Arsip Bulanan: November 2016

KEMAHAKUASAAN TUHAN DAN BAGIAN KITA (KAJIAN ALKITAB SINGKAT – 29 November)

Oleh: Bpk. Peter B. K.

1 Petrus 5:6-11

6 Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.


7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.


8
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama
seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.



9 Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama.


10
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam
Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan,
menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika
lamanya.



11 Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.

Lebih dari satu kali Petrus menekankan kekuatan dan kemampuan Allah yang perkasa dalam nats di atas.
“Tangan Tuhan yang kuat” (ay. 6)
“IA yang memelihara kamu” (ay. 7)
“Allah, SUMBER se­gala kasih karunia” (ay. 10)
“Kemuliaan-Nya kekal” (ay. 10)
“(Dia yang sanggup) melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan (kita)” (ay. 10)
“Ialah yang EMPUNYA KUASA SAMPAI SELAMA-LAMANYA” (ay. 11)

Artinya,
TUHAN lebih dari sanggup membebaskan, menolong, membela, menjaga,
melindungi dan melakukan apapun yang perlu demi anak-anak-Nya.
Kita tiada perlu kuatir dalam hidup ini sebab Dia telah menetapkan diri-Nya memelihara kita yang percaya kepada-Nya.

Meski demikian, perhatikanlah, bahwa itu tidak terjadi begitu saja dalam hidup kita.
Tidak
digambarkan dalam nats itu bahwa kita tinggal berbaring atau duduk
santai sedangkan pelayan-pelayan sorgawi datang melayani kita bagaikan
seorang pangeran atau putri kerajaan yang dimanjakan bapanya yang
seorang raja diraja.

Kita diperintahkan untuk:
1) merendahkan diri (ay. 6)
2) tidak memegang erat kekuatiran kita sendiri melainkan menyerahkannya (ay. 7)
3) selalu sadar dan berjaga-jaga terhadap musuh (ay. 8)
4) melawan iblis dengan iman yang teguh (ay. 9)
5) menanggung penderitaan seketika/sementara waktu lamanya (ay. 9b,10b)

Itu
berarti bahwa kemahakuasaan Tuhan dan kesanggupan-Nya menjamin hidup
kita tidak menghilangkan peran dan bagian kita di hadapan-Nya. Bahkan
kita masih diijinkan menanggung penderitaan selama hidup kita.
Ada kerja sama antara kita dengan Allah untuk melihat kuasa-Nya nyata di hidup kita.

Selagi kita fokus melakukan bagian kita, Allah sudah pasti setia melakukan bagian-Nya.
Itu sebabnya pikiran kita seharusnya TIDAK KITA ISI dengan pikiran-pikiran ini:

“Tenang
saja. Tuhan pegang kendali. Kalau Dia tidak mengijinkan maka tidak akan
terjadi. Semua dalam kontrol Tuhan. Pasti tidak terjadi yang buruk
karena Tuhan pasti mendatangkan yang baik”



“Aku anak
raja. Bisa melakukan apapun dan mengklaim apapun demi kenyamanan dan
kesenanganku. Dia sumber segala berkat dan pasti memberikan apa yang aku
minta”



“Tidak mengapa. Kalau nanti aku terjerat banyak
problem meskipun semuanya karena perbuatan dan perkataanku sendiri tapi
kan Tuhan berjanji menolong dan berikan mujizat-Nya kalau aku berseru
kepada-Nya? Santai saja. Kita punya Tuhan yang hebat”

Sudah seharusnya, mengetahui firman di atas, kita MEMIKIRKAN HAL-HAL INI:

“Sudahkah aku merendahkan diri di hadapan Tuhan hari ini? “
“Apakah hidupku mencerminkan suatu sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan?”
“Bagaimana merendahkan diri dan menyerahkan kekuatiran itu seharusnya?
“Sudahkah hidupku aku jaga supaya senantiasa sadar dan berjaga-jaga terhadap serangan iblis?”
“Adakah imanku teguh melawan kuasa-kuasa kegelapan?”
“Tahukah aku bahwa hidup mengikut Yesus juga termasuk menanggung derita di dunia ini?”

Pendeknya,
kita perlu lebih banyak memikirkan bagian kita setelah kita tahu bahwa
dari pihak Allah tidak mungkin berdusta atau tidak setia menepati
janji-Nya.

Jika hati dan pikiran kita selalu terarah
pada apa yang Allah sanggup lakukan bagi kita maka kita akan menjadi
anak yang manja, suka merengek-rengek dan menjadi ngambek jika Dia tidak
menuruti keinginan dan harapan kita. Pada saat itu, seharusnya kita
mulai mempertanyakan apakah kita benar-benar mengetahui jalan-jalan
Tuhan atau selama ini kita mencari manfaat demi kepentingan sendiri
dalam hubungan dengan Tuhan.

Putra putri raja yang
dewasa dan memahami otoritas kerajaan tidak menggunakan otoritas itu
untuk melampiaskan keinginan dan ambisi pribadi. Mereka mengerti ada
tanggung jawab, kewajiban, tugas dan bagian yang harus mereka lakukan
dalam hidup mereka sebagai putra putri Allah. Keselamatan kita telah
dijamin namun hidup bersama Tuhan bukan hidup sesuka hati kita sendiri.
Ada
sikap merendahkan diri. Ada iman yang teguh. Ada penyerahan ketakutan
lalu menggantinya dengan keteguhan hati. Ada perlawanan dan konfrontasi
dengan kuasa kegelapan. Ada penderitaan yang harus kita alami dan
tanggung selagi berjalan bersama Tuhan. Paham dan siapkah kita akan
semuanya itu?

Hidup bersama Tuhan tidak selalu lancar
dan mulus dimana seluruh tantangan, kesulitan dan bahaya akan dibereskan
Tuhan bagi kita.
Dia yang Mahakuasa menggunakan kekuasaan-Nya
sesuai dengan hikmat dan kehendak-Nya atas masing-masing kita, seturut
rencana kebaikan-Nya dalam hidup kita.

Mujizat masih
ada dan masih dilakukan Tuhan. Tapi itu bukan berdasarkan kehendak dan
kemauan kita
. Allah melihat dan menghargai iman kita dengan mengganjar
kita dengan berkat-berkat terbaik yang ada pada-Nya. Hanya saja, itu
diberikan dalam konteks yang Dia inginkan. Bukan seperti selalu yang
kita mau. Seperti yang Petrus katakan: supaya kamu ditinggikan-Nya PADA
WAKTUNYA!

Itu sebabnya selalu akan ada tahap-tahap sukar dan berat yang kita lalui.
Meski begitu, dalam segala keadaan kita boleh yakin, Dia tidak pernah meninggalkan kita sendiri.

Dalam
cara dan jalan yang (mungkin) tidak kita pahami dimana kita harus
melalui jalan terjal dan menurun, Dia PASTI akan melengkapi, meneguhkan,
menguatkan dan mengokohkan kita.

SALAM REVIVAL.
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.

HIKMAT YANG PERLU DIRENUNGKAN BAGI PENGGUNA MEDIA SOSIAL DAN NETIZEN

Oleh: Bpk. Peter B. K.

(Tuhan melihat semuanya hingga hati dan motif kita terdalam. Berbahagialah yang memperhatikan nasihat dan petunjuk-Nya)

“Orang yang ikut campur dalam pertengkaran orang lain adalah seperti orang yang menangkap telinga anjing yang berlalu.

Seperti orang gila menembakkan panah api, panah dan maut,
demikianlah orang yang memperdaya sesamanya dan berkata: “Aku hanya bersenda gurau.”

Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.

Seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan.

Seperti sedap-sedapan perkataan pemfitnah masuk ke lubuk hati.”

Amsal 26:17-22, versi Terjemahan Baru

He who, passing by, stops to meddle with strife that is none of his business is like one who takes a dog by the ears.

Like a madman who casts firebrands, arrows, and death,
So is the man who deceives his neighbor and then says, Was I not joking?

For lack of wood the fire goes out, and where there is no whisperer, contention ceases.

As coals are to hot embers and as wood to fire, so is a quarrelsome man to inflame strife.

The words of a whisperer or slanderer are like dainty morsels or words of sport ; and they go down into the innermost parts of the body .

Proverbs 26:17-22, Amplified Version

JERITAN HATI SEORANG YANG DITUDUH MENGUTUKI BANGSANYA KARENA MENUBUATKAN PENGHUKUMAN ATAS BANGSANYA

Oleh: Bpk. Peter B. K.

“Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.
Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: “Kelaliman! Aniaya!” Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari.
Aku telah mendengar bisikan banyak orang: “Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!” Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!”

NAMUN HATINYA TEGUH UNTUK MENUNAIKAN TUGAS PELAYANAN YANG DIBERIKAN KEPADANYA

Tetapi apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya”, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.…

Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!
Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.

~ Yeremia, nabi bagi Yehuda dan bangsa-bangsa

Diambil dari Yeremia 20:7-12

#berhikmatakanmengerti

KRISIS KEJUJURAN MENILAI DIRINYA SENDIRI

Oleh: Bpk. Didit I.
Suatu kali saya bertemu dengan seorang pemuda di salah satu persekutuan doa di Surabaya. Pemuda ini memiliki sikap yang ramah, murah senyum dan suka berdiskusi mengenai jalan-jalan Tuhan. Setelah acara persekutuan selesai tiba-tiba ia menghampiri saya dan menyampaikan keinginannya berdiskusi mengenai kehendak Tuhan dalam kehidupannya. Ia kemudian menceritakan apa yang dialaminya saat menyembah dan mendengarkan suara dalam hati. Saya berdiam diri sementara di dalam hati saya bertanya “Apa yang Tuhan ingin saya sampaikan kepadanya?” dan “Apakah pemuda ini siap mendengarkan kehendak Tuhan dalam kehidupannya?” Sebab seringkali banyak orang ingin mengetahui kehendak Tuhan namun pada akhirnya terkejut dengan jawaban Tuhan yang disampaikan. Ini seperti orang muda kaya yang datang dan bertanya kepada Yesus namun tidak siap dengan jawaban Yesus (Mat. 19:16-26). Pemuda ini terus bercerita dan saat saya berbicara, matanya memperhatikan dengan tajam seakan-akan ingin mencari kehendak Tuhan dan sikapnya menunjukkan mau mendengarkan. Lalu Tuhan berkata dengan jelas di kedua telinga saya bahwa hati pemuda ini malas dan hanya ingin mengetahui kehendak Tuhan namun tidak bermaksud melakukannya. Kemudian saya mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya untuk menguji pewahyuan yang saya terima dari Tuhan. Pemuda ini pun spontan menyampaikan kalau dirinya ingin berjalan dalam kehendak Tuhan. Ia pun menceritakan dirinya yang sudah berdoa dan membaca alkitab hanya untuk mencari kehendak Tuhan. Lalu Tuhan menunjukkan dalam bentuk penglihatan detail aktivitasnya di rumah, ia lebih banyak menghabiskan waktu bersantai di depan TV, tidur dan mengobrol dengan teman-temannya. Kemudian Tuhan memperlihatkan di dalam hatinya terdapat pintu dimana daun pintunya terbuka sedikit saja. Tak lama Tuhan memerintahkan saya untuk menyampaikan pesan tersebut. Saat saya menyampaikan apa yang Tuhan sampaikan, ia terkejut dan bingung! Sebab ia merasa dirinya seorang yang radikal dalam Tuhan. Ia menolak dengan halus bahwa keadaan dirinya tidak seperti pewahyuan yang saya sampaikan. Ketidak-jujuran pemuda ini menunjukkan sikap hatinya yang belum siap untuk menerima rahasia Tuhan dalam kehidupannya. Akhirnya saya meninggalkan pemuda itu hanya dengan pesan pertobatan dan bukan diskusi yang mendalam mengenai panggilan Tuhan dalam kehidupannya. Keesokan harinya seorang teman yang lain yang kenal dengan pemuda ini dan mengetahui kebiasaannya di rumah, menceritakan kebiasaan pemuda ini yang suka bersantai dan berbicara dengan teman-temannya daripada berdoa dan menyembah Tuhan. Orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri tidak akan pernah melihat kebenaran sejati.
INDONESIA MEMASUKI ZONA KRISIS: KEJUJURAN UNTUK MENILAI DIRINYA SENDIRI
Di awal bulan September 2016 saat saya berdoa syafaat untuk Indonesia, Tuhan mengatakan dengan jelas, “Indonesia akan memasuki masa krisis kejujuran untuk menilai dirinya sendiri. Sebab Aku mendapati hati mereka (umat Tuhan) lebih menyukai dusta daripada kebenaran. Mereka mendustai dirinya sendiri demi mendapatkan (tujuan pribadi seperti) kenyamanan dan kenikmatan hidup di dunia.” (bandingkan dengan Yer. 7:8-10). Saat fokus hidup kita hanya mengejar kenyamanan dan kenikmatan hidup di dunia, maka pintu hati kita mulai tertutup untuk pimpinan Roh Kudus yang menuntun kita membayar harga dalam mengikut Tuhan. Kita lebih menyukai pujian daripada koreksi.
Orang yang menipu dirinya sendiri seumpama anak usia 10 tahun yang ingin mengendarai sepeda motor untuk ditunjukkan kepada teman-temannya. Ego yang sangat kuat membuat anak ini berpikir bahwa “jika aku meminjam sepeda motor orang tuaku secara diam-diam dan memakainya sebentar untuk menunjukkan kepada teman-temanku, maka orang tuaku tidak akan mengetahuinya.” Anak ini berpikir sejenak, berusaha mencari alasan-alasan yang mendukung dan membenarkan pemikiran dan maksud hatinya. Akhirnya anak muda ini secara diam-diam mengeluarkan sepeda motor dari rumah dan mengemudikan sepeda motor di jalan raya untuk menunjukkan kemampuannya berkendaraan. Kita bisa membayangkan dampak buruk bahkan fatal yang akan terjadi pada anak 10 tahun ini sebab ia belum belajar bagaimana cara mengemudikan motor yang benar. Demikianlah keadaan orang-orang Indonesia menginginkan hasil namun tidak ingin melewati prosesnya. Akhirnya menipu diri sendiri menjadi salah satu cara untuk menutupi kekurangan dalam dirinya.
Tuhan memberikan dua pengertian utama bahwa:

1. Orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri memiliki berbagai alasan untuk membenarkan dirinya.

Kita akan melihat semakin banyak orang yang rajin mengumpulkan berbagai alasan, penjelasan dan bukti-bukti untuk menunjukkan dirinya sudah lebih baik daripada orang lain. Tuhan mengumpamakan orang yang tidak jujur dalam penglihatan seperti tawanan perang Iblis yang buta dan terikat dengan tali pengendali seperti tali pengendali untuk kuda di bagian kepala dan dadanya (Maz. 32:9). Tali pengendali ini dipegang oleh roh yang bernama Kesombongan. Tali pengendali ini ditutupi oleh baju zirah tiruan dari roh yang bernama kemunafikan dalam rupa badut. Setiap perlengkapan perang tiruan di bagian dalamnya terdapat banyak jarum sehingga perlengkapan perang ini tertancap kuat di tubuh para tawanan Iblis. Selain itu baju zirah juga berfungsi menyembunyikan tali pengendali roh Kesombongan di bagian dada. Hal ini menunjukkan keadaan rohani seperti:
Kebutaan menggambarkan keadaan hati dan pikiran yang tidak peka terhadap pimpinan Tuhan.
Tali pengendali di bagian kepala dan dada menggambarkan pikiran dan hati yang diarahkan pada tujuan-tujuan atau prinsip-prinsip yang bersifat duniawi, bukan dari Tuhan.
Baju zirah tiruan dan segala perlengkapannya menggambarkan kehidupan yang dibangun dari dusta (perkataan yang disampaikan nabi-nabi palsu dan pengajar-pengajar palsu) atau kebenaran yang disalahgunakan untuk kepentingan ego pribadi.
Jika digabungkan menjadi satu bagian maka inilah orang yang hatinya sejak semula tidak ingin melekat dengan Tuhan, tetapi memanfaatkan Tuhan. Untuk menutupi rasa bersalah dalam dirinya atau penilaian buruk dari orang lain, maka orang tersebut akan menipu dirinya dengan berbagai dusta atau mencari ayat-ayat firman atau kutipan perkataan dari hamba-hamba Tuhan untuk membenarkan dirinya. Mereka akan menyalahgunakan agama, hukum dan undang-undang untuk menutupi kejahatannya. Inilah titik awal orang-orang akan menghalalkan segala cara untuk menutupi segala kejahatannya.
2. Orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri pada akhirnya suka mencari-cari kesalahan orang lain
Mereka selalu menghubungkan ayat-ayat dari kitab suci, hukum dan undang-undang untuk mencari-cari kesalahan dan mengendalikan orang lain sesuai kehendak hatinya. Tuhan mengumpamakan mereka seperti tawanan perang yang bukan hanya memiliki perlengkapan perang tiruan, tetapi juga persenjataan tiruan dari roh Kemunafikan. Persenjataan yang sudah diberi cairan yang lengket dan berbau busuk dari mulut roh kemunafikan (Bandingkan Mazmur 38:13). Demikianlah fokus dari para tawanan adalah menggunakan senjata untuk menyerang orang-orang yang menghalangi tujuan dirinya. Hal ini menunjukkan keadaan rohani:

Orang-orang yang terfokus mencari-cari kesalahan orang lain untuk menunjukkan dirinya yang lebih baik menurut ukurannya sendiri dan merasa berhak untuk merendahkan serta menghakimi orang lain.
Mereka menggunakan berbagai prinsip kebenaran untuk mengoreksi hati, pikiran, perkataan dan tindakan orang lain bukan dirinya sendiri. Hatinya yang kejam selalu menginginkan orang lain mengikuti kehendak hatinya.
Motif terdalam dari orang yang tidak jujur terhadap dirinya sendiri ialah merencanakan strategi yang menyalahgunakan prinsip-prinsip kebenaran, hukum dan undang-undang untuk memuaskan egonya. Hal ini mengingatkan saya dalam 2 Tesalonika 9-12:
“Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.”
Orang yang pendurhaka sejak awal sudah menetapkan hatinya mengasihi kejahatan dan tidak percaya akan kebenaran. Inilah keadaan orang-orang beribadah dan berdoa tetapi hati dan pikirannya tidak sepenuhnya tertuju kepada Tuhan. Mereka menjadikan ibadah untuk menutupi segala kejahatannya. Mereka membuka telinga kepada segala hal yang sesuai dengan kehendaknya sendiri. Bahkan mereka akan mempercayai berita dusta yang menyampaikan: “kamu selalu diberkati dan kamu akan diselamatkan” padahal hati dan pikirannya jauh dari Tuhan.
Di masa krisis kejujuran menilai diri sendiri, orang akan lebih mempercayai dusta daripada kebenaran. Mereka memilih merenungkan dusta yang lahir dari pikiran atau imajinasi manusia dan melupakan firman Tuhan yang lahir dari pikiran dan hati Tuhan. Bapa dari pendusta adalah Iblis. Inilah keadaan orang-orang Indonesia yang lebih mempercayai pesan yang disampaikan oleh nabi-nabi palsu dan para pengajar palsu yang mendukung keinginan hatinya lalu membuat ajaran-ajaran baru, sekte-sekte dan alkitab yang baru sesuai dengan keinginan atau pandangan mereka sendiri.
Kita juga akan mendapati banyak orang Indonesia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan, kekuasaan, popularitas, pujian dan pengakuan dari manusia. Berani memberikan kesaksian palsu, berita palsu, pengajaran palsu, nubuat palsu dan nasehat yang tidak tulus. Inilah keadaan orang-orang Indonesia sekarang ini.
Mereka berpikir bahwa “Tuhan tidak akan mengetahui” semua rencana atau motif mereka yang egois dan jahat. Bahkan sekalipun mereka menyadari bahwa Tuhan tahu, mereka tetap berkata dalam hatinya bahwa “Tuhan tidak akan bertindak” karena mereka telah beribadah, memberikan perpuluhan di gereja, membantu orang-orang miskin, dsb. Sebab itu, Tuhan akan membuka semua motif, rencana dan konspirasi jahat mereka yang tersembunyi supaya mereka sadar dan mengakui keadaan hati dan pikirannya yang jahat di hadapan Tuhan.
Oleh sebab itu, Tuhan menyampaikan bahwa Ia akan menyingkapkan keadaan hati dan pikiran orang-orang di Indonesia seperti radio nasional yang menyiarkan lagu-lagu sepanjang hari secara terus-menerus. Ya, Tuhan akan menunjukkan secara terus-menerus keadaan pikiran dan hati orang-orang Indonesia melalui khotbah, artikel rohani (pengajaran dan nubuatan), berbagai berita nasional dan Roh Kudus yang akan memberikan hikmatNya saat kita merenung dan berdoa.
AKAR KETIDAK-JUJURAN
Ketidak-jujuran dalam menilai diri sendiri berakar dari sikap hati yang sombong. Suatu sikap hati yang merasa sudah baik sehingga tidak membutuhkan koreksi maupun introspeksi diri. Ketidak-jujuran dan ketidak-pedulian untuk memahami keadaan hati dan pikiran yang nyata membuat Tuhan menyingkapkan dengan cara yang keras, yaitu melalui berbagai peristiwa dan masalah yang terjadi di Indonesia. Khususnya peristiwa yang menunjukkan perbandingan antara orang yang sombong dan orang yang rendah hati.
Contohnya, di tengah kondisi perdebatan dan perebutan kekuasaan menjelang pilkada 2017 di Indonesia, Tuhan akan menyingkapkan berbagai motif, rencana dan konspirasi dari para pemuka agama, pemimpin organisasi masyarakat, pejabat pemerintah, calon pemimpin daerah, mantan pejabat pemerintah, elit politik dan tokoh masyarakat di seluruh Indonesia. Sebagian kecil diantara mereka memperjuangkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun sebagian besar lainnya ingin mendapatkan kekuasaan untuk mengendalikan orang lain, menyalahgunakan kekayaan, agama, pengetahuan tentang hukum dan undang-undang, maupun hubungan baik dengan para pejabat pemerintah hanya untuk memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Mereka menutupi dan melindungi semua motif, rencana dan konspirasi tersebut dengan mencari pembenaran di balik undang-undang, hukum dan agama yang sesuai dengan keinginan hati mereka.
Tuhan menunjukkan bagaimana kondisi sesungguhnya sikap hati dan pikiran orang-orang di Indonesia ini saat saya berdoa syafaat. Dalam penglihatan, saya melihat kepulauan Indonesia lalu terdengar jelas di kedua telinga saya suara nyanyian yang menggema di seluruh Indonesia. Saat diamati nyanyian ini berasal dari dua golongan yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu:
A. Nyanyian dari orang yang sombong
Beberapa tokoh masyarakat, elit politik, mantan pejabat pemerintah, pejabat pemerintah menyanyikan nyanyian yang sama dalam hatinya, “Akulah pemimpin yang baik dan ramah. Tidak ada seorangpun yang mengetahui keserakahan dan dendam dalam hatiku. Aku selalu menunjukkan sikap yang ramah dan menyampaikan ide untuk kemajuan bangsa.”
Beberapa kelompok mayoritas menyanyikan dalam hatinya, “Aku menutupi kemalasanku dengan rajin beribadah dan berdoa, tanpa ingin mengetahui kehendak Tuhan. Aku selalu mencari kenyamanan dan kesenangan dalam hidup. Kiranya Tuhan memberkatiku, ya Tuhan maha penyayang…”
Beberapa pemuka agama dan orang-orang Kristen menyanyikan nyanyian yang sama dalam hatinya seperti, “Akulah orang yang saleh dan kudus. Setiap hari aku mempelajari kitab suci, berdoa dan mendengarkan pengajaran hanya untuk membenarkan diriku dan menghakimi orang lain. Aku tidak pernah memperhatikan keadaan hatiku dan pikiranku sebab aku orang yang saleh dan kudus.”
Mayoritas generasi muda menyanyikan, “Aku membutuhkan kekayaan dan kesenangan di dunia. Jika Engkau (Tuhan) tidak bisa memberikan kekayaan dan kesenangan hidup, maka aku akan meninggalkanMu dan mengutukMu….”
B. Nyanyian dari orang yang rendah hati
Beberapa pejabat pemerintah menyanyikan dalam hatinya, “Ya Tuhan, pimpinlah hambaMu dan lepaskanlah hambaMu dari jerat orang-orang yang sombong sebab engkaulah gunung batuku dan kota bentengku. Hatiku selalu terbuka mengikuti kehendakMU.”
Kelompok minoritas yang sedikit itu menyanyikan dalam hatinya, “Aku hanyalah budak belian yang bergantung pada kemurahanMu. Biarlah hatiku dan jiwaku melekat kepadaMu. Segenap jiwa dan ragaku mengabdi kepadamu. Sebab Engkaulah Tuhan yang mengasihiku……”
Beberapa pemimpin rohani menyanyikan dalam hatinya, “Ya Tuhan, biarlah aku memperoleh perkenanan untuk semakin mengenalMu dan mengerjakan panggilanMu, khususnya di mana tidak banyak orang menginginkannya. Biarlah kehendakMu yang sempurna terjadi di Indonesia. Oh Tuhanku, Kekasihku…..”
Minoritas generasi muda menyanyikan, “Ya Tuhan ampunilah, orang-orang yang berusaha mencari-cari kesalahan kami. Mereka tidak mengetahui apa yang mereka perbuat. Kasih karuniaMu melepaskan mereka dari jerat dosa. Engkaulah Tuhan, Maha Pengasih, Maha Kuasa dan Maha Adil…..”
Kedua nyanyian ini begitu jelas menunjukkan sikap hati dan pikiran dari orang-orang yang rendah hati dan orang-orang yang sombong. Orang sombong akan membanggakan perbuatannya, menutupi kejahatannya dan merendahkan orang lain sedangkan orang yang rendah hati akan selalu bergantung pada kemurahan Tuhan, meminta pimpinan Tuhan, ingin mengenal Tuhan, memiliki belas kasihan dan beban untuk pertobatan jiwa-jiwa.
Ciri-Ciri Orang Yang Menyanyikan Nyanyian Kesombongan
Salah satu cara Iblis yang efektif menghalangi orang masuk dalam rencana Tuhan melalui kesombongan. Orang yang sombong selalu memandang dirinya sudah lebih baik dari orang lain dan berhak menghakimi orang lain tanpa instropeksi diri. Orang-orang yang menyanyikan nyanyian kesombongan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menyalahgunakan ayat-ayat firman Tuhan untuk membenarkan dirinya dan mengendalikan orang lain sesuai keinginan hati.
Orang-orang yang sombong tanpa segan-segan akan menyalahgunakan pengetahuan firman atau pewahyuan yang sesuai dengan keinginan hati untuk mendesak orang lain mengikuti kehendaknya. Seperti menggunakan ayat-ayat firman Tuhan atau nubuat untuk mendesak jemaat memberikan perpuluhan dan melayani Tuhan.
2. Menolak pengujian atau koreksi dari orang lain.
Sikap hati yang penuh kemarahan, kecewa dan putus asa adalah awal dari sikap menolak untuk dikoreksi. Dan berlanjut dengan menghindari pengujian, pertanyaan serta masukan dari orang lain. Iblis akan membuat orang-orang yang sombong merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Sebab orang-orang demikian hanya mendengarkan kata hatinya sendiri dan perkataan orang-orang yang sesuai dengan kata hatinya. Akibatnya, hatinya menjadi semakin bebal dan egois. Seperti orang yang merasa menerima pewahyuan dari Tuhan namun menolak pertanyaan pengujian dari orang lain.
3. Mengumbar perkataannya untuk mencari pujian dan perhatian dari manusia.
Orang yang sombong akan mengumbar perkataannya yang menunjukkan seakan-akan dirinya adalah orang yang hebat dan lebih baik dari orang lain. Saat diuji seringkali mereka tidak memahami banyak hal atau hanya mengetahui sedikit pemahaman mengenai jalan Tuhan. Mereka bermaksud menceritakan berbagai hal untuk menarik perhatian dan mendapatkan pujian dari orang lain.
4. Suka meninggikan dirinya dan merendahkan orang lain.
Kita akan melihat semakin lama perkataan dan perbuatan orang yang sombong benar-benar memuakkan karena memuji dirinya begitu tinggi dan merendahkan orang lain. Mereka tidak mempertimbangkan kuasa Tuhan yang Mahatahu dan Maha adil. Kesombongannya akan membuat hatinya menjadi semakin keras.
Iblis akan menggunakan berbagai tipu daya agar orang-orang yang sombong fokus hanya kepada keinginan hatinya yang egois. Iblis menggunakan kesombongan untuk menekan, mengendalikan dan merendahkan golongan orang rendah hati hingga melahirkan krisis kejujuran untuk menilai dirinya sendiri.
CARA MELEPASKAN DIRI DARI KESOMBONGAN
Menghadapi krisis kejujuran menilai diri sendiri yang disebabkan oleh kesombongan, Tuhan memberikan beberapa langkah untuk melepaskan diri kita dari kesombongan, sebagai berikut:
1. Mengoreksi diri dan mengakui kesalahan di hadapan Tuhan.
Selalu terbuka untuk menerima masukan dan koreksi dari Tuhan. Keterbukaan ini ditandai dengan menyediakan waktu meminta koreksi dan petunjuk dari Tuhan secara pribadi lalu dilanjutkan dengan minta koreksi dan masukan dari hamba-hamba Tuhan yang telah teruji berkomitmen hidup dalam kehendak Tuhan. Tuhan akan menunjukkan poin-poin penting yang menunjukkan jebakan-jebakan Iblis dan langkah-langkah untuk perubahan.
2. Menerima nasehat dari orang lain dengan sukacita.
Sikap hati yang selalu terbuka dan menerima dengan sukacita (tanpa emosi, kecewa, putus asa) saat mendengarkan koreksi dari Tuhan dan hamba-hamba Tuhan. Bukti dari kita menerima dengan sukacita adalah merenungkan dan memperhatikan langkah hidupnya. Tidak memberikan alasan apa pun untuk membenarkan diri.
3. Selalu mempelajari dan menyelidiki kehendak Tuhan.
Orang yang rendah hati tidak akan berhenti untuk terus mencari, mempelajari dan menyelidiki kehendak Tuhan sekalipun Tuhan telah memberikan sebagian kecil rahasiaNya. Pikirannya selalu mencari inti dari kehendak Tuhan dalam kehidupannya. Gairah untuk mengenal Tuhan membuat orang yang rendah hati selalu mempelajari dan menyelidiki kehendak Tuhan serta berdiskusi dengan hamba-hamba Tuhan yang telah teruji hidup dalam jalan-jalan Tuhan.
4. Suka merendahkan diri saat menerima pujian.
Orang yang rendah hati akan mengembalikan pujian kepada Tuhan. Sebab dirinya merasa tidak layak menerima pujian dari orang lain. Orang-orang yang rendah hati menyadari bahwa dirinya begitu lemah dan kecil sehingga membutuhkan kasih karunia Tuhan.
NASIB ORANG YANG TIDAK JUJUR MENILAI DIRINYA SENDIRI
Tuhan mengumpamakan penghajaranNya kepada orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri seperti petir yang menyambar batang pohon yang penuh rayap. Kehadiran Petir akan mendatangkan shock, kerusakan dan menyingkapkan segala motif dan rencana dalam hati dan pikiran kita yang sebenarnya (Yer. 13:24-27). Penghajaran Tuhan akan mengejutkan dan tidak bisa dihalangi oleh siapa pun. Tuhan akan mendatangkan kejutan besar melalui berbagai masalah dan musibah yang terjadi di Indonesia. Tuhan memberikan beberapa poin yang menjadi dampak dalam kehidupan orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri, antara lain:

A. Kehilangan kepekaan rohani dalam membedakan kehendak Tuhan, kehendak Iblis atau kehendak pribadi.

Kesalahan dalam menguji diri sendiri akan berakibat salah dalam menguji orang lain. Tuhan mengumpamakan ini seperti penggaris yang telah kehilangan tulisan angkanya, yang tak lagi dapat digunakan sebagai pengukur yang benar dan tepat. Akibatnya kebenaran dipandang sebagai dusta dan dusta sebagai kebenaran. Inilah orang yang mendukung orang fasik dan menentang orang benar. Sebab hati mereka telah diserahkan kepada dosa. Seringnya menyalahgunakan ayat-ayat firman Tuhan sesuai dengan keinginan hati sehingga sulit membedakan orang yang berjalan dalam kehendak Tuhan dengan orang yang berjalan dalam kehendak pribadi atau kehendak Iblis.
B. Mengalami kebingungan dan depresi saat menghadapi berbagai tekanan dari masalah yang menekan hati dan pikiran.
Orang yang terbiasa tidak-jujur menilai dirinya sendiri tidak akan menerima solusi dari Tuhan. Di titik inilah Tuhan mengijinkan berbagai masalah menekan dalam kehidupannya. Inilah orang yang tidak akan menemukan inti masalah dan tidak menemukan solusi dari berbagai masalah dalam kehidupannya. Saat menghadapi masalah mereka seringkali mengambil keputusan untuk menumpuk masalah dan menipu dirinya sendiri bahwa masalah telah berlalu. Akibatnya masalah-masalah yang menumpuk akan menekan pikiran mereka.
C. Perasaan malu dan terkejut saat Tuhan membongkar satu persatu dari perbuatan dan perkataan yang menyingkapkan berbagai ketidak-jujuran dalam menilai diri sendiri
Tuhan mengungkapkan secara tiba-tiba berbagai fakta, bukti dan peristiwa dari orang sombong yang mengaku tidak memerlukan perubahan. Tuhan akan mengungkapkan berbagai perbandingan nyata antara orang yang rendah hati dengan orang yang sombong, berbagai tekanan dari masalah-masalah, dan lain-lain untuk menunjukkan keadaan hati dan pikiran kita yang sebenarnya. Tuhan akan membuka ketidak-jujuran di bangsa ini bagaikan membuka lembaran buku halaman demi halaman sampai kita muak dan jijik melihat orang-orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri.
D. Dicemooh dan kehilangan kepercayaan dalam pekerjaan, keuangan, harta benda, dan hubungan relasi bisnis yang memiliki jaringan lebih luas.
Tuhan akan mengijinkan orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri menerima cemooh, direndahkan, dilepaskan dari jabatannya dan kehilangan pekerjaan serta segala hal yang berharga dalam kehidupan mereka seperti pekerjaan, uang, jabatan dan segala materi yang membuat dirinya semula merasa nyaman hidup dalam ketidak-jujuran. Sebab Tuhan akan membongkar ketidaktulusan mereka dan segala motif-motif egois yang dalam berbagai peristiwa. Peristiwa ini akan menggoncang pribadi dan orang-orang disekitarnya.
E. Melahirkan generasi baru yang gemar menipu orang lain dan melakukan kejahatan dalam tingkat yang lebih besar.
Tuhan menyampaikan bahwa orang tua yang tidak jujur menilai dirinya sendiri akan melahirkan anak-anak yang juga tidak jujur menilai dirinya sendiri! Penipuan ini akan berkembang dalam bentuk menipu orang lain dalam tingkat kejahatan yang lebih besar. Hal ini akan terjadi minimal di dalam keluarganya lalu mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Iblis akan memasukkan dalam pikiran orang-orang bahwa semua yang jahat bisa ditutupi dengan perbuatan baik dan beribadah di gereja.
Ketidak-jujuran menilai diri sendiri membuat kita mengalami berbagai trauma dan depresi. Tuhan akan mengejutkan orang yang menyukai dusta dalam berbagai peristiwa yang membuat dirinya tidak melupakan penghajaran Tuhan. Sebab Tuhan sedang membuat perhitungan dengan orang-orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri di bangsa ini. Pilihan yang terbaik adalah merendahkan diri dan bertobat dihadapan Tuhan serta memilih jujur menilai diri sendiri supaya Tuhan memulihkan kehidupan kita.
BERKAT BAGI ORANG YANG MEMILIH JUJUR MENILAI DIRINYA SENDIRI
Orang yang jujur menilai dirinya sendiri akan menerima berkat yang besar dalam kehidupannya. Tuhan mengumpakan berkat dalam kehidupan mereka yang jujur menilai dirinya sendiri seperti anugerah yang diberikan oleh seorang Raja kepada rakyat biasa untuk menjadi sahabat Raja (Mrk. 4:11). Inilah anugerah dan panggilan kepada orang-orang yang jujur menilai dirinya sendiri atau orang yang rendah hati menjadi sahabat-sahabat Tuhan. Demikianlah Tuhan akan membagikan rahasia hati dan pikiranNya kepada orang yang jujur menilai dirinya sendiri. Tuhan memberikan beberapa poin berkat bagi orang yang jujur menilai dirinya sendiri, sebagai berikut:
A. Menerima pimpinanan Tuhan dalam bentuk hikmat dan pewahyuan setiap hari.
Orang yang hatinya jujur menilai dirinya sendiri akan selalu merendahkan diri dihadapan Tuhan. Karena itu tangan Tuhan akan menunjukkan langkah-langkah dalam menghadapi berbagai masalah dan proses Tuhan dalam kehidupannya hingga menjadikan kelemahan dalam diri mereka sebagai kekuatan.
B. Memahami tujuan hidup dan panggilan Tuhan dalam kehidupannya.
Pencarian akan Tuhan dan koreksi diri akan membuat dirinya menemukan berbagai rangkaian hikmat dan pewahyuan Tuhan yang memberikan titik terang mengenai tujuan hidup dan panggilan Tuhan dalam kehidupannya. Tuhan akan menunjukkan berbagai rencanaNya dalam kehidupan mereka.

C. Ketajaman dalam membedakan kehendak Tuhan, kehendak Iblis dan kehendak pribadi.
Saat kita berjalan dalam kehendak Tuhan, maka kita akan menemukan berbagai persimpangan jalan. Disinilah Tuhan akan menunjukkan berbagai perbedaan antara jalan Tuhan dan yang bukan jalan Tuhan supaya kita tidak tertipu dan tersesat. Tuhan akan melatih kepekaan dan menguji kemurnian hati kita dalam mengikut Tuhan. Ketekunan dalam mengikut Tuhan akan mempertajam kita dalam membedakan antara kehendak Tuhan, kehendak Iblis dan kehendak pribadi.
D. Hati yang penuh dengan belas kasihan, lemah lembut, sukacita, damai sejahtera dan keberanian berjalan dalam pimpinan Roh Kudus.
Keterbukaan kita untuk mau dikoreksi dan diubahkan menjadikan hati kita dipenuhi dengan kasih, buah-buah Roh dan keberanian untuk menghadapi berbagai tantangan dalam mengikut Tuhan. Hati mereka akan diubahkan menjadi selaras dengan hati Tuhan. Tuhan mengumpamakan seperti sepasang kekasih yang sehati berjalan bersama. Inilah hati yang melekat kepada Tuhan yang akan membuat semakin serupa dengan Tuhan.
E. Menerima kepercayaan yang lebih besar dari Tuhan dan manusia.
Tuhan akan memberikan kepercayaan yang semakin besar kepada orang-orang yang jujur menilai dirinya sendiri. Tuhan akan membuat karyanya memberkati dan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena sikap hatinya yang selalu belajar dari Tuhan dan mengikuti petunjuk Tuhan. Tuhan akan mengijinkan mereka memegang jabatan atau memiliki pengaruh dalam pelayanan, perusahaan dan pemerintahan untuk membuat terobosan rohani dan jasmani atas Indonesia sesuai kehendak Tuhan.
Tuhan yang memelihara, memberkati, memimpin dan mengubahkan kehidupan mereka yang jujur menilai dirinya sendiri. Bahkan Tuhan akan menjadikan mereka beserta keluarganya menjadi orang-orang yang mempengaruhi satu bangsa. Tuhan akan melimpahkan belas kasihan dan pembelaanNya kepada orang-orang yang jujur menilai dirinya sendiri.
Tuhan tidak akan membiarkan Indonesia tenggelam dalam krisis kejujuran menilai diri sendiri. Roh Kudus akan menunjukkan berbagai peristiwa dan masalah di sekitar kita untuk membandingkan kehidupan orang yang jujur menilai dirinya sendiri dengan orang yang tidak jujur menilai dirinya sendiri. Semuanya ini akan menghasilkan buah yang muncul secara bersamaan. Dua kekuatan ini akan berusaha mengubah karakter bangsa Indonesia. Tuhan menyampaikan bahwa rencana terbesar Iblis adalah mengubah karakter Indonesia yang ramah dan tulus menjadi bangsa yang munafik dan egois sedangkan rencana terbesar Tuhan adalah menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang tulus dan penuh kasih! Apa yang iblis rencanakan akan tampak dalam bentuk penipuan yang mengatasnamakan Tuhan, agama dan rakyat namun faktanya itu hanya demi kepentingan dirinya sendiri atau kelompok tertentu. Sedangkan apa yang Tuhan kerjakan atas bangsa ini akan tampak melalui orang-orang yang berani menegakkan dan menyuarakan kebenaran, serta menunjukkan kasih yang nyata dalam perbuatan. Jika kita tidak mengambil bagian dalam perubahan di bangsa ini maka Indonesia akan jatuh dalam kemunafikan dan semata-mata memperjuangkan kepentingan pribadi. Sebaliknya, jika kita mengambil bagian perubahan dalam kehidupan kita maka Indonesia aka mengalami perubahan drastis yang lebih baik.
BAGIAN TERPENTING KITA ADALAH MENYEDIAKAN HATI YANG RELA DIKOREKSI. Saya berdoa kiranya Tuhan menunjukkan ketidak-tulusan yang ada dalam pikiran dan hati kita supaya semuanya dimurnikan dan diubahkan menjadi lebih baik.
Jadi marilah kita berdoa supaya Tuhan menunjukkan keadaan hati dan pikiran kita yang sebenarnya dan membalikkan keadaan Indonesia untuk lebih jujur dalam menilai dirinya sendiri. Biarlah Roh Kudus memulihkan keadaan kita dan membawa Indonesia keluar dari krisis kejujuran menilai dirinya sendiri. Amin….

MENDOAKAN KEHENDAK TUHAN

Oleh: Bpk. Peter B. K.

 
Yesus mengajar kita berdoa kepada Bapa supaya “Datanglah Kerajaan-Mu,
jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. ” Semua sudah tahu akan
hal itu. Barangkali itu juga sudah menjadi ayat hafalan bagi banyak dari
kita.

Masalahnya, mengetahui atau menghafal ayat firman Tuhan
tidak otomatis kita mengerti maknanya apalagi tahu bagaimana
melakukannya. Ujungnya, kita puas dengan sekedar membaca atau mengetahui
kira-kira apa makna suatu ayat dalam Alkitab kita sedangkan dalam
prakteknya kita seringkali lemah. Itu sebabnya kita perlu merenungkan
dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Sebab pengenalan Tuhan itu
seperti yang digambarkan Hosea dan Petrus, dimana itu dimulai dari
sedikit demi sedikit namun makin lama makin jelas dan terang, jika kita
merindukan dan mengusahakannya dengan tekun.

Hosea 6:3

Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia
pasti MUNCUL SEPERTI FAJAR, Ia akan datang kepada kita seperti hujan,
seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”

2 Petrus 1:19
Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah
disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya
sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap
sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam
hatimu.

Kembali pada bagaimana berdoa kepada Bapa.

Mendoakan supaya Kerajaan Allah datang dan kehendak-Nya terjadi di bumi
seperti di sorga sesungguhnya merupakan suatu SIKAP HATI DALAM DOA
sebelum mengajukan permohonan yang lainnya. Diajarkan Yesus setelah
pembuka doa “Bapa kami yang di sorga. Dikuduskanlah nama-Mu”, berdoa
memohon pemerintahan ilahi datang dan kehendak-Nya nyata sikap hati
kedua yang menjadi dasar doa-doa kita.
Kita seharusnya berdoa
dalam suatu hubungan yang intim dengan menyebut Allah itu Bapa dan kita
datang sebagai seorang anak kepada bapanya sendiri.

Meski demikian,
kita harus datang dalam penyembahan dan sikap takut akan nama-Nya yang
besar dan memegang seluruh alam semesta.

Selanjutnya, mengetahui
betapa agung dan dahsyat-Nya Bapa dan Allah kita, tidak ada sikap lain
yang dapat kita tunjukkan selain kita tunduk dalam kedaulatan
pemerintahan-Nya. Juga bahwa kehendak-Nya merupakan keinginan dan
keputusan terbaik bagi hidup kita, keluarga kita, lingkungan kita hingga
bangsa dimana kita dilahirkan dan hidup.

Pertanyaannya, sudahkah kita berdoa berdasarkan prinsip yang diajarkan Yesus ini?

Jika mau jujur, sudah berapa kalikah kita memaksakan kehendak kita
sendiri, mendoakan keinginan dan ambisi kita pribadi atau mendesakkan
tujuan-tujuan kita pribadi supaya Tuhan memenuhinya?
Atau, jika
kita berdoa supaya kehendak Allah terjadi, sudah bersihkah hati kita
dari muatan-muatan kepentingan diri kita sendiri? Sudah siapkah kita
menerima keputusan ilahi dan menjalaninya seperti yang kita telah
doakan?

Banyak yang berpikir bahwa kehendak Allah itu mudah dan
pasti membawa kesenangan bagi hidup mereka. Sayangnya tidak selalu
demikian. Kehendak Bapa seringkali memerlukan ketaatan, disiplin, sikap
rendah hati untuk mengikutinya bahkan terlihat menyeramkan seperti yang
Yesus katakan: menyangkal diri dan memikul salib.

Sama seperti
seorang anak yang dididik oleh orang tuanya, ia tidak akan pernah selalu
mendapatkan keinginannya. Ayah bunda yang berfungsi dengan semestinya
akan mendisiplin anak-anaknya supaya mereka menuruti petunjuk dan
didikan yang diberikan. Semua demi kebaikan sang anak yang masih belum
tahu mana yang benar dan salah, belum berpengalaman dan belum mengetahui
banyak hal mengenai bagaimana hidup mandiri sebagai seorang manusia.

Banyak yang berpikir kehendak Tuhan itu seperti yang mereka kehendaki
dan harapkan terjadi sehingga mereka bebas meminta apapun yang pasti
akan dikabulkan oleh Tuhan. Ini pun tidak memiliki dasar yang kuat.
Allah kita sama sekali tidak serupa dengan jin dalam lampu, yang
berjanji melakukan apapun yang kita inginkan. Dalam
ketidakterbatasan-Nya, Ia membatasi diri untuk melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan sifat dan karakter-Nya. Seperti misalnya, mustahil
Dia yang mahakudus mendukung dan turut melancarkan perbuatan-perbuatan
dosa. Juga sama sekali tak mungkin Dia yang adalah kasih bekerja sama
dengan orang-orang yang menganjurkan dan melampiaskan kebencian kepada
sesamanya.

Faktanya, janji Tuhan memenuhi permintaan atau
doa-doa kita selalu bersyarat. Tidak pernah begitu saja Dia akan
memenuhi apa yang kita inginkan. Dalam kedaulatan-Nya, Dia berhak
menentukan apa yang terbaik bagi kita sesuai kehendak-Nya yang mulia. 


Dalam Yohanes 15:7 dikatakan “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan
firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki,
dan kamu akan menerimanya.”
Apa saja yang kita kehendaki akan diberikan.
Tapi tidak dalam segala kondisi. Kita harus tinggal dalam Yesus dan
firman-Nya juga ada di hidup kita. Ini suatu keadaan yang khusus. Tidak
semua orang secara otomatis berada dan telah mencapai kondisi itu begitu
mengaku sebagai Kristen. Itulah sebabnya tidak semua doa-doa kita
kemudian langsung terjawab dan menjadi kenyataan. Kita PERLU MENGENAL
TUHAN, MEMILIKI HUBUNGAN INTIM DENGAN DIA DAN MENGETAHUI PIKIRAN DAN
JALAN-JALAN-NYA sehingga dari sana KITA TAHU APA YANG PATUT KITA
INGINKAN DAN KEHENDAKI
, yang dimana saat kita mulai mendoakan dan
memohonkannya Dia akan menjawab kita dan kita akan menerima jawaban
dari-Nya.

Perhatikan dan renungkan pula ayat ini:
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang
mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu
dibukakan.
Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik
kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7:7-11)

Nats-nats
di atas ialah mengenai pengabulan doa, sebagaimana yang Yesus sendiri
ajarkan. Ayat ini sering dijadikan dasar yang keliru, jika tidak ingin
menyebutnya disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan pribadi.

Berdasarkan ayat ini, banyak yang yakin bahwa apapun yang kita minta
akan diberikan, sesuai pernyataan ayat itu sendiri. Namun mari
renungkan. Yesus yang mengajarkan sebelumnya supaya kita berdoa agar
Kerajaan Allah dan kehendak-Nya jadi atas hidup kita di dunia (Mat.
9:13), mungkinkah Dia selanjutnya (dalam Mat. 7:7-8) akan memberikan
apapun seturut keinginan dan kemauan kita? Bukankah telah jelas
sebelumnya bahwa kehendak Bapa yang selalu akan menjadi prioritas utama?

Jadi bagaimana? Sama dengan yang disebutkan dalam Yohanes 15:7,
Allah akan menjawab doa-doa kita yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Kehendak kita semestinya terlebih dahulu bersatu dengan kehendak Dia dan
saat kondisi itu tercapai kita akan mendoakan kehendak-Nya, yang pasti
akan dijawab-Nya dengan segala sukacita.

Yesus berkata, “Adakah
seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta
roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?”

Ya, bapa di sorga
pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita. Dan siapakah yang tahu
yang terbaik bagi kita selain Dia, Bapa kita yang baik.

Dia pasti
akan memberikan yang baik bagi kita. Sebab jika bapa yang jahat tahu
memberikan yang baik, Dia Bapa kita yang baik pasti memberikan yang
terbaik bagi kita.

Dari sini kita seharusnya menyadari bahwa
Tuhan ingin kita memohonkan yang baik di hadapan-Nya, sesuatu yang rindu
Ia berikan pada kita anak-anak-Nya. Masalahnya, tahukah kita apa yang
terbaik bagi kita SESUAI KEHENDAK BAPA itu? Jika kita tidak
mengetahuinya, kita akan meminta sesuatu yang kurang baik atau bahkan
mungkin yang jahat, yang tentunya tidak akan dikabulkan-Nya sebab tidak
sejalan dengan kehendak-Nya.

Untuk itu, sebelum kita meminta
dalam doa KITA PERLU MENGENAL DIA DAN BELAJAR MENGETAHUI KEHENDAK-NYA.
Ini akan membuat doa-doa kita benar, tepat, efektif dan beroleh jaminan
akan dijawab oleh Tuhan sendiri. Itulah mengapa begitu penting kita
diperintahkan untuk tahu membedakan mana kehendak Allah: yang baik,
yang berkenan dan yang sempurna (Rom 12:2b).

Pada beberapa
situasi, mungkin sukar bagi kita mengetahui secara pasti dan jelas akan
kehendak Tuhan bagi kita. Tidak mengapa. Pada saat-saat demikian kita
bisa berserah dan menyiapkan diri bahwa apapun yang terjadi kita akan
menerima keputusan Tuhan dan berkomitmen terus berjalan sesuai arah yang
ditunjukkan-Nya kemudian. Percaya sepenuhnya bahwa yang Tuhan putuskan
adalah yang terbaik bagi kita. Meskipun begitu, ini merupakan suatu
keadaan yang khusus, bukan yang umum terjadi di antara orang-orang
percaya yang aktif mencari kehendak Tuhan. Sebab mengetahui kehendak
Bapa adalah merupakan salah satu hal yang baik yang dapat kita mintakan
kepada-Nya supaya disingkapkan bagi kita. Dia pun sendiri berjanji bahwa
jika kita mencari Dia segenap hati maka kita akan menemukan Dia (Yer.
29:13) dan saat kita berseru-seru kepada-Nya, Dia akan menjawab kita
serta memberitahukan hal-hal besar yang tidak kita ketahui dan pahami
(Yer. 33:3).

Hari ini, apakah yang sedang kita doakan?

Apakah masalah dan pergumulan pribadi?

Keadaan rumah tangga yang buruk?

Problem dalam pekerjaan atau pelayanan kita?

Atau kita sedang memikir-mikirkan kondisi bangsa kita yang sedang dirundung situasi yang mencekam dan di ambang perpecahan?

Marilah masuk dalam hadirat Tuhan dan mencari wajah-Nya.

Mencari kehendak-Nya -sesuatu yang rindu Dia nyatakan dan terjadi dalam
hidup Anda. Dan saat Anda tahu kehendak-Nya, Anda akan dikuatkan bahwa
Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi Anda saat Anda mendoakan
kehendak-Nya terjadi dalam hidup Anda.

Dalam penyerahan dan
kejernihan hati untuk mencari kehendak Tuhan dan melakukannya, kita
dimampukan bukan hanya mengetahui arah yang dikehendaki-Nya tetapi juga
beroleh kekuatan baru untuk terus hidup dalam kehendak-Nya itu.
Amin.

Salam revival.

Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.

HIKMAT TUHAN TERKAIT BAPAK AHOK DAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Oleh: Bpk. Peter B. K.

Yang punya kepentingan sehingga ketakutan lalu menentang Ahok (maupun Jokowi) :

1. Para koruptor (pejabat tinggi dan anggota² DPR) yang uangnya banyak
tapi sudah tidak bisa korupsi lagi sehingga masa depannya sebagai
koruptor makin suram.

2. Para politisi yang belum bisa move on alias masih berambisi duduk di pusat² kekuasaan negeri ini.

3. Kelompok² yang ingin mendirikan negara berdasarkan agama.

4. Pegawai² negeri dan pejabat² badan pemerintahan yang tidak bisa santai dan bermalas-malasan sambil terima uang pungli.

5. Pengusaha² yang tidak bisa main suap dan ambil keuntungan besar lagi karena semuanya harus transparan dan berkualitas.

6. Barisan orang² dan warga² yang sakit hati yang pernah merasa dirugikan, direndahkan dan dipermalukan Ahok.

7. Buruh² yang adalah kumpulam massa besar yang selalu tidak puas dan siap digerakkan.

8. Partai² politik yang merasa semakin seret mendapat jatah dari uang rakyat.

9. Kelompok² yang tidak ingin ada perubahan di Indonesia ke arah yang lebih baik.

10. Pemimpin² agama non muslim yang tidak setuju dengan cara² Ahok, baik dalam komunikasi atau perlakuan.

11. Keturunan/anak cucu pemimpin² bangsa periode lalu yang tak lagi
dapat meneruskan cara dan kebiasaan lama dan membudaya di Indonesia.

12. Kelompok² masyarakat Betawi (misal seniman, budayawan, sejarahwan, ormas dsb) yang merasa diabaikan dan dihargai Ahok.

Semua bersatu, berkoalisi, jalin menjalin melawan dan menjatuhkan Ahok.

Semua harus dibenahi dan diselesaikan dengan benar supaya Indonesia makin baik dan maju.

Tetapi… semuanya TERLALU BANYAK UNTUK DIHADAPI SEKALIGUS oleh Ahok (dan Jokowi).

Belum lagi kasus penistaan agama yang menjadi beban politik Ahok.

Itu sebabnya Ahok harus bersabar dan mempersiapkan orang² Indonesia yang rindu perbaikan dan pemulihan bangsa ini. 

#belumwaktunyaahok
#masihkalahbolo
#mundurlebihbaik

UNTUK SEGALA SESUATU ADA WAKTUNYA

 Oleh: Bpk. Peter B. K.

Dalam hidup, apakah berjalan/berkendara selalu terus berjalan maju?

Akankah terus lurus ke depan, tidak berbelok atau mengambil jalan memutar?

Mungkinkah kita memarkir kendaraan kita secara baik dengan hanya mengemudikan maju ke depan saja tanpa mau bergerak mundur?

Penting bagi kesehatan kita sesekali kita menarik diri dari aktifitas sehari-hari yang sibuk dan menekan pikiran.

Untuk segala sesuatu ada waktunya.

Ada waktunya kita maju. Ada waktunya kita mundur.

Mengetahui kapan saatnya kita maju atau mundur adalah berhikmat.

Dan hikmat ada pada Sang Hikmat yang berjanji akan memberikan hikmat-Nya bagi yang mencarinya…

Jika Tuhan tidak menyertai, percuma kita tetap maju…

“Setelah Musa menyampaikan perkataan ini kepada semua orang Israel, maka berkabunglah bangsa itu dengan sangat.
Dan keesokan harinya bangunlah mereka pagi-pagi hendak naik ke puncak
gunung sambil berkata: “Sekarang kita hendak maju ke negeri yang
difirmankan TUHAN itu; memang kita telah berbuat dosa.”

Tetapi kata Musa: “Mengapakah kamu hendak melanggar titah TUHAN? Hal itu tidak akan berhasil.
Janganlah maju, sebab TUHAN tidak ada di tengah-tengahmu, supaya jangan kamu dikalahkan oleh musuhmu,
sebab orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu
akan tewas oleh pedang; dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN,
maka TUHAN tidak akan menyertai kamu.”

Meskipun demikian, mereka
nekat naik ke puncak gunung itu, tetapi tabut perjanjian TUHAN dan Musa
juga tidaklah meninggalkan tempat perkemahan.
Lalu turunlah orang
Amalek dan orang Kanaan yang mendiami pegunungan itu dan menyerang
mereka; kemudian orang-orang itu mencerai-beraikan mereka sampai ke
Horma.”
~Bilangan 14:39-45
#mundurlebihbaik

APAKAH KITA SEDANG MENCARI KEHENDAK TUHAN BAGI INDONESIA (DALAM KASUS AHOK)?

Oleh Bapak Peter B. K.

Sejak menyampaikan pesan di facebook dan media sosial lainnya agar Ahok sebaiknya mundur
dalam pencalonan gubernur DKI Jakarta, saya melihat begitu banyak
respon dan sikap dari penggiat media sosial dan warga dunia maya

Ada yang menginginkan Ahok terus maju (tak gentar) pantang mundur.

Ada yang berharap, oleh karena terzolimi, Ahok bisa menang satu putaran.

Ada yang kuatir kalau Ahok mundur keadaan Indonesia semakin dikuasai koruptor dan orang² jahat lainnya.

Ada yang siap mengadakan bentrokan bahkan pertumpahan darah dengan sesama saudara² sebangsa dan setanah air.

Tapi di sisi lain ada yang sama sekali tampaknya tidak peduli. Tidak

Mengetahui ada pesan agar Ahok mundur (apalagi disertai pernyataan
bahwa ini disampaikan atas nama suara Tuhan), reaksi pun beragam. Ada
yang masih memikirkan dan merenungkan. Ada yang wait and see. Ada juga
yang menerima meskipun masih terasa kurang rela.

Namun yang menarik
perhatian saya dan membuat saya memikirkan lebih jauh adalah adanya
orang² yang menghujat saya, yang menyerang dengan kata² kasar dan
merendahkan, yang menertawakan usulan atau pandangan saya ini, yang
intinya mem-bully saya oleh karena pandangan saya ini.

Sikap
yang keras pada saya ditunjukkan dengan pernyataan² semacam saya “jualan
agama”, “setan yang mengatasnamakan Tuhan”, “penakut tapi mengaku
beriman”, saya “meragukan kuasa Tuhan”, dan “Tuhan mana yang sudah
bicara pada kami”yang semuanya sebenarnya tuduhan (yang adalah sikap
menghakimi) bahwa saya menggunakan nama Tuhan untuk menutupi ketakutan,
kepanikan dan kekuatiran saya akan situasi politik sekarang ini.

Terus terang saya sangat menyesalkan sikap² semacam ini.

Tapi melalui ini setidaknya saya semakin mengetahui motif berbagai
pihak dalam mendukung Ahok untuk terus maju sebagai gubernur DKI.

Beberapa hal yang saya temukan antara lain:

1) Kebanyakan orang membaca hanya sekilas pesan² yang saya dan rekan²
saya sampaikan.
Tidak mendalaminya. Tidak merenungkannya lebih lagi.
Apalagi mendoakannya di hadirat Tuhan. “Pokoknya inti pesannya itu
“mundur”maka jelas itu keliru karena banyak yang mendukung untuk maju.
Harus di bully beramai-ramai orang seperti ini”
Bagi saya inilah
pendukung² buta yang sangat berbahaya. Sama fanatik dan merusaknya
dengan massa yang tidak tahu permasalahn namun ikut demo, turut
merangsek, dan bersama-sama mengacungkan tangan dan berteriak menghujat
orang yang dibencinya.

2) Selagi menuduh saya memanfaatkan agama
dan menyalahgunakan nama Tuhan, sebagian mengklaim dirinya sebagai
orang² pemberani, penuh iman, sangat yakin akan kekuasaan Tuhan dan
sederet sebutan lainnya yang menunjukkan bahwa Tuhan pasti menolong dan
mengadakan mujizat bagi Ahok, orang pilihan-Nya. 

Saya jadi ingin
bertanya, apakah itu tidak termasuk sebagai memanfaatkan Tuhan demi
memenuhi keinginan mereka yaitu melihat pemimpin idaman mereka menduduki
jabatannya?

3) Ada suatu kekacauan ukuran atau standard
misalnya semacam bahwa “maju tanda menang atau mundur pasti kalah” atau
“tidak maju atau tidak menyarankan maju berarti penakut dan yang
menyarankan manu pasti pemberani dan beriman” atau “kalau tidak
sekarang, kapan lagi karena tidak ada waktu lagi” atau “lebih baik adu
kekuatan saja dsripada menjadi pengecut dan lari meninggalkan
pertempuran”

Semuanya menunjukkan betapa banyaknya yang berpikir
naif namun merasa telah tepat menilai dengan benar. Pandangan serta
sikap yang picik semacam itu justru menunjukkan kondisis kebodohan dan
kesombongan yang menyatu menjadi kebebalan.

MEMANFAATKAN TUHAN ATAU MENGIKUTI KEHENDAK-NYA? 
 
Yesus bukannya tidak percaya Allah Bapa tidak sanggup memakai cara yang
lain untuk menebus umat manusia. Dengan satu kata saja, Dia sanggup
memindahkan manusia ke sorga saat ini juga. Tetapi penebusan manusia
bukan berbicara mengenai kesanggupan atau kemahakuasaan Tuhan melainkan
cara yang dipilih-Nya untuk merebut jiwa² manusia dari kuasa kegelapan.
Cara yang dipilih-Nya adalah menyalibkan Anak-Nya. Dan, siapakah yang
senang dengan salib? Itu cara yang bodoh dan sangat menyakitkan. “Jika
Allah sanggup menggunakan cara yang mudah mengapa harus cara yang
berat?” Bukankah begitu pikiran manusia kita yang bodoh namun sok pintar
ini.

Tetapi cara itu pula yang ditetapkan-Nya bagi kita untuk
mengikut Dia, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.

Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius
16:24-25).

Itu tidak berarti kita akan mati disalibkan seperti
Yesus tetapi jika kita mau mengikut Tuhan itu serupa dengan memikul
salib sepanjang via dolorosa (jalan kesengsaraan). Yaitu melalui suatu
cara yang berat secara daging, secara manusia duniawi kita, yang smaa
sekali tidak menyenangkan bahkan memalukan harga diri kita. Sesuatu yang
sama sekali jauh dari apa yang dipikirkan pada umumnya.

Yang
banyak kali saya tangkap dari berbagai respon, khususnya mereka yang
beriman Kristen atau Katholik, ialah kecenderungan yang kuat untuk
memilih jalan sendiri dengan menarik Tuhan menyertai dirinya lalu
menyuruh Tuhan membuka jalan (keberhasilan) akan setiap tujuan dan
keinginannya itu.

Sukar menemukan yang namanya mencari salib Tuhan
lalu memikulnya sambil dengan taat mengikuti Tuhan dari belakang
kemanapun Dia pergi.

Bagi saya itu adalah iman yang buta. Yang
mengklaim berkat dan kesuksesan duniawi bagi dirinya dengan
mengatasnamakan bahwa itu adalah janji Tuhan di Alkitab. Jika memang itu
benar, hari ini pasti bumi menjadi tempat yang super ajaib karena anak²
Tuhan atas dasar itu mengubah makanan sedikit menjadi cukup untuk
setahun, mengirim api dari langit atau menghentikan bencana badai, gempa
atau letusan gunung berapi. Tidak ada yang sakit atau cacat karena
mujizat terjadi setiap jam. Faktanya tidak pernah demikian.

Mujizat
Tuhan diberikan sesuai belas kasihan-Nya saat melihat iman kita. Ada
yang buta langsung melihat. Ada yang melihat samar² lalu semakin jelas.
Ada yang ditumpangi tangan. Ada yang langsung terbuka matanya setelah
mendengar perkataan Yesus. Ada yang diolesi dengan tanah liat baru
melihat. Tetapi masih ada banyak lagi yang buta dan tak tersembuhkan di
zaman Yesus ada.

Sesuai catatan Alkitab, kita akan ditolong-Nya
sesuai dengan cara yang dipilih-Nya. Bukan menuruti keinginan dan cara
kita. Saat kita memilih cara kita sendiri maka perkenan-Nya tak lagi ada
atas kita. Di situlah mujizat sukar terjadi.

Daniel ditolong
Tuhan pertama-tama saat ia taat mengikuti perintah Nabi Yeremia supaya
menyerahkan diri ditawan pasukan Babel dan dibawa ke Babel. Dia juga
ditolong BUKAN dengan musuh²nya mati mendadak, bukan karena intrik dan
permainan politiknya atau dengan belas kasihan raja. Daniel ditolong DI
SAAT ia dihukum masuk gua singa. Jelas sekali Daniel tidak dapat memilih
cara ia ditolong Tuhan. Ia hanya ikut saja pimpinan Tuhan dan percaya. 

Banyak yang ingin Ahok diselamatkan secara ajaib seperti Daniel. Tetapi
apakah itu yang dipilih Tuhan sebagai cara menyelamatkan Ahok?
Sedangkan Daniel saja tidak pernah meminta Tuhan menyelamatkannya secara
ajaib?

Yesus berdoa, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang
Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Keinginan
hati Yesus sebagai manusia ialah supaya penyaliban, sekiranya mungkin,
tidak menjadi cara yang Bapa pilih dan pakai demi keselamatan manusia.
Tapi walaupun hatinya sebagai manusia menginginkan itu, Dia tahu
hidup-Nya ialah untuk melakukan kehendak Bapa-Nya, apapun itu yang
diputuskan dan yang ditetapkan-Nya.

Jika kita ingin berhubungan
dan berjalan bersama Tuhan, penting bagi kita tahu kehendak-Nya. Sebab
segala keputusan atas dunia ini ada dalam kedaulatan-Nya. Dia yang
berkuasa atas segala sesuatu, tahu segala sesuatu dan bekerja atas
segala sesuatu. Kita domba, Dia Gembala kita. Kita umat, Dia Raja kita.
Kita ciptaan, Dia Pencipta dan Tuhan kita. Dia tahu yang terbaik bagi
kita. Itu sebabnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, dalam imannya yang
teguh, berkata, “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami,
maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan
dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi SEANDAINYA TIDAK, hendaklah tuanku
mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak
akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu”(Daniel 3:17-18).
Ya, Tuhan sanggup mengadakan mujizat atas Sadrakh dkk tapi mereka tidak
memaksakan dirinya dan imannya dengan mengatur Allah pasti melakukan
ini dan itu bagi mereka. Mereka hidup untuk taat melakukan kehendak
Allah. Bukan sebaliknya, Allah yang harus taat pada kehendak mereka.

Di dalam melakukan kehendak-Nya ada berkat dan penyertaan-Nya. Di luar
itu, kita yang akan menanggung akibat² pilihan kita yang keliru. Hal itu
pasti akan sangat menyakitkan dan penuh kesedihan, meskipun Dia masih
akan menolong kita saat kita bertobat dan mencari kasih karunia-Nya.

Jadi, tinggalkanlah segala perdebatan, hinaan, cacian dan sikap membully.

Mari kita berdoa dan merenung bersama.

Mencari kehendak Tuhan atas kondisi bangsa kita tercinta ini.

Lalu sebaiknya kita menyelami isi hati-Nya.

Barulah dari sana kita semua akan menjadi lebih jelas bagaimana
seharusnya kita (dan juga Ahok) mengambil sikap atas situasi sekarang
ini.

#carikehendaktuhan

PENDUKUNG-PENDUKUNG BUTA

Oleh: Peter B. K.

“Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Engkau tahu
bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang
Farisi?”… 

Biarkanlah mereka itu. MEREKA ORANG BUTA YANG MENUNTUN
ORANG BUTA. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke
dalam lobang.”~Matius 15:12,14 

Yesus menyatakan bahwa ada
pemimpin² yang buta. Juga pengikut² atau pendukung yang buta. Mereka
bagaikan orang buta menuntun orang buta. Tuhan menghendaki baik pemimpin
atau pendukungnya bukan pribadi² yang buta. Buta yang dimaksud di sini
ialah tidak dapat melihat jalan mereka sehingga mereka tidak dapat
melangkah dengan baik dan mencapai tujuan yang benar.

Pemimpin yang buta dan diikuti pendukung yang buta akan sama² celaka nasibnya.
Pemimpin yang buta hanya akan diikuti pengikut yang sama butanya. Tetapi ia tidak akan diikuti pendukung yang mampu melihat.

Pemimpin yang mampu melihat akan menjadi pemimpin yang sukar mencapai
apapun jika pengikut²nya orang² yang buta, yang mengindikasikan mereka
sebagai pengikut² yang lemah dan hanya menambah beban bagi perjalanan
mencapai tujuan.

Mengingat kelemahan dan keterbatasan manusia,
mustahil ada pemimpin yang mampu melihat segala sesuatu bahkan untuk
melihat satu hal dengan pengertian yang sangat terang. Seorang pemimpin
yang terbaik sekalipun, hanya melihat sebagian saja dari apa yang akan
terjadi. Hanya Tuhan yang mengetahui segala sesuatunya, baik segala
sesuatu dari masa lampau, masa kini dan masa depan -oleh karena Ia
mahatahu adanya. Itu sebabnya Yesus berkata bahwa satu-satunya pemimpin
yang perlu kita ikuti sepenuh hati dan hidup hanya Dia:

 “Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.
Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.”~Matius 23:9-10

Namun, jika demikian, tidak adakah pemimpin yang perlu kita ikuti?

Secara ideal, kita semestinya mencari pemimpin yang mengikuti teladan
Sang Pemimpin Agung yaitu Kristus. Terhadap pemimpin yang demikian, kita
semestinya memberikan dukungan dan mengikuti teladannya. Bagi sang
pemimpin, ia pun dapat dengan yakin mengajak para pengikutnya mengikut
dia oleh sebab ia meniru teladan Pemimpin terbaik yang pernah ada,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Paulus, sebagai rasul, guru dan
pemimpin rohani waktu itu:

“Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.”~1 Korintus 11:1

Dengan ukuran sedemikianlah kita semestinya mencari dan memilih
pemimpin yang akan kita dukung dan ikuti. Meskipun mungkin sangat sukar
menemukan yang setara dengan Kristus, kita dapat melihat seberapa dari
kehidupannya melaksanakan nilai² yang sesuai dengan ajaran Tuhan kita.
Dengan demikian kita tidak menjadi pengikut² atau pendukung² yang buta.

Pendukung buta tidak dapat oleh karena mereka kerap dibutakan.
Dibutakan oleh kharisma atau kepribadian si manusia pemimpin. Ditutup
matanya oleh pemikiran² dan ajaran Sang panutan. Disilaukan oleh
kekayaan, jabatan dan prestasi² sosok idolanya.

Pendukung buta menaruh harapan sepenuhnya pada pemimpin yang sama² manusianya dengan dia, bukan pada Tuhan. 

Mereka menyerahkan hidup dan mati bagi pribadi² yang dipandang besar
dan berpengaruh ini. Mereka siap melakukan apa dan demi pemimpinnya
-yang sebenarnya tidak lepas dari kesalahan maupun dosa.

Itu
sebabnya pendukung² buta akan menyerang membabi buta. Mengejek.
Membully. Merendahkan dan menistakan siapa saja yang menyinggung
pemimpinnya. Mereka merasa berada dalam pihak yang benar karena
kekaguman pada pemimpin mereka sehingga apapun yang sepertinya
menghalangi pemimpin mereka meraih kejayaan akan dibabat habis dengan
segala cara. Bagi mereka, pemimpin mereka adalah hidup mereka. Makna
bagi keberadaan mereka. Sumber energi bagi kehidupan yang mereka jalani.
Bagi sebagian pendukung buta, pemimpin mereka adalah segala-galanya
bagi mereka.

Pendukung² buta siap berperang saat pemimpinnya
diserang. Pendukung² buta begitu terpesona dengan eksistensi
pemimpinnya. Tanpa sadar, mereka menjadikan pemimpin mereka lebih dari
Tuhan, hingga mereka tidak lebih dahulu mencari kehendak dan maksud
Tuhan yang lebih layak menjadi pemimpin mereka.

Mereka lupa bahwa
pemimpin yang perlu dijaga, diagungkan dan dimuliakan namanya, yang
olehnya hidup mereka harus diserahkan dan dipersembahkan bukanlah
pemimpin yang ada di dan dari dunia ini.

Pendukung² buta ada di
mana-mana. Di gereja. Di pemerintahan. Di partai² dan ormas². Di rumah²
maupun di jalan-jalan. Tidak terkecuali di dunia maya dan media sosial.
Mereka hanya tahu satu dan hanya satu. Pemimpin mereka harus diakui,
dipuji² dan dihormati setinggi-tingginya. Tak terpikirkan yang lain.
Apalagi yang namanya mencari kehendak Pemimpin di atas segala pemimpin
itu.

Setiap orang harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan
sebagai pemimpin hidupnya. Faktanya, tidak seindah itu. Karena pemimpin
buta yang memperoleh dukungan penuh pendukungnya yang juga buta,
kerusuhan maupun peperangan tidak akan pernah berakhir.

Yang
dikatakan rasul Yakobus terbukti benar dalam setiap situasi yang rusuh,
kacau, penuh pertentangan, huru hara, perselisihan dan keributan:

“Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri
sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan
kebenaran!
Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada
kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”~Yakobus 3:14-16 

Sebagai pemimpin, kiranya kita tidak menjadi buta lalu menyesatkan banyak orang.

Sebagai pengikut, jauhlah kiranya kita memberikan dukungan yang buta
sehingga tanpa kita sadari kita melawan Pemimpin Sejati itu sendiri. 

Sebagai pemimpin kita memerlukan hikmat dan pimpinan Tuhan serta
firman-Nya yang hidup supaya kepemimpinan kita jelas dan menuju pada
arah yang tepat dan terbaik sebagaimana yang dikehendaki Allah.

Sebagai pengikut, kita wajib menjadi rekan sepenanggungan dan sahabat
baginya. Yang menunjukkan kasih dengan lengkap bukan dengan mendukung
apapun keinginan hati pemimpinnya tapi memberikan masukan dan pandangan
yang terbaik bagi pemimpin yang penuh keterbatasan sebagai manusia.

Di atas semuanya, hanya satu pemimpin kita yang wajib kita turuti.
Kehendak-Nya adalah hukum dan perintah bagi kita. Sebelum kita terpesona
dan tunduk kepada Dia untuk melaksanakan kehendak-Nya, kita akan selalu
rentan mengikuti pemimpin yang buta dan menjadi pendukung buta. 

Sebab itu, carilah Dia hingga Anda menemukan Dia (atau ditemukan-Nya).

Pada Dia ada arah dan tujuan yang benar, jalan terbaik dan sejati dalam kehidupan.

Mata Anda akan dibukakan melihat jalan²Nya. Dan Anda akan dipenuhi
syukur sepanjang hidup Anda karena tidak ada lagi yang buta. Baik
pemimpin atau pendukungnya…

Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan..