-bangsa.

Jadi mari kita memandang gerakan 200 pemimpin sesuai panggilan Tuhan bagi kita semua. Sebab
pemulihan bangsa adalah tanggung jawab kita bersama. Tuhan telah memanggil dan memilih kita
untuk memberkati Indonesia dan hasil kegerakan ini akan memberkati bangsa-bangsa. Tuhan
menyertai dan memberkati kita sekalian.
Salam kegerakan dalam Kristus

KUTIPAN


Kekristenan sejati bukanlah melulu soal perbuatan, melainkan perubahan. Dari hidup yang gelap dan busuk menuju hidup yang kudus dan tak bercacat di dalam Kristus, suatu kehidupan yang berbuah. Ini berarti berbicara tentang pengejaran kemuliaan Tuhan dan sebuah perubahan oleh kemuliaan Tuhan, sehingga setiap orang percaya dapat menjadi serupa dengan-Nya.” 
– Rick Joyner (Revivalist modern) –



Sebelum aku punya anak, aku pernah berpikir, “Tuhan tidak akan melupakanku” tetapi ketika aku menjadi seorang ayah, aku tahu lebih banyak -Tuhan tidak dapat melupakanku-

– Martin Luther – 


Jiwa yang terbiasa berhubungan dengan Yesus akan mereguk kemanisan dari-Nya, sama seperti baju-baju yang diletakkan dalam sebuah laci bersama suatu-parfum menyerap keharuman dari apa yang ada di sampingnya. 

 – Alexander Maclaren –

Anda harus berpikir mengenai diri Anda sendiri bahwa keberadaan Anda di dunia ini hanyalah untuk melakukan kehendak Tuhan. Berpikir bahwa Anda adalah milik Anda sendiri adalah konyol seperti berpikir bahwa Anda tercipta dengan sendirinya. Sebuah prinsip pertama yang jelas, bahwa Anda sepenuhnya milik Tuhan.

– William Law –


Sebuah kebangunan rohani dapat diharapkan terjadi kapan saja orang-orang Kristen diketahui bersedia melakukan pengorbanan yang perlu untuk melanjutkannya. Mereka harus bersedia mengorbankan perasaan, urusan, dan waktu mereka untuk membantu memajukan pekerjaan ini.
– Charles G. Finney (seorang pakar kebangunan rohani abad modern) –

Hati manusia itu benar ketika ia mau melakukan kehendak Tuhan.

– Thomas Aquinas –
Jika kita tidak bertumbuh dalam iman dan damai sejahtera Tuhan, kita akan bertumbuh dalam ketakutan dan kekuatiran yang puncaknya menyebabkan kegagalan di hati manusia.
– Rick Joyner (Revivalist modern) –

  “Peperangan kita bukan melawan orang, melainkan melawan apa saja yang membuat orang terikat”

– Rick Joyner (Revivalist modern) –

“Gereja mula-mula menikah dengan kemiskinan, penjara-penjara dan penganiayaan-penganiayaan….
Hari ini, gereja menikah dengan kemakmuran, kepribadian yang dikagumi, dan popularitas….”

– Leonard Ravenhill (tokoh kebangunan rohani modern) –

“Mengapa kita berharap diperlakukan lebih baik daripada Yesus diperlakukan di dunia ini?”

– Leonard Ravenhill (modern revivalist) –
Hanya satu kehidupan, yang akan segera berakhir. Hanya apa yang dikerjakan untuk Kristus yang akan bertahan.  
– John Piper –

PERAYAAN SEJATI KENAIKAN YESUS KE SURGA (HARI -3)


Setidaknya ada 3 hal yang tampak jelas dinyatakan kepada murid-murid Yesus pada saat Dia naik ke surga. Pertama adalah bahwa Dia tidak mati, melainkan hidup. Yang terangkat ke surga itu alah Dia yang telah bangkit dari kematian, yng bahkan beberapa saat sebelum terangkat pun masih berbicara kepada para murid-Nya (Kis. 1:9).
Kedua, Dia menunjukkan bahwa Dia berkuasa. Dia naik dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Mrk.16:19). Itulah tempat Yesus yang semula. Dia ada bersama dengan Allah Bapa sejak sebelum dunia diciptakan, Dia setara dengan Allah dan Dia memang Allah. Beberapa waktu lamanya Dia mengosongkan diri-Nya untuk mengambil rupa yang kurang dari Allah namun kini Dia kembali pada posisi-Nya yang semula: Allah yang penuh kuasa.
Mengetahui kedua hal di atas saja telah cukup membanggakan bagi kita. Tetapi, ada yang lebih daripada itu. Pribadi yang hidup dan berkuasa itu juga berjanji, “Aku menyertai kamu hingga akhir zaman” (Mat 28:20). Adakah yang lebih besar daripada ini? Disertai oleh Pribadi yang hidup, berkuasa dan tidak akan pernah meninggalkan kita? Kini kita lebih dari bangga. Kita merasa tenang dan aman. Sayangnya, banyak yang berhenti di sini.
Ketenangan batin hanya sebagian tujuan dari perjalanan kita sebagai orang Kristen di dunia. Kuasa yang besar itu diberikan kepada kita demi satu tujuan:menjadi saksi bagi Tuhan hingga ke ujung-ujung bumi. Itulah tujuan yang harus kita capai sebagai pengikut Kristus. Karena itu, saat kita memperingati kenaikan Kristus ke surga, jangan kita berhenti pada perayaan bahwa Dia hidup dan mampu mengadakan mujizat bagi kita namun kita harus menyadari bahwa kita dipanggil untuk mengerjakan tujuan-Nya, masuk di dalam rencana-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Menjadi saksi-saksi Kristus sepanjang hidup kita.
Indonesia membutuhkan kesaksian kita supaya bangsa ini mengenal Tuhan sejati. Mari bangkit dan menyatakan kuasa kemuliaan Tuhan bagi bangsa ini. Itulah perayaan kenaikan-Nya yang sesungguhnya.
Salam revival! Ind penuh kemuliaan Tuhan. GBU.

Oleh Bpk Peter Bambang Kustiono. MA

HIDUP SEBAGAI TERANG DUNIA (HARI – 2)


Setiap kita dipanggil dan diberi kuasa untuk menjadi terang bagi dunia. Salah satu pernyataan paling tegas dalam pengajaran Yesus adalah ”Kamulah terang dunia” (Mat. 5:14). Tetapi pada saat yang lain, Dia pun bersaksi,”Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”(Yoh 8:12). Itu artinya pada saat kita menjadi pengikut Kristus, sang Terang Dunia Sejati yaitu Kristus, bersinar atas kita dan melalui kita. Kita ditentukan untuk menyinarkan terang kemuliaan Tuhan supaya dunia yang gelap ini boleh mengenal Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan, penguasa segala kehidupan. Kitalah duta-duta Kerajaan Allah untuk memberitahukan kepada dunia yang akan binasa ini bahwa ada suatu tempat yang sangat mulia yang akan didiami bersama-sama orang-orang yang dimuliakan dan Yang Mahamulia itu sendiri. Melalui hidup orang-orang percaya yang menyinarkan terang Tuhan, mereka yang sesat dan terhilang melihat kembali sinar pengharapan.

Tapi bagaimana jika kita tidak hidup dalam identitas tsb? Bagaimana jika kita memilih untuk menjadi perwakilan dunia dan menyinarkan gemerlap dunia daripada terang Tuhan? Firman-Nya berkata, “… Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat” (Wah. 2:5b). Kaki dian yang diambil berarti kita tidak lagi menyinarkan terang. Kita akan tinggal dalam kegelapan dan menjadi sama dengan dunia,mengalami nasib dan takdir yang sama dengan dunia yaitu dihukum bersama dunia ini. Membayangkannya saja sudah terasa mengerikan karena bagaimana kita dapat hidup di luar Tuhan? Betapa gelapnya hidup kita di tengah gelapnya dunia! Betapa ngerinya jika Indonesia tidak lagi memiliki kaki dian karena merekà yang dipanggil menjadi terang bagi bangsa ini memilih hidup dalam ikatan dosa? Masih belum terlambat. Kesadaran bahwa kita telah melepaskan persekutuan dengan Sang Terang kiranya membawa kita pertobatan.
Salam revival! Indonesia penuh kemuliaan Tuhan. Amin. GBU all.
 Oleh Bpk Peter Bambang Kustiono. MA

HILANGNYA KASIH MULA-MULA = DOSA BESAR (HARI – 1)


Orang-orang Kristen seringkali berpikiran bahwa dosa-dosa yang menyolok sangat menyakiti hati Tuhan. Ini kemudian menjadi pemahaman bahwa asalkan hidup lurus-lurus saja, tidak menjadi orang yang jahat, ramah dan baik kepada semua orang, rajin datang ke gereja atau sudah aktif dalam kegiatan pelayanan – maka kita baik-baik saja di hadapan Tuhan dan hati-Nya sudah disenangkan. Sayangnya tidak demikian yang dikatakan oleh Yesus sendiri kepada jemaat di Efesus. Dalam Wahyu 2:4-5 dikatakan : “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.” Apakah kita semua mengetahui dan memahami kebenaran ini? Kehilangan kasih yang semula, yang membara, penuh gairah dan cinta, yang menggebu-gebu ingin selalu dekat dan senantiasa memikirkan Tuhan dalam tiap langkah hidup kita – ya, kehilangan kasih yang demikian adalah KEJATUHAN YANG BESAR. TUHAN MENCELA gereja yang kehilangan kasih mula-mula kepada Dia. Yang melakukan banyak acara, program juga ibadah karena rutinitas tanpa kerinduan dan gairah. Rekan-rekan terkasih, marilah kita mengasihi Tuhan dengan kasih yang berkobar pada-Nya. Jangan lagi menyembah, memuji dan beribadah dengan hati yang biasa-biasa karena itu sesuatu yang sudah biasa dan rutin kita lakukan. Ingatlah Tuhan melihat dan mengetahui hati kita. Itulah satu hal yang pasti mendatangkan sukacita di hati-Nya. Salam revival! Indonesia penuh kemuliaan Tuhan. Amin.

Oleh Bpk Peter Bambang Kustiono. MA

IBADAH YANG MENDATANGKAN MURKA


1.      Mereka tidak mengenal Tuhan (ayat 3)
Mereka datang beribadah tetapi tidak dengan hati yang sungguh-sungguh rindu untuk mengenal Dia, kerinduan-Nya, jalan-jalan-Nya serta kehendak dan rencana-Nya. Mereka datang untuk banyak motif-motif pribadi. Mereka datang ke gereja tetapi sesungguhnya hati dan pikiran mereka tidak sungguh-sungguh menginginkan Dia.
2.      Mereka dihajar namun tidak ada pertobatan (ayat 5-6)
Mereka datang ke gereja atau acara-acara ibadah dengan hati yang keras dan tegar tengkuk. Roh yang miskin di hadapan Allah tidak didapati di dalam hati mereka. Mereka menghadap Tuhan dengan sikap hati yang sombong dan merasa benar sehingga tidak perlu untuk merendahkan diri dan bertobat. Inilah perbedaan antara sikap hati seorang pemungut cukai dengan orang farisi seperti yang dikatakan oleh Yesus, yang sama-sama sedang berdoa kepada Tuhan. Pemungut cukai datang dengan roh pertobatan dan hati yang hancur sedangkan orang farisi datang dengan kesombongan dan merasa dirinya suci dan saleh. Manakah di antara keduanya yang pulang sebagai orang yang telah dibenarkan oleh Tuhan? Yesus berkata dengan jelas bahwa si pemungut cukailah orangnya. (Luk. 18:9-14) 
3

.    Mereka membawa persembahan namun persembahan yang palsu / penuh kebohongan (ayat 13)

Dalam beberapa terjemahan bahasa inggris, persembahan yang tidak sungguh diartikan sebagai persembahan yang palsu atau tidak tulus. Seorang hamba Tuhan pernah menulis sebuah buku yang mengatakan bahwa hari ini banyak orang-orang Kristen yang berusaha menyuap Tuhan dan berinvestasi di dalam gereja. Mereka rajin dalam memberikan persembahan perpuluhan kepada gereja, persembahan pembangunan gedung gereja, persembahan diakonia, persembahan kepada orang-orang miskin, dsb. Tetapi mereka melakukan semuanya itu tidak dengan ketulusan untuk menyenangkan hati Tuhan melainkan diwarnai dengan banyak motif-motif kepentingan pribadi didalamnya, antara lain: ingin mendapatkan balasan berkali lipat dari Tuhan, ingin bertambah kaya, ingin mendapat pujian dan hormat dari manusia, supaya dapat mengendalikan atau mengatur semua keputusan-keputusan gereja, takut hartanya habis atau berkurang jika tidak memberi perpuluhan, malu dengan sesama orang kristen kalau tidak memberi persembahan, menuruti keinginan atau perintah dari pemimpin rohani, dan sebagainya. Mereka kelihatan seperti memberikan persembahan kepada Tuhan tetapi sesungguhnya di dalam hati mereka menginginkan sesuatu yang lebih besar bagi dirinya. Tuhan muak dengan pemberian-pemberian yang palsu dan penuh kebohongan seperti ini.
4.      Mereka beribadah namun juga berbuat jahat (ayat 15-17; 22-23)
Mereka rajin beribadah tetapi hanya sampai di tahap ini saja. Mereka cukup puas hanya dengan mendengar firman tanpa keinginan atau kerinduan untuk menerapkan atau mempraktekkannya. Gaya hidup, tindakan, kata-kata mereka melawan Tuhan dan sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip firman Tuhan. Mereka rajin beribadah tetapi gaya hidup, perbuatan dan kebiasaan lama yang jahat dan menyakiti hati Tuhan tetap mereka lakukan. Mereka datang  kepada Tuhan tetapi tetap berbuat jahat.  
5.      Mereka tidak memiliki pandangan, pikiran, dan hati yang sama dengan Tuhan (ayat 21-22)
Mereka adalah orang-orang yang masih ingin hidup menurut keinginan, kehendak, kebiasaan, cara pandang, cara bertindak, cara berkata-kata, pola pikir dan prinsip-prinsip mereka sendiri. Mereka yang tidak mau menyerahkan hati dan pikirannya untuk diselaraskan dengan hati dan pikiran Tuhan akan kesulitan untuk menemukan Dia. Seperti layaknya dua orang yang sedang dalam kondisi bermusuhan karena banyak ketidakcocokkan dan perbedaan pikiran, cara pandang, keinginan, dsb. Hanya karena kasih karunia, Tuhan berkenan untuk ditemui, berbicara dan menyambut kita yang masih banyak dosa, kelemahan dan kekurangan saat menghadap Dia.
Inilah yang Terutama……
1.    Bukan sekedar dengan acara-acara ibadah atau perbuatan-perbuatan yang berkesan rohani
Jangan cuma sekedar datang ke acara-acara ibadah tetapi datanglah dengan sikap hati dan hidup yang benar di hadapan Tuhan.
2.      Dengan mengenal isi hati dan pribadi-Nya (ayat 3; Yer. 4:22; 9:23-24).
Tuhan senang ketika kita datang menyembah Dia dengan pengenalan yang benar tentang Dia. Kita mencari Dia setiap hari dan berusaha sungguh-sungguh untuk mengenal Dia lebih lagi dan tidak puas pada tahap-tahap tertentu.
3.      Dengan senantiasa membawa hati yang hancur, bukan yang keras dan tegar tengkuk (ayat 19-20; Maz. 51:19)
Datang kepada Tuhan dengan hati yang siap untuk ditegur, siap untuk mengakui kesalahan dan meminta pengampunan dari Tuhan, siap untuk memperbaiki diri, tidak membantah ketika Tuhan menunjukkan kesalahan dan dosa-dosa kita.
4.      Memperhatikan setiap pengajaran Tuhan dalam hidup kita (ayat 10; Yer. 8:7)
Berapa banyak khotbah-khotbah yang sudah kita dengar? Dan berapa banyak yang sudah kita praktekkan? Kita sering mendengar khotbah atau pengajaran tetapi tidak sungguh-sungguh memperhatikannya. Kita lebih suka memperhatikan kata-kata atau pendapat orang lain, berita di TV, para pakar, keluarga dan teman-teman pergaulan kita dari pada firman Tuhan. Jika kita mau memperhatikan semuanya ini maka kita dapat menghadap Dia dan masuk dalam persekutuan yang intim dengan Dia.  
5.      Bertobat dari jalan-jalan kita yang salah dan jahat dan hidup dalam cara hidup yang baru sesuai ajaran Tuhan (ayat 16-17; Yeh. 3:11-16)
Ketika Tuhan menegur kita, kita harus segera merendahkan diri, bertobat dan mengakui kesalahan kita, meminta pengampunan dan berkomitmen untuk mengubahnya. Ini harus selalu menjadi tekad di hati kita saat kita datang kepada Dia.
6.      Dengan menyerah kepada proses dan program pemulihan yang Tuhan adakan (ayat 25)
Kata “bertindak” di dalam bahasa aslinya berarti “turn back” atau mengembalikan. Yang juga berarti bahwa Tuhan akan memurnikan kita, menyingkirkan noda kita, memproses kita. Jika kita menolak proses Tuhan maka kita sesungguhnya sedang memberontak kepada Dia dan kita tidak mungkin dapat mendekat kepada-Nya. Oleh sebab itu relakan diri sepenuhnya untuk diproses dan dibentuk oleh-Nya.
7.   Dengan menyerahkan hidup kita semata untuk mencari dan melaksanakan kehendak Tuhan (Amos 5:4,6,14; Roma 12:1-3)
Ini adalah bagian yang terpenting. Ibadah atau persembahan yang sejati bukan hanya persembahan uang, waktu, tenaga, tetapi persembahan tubuh kita yang hidup. Kehidupan yang diserahkan seluruhnya untuk Tuhan. Inilah ibadah yang paling dicari dan dirindukan Tuhan. Inilah ibadah yang pasti akan diterima oleh Tuhan.
KESIMPULAN
Ketika kita berhubungan dengan Tuhan, hal terutama yang paling Tuhan cari adalah hati dan hidup kita yang benar dihadapan-Nya bukan tata cara ibadah dan persembahan kita.

RINDU AKAN TUHAN

“Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi…;” (Yesaya 26:9)

Renungan bagi kita :
Siapakah yang kita rindukan pada waktu malam dan siapakah yang kita cari pada waktu membuka mata di pagi hari? Beberapa orang memenuhi pikirannya dengan keluarganya karena bagi mereka keluarga adalah segalanya. Beberapa orang menujukan hatinya kepada harta dan benda. Beberapa yang lain mencari pertemanan demi pertemanan. Lebih banyak lagi mereka yang mengarahkan hatinya kepada bisnis dan pekerjaannya yang adalah cinta dalam hidup mereka. Namun, siapakah yang merindukan Tuhan?

Adakah di dunia ini yang merindukan Tuhan? Hai, orang-orang yang menyebut diri mereka orang-orang Kristen, adakah engkau mengikuti jejak Kristus setiap hari dan hidup menyatakan kasih kepada Bapa dan manusia? Hai, orang-orang yang mengaku sebagai anak-anak Allah, adakah engkau merindukan perkara-perkara dari Allah lebih daripada yang lain? Hai, engkau yang merasa sebagai penyembah-penyembah-Nya yang menyembah dalam ROH dan KEBENARAN, adakah engkau mencari perkara-perkara ROHANI serta senantiasa lapar dan haus akan KEBENARAN? Benarkah kita sudah merindukan Dia, perkara-perkara-Nya, jalan-jalan-Nya, kehendak-Nya, dan isi hati-Nya?


Dan mungkin jika kita merasa telah cukup merindukan dan mencari-Nya, baiklah kita bertanya kembali dan memeriksa hati kita : sudahkah kita merindukan-Nya dengan SEGENAP JIWA dan SEPENUH HATI?
Mungkin muncul pertanyaan di hati Anda : tidak cukupkah aku berdoa beberapa menit dan beribadah kepada-Nya setiap minggu di gereja? Memberikan persembahan dan perpuluhan, memuji dan mendengarkan khotbah sekali seminggu????

Sesungguhnya tanpa kita sadari, kita sering berlaku tidak adil kepada Tuhan.
Tanpa kita ketahui, pikiran kita telah bergerak dengan liar menuju pada pola-pola yang absurd dan menyimpang dari kebenaran. Mengapa begitu?
Karena seringkali kita memberikan hati kita, waktu kita, pikiran kita, usaha kita untuk uang dan kekayaan. (Sumber berita baru-baru ini : Layakkah seorang manusia mengorbankan nyawa untuk uang Rp. 20.000,- demi mencari keong di rawa-rawa Bojonegoro?). Seluruh nyawa untuk harta padahal Tuhan jauh lebih berharga daripada seluruh harta di dunia bahkan emas dan permata di surga!
Dan jika terhadap belahan jiwa kita seperti kekasih atau istri/suami kita, kita merasa layak mendapatkan gelora cinta yang menyala-nyala dari kita, bukankah Tuhan jutaan kali lebih layak untuk dicintai daripada siapapun yang ada di alam semesta ini? Bukankah amat sanga jauh lebih layak kita mengasihi sepenuh jiwa sang pencipta itu sendiri daripada segala ciptaan-Nya yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan? Tapi, manusia berjuang penuh hasrat untuk lingkungan dan hak-hak binatang! (Adakah yang membela hak-hak Tuhan yang terlalu sering dilanggar tanpa kenal takut kepada-Nya?)
Itulah makna dari hukum utama bagi hidup manusia : ‘Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu, segenap akal budimu, dan segenap kekuatanmu’

Faedah dari pada menuntut hikmat Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu, sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.
(Ams 2:1-5 TB)

PIKIRAN NEGATIF TERHADAP TUHAN

“Selagi ia berbicara dengan mereka, datanglah raja mendapatkan dia. Berkatalah raja (Yoram, raja Israel) kepadanya (Elisa) : “Sesungguhnya, malapetaka ini adalah dari pada TUHAN. Mengapakah aku berharap kepada TUHAN lagi?” (2 Raja-raja 6:33)

Ada dua kekeliruan yang sangat mendasar mengenai sikap orang terhadap Tuhan pada waktu hal-hal yang buruk menimpa mereka. Ini sudah sangat umum terjadi namun sangat jarang dikenali dan disadari. Sesungguhnya itu menunjukkan betapa negatifnya seringkali pandangan manusia terhadap Tuhan sekaligus menampilkan kekurangan atau bahkan ketiadaan iman dalam diri manusia kepada Tuhan sewaktu menghadapi masalah maupun pencobaan-pencobaan dalam hidupnya.

Kekeliruan pertama adalah mereka “menyalahkan Tuhan atas setiap masalah dalam hidup mereka.” Ketika hidup mulai sulit dan berat, mudah sekali pikiran kita memunculkan pikiran-pikiran semacam ini yaitu bahwa ‘malapetaka ini dari Tuhan asalnya. Ini pasti karena Tuhan tidak memegang kendali. Atau di mana ya Tuhan kok kayaknya tidak bisa campur tangan membela aku’.
Bukan saja ini pikiran yang bengkok melainkan ini pun penipuan yang luar biasa dari iblis yang memang menghendaki manusia menjauhi hal-hal yang berkenaan dengan Tuhan. Inilah suatu fitnah yang keji kepada Tuhan dibandingkan dengan pribadi-Nya yang penuh kasih dan kebaikan.

Pertanyaannya : mengapa mudah berpikir bahwa Tuhan suka mendatangkan yang jahat dan malapetaka dalam hidup manusia sedangkan sulit dan jarang sekali untuk berpikir bahwa pada kenyataannya kebanyakan masalah dan penderitaan dalam hidup manusia justru terjadi karena ulah manusia itu sendiri? Bukankah karena dosa-dosa dan kejahatan manusia maka segala kekacauan, kerusakan, kehancuran, pembunuhan, dan kriminalitas itu merajalela? Dan jika alam menjadi marah dan melahirkan bencana-bencana, tidakkah itu karena sikap manusia yang tidak peduli dan tidak bersahabat dengan alam namun semena-mena menguras dan menghabiskan kekayaan alam dengan serakah tanpa mempedulikan akibatnya di masa akan datang?

Mudah memang menyalahkan Tuhan atas semua hal-hal tidak menyenangkan bagi kita dalam hidup tetapi itu akan menyulitkan hidup manusia itu sendiri. Namun dengan menjauh dari Tuhan, manusia bukannya akan menemukan solusi melainkan akan menemukan masalah baru karena dari dalam hati manusia yang belum dipulihkan oleh Tuhanlah keluar segala bentuk hal-hal buruk yang berbuahkan berbagai-bagai masalah kehidupan.
“sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.” (Mark. 7:21-23)

Tipuan iblis yang paling jitu adalah membuat manusia menyalahkan Tuhan dan menjadi pahit terhadap Tuhan. Inilah kekeliruan besar yang kedua. ‘Jika malapetaka ini dari Tuhan, buat apa lagi aku berharap kepada-Nya’

Dengan menjadi pahit kepada Tuhan, maka manusia menjadi alergi terhadap Tuhan. Dengan sikap yang tidak mau tahu lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan, maka cepat atau lambat orang akan menjauh dari Tuhan -dan mendekat kepada kebinasaan. Dengan menjauhkan manusia dari Tuhan, iblis telah berhasil menarik manusia menjauh dari pusat kehidupan, sumber pemulihan, dan pangkal dari segala berkat yaitu TUHAN sendiri.

Dengan pikiran-pikiran negatif kepada Tuhan, iblis mengikis dan bermaksud memutuskan saluran yang menghubungkan kita dengan berkat dan mujizat Tuhan yaitu iman kita. Tanpa iman, kita tidak akan pernah dapat berhubungan dengan Tuhan (Ibrani 11:6a). Mereka yang telah terjangkiti ‘virus sakit hati’ kepada Tuhan tidak akan pernah lagi berharap dan beriman kepada Dia untuk setiap pergumulan mereka karena pikiran mereka yang tertipu mengatakan kepada mereka ‘buat apa! Toh ini semua penyebabnya kan Tuhan sendiri. Gak mungkinlah Dia akan tolong kita. ‘Kan Tuhan sendiri yang senang kita mengalami seperti ini.’
Busuk benar pikiran-pikiran seperti itu! Jahat benar hati yang memendam perasaan demikian!

Demi kasih kemurahan Tuhan, saya mohon berhentilah berpikir yang demikian. Dia yang telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk mati disalib untuk kita, yang telah memberikan kesempatan untuk kembali pada-Nya melalui nafas kehidupan kita setiap hari untuk supaya kita dapat bertobat sebelum hidup kita berakhir, Dia yang telah memelihara kita dan menanggung kita hari demi hari, tidak pernah sebersit pun timbul pikiran di dalam diri-Nya untuk menyakiti dan menghancurkan ciptaan yang sangat dikasihi-Nya itu. Dia baik dan penuh kasih, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya! Layak dipuji untuk setiap perbuatan-Nya yang baik, sempurna dan adil (Mazmur 136)

Seperti anak bungsu yang hilang mendapatkan pemulihan ketika ia menyadari bahwa di rumah bapanya ia tidak pernah kekurangan kasih dan kebaikan, hari ini KEMBALILAH KEPADA TUHAN. AKUILAH DOSA-DOSAMU. TERIMALAH PEMULIHAN DALAM HIDUPMU. Karena di dalam pertobatan dan pengakuan dosa ada pemulihan.
“…dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” (2 Tawarikh 7:14)

Ketika pencobaan datang, baiklah kita datang seperti pemazmur :
“Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:6)

“DAN BERBAHAGIALAH ORANG YANG TIDAK MENJADI KECEWA DAN MENOLAK AKU”
(Matius 11:6)

PELAJARAN MENGENAI KEHIDUPAN (1)


“Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.” (Pkh 1:2)

Pengkhotbah adalah nama alias raja Salomo atau orang umunya menyebutnya sebagai Sulaiman. Sejarah mencatat dia adalah orang paling kaya, paling sukses, dan paling pandai menurut ukuran dunia pada umumnya.
Kitab ini ditulis di akhir hidupnya sebagai suatu kesimpulan dari catatan pengamatannya akan kehidupan manusia di muka bumi.
Kesimpulan utamanya adalah SEGALA SESUATU DI DUNIA INI ADALAH SIA-SIA.

“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pkh. 1:14)

Setujukah Anda dengan pendapat Salomo?
Jika Anda tidak setuju : berarti Anda yakin bahwa hidup di dunia ini tidak sia-sia.
Jadi, apa yang membuat Anda yakin sehingga berpendapat bahwa hidup Anda dan manusia lainnya di dunia ini tidak sia-sia? Dengan kata lain, Anda harus menjawab alasan mengapa hidup manusia di dunia ini tidak sia-sia…..
Selamat merenung.
Kiranya Hikmat datang menerangi hati Anda. Amin.

“Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.”
– Pengkhotbah 2:11


Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?
Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
(Pengkhotbah 1:3,14)

Rekan-rekan seiman di dalam Kristus,

Benarkah tidak ada gunanya manusia berusaha dengan berjerih lelah di bawah matahari?
Dari sudut pandang hidup di dunia ini tentu ada gunanya. Namun, dari sudut pandang adanya kehidupan dan kematian kekal, dengan berat hati, harus diakui bahwa hal itu TIDAK ADA GUNANYA.

Bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup yang selama ini dianut dan dipegang erat oleh orang-orang pada umumnya, Alkitab memberitahukan kita melalui seorang yang paling berhikmat di dunia (selain Yesus Kristus tentunya) yang telah menyelidiki semua aspek kehidupan selama hidupnya.
Hari ini banyak orang berpikir bahwa kerja keras dengan menghasilkan banyak uang, mengumpulkan kekayaan, mengejar ketenaran, meraih kekuasaan, dan melanggengkan gaya hidup yang nyaman bagi diri dan keluarganya yang fokus untuk memuaskan diri sendiri adalah keuntungan hidup di dunia dan yang membuat hidup manusia menjadi berarti.
Benarkah demikian?

Mari kita mulai dengan memperhatikan hal-hal apa yang dipandang sebagai keuntungan oleh manusia -yang memotivasi mereka untuk bersusah payah siang dan malam selama hidup mereka.

1) Uang dan harta kekayaan
2) Keluarga : suami, istri atau anak
3) Nama baik pribadi maupun keluarga
4) Kehidupan yang baik dan nyaman, suatu kemudahan dan kenyamanan hidup
5) Kekasih hati / orang yang paling dicintai
6) Gelar pendidikan dan berbagai manfaat yang mengikutinya
7) Gelar keagamaan dan berbagai faedahnya yang menyertainya
8) Kesempatan menikmati hidup di usia muda (pensiun dini)
9) Kesehatan dan kondisi yang baik hingga umur panjang
10) Prestasi dan kesuksesan dalam setiap usaha dan pekerjaan
Dan masih banyak lagi hal lainnya sesuai selera dan keinginan pribadi masing-masing….

Salomo sebagai Pengkhotbah telah meneliti semua itu dan menyimpulkan semua itu sia-sia dan tidak ada gunanya …… jika dilihat dari sudut pandang keabadian atau dari sudut pandang Tuhan. Artinya semua hal di atas akan menjadi sesuatu yang sangat berarti jika memang kehidupan kita hanya dijalani selama ada di dunia ini dan kemudian selesai sama sekali. Masalahnya, menurut Kitab Suci, manusia adalah makhluk roh yang ditakdirkan untuk kekekalan. Ada kehidupan setelah mati (jasmani) dan ada pula kematian kedua setelah mati (jasmani). Ada babak baru setelah babak dunia ini berakhir. Dari sudut pandang babak baru ini maka apa yang diperoleh pada babak sebelumnya (selama hidup di dunia) menjadi kecil artinya -khususnya apabila yang dicapai itu semata untuk memenuhi kehidupan di dunia belaka.

Mengapa menjadi tidak penting dan tidak berguna?
Karena semua itu tidak kekal, tidak abadi, akan hilang dan lenyap bersama lenyapnya ingatan akan dunia ketika digenapinya adanya langit dan bumi yang baru (Wahyu 21)

Orang-orang yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheist) mungkin berpikir bahwa mereka tidak mempercayai semua yang dipercayai para maniak agama itu. Baiklah. Tapi jika mereka bersedia merenungkan dengan tenang dan dalam, segala hal yang mereka dapatkan dan ingin nikmati di dunia ini akan berakhir dan TIDAK PERNAH MEREKA BAWA DALAM KUBUR. Seperti tangan Alexander Agung yang terjulur ke luar dari samping peti matinya, seperti itulah gambaran kesia-siaan segala pencapaian mereka.
Bisa jadi, orang menyangkal : bukankah masih ada keturunan dan generasi selanjutnya? Baiklah. Tapi siapa yang menjamin bahwa generasi selanjutnya akan melanjutkan prestasi bukannya meruntuhkan segala pencapaian orang tua dan generasi sebelumnya.

Jadi, benar. Semuanya sia-sia.
Tapi… jika semuanya sia-sia, untuk apakah lagi kita hidup?
Dan untuk apa pula berjerih payah?
Baikkah hidup bermalas-malasan dan bersenang-senang saja?
Atau… yang penting bertahan hidup saja selama di dunia (sambil menunggu mati)?

Tunggu pelajaran mengenai kehidupan selanjutnya.

(BERSAMBUNG)