Arsip Bulanan: April 2017

PERBEDAAN SAULUS DALAM KEYAKINAN IMANNYA YANG LAMA DENGAN PAULUS DALAM KEYAKINANNYA YANG BARU

Oleh : Peter B, MA

PERBEDAAN SAULUS DALAM KEYAKINAN IMANNYA YANG LAMA DENGAN PAULUS DALAM KEYAKINANNYA YANG BARU DIMANA MELALUI ITU, IA MENGALAMI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN SECARA PRIBADI :

SAULUS
Kisah Para Rasul 8:1, 3  Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (8-1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.

Kisah Para Rasul 9:1-2  Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

PAULUS
Dalam hal apa pun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.
Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran,
dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; 
dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;
dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela
ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai,
sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati;
sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu. (2 Korintus 6:3-10)

Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.
Berilah tempat bagi kami di dalam hati kamu! Kami tidak pernah berbuat salah terhadap seorang pun, tidak seorang pun yang kami rugikan, dan tidak dari seorang pun kami cari untung.
Aku berkata demikian, bukan untuk menjatuhkan hukuman atas kamu, sebab tadi telah aku katakan, bahwa kamu telah beroleh tempat di dalam hati kami, sehingga kita sehidup semati. (2 Korintus 7:1-3)

Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.
Aku meminta kepada kamu: jangan kamu memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat, sebagaimana aku berniat bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka, bahwa kami hidup secara duniawi.
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, (2 Korintus 10:1-3)

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. (1 Korintus 13:1-7,13)

INILAH PEKERJAAN / KARYA TUHAN DALAM HIDUP MANUSIA YANG SEBELUMNYA PENUH DOSA. Itu pula yang akan Tuhan kerjakan jika kita mau berpaling pada-Nya dan menyerahkan hidup kit ke tangan kedaulatan-Nya. Kristus sendiri yang akan berkarya dalam hidup kita -jika kita merelakannya.

#YesusSangPemulihJiwa
#YesusSangPengubahHidup
#YesusBerkaryaAtasHidup

#BenarVsHampirBenar

MENCARI HIKMAT TUHAN

Oleh Ratih A.

Berapa banyak kita melihat suatu kesalahan/kegagalan kemudian bertekad untuk belajar supaya tidak mengulanginya? hanya mereka yang terus belajar yang beroleh hikmat.  “Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.” (Amsal 9:6)

#introspeksi
#melawankebodohan
#janganmenjadibodohtetapibelajarlah
#MembedakanyangBenardanHampirBenar

GOD….IS THE ONE AND ONLY

Oleh: Peter B, MA

“Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain  di hadapan-Ku.”  (Ulangan 5:6-7)

Pada zaman yang semakin gila dan manusia hidup dalam suatu kehidupan yang tidak jelas dan kacau ini, beberapa istilah baru muncul dan kemudian menjadi biasa terdengar di telinga kita, perbuatannya menjadi ‘trend’ bahkan mungkin ‘kebanggaan’. Istilah-istilah itu antara lain: perselingkuhan, PIL, dan WIL. Istilah ini sebenarnya semakin marak dengan berkembang pesatnya gaya hidup bebas dari Barat yang tampaknya semakin mempengaruhi dan mengubah kehidupan bangsa-bangsa Timur khususnya di kota-kota besarnya.

Berbicara mengenai sikap kita terhadap perselingkuhan (dahulu disebut serong atau penyelewengan), seorang ahli filsafat rohani pernah berkata: justru itulah yang membedakan kita dengan makhluk hidup yang lain, seperti binatang misalnya. Dia berkata bahwa binatang tidak mengenal apa yang namanya perselingkuhan. Mereka hidup secara bebas dan tidak ada ikatan khusus tertentu dalam berpasangan dan berkembang biak. Manusia-manusia akhir zaman yang menganut paham hidup bebas berusaha meniru kehidupan binatang yang bebas dan tanpa ikatan apapun dalam berpasang-pasangan. Apa yang terjadi? Fakta kemudian menunjukkan bahwa bagaimanapun manusia ingin hidup tanpa aturan khususnya dalam berpasang-pasangan dan mengumbar hawa nafsu, mereka tetap tidak bisa menerima kenyataan apabila pasangan mereka kemudian menyeleweng atau berselingkuh. Ya, itulah bedanya. Sebebas-bebasnya manusia ingin hidup tanpa ikatan moral tetap sulit sekali menemukan manusia yang tidak marah, terhina, merasa sakit, dan dikhianati apabila mengetahui orang yang dekat dan disayanginya berbuat serong dengan orang lain. Tidak ada seorangpun yang rela melihat pasangannya menyeleweng dengan orang lain (jika ada, itu bukan perkecualian tetapi sesungguhnya rasa sakit itu ditutupinya)
Pertanyaan yang penting adalah mengapa demikian? Jika binatang tidak memiliki perasaan apa-apa jika penjantannya berganti pasangan dengan betina lainnya, mengapa manusia merasa sakit hati dan dikhianati? Tidak sukar untuk menjawabnya: sebab Tuhan yang menciptakan mereka dengan memberikan nafas hidup yaitu sifat rohNya kepada manusia serta membuat manusia serupa dengan sifat dan gambarNya juga bukanlah Pribadi yang senang untuk dikhianati dan ‘diduakan’. IA Allah yang Setia. Kata ‘pengkhianatan’ tidak dikenal dalam kamus Allah. Sekali Ia mencintai, Ia akan tetap mencintai dengan kesetiaan.
Nats yang kita baca di atas memberikan penegasan yang tidak ada duanya mengenai hal ini. Pada saat Israel berjalan menuju tanah Perjanjian, Allah memperbarui perjanjian yang dibuatNya dengan nenek moyang Israel. Kini Perjanjian itu diadakan dengan Israel sendiri, bangsa pilihanNya (Ul. 5:2-3). TUHAN akan menjadi Allah mereka dan Israel menjadi umatNya. TUHAN akan bersekutuan dan berjalan bersama Israel.
Salah satu syarat Perjanjian itu adalah 10 Perintah Allah. Perintah pertama dan terutama adalah “Jangan ada padamu Allah lain di hadapanKu”. Inilah bukti tidak terbantahkan bahwa Yahweh, Allah Israel tidak mau diduakan dalam penyembahan umatNya. Jika Israel ingin hidup dan berjalan bersama dengan Dia, maka syarat utama yang harus dipenuhi adalah Israel harus mengakui satu Pribadi saja yang menjadi pusat dan fokus penyembahan mereka. Tidak boleh ada Allah lain yang disembah sebagai Tuhan.
Allah  yang disembah Israel menyatakan diri dalam Perjanjian Baru dalam rupa manusia, Yesus Kristus Tuhan yang kini menjadi pusat penyembahan setiap orang yang mengaku dirinya sebagai orang Kristen atau orang percaya. Pada dasarnya Allah Israel dan Allah kita adalah sama. Oleh karena itu apa yang berlaku terhadap Israel, berlaku pula pada kita. Bukan hukum dan peraturan Taurat secara hurufiah tetapi apa yang merupakan prinsip-prinsip dan inti dari hukum Taurat itulah yang tetap berlaku dan harus diterapkan dalam hidup orang Kristen. Itu berarti terhadap setiap orang yang mengaku umatNya, Tuhan mengadakan perjanjian yang sama dengan Israel: IA tidak mau kesetiaan umatNya terbagi. IA mau umatNya hanya menyembah satu Tuhan dan itu adalah DIA. Tidak boleh ada oknum atau Pribadi lain yang disembah dan menerima penundukan diri dan penyembahan selain DIA. Tahukah Anda akan hal ini?
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat berarti juga bahwa harus mengakui tidak boleh ada Tuhan lain yang disembah dan diikuti selain Yesus Kristus Tuhan. Ini berbeda bangsa-bangsa kafir yang tidak pernah mengenal Allah yang sejati. Apabila dalam perjalanan kehidupannya mereka menemui kuasa lain yang lebih besar dan dahsyat, yang sanggup menolong dan membebaskan mereka dari kesesakan, maka dengan senang hati dan rela mereka mengakui kuasa itu sebagai Tuhan mereka dan dengan demikian mereka menambah deretan daftar nama Tuhan yang mereka sembah. Menyembah Kristus berarti menjadikan Dia satu-satunya Tuhan dan ‘membuang dan menolak’ segala Tuhan yang lain dalam hidup kita.
Mungkin Anda berkata, “Oh, aku tidak mengakui Tuhan lain. Aku hanya mengakui Kristus aja.” Benarkah demikian? Biarkan saya masuk lebih dalam lagi. Mengakui dan menyembah Kristus berarti Kristuslah yang menjadi satu-satunya Pribadi dimana kepadaNya kita menundukkan diri seluruhnya, membaktikan dan mengabdikan hidup, beribadah serta berlaku taat dan setia. Apakah seberat itukah? Memang demikian yang disebut sebagai penyembahan. Menyembah berarti memberikan segala penghargaan, hormat, kemuliaan, pengakuan, peninggian dan pengabdian kepada yang disembahnya. Jika kita melakukan itu kepada Tuhan, kita sedang menyembah Dia. Jika kita melakukan itu kepada suatu oknum atau ideologi, itulah yang kita sembah. Jika kita tidak melakukan apa-apa, kita mungkin sedang menyembah diri kita sendiri. (Bersambung)