Arsip Bulanan: Juni 2017

ADA APA DENGAN KRISIS IMAN?

Oleh: Peter B, MA

1 Raja-raja 17:17-24 
“Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi.
Kata perempuan itu kepada Elia: “Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?”
Kata Elia kepadanya: “Berikanlah anakmu itu kepadaku.” Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya.
Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?”
Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.”
TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.
Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: “Ini anakmu, ia sudah hidup!”
Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: “Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar.””

Ini merupakan bagian akhir dari kisah Elia dengan janda Sarfat. Elia telah datang sebagai hamba Tuhan kepada janda itu. Dan ia pun sudah merasakan betapa dahsyat Tuhan yang dilayani sang nabi itu. Dalam musim kelaparan yang hebat, sedikit tepung dan minyak yang ia miliki ternyata tidak pernah habis melainkan terus ada sehingga mereka terpelihara secara mujizat.

Namun apa yang terjadi ketika anaknya sakit dan meninggal? Janda itu menyalahkan Elia (yang juga merupakan bentuk protes kepada Tuhannya Elia).
Baru ketika ada mujizat kebangkitan atas anaknya iu, maka pengakuan baru muncul bahwa Elia seorang hamba Tuhan sejati.

Sebenarnya janda dari Sarfat itu adalah janda yang sudah memiliki benih² iman. Tuhan telah memilihnya untuk menjadi saluran berkat bagi hamba-Nya. Yesus sendiri yang mengatakannya:

Lukas 4:25-26 
“Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.”

Dan kisah mengenai kematian anak janda tsb serta kebangkitannya menggambarkan bagaimana sang janda mengalami pertumbuhan dari iman kepada iman.

Pada awal kisah, janda Sarfat ini percaya akan perkataan Elia bahwa akan ada mujizat dari roti dan tepung itu. Ia pun menerima kenyataan dari mujizat itu. Tapi imannya belumlah diteguhkan. Baru ketika suatu krisis besar terjadi dalam hidupnya, imannya dimantapkan ketika ia sekali lagi memilih percaya pada Elia dan Tuhannya.
Seperti janda Sarfat, kita cenderung mengecilkan suatu kondisi yang baik dalam kehidupan kita. Kita percaya namun terkadang memandangnya sebagai sesuatu yang wajar saja serta layak kita terima. Kita berhenti di sana dan menikmati kondisi itu tanpa perlu memandang ada tingkat iman dan pengalaman yang baru yang Tuhan rindukan kita miliki.

Itu tampak ketika hidup kita dipenuhi  hal-hal yang baik, kelancaran dan kemudahan. Kita sekedar menikmatinya dan tidak mencari lebih jauh kehendak dan rencana Tuhan dalam hidup kita. Akibatnya, ketika sesuatu yang buruk terjadi di hidup kita, kita mengalami krisis iman. Kita bertanya, “Di manakah Tuhan? Mengapa Ia sepertinya begitu jahat padaku? Benarkah Dia ada dan berkuasa? Mengapa dan untuk apakah semua ini terjadi dalam hidupku?”
Inilah pertanyaan² yang muncul di hati janda Sarfat dan di hati kita semua ketika kemalangan menimpa. Pertanyaan² yang tidak pernah timbul di pikiran kita saat kita sibuk menikmati segala kesenangan dan kemudahan hidup.

Dari sini seharusnya kita memahami mengapa Tuhan seringkali mengijinkan krisis terjadi di hidup kita. Sesungguhnya melalui berbagai krisis itulah kita akhirnya mendongak ke atas, datang ke hadapan hadirat-Nya, DAN BERTANYA kepada-Nya apakah yang hendak Ia kerjakan dalam hidup kita dan melalui kita ketika peristiwa yang buruk itu terjadi.

Tuhan ingin memantapkan iman janda dari Sarfat itu. Juga Ia ingin menjadikan kisah perempuan miskin itu sebagai kesaksian segala zaman. Juga sebagai pelajaran bagi kita bahwa iman kita seharusnya bertumbuh.

Tuhan merindukan iman kita tidak sekedar mempercayai terpenuhinya kebutuhan² hidup kita dan kelancaran bisnis² kita. Ia ingin kita percaya bahwa masih ada yang lebih tinggi lagi. Tingkat yang baru. Bukan sekedar iman untuk menerima berkat. Namun untuk menjadi berkat. Yaitu ketika kita tetap percaya dan mencari tahu rencana-Nya di saat-saat yang buruk atau bahkan yang terburuk di hidup kita.

Tuhan menginginkan iman kita teguh di waktu-waktu yang mudah maupun di waktu-waktu yang sukar dalam hidup kita. Saat kita tetap percaya dan setia kepada-Nya, pertolongan dan kuasa Tuhan bekerja lebih dahsyat dalam hidup kita. Iman kita dikuatkan. Mujizat yang lebih besar kita terima. Dan kita dimampukan menjadi saksi yang lebih kuat dan bersinar terang bagi kemuliaan Tuhan.

Jauh lebih baik jika kita belajar tanpa melalui krisis. Namun jika krisis tetap terjadi, kita harus belajar dengan sepenuh hati untuk lulus dengan nilai yang baik.
Mulailah dengan mengatakan, “Apapun yang terjadi, Tuhan baik dan akan menolong aku melewati krisis hidupku sehingga sekali lagi aku akan tampil sebagai pemenang bagi kemuliaan Tuhan.”

Semoga menjadi perenungan dan makanan yang menguatkan rohani kita.

Salam revival. Tuhan memberkati kita semua.

RENUNGAN DARI KITAB 2 TAWARIKH 14:7

Oleh Peter B, MA

2 Tawarikh 14:7  Katanya kepada orang Yehuda: “Marilah kita memperkuat kota-kota ini dan mengelilinginya dengan tembok beserta menara-menaranya, pintu-pintunya dan palang-palangnya. Negeri ini masih dalam tangan kita, karena kita mencari TUHAN Allah kita dan Ia mencari kita serta mengaruniakan keamanan kepada kita di segala penjuru.” Maka mereka melaksanakan pembangunan itu dengan berhasil.

Sebagai perbandingan berikut terjemahan lain dari beberapa veesi bahasa Inggris:

2 Chronicles 14:7 (Amplified Bible)  Therefore he said to Judah, Let us build these cities and surround them with walls, towers, gates, and bars. The land is still ours, because we sought the Lord our God; we have sought Him  and He has given us rest and peace on every side. So they built and prospered.

2 Chronicles 14:7 (NET)  He said to the people of Judah: “Let’s build these cities and fortify them with walls, towers, and barred gates. The land remains ours because we have followed the Lord our God and he has made us secure on all sides.” So they built the cities and prospered.

2 Chronicles 14:7 (KJV) Therefore he said unto Judah, Let us build these cities, and make about them walls, and towers, gates, and bars, while the land is yet before us; because we have sought the LORD our God, we have sought him, and he hath given us rest on every side. So they built and prospered.

Hampir semua, jika tidak boleh dikatakan semua versi terjemahan lain, tidak ada kalimat “Ia mencari kita” seperti yang ditulis dalam Alkitab Terjemahan Baru Bahasa Indonesia. Itu artinya ada tambahan yang kurang pas dalam terjemahan Indonesia. Dan oleh karena itu, saat kita membaca suatu ayat ada baiknya kita mengamati terjemahan² lainnya untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh dan tepat dari suatu ayat. Termasuk jika memungkinkan, kita melihat ke dalam bahasa aslinya (meskipun ini sebagian besar tugas para pengajar dan mereka yang beroleh karunia mengajar).

Kembali ke nats, kita diberitahu bahwa bangsa Yehuda yang dipimpin Asa dapat mempertahankan diri dari serangan maupun tindasan bangsa lain, bahkan membangun dan mencapai kemajuan serta keberhasilan secara jasmani oleh karena situasi aman yang mereka nikmati. Dan dari manakah situasi aman tersebut? Itu karena seluruh bangsa (dan itu dimulai dari pemimpinnya) MENCARI TUHAN.
Ini diuraikan secara lebih panjang dalam ayat² sebelumnya:

2 Tawarikh 14:2-6 
Asa melakukan apa yang baik dan yang benar di mata TUHAN, Allahnya.
Ia menjauhkan mezbah-mezbah asing dan bukit-bukit pengorbanan, memecahkan tugu-tugu berhala, dan menghancurkan tiang-tiang berhala.
Ia memerintahkan orang Yehuda supaya mereka mencari TUHAN, Allah nenek moyang mereka, dan mematuhi hukum dan perintah.
Ia menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan pedupaan-pedupaan dari segala kota di Yehuda. Dan kerajaan pun aman di bawah pemerintahannya.
Karena negeri itu aman dan tidak ada yang memeranginya di tahun-tahun itu, ia dapat membangun kota-kota benteng di Yehuda; TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya.

Oleh karena mereka mencari Tuhan, maka Tuhan berikan kedamaian dan keamanan. Perhatikan urutannya secara benar. Mencari Tuhan lalu beroleh berkat keamanan. Bukan mencari keamanan secara jasmani lalu mencari Tuhan untuk mendapatkannya.

Tanpa ketulusan mencari Tuhan sama dengan tidak mencari Tuhan tetapi perkara yang lain.

Selama mereka mencari Tuhan, maka bangsa itu mendapatkan kemurahan Tuhan. Tuhan mengaruniakan keadaan yang baik. Aman, tentram, kondusif dan kesempatan untuk menjadi bangsa yang makin kuat dan maju.

Jika bangsa Israel secara jasmani adalah gambaran Israel rohani yaitu gereja Tuhan, maka sesungguhnya dari suatu gereja² yang mencari Tuhanlah sebuah bangsa mengalami keadaan² yang baik.
Itu dimulai dari pemimpin² gereja yang SUNGGUH-SUNGGUH MENCARI TUHAN dan mendorong jemaat juga melakukan yang demikian. Dan ketika semua anak² Tuhan, mencari Dia maka iu seperti membuka pintu-pintu bagi lawatan dan jamahan Tuhan atas seluruh bangsa. Oleh sebab Tuhan dipersilakan berkarya dengan bebas tanpa hambatan yang berarti.

Renungkan hari ini. Apakah kita sudah mencari Tuhan sebagai gereja-Nya? Sebagai pemimpin² rohani sudahkah kita mencari Dia dan mencari apa yang dikehendaki-Nya bagi kita? Dan apakah kita dengar²an dan melakukan perintah-Nya itu?
Juga sebagai jemaat Tuhan, adakah kita mencari Dia setiap kita datang beribadah kepada-Nya baik secara pribadi maupun saat berkumpul bersama dalam kebaktian? Tahukah kita apa yang dimaksud sebagai kencari Tuhan itu?

Mungkinkah kondisi bangsa kita hari ini menjadi seperti ini oleh karena kita tidak mencari Tuhan? Ataulah kita salah memahami dengan mengira kita telah mencari Tuhan padahal tidak? Mungkinkah kita merasa mencari Tuhan padahal kita tidak datang kepada-Nya dalam ketulusan untik mengenal Dia, namun lebih kepada ‘memanfaatkan’ Dia untuk keuntungan² pribadi kita?

Tuhan memberikan solusi bagi kita melalui firman-Nya. Tuhan ingin kita mencari Dia dengan segenap hati.

Bersediakah kita melakukannya dan melihat janji-Nya digenapi atas bangsa kita?

Semoga menjadi perenungan kita semua.

Salam revival. Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

RENUNGAN DARI FILIPI 4:5

Oleh Peter B, MA

Filipi 4:5  Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang.

Yang dimaksud sebagai “kebaikan hati” di atas dari bahasa aslinya sebenarnya bermakna “tidak keras”, “tidak suka memaksa”, “lemah lembut”, “tidak ekstrem”, “memperlakukan orang dengan perlakuan yang sama”, “moderat”, “tidak merasa lebih tinggi dan unggul daripada yang lain”

Jadi kebaikan yang dimaksud bukanlah sekedar melakukan  perbuatan-perbuatan baik atau kegiatan² sosial namun lebih kepada sikap kita kepada semua orang.

Ini bukanlah kompromi dengan dosa atau kesalahan orang namun merupakan sikap yang secara seimbang menilai segala sesuatu, tidak grusa-grusu, tidak terburu-buru menghakimi dan menyatakan kekeliruan apalagi dengan sikap dan kata² kasar dan menyerang.

Inilah karakter yang mencerminkan sikap yang rendah hati dan selalu siap memberikan respon yang ramah, terbuka, positif, lembut dan santun yang sejati dalam ketulusan dan kemurnian (bukan kemunafikan).

Karakter semacam ini ditekankan menjdi karakter kita apalagi dihubungkan dengan frasa “Tuhan sudah dekat” dimana maksudnya mengacu pada sifat² yang perlu kita usahakan, kembangkan dan miliki jika kita sungguh rindu menanti kedatangan-Nya yang kedua kalinya.

Lebih dari semua, inilah suatu sikap yang memperagakan kasih di hidup kita. Sebab berapa banyak orang memandang dirinya lebih baik dan menggurui atau merendahkan orang lain? Berapa banyak yang merasa demikian di dalam hatinya? Atau mungkin saja tampak lembut di depan orang banyak namun orang² dekat di keluarganya tahu betapa kejam dan kasar ia memperlakukan keluarganya?

Kasih itu “tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran (1 Kor. 13:6). Kasih selalu berdiri dan berpihak pada kebenaran, namun  kasih juga lemah lembut, tidak melakukan yang tidak sopan dan serampangan memperlakukan orang (1 Kor. 13:5).

Sesungguhnya sifat² ini telah tertanam dalam karakter kita semua sebagai bangsa Indonesia. Hanya saja seringkali terbatas dalam teori dan filsafat kehidupan tetapi lemah dan dangkal dalam praktek. Yang acap terlihat dari permukaan saja tetapi kurang dalam bobot kemurnian dan ketulusannya. Inilah yang harus kita ubah dengan pertolongan kuasa kasih karunia Tuhan.

Kiranya Tuhan menolong kita melakukan apa yang menjadi kerinduan-Nya ini.

Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.

BERDOA PADA YESUS, MUNGKINKAH DIJAWAB OKNUM LAIN?

Oleh: Peter B, MA
Dalam Galatia 1:6-9, rasul Paulus menulis,
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda  dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.”
Dengan jelas disampaikan oleh rasul Paulus bahwa ada injil lain yang berbeda dengan yang diajarkannya, suatu injil yang ujung-ujungnya mengacaukan jemaat dan yang memutarbalikkan injil Kristus. 
Dalam bagian lain, sang rasul kembali menulis pesan yang hampir sama: 
2 Korintus 11:4
“Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”
 
Disebutkan di sana ada Yesus yang lain, roh yang lain, dan injil yang lain. Ini artinya ada pemalsuan dari injil yang sejati. Ada orang-orang yang mengajarkan sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya, yang murni ajaran Kristus sendiri. Puncaknya tentu ada Yesus yang lain yang diperkenalkan oleh roh yang lain melalui ajaran injil yang lain itu. 
Dihubungkan dengan doa, bisa dikatakan di sini bahwa seseorang bisa jadi berdoa kepada sosok yang disebut Yesus yang diakuinya sebagai tuhan tetapi sesungguhnya bukan kepada Yesus Kristus yang asli. Mungkinkah hal ini? 

Mengingat iblis dapat menampilkan diri sebagai malaikat terang (2 Kor. 11:14), maka bukan tidak mungkin sosok-sosok yang mereka lihat melalui penglihatan atau mimpi, yang kemudian diyakini sebagai Yesus bukan Yesus yang sesungguhnya.
Darimana kita tahu, Yesus yang kepadanya kita berdoa adalah Yesus yang sejati?

Di sinilah kita harus memahami bagaimana berhubungan dengan Tuhan itu. 
Hubungan kita dengan Tuhan khususnya dalam hal berdoa, diibaratkan seperti anak berbicara kepada bapaknya:
Matius 7:7-11
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Jelas disampaikan di sana, sebagai bapa yang baik di dunia ini, setiap ayah di dunia ini pasti memberikan sesuatu yang baik kepada anak-anaknya. Kata kuncinya “pemberian yang baik”. 

Pemberian yang baik bukan berarti semua yang diminta akan begitu saja diberikan, namun disesuaikan dengan kebutuhan sang anak. Adalah di luar akal sehat ketika semua permintaan anak dituruti tanpa memikirkan kebaikan bagi sang anak. Begitupun bapa di sorga yang tahu apa yang terbaik bagi kita hanya hanya akan memberikan yang terbaik itu bagi kita. Sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kita.
Jadi, jika kita meminta apakah akan menerima? Ya, asalkan yang kita minta itu sesuatu yang sungguh-sungguh baik bagi kita dan  yang juga sesuai dengan pikiran Bapa. 

Demikian juga ketika kita mengetok, jika itu untuk tujuan yang baik sesuai kehendak Tuhan, pintu pasti dibukakan bagi kita. Dan sewaktu kita mencari yang baik yang tepat sesuai kerinduan Tuhan, kita akan  menemukannya. Di luar apa yang baik dalam pikiran Bapa, maka kita tidak akan menerimanya oleh sebab Bapa tahu itu akan membawa yang buruk bagi kita. 

Jadi tidak semua yang kita mintakan kepada Tuhan akan dijawab. Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa jika ada maksud jahat dan tujuan untuk melampiaskan keinginan kita sendiri, kita tidak menerima apa-apa sebagai jawaban doa.
Pada titik ini, jika kita tidak mencari peneguhan dari Tuhan bahwa permintaan kita tidak akan dijawabnya namun kita terus berdoa, “memaksakan” kehendak kita kepada Tuhan yang sangat kita yakini pasti akan mengabulkan doa kita maka pada garis ini, kita sudah mulai menyimpang dalam doa kita.
Allah yang kita sembah bukan Allah yang tunduk kepada tuntutan-tuntutan egois manusia tetapi jika kita berpikir bahwa Allah kita seperti itu, maka kita pada dasarnya sedang berpaling untuk menyembah kepada Allah yang palsu, yang berbeda dengan Allah yang diajarkan dalam kitab suci melalui ilham para nabi dan rasul itu. 
Mengetahui karakter kita dan permohonan kita, iblis kemudian mengambil kesempatan. Melalui berbagai pengalaman-pengalaman yang bersifat rohani, penglihatan dan suara-suara yang diterima secara roh, lalu diteguhkan dengan berbagai pengajaran yang diputarbalikkan supaya sesuai dengan keinginan² kita maka saat itulah muncul Yesus yang lain itu. Yesus yang ditampilkan sebagai Tuhan serupa Santa Claus yang akan memberikan apapun yang kita minta dan klaim. Yang pastinya akan memberikan apapun yang baik MENURUT KITA ketimbang apa yang baik MENURUT KEHENDAK TUHAN. Ketika kita berpikir bahwa Tuhan akan melakukan apapun yang kita doakan dan deklarasikan sesuai keinginan hati kita tanpa mempedulikan kehendak-Nya, maka kita telah membuka diri pada pengaruh kuasa² lain yang siap berperan sebagai Tuhan yang kita inginkan itu. 
Di sinilah selalu akhirnya pentingnya dalam berdoa, kita tidak asal berdoa. Meskipun kita bisa jadi memulainya dengan pikiran dan tujuan sendiri, namun dalam proses doa itu, kita semestinya menanti-nantikan Tuhan yang akan memberikan petunjuk dan pimpinan-Nya agar kita mendoakan bukan keinginan kita sendiri sebaik apapun itu namun merindukan keinginan dan kerinduan hati Tuhan karena itulah yang kita percaya sebagai yang terbaik. 
Doa Paulus dalam 2 Korintus 12:7-10 menjelaskan prinsip ini dengan sangat baik:
“Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
Paulus meminta kelepasan (dan mungkin juga kesembuhan) untuk apa yang disebutnya sebagai duri dalam dagingnya. Dia berdoa dengan iman. Dengan ketekunan. Kepada Tuhan, sahabat dan tuan yang baik yang ia kasihi dan layani, yang juga sangat mengasihinya. Tetapi jawaban Tuhan jelas. Ia tidak akan mengabulkan permintaan Paulus itu. Lalu apakah Paulus tetap meminta? TIDAK. Ia memutuskan untuk taat dan memilih sikap yang lain yaitu “bermegah dalam kelemahannya”, “senang dan rela” dalam kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesesakan bagi Tuhan. Ia tidak menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan. Atau terus mencari alasan untuk berdoa lebih ngotot lagi. Dia sudah mendapat rhema dari Tuhan dan itu cukup baginya untuk taat dan berserah. 
Dalam doa yang tidak terbuka pada pengujian dan pencarian akan kehendak Tuhan, kita akan terus memaksa Tuhan memenuhi keinginan kita. Ketika Tuhan berkata “tidak” untuk doa kita sedangkan kita terus memaksakan diri maka roh kita akan TERBUKA PADA PENGARUH-PENGARUH YANG LAIN sehingga tanpa kita sadari, kita melangkah dalam kesesatan: memohon kepada Yesus yang lain, yang akan memberikan apapun yang kita ingini. 
Jika ini terus berlanjut, betapapun kita menyebut-nyebut nama Yesus, kita telah berpaling pada sesuatu yang palsu. Dan seperti dikatakan Paulus sendiri dalam surat Galatia, orang-orang yang demikian akan menerima kutuk pada akhirnya. 
Yesus-yesus palsu itu kini menampilkan diri dalam berbagai pesan nubuatan dan rupa-rupa angin pengajaran yang semuanya tidak berdasar dan tidak teruji oleh prinsip-prinsip ajaran Kristus dan tafsiran yang sehat dari kitab suci kita,
Itulah sebabnya kita dipanggil untuk mencari kehendak Tuhan dan menguji segala sesuatu. 
Efesus 5:8-10, 17
“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,
karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,
dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
1 Tesalonika 5:20-21 
“dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
Akhir kata, supaya hingga saat terakhir kita tetap dalam peesekuan dengan Kristus, kita seharusnya memperhatikan ajaran yang kita terima dimana kita juga hidup di dalamnya. Ajaran yang keliru akan menuntun pada sosok yang keliru, sedangkan jika kita berada dalam ajaran yang murni dari Kristus maka kita akan beroleh yang terbaik dari sorga sampai kesudahannya.”
Renungkan ayat berikut ini untuk menemukan satu perbedaan antara ibadah sejati kepada Kristus dengan yang bukan… (perhatikan katà berhuruf tebal
1 Timotius 6:3-5 
“Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat — yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus — dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,
ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.
Semoga menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati kita semua. 
Salam revival!

HIKMAT DAN KUTIPAN MEMAHAMI SIHIR

MEMAHAMI SIHIR
Oleh : Rick Joyner

Bagian 1 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1332338100134928&id=517254991643247

Bagian 2 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1334101513291920&id=517254991643247

Bagian 3 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1341978705837534&id=517254991643247

Cuplikan artikel:
“Pertahanan pertama kita terhadap serangan-serangan iblis melalui sihir, ataupun taktik lainnya, adalah dengan memelihara kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita hanya dapat berdiri karena kasih karunia Allah. Kesombongan membuat sebuah lubang di baju zirah kita sehingga si musuh dengan mudah dapat menembusinya.”

HIKMAT DAN KUTIPAN MEMAHAMI SIHIR

MEMAHAMI SIHIR
Oleh : Rick Joyner

Bagian 1 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1332338100134928&id=517254991643247

Bagian 2 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1334101513291920&id=517254991643247

Bagian 3 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1341978705837534&id=517254991643247

Cuplikan artikel:
“Pertahanan pertama kita terhadap serangan-serangan iblis melalui sihir, ataupun taktik lainnya, adalah dengan memelihara kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita hanya dapat berdiri karena kasih karunia Allah. Kesombongan membuat sebuah lubang di baju zirah kita sehingga si musuh dengan mudah dapat menembusinya.”

HIKMAT DAN KUTIPAN MEMAHAMI SIHIR

MEMAHAMI SIHIR
Oleh : Rick Joyner

Bagian 1 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1332338100134928&id=517254991643247

Bagian 2 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1334101513291920&id=517254991643247

Bagian 3 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1341978705837534&id=517254991643247

Cuplikan artikel:
“Pertahanan pertama kita terhadap serangan-serangan iblis melalui sihir, ataupun taktik lainnya, adalah dengan memelihara kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita hanya dapat berdiri karena kasih karunia Allah. Kesombongan membuat sebuah lubang di baju zirah kita sehingga si musuh dengan mudah dapat menembusinya.”

HIKMAT DAN KUTIPAN MEMAHAMI SIHIR

MEMAHAMI SIHIR
Oleh : Rick Joyner

Bagian 1 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1332338100134928&id=517254991643247

Bagian 2 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1334101513291920&id=517254991643247

Bagian 3 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1341978705837534&id=517254991643247

Cuplikan artikel:
“Pertahanan pertama kita terhadap serangan-serangan iblis melalui sihir, ataupun taktik lainnya, adalah dengan memelihara kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita hanya dapat berdiri karena kasih karunia Allah. Kesombongan membuat sebuah lubang di baju zirah kita sehingga si musuh dengan mudah dapat menembusinya.”

HIKMAT DAN KUTIPAN MEMAHAMI SIHIR

MEMAHAMI SIHIR
Oleh : Rick Joyner

Bagian 1 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1332338100134928&id=517254991643247

Bagian 2 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1334101513291920&id=517254991643247

Bagian 3 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1341978705837534&id=517254991643247

Cuplikan artikel:
“Pertahanan pertama kita terhadap serangan-serangan iblis melalui sihir, ataupun taktik lainnya, adalah dengan memelihara kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita hanya dapat berdiri karena kasih karunia Allah. Kesombongan membuat sebuah lubang di baju zirah kita sehingga si musuh dengan mudah dapat menembusinya.”

HIKMAT DAN KUTIPAN MEMAHAMI SIHIR

MEMAHAMI SIHIR
Oleh : Rick Joyner

Bagian 1 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1332338100134928&id=517254991643247

Bagian 2 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1334101513291920&id=517254991643247

Bagian 3 artikel ini:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1341978705837534&id=517254991643247

Cuplikan artikel:
“Pertahanan pertama kita terhadap serangan-serangan iblis melalui sihir, ataupun taktik lainnya, adalah dengan memelihara kerendahan hati dengan menyadari bahwa kita hanya dapat berdiri karena kasih karunia Allah. Kesombongan membuat sebuah lubang di baju zirah kita sehingga si musuh dengan mudah dapat menembusinya.”