Arsip Bulanan: Agustus 2016

MENGETAHUI MASA-MASA KEHIDUPAN

(Artikel ini ditulis pada tanggal 5 Januari 2001)
Oleh: Bpk. Peter B. K.

Salomo yang memakai nama samaran Pengkhotbah pernah menulis bahwa “untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawa langit ada waktunya “Apa artinya? Artinya tidak ada sesuatupun di dunia ini berlangsung selama-lamanya tanpa berhenti, tetapi untuk setiap perkara ada waktunya untuk berhenti atau dimulai kembali. Buah-buahan ada musimnya (tidak selamanya kita mudah mencari durian atau mangga). Tidak selalu kita bersukacita karena menuai karena, kita tahu, waktu itu baru mulai waktu menanam.

Bagi kita manusia berlaku pula hal itu. Apakah kemunculan kita begitu tiba-tiba dan langsung dewasa? Bukankah ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk mati?  Dan diantara masa lahir dan mati itu jelas ada begitu banyak masa yang lain. Bacalah Pengkhotbah pasal 3 dan kita akan jelas ada begitu betapa hidup manusia memiliki banyak masa selama waktu hidup yang singkat ini. Pertanyaan yang penting sekarang ini adalah masa apakah sekarang ini dalam hidup kita – di tahun 2001 ini? Secara keseluruhan, tahukah engkau masa apakah dalam tahun hidupmu di 2001 ini?


                Bagi beberapa orang (atau banyak orang?) hidup ini diumpamakan dan dipandang bagaikan “air yang mengalir” Kehidupan dilalui tanpa beban, ringan, dinikmati, dan … tanpa arah dan tujuan. Biarkanlah semuanya terjadi sebagaimana seharusnya, “demikian mereka berkata. Benar begitu? Tentu saja tidak. Karena itulah maka beberapa orang tidak pernah membawa dan memberikan apa-apa selama hidup di dunia. Hidup yang demikian sesungguhnya sama seperti sudah mati sebelum waktunya seperti orang yang sudah mati yang tidak mampu memberikan dan melakukan apa-apa yang baik dan berguna, begitulah mereka yang hidup tanpa tujuan yang pasti. Betapa sedihnya …

                Kembali pada masa-masa kehidupan, Allah kita adalah Allah yang memiliki rencana dalam hidup kita. Rencana – rencanaNya adalah baik penuh damai sejahtera dan Ia berjanji memberikan masa depan yang penuh harapan bagi hidup kita (Yes 29:11). Ia jugalah yang telah menetapkan masa dan waktu dalam setiap hidup manusia. Ia akan membuat segala sesuatu indah di waktuNya. Tahukah Anda waktuNya? Tahukah Anda rancangan dan kerinduanNya untuk tahun ini? Ada begitu banyak orang menjelang akhir tahun lalu menetapkan target dan sasaran untuk tahun 2001 ini. Tanyalah pada mereka, adakah rencana-rencana itu pasti 100% berhasil? Yakinkah mereka bahwa target sasaran mereka tercapai? Saya tidak tahu dan saya tidak yakin mereka akan tahu karena kondisi yang amat sangat tidak menentu di Indonesia. Ketahuilah satu hal ini: Tidak ada yang pasti di dalam hidup ini selain waktu dan masa-masa Tuhan, karena Ia-lah yang empunya waktu dan masa itu! Tugas kita adalah mencari tahu dan bertanya pada Dia, masa apakah dalam hidupku sekarang ini.

Salah satu kisah paling menyedihkan, paling kejam sekaligus memalukan adalah kisah mengenai kejatuhan seorang hamba Tuhan yang di juluki “orang yang berkenan di hati Tuhan”. Ya, orang itu Daud dalam II Samuel 2, kejatuhan Daud yang terbesar dimulai. Itu dimulai pada saat petang itu, Daud bersantai dan dari atas sotoh rumahnya ia melihat wanita itu. Selanjutnya adalah kisah yang tragis untuk diceritakan karena setelah itu dosa-dosa memuncak dan membuahkan kenistaan bagi nama Tuhan sendiri (lihat II Samuel 12:9,14). Tapi …. Apa hubungannya ini dengan waktu Tuhan dan pesan mengenai waktu dan masa? Hubungannya ini  dengan waktu Tuhan dan pesan mengenai waktu dan masa? Hubungannya terletak pada ayat 1 dan 2 Samuel 11. Perhatikanlah ayat itu Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta  orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Itulah titik awalnya! Mengapa Daud jatuh sedemikian dalam dan menyimpang begitu jauh? Ya, karena ia tidak mengetahui waktu dan masa saat itu adalah berperang tapi Daud tinggal di rumah mengikuti kehendak dan rencananya sendiri. Pelajaran yang penting disini adalah : KETIDAKTAHUAN MENGENAI RENCANA MASA-MASA DAN WAKTU TUHAN DALAM HIDUP INI BISA BERAKIBAT FATAL. Ya, FATAL!

Ketahuilah hal ini baik-baik! Jika hidupmu tidak berada dalam tanganNya dan dalam jalur kehendakNya, ada oknum lain yang siap masuk dan membawamu, menarikmu dengan halus  dalam rencananya. Itulah yang dialami Daud!  Iblis memanfaatkan kelengahan Daud dan mempergunakannya untuk hamba Tuhan yang sebelumnya begitu perkasa dan kuat di dalam Tuhan. SEBERAPA KUAT “ROHANIMU ATAU SEBERAPA BANYAK ENGKAU ANGGAP DIRIMU “MENGERTI” FIRMAN TUHAN, TIDAKLAH ADA ARTINYA TANPA DI SERTAI PENGETAHUAN MENGENAI WAKTU DAN MASA TUHAN.” Ingatlah sekali lagi, Iblis  siap merusak dan menghancurkan hidupmu secara total apabila engkau tidak mengikuti waktu dan masa Tuhan.

Surat kabar jawa pos tanggal 2 januari 2001 pada halaman pertama menyajikan berita yang bersifat ramalan seorang peramal. Pediksinya untuk sepanjang tahun ini adalah sebagai berikut : “ akan muncul kericuhan yang situasinya seperti tidak ada pemerintahan …., huru-hara tetap tidak akan bisa dihindari lagi, dan itu mesti terjadi. Dalam 6 bulan pertama, situasi huru-hara mencapai puncaknya ….. bukan berarti 6 bulan berikutnya situasi telah membaik. Namun, peristiwa kericuhan dan huru-hara masih tetap terjadi …. Situasinya akan semakin kacau. “ Dari uraian tadi singkatnya tahun ini adalah tahun huru-hara, kekacauan dan kerusakan. Siapakah sumbernya?  Ya, saudara semua tahu siapa dia! Itulah rencananya atas kita yang di Indonesia. Tetapi rencana Tuhan jauh berbeda.
Masih adakah pilihan lain? Seperti biasa, di dalam Tuhan seringkali kita tidak punya pilihan untuk memilih apa yang terbaik. Yang terbaik selalu yang ada pada Tuhan. Ia selalu punya yang terbaik untuk kita. RancanganNya telah disiapkan . Waktu dan masa yang terbaik telah ditetapkan untuk kita sepanjang tahun ini. Tidak ada kesukaan dan kebahagiaan dan keberuntungan  yang melebihi apabila kita mengetahui waktu apakah 2001 ini dalam rancangan terbaik-Nya. So, mengapa kita tidak mencarinya? Bukankah FirmanNya “…. Siapa yang mencari akan mendapat ….”? Jangan ulangi kesalahan Daud! Jangan biarkan Iblis “mengalirkanmu” dalam rencananya Ijinkan Tuhan berkarya dan menjalankan kehendakNya. Malam tahun baru adalah saat terbaik merefleksikan hidup kita dan bertanya pada Tuhan maksudnya di tahun berikutnya. Tetapi … jika itu telah terlewati dengan sia-sia, jangan kuatir, janjiNya : “ Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku, apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku …. “ ( Yeremia 29:13-14).

API ASING DI KEMAH SUCI (Bagian II)

Oleh: Peter B, MA


Api Asing Berkobar Melalui Cara-cara Kita Sendiri Dalam Melayani Tuhan.

Nadab dan Abihu telah mendengar ketetapan Tuhan mengenai bagaimana seharusnya melaksanakan tugas sebagai imam Tuhan. Baik waktu pelaksanaannya, tatacaranya hingga bagaimana seharusnya bersikap sebagai imam. Semuanya telah dituliskan dengan detail sebagai suatu perintah yang harus benar-benar diperhatikan. Sayangnya, kedua imam muda itu tak mempedulikannya. Mereka memilih bertindak dengan cara-cara mereka sendiri.
Hal serupa terjadi pada Uza (2 Sam. 6:6-7), salah satu dari dua orang pengiring kereta yang ditarik sapi dimana di atasnya ditaruh tabut perjanjian yang hendak dibawa ke Yerusalem atas perintah Daud.

Hari ini, kita melihat dan mendengar bagaimana pelayanan dikerjakan dengan pemikiran-pemikiran manusiawi bahkan yang duniawi. Tanpa terlalu memperhatikan prinsip-prinsip yang tersimpan di balik ayat-ayat firman Tuhan, pelayanan yang disebut-sebut dialamatkan kepada Tuhan justru diwujudkan dalam usaha-usaha untuk menyenangkan memanjakan manusia. Tempat-tempat ibadah yang sejuk dan nyaman, jam-jam ibadah yang dipersingkat dan disesuaikan dengan kesibukan jemaat, dekorasi yang menarik hati disertai penampilan apik dan menarik hati dari mereka yang melayani di mimbar atau panggung gereja, juga para pembicara-pembicara yang menyampaikan pesan-pesan yang lebih banyak menyenangkan telinga pendengarnya dan membangkitkan motivasi untuk mencari berkat-berkat materi atau mengejar hidup sukses di dunia ini daripada menjalani hidup takut akan Tuhan, menyangkal diri dan memikul salib sebagai pengikut Kristus -semuanya, walaupun tampak baik dan ingin memberikan yang terbaik, namun penekanan pada apa yang lain daripada usaha melahirkan murid-murid Kristus sejati menunjukkan betapa pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan manusia telah menjadi prakrek-praktek yang umum di gereja Tuhan masa kini.
Sesuatu yang tidak pernah terbersit di hati rasul-rasul dan jemaat mula-mula oleh karena hidup mereka yang berbeda dari dunia setelah memutuskan mengikuti ajaran Yesus Kristus telah terang-terangan diperagakan di perkumpulan yang seharusnya kita sebut sebagai kudus dan keluarga Allah. Dengan mengadakan acara-acara yang serupa dengan dunia, mengundang selebritis yang belum teruji benar kesetiaan dan imannya pada Kristus dan ajaran-Nya untuk berdiri sebagai suatu teladan iman atau dengan menyuguhkan tampilan dan perayaan seni yang juga ditampilkan orang-orang yang tidak mengenal Allah, suatu api asing berkobar di hadapan Tuhan dan menimbulkan kemarahan hati-Nya!


Benarkah Tuhan ingin kita berhasil sebagaimana keberhasilan yang dicapai orang-orang yang tak mengenal Tuhan? Bukankah kesuksesan hidup kita seharusnya mengikuti cara dan kemauan Tuhan yang ingin menjadikan kita sebagai alat kemuliaan-Nya?
Benar, ada yang dianugerahi kemuliaan dan kekayaan raja-raja seperti Yusuf dan Daud. Namun tidakkah Yeremia yang tak pernah digubris sedikitpun kala menyampaikan pesan-pesan profetik dari Tuhan termasuk salah satu nabi paling berhasil di mata Tuhan? Bukankah nabi-nabi kecil seperti Amos, Obaja, Nahum dan Habakuk juga pelayan-pelayan yang berhasil di mata Tuhan? Tidakkah nabi seperti Yunus yang hendak melayani Tuhan menurut caranya sendiri diganjar dengan goncangan dan hukuman yang keras?

Dan bagaimana dengan para rasul Kristus yang jangankan menikmati kehidupan yang tenang dan serba nyaman di tengah kumpulan jemaat yang mengagumi mereka.., nyatanya hidup mereka dikorbankan bagai hewan-hewan sembelihan! Akankah kita menyebut mereka orang-orang yang gagal sebagai hamba-hamba Tuhan? Lalu apakah Kristus yang mati demikian memalukan dan mengenaskan adalah gambaran keberhasilan atau kegagalan dalam pelayanan? Jika Kristus ialah lambang keberhasilan, adakah yang mau mengikuti jejak-Nya sebagai hamba untuk mengosongkan diri dan menjalani hidup yang Bapa inginkan apapun itu bentuknya? Bisakah kita memilih cara Tuhan memanggil dan memakai kita? Dan jika kita memilih cara dan jalan yang hendak kita lalui dalam melayani Tuhan sesuai selera kita sendiri, mungkinkah kita masih menyebut itu sebagai suatu pelayanan yang tunduk pada sang Raja di atas segala raja? Adakah pegawai kerajaan yang menentukan sendiri bagaimana dia bertindak tanduk di hadapan pribadi yang paling berkuasa di seluruh kerajaan?


Adalah suatu fakta jika sejauh ini kita masih suka memilih dan memaksa Tuhan mengikuti kemauan hati kita yang telah kita coba cocokkan dengan ayat-ayat firman-Nya sebagai seolah-olah keinginan-Nya sendiri. Padahal itu tak pernah muncul di hati Tuhan. Suatu api yang asing yang terus dikobarkan di hadapan Tuhan tidak akan membawa dampak yang menguntungkan bagi kita.


Api Asing Menghanguskan Segala Sesuatu Ketika Ukuran-ukuran Kita Sendiri Menjadi Pedoman Penentu Apa Yang Berkenan di Hadapan Tuhan.
Kisah Yerobeam dalam 1 Raja-raja 12-14 memberitahukan kita apa yang membuat Yerobeam akhirnya sangat dimurkai Allah. Dikisahkan di sana bahwa ia memulai suatu ibadah baru. Mengatasnamakan Tuhan, Allah yang membebaskan Israel dari tanah Mesir, ia membuat dua patung lembu emas dan mengajak seluruh bangsa menyembah patung-patung tuangan itu. Lebih dari itu, ia mengangkat pelayan-pelayan Tuhan sekehendak hatinya sendiri, menentukan tata cara dan waktu-waktu perayaan ibadah seturut hatinya sendiri:

“Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan.
Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain.
Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan MENGANGKAT IMAM-IMAM DARI KALANGAN RAKYAT YANG BUKAN DARI BANI LEWI.
Kemudian Yerobeam MENENTUKAN SUATU HARI RAYA pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan IA SENDIRI naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan IA MENUGASKAN di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah DIANGKATNYA.
IA NAIK TANGGA MEZBAH YANG DIBUATNYA di Betel itu pada hari yang kelima belas dalam bulan yang kedelapan, dalam bulan YANG TELAH DIRENCANAKANNYA DALAM HATINYA SENDIRI; ia MENENTUKAN SUATU HARI RAYA BAGI ORANG ISRAEL dan ia naik tangga mezbah itu untuk membakar korban”~1 Raja-raja 12:29-33

(huruf besar ditambahkan penulis untuk penekanan)

Ya, Yerobeam menentukan ukuran-ukurannya sendiri dalam ibadah “gaya baru” yang dirancangnya sendiri. Ia menganggap dirinya layak dan menunjuk dirinya sendiri sebagai pemimpin imam bagi Tuhan. Ia memilih orang-orang sesuai seleranya dan menganggapnya layak melayani sebagai imam-imam bagi Tuhan. Ia mencari dan menetapkan hari-hari ibadah dan menentukan hari-hari raya yang seolah sama dengan yang ditetapkan Tuhan tetapi pada waktu yang berbeda, menganggapnya sebagai hari-hari suci untuk beribadah.

Atas apa yang dilakukan Yerobeam ini, Tuhan menanggungkan hukuman yang sangat berat hingga pada keturunan-keturunannya. Bahkan pada siapapun yang mengikuti standar-standar ibadah Yerobeam di kemudian hari.

Di masa kini, api asing menyambar dan merusakkan pekerjaan Tuhan karena standar pribadi menjadi tolok ukur bagaimana suatu pelayanan diadakan. Ketika pemimpin rohani tak bisa membedakan jawatan-jawatan dalam kepemimpinan gereja sehingga mencampuradukkan berbagai pelayanan lima jawatan (yakni rasul, nabi, pemberitaan Injil, gembala dan pengajar) dan mengklaim dirinya sebagai salah satu atau sekaligus beberapa jawatan tersebut secara tak berdasar maka suatu pelayanan asing dihadirkan di hadapan Tuhan (betapa perlu kita perlu mewaspadai berbagai sebutan, gelar atau jabatan pelayanan yang diyakini dan diperhitungkan atas diri seseorang atau sekelompok pemimpin rohani sedangkan itu tidak pernah benar-benar disebutkan dalam Alkitab atau dalam penafsirannya yang seimbang dan sehat!)
Di saat ukuran-ukuran seorang pelayan Tuhan tidak jelas dan hanya ditentukan oleh gelar, bakat, kedekatan hubungan atau tampilan-tampilan yang terlihat rohani tanpa mempertimbangkan komitmen dan kehidupannya sehari-hari sebagai murid Kristus sejati, maka saat itulah pelayanan serupa Yerobeam yang dibenci Tuhan telah lahir. Dan ketika hari-hari ibadah atau perayaan ditentukan dalam bentuk-bentuk rutinitas tanpa makna yang bertujuan hanya memuaskan tuntutan relijius semata maka sesuatu yang tak pernah diinginkan Tuhan dipraktekkan hanya untuk akhirnya membawa sakit di hati Tuhan.

Semestinya kita menyediakan hati untuk mencari apa yang menjadi ukuran-ukuran sejati kerajaan Allah dan intisari ajaran Kristus, Tuhan kita. Melalui suatu studi yang mendalam di hadapan hadirat Tuhan dengan hati yang diserahkan untuk mengasihi dan menemukan kebenaran sejati, dalam pimpinan Roh hikmat dan wahyu, pada kita akan disingkapkan standar ilahi. Bukan dengan memegang erat pendapat kita sendiri sembari mencari ayat-ayat yang mendukung pandangan subyektif kita.

Tanpa pengenalan akan Tuhan dan kerendahan hati untuk belajar dan diajar, kita berpotensi membangun suatu mezbah dimana kita membakar persembahan yang asing di hadapan Tuhan.


Hingga ribuan tahun kemudian, seberapa banyak peringatan Tuhan melalui peristiwa Nadab dan Abihu benar-benar kita pahami? Seberapa banyakkah yang mencoba mendalami maksud Tuhan sehubungan dengan hal ini? Atau jika banyak yang telah tahu atau ‘merasa’ cukup tahu makna api asing di hadapan Tuhan, seberapa banyak yang sungguh-sungguh ingin mengaplikasikan kebenaran tersebut dengan membawa api yang benar di hadapan Tuhan?

Oh, seandainya saja kita benar-benar mengerti betapa mengerikan dampak dari suatu api yang asing di hadapan Tuhan itu!


MENGAPA TUHAN SEKERAS ITU MENYATAKAN PENGHAKIMAN-NYA?
Mengamati apa yang terjadi atas Nadab dan Abihu maupun kematian tiba-tiba dari Uza, kita bertanya-tanya mengapa Tuhan bersikap demikian keras? Perlukah penghukuman semacam itu? Setiap itu dengan kesalahan mereka?

Berbicara mengenai kematian, kita tidak pernah akan benar-benar memahami mengapa ada orang-orang yang tidak diberikan kesempatan atau berumur panjang. Semua berpulang pada hikmat dan kebijaksanaan Tuhan. Meski begitu, setidaknya kita bisa belajar dari peristiwa-peristiwa terkait kematian yang diijinkan Tuhan itu.

Terkait pelanggaran atas bagaimana kakak beradik putra Harun itu tidak mengindahkan peraturan imamat Tuhan, api datang dari langit secara mendadak dan menghanguskan mereka sampai mati. Demikian pula kematian Uza yang seketika.
Melalui kejadian yang demikian ekstrim, Tuhan ingin menyampaikan peringatan keras bagi mereka yang dengan terang-terangan dan secara terbuka melakukan pelanggaran terhadap standar-standar keimaman yang ditetapkan-Nya.

Itulah mengapa hukuman Tuhan atas Yerobeam sangat mengerikan, karena telah mengubah seluruh tatanan ibadah yang benar di hadapan Tuhan dengan menerapkan ukuran-ukurannya sendiri:

“Sebab engkau telah melakukan perbuatan jahat lebih dari semua orang yang mendahului engkau dan telah membuat bagimu allah lain dan patung-patung tuangan, sehingga ENGKAU MENIMBULKAN SAKIT HATI-KU, bahkan engkau TELAH MEMBELAKANGI Aku.

Maka Aku akan MENDATANGKAN MALAPETAKA kepada keluarga Yerobeam. Aku akan MELENYAPKAN dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan MENYAPU keluarga Yerobeam SEPERTI ORANG MENYAPU TAHI SAMPAI HABIS.
SETIAP ORANG dari pada Yerobeam yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung yang di udara. Sebab TUHAN telah mengatakannya”~1 Raja-raja 14:9-11


Melayani Tuhan dengan pikiran, motif hati, tujuan dan cara-cara sendiri diperhitungkan Tuhan sebagai sesuatu yang “menimbulkan sakit hati Tuhan”. Mengapa? Karena dengan sengaja tidak taat, membangkang atas perintah Tuhan. Disadari atau tidak, itu berarti memanfaatkan Tuhan dan pelayanan kepada-Nya sebagai alat melampiaskan kepentingan-kepentingan pribadi.
Sikap demikian dipandang sebagai “membelakangi Tuhan”. Suatu sikap yang menganggap Tuhan sebagai sosok yang tidak berarti, tidak perlu diperhatikan atau dipertimbangkan sekalipun dalam menentukan segala sesuatu. Yang memilih untuk bertindak semaunya sendiri tanpa menghiraukan keberadaan dan kedaulatan Sang Mahatinggi. Itu sama sekali bukan perkara sepele dan kecil saja!

Sebagaimana contoh-contoh di atas, mereka yang mencoba melayani Tuhan akan berhadapan dengan Tuhan sendiri yang akan menghakimi mereka.
Ini sejajar dengan apa yang dikatakan Yesus dalam Matius 7:21-23,

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Nadab dan Abihu mengalami kematian yang mengerikan. Itu juga yang terjadi atas mereka yang membawa api asing dalam pelayanan mereka akan beroleh ganjaran yang sama: kematian. Pertama-tama kematian rohani dan jika tidak ada pertobatan, mereka akan mengalami kematian kedua yang kekal di lautan api. Kematian rohani ditandai tidak ada pertumbuhan dan pengenalan yang jelas dan nyata akan jalan-jalan Tuhan. Pengetahuan rohani mungkin terus akan bertambah tetapi perubahan karakter dalam hidup dan pelayanan yang sesuai hati Tuhan tidak pernah benar-benar terjadi.

Tuhan akan menghentikan pelayanan mereka yang membawa api asing di hadapan-Nya. Entah itu dengan membuat pelayanannya semakin menyimpang dari jalur kebenaran Tuhan dan semakin sesat sehingga tak layak disebut sebagai pelayan Tuhan. Atau mengacaukan pelayanan mereka dengan berbagai kasus, perpecahan, tekanan atau persoalan sosial atau kesulitan dari otoritas pemerintahan yang ada, juga dari sebab-sebab lain di dalam pengaturan dan kekuasaan Tuhan sehingga pelayanan-pelayanan semacam itu kehilangan penyertaan dan hadirat Tuhan yang sejati.
Pada beberapa kasus khusus, meski tidak selalu demikian, kematian yang tidak terduga dan mengejutkan banyak orang mungkin dapat terjadi secara tiba-tiba atas hamba-hamba Tuhan yang di pemandangan Tuhan telah menyalakan suatu api asing yang menggusarkan hati-Nya!

Pada waktunya, Tuhan akan membuka setiap penyimpangan terkait apa yang disebut orang sebagai “pelayanan” di hadapan-Nya. Tuhan akan menunjukkan kekudusan dan kemuliaan-Nya di hadapan umat-Nya. Pelayanan dengan api asing akan menjadi pelajaran dari Tuhan bagi setiap hamba Tuhan maupun jemaat Tuhan bahwa pekerjaan Tuhan harus dikerjakan dengan pikiran, hati dan cara-Nya. Seperti halnya Saul yang ditolak sebagai raja dan akhirnya mati dengan tragis di tangan orang-orang Filistin dan seperti Yerobeam serta keturunannya yang dilenyapkan sampai habis secara ngeri, demikianlah Tuhan akan menghakimi setiap orang yang melayani Dia dengan api asing tanpa memandang bulu, meskipun mereka pernah dipilih dan diurapi Tuhan untuk melayani Dia sebelumnya.


SEBELUM MELANGKAH LEBIH JAUH KE BAGIAN SELANJUTNYA
Setiap kita yang hendak melayani Tuhan atau yang telah terpanggil untuk melayani Tuhan harus mempertimbangkan dengan sungguh peringatan Tuhan melalui peristiwa api asing Nadab dan Abihu.

Kita seharusnya minta supaya dimampukan untuk membedakan apakah kita sedang membawa suatu api asing atau suatu persembahan sejati hadapan Tuhan. Kegagalan untuk mengetahui hal ini berakibat sangat fatal karena bisa jadi tanpa disadari kita berada pada arah yang berbeda dengan Tuhan: membelakangi Dia dan menyakitkan hati-Nya.

Suatu doa harus kita naikkan dengan penuh kebulatan hati.
Seperti doa Daud, orang yang seumur hidupnya senantiasa berusaha menyenangkan hati Tuhan dengan persembahan yang tepat di hati Tuhan, meski beberapa kali ia sempat jatuh dan gagal:

“Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.
Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari”~Maz. 25:4-5

“Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu”~Maz. 86:11


Akan tiba saatnya bahwa setiap persembahan orang-orang yang sebelumnya merasa tidak layak dan asing di hadapan Tuhan akan menjadi suatu persembahan yang diterima-Nya. Tuhan akan berkenan pada persembahan mereka oleh karena mereka menghormati Tuhan dan mempersembahkan apa yang sesuai dengan hati-Nya:

“Janganlah orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN berkata: “Sudah tentu TUHAN hendak memisahkan aku dari pada umat-Nya”; dan janganlah orang kebiri berkata: “Sesungguhnya, aku ini pohon yang kering.”
Sebab beginilah firman TUHAN: “Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku,
kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama — itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan —, suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka.
Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku,
mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa”~Yes. 56:3-7

Bagaimana dengan api persembahan Anda?


Doa saya menyertai Anda.
Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan-Nya.

API ASING DI KEMAH SUCI (Bagian I) 

API ASING DI KEMAH SUCI (Bagian I)

Oleh: Peter B, MA


“Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN” ~Imamat 10:1-2

“Manusia memiliki kemampuan yang aneh untuk melupakan kelemahan mereka dan mulai berpikir bahwa mereka TAHU LEBIH BAIK DARIPADA TUHAN, untuk menyatakan, “Aku penguasa jiwaku sendiri, akulah penentu dari nasibku sendiri”,… ~Peter Pett tentang api asing Nadab dan Abihu

“Jangan datang (ke gereja) dimana ada musik yang merdu, khotbah yang luar biasa atau arsitektur yang indah. Datanglah dimana Injil sejati diberitakan. Dan sering-seringlah datang ke sana!”~ Charles H Spurgeon



Perjanjian Lama adalah bayangan dari Perjanjian Baru. Apa yang dituliskan di sana merupakan gambaran samar-samar dari isi hati Tuhan yang kemudian dinyatakan makin jelas di Perjanjian Baru. Melalui Perjanjian Lama, kita memperoleh peneguhan dari apa yang Kristus dan rasul-rasul-Nya ajarkan di Perjanjian Baru. Bahkan lebih dari itu. Semua yang disampaikan dalam taurat digenapi sepenuhnya dalam Kristus yang menjadi pernyataan puncak dari maksud-maksud Bapa dan hukum-hukum yang diberikan-Nya melalui Musa dan nabi-nabi sebelum Kristus:

“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;
semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus”~Kolose 2:16-17

Pada bagian lain, Paulus sebagai Rasul Kristus menegaskan dalam 1 Korintus 10:1-6 dan 11 bahwa apa yang terjadi di Perjanjian Lama merupakan CONTOH bagi kita yang hidup di akhir zaman supaya kita tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang bangsa Israel perbuat di waktu lampau. Semuanya dijadikan PERINGATAN bagi kita supaya kita tahu apa yang berkenan maupun yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Supaya jika kita melakukan apa yang sesuai dengan hati-Nya kita beroleh berkat dan penggenapan janji-janji Tuhan. Dan sebaliknya, jika kita memilih membebaskan diri maka hukuman dan penghakiman Allah akan menimpa kita.


API ASING NADAB DAN ABIHU
Dalam Imamat 10:1-11 dicatat suatu peristiwa tragis. Dalam sekejap mata, Nadab dan Abihu, anak-anak Harun, yang belum lama diurapi oleh Tuhan bersama seluruh keluarganya untuk menjadi imam-imam Tuhan, tiba-tiba dihanguskan oleh Tuhan dan mati seketika itu juga. Apa sebab? Mereka dinilai Tuhan telah melanggar ketetapan Tuhan yang penting sebagai imam-imam Allah. Mereka mempersembahkan “api asing” di atas perbaraan mereka dan menaruh ukupan (yang dibakar sebagai wangi-wangian di hadapan Tuhan) -sesuatu yang tidak diperintahkan Tuhan untuk mereka lakukan pada waktu itu.

Sesungguhnya apakah api asing itu? Mengapa itu disebut asing di hadapan Tuhan?



Api asing berarti api yang dibakar di hadapan Tuhan tetapi Dia tidak mengenalnya sebagai sesuatu yang diperintahkan-Nya. Sesuatu persembahan atau tindakan penyembahan yang tidak diinginkan Tuhan sebab tidak pernah benar-benar diperintahkan-Nya para imam melayani Dia dengan cara yang seperti itu. Dalam hal ini, Nadab dan Abihu telah berlaku lancang di hadapan Tuhan. Melanggar kekudusan Tuhan dan firman-Nya yang baru saja disampaikan kepada para pelayan-pelayan-Nya untuk diperhatikan dan ditaati sepenuhnya.

Albert Barnes, penafsir kitab suci terkenal abad 19 dari Amerika memberikan pandangannya mengenai peristiwa ini:

“Point pelanggaran mereka (Nadab dan Abihu) dibuktikan dalam pasal yang sama. Kemungkinannya ialah bahwa ukupan tidak dibakar pada waktu yang telah ditetapkan dan diperintahkan Tuhan. Dan kita bisa menghubungkan ini dengan perkiraan bahwa mereka sedang mabuk (Bandingkan dengan Ima. 10:9) atau menghubungkannya dengan sesuatu yang lain yaitu bahwa persembahan ukupan mereka dibakar untuk menjadi pelengkap dari suasana sorak sorai dan penyembahan dari umat di tengah-tengah penyataan kemuliaan Tuhan (Ima. 9:24). Mengetahui bahwa mereka tidak mati di dalam ruang kemah suci tetapi di depannya, maka sepertinya mereka telah membuat suatu pertunjukan dan perbuatan di depan umum yang tidak menghormati Allah melalui pelayanan mereka dengan melakukan sesuatu yang berlebihan karena keriuhan sorakan orang banyak yang berasal di sekitar Kemah Suci. Pelanggaran yang… merupakan suatu penghinaan atas perintah yang kudus dalam hal pelayanan yang ilahi… “

Dengan kata lain, kita dapat menyimpulkan beberapa kemungkinan mengapa yang dilakukan Nadab dan Abihu disebut sebagai “mempersembahkan api asing” di hadapan Tuhan:

•Dihubungkan dengan pasal sebelumnya, khususnya Imamat 9:24, sepertinya terjadi suatu suasana yang begitu semarak dan penuh sensasi sehingga kedua putra Harun itu terbawa keramaian yang ada. Digetarkan oleh semangat dan kebanggaan mereka karena diurapi menjadi imam-imam Tuhan, yang merupakan suatu status yang seolah lebih terhormat dibanding orang kebanyakan, mereka melupakan bahwa mereka harus mengikuti perintah yang sudah ditetapkan Tuhan dalam menjalankan tugas keimaman mereka. Mereka melakukan sesuatu yang sebenarnya Tuhan tidak perintahkan sama sekali.

•Ditilik dari apa yang Tuhan sampaikan di ayat 3, bahwa TUHAN hendak menyatakan kekudusan-Nya dan kemuliaan-Nya, maka besar kemungkinan bahwa yang dilakukan Nadab dan Abihu adalah sesuatu yang “menghina kekudusan Tuhan dan mengecilkan kemuliaan-Nya”. Dalam hal ini terutama ialah sikap acuh tak acuh dan ketidakpedulian dua anak Harun itu terhadap Tuhan, yang telah menetapkan rancangan dan ketentuan bagaimana umat-Nya seharusnya berbakti kepada Dia.

•Sekalipun Nadab dan Abihu memiliki hak penuh sebagai pribadi-pribadi yang melayani di hadapan Tuhan, itu tidaklah serta merta membuat mereka berhak melakukan apapun yang mereka anggap baik di pemandangan mereka sebagai bentuk pelayanan di hadapan Tuhan. Dalam hikmat-Nya, Tuhan memiliki ukuran-Nya sendiri. Hamba-hamba-Nyalah yang harus mengikuti standard Tuhan. Bukan sebaliknya.

•Karena kemudian Tuhan memberikan perintah secara khusus pada Harun dan anak-anaknya yang melayani sebagai imam supaya mereka tidak minum anggur atau minuman keras bila mereka masuk ke dalam Kemah Suci (Ima. 10:9) tepat setelah kejadian itu, maka dapat pula diduga pula bahwa Nadab  dan Abihu kemungkinan melakukan sesuatu dengan keadaan mabuk atau dalam suatu cara yang tidak layak sebagai seorang pelayan Tuhan sehingga Tuhan menjadi murka.

Inti dari semua ini, api asing yang dipersembahkan Nadab dan Abihu merupakan suatu persembahan yang tidak dikenal maupun dikenan oleh Tuhan. Jika Kain mempersembahkan sesuatu yang kemudian tidak diterima oleh Tuhan dalam pengetahuan yang terbatas mengenai persembahan yang diterima Tuhan, Nadab dan Abihu mempersembahkan sesuatu yang salah secara sadar SETELAH mereka tahu persembahan seperti apa dan bagaimana yang menyenangkan hati Tuhan itu. Persembahan semacam itu tak seharusnya dibawa ke hadapan Tuhan. Seperti nasib kedua orang itu, Tuhan akan mengadakan perhitungan, penghakiman dan penghukuman bagi mereka yang membawa api yang asing di hadapan Tuhan.


API ASING -RIBUAN TAHUN KEMUDIAN
Lalu apa sebenarnya pengertian dan pelajaran rohani bagi kita mengenai api asing ini?

Pengkhotbah dan penafsir kitab Imamat, WH Jellie memberikan petunjuk mengenai hal ini. Ia mengatakan bahwa api kita “asing” saat kerohanian atau pelayanan kita merupakan hasil dari:
1) Semangat Yang Bersumber dari peradaban yang meluap-luap;
2) Ketertarikan intelektual (sekedar koleksi intelektual belaka);
3) Aktivitas (rohani)  yang sedang “demam” atau mengikuti trend yang sedang berlangsung;
4) Usaha memperoleh mempromosikan/meninggikan diri sendiri secara rohani;
5) Keramaian atau kehebohan rohani saja

Mengambil benang merah poin-poin di atas, dapat dikatakan bahwa “api asing” sebenarnya merupakan usaha-usaha melayani Tuhan yang lahir dari pikiran manusia, bukan dari pikiran Tuhan. Atau yang semula berasal dari Tuhan namun disusupi dan diselewengkan dengan rancangan-rancangan, kehendak, tujuan bahkan ambisi manusia sehingga tak lagi murni berasal dari hati Tuhan.


Api Asing Dicetuskan Pertama-tama Dari Pikiran-pikiran Kita Sendiri.
Dengan kemampuan berpikir dan kreatifitasnya, manusia kerap memikirkan hal-hal yang unik dan di luar kebiasaan. Dalam batas-batas tertentu itu memudahkan kehidupan manusia dan bisa membawa hasil positif akan suatu kehidupan yang lebih baik dan stabil. Tidak demikian halnya jika itu berkaitan dengan hal-hal yg ilahi lagi kudus. pikiran manusiawi kita semata-mata tidak banyak berguna. Kita harus memiliki pikiran Kristus (1Kor. 2:16) demi beroleh pemahaman mengenai rahasia-rahasia ketetapan Tuhan dalam pekerjaan pelayanan yang dipercayakan-Nya pada kita. Sebab pelayanan kita mencerminkan pribadi-Nya, hati-Nya, hikmat-Nya, sikap-Nya pada jiwa terhilang dan dikerjakan dalam kuat kuasa-Nya. Kreatifitas kita dalam melayani Dia sudah seharusnya sebelumnya disesuaikan dengan pikiran-pikiran yang tertuang dalam kebenaran firman tertulis. Kita harus bertanya apakah pikiran-pikiran kita selaras dan sejalan dengan pikiran-Nya.

Tidakkah Petrus sedang mengatakan sesuatu yang baik saat mencegah Yesus supaya tidak ditangkap, dianiaya dan dibunuh? Tidakkah setiap murid tidak ingin gurunya celaka? Dan bukankah wajar jika Yesus yang tidak bersalah apa-apa dianggap tidak layak diperlakukan dengan keji? Sayangnya pikiran yang baik itu bukan berasal dari Allah.
Dan inilah pernyataan Yesus sendiri:

“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “ENYAHLAH IBLIS, engkau suatu batu sandungan bagi-KU…
sebab engkau BUKAN MEMIKIRKAN APA YANG DIPIKIRKAN ALLAH, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”~Mat. 16:21-23

(huruf besar ditambahkan oleh penulis untuk penekanan)

Pikiran Petrus adalah pikiran manusia. Bukan pikiran Allah. Dan pikiran yang tidak  memikirkan apa yang sedang dipikirkan Allah, jika dibiarkan akan membuat perbedaan yang semakin tajam dengan kehendak Allah, dimana ujungnya pun berakhir pada hasil atau tujuan yang berbeda dengan yang diinginkan Tuhan bahkan berpotensi melawan kehendak Tuhan. Tanpa lebih dahulu merenungkan dan mendalami kehendak Tuhan, Petrus mulai menyulut suatu api asing sebagai murid Kristus.

Sebagai contoh, adalah baik di suatu tempat atau gedung tertentu membuka suatu tempat ibadah dan menamakannya gereja ini atau itu. Dengan pemikiran bahwa itu akan menjadi tempat jemaat berkumpul dan menyembah Tuhan. Hanya, jika itu tidak dilahirkan dari pikiran dan rencana Tuhan, termasuk bila orang-orang yang memulai pelayanan tersebut tidak pernah benar-benar memperoleh otoritas menggembalakan domba-domba Tuhan maka suatu api yang asing sedang dipersembahkan di hadapan Tuhan. Tidak semua pemikiran positif dan baik merupakan pikiran yang disukai oleh Tuhan. Tidak semua iman atau kepercayaan itu sama. Tidak benar bahwa ajaran-ajaran agama yang ada menyembah pada satu Tuhan. Pemikiran tersebut tampak baik dan berusaha menciptakan kedamaian di bumi. Sayangnya, itu tidak didukung oleh ajaran masing-masing agama. Lebih-lebih firman Tuhan.

Pikiran Tuhan telah dituangkan dan dinyatakan dalam firman-Nya yang tertulis dan petunjuk-petunjuk pada masing-masing pribadi (yang menjalin keintiman dengan Tuhan) yang selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab dalam penafsirannya yang seimbang dan sehat. Di luar itu, kita wajib mewaspadai sebagai sesuatu yang asing meski terkesan membangun dan mengajarkan kebaikan atau mengagungkan kemanusiaan.

Kita harus memperhatikan pemikiran-pemikiran kita selagi melayani Tuhan. Tidak semua pemikiran yang tampak baik atau yang benar bahkan yang sepertinya memuliakan Tuhan sekalipun, akan sesuai dengan pikiran Tuhan. Pikiran kita ialah medan perang. Tempat pertarungan pengaruh antara kehendak Tuhan, keinginan manusia atau maksud-maksud kuasa gelap. Tanpa penerangan hikmat dan Firman Tuhan maka dari sanalah api asing mulai membarakan titik-titik apinya.


Percikan Api Asing Dapat Tersulut Dari Emosi Manusiawi Kita.
Oleh sebab emosi yang begitu kuat, kita tergerak melakukan sesuatu. Banyak organisasi sosial kemasyarakatan yang melakukan kegiatan dan kerja sosial dimulai dari dorongan emosi yang demikian kuat untuk melakukan pertolongan atau menggalang bantuan bagi suatu kondisi atau kelompok orang tertentu (bahkan tidak jarang terhadap hewan) yang memerlukan uluran tangan.
Sayangnya, dalam pekerjaan Tuhan, emosi saja belum cukup. Emosi itu harus diluruskan dan disenadakan dengan emosi ilahi Bapa di sorga. Jika mengikuti emosi, Daud bisa saja mengabaikan segala pertimbangan dan membangun Bait Suci bagi Tuhan. Tetapi apakah emosi tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan bagi Daud? Kita sudah tahu jawabannya.
Demikian pula emosi Musa yang karena kejengkelannya atas bangsanya memukul batu supaya air keluar dari sana. Jelas itu bukan sesuatu yang Tuhan kehendaki sebagai suatu bentuk pelayanan dari hamba-Nya!

Mengadakan acara-acara besar semacam penginjilan akbar atau kebaktian kebangunan rohani besar-besaran dengan biaya yang tidak sedikit dengan alasan memenangkan jiwa-jiwa adalah baik. Lebih-lebih jika digerakkan oleh perasaan yang menggebu-gebu untuk melihat jiwa-jiwa terhindar dari hukuman neraka yang mengerikan itu. Namun, jika itu dilakukan atas dorongan emosi atau sekedar mengikuti pola-pola yang telah ada, sedangkan hikmat dan kehendak Tuhan belum dipastikan mengenai apa dan bagaimana suatu program seharusnya diadakan untuk menjaring jiwa-jiwa, maka api asing yang memboroskan banyak sumber daya, waktu, tenaga dan dana yang besar hanya akan menghasilkan letupan-letupan emosi lainnya, yang ujung-ujungnya tidak SECARA MENDASAR mengubah kondisi suatu wilayah atau bangsa. Kebangunan rohani adalah pekerjaan besar yang memerlukan pekerja dan penuai yang besar serta rela tanpa pamrih untuk mengerjakannya. Tanpa kesatuan hati dan kesediaan menjadi murid-murid Kristus dan hamba-hamba yang militan, semuanya akan menjadi kobaran api kecil yang mudah dipadamkan oleh kuasa-kuasa kegelapan.
Hanya murid-murid yang berkomitmen dan gereja sejati (dengan kualitas seperti jemaat mula-mula) yang akan menghasilkan gerakan sejati dan melahirkan pengikut-pengikut yang berkomitmen penuh pada Kristus, bukan karena pelayanan penuh emosi semata.


Kehendak, Maksud dan Tujuan Pribadi Kita Sendiri Menyalakan Api Asing Di Hati Kita.
Pekerjaan Tuhan ialah milik Tuhan. Dialah yang berhak menentukan segala sesuatunya. Adalah Tuhan yang menyatakan kehendak-Nya supaya dilaksanakan pekerja-pekerja-Nya. Jika kita melaksanakan pekerjaan Tuhan dengan mengikuti kehendak kita pribadi, yang telah kita dukung dengan alasan-alasan terbaik sekalipun, maka kita telah menempatkan diri sebagai sang empunya pekerjaan. Tanpa sadar, Tuhan dipersilakan duduk sebagai penonton dari aksi kita. Atau sebagai suporter dari pertandingan diri kita melawan iblis. Atau sebagai pejabat tinggi yang hanya kita butuhkan sebagai penanda tangan dan pemberi stempel persetujuan atas setiap kebijakan dan keputusan kita dalam pelayanan. Tentu saja inilah yang disebut api asing itu.

Api sejati harus bersumber dari Tuhan sendiri. Itu harus dipastikan sebagai ide-Nya. Kerinduan-Nya. Kasih-Nya. Hikmat-Nya. Kehendak-Nya. Maksud hati-Nya. Tujuan-Nya. Meleset dari itu, kita sedang mengerjakan sesuatu yang kita usahakan sendiri meski kita menyebutnya sebagai sesuatu yang berasal dari Tuhan atau direstui Tuhan.

Bukankah Yesus telah memberikan teladan bagi kita bahwa Dia datang ke dunia demi menyelesaikan pekerjaan dan tugas dari Bapa-Nya (Yoh. 4:34) dan bukan tujuan dan kehendak-Nya sendiri? Tidakkah kita ingat bahwa Dia berdoa “… tetapi bukan kehendak-Ku melainkan kehendak Bapa” yang terjadi?

Sama seperti murid-murid Yesus yang belum berkomitmen penuh menjadi pengikut Kristus sejati di masa Kristus melayani, demikian pula masih didapati (dan ini tidak sedikit ditilik dari kondisi kegairahan umat Kristen akan Tuhan hingga tahun 2016 ini) orang percaya yang beribadah, melayani, menyembah, memberikan sumbangan dana bagi pekerjaan Tuhan, aktif dalam berbagai kegiatan gereja atau pelayanan sosial dan sebagainya melakukannya karena maksud dan tujuannya sendiri, di luar memuliakan nama Tuhan dan mengerjakan kehendak-Nya. Gereja sering menjadi ajang unjuk diri atau mencari perhatian dan pengakuan orang lain, sarana sosialisasi (berjualan produk jasa atau kampanye politik), tempat hiburan (bahkan tempat pelarian) menghadapi masalah-masalah hidup, juga menjadi wadah perkumpulan, pergaulan dan tempat mencari pasangan hidup maupun menjadi suatu komunitas untuk menyalurkan hobby dan kemampuan. Meskipun hal-hal tersebut selalu akan ada di tiap-tiap komunitas jemaat yang ada, akan tetapi jika perkumpulan kita tidak lagi melaksanakan misi Tuhan dan demi mencapai tujuan-tujuan-Nya, maka penyimpangan telah terjadi.

Motif-motif manusiawi kita yang belum disucikan dan ditundukkan pada kehendak Tuhan, sesaleh dan serohani apapun itu tujuannya, tak lain api asing di hadapan Tuhan. Sesuatu yang tidak pernah akan diterima-Nya apalagi menyenangkan hati-Nya!

API ASING DI KEMAH SUCI (Bagian 2) 

DIA INGAT KEPADA ORANG YANG TERTINDAS


(Renungan dari Mazmur 9)
Oleh: Bp. Peter B. K.
Adalah sesuatu yang klasik bahwa dunia ini dikendalikan oleh 2 kekuatan besar yang berlawanan satu dengan yang lain. Perebutan antara KEBENARAN dan KEJAHATAN, kelaliman dan kebajikan, hitam dan putih, antagonis dan protagonis tampaknya tidak akan pernah berakhir sebelum dunia ini sampai pada kesudahannya. Di dalam dua jalur inilah Tuhan beserta  umat-NYA akan selalu bertemu dengan iblis dan antek-anteknya yang sering disebut sebagai orang-orang fasik. Mereka yang ada dijalur Tuhan. Jalur kebenaran selalu dan seringkali ditindas oleh kekuatan-kekuatan kejahatan. Sesungguhnya hidup sebagai orang-orang benar tidak akan pernah mudah!
Di atas segala siasat keji dan kelicikan yang kejam atas musuh-musuhnya, orang-orang benar dapat berharap kepada Tuhan. Kita dapat belajar seperti Daud saat menghadapi tekanan dan tindasan. Mazmur 9 memberitahukan pada kita bahwa Tuhan akan menjadi 3 pribadi yang akan membawa pembebasan bagi mereka yang tertindas. Daud telah mengalaminya, mengapa kita tidak rindu mengalaminya juga?


1.  ALLAH SEBAGAI HAKIM YANG ADIL

           Tuhan menimbang dan membela perkara maupun hak orang-orang yang benar (Mazmur 5). Baginya benar adalah benar, salah adalah salah. Tetapi dilawan-NYA orang-orang fasik. Tidak ada yang dapat menggoyahkan dan mengubah penghakiman-NYA. Bahkan tahta Tuhan adalah untuk penghakiman (Mazmur 8). Tahta-NYA indah mempesona, mulia, mencengangkan tetapi itu di-dirikan dan ditegakkan bagi penghakiman. Sesungguhnya Ia cinta dan sangat mencintai keadilan dan kebenaran. Bukankah “Ia tidak hanya senang pada keadilan dan kebenaran….”(Mazmur 33:5). Tidak hanya itu, Dia adalah HAKIM TERAGUNG dan TERBESAR level penghakiman-NYA adalah Dunia dan bangsa-bangsa (Mazmur 9). Allah memegang dan menghakimi bangsa-bangsa. Pemimpin-pemimpin bangsa yang besar tidak satupun yang lepas dari genggaman tangan-NYA. Pemimpin manakah yang tidak diturunkan atau di naikkan-NYA. Sesungguhnya Dia-lah Hakim. Kuasa untuk menaikan dan menurunkan ada pada-NYA Nebukadnezar pun dalam kebanggaanya akan Babel harus mengakui kebesaran Tuhan (Daniel 4). Bukankah engkau lebih lagi, hai pemimpin-pemimpin Indonesia?

2.  ALLAH SEBAGAI TEMPAT PERLINDUNGAN
Dengarlah kabar baik ini, hai engkau yang tertindas:  Sesungguhnya Ia tidak pernah meninggalkanmu (Mazmur 11:13). Telinga-Nya diarahkan pada teriakanmu minta tolong. Mata-Nya mengamat-amati keadaanmu. Tidak pernah Ia tidak peduli. Tapi tidak pernah Ia terlelap atau tertidur saat menjagamu. Hakim yang jahat (Lukas 18) luluh dan menyerah saat janda itu berseru-seru, tidakkah Tuhan, Hakim yang adil itu, akan bersegera datang dan menerima kita?
Terhadap mereka yang mengadu dan berlindung pada-Nya, Ia bukan saja menjadi benteng perisai dan perlindungan tetapi Ia juga akan MEMBALAS setiap perbuatan jahat (Mazmur 13). Mengapa kita bersusah payah mau membalas dengan tangan kita sendiri? Ia yang menjadi tempat perlindungan kita tidak akan dapat tenang karena keadilan-Nya, pembalasan harus terjadi. Wow, mengapa kelihatan begitu kejam? Karena Alkitab berkata, “…..teriak mereka tidaklah dilupakan-Nya” ( Mazmur 13 ) dan “..…Aku telah memperhatikan..…mendengar, ya Aku mengetahui penderitaan mereka” (Keluaran 3:7) kesakitan dan penderitaan kita Ia tahu semuanya. Sebab itu dengan segenap kekuatan Ia membela dan melakukan pembalasan bagi kita, umat yang dikasihi-Nya.
Saudaraku, ketahuilah disuatu tempat di atas sana selalu ada seseorang yang mengerti derita dan jeritan hati kita. Oleh karenanya, serahkanlah…..biarkan Ia mengambilnya.
3.  ALLAH SEBAGAI RAJA UNTUK SELAMANYA (MAZMUR 10; 16-18)
Puji syukur pada-Nya! Di ahkir dunia ini setiap kepala yang tertunduk akan ditegakkan, tangan yang terkulai dikuatakan, setiap kaki yang gemetar akan berdiri dengan tegap dan setiap air mata akan dihapuskan karena Tuhan-lah yang menjadi raja atas manusia Ia akan meninggikan diri-Nya untuk membela para yatim dan orang-orang terinjak. Supaya apa? “Supaya TIDAK ADA manusia di bumi yang berani menakut-nakuti” ( Mazmur 10:18).
BAGAIMANA SIKAP KITA JIKA DI TINDAS ?
Daud dalam pengalamannya, keluar dari tindasan dengan kemenangan karena 4 perkara ini:

A)  Daud mengenal Allahnya (Mazmur 11a)

Dunia terhuyung-huyung dalam kepenatan dan kebutuhan, tapi mereka yang mengenal Allahnya tahu pasti ada harapan selalu. Seperti Daud, akan ada harapan dan kekuatan baru jika kita mengenal Dia sebagai Hakim, tempat perlindungan dan Raja sungguh benar, “ segala pekara dapat kutanggung dalam Dia … “ (Filipi 4:13 ).

B)  Daud Percaya Pada Allahnya (Mazmur 11b)

Karena Allahnya dahsyat dan pembebas, Daud menaruh harap bahwa penindasan tidak akan mengalahkan. Ia yakin Allah pasti bertindak. Kekuatan kita ada dalam iman kita. Oleh iman perkara besar terjadi;  Oleh iman gunung di pindahkan oleh iman kita mengalahkan dunia. Oleh iman kita menang.

C)  Daud tetap bersukacita dan memuji Tuhan (Mazmur 12:2-3)

Terimalah kebenaran ini : mereka yang percaya pada Allahnya TIDAK PUNYA satupun alasan untuk bersungut-sungut dan menggerutu, tapi selalu akan memiliki alasan untuk bersukacita dan memuji Tuhan : jangan biarkan kekecewaan, keluh kesah, sungut-sungut memenuhi hatimu sebab tangisan akan segera diubah menjadi tarian. Ingatlah yang dikerjakan oleh “sungut-sungut” kepada israel : mereka tidak pernah menikmati berkat-berkat tanah perjanjian. Justru janji kelimpahan berkat itu tidak pernah datang padamu karena sungut-sungut tapi karena sukacita dan puji-pujian pada-Nya.

D)  Daud Berdoa supaya Allah nyata dan dimuliakan ( Mazmur 20-21 )

Apa yang kau rasakan saat melihat mereka yang sewenang-wenang berkuasa dan menganggu merekalah penguasa dunia dan berhak berbuat apa saja? Penyembahan-penyembahan sejati seharusnya merasakan kesedihan yang mendalam. Bagi mereka tidak boleh ada yang ditinggalkan dan meninggalkan diri selain Tuhan. Oleh karena itu kerinduan penyembahan sejati penyembahan sejati adalah melihat penindas-penindasnya sadar dan merendahkan diri, mengakui mereka hanya manusia saja! Berdoalah untuk pertobatan para penindasmu!!
Doa :
“Yes, Lord, I thank You for you have put my tears in your wineskin. Yes, they’re in your record” Amen. 

Lagu Rohani – Kesaksian Rohani – Nobody Loves Me Like You Do Jeffry S Tjandra  

Lagu Rohani Edward Chen NoBody Loves Me Like You Do

                        

MEMELIHARA RASA LAPAR DAN HAUS AKAN TUHAN (Bagian 2)

Oleh: Peter B, MA


APAKAH ANDA MERENUNGKAN TUHAN (DAN JALAN-JALAN-NYA) DALAM KESENDIRIAN ANDA?

Hal ketiga yang menjadikan Daud pribadi yang lapar dan haus akan Tuhan ialah karena ia suka memikirkan tentang Tuhan. Merenungkan pribadi Tuhan, firman-Nya, jalan-jalan-Nya.

“Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, ” ~Mazmur 63:7

Semakin ia mengenal Allah dan merenungkan tentang petunjuk-petunjuk yang ada dalam Taurat, hatinya semakin tertarik. Daud makin rindu untuk mengenal lebih dekat dan lebih dekat lagi akan pribadi Tuhan. Berbeda dengan kebanyakan orang Kristen hari ini yang puas hanya duduk satu jam (bahkan kurang dari itu) di gereja untuk mendengarkan sebuah khotbah, Daud mencari Tuhan saat orang terlelap dan kelelahan karena penuh dengan urusan-urusannya hari itu. Di masa kini, apakah kita mencari Tuhan dan merenungkan jalan-jalan Tuhan… saat orang menonton hiburan di tv… saat orang berjalan-jalan di Mall atau bercengkerama tempat nongkrong… saat orang sibuk dengan teman-teman media sosialnya… saat orang bersenang-senang dengan teman-teman gaulnya… saat orang sibuk dengan bisnis dan pekerjaannya… saat aktivis-aktivis gereja merancang dan mengusahakan berbagai program rohani (seperti yang dilakukan Martha)… saat yang lain sibuk berbelanja.. atau saat orang memikir-mikirkan rencana-rencana jahat di hati dan pikirannya?

Bagi Daud, TUHAN adalah pribadi paling menarik yang pernah dikenalnya. Bagaimana mungkin ia melewatkan kesempatan ini? Untuk bercakap-cakap (walau dalam batin) dengan pribadi paling berkuasa, paling mulia, paling baik dan paling penuh kasih di jagad raya ini? Tidakkah kita akan meminta waktu lebih lama jika berkesempatan bertemu dengan superstar dunia? Bukankah pertemuan singkat dengan orang penting dan berkuasa di pemerintahan merupakan kesempatan yang langka dan begitu berharga (sampai-sampai banyak yang mencetak fotonya besar-besar dan diberi pigura untuk dipasang di dinding ruang tamunya?) Adakah di antara waktu-waktu dengan orang-orang paling kaya, paling terkenal, paling berotoritas, paling menarik dan paling berbakat di dunia ini yang bisa mengalahkan waktu-waktu pertemuan dengan Tuhan? 



Bukankah jelas Alkitab menyatakannya: 

“Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik” (Maz. 84:11)


Dan inilah hati Daud, yang berbeda dengan hati kebanyakan orang terhadap Allah:

“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya” (Maz.27:4)


Daud suka tinggal bersama-sama dengan Tuhan. Dia suka merenung tentang Tuhan. Pikiran dan hatinya dipenuhi Tuhan. Bukan akan kesenangan-kesenangan dan kenyamanan hidup. Bukan harta. Bukan wanita (meski Daud seorang pecinta wanita yang luar biasa). Bukan tahtanya. Bukan pula pekerjaan atau profesinya. Tentulah Daud bekerja dan melakukan urusan-urusan sehari-harinya. Sejak ketika saat dia menjadi gembala ternak sampai saat dirinya telah menjadi ‘gembala’ Israel. Namun di atas semua kesibukannya, ia kerap memikir-mikirkan tentang Tuhan. Dan, hampir otomatis, ia makin lapar dan haus akan Allah!

Jadi, mengapa kita kehilangan rasa lapar dan haus kita akan Tuhan?
Pastilah itu karena kita tidak cukup peduli akan Tuhan. Ketika Roh Kudus mengingatkan kita akan rasa lapar kita akan Tuhan, kita memilih mencari yang lain. Saat rasa haus itu datang, kita mengalihkannya dengan memikirkan hal lain dan menyibukkan diri dengan urusan-urusan yang lain yang sebenarnya jauh tidak berarti dibanding berdiam diri di hadapan Tuhan. Saat kita memiliki waktu luang, kita memilih aktifitas lain ketimbang merenungkan hidup kita di hadapan-Nya. Kita mengisi waktu kita dan memenuhinya dengan hal-hal yang lain daripada memasuki hadirat Tuhan dan menikmati kebersamaan dengan Dia.  Waktu demi waktu kita mencari segala yang menarik hati kita, menjalani jam demi jam menekuni pekerjaan kita dan… terlambat menyadari betapa sedikitnya pikiran kita merenungkan tentang Tuhan dan apapun tentang Dia; betapa jarangnya hati kita merindukan Dia dan menyampaikan pesan bahwa kita mengasihi-Nya; betapa malasnya kita merespon pimpinan Roh Kudus untuk mendisiplinkan pikiran kita merenungkan firman Tuhan dan mencari cara, menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari!
Oh, betapa kita lebih suka membunuh rasa lapar dan haus kita akan Tuhan, membiarkan roh kita merana dan kelaparan hingga sakit dan mati! Dan kemudian kita bertanya-tanya, mengapa kehidupan orang ini atau hamba Tuhan itu terasa begitu intim dengan Tuhan?

Bukan Tuhan yang tidak mau dan tidak mampu hadir memuaskan dahaga dan lapar kita akan Dia. Kitalah yang tidak pernah datang ke ruang perjamuan itu dan duduk semeja dengan Tuhan, menikmati kebersamaan yang hangat dengan Bapa sorgawi -yang oleh karenanya hati kita makin terpesona dengan kepribadian-Nya. Faktanya, kita lebih suka seperti anak yang hilang, bercanda tawa bersama penjudi-penjudi, orang-orang fasik dan cemar. Atau mungkin juga kita telah menghabiskan segala yang baik di hidup kita tetapi tetap mengeraskan hati sebagai penjaga kandang babi sekalipun kita tahu betapa sia-sianya semua itu.

Ketika kita memandang hubungan dengan Tuhan sebagai sesuatu yang ringan semata atau sebagai sesuatu demi kepentingan kita pribadi tanpa keinginan mengenal pribadi dan sifat-sifat-Nya, saat itulah rasa lapar dan haus kita akan Dia menguap lenyap dari hidup kita.

Tetapi meski api kerinduan itu kecil pada mulanya, jika kita menghembusinya dengan angin dan meneteskan minyak ke atasnya -melalui pencarian dan perenungan akan Dia waktu demi waktu- maka nyalanya akan makin besar, mencari apa saja yang dapat ‘dilahapnya’. Makin lapar dan haus akan Tuhan.


APAKAH ANDA SERING MENGINGAT KEBAIKAN DAN KESETIAAN TUHAN?
Keempat. Dalam perenungannya, Daud teringat kembali akan apa yang Tuhan telah perbuat dalam hidupnya.
Ia menulis dalam kidungnya:

“Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam,

—  sungguh ENGKAU TELAH MENJADI PERTOLONGANKU, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai”(Maz. 63:7-8).

Daud mengingat kembali betapa Tuhan telah mengasihinya, membelanya, menolongnya dalam berbagai situasi sulit. Entah itu saat ia menghadapi tekanan dalam keluarga atau saat melawan singa maupun beruang; saat ia menghadapi Goliath atau saat dikejar-kejar Saul untuk dibunuh. Daud merasakan Tuhan telah banyak kali berbuat baik baginya. Tuhanlah yang setia saat semua tak peduli padanya bahkan menginginkan kematiannya. Tuhan tidak saja menjadi penolong (the helper) tetapi telah menjadi pertolongannya (the help).

Apa perbedaannya?
Menjadi ‘penolong’ berarti sampingan saja, tidak terlalu menentukan hasil, hanya memberikan sumbangan pada pencapaiannya. Tetapi menjadi ‘pertolongan’ berarti kita pasti celaka jika tidak memperoleh pertolongan itu.  Hidup mati atau nasib kita bergantung pada pertolongan itu.

Bagi Daud, Tuhan tidak sekedar mempermudah atau membuat hidupnya nyaman atau lancar tetapi Tuhan telah membuat nasib dan takdir Daud berbeda dari yang sebelumnya menuju kebinasaan, tersesat dan celaka kini menjadi suatu kehidupan yang berbuah, dimampukan menjadi saluran berkat dan suatu kesaksian bagi kemuliaan nama Tuhan.

Saat mengingat betapa baik dan setianya Tuhan itu, Daud menetapkan untuk berada di  bawah naungan sayap Tuhan dimana ia akan bersorak sorai! Ia tidak ingin ‘pergi’ meninggalkan Tuhan namun ia tetap selalu ingin bersama-sama Tuhan. Di bawah naungan sayap Tuhan, ia ingin selalu berada dan di sana pula ia menerima sukacita seumur hidupnya. Di dalam naungan Yang Mahatinggilah, ia ingin berlindung. Berada di sana untuk selama-lamanya. Inilah lapar dan haus yang tak pernah padam.

Mengingat apa yang Tuhan perbuat dalam hidup kita, menghitung berkat-berkat-Nya, mengucap syukur atas kesabaran dan kesetiaan-Nya pada kita pada masa-masa krisis di hidup kita akan mencegah kita menjadi pahit dan mencari ‘pelarian’ dari masalah atau beban-beban kehidupan yang kita hadapi.
Melupakan perbuatan-perbuatan Tuhan di waktu-waktu yang lampau. Beberapa orang bahkan meragukan kasih dan kebaikan Tuhan di saat keadaan memburuk, situasi tak terkendali, masalah berlarut-larut dan beban-beban termasuk kebutuhan hidup hampir tak terpenuhi. Kekeringan jasmani menjalar masuk ke jiwa dan kerohanian mereka. Hati mereka mulai goyah dan undur dari Tuhan.
Di sisi lain, ketika kehidupan berkelimpahan, beberapa orang lupa bahwa itu semua karena kasih karunia dan tangan pertolongan Tuhan. Lupa bersyukur, mereka menjadi angkuh dan tenggelam dalam segala kesenangan duniawi. Kerinduan mereka akan Tuhan pun luntur. Tanpa sadar mereka telah makin jauh dari Tuhan.

Hidup kita adalah sebuah perjalanan. Bagai musafir yang menempuh jarak yang jauh menuju tanah perjanjian sorgawi. Tanpa Tuhan di sisi kita niscaya kita sesat. Hanya saat kita benar-benar memahami bahwa Tuhan menjadi pertolongan bagi kita sepanjang perjalanan ini, maka kita tidak akan mencari pertolongan ditawarkan dunia ini. Kita tidak akan beralih pada uang, kekuasaan, hubungan-hubungan, atau kuasa-kuasa kegelapan -apapun yang lain di luar Tuhan- saat menjalani hari-hari kita di dunia ini.

Jadi mengapa rasa lapar haus Anda akan Tuhan memudar?
Mungkin karena Anda telah mengalihkan pandangan kepada yang lain sebagai sandaran dan andalan Anda dalam hidup. Anda melupakan bahwa Dia Allah yang baik, yang setia dan yang berjanji akan senantiasa menopang kita dalam segala keadaan sampai masa memutih rambut Anda.


SEBERAPA PENTING DAN BERARTINYA TUHAN BAGI ANDA?
Orang  yang memelihara rasa lapar dan hausnya akan Tuhan menjadikan Tuhan sebagai bagian penting dalam hidupnya. Hidupnya telah diubahkan saat melihat kuasa dan kemuliaan Tuhan. Lalu kasih Tuhan menjadi yang paling berharga dalam hidupnya sehingga mustahil ia hidup tanpa kasih itu. Hubungannya dengan Tuhan dipupuk dan dijaganya dengan merenungkan Tuhan dan jalan-jalan-Nya setiap waktu. Dan makin ia merenungkan Tuhan makin jelas dan nyata bahwa Tuhan adalah segala-galanya yang baik dalam hidupnya. Untuk selama-lamanya ia tak ingin terpisahkan dari Tuhan. Tak sehari pun ingin dilalui tanpa kehadiran dan kebersamaan dengan Tuhan.

Seberapa penting dan berarti Tuhan dan hubungan Anda dengan Dia menentukan rasa lapar dan haus Anda akan Dia. Saat hati kita terpikat dan mulai fokus pada perkara lain, entah disadari atau tidak, kita mulai kehilangan rasa lapar dan haus akan Tuhan. Dan itu bukan tanda-tanda yang baik bagi masa depan kekal Anda.

Hari ini, jangan biarkan satupun -apapun itu- menduduki tempat pertama dalam hidup Anda. Jangan biarkan harta, pekerjaan, hobby, pergaulan, kebiasaan, kesenangan atau kenyamanan hidup membuat Anda terlena. Jangan biarkan pasangan, anak, istri, suami, keluarga atau famili membuat Anda teralihkan dari membina hubungan yang erat dan intim dengan Tuhan. Dan jangan biarkan ketakutan, kekuatiran hidup, kegelisahan, kemarahan, kebencian, kepahitan, hawa nafsu atau keinginan-keinginan akan gaya hidup serupa orang-orang duniawi menjadi penghalang Anda untuk memiliki hubungan yang hidup dan membebaskan dalam Tuhan.

Datanglah meminta rasa lapar dan haus itu sekali lagi dalam doa. 
Terimalah dan jagalah hati Anda yang lapar dan haus itu dengan kekuatan yang Tuhan anugerahkan bagi Anda.
Mintalah untuk Tuhan senantiasa menarik Anda (Kid. 1:4) lebih dan lebih lagi dari hari ke hari 
Jadikan Tuhan yang terutama dalam hidup Anda dengan mencari dan memikirkan kehendak-Nya dalam hidup Anda.
Hidup Anda akan kuat, teguh, berbuah dan berhasil di dalam Tuhan. Seperti hidup Kristus.
Upah besar siap menanti untuk diberikan bagi Anda di sorga!


Doa saya menyertai Anda. 
Salam revival! 
Indonesia penuh kemuliaan-Nykemuliaan-Nya


MEMELIHARA RASA LAPAR DAN HAUS AKAN TUHAN (Bagian 1)

MEMELIHARA RASA LAPAR DAN HAUS AKAN TUHAN (Bagian 1)

Oleh: Peter B, MA


“Kapasitas Anda menerima (apa yang dari Tuhan) bergantung pada rasa lapar Anda untuk mengejarnya.. 

Tuhan melepaskan lebih lagi dari kuasa dan hadirat-Nya sesuai ukuran rasa lapar kita akan Dia.” ~Mike Bickle

“Jangan toleransi apapun dalam hidup Anda yang mungkin mengurangi rasa lapar Anda akan firman Tuhan. Dan lakukan itu dengan segala kekuatan dan energi rohani Anda” ~Sam Storms 

“Kunci dari kehidupan Kristen adalah haus dan lapar akan Tuhan. Dan salah satu dari beberapa alasan mengapa orang tidak memahami atau mengalami kuasa kasih karunia serta bagaimana kasih karunia itu bekerja melalui dibangkitkannya sukacita yang memerintah dalam hati oleh karena rasa lapar dan haus mereka akan Tuhan begitu kecil” ~John Piper


Kekristenan tanpa lapar dan haus adalah kekristenan yang lemah. Kurang gizi dan sakit-sakitan. Dampaknya jelas. Apakah yang dapat dilakukan tubuh yang lemah dan dirundung sakit? Begitu pula apa yang bisa dihasilkan kerohanian yang tak bertenaga atau terinfeksi dosa di sana sini? Orang-orang Kristen sedemikian memerlukan perhatian, perawatan, pengobatan dan pemulihan terus menerus! Hampir serupa dengan kanak-kanak rohani, rohani yang lemah lagi gering tak akan pernah menghasilkan buah bagi kemuliaan Bapa. Bagai ranting yang merasa sanggup hidup tanpa melekat pada pokoknya, mereka yang tak memiliki lapar dan haus akan Tuhan menggenapi apa yang Kristus katakan, “… di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh.15:5).



Tanpa lapar dan haus akan Tuhan, roh kita menjadi kerdil. Tanpa pertumbuhan yang normal, rohani kita tidak mengalami perkembangan yang berarti. Hanya pada tingkatan itu-itu saja tahun demi tahun. Bahkan ketika melampaui selang waktu yang panjang, bertambahnya pengetahuan-pengetahuan rohani yang memuaskan pikiran tetapi tak mencukupkan kebutuhan rohani yang sesungguhnya akan melahirkan jiwa yang picik dan angkuh. Merasa tahu banyak hal tentang Allah padahal jauh dari pengenalan sejati akan pribadi-Nya. Jika itu dipupuk dalam keangkuhan, maka manusia-manusia agamawi pun muncul. Merasa diri paling rohani dan paling benar di mata Tuhan. Suka menghakimi dan mencari-cari kesalahan orang. Pada dasarnya, mereka lebih menyerupai “sang pendakwa yang bekerja siang dan malam” (Wah.12:10-12) daripada “sang pengasih dan penyayang yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya” (Kel.34:6).

Betapa vitalnya rasa lapar dan haus akan Tuhan jika kita ingin berhasil dan teguh dalam iman kita pada Kristus. Tanpa lapar dan haus, kita hanya beragama tapi mungkin tidak bertuhan. Beribadah tapi tidak mengenal siapa yang kita sembah.
Tanpa suatu hasrat untuk terhubung dengan Tuhan terus menerus, pada dasarnya kita akan kembali menjadi sama dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Duniawi. Fasik. Egois. Munafik. Terhilang. Binasa.


RASA LAPAR DAN HAUS YANG TIDAK BERTAHAN
Dalam suatu pemberitaan Injil yang masif, banyak jiwa dijamah kasih Tuhan. Suatu nyala api kasih Tuhan dinyalakan di hati mereka. Beberapa bertahan. Tapi banyak redup lalu kembali pada hidup yang lama.

Dalam suatu perjumpaan pribadi dengan Tuhan di kelompok tumbuh bersama, rasa lapar dan haus akan Tuhan bangkit di hati para pelajar sekolah itu. Mereka menjerit merindukan lawatan dan kebangunan rohani. Tahun-tahun berlalu, semuanya tak ada lagi. Keinginan untuk menikmati hidup yang nyaman dalam keindahan dunia yang kian gemerlap lebih menguasai jiwa daripada mencari hati Tuhan dan kehendak-Nya. Sudah lenyap, entah kemana, semua rasa lapar dan haus itu.

Dengan roh yang menyala-nyala, beberapa anak Tuhan menyerahkan hidupnya bagi Tuhan demi menjadi hamba-hamba-Nya. Bertahun-tahun, mereka melayani Tuhan. Mendambakan kemuliaan Tuhan dinyatakan dalam pelayanan mereka masing-masing. Terasa sangat sukar dalam perjalanannya. Hasilnya pun tak terlihat sebagai sesuatu yang sukses. Sebagian ada yang tetap mencari wajah Tuhan dan mengalir dalam kehendak-Nya apapun yang terjadi. Sebagian menjadi puas dengan sedikit jemaat dan penghidupan sederhana sebagai hamba Tuhan. Sebagian yang lain menggunakan”api asing” (lihat Im.10:1) untuk melayani Tuhan dan menarik perhatian banyak orang. Sayangnya api ilahi sejati -suatu lapar dan haus yang murni- tidak lagi menyala di hati dan pelayanan mereka.

Lapar dan haus pernah datang. Lalu pergi. Sepertinya semua anak Tuhan pernah mengalaminya.
Ada yang kembali lapar dan haus. Ada yang tak lagi pernah merasakannya karena digantikan lapar dan haus akan yang lain, bukan akan Allah. Yang mencari rasa puas dan nyaman bukan pada roti dan air kehidupan itu. Sesungguhnya itu semua tidak akan pernah mengenyangkan.

Sesungguhnya tidak banyak yang menyadari dirinya tak lagi lapar dan haus akan Tuhan. Juga tidak banyak yang peduli apakah dirinya lapar dan haus akan Tuhan. Dan jauh lebih sedikit lagi yang tahu bagaimana menjaga dan mempertahankan rasa lapar dan haus akan Tuhan yang mereka alami.

Beruntung kita memiliki Alkitab. Yang berisi petunjuk bagi kita menghadapi problem-problem pada kerohanian kita, yang juga merupakan panduan bagaimana berhasil dalam Tuhan. Dalam terang kuasa Roh Kudus, Roh hikmat dan Wahyu itu, kita akan mengetahui rahasia memelihara rasa lapar dan haus akan Tuhan. Anda dapat mempunyainya, jika Anda berkeinginan hidup dalam rasa lapar dan haus akan Tuhan itu. Percayalah. Saat Anda memiliki rasa lapar dan haus yang konstan dan benar maka hidup Anda akan menjadi hidup yang paling memuaskan yang pernah di jalani seorang manusia. Itu janji Tuhan. Dan Dia tidak pernah berdusta.


DAUD YANG SELALU LAPAR DAN HAUS
Dalam Mazmur 63 saat ia di padang gurun Yehuda, Daud mencurahkan isi hatinya dalam sebuah Mazmur yang sangat indah. Ilham Roh membuat pena dan kecapinya melahirkan nyanyian ini : 

“Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (ayat 2).

Apakah ini kerinduan sesaat belaka? 
Suatu rasa lapar dan haus yang segera menguap beberapa waktu kemudian?
Justru sebaliknya.

Itu sesuatu yang kesekian kalinya menggelegak di hati Daud.
Melihat tanah yang kering. Pecah-pecah. Tandus. Tanpa setitik air. Pikiran Daud membayangkan kondisi hatinya. Hati yang kekurangan air dan makanan rohani. Hatinya yang rindu dekat dengan Allah, sang pemuas jiwanya.

Mustahil jika seseorang yang sesekali saja atau tak lagi memiliki lapar dan haus akan Tuhan mengatakan ini, “Demikianlah aku mau memuji Engkau SEUMUR HIDUPKU dan menaikkan tanganku demi nama-Mu” (ayat 5).
Rasa lapar dan haus itu telah menguasainya. Bersarang dalam jiwanya. Ia menginginkan Allah untuk seterusnya. Seumur hidupnya. Selama-lamanya.

Dan puncak perenungan Daud dalam kerinduannya pada Tuhannya ialah ayat 9, “Jiwaku MELEKAT kepada-Mu, …” 
Alkitab versi KJV menerjemahkannya kata ‘melekat’ dengan frasa “followed hard after thee” yang berarti ia terus mengejar Allah. Ia tak ingin jauh dari Tuhan, apalagi terpisahkan. Ia terus lapar akan Allah. Ia pernah haus dan kini masih haus akan Tuhan.
DAUD TIDAK PERNAH KEHILANGAN RASA LAPAR DAN HAUSNYA AKAN TUHAN. Ia telah menemukan rahasia kerinduan yang tak pernah surut akan Tuhan.

Kita perlu belajar dari Daud.

Mengapa hasrat Daud akan Tuhan tak pernah padam selagi yang lain meredup dan lenyap?


PERNAHKAH ANDA MENYAKSIKAN TUHAN DI TEMPAT KUDUS-NYA?
Ada satu pengalaman yang menjadi dasar utama dan sejati dari rasa lapar dan haus akan Tuhan di hati Daud. Pernahkah Anda mengalaminya?

“Bahwasanya TELAH aku melihat Engkau dalam tempat kesucian-Mu, serta kupandang akan kuasa dan kemuliaan-Mu” ~Maz. 63:3, TL

“Aku TELAH melihat-Mu di tempat kudus, dan menyaksikan kuasa dan keagungan-Mu” ~Maz. 63:3, AYT (Alkitab Yang Terbuka) 2015

“I HAVE SEEN you in your sanctuary and gazed upon your power and glory”~ Maz. 62:3, NLT

(huruf besar ditambahkan penulis) 

Ya, Daud sebelumnya TELAH mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Ia melihat dan merasakan bagaimana kuasa Tuhan menjamah hidupnya. Pun kemuliaan Tuhan, sungguh, ia pernah mengetahuinya sendiri secara pribadi.
Dan yang dilihat Daud bukan sekedar kata orang. Atau suatu gambaran muluk-muluk mengenai Tuhan dan hal-hal sorgawi yang disampaikan dengan begitu meyakinkan hati. Daud mengecap sendiri keberadaan Tuhan. Merasakan kehadiran-Nya. Mengagumi kemuliaan Tuhan. Seolah Daud dibawa masuk dalam dunia yang lain. Ke langit tingkat ketiga. Dimana ia melihat Tahta Sang Mahakuasa.

Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan di hadapan tahta adalah pengalaman yang tak tergantikan. Mereka yang mengalaminya tidak akan pernah sama lagi hidupnya. Pada saat itulah seseorang merasakan sorga di hatinya. Bersentuhan dengan Pribadi yang untuk-Nya manusia diciptakan.
Saat Allah menerobos hati kita, siapakah yang dapat menyamai-Nya?
Saat hadirat-Nya begitu nyata, tidakkah roh kita disegarkan dan dipulihkan kembali bagai minum dari oasis di gurun yang gersang?
Dan, adakah yang lebih baik daripada itu?

Banyak yang tidak pernah merasakan hasrat yg begitu besar akan Tuhan karena pada dasarnya mereka belum benar-benar berjumpa dengan Yesus Kristus, Tuhan dan juru selamat itu. Iman mereka dibangun berdasarkan kisah-kisah inspiratif yang membangkitkan semangat dan motivasi. Ibadah mereka rutinitas dan tradisi keluarga atau suku semata. Atau rohani mereka dijejali oleh sensasi yang memenuhi emosi saja dalam suatu event kebangunan rohani atau saat melakukan rutinitas ibadah. Seperti orang Israel yang gemetar mendengar guruh, petir dan kilat di Gunung Sinai tetapi memilih berdiam diri di kejauhan, mereka tidak pernah benar-benar mengalami suatu perjumpaan yang mengubah hati seperti Musa atau Yosua.
Tidak heran bila kemudian mereka menginginkan tuhan yang lain. Sebuah patung anak lembu emas dibuat supaya mereka dapat menyembah dengan sesuka hati mereka. Mereka tidak pernah benar-benar datang di hadapan tahta Tuhan dan menyembah saat melihat kemuliaan kuasa-Nya.

Perjumpaan sejati dengan Tuhan ditandai dengan jejak membekas yang tak mungkin terhapuskan. Serupa dengan suatu peristiwa yang membawa dampak traumatis bagi jiwa seseorang sehingga sebagian dari dirinya berubah, perjumpaan dengan Tuhan mengubah pribadi seseorang dalam suatu cara yang ajaib, yang tak mampu dilakukan apapun atau siapapun lainnya. Saat Tuhan menjamah seseorang, terjadi kesembuhan, pemulihan dan penyucian berselubungkan rasa gentar yang kudus dan dalam. Roh kita tahu ada Pribadi yang jauh lebih besar dan jauh lebih berkuasa di hadapan kita namun bukan hendak meremukkan kita. Sebab Dia lembut, baik dan mulia. Di atas semuanya, Dia mengasihi kita apa adanya melampaui apapun juga. Saat itulah kita tahu, kita telah berjumpa Tuhan. Kita pun menjadi manusia baru.

Tanpa pengalaman di atas, kita akan segera bosan dengan hal-hal rohani yang terasa hanya itu-itu saja dan tidak pernah benar-benar akan merindukan kehadiran Tuhan di hidup kita.


APAKAH KASIH TUHAN MENJADI YANG PALING BERHARGA DI HIDUP ANDA? 
Selanjutnya, hal yang kedua, inilah pengalaman Daud bersama Tuhan: 

“Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau” (Maz. 63:4)

Alkitab NET menyatakan dengan lebih jelas “Sebab mengalami (dan merasakan) kasih setia-Mu itu lebih baik daripada hidup itu sendiri.. “

Hidup adalah sesuatu yang sangat berharga bagi manusia.  Tidak ada satupun manusia yang berpikiran waras yang tidak ingin hidup. Apapun akan dilakukan demi mempertahankan dan tetap memperoleh hidup. Menguras seluruh harta demi membayar tebusan bagi yang diculik. Mencari solusi pengobatan ke tempat-tempat yang jauh melalui segala metode atas sakit yang mengancam jiwa. Memikirkan keselamatan dalam bekerja atau saat berkendara. Mendaftar asuransi untuk mendapat jaminan kesehatan. Mengubah cara hidup, pola makan atau kebiasaan sehari-hari demi umur yang lebih panjang. Menciptakan model dan strategi keamanan baik pribadi atau nasional menghadapi ancaman serangan orang jahat atau teroris. Menciptakan sistem deteksi dini dan persiapan menghadapi bencana alam. Dan seterusnya.
Manusia menghargai hidup demikian tinggi. Kisah penyelamatan yang menggemparkan dunia atas 33 orang penambang di Chili yang tertimbun ratusan meter di bawah tanah menjadi bukti tak terbantahkan betapa manusia menghargai kehidupan sedemikian tingginya.

Hidup adalah yang paling berharga bagi manusia selama di dunia. Tapi bagi Daud ada yang melebihi hidup. Yang lebih berharga. Yang lebih baik. Itu adalah kasih setia Tuhan.

Bagi Daud, hidup itu berharga. Tapi itu tak cukup berharga jika dijalani tanpa cinta Tuhan.
Cinta membuat hidup lebih hidup. Lebih indah dan berarti. Cinta adalah inti kehidupan. Tanpa cinta, hidup hanya kehampaan tanpa makna. Dengan cinta, hidup memiliki tujuan dan alasan untuk dihidupi. 
Dan tujuan serta alasan tertinggi ialah cinta dalam tingkat yang tertinggi: cinta Tuhan (Yoh. 3:16). Cinta yang murni, sejati dan tak bersyarat.  Yang di dalamnya manusia menemukan penerimaan diri, pembaharuan jiwa, pengampunan dosa, pembebasan dari rasa bersalah, pembasuhan hati dan pemulihan hidup?
Bukankah kasih Tuhan jua yang mendidik, menopang, menumbuhkan dan menguatkan kita sehingga kita menjadi tak tergoyahkan apapun di dalam Dia, yang oleh karenanya kita dimampukan menanggung segala perkara (Fil. 4:13).

Di dalam kasih Tuhanlah hidup kita menjadi bermakna  -dalam tingkatan tertingginya.
Karena hidup manusia berdasar tujuan penciptaannya ialah supaya ia dikasihi dan mengasihi Tuhan.

Sebelum kita merasakan kasih Tuhan itu tiap-tiap hari mengalir dan menyegarkan hidup kita, sukar bagi kita merindukan Dia lebih dan lebih lagi. Sebab hati kita akan dipikat daya tarik dunia yang selalu mengklaim mampu membuat hidup lebih hidup, penuh petualangan yang mendebarkan. Kita masih akan tergantung pada perhatian dan cinta manusia lebih dari kasih sayang Tuhan. Kita tetap akan larut dalam pergaulan yang keliru dengan harapan menemukan sahabat sejati. Kita masih akan ditarik dan hanyut dalam berbagai pengejaran yang memboroskan hari-hari kita dalam kesibukan yang tidak berhubungan dengan nasib kekekalan kita (berputar-putar untuk urusan yang di sini, yang meskipun harus dilakukan, tetapi kodrat manusia baru kita ialah memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi saja sebagaimana diperintahkan dalam Kolose 3:1). Lambat laun kita kehilangan perspektif tentang Allah, tentang sorga, tentang harta abadi, tentang kemuliaan sejati di balik hidup yang sekarang ini.
Kita tertipu oleh kenikmatan semu. Bagaikan candu. Yang sebentar saja membuat kita melambung tinggi hanya untuk terpuruk dan diperbudak makin dalam. Haus dan haus lagi. Tanpa pernah sungguh-sungguh dikenyangkan.

Jika hingga kini pewahyuan akan kasih Tuhan yang melebihi hidup itu belum Anda dapatkan, mintalah dengan segenap hati supaya Tuhan membukakan mata hati Anda sehingga dapat melihat betapa berharganya kasih Tuhan bagi hidup Anda.
Kasih Tuhan yang telah rela turun ke dunia untuk menghampiri dan mengentas kita dari kubangan dosa. Buka hati Anda menerima curahan kasih-Nya. Percayalah, dalam tangan kasih Yesus Kristus, Anda akan dibawa masuk dalam hidup yang sejati. Terimalah pengampunan dan pembasuhan dosa Anda. Terimalah hidup yang baru: hidup dalam kasih-Nya itu. Jadikan itu harta terbesar Anda. Sesuatu yang tak akan tergantikan dan tak akan Anda lepaskan karena alasan apapun juga.

Sama seperti Daud, Anda tidak akan mudah kehilangan hasrat akan Tuhan. Sebab Tuhan telah menjadi kebutuhan terbesar Anda. Anda tak akan pernah ingin hidup lagi tanpa Dia atau di luar Dia. Sebaliknya, Anda makin lapar dan haus akan Dia tiap-tiap hari. Seperti tubuh jasmani Anda yang memerlukan makanan dan minuman setiap hari dan tidak dapat hidup selain itu dipenuhi, demikian roh Anda merindukan Dia secara tetap waktu demi waktu.
MEMELIHARA RASA LAPAR DAN HAUS AKAN TUHAN (Bagian 2)

LAPAR DAN HAUS AKAN TUHAN

Oleh: Peter B, MA
“Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” (Yoh.7:37)
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat.5:6)
“Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:35)
Lapar dan haus. Keduanya merupakan respons dari tubuh kita sejak hari pertama kita menghirup nafas di bumi ini. Keduanya merupakan bagian alami dari diri kita dimana untuk itu kita melakukan rutinitas bernama makan dan minum setiap hari hingga saat terakhir kita di dunia yang sekarang ini (kecuali ketika berpuasa). Ketiadaan rasa lapar dan haus menjadikan keberadaan terasa janggal. Mari merenungkan lebih jauh betapa lapar dan haus menjadi suatu indikator yang penting dan utama dalam hidup kita.
TANDA UTAMA KEHIDUPAN
Sesungguhnya setiap kita tahu bahwa lapar dan haus adalah sesuatu yang vital dalam hidup kita.
Lapar Dan Haus Merupakan Tanda Kehidupan.
Sebab hanya orang hidup yang merasa lapar dan haus lalu makan dan minum. Tubuh yang terbaring kaku tak lagi meminta makan atau minum sebab ketika tidak ada kehidupan, tiada perlu lagi mengkonsumsi sesuatu. Makan dan minum adalah tanda pertama dan terutama seseorang masih bernyawa:

Markus 5:41-4
Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”
Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub.
Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu IA MENYURUH MEREKA MEMBERI ANAK ITU MAKAN.
Mereka yang makan minum dengan lahap akan selalu dianggap sebagai seorang yang penuh gairah dalam hidup. Sebaliknya, mereka yang tak lagi mampu menikmati makanan dan minuman selezat apapun dianggap mendekati ajalnya.
Lapar Dan Haus Ialah Tanda Kesehatan.
Sudah menjadi pengetahuan umum jika nafsu makan yang baik merupakan penanda kesehatan manusia. Tubuh yang normal dan sehat, yang berfungsi dengan baik ditandai kebutuhan yang normal akan asupan nutrisi sehari-hari. Hampir sebagian besar penyebab hilangnya nafsu makan adalah adanya sakit penyakit, baik sakit fisik atau psikis. Itu adalah salah satu tanda awal yang harus diwaspadai bahwa kemungkinan ada sesuatu masalah pada diri kita. Karena dalam kondisi normal, setiap orang pasti merasakan lapar dan haus secara teratur.
Lama Atau Sering Tidak Merasa Lapar Atau Haus Adalah Kondisi Yang Tidak Normal.
Ada sesuatu yang tidak semestinya atau di luar kewajaran saat seseorang tak lagi merasakan lapar dan haus. Tubuh manusia diciptakan dengan sistem sedemikian rupa sehingga keberlangsungannya hanya dapat terjaga melalui aktivitas memasukkan zat-zat yang diperlukan tubuh. Nah, apabila rasa lapar dan haus berkurang atau menghilang, sedikit banyak dapat disimpulkan bahwa sistem tubuh kita sedang tidak berfungsi secara normal atau sedang mengalami masalah. Memang ada saat selama beberapa waktu lapar dan haus tidak kita rasakan lagi. Yaitu saat kita merasa kenyang. Meskipun begitu, pada waktunya, tubuh yang berfungsi secara normal akan kembali merasakan lapar dan haus.
LAPAR DAN HAUS YANG ROHANI
Berulang kali Kitab Suci menyinggung mengenai rasa lapar dan haus akan sesuatu yang ilahi dan rohani (Maz. 42:2-3; 63:2,6). Yang berarti pula bahwa manusia bukanlah semata-mata makhluk yang terdiri dari tubuh yang bernyawa (dimana itu juga juga sifat alami makhluk hidup lainnya). Begitu pun intelegensia manusia bukanlah pembeda utama keberadaannya dari apa yang disebut binatang atau tumbuhan. Ada unsur lain yang membentuk makhluk yang disebut manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan maupun tumbuhan yakni roh manusia. Kitab suci kita menyatakan bahwa, manusia terdiri dari tubuh (yang tampak mata lahiriah) dan roh (yang tidak tampak secara lahiriah tetapi nyata dan kekal keberadaannya). Adanya roh inilah yang menjadikan manusia serupa atau memiliki sifat yang sama dengan TUHAN, sang penciptanya, yang juga adalah roh (Yoh.4:23).
Pernyataan Yesus yang mengatakan bahwa bukan hanya oleh roti manusia boleh hidup melainkan dari perkataan yang keluar dari mulut Tuhan (Mat.4:4) sekilas menyiratkan tentang eksistensi manusia yang sesungguhnya. Bahwa hidup manusia belumlah utuh sebagaimana kodratnya jika hanya makan apa yang dibutuhkan jasmaninya. Ada natur lain dari diri manusia yaitu rohnya yang perlu mendapatkan asupan makanan sebagaimana tubuh jasmaninya. Saat keduanya memperoleh makanan yang benar maka hidup manusia menjadi lengkap dan berlangsung seturut sifat penciptaannya.
Tuhan menggunakan tubuh jasmani kita sebagai contoh dan bayangan dari keadaan manusia roh kita. Apa yang dapat kita ketahui dan pelajari dari tubuh jasmani kita merupakan bayangan dari apa yang dialami manusia roh kita dimana ternyata, sebagaimana dinyatakan di atas, memiliki kebutuhan yang serupa dengan tubuh jasmaniah kita. Oleh sebab itu, lapar dan haus yang sama sebagaimana dialami tubuh kita seharusnya dirasakan oleh roh kita.
Jadi, tidaklah salah jika dikatakan bahwa SAAT ROH KITA TAK LAGI LAPAR DAN HAUS, MAKA KEMUNGKINAN BESAR ADA SUATU MASALAH SEDANG TERJADI DI SANA. Manusia rohani yang tak lagi merasakan keinginan “mengkonsumsi” asupan rohani seharusnya diwaspadai. Ada sesuatu yang tak wajar di sana. Apalagi jika ternyata ada yang menolak sama sekali segala hal yang berhubungan dengan yang rohani (yang dimaksud di sini bukan terkait berbagai agama beserta praktek-prakteknya melainkan segala hal yang berasal dan bersumber dari Allah yang kita kenal dalam nama Yesus Kristus atau secara lebih khusus lagi dari kemurnian ajaran-Nya sebab banyak ajaran Kristus hari ini yang telah tercemar kehendak dan pemikiran manusia yang duniawi). Penolakan terhadap apapun yang benar dan sejati dari Tuhan, entah secara atau terang-terangan, bisa jadi menunjukkan kondisi roh kita sedang sakit. Atau -jika sama sekali tak peduli- sangat mungkin kematian rohani telah terjadi.
Persoalannya, berapa banyak dari kita yang cukup peduli akan ada tidaknya atau hilang tidaknya rasa lapar dan haus dalam roh kita? Bukankah jauh lebih banyak yang lebih peduli pada pencarian tersedianya kebutuhan jasmani saja sehingga tanpa sadar melalaikan pemenuhan rasa lapar dan haus rohani, yang hanya dikerjakan sebagai kebutuhan sampingan saja atau ditunda-tunda menunggu hari tua? Sadarkah Anda apabila ada akibat fatal yaitu penyakit-penyakit di jiwa kita hingga terjadinya kematian rohani (lagi), saat kita sebagai orang percaya tak lagi memiliki rasa lapar dan haus akan Tuhan?
SAKIT DAN MATI
Sebuah pesan rohani yang tajam dari Mark Batterson berkata:
“Jika Anda tidak merasakan lapar dan dahaga akan Allah, mungkin Anda terlalu kenyang atau penuh dengan diri Anda sendiri”.
Maksudnya ialah, saat kita tidak merasa perlu mencari perkara-perkara Kerajaan Allah, mungkin kita terlalu sibuk peduli akan kepentingan-kepentingan diri kita sendiri. Ya, iblis berusaha sekuat tenaga membuat orang-orang puas dengan pemenuhan hal² yang bersifat materi dan duniawi. Kita dibuat sibuk, teralihkan dan terbius dengan segala yang kita pikir sebagai hal-hal utama dalam hidup supaya yang benar-benar penting dan berguna bagi hidup kita tak terpikirkan lagi. Fokus kita diarahkan pada ukuran-ukuran dunia yang semu. Melupakan yang rohani tapi mengumpulkan sebanyak-banyaknya segala kekayaan, kenikmatan, kesenangan dan kemegahan duniawi.
Putusnya hubungan kita dengan sumber-sumber kehidupan manusia roh kita ialah tujuan si jahat -dengan segala macam cara. Jika perlu, memanfaatkan ajaran-ajaran rohani dan mengatasnamakan hubungan dengan Tuhan sebagai salah satu sarana memperoleh kelimpahan materi atau pencapaian-pencapaian hidup di dunia yang sekarang ini saja atau pemenuhan keinginan-keinginan diri yang pada dasarnya pemuasan kebutuhan yang lain selain kebutuhan roh kita.
Saat roh kita sakit, kita mulai menolak firman Tuhan. Menjadi muak akan hal-hal sorgawi. Dampak paling fatal ialah kita mulai hidup secara manusiawi semata, mencari pegangan dan kekuatan hidup bukan lagi dari Allah tetapi membuka diri bagi petunjuk-petunjuk dan nasihat dari lahir dari pemikiran-pemikiran manusia-manusia yang menjalani hidupnya tanpa Tuhan. Itu sebabnya kata-kata motivasi, seminar-seminar pengembangan kepercayaan diri hingga hiburan-hiburan yang penuh warna dan semarak menjadi sesuatu yang dicari, dibutuhkan dan dihargai tinggi bagi banyak orang. Begitu pula dengan pesan-pesan yang berorientasi kekayaan materi, jawaban persoalan sehari-hari, atau kelancaran dan keberhasilan hidup di dunia menjadi kegemaran lebih dari ajaran Kristus yang murni dan sejati untuk mengikuti dan meneladani Dia melangkah di jalan yang sempit dan pintu yang sesak itu. Sebab daging akan mencari hal-hal kedagingan, bukan yang dari Roh Kudus.
Dan betapa fatalnya kerohanian yang mati! Siapakah yang mengetahui betapa ngeri dampaknya bagi hidup manusia? Putusnya hubungan manusia dengan Tuhan ialah kematian rohani. Dan akibatnya sangat fatal sebab manusia telah terputus dari sumber kehidupannya yang sejati. Seluruh sendi hidupnya berubah perlahan tapi pasti menjadi busuk dan binasa. Sang penguasa kegelapan yang mengambil alih tempat Tuhan di hati manusia. Diisinya hati manusia dengan lapar dan haus akan dunia dan kesenangannya. Dan lahirlah manusia-manusia dosa. Jahat dan fasik sejak dari hatinya. Bertingkah laku bak binatang -bahkan lebih lebih keji dari binatang buas. Itulah mengapa -sekalipun tampak beragama dan beribadah- kejahatan manusia justru semakin nyata. Sebab Tuhan tidak pernah benar-benar ada di hidup mereka.
AW Tozer tidak keliru saat ia menyampaikan kenyataan pahit yang masih berlangsung hingga kini di antara orang-orang Kristen:
“Salah satu musuh terbesar orang Kristen adalah puas diri rohani. Kekristenan yang semula telah jatuh dalam keadaannya yang rendah sekarang ini karena kurangnya hasrat akan hal-hal dari Allah. Di antara mereka yang mengaku sebagai orang Kristen, sangat jarang satu orang saja di antara seribu orang yang memperlihatkan rasa haus yang bergairah akan Tuhan.”

Dan kehilangan hubungan Tuhan sama dengan kehilangan segala-galanya bagi manusia. Bahkan bagi orang-orang percaya, itu akan membawa akibat kehilangan banyak hal penting. Kehilangan tujuan. Kehilangan pedoman hidup. Kehilangan kebenaran. Kehilangan kemuliaan. Kehilangan hidup yang sejati itu sendiri. Tanpa Kristus, semua sia-sia. Baik dalam dunia sekuler maupun dalam bidang yang disebut rohani sekalipun. Apapun yang pernah dicapai dan dihasilkan, bahkan yang kita sebut-sebut bagi kemuliaan nama-Nya (Mat.7:21-23).
Tanpa Tuhan, yang bersinar hanya figur-figur yang menjulang tinggi namun yang hatinya dicengkeram kuasa-kuasa gelap. Tak mengherankan jika otoritas-otoritas rohani seperti orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang justru mempelopori fitnah dan pembunuhan Yesus yang tanpa salah itu!
Semua dimulai karena hilangnya lapar dan haus akan Tuhan di hati.
TIDAK TERPUASKAN OLEH YANG LAIN
Rasa lapar dan haus kita akan Allah hanya dapat dipuaskan oleh Allah -yang telah berjanji memuaskan jiwa kita. Bukan allah yang ini atau dewa yang itu. Bukan pula yang disebut atau dipanggil sebagai Tuhan oleh manusia. Hanya satu Pribadi yang telah terang-terangan menyatakan diri sebagai penghilang lapar dahaga jiwa manusia.
Dia berkata:
“Barangsiapa haus, baiklah ia datang pada-Ku dan minum… “
“Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepads-Ku ia tidak akan lapar lagi dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak haus lagi… “
Dan janji-Nya:
“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, KARENA MEREKA AKAN DIPUASKAN”
Lapar dan haus akan Tuhan hanya dapat dipuaskan oleh Yesus Kristus sendiri. Itu bukan melalui sensasi-sensasi atau emosi-emosi akan Dia. Bukan pula karena pemberian-pemberian atau berkat-berkat materi yang limpah. Bukan karena mujizat-mujizat yang diadakan-Nya bagi kita. Bukan karena suasana ibadah yang semarak. Bukan karena kisah-kisah menawan hati, khotbah-khotbah yang memikat atau karena pengetahuan-pengetahuan telah yang tinggi. Bukan pula karena kesukaan melayani orang lain. Seperti kata Eugene Patterson, “Menyembah tidak akan memuaskan rasa lapar kita akan Tuhan. Itu justru memperkuat rasa lapar itu.”
Lapar dan haus akan Tuhan dipuaskan saat jiwa kita bertemu makanan dan minuman rohani kita yang sejati. Sang Roti dan Air Hidup itu sendiri. Yesus Kristus Tuhan. Sang Pemulih, Pemuas dan Penyegar jiwa satu-satunya. Yang sejatinya paling didambakan oleh hati manusia. Yang sesungguhnya paling dicari roh setiap insan di bumi ini.
Lapar dan haus akan Tuhan terjawab saat kita mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Dia. Juga saat kita memiliki hubungan yang intim dan tetap dengan Dia. Pun saat kita selalu terhubung dengan Dia. Berjalan bersama dengan Dia setiap hari. Saat kita mengetahui maksud hati Tuhan lalu melangkah dalam kehendak-Nya bagi hidup kita. Saat hati dan hidup kita melekat pada-Nya -tak ingin terpisahkan dari-Nya. Bukankah Yesus sendiri memberikan teladan bagi kita mengenai hal ini yaitu bahwa sebagai makhluk yang rohani sudah seharusnya kita menjadikan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai makanan kita?
Kata Yesus.. :”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34)
Pendeknya, kehadiran dan penyataan pribadi Tuhan sendiri adalah pemuas lapar dan haus manusia roh kita. Itu tak tergantikan oleh apapun juga dan selalu akan menjadi kebutuhan manusia roh kita agar tetap sehat dan hidup!
Saat kita bersentuhan secara pribadi dengan Allah, roh kita pulih dan hidup. Roh itu, sebagaimana fisik kita, secara teratur akan merasa lapar dan haus akan makanan terbaik bagi jiwa kita: Pribadi-Nya dan Rhema (atau perkataan-perkataan)-Nya yang merupakan tanda bukti kehadiran-Nya di hidup kita. Secara konstan kita akan merindukan Dia hadir dan nyata tiap waktu di hidup kita. Tapi, kebalikannya pun benar, saat kita tidak merindukan Dia dan firman-Nya yang hidup dalam hidupnya kita maka dapat diduga ada yang salah dan bermasalah dengan roh kita.
Jadi, bukan aktivitas dan giatnya orang mengikuti event-event rohani, seberapa rajin ibadahnya, seberapa sering orang membaca atau mengumpulkan tulisan rohani maupun seberapa rohani ia tampak di depan orang (dimana semua orang yang mengaku beragama dan bertuhan juga melakukannya) yang akan menunjukkan orang memiliki lapar dan haus akan Allah. Tapi seberapa nyata kehadiran Tuhan dan pengaruhNya dimintakan dalam hidup seseorang dan seberapa dirinya bergantung dan berserah pada Krsitus di tiap langkah hidupnya.
Rasa lapar dan haus yang seperti itulah yang Tuhan cari dari kita; yang atasnya Dia akan memberikan kelegaan dan kepuasan sejati yang tak pernah akan dapat dipenuhi apapun dari dunia ini.


BERDOA DAN MINTALAH RASA ITU
Jika hari ini Anda belum pernah merasa lapar dan haus akan Tuhan, ketahuilah bahwa jiwa Anda dalam keadaan kritis. Keterpisahan Anda akan Allah bisa berlangsung untuk selama-lamanya. Berserulah pada Yesus. Mintalah Dia menyentuh roh Anda supaya celik sehingga Anda mengerti betapa Anda membutuhkan Yesus Kristus dalam hidup Anda!

Atau jika Anda pernah mengalami lapar dan haus akan Tuhan namun kini Anda merasa Tuhan bukan lagi sesuatu yang penting bagi Anda, menjeritlah dengan nyaring dan akui bahwa Anda telah menyimpang dari jalan yang benar. Kembalilah dan mintalah Tuhan berkenan memberikan kepada Anda rasa lapar dan haus itu kembali. Untuk mengingat Dia. Mencari Dia dan menyambung hubungan kembali dengan Dia. Lebih intim daripada yang sudah-sudah.
Dan mungkin ada di antara Anda berpikir saat ini telah cukup memiliki rasa lapar dan haus akan Allah. Berhentilah sejenak untuk merenung. Pastikan lapar dan haus Anda mendapatkan pemenuhannya dengan tepat. Bukan pada suatu sosok atau figur rohani. Bukan pada komunitas atau kumpulan jemaat tertentu, lembaga atau suatu organisasi rohani atau gerakan Tuhan dan bukan pula suatu doktrin, ajaran, atau pesan-pesan profetik atau apapun yang terkait dengan itu (walaupun semuanya itu berguna bagi pertumbuhan rohani. Bukan hal-hal tentang Tuhan yang menjadi jawaban atas lapar dan haus Anda akan Tuhan. Pertemuan dan persekutuan dengan Pribadi Tuhan sendiri saja yang dapat mengenyangkan Anda dan menyehatkan roh Anda. Dan selanjutnya, jiwa yang kenyang dengan Tuhan juga akan menjadi jiwa yang lapar dan haus lagi dan lagi akan Dia. Sama seperti makanan yang mengenyangkan kita dan menjadikan tubuh kita sehat sehingga kita dapat kembali merasakan lapar dan haus itu!
Anda membutuhkan pribadi Yesus Kristus sendiri hadir dalam hidup Anda.
Bukan apapun yang lain.
Dan Anda tahu jika Anda terhubung dengan Dia dan hanya dengan Dia saja saat kehadiran-Nya terasa nyata bagi roh Anda. Dan itulah yang membuat Anda terbebaskan dari rasa takut, kuatir, cemas dan tidak aman di hidup Anda. Sebagai gantinya ada akan dilimpahi sukacita, damai sejahtera, ketenangan, kebahagiaan dan kepuasan hidup terlepas dari apapun keadaan jasmaniah Anda atau masalah-masalah yang sedang Anda hadapi. Anda tenteram karena sadar sepenuhnya bahwa Tuhan di dekat Anda, menyertai Anda, memberitahukan kehendak dan tujuan-Nya atas hidup Anda secara pribadi dan menuntun Anda langkah demi langkah tiap waktu. Di luar pengalaman-pengalaman itu, mungkin lapar dan haus Anda belumlah benar-benar terpenuhi.
Berseru dan mendesaklah pada Tuhan sampai Dia menjamah Anda secara pribadi. Anda akan dipuaskan sekaligus makin lapar dan haus akan Dia! Lebih dan lebih lagi tiap-tiap hari. Menjadi manusia yang lengkap, utuh dan penuh bahagia. Sebab dimana TUHAN ada, di sanalah sorga berada!
“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”~ Mazmur 42:2-3
“Sebab Engkau menciptakan kami dan menarik kami pada diri-Mu sendiri. Dan hati kami tidak akan pernah tenang sebelum berteduh di dalam Engkau.” ~ St. Agustinus
Doa saya menyertai Anda.
Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan-Nya.

MENANG DALAM SEKEJAP MATA


(RENUNGAN DARI MAZMUR 6)
Oleh Bp. Peter B. K. 

Satu lagu pujian mengatakan, “I don’t know why Jesus loves me, … I don’t know why He sacrifice His live. Oh, but I’m glad. I’m glad He did.” Penulis lagu itu mungkin berpikir bagaimana mungkin orang yang hina dan berdosa seperti itu begitu dibela dan diperjuangkan (hingga mati) oleh Yesus. Tetapi walau tidak mengerti semuanya, ia bersyukur dan bersukacita karena Yesus telah melakukan itu bagi Dia. Pengalaman penulis lagu itu ternyata tidak jauh beda dengan hidup saya. Tidak ada yang dapat menggantikan hidup baru saya di dalam Kristus. Mengenal Kristus dan hidup di dalam Dia tidak mungkin ditukar dengan apapun di dunia ini. Saya berbahagia juga Yesus juga mati untuk saya. Pertanyaannya sekarang, mengapa? 

                

Mazmur 6, menceritakan kepada kita sedikit banyak mengenai hal ini. Di antara 150 pasal kitab Mazmur ada 6 pasal berisi pergumulan manusia dalam dosa. Mazmur 6 adalah salah satunya. Gambaran manusia yang hidup dalam dosa dinyatakan dalam ayat ke-2 sampai ke-8. Inilah suatu hidup yang jauh dari Tuhan, jauh dari kasih karuniaNya. Hidup dalam dosa dan murka Allah.
Paling tidak ada 5 gambaran hidup yang mewakili apa yang dialami oleh mereka yang belum hidup dalam Kristus. Mereka yang di luar Kristus pasti mengalami salah satu atau bahkan semuanya sekaligus dalam hidup mereka.

(a)    Hidup dalam penghukuman dan rasa bersalah (ay.2)

Tanpa disadari ternyata ada jauh lebih banyak orang hukuman di dunia ini daripada yang kita tahu! Di satu sisi ada mereka yang benar-benar menjalani hukuman pidana karena perbuatan kriminal. Tetapi di sisi lain, Alkitab mengatakan bahwa mereka yang hidup dalam dosa, jauh dari Allah juga hidup dalam hukuman. Bahkan hukuman dari Allah sendiri! Mereka yang kelihatan bebas, tertawa ria, hura-hura, seolah menikmati hidup; dibalik semua itu hati mereka merana, terpenjara dan dikejar-kejar rasa bersalah. Tuhan menghajar mereka yang hidup dalam dosa!

(b)    Hidup dalam sakit penyakit (ay.3)

Salah satu kisah paling dramatis dalam Injil adalah kisah mengenai penyembuhan perempuan yang sakit pendarahan. Sakitnya tidak main-main:12 tahun lamanya! Seluruh harta wanita itu telah habis untuk berobat tetapi tetap tidak ada hasil. Inilah satu contoh nyata bahwa hidup bisa jadi penuh dengan sakit penyakit yang bahkan mungkin tidak bakal tersembuhkan seumur hidup. Kesembuhan dimulai saat perjumpaan tak terlupakan dengan Yesus terjadi!

(c)     Hidup dalam jiwa yang sakit/stress (ay.4)

Jepang sangat diakui oleh dunia sebagai salah satu super power Asia. Mereka berani menandingi Amerika baik dalam ekonomi maupun teknologi. Tetapi benarkah itu membahagiakan mereka? Perlu diketahui bahwa tempat yang paling dicari dan selalu penuh dengan pengunjung sepulang kerja di jepang adalah tempat-tempat pijat dan relaksasi, baik yang dikerjakan secara tradisional maupun secara komputerisasi. Mengapa? Karena mereka stress. Jiwa mereka sakit. Tidak heran angka kematian tertinggi di jepang disebabkan karena bunuh diri! Dosa membuat jiwa sakit, karena tidak ada kedamaian dalam dosa! (Yes. 57:20-21).

(d)    Tuhan serasa begitu jauh (ay.5)

Masa-masa ini orang-orang beragama semakin banyak tetapi hidup dalam dosa tidak akan pernah membawa manusia kepada Tuhan. Tuhan terasa semakin tak terjangkau. Manusia lebih makin mirip iblis daripada Tuhan. Jarak antara manusia dengan Tuhan bagai surga dan neraka. Mereka menjerit untuk bertemu Tuhan tetapi Tuhan tidak pernah ada di sana. Demikianlah hidup dalam dosa

(e)    Hidup penuh kemalangan dan penderitaan (ay.7-8)

Banjir air mata! Jika ada yang lolos dari keempat hal di atas, tetap akan menanti segala kemalangan dan penderitaan yang terus berdatangan. Entah itu rumah tangga yang pecah, anak-anak yang murtad, dijerat utang, kecelakaan, patah hati, dikecewakan, ditipu rekan bisnis dsd. Hidup di dunia yang penuh dengan dosa ini mustahil lepas dari kemalangan sebab dunia ini lembah air mata! Siapakah yang dapat membawa penghiburan dan kesenangan di dunia yang penuh penderitaan ini?

Satu-satunya Harapan…
          Untuk dapat bebas dan berkemenangan atas hidup seperti diuraikan di atas, maka perlu satu perkara. Inilah satu-satunya pengharapan bagi setiap manusia yang rindu pergumulan hidup dalam dosanya diubahkan menjadi kemenangan gilang gemilang. Ayat 9-11 menggambarkan bagaimana Daud beroleh kemenangan. Kemenangan itu dicapai melalui iman bahwa Allah akan dan sanggup menyelamatkan. Daud melihat keselamatan yang akan disediakan Allah melalui Kristus dan percaya ia akan menang dalam sekejap mata! Agak berbeda dengan Daud, kita harus melihat keselamatan yang telah disediakan Allah lewat korban Kristus di atas salib 2000 tahun lalu dan percaya melalui korbanNya itu, kita dibebaskan dari hidup perbudakan dosa dan masuk dalam hidup baru yang berkemenangan dan penuh berkat: keselamatan, kelimpahan, kesembuhan, damai sejahterah, sukacita, hubungan yang akrab dengan Tuhan, dan menang atas penderitaan.
          Benarkah dalam ‘sekejap mata’? Lihatlah dalam surat Kolose 2:13-15. Pada hari kematian Kristus, Ia justru telah menghapuskan “hutang kita” yaitu kutuk yang mengikuti kehidupan kita yang berdosa, dan ia juga melucuti segala kekuasaan iblis,menjadikannya tontonan umum. Hutang dosa kita lunas dalam satu hari (1Kor 6:20). Iblis yang dulu punya hak menghancurkan hidup manusia kini tidak lagi! Yesus telah menjadi satu-satunya jalan agar manusia memperoleh kehidupan yang sejati. Bukankah Ia berfirman : “Aku datang supaya kamu mempunyai hidup dan mempunyainya di dalam kelimpahan?” Ya,suruh iblis menjauh,usir dia pergi sejauhnya dari hidupmu. Sebaliknya buka hati lebar-lebar untuk Yesus. Pergumulan akan penderitaan jiwa dan fisik karena dosa sudah waktunya berakhir. Dalam Dia kita MENANG DALAM SEKEJAP MATA! Yes, we glad You did it, Lord  Jesus! Hidup dalam penyembahan sejati telah di mulai … Amin.