Arsip Bulanan: September 2016

THE RIGHTEOUS GENERATION

(Renungan dari Mazmur 14)
Oleh: Bp. Peter B. K.








“Tidak sadarkah semua orang yang melakukan
kejahatan yang memakan habis umatKu seperti roti dan yang tidak berseru kepada
TUHAN?”
 

(Mzm 14:4)

“Di
sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan
yang benar.”
 
(Mzm 14:5)
Isu yang sedang marak dibicarakan saat itu adalah mengenai
pertentangan antar pengikut agama. Perbedaan – perbedaan dalam keyakinan
beragama dimanfaatkan sebagai pemicu untuk berkonfrontasi yang berakhir dengan
kekacauan dan kegoncangan yang melanda bangsa kita. Pertanyaan yang terus
menerus muncul didalam pikiran saya adalah “Siapakah yang benar? Mengapa semua
umat beragama bangkit dan saling berperang? Haruskah membela agama sendiri?”


Adalah menarik untuk diperhatikan bahwa nast diatas
memberitahukan kita bahwa Allah tidak menyertai atau berpihak pada agama
manapun. Secara  status kewarganegaaran
kita beragama Kristen, tetapi Allah tidak membela dan menolong orang – orang
yang “hanya” beragama. Dengan tegas, Allah menyatakan ia berpihak pada angkatan
yang benar. Mereka berlari dan berlindung 
pada Tuhan dan Tuhan melindungi mereka. Siapa sesungguhnya angkatan yang
benar itu?




Agama adalah baik. Tanpa agama hanya ada kekacauan dan hidup
yang semrawut, liar, tidak beraturan. Manusia akan makin tidak terkendali dan
hidup jauh dibawa standard penciptaannya sebagai makhluk yang termulia. Tetapi
perlu diketahui : agama tidak membuat manusia menjadi benar. Menjadi agak lebih
baik, ya. Menjadi benar dihadapan Allah, tidak. Mengapa? Karena agama mengatur
perilaku dan sikap manusia, tetapi sering kali hanya sampai disitu aja.
Penampilan luar terlihat baik, sopan, terhormat, dsb, tetapi apa yang di dalam
hati dan kepribadian orang tidak pernah mengalami perubahan. Agama diharapkan
menjadi  penuntun bagi manusia untuk
mencapai Allah, tetapi Allah tidak pernah dapat dijangkau dengan agama. Saya
tegaskan sekali lagi, agama tidak dapat membuat hidup kita yang bobrok, jahat,
dan bejat menjadi benar dihadapan Tuhan. Agama membuat manusia benar dihadapan
manusia, tetapi tidak dihadapan Allah. Oleh karenanya, mereka yang sekedar
hanya memiliki dan mendalami agama tertentu, bukanlah angkatan yang benar
sebagaimana dimaksud Tuhan. Jadi, siapa sesungguhnya angkatan yang benar itu?



Amplified Bible memberitahukan lebih jelas bagi kita. Disana
yang dimaksud “angkatan yang benar” disebut sebagai “those who upright and in
right standing with Him/God” (mereka yang lurus dan memiliki hubungan yang
benar dengan Allah). Ini berarti untuk menjadi
angkatan yang benar, maka tandanya adalah mereka mempunyai posisi dan hubungan
yang benar di hadapan Allah.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana
caranya memiliki hubungan yang benar dengan Allah? Bukan lewat  cara – cara yang selama ini dipikirkan
manusia sendiri; bahkan lewat jalan yang disebut agama sekalipun! Hal itu
haruslah melalui jalan yang telah ditetapkan Allah sendiri.


Surat Roma memberitahu kita, “Tetapi sekarang……kebenaran
Allah telah dinyatakan……yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus bagi
semua orang yang percaya” (Rom 3:21-22) dan lagi, dalam 2 Kor 5:21, “Dia
(Yesus) yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”

Jelas bagi kita bahwa langkah
pertama untuk menjadi angkatan yang benar adalah menerima Kristus sebagai Tuhan
dalam hidup kita
karena hanya dalam Dialah kita dapat dibenarkan dihadapan
Allah. Di dalam Dia, kita memiliki posisi dan hubungan yang benar dihadapan
Allah. Menerima Kristus, itulah syaratnya. Hal itu adalah pengalaman yang
sifatnya pribadi. Yesus Kristus harus kita akui dan “dipersilakan” masuk dan
menguasai hidup kita secara pribadi – barulah kita menjadi angkatan yang benar.
Hal ini juga berarti kita tidak hanya
menjadi penganut agama kristen tetapi mempunyai pengalaman pribadi bertemu dan
berhubungan dekat dengan Tuhan sendiri.


Kristen berarti pengikut, tetapi sungguh banyak mereka yang
mengaku Kristen tetapi sama sekali tidak mencerminkan hidup yang meneladani Dia. Itulah orang – orang beragama (Kristen) dan ini bukanlah angkatan yang benar.
Jelas sekali mereka tidak mempunyai hubungan dan posisi yang benar dihadapan
Tuhan. Tuhan tidak pernah berjanji menyertai mereka.

Angkatan yang benar akan terlihat sewaktu mereka tertindas.
Waktu itu mereka akan berlindung  pada
Tuhan. Gunung batu dan Pembela mereka adalah Tuhan dan hanya Dia saja. Mereka
yang agamawi (tidak terkecuali agama manapun) dan duniawi akan muncul dengan
program – program yang jahat dan merusak apa yang benar dan adil. Tidak heran
banyak dari pengikut Kristus yang sungguh menderita dan tertindas – tanpa
membalas. Tetapi Allah akan bertindak karena ia menyertai mereka yang telah
dibenarkanNya dan telah berlari padaNya memohon perlindungan.

Karakter yang
dibutuhkan setelah menjadi angkatan yang benar adalah KESETIAAN.
Menjadi angkatan yang benar tidaklah
berarti mendapatkan jaminan untuk tidak menderita, tetapi mendapat jaminan
bahwa Allah selalu beserta dan berjanji akan memulihkan keadaan umatNya.
Penderitaan,
penganiayaan, olok – olok dan hinaan masih akan menjadi bagian dari kehidupan
angkatan yang benar, oleh karena itu yang dapat kita lakukan adalah menantikan
keselamatan oleh pemulihan yang dari Allah sendiri (Mzm 14:7) – di dalam
kesetiaan

Generasi demi generasi silih berganti dan Tuhan masih mencari
adakah yang berbuat baik dan berkenan padaNya. Generasi – generasi baru akan
dan telah datang di milenium yang baru ini. Sebagian besar angkatan yang baru
ini mencari identitas diri dan arti kehidupan. Sayang sekali tak terhitung yang
hanyut tersesat oleh arus sistem dunia yang bebal dan melawan Allah. Tanpa Kristus mereka di luar Allah bahkan
menganiaya kebenaran, Allah dan yang lahir dari Allah.
Tetapi angkatan yang
benar tetap ada bagi Dia, bagi kemuliaanNya. Angkatan inilah yang berbeda
dengan dunia;  dan itu tidak pernah
mudah. Memang benar, menjadi angkatan yang benar tidak pernah mudah di dunia,
tetapi pada merekalah Tuhan akan berpihak.
DOA :
Tuhan kami bersyukur padaMu karena telah mengenal dan menerima Engkau
secara pribadi. Begitu banyak perkara yang jahat dan buruk di bumi; kebebalan begitu
kuat menguasai manusia daripada Engkau. Hari ini kami rindu untuk hidup
menyenangkan Engkau. Jadikanlah kami semua saksi – saksiMu meskipun bagai domba
di tengah – tengah serigala. Ajar kami setia sekarang sampai selamanya.
Dalam Kristus kami berdoa. Amin

 

SUDAHKAH ANDA MEMBALAS CINTA TUHAN?

Oleh Bpk Peter Bambang Kustiono. MA
Presiden AS ke-35, John F Kennedy pernah mengucapkan salah satu kalimat yang paling terkenal dalam sejarah, “Jangan tanyakan apa yang negaramu dapat perbuat kepadamu, tapi tanyakanlah apa yg kamu dapat perbuat bagi negaramu. “Konon, kalimat tersebut menginspirasi Amerika menjadi bangsa yang lebih maju. Salah satunya, pendaratan manusia pertama di bulan dilakukan hanya 6 tahun sejak pidato tersebut disampaikan!

Meski pengaruhnya luar biasa, di dunia dimana tidak pernah ada pemerintahan yang sempurna atau negara ideal, sejatinya pesan tsb kurang berdasar. Orang diminta berkorban untuk suatu lembaga yang acapkali masih berlaku tidak adil kepada rakyatnya. 

Nah, pernahkah kita mengajukan pertanyaan tsb dalam konteks hubungan kita dengan Tuhan? Bukankah pantas apabila Tuhan bertanya seperti ini pada kita, “Jangan tanyakan apa yang Aku dapat perbuat bagimu, tapi tanyakanlah apa yang kamu dapat perbuat bagi-Ku?” Kita tidak perlu pertanyakan apa yang Tuhan dapat perbuat bagi kita: Ia telah melakukan pengorbanan terbesar dan hingga hari ini masih tetap memberikan yang terbaik bagi kita! Justru kitalah yg harus menanyakan terus menerus apa yang telah dan akan kita lakukan bagi Dia, yang sudah begitu kasih kepada kita. 

Orang yang cinta Tuhan tidak banyak menuntut kepada Tuhan. Ia rajin mengucap syukur dan rindu selalu mempersembahkan sesuatu bahkan seluruh hidupnya pada Tuhan. Hari ini, kebanyakan orang Kristen bahkan yg mengaku sebagai hamba Tuhan sekalipun, tidak demikian. Di pikiran mereka masih lebih memikirkan apa yang Tuhan dapat kerjakan bagi hidup atau pelayanan mereka. Pengorbanan diberikan hanya supaya mendapat lebih banyak dari Tuhan. 

Daud tidak demikian. Dengan segala ketulusan, ia mencintai Tuhannya. Itu sebabnya ia bertanya, “Apakah yang dapat aku berikan kepada Tuhan untuk segala hal baik yang telah dilakukan-Nya kepadaku?” (Mzm. 116:12). Persembahan dalam ketulusan. Itu yang dicari Tuhan. Bagaimana dengan Anda dan saya? 
Salam revival! Kemuliaan Tuhan atas Indonesia.

MENGANDALKAN KASIHNYA

(Renungan dari kitab Mazmur 13)
Oleh: Bp. Peter B. K.

 

“Tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku
percaya, hatiku bersorak-sorak  karena
penyelamatMu”
(Mzm 13:6)
 

      Masa – masa kritis. Tidak pernah
ada seorangpun di dunia ini tidak pernah menghadapi masa-masa kritis. Masa – masa itu begitu berat, penuh pergumulan, penderitaan bahkan seringkali segala
sesuatu begitu gelap. Itulah saat – saat dimana seringkali keputusasaan
menyerang dan harapan hidup lenyap bagaikan uap. Perasaan tertekan, stress dan
ditinggalkan seakan – akan menjadi makanan hari demi hari. Yang lebih tidak
mengenakkan, krisis ternyata dapat menyerang di segala bidang kehidupan. Baik
kehidupan pribadi, keluarga, suatu lingkungan, wilayah kota / desa bahkan suatu
negara. Dan itu bisa meliputi krisis dalam segi ekonomi, politik, sakit
penyakit, bencana alam dsb, sungguh suatu masa – masa yang gelap. (Omong –
omong bukankah bangsa kita juga masih bergumul untuk keluar dari krisis,
bukan?).

Pertanyaan yang penting bagi kita ialah : Bagaimana kita bisa
bertahan dan tetap kuat saat melewati masa – masa krisis itu? Bagaimana kita
dapat keluar sebagai pemenang atas krisis tersebut?

Sekali lagi kita belajar
dari Daud dan tidak salah jika kita belajar dari dia. Daud adalah langganan
krisis. Sepanjang hidupnya berkali – kali ia melewati krisis bahkan hingga yang
terberat sekalipun. Yang mengherankan, ia bertahan dan akhirnya menyelesaikan
“pertandingan” dengan baik. Akhir hidupnya ditulis dengan kata, “kemudian
matilah Daud pada waktu telah putih rambutnya lanjut umumnya, penuh kekayaan
dan kemuliaan….” (1Taw 29:28). Yah, Daud ternyata tidak hanya piawai menghadapi
dan menangani raksasa; ia terbukti juga cukup mahir mengatasi krisis – krisis
dalam hidupnya.

                Jika membaca Mzm13, lagu itu
dibuka dengan keluhan dan “kekecewaan” kepada Tuhan. Penderitaan yang
sedemikian berat seringkali membuat kita tidak kuat. Kekuatan manusia telah
habis, daya tahan sudah menipis sehingga seruan kita menjadi, “Berapa lama
lagi, TUHAN…? “(Mzm 13:2-3). Yah, sampai kapan? Mengapa seakan – akan Tuhan
begitu jauh, seperti tidak ada? Tidak pedulikah Tuhan? Memang penderitaan dan
krisis yang begitu lama dapat membuat orang menjadi lemah dan pahit khususnya
kepada TUHAN. Daud sempat mengalaminya tetapi mungkin inilah perbedaan banyak
orang dengan DAUD : Daud terus berdoa kepada TUHAN (sedangkan yang lain
berhenti berdoa dan tinggalkan Tuhan)!
Satu hal penting adalah kita perlu tahu bahwa krisis sama
seperti berjalan dalam kegelapan. Bayangkanlah saat malam hari, saat kita
sedang bekerja di satu meja menulis sesuatu; tiba – tiba listrik padam dan
kegelapan datang begitu mendadak dan begitu pekat. Itulah krisis. Di saat –
saat gelap seperti itu – apalagi jika sendirian – kita  seringkali tidak tahu harus berbuat apa.
Seluruh pekerjaan terhenti dan kita hanya bisa menunggu lampu menyala kembali.
Sambil menunggu kita bisa memasang lilin sebagai penerang sementara.
Tetapi, bagaimana jika kegelapan itu begitu lama? Mesir
pernah mengalami 3 hari 3 malam gelap total di zaman Musa. Bagaimana jika
terjadi seperti itu bahkan lebih lama dari itu? Lilin akan habis dan penerang
lain tidak cukup memadai; padahal kita harus terus bergerak dan bekerja?
Syukurlah, bagi orang Mesir tiada harapan tapi bagi kita harapan itu tidak
pernah hilang.
Kembali kepada Daud, ternyata ia punya rahasia kemenangan
atas krisis. Tempat sandaran Daud pada waktu – waktu itu ialah apa yang disebut
KASIH SETIA TUHAN. Tahukah saudara apa arti kasih setia dan tahukah engkau
Allah kita memiliki kasih setia itu (yang begitu berlimpah –  lihat Mazmur 103:8)? Daud mengenal persis
akan Allahnya, (beruntunglah engkau yang mengenal Allah) dan ia tidak ragu –
ragu lagi bahwa pastilah Allah yang menjadi sandarannya itu akan menolongnya.
KASIH SETIA BERARTI KASIH YANG TIDAK BERKESUDAHAN. BUKAN
KASIH SESAAT TAPI KASIH YANG KUAT YANG TERUS BERTAHAN MENGHADAPI TANTANGAN,
UJIAN DAN PENCOBAAN; YANG TERUS MENGALIR MELEWATI RINTANGAN  DAN HAMBATAN. ITULAH KASIH YANG TERUJI DAN
TAK TERPENDAMKAN OLEH APAPUN! KASIH MANUSIA BELUM LAYAK DISEBUT KASIH SETIA,
TETAPI PUJI TUHAN, ALLAH KITA MEMILIKI KASIH SETIA ITU.
Bagi Daud, kasih setia Allah – kasihnya yang tak pernah
berubah itu menjadi jaminannya untuk bertahan bahkan keluar dari krisis.
Mengapa? Karena jika dulu Allah tidak pernah meninggalkannya tetapi
menolongnya, maka Daud dapat percaya bahwa karena kasih Allah yang setia itu
maka ia akan melakukan lagi. Kesabaraan dan kasih manusia ada batasnya. Hari
ini seseorang atau sesuatu bisa menjadi andalan dan sandaran kita tetapi belum
tentu besok mereka akan melakukan hal yang sama untuk kita. Tetapi, kasih setia Tuhan dapat menjadi andalan kita di segala
situasi di sepanjang masa kehidupan kita.
Ada satu orang lagi yang melewati
masa krisis dan lulus dengan nilai terbaik
. Orang itu bernama Yeremia.
Meski ia meratap dalam krisis yang begitu parah tetapi sama seperti Daud – ia
mengandalkan kasih setia Tuhan. Dengarkan pengakuannya : “jiwaku … tertekan
dalam diriku, tetapi hal – hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku
akan berharap : Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis – habisnya
rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu” ( Rat 3:20-23).

Banyak
orang berkata angka 13 adalah angka sial. Mazmur 13 juga digubahkan masa-masa
sial Daud. Pendapat orang bahwa 13 angka sial mungkin benar (bagi mereka)
tetapi ternyata itu tidak sepenuhnya benar bagi Daud, si penyembah sejati.
Tuhan ingin kita meneladani Daud bukan dunia. Seperti Daud kita akan mengubah
angka sial itu menjadi angka keberuntungan kita. Saya ucapkan selamat bagi
engkau yang beruntung! Amin



HIDUP DALAM KASIH DAN KEBENARAN

Oleh Bpk Peter Bambang Kustiono. MA
Kasih & kebenaran. Tidak banyak orang percaya yang memahami bahwa 2 hal ini adalah yang utama harus ada dalam hidup. Dinyatakan dlm Amsal 3:3 “Janganlah kiranya kasih dan setia (Ibr: kebenaran) meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu.” Keduanya harus tampak nyata dalam perilaku kita, bagaikan kalung di leher kita, juga harus tertanam di hati kita bagai ukiran pada batu. Sungguh pesan yang tidak main-main! Itu berarti dlm hidup sehari-hari kita, pelayanan, bisnis, keluarga, ibadah dan seluruh hidup kita mesti menyatakan kasih & kebenaran. Keberadaan dua hal ini dalam hidup kita menjadi perbedaan antara kita dengan orang-orang-orang duniawi yang tidak mengenal Tuhan. Kasih dan kebenaran sejati adalah hal-hal yang sangat langka di dunia, tapi itulah yang Tuhan minta untuk ada dalam hidup kita sebagai umat-Nya. 

Sayangnya, hari ini ada sesuatu yang tidak sesuai firman-Nya. Sebagian orang Kristen berpikir bahwa yang menjadi perbedaan antara kita dengan dunia adalah pencapaian-pencapaian kita, kesuksesan-kesuksesan kita, limpahnya berkat-berkat materi dalam hidup kita, atau banyaknya mujizat dalam hidup kita. Allah kita memang Sang Pembuat Mujizat dan sudah seharusnya kita hidup dalam mujizat-Nya. Tapi sejarah Israel seharusnya dapat menjadi pelajaran buat kita. Banyaknya mujizat dan pertolongan tidak membuat mereka menjadi umat yang benar di hadapan Tuhan atau di depan bangsa-bangsa lain. Mereka tidak menjadi kesaksian yang baik meski secara ajaib mereka memperoleh pertolongan Tuhan dan berkat-berkat dilimpahkan atas mereka. Akibatnya mereka pun direndahkan di hadapan bangsa-bangsa asing.
 
Sungguh, betapa kita harus menjadi umat yang benar-benar hidup penuh kasih dalam kebenaran sejati. 
Bukan dalam kemunafikan belaka. Jika kita memahami hal ini dan menjadikan pedoman dalam hidup kita maka janji ini pun pasti menjadi milik kita : “maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia” (Ams. 3:4). 
Salam revival! Indonesia penuh kemuliaan Tuhan. GBU.

KOMITMEN UNTUK SETIA SAMPAI MATI

Oleh Bpk Peter Bambang Kustiono. MA
Salah satu hal yang tampak semakin menghilang di antara bangsa kita hari ini dan di antara manusia pada umumnya di era modern yang penuh dengan kemudahan ini adalah komitmen. Tidak terhitung banyaknya pengingkaran komitmen terjadi setiap hari. Di dalam perjanjian bisnis, hutang piutang, di dalam pernikahan, persahabatan, atau dalam perjanjian kerja. Dan apabila terhadap hal-hal yang tampak di depan mata, orang bisa meninggalkan komitmen begitu saja dengan tanpa malu dan tiada takut konsekuensi sosial dan hukum – betapa lebih banyak lagi yang diam-diam telah melupakan komitmennya kepada Tuhan yang tidak nampak itu! 

Ketika seorang pria dan wanita masuk dalam pernikahan kudus, keduanya membuat komitmen seumur hidup. Komitmen untuk setia sampai mati. Namun berapa banyak orang Kristen yang mengerti bahwa perjanjian kita mengikut Kristus adalah perjanjian yang sama kuat dan bahkan lebih kuat daripada itu. Begitu pula dengan komitmen antara kita dengan Tuhan. Karena layakkah komitmen kita dengan pasangan kita yang tak lain manusia biasa melebihi komitmen kita kepada Tuhan yang sudah membuktikan diri sangat mengasihi kita?

Yesus, Kepala Gereja, berfirman kepada jemaat-Nya yang adalah kita, “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10). Tuhan memerintahkan kita untuk setia. Dan bukan hanya itu, Ia menginginkan kita setia sampai mati. Betapa mahal harga mengukut Kristus! Namun memang harus demikian. Tanpa komitmen ini, kita akan kehilangan iman kita saat keadaan di sekitar kita memburuk, menekan, semakin sukar dan berat sebagai pengikut Kristus. Lebih lagi di Indonesia yang terus menerus tinggal dalam krisis. 

Saat banyak orang Kristen di Indonesia berseru mencari mujizat, kesembuhan dan berkat, Tuhan mencari orang yang setia hingga akhir. Adakah dia menemukannya dalam hidup Anda dan saya? Akankah mahkota kehidupan itu menjadi milik kita?

Salam revival! Indonesia penuh kemuliaan Tuhan. GBU.

WAKTU BAGI TUHAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA

“Orang yang benar-benar ingin mengenal Tuhan harus menyediakan waktu untuk Dia” ~A.W. Tozer


Jika ditanyakan, khususnya pada orang² Kristen di Indonesia, apakah
mereka ingin mengenal Tuhan. Saya yakin jawabannya sebagian besar sudah
pasti ‘ya’. Tetapi atas hal lain saya juga yakin. Yaitu bahwa jawaban
tersebut bukan merupakan jawaban dari hati yang sungguh² rindu mengenal
Kristus. Mengapa demikian? Karena mereka yang mau sungguh² mengenal
Tuhan memang harus menyediakan waktu untuk ‘bergaul’ dengan Dia. Persis
seperti yang dikatakan Tozer di atas. Dan sayangnya, tidak banyak saya
melihat anak-anak Tuhan di Indonesia senang menghabiskan waktu dengan
Tuhan.
Sebenarnya ini merupakan suatu pemikiran logis yang
sederhana. Bahkan sangat umum mengenai bagaimana suatu hubungan yang
baik bahkan kuat itu dapat dibangun.

Sepasang kekasih melewatkan
waktu bahkan bertahun-tahun berpacaran untuk saling mengenal satu sama
lain makin hari makin dekat. Suami atau istri harus menyediakan diri,
waktu, telinga bahkan mengorbankan perasaan melalui berbagai sesi²
komunikasi untuk mempertahankan dan meningkatkan keintiman dalam
perkawinan mereka. Orang tua yang ingin mengenal anak²nya harus
meluangkan waktu untuk mengajar sekaligus mendengar dari putra-putri
supaya tercipta suatu hubungan yang baik, kondusif dan produktif dalam
keluarga. Hanya pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan
rakyatnya yang akan dapat mulai memahami satu sama lain. Komunikasi yang
sehat dan lancar adalah cara untuk saling memahami masing² pribadi yang
ingin berhubungan lebih jauh. Tanpa itu, tidak ada saling mengenal
apalagi saling mengerti dan saling percaya.

Dan komunikasi membutuhkan waktu.

Kerinduan kita untuk mengenal Tuhan nyata dari seberapa kita
menghabiskan waktu untuk mengenal Dia dengan bersama-sama Dia. Mustahil
kita dapat mengenal Tuhan jika kita pada satu sisi mengaku ingin
mengenal Dia namun kita menghabiskan waktu untuk hal² yang lain atau
bersama siapapun yang lain. Dengan apa atau siapa kita menggunakan
sebagian besar waktu kita, yaitu dengan apa atau siapa kita bergaul,
menentukan siapa yang akan kita kenal lebih jauh. Saat menggunakan waktu
kita menonton tv, film dan hiburan lainnya maka kita akan tahu banyak
tentang itu semua. Bila kita menghabiskan waktu dengan teman² kita maka
kita akan makin banyak tahu mengenai karakter mereka. Atau ketika kita
menghabiskan waktu dalam pekerjaan atau profesi kita maka hampir dapat
dipastikan kita semakin paham segala sesuatu tentang pekerjaan itu.
Masalahnya, jika kita ingin mengenal Tuhan lebih dekat dan lebih intim
lagi

APAKAH KITA TELAH CUKUP MENGHABISKAN WAKTU BERSAMA DIA? APAKAH KITA
BANYAK KALI MEMIKIRKAN DIA DAN PRIBADI-NYA? SEBERAPAKAH KITA TELAH
MELUANGKAN WAKTU UNTUK BERDOA, MERENUNG DAN MENELITI FIRMAN-NYA DI
HADAPAN HADIRAT-NYA DEMI MENGETAHUI PIKIRAN DAN HATI-NYA?

Ketidakrelaan kita meluangkan waktu dengan Tuhan merupakan pertanda
bahwa kita tidak pernah bersungguh-sungguh ingin mengenal Dia. Mungkin
Anda dan banyak lagi yang lainnya tidak setuju dengan ini. Dengan
beralasan bahwa Anda tidak cukup waktu untuk belajar hal² rohani. Atau
berdalih bahwa itu merupakan tugas pekerjaan para pendeta atau rohaniwan
yang memang berkecimpung mendalami perkara² rohani. Itu semua hanya
alasan kosong belaka untuk menutupi hati yang tidak pernah benar² rindu
menjalin keintiman dengan Tuhan.

Benarkah kita tidak memiliki
waktu? Benarkah baru ada waktu kalau kita menjadi hamba Tuhan atau
bergelut di dunia kerohanian? Benarkah kita tidak memiliki kesempatan
selama hari-hari kita untuk berduaan dengan Allah? Benarkah waktu kita
sangat sedikit sehingga hanya sanggup DUA ATAU SATU JAM SAJA memberikan
waktu bagi Tuhan di kebaktian seminggu sekali itu? Apakah dengan waktu
yang sedemikian singkat satu atau tiga kali seminggu KITA AKAN MENGENAL
DIA LEBIH DAN LEBIH LAGI?

Mereka yang berkata tidak punya banyak
waktu bagi Tuhan telah bersikap tidak jujur. Atau setidaknya mereka tak
memiliki alasan yang mendasar atas ketiadaan waktu mereka bagi Tuhan.
Fakta Alkitab maupun kenyataan sehari-hari menunjukkan kondisi yang
sebaliknya.

Daud hampir² tidak pernah kehilangan momen dengan
Tuhannya. Selagi ia masih belia di padang rumput Betlehem yang jauh
sampai di gua² pelariannya hingga hari-hari sibuknya mengurus
pemerintahan di Yerusalem.

Begitu pula dengan Daniel. Sebagai
Perdana Menteri suatu kerajaan besar di zamannya dan orang kepercayaan
raja, siapakah yang meragukan kesibukannya? Tapi semua orang mengenalnya
sebagai orang yang rajin menyembah dan beribadah di hadapan Tuhan, yang
tak pernah lalai menghadap Allahnya tiga kali sehari. Penglihatan dan
penafsiran mimpi² yang rumit telah menjadi bagian hidupnya, menunjukkan
bagaimana kedalaman hubungannya dengan Tuhan. Bahkan kepadanya pula
diberikan rahasia² akhir zaman yang tidak Tuhan karuniakan kepada banyak
orang.

Dan begitu pula dengan rasul² yang melayani jemaat yang
ribuan itu. Di saat mereka tak memiliki waktu lagi untuk bersama² dengan
Tuhan, merekapun mempercayakan tugas mereka pada para diaken supaya
dapat menghabiskan waktu dalam firman dan doa (Kis. 6:3-4).

Tidak
ada yang namanya waktu yang kurang, kesempatan yang terbatas atau tidak
ada tempo untuk mengenal Tuhan. Yang ada ialah hati yang acuh tak acuh
akan Tuhan. Hati yang terpikat dengan perkara² lainnya. Hati yang
menginginkan sesuatu yang lain daripada Tuhan. Kerinduan untuk mengenal
pribadi² lain dan mengerjakan hal² lain ketimbang bersekutu dalam Roh
dengan Tuhan. Suatu semangat untuk mengejar apa yang tampaknya
menyenangkan, menguntungkan dan membahagiakan manusia duniawi kita
daripada manusia roh kita.

Dan tidakkah iblis tahu akan hal ini?
Bukankah makhluk jahat itu yang merancang dan membangun berbagai sistem
atas dunia ini dimana manusia ditarik begitu rupa untuk mengingat,
memperhatikan, mendambakan, menginginkan dan mengejar apapun di dunia
ini selain Tuhan? Tidakkah suatu realita jika mereka yang mengaku tidak
punya waktu bagi Tuhan ternyata memiliki waktu untuk bekerja siang malam
atau sebaliknya yaitu bersenang-senang dan bersantai di pusat²
perbelanjaan? Dan bukankah selalu ada waktu hingga beberapa jam sehari
untuk menonton hiburan di TV dan bioskop atau berkomunikasi melalui
berbagai sarana dan media sosial? Berapa banyakkah waktu yang sering
disediakan bagi hobby atau bercengkerama dengan teman² pergaulan kita?
Dan tidakkah permainan dan pergaulan online telah menyita waktu dan
mengalihkan perhatian anak² muda dari pencarian dan perenungan akan yang
ilahi dan yang kekal?

Kita memiliki 24 jam sehari yang diberikan
Tuhan bagi kita. Seberapakah yang kita sediakan bagi Dia yang memberikan
waktu-waktu kehidupan bagi kita?

Berkomunikasi dengan Tuhan ialah meluangkan waktu bersama-sama dengan Dia.
Dalam kesunyian. Dalam perenungan. Dalam doa. Dalam keheningan batin
maupun dengan permohonan doa yang bersuara. Dalam penyembahan yang
syahdu atau nyanyian nyaring dari dasar jiwa kita, dimana seluruh
eksistensi kita terarah pada Tuhan. Dalam merenungi dan
menghubung-hubungkan peristiwa² di hidup kita dengan kebenaran²
firman-Nya. Memohon hikmat-Nya menuntun kita supaya jalan hidup kita
selalu berada di jalan yang benar dan mengarah pada kehidupan hingga
kekal nanti. Dalam kejujuran komunikasi dan kerinduan membara untuk
mengenal Tuhan (Fil. 3:10) dari lubuk hati yang terdalam.

Membaca
Alkitab dan bersaat teduh adalah baik. Datang beribadah ke gereja pun
baik. Begitu pula dengan mencari dan menyimak materi² rohani melalui
media sosial seperti Facebook, bbm, twitter, instagram, YouTube, dsb.
Meluangkan waktu dengan hal² yang berhubungan perkara² rohani adalah
baik. Hanya saja kita tidak boleh melakukannya sambil lalu. Karena
kewajiban dan rutinitas rohaniah semata. Sebab, bukan mengetahui dan
mengumpukan informasi tentang seseorang kita benar-benar akan
mengenalnya.

Kita perlu menghabiskan waktu secara pribadi dengan
Tuhan jika ingin benar² mengenal Dia. Kita semestinya menyendiri di
hadirat-Nya. Berbicara berdua dengan-Nya. Mendengarkan yang
disampaikan-Nya SECARA PRIBADI yang dinyatakan oleh Roh-Nya yang berdiam
di dalam roh kita. Dari situlah kita dimampukan menyelami hati dan
pikiran Tuhan yang dinyatakan di hati dan pikiran kita yang terbuka dan
menanti-nantikan Dia. Seperti waktu-waktu yang dipergunakan Maria yang
duduk di bawah kaki Tuhan -itulah kerelaan untuk merendahkan diri dan
belajar dari Sang Guru Agung, kita akan diajar dan ditunjukkan jalan²
kebenaran sejati bahkan pengenalan yang benar akan Dia.

Janganlah ada di antara kita yang mengaku ingin mengenal Tuhan jika kita tidak memiliki waktu bagi Dia.
Tapi berbahagialah orang yang mengorbankan waktunya demi pengalaman
pribadi dan mendalam dengan Tuhan. Ia akan menjadi sahabat dan kekasih
Tuhan sendiri.

“Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati” ~Yeremia 29:12-13

“TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.
Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam
rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan
Engkau.
TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu karena seteruku; ratakanlah jalan-Mu di depanku” ~Mazmur 5:4, 8-9

“Saya percaya bahwa berbagai hiburan dan kesenangan adalah pekerjaan
Musuh untuk membuat mereka yang sekarat tidak menyadari bahwa mereka
akan binasa; dan untuk membuat mereka tidak mengingat bahwa musuh² Tuhan
adalah musuh-musuh yang sesungguhnya” ~A.W. Tozer

“Berjuta-juta
orang menyebut diri mereka sebagai pengikut Tuhan, yang mana ini benar,
dan mereka pun menaikkan semacam penyembahan kepada Dia. Tetapi suatu
tes sederhana akan menunjukkan betapa sedikitnya Dia dihormati di antara
orang² itu.
Biarlah orang yang biasa² itu diuji dengan pertanyaan
akan siapa dan apa yang ada di urutan teratas di hidup mereka, maka
posisinya yang sesungguhnya akan nampak. Biarlah ia didesak untuk
membuat pilihan antara Tuhan atau uang, antara Tuhan atau
manusia-manusia lainnya, antara Tuhan atau ambisi pribadi, antara Tuhan
dengan dirinya, Tuhan dengan cinta manusia dan… Tuhan akan selalu berada
di urutan kedua setiap kalinya. Sedangkan hal² yang lainnya selalu ada
di peringkat atas. Bagaimanapun orang memprotesnya, bukti ada pada
pilihan yang ia buat hari demi hari sepanjang kehidupannya” ~A.W. Tozer,
The Pursuit of God

SALAM REVIVAL
INDONESIA BAGI KEMULIAAN TUHAN!

www.worshipcenterindonesia.blogspot.com
BBM: D0026607, 52951880
WA: 0898 0029 227
IG: Kebangunan Rohani Indonesia
FB: Revival Community
Twitter: @WCIFORREVIVAL

SIAPAKAH “ORANG FASIK” ITU?

Oleh: Bp. Peter B. K.

              Alkitab seringkali memakai kata “orang
fasik”. Secara umum, orang fasik adalah sebutan yang dipakai banyak orang untuk
menyebut mereka yang jahat, kejam dan tidak bermoral. Seringkali mereka yang
dicap sebagai orang fasik adalah mereka yang jelas–jelas hidup secara jahat
dan menentang hukum–hukum yang ada, baik hukum negara, sosial maupun agama.
Mereka akan dikenal sebagai pemabuk, penjudi, pecandu, pezinah yang suka ke
pelacuran, pencuri, perampok dsb. Bagi dunia, pelaku tindak kriminal-lah orang
fasik itu. Benarkah demikian? Kelihatannya Alkitab mempunyai pandangan yang
berbeda mengenai siapa yang disebut orang fasik itu.
MAZMUR
10 MENJELASKAN PADA KITA BAHWA ORANG FASIK ADALAH ORANG–ORANG:
1     
1) Yang
tidak peduli akan Allah – atau bahkan menganggap Allah tidak ada (Mzm 10:3-4)
Ukuran kefasikan yang dari Allah berbeda.
Ini berarti siapa saja – tidak terkecuali mereka yang berpendidikan tinggi /
ilmuwan yang berjasa kemanusiaan, sosok artis terkenal yang dikagumi separuh
dunia hingga ABG–ABG yang biasa mejeng di plaza – jika mereka tidak mengakui dan tidak peduli akan Allah, merekalah orang–orang fasik itu. Contoh ekstrim  adalah
Friedrich Nietsche. Di kalangan ilmuwan dunia, ia adalah filsuf  tetapi di hadapan Tuhan, ia tidak  lebih dari orang fasik karena kata–kata dan
kayakinan yang digemakannya seumur hidupnya adalah “Tuhan sudah mati”
2     2) Yang
tidak menghiraukan hukum–hukum Allah tetapi tetap merasa aman (Mzm 10:5-6)
Mungkin hampir seluruh penduduk indonesia
mengakui adanya Tuhan karena atheisme dilarang di sini. Tetapi … orang disebut
fasik bukan hanya karena ia atheis. Orang
fasik adalah mereka yang meskipun mengakui Tuhan namun tidak peduli hukum–hukumNya dan tetap merasa tenang dan berhasil.
Banyak kaum beragama yang
menjalankan ibadah dengan tenang tanpa rasa bersalah meskipun kehidupan di luar
ibadahnya sangat bertentangan dengan ajaran imannya. Kenyataannya ibadah
mereka  sia–sia karena di mata Tuhan
mereka adalah orang fasik.
3     
3) Yang
melakukan kejahatan dan berpikir Allah tidak tahu atau melihatnya (Mzm 10:7-11)
Inilah tipe orang yang melakukan kejahatan secara sembunyi–sembunyi. Tidak
ada manusia yang tahu perbuatannya sehingga mereka menganggap Tuhan juga tidak
tahu (lih. Mzm 94:1-7). Mungkin dari luar tidak ada yang tahu kejahatan
perbuatan mereka, bahkan manusia memberikan gelar “orang baik” pada kita. Tapi
selama pikiran mereka tetap menyangka tidak ada apa–apa sebagai pembalasan
karena Tuhan juga tidak melihat; sungguh merekalah orang fasik itu.
              AKHIR HIDUP ORANG FASIK ADALAH
TRAGIS. Adakah tanda–tanda kefasikan di hidup kita? Mari kita periksa dan selidiki. Memohonlah
supaya kita dijauhkan sejak dini. INGATLAH:
KEFASIKAN BUKAN SELALU YANG KELIHATAN TETAPI DARI YANG TIDAK KELIHATAN
. Kefasikan bukan tiba–tiba muncul dalam tingkah langkah tetapi dimulai dari
dalam hati.

DOA: JALAN PEMULIHAN DARI KEBOBROKAN

(RENUNGAN DARI MAZMUR 12)
Oleh: Peter B. K.

“Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata
dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang.”  
Mazmur 12:3
“Orang-orang fasik berjalan kemana-mana sementara kebusukan muncul
diantara anak-anak manusia”
Mazmur 12:9
“Tolonglah kiranya, Tuhan, sebab orang salah telah habis, telah lenyap
orang-orang yang setia….”
Mazmur 12:2
                Zaman demi zaman berlalu, sedemikian
tua umur dunia tetapi keadaan-keadaan yang mengerikan tidak kunjung sirna. Dari
masa ke masa, umat manusia melalui saat-saat dimana kerusakan dan kebobrokan
total muncul dan merajalela di antara anak–anak manusia.
Mari
kita sedikit belajar sejarah, awal peradaban manusia sungguh menyedihkan. Kitab
pertama dari Alkitab menceritakan pada kita saat–saat itu. Saat–saat dimana
Allah menyesal telah menjadikan manusia (Kej. 6:5-6 ) dan Saat–saat Ia
menghancurleburkan dua kota terkenal itu – 
Sodom dan Gomora. Mengapa? karena kebobrokan total umat manusia. Dan itu
terus berlanjut. Dari zaman Hakim–hakim hingga Yeremia yang meratap, sungguh
sejarah penuh dengan masa–masa kelam kejahatan dan kerusakan manusia.
Melihat
kondisi bangsa kita tercinta seharusnya hati kita tertusuk. Semuanya begitu
jahat dan korup. Tidak ada ketulusan, kejujuran apalagi takut akan Tuhan. Semua
orang berlaku munafik dan menipu. Kesetiaan dan kerendahan hati adalah barang
langka. Berbagai kerusuhan, perampokan, perampasan, penghancuran tempat ibadah
menunjukkan pada kita bahwa bangsa kita semakin “membusuk.” Orang–orang fasik
memenuhi bangsa ini dan membusukkannya. Inikah sebab krisis kita menjadi begitu
panjang? Mengapa pemulihan tidak kunjung tiba? Berapa lamakah kita harus bertahan? Adakah jalan keluar?
Bagaimankah lagi kita dapat dipulihkan ?
                Melihat Mazmur 12, kita dapat
belajar dari Daud. Pada masa hidupnya ia sempat mengalami keadaan krisis moral.
Tanggapannya menjadi penting bagi kita karena itulah kunci pemulihan.
Bagaimanakah itu? Dia datang pada Tuhan dan berseru, “Tolonglah TUHAN….”
Sungguh benar, karena pertolongan dan pemulihan hanya ada pada Tuhan. Kita
tidak dapat berbuat lain untuk pemulihan selain DOA. Doa syafaat, tepatnya.
Sesungguhnya
doa telah menghembuskan kuasa Allah atas Indonesia. Reformasi terjadi karena
doa. Pemerintahan baru muncul karena doa. Penyingkapan segala sistem yang korup
dan busuk adalah karena doa. Doa umat Allah–lah yang memungkinkan semuanya.
Doa, sekali lagi doa. Tepatnya, Doa Syafaat.
Doalah
yang akan menjadi sarana pemulihan. Doa harus dinaikkan hingga krisis berlalu.
Karena krisis masih menjerat dan jalan–jalan bagi kebenaran masih belum
terbuka lebar inilah tugas Gereja Tuhan di Indonesia. Pemulihan negeri ini
hanya dapat digerakkan oleh tangan dan kaki-Nya di bumi: itulah Gereja-Nya.
Firman-Nya telah begitu jelas, “….dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut
merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan–jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga . . . . serta memulihkan
negeri mereka.” (2Taw 7:14). Mengapa gereja hanya setengah jalan?  Oh, kita telah terlalu terbiasa dengan yang
sedang – sedang saja.
Ketahuilah
ini : DOA MENGGERAKKAN ALLAH. Ya,
Allah memang berdaulat penuh atas setiap tindakanNya, tetapi jika tidak ada
yang menjerit dan meminta, mengapa Ia harus memberikanNya? Doalah yang mempersilakan
Allah bangkit dan bertindak. Doalah yang membuatNya memberikan kelepasan dan
keselamatan itu (Mzm 12:6) itulah janjiNya – janji yang murni bagai perak
teruji (Mzm 12:7). Bagi mereka yang menghauskan keselamatan dan pemulihan itu
(Mzm 12:6). Apakah engkau menghauskannya?
Lihatlah
sekelilingmu, adakah tanda–tanda kebobrokan dan kerusakan total? Atas
keluargamu? Sekolahmu? Tetangga sekitarmu? Tempat kerjamu? kotamu?  Bangsamu? Jika ya, inilah waktu untuk berseru seperti Daud, “Ya Tuhan, tolonglah. . . pulihkanlah
. . .bertindaklah . . . selamatkanlah!”
Doa – doa kita akan naik. Doa–doa
kita membuka langit. DOA–DOA KITA AKAN
MEMBAWA TURUN PEMULIHAN DAN KESELAMATAN.
Bagi bangsa kita, indonesia.
Apakah engkau menghauskanNya? Mari bergandengan tangan dan hati. Berdoalah.
                                                      
Sebuah Doa:
Tuhan, tanah begitu tandus, sungai begitu kering …. Binatang buas
begitu banyak.
Sampai kapan lagi akan begini, ya Tuhan? Oh, tolonglah kami.
Bangkitkan saleh – salehmu untuk meratap dan menangis! karena dengan
ratapan,
tangisan dan erangan bangsa kami akan dipulihkan. Pada janjiMu dan
namaMu
Kami percaya ….. ( supaya kami dapat berkata ;
Amin, ya Amin )

HILANGNYA KASIH MULA-MULA = DOSA BESAR

Oleh Bpk Peter Bambang Kustiono. MA
Orang-orang Kristen seringkali berpikiran bahwa dosa-dosa yang menyolok sangat menyakiti hati Tuhan. Ini kemudian menjadi pemahaman bahwa asalkan hidup lurus-lurus saja, tidak menjadi orang yang jahat, ramah dan baik kepada semua orang, rajin datang ke gereja atau sudah aktif dalam kegiatan pelayanan – maka kita baik-baik saja di hadapan Tuhan dan hati-Nya sudah disenangkan. Sayangnya tidak demikian yang dikatakan oleh Yesus sendiri kepada jemaat di Efesus. Dalam Wahyu 2:4-5 dikatakan : “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.” Apakah kita semua mengetahui dan memahami kebenaran ini? Kehilangan kasih yang semula, yang membara, penuh gairah dan cinta, yang menggebu-gebu ingin selalu dekat dan senantiasa memikirkan Tuhan dalam tiap langkah hidup kita – ya, kehilangan kasih yang demikian adalah KEJATUHAN YANG BESAR. TUHAN MENCELA gereja yang kehilangan kasih mula-mula kepada Dia. Yang melakukan banyak acara, program juga ibadah karena rutinitas tanpa kerinduan dan gairah. Rekan-rekan terkasih, marilah kita mengasihi Tuhan dengan kasih yang berkobar pada-Nya. Jangan lagi menyembah, memuji dan beribadah dengan hati yang biasa-biasa karena itu sesuatu yang sudah biasa dan rutin kita lakukan. Ingatlah Tuhan melihat dan mengetahui hati kita. Itulah satu hal yang pasti mendatangkan sukacita di hati-Nya. 
Salam revival! Indonesia penuh kemuliaan Tuhan. Amin.

TIDAK LELAH MENGIKUT KRISTUS

Oleh Bpk Peter Bambang Kustiono. MA
“Aku tahu segala pekerjaanmu: … Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah” (Wahyu 2:2-3).
Ada 3 kualitas rohani yang luar biasa dari ayat tsb. Sabar, rela menderita karena nama Tuhan dan tidak kenal lelah dalam mengiring Tuhan. Dimulai dengan sabar, dijalani dengan segala kerelaan, dan diakhiri dengan suatu karakter yang luar biasa : tidak menjadi lelah dalam perjalanan hidup di dunia bersama Tuhan.
Hari ini, berapa banyak orang Kristen yang merasa lelah dalam mengikut Kristus? Meskipun masih mengikuti kegiatan-kegiatan rohani dan beribadah, gairah untuk Tuhan sudah lenyap menguap entah kemana digantikan minat yang tidak kenal lelah untuk uang, kemapanan dan kesenangan hidup, atau pencapaian-pencapaian yang sifatnya duniawi bukannya rohani dan surgawi! Tidak terkecuali ‘kelelahan’ ini pun menerpa para pelayan Tuhan dan pemimpin rohani sekalipun. Akibatnya, orientasi pelayanan menjadi berubah, yang pada awal mulanya dengan penuh kerelaan dan ketulusan menjadi seorang hamba kepada Tuhan tapi kemudian tanpa sadar berubah arah dengan mengarahkan diri mendambakan kemudahan dan kemegahan di hadapan manusia.
Lalu, bagaimana kita bisa tetap kuat, segar dan teguh hingga akhir perjalanan kita sebagai musafir yang menuju surga? Kita harus mengikut Kristus dalam kesabaran dan ketekunan. Bukan saja pada waktu ada mujizat, pertolongan dan kesembuhan saja kita mau percaya kepada Dia. Bukan hanya pada saat-saat keberkatan tapi juga pada saat-saat kita harus menanggung derita karena nama-Nya, saat kita diremehkan, dihina dan dijauhi karena iman kita pada Yesus. Pendeknya, dalam suka dan duka, kita tidak melepaskan Dia. Dan sebagai balasannya, kita beroleh kekuatan dari Tuhan, yang menjadikan kita kuat hingga akhir. Jadi, jangan menyerah dan melemah dalam ikut Yesus. Kiranya Roh keperkasaan dikaruniakan kepada kita. 
Salam Revival! Indonesia penuh kemuliaan Tuhan. Amin. GBU all.