Arsip Bulanan: September 2017

MENCARI DIA DALAM KETULUSAN

Oleh: Peter B, MA
“Dengan korban kambing domba dan lembu sapinya mereka
akan pergi untuk mencari TUHAN, tetapi tidak akan menjumpai Dia; Ia telah
menarik diri dari mereka…
Aku akan pergi pulang ke tempat-Ku, sampai mereka mengaku
bersalah dan mencari wajah-Ku. Dalam kesesakannya mereka akan merindukan
Aku:”
– Hosea 5:6,15
Tuhan telah pergi ke tempat-Nya untuk menyembunyikan diri.
Begitu nubuatan Hosea. Itulah suatu pernyataan resmi bahwa Ia tak mau lagi
berurusan dengan umat-Nya. Sekalipun umat-Nya mencari Dia. Sekalipun dengan
kambing domba dan lembu sapi mereka. Persembahan atau korban bakaran mereka.
Dalam ibadah dan sembahyang mereka. Sekalipun mereka bersorak. Atau memuji-muji
dan menyembah. Bahkan meratap dalam tangis sambil membawa banyak berbagai
korban kepada-Nya.
Tuhan telah memutuskan tak lagi menjumpai mereka. Dia baru
akan kembali menyambangi umat-Nya dan hadir di tengah-tengah mereka ketika apa
yang menjadi kerinduan hati-Nya didapati-Nya di hati dan hidup mereka yang
mengaku beribadah kepada-Nya itu.
Inilah masa-masa buruk dan pahit. Tuhan tak lagi menjadi
kawan bagi mereka. Ia sudah tak mampu lagi dibujuk untuk memberkati mereka.
Meskipun beribu kali mereka mengklaim ada di pihak Tuhan dan Tuhan di pihak
merekaTuhan telah berdiri di seberang. Berhadap-hadapan dengan mereka.
Ia akan menentang semuanya. Para imam. Keluarga raja. Semua
rakyat Israel. Hosea 5:1 menyampaikan bahwa Ia akan menghukum semuanya. Bukan
karena benci dan amarah yang tak terkendali tanpa sebab. Tapi karena Ia hendak
berbuat baik supaya mereka bertobat. Ia akan memberikan hajaran yang keras.
“…Aku ini akan menghajar mereka sekalian… “ (ayat 2). Bahkan Ia
mengijinkan pembinasa, alat-alat sang penguasa kegelapan, untuk memakan habis
mereka beserta sumber-sumber penghidupan mereka (ayat 7).
Ya, ketika Yang Adil dan Benar itu murka, bahkan mereka yang
disebut bangsa pilihan-Nya pun akan dijadikan tandus, kering, mengenaskan dan
hampa (ayat 9). Ketika Tuhan menjalankan penghukuman-Nya atas mereka yang tak
lagi berpaut pada-Nya, maka Ia akan meremukkan (ayat 11). Ia akan
menghancurkan. Perlahan namun pasti, menggerus mereka bagai rayap dan belatung
(ayat 12). Betapa mengerikan murka Tuhan! Siapakah yang sanggup menolaknya?
Atau lari menghindar daripadanya?
Namun yang paling mengerikan dari semuanya, Tuhan menarik
diri dari mereka. Tak lagi bersama-sama untuk menjadi penolong dan pembebas
mereka. Tanpa Tuhan siapapun tak akan berbuat apa-apa.  Ketika Tuhan tak lagi bersama kita, kita
hanya akan melihat kemerosotan demi kemerosotan. Di segala bidang dan elemen
kehidupan. Meski kita menghibur diri dengan berbagai pembenahan dan kemajuan
yang tampak namun kita pun tahu ada kerusakan-kerusakan yang terus berlangsung
di tengah-tengah gereja maupun bangsa kita. Sesuatu yang makin jauh dari Tuhan,
firman ketetapan-Nya serta kehendak hati-Nya.
Kambing domba tidaklah cukup untuk mencari Tuhan.
Menghampiri Dia untuk memuji menyembah-Nya dengan berbagai sajian dan
persembahan tidak mampu membuat-Nya dijumpai. Mengapa demikian?
Sebab yang Tuhan kehendaki bukan berbagai program, kegiatan
dan acara peribadahan.  Yang
dirindukan-Nya ialah pertobatan dan pengakuan jujur bahwa kita bersalah di
hadapan-Nya: “..sampai mereka mengaku bersalah…” (ayat 6). Ia menanti
kesadaran kita akan keadaan kita yang melarat, malang, buta, miskin dan
telanjang.
Tuhan rindu kita mencari wajah-Nya: “… dan mencari
wajah-Ku”
. Yaitu mencari perkenan-Nya dan pengenalan akan Dia secara pribadi,
bukan apa yang dapat dilakukan-Nya bagi kita. Mencari Dia untuk mengenal
pribadi-Nya, bukan sekedar kuasa tangan-Nya.
Ia pun menantikan kita merindukan Dia: “..dalam
kesesakannya mereka akan merindukan Aku..”
(ayat 6). Oh betapa hati-Nya
mengharap diri-Nya menjadi yang terutama dan pertama dari yang diinginkan hati
kita! Menjadi yang paling didambakan dan diinginkan untuk ditemui serta berdiam
bersama.
Sebelum semua hal ini memenuhi hati kita hingga menggerakkan
kita untuk mencari Dia apa adanya karena kita tak mampu hidup tanpa Dia
-sebelum Dia menjadi gairah dan satu-satunya yang kita harapkan dan andalkan
dalam hidup- kita belum benar-benar mencari Dia.
Dan seringkali melalui peristiwa dan kenyataan pahit di
sekeliling kita, Tuhan menunjukkan betapa sia-sianya semua yang kita miliki dan
banggakan. Dalam keremukan dan kehancuran, kita akhirnya akan tahu bahwa
Diabsungguh berarti bagi kita. Dalam kesesakan yang tak tertangiskan, kita
akhirnya menyadari bahwa Dialah yang terbaik, satu-satunya milik kita yang
paling berharga dan tak boleh dilepaskan lagi.
Yang kita perlukan bagi kita sebagai gereja dan sebagai
umat-Nya di Indonesia ialah melihat keadaan kita dengan jujur. Segala
kegagalan, kekeliruan, kebodohan dan kesesatan kita haruslah kita akui dalam
pertobatan dengan hati yang hancur.
Janganlah kita tetap berkata kandang babi itu rumah pesta.
Atau makanan babi itu penuh gizi dan lezat. Maupun babi-babi itu binatang yang
mulia. Kita harus melihat keadaan kita dan mengakui betapa kotor dan miskinnya
kita. Betapa lapar, sakit dan lemahnya kita karena jauh dari persekutuan dengan
Bapa. Kita semestinya mengambil keputusan sekarang untukvmengubah cara kita
berhubungan dengan Tuhan. Kita harus bertekad dalam hati untuk tak lagi mencari
berkat-berkat jasmani Bapa. Namun kali ini, kita niatkan hati untuk bekerja
bagi Dia, mengabdi dan mengambil bagian dalam segala pekerjaan-Nya. Demi
semata-mata menikmati persekutuan dan persahabatan dengan Dia. Memandang
wajah-Nya dan menikmati kasih karunia-Nya yang selalu baru dan tak pernah
berakhir itu.
Ketulusan hati kita bagi Bapa adalah dasar pencarian yang
benar akan Tuhan. Dalam keihklasan kita mencari hadirat dan wajah-Nya, kita
akan memandang kemuliaan-Nya dan beroleh perkenan dan sinar wajah-Nya.
“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang
kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan
menikmati bait-Nya.
… dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan
sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.
Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah
menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang
aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku!”
(Mazmur 27:4,6,9)
“Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada
seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku
dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.” 
(Mazmur 84:11)

INDONESIA ADALAH BANGSA YANG VISIONER

Oleh Didit I.
Salah satu faktor yang mempersatukan manusia adalah visi. Tanpa visi
maka kekacauan akan terjadi (Amsal 29:18). Visi selalu membangkitkan semangat
dan gairah hidup manusia bahkan membawa manusia mencapai karya-karya besar.
Dan ketika saya berdoa bagi Indonesia Tuhan menyampaikan bahwa
“Indonesia sesungguhnya adalah bangsa yang visioner”. Seorang pemimpin yang
visioner adalah orang yang mampu melihat masa depan, potensi dirinya serta
orang lain yang kemudian bangkit dan menggerakkan orang-orang tersebut untuk
bersama-sama memperjuangkan masa depan bersama yang lebih baik. Tuhan tunjukkan
hal ini melalui sejarah Indonesia seperti Gajah Mada yang memiliki visi
mempersatukan nusantara. Ir. Soekarno memiliki visi untuk melihat Indonesia
merdeka dan berdikari. Mereka memiliki visi untuk masa depan Indonesia yang
lebih baik dan dengan penuh keberanian memperjuangkan visi tersebut. Inilah
yang menggemparkan bangsa-bangsa lain saat melihat Indonesia kala itu.
Bagaimana bangsa yang besar bersatu, tanpa persenjataan yang memadai bisa
melawan penjajah yang memiliki angkatan perang dan persenjataan yang lebih
maju. Jika ada satu orang visioner yang tulus, rendah hati, berhikmat dan
berani memperjuangkan kepentingan bangsa maka bangsa ini akan bangkit dari
keterpurukan dan mencengangkan bangsa-bangsa.
Kebalikan dari masa lalu Indonesia, kondisi Indonesia saat ini justru
mengalami krisis kepemimpinan dimana banyak pemimpin berusaha menjadikan visi
hanya sebagai pencitraan. Mereka  membuat
dan memanfaatkan visi untuk mendapatkan/mempertahankan kenyamanan hidup mereka
sendiri. Sistem kepemimpinan digunakan untuk mengintimidasi, teror, dan
diktatorisme. Mereka memanfaatkan segala sesuatu untuk mengaburkan hukum, prinsip-prinsip
firman Tuhan, undang-undang, dan lain-lain. Mirisnya lagi, mereka tidak mau
mendengarkan suara rakyat tetapi lebih mendengarkan egonya, tidak mau
introspeksi, tidak mau jujur pada diri sendiri apalagi menguji segala sesuatu.
Pikiran mereka hanya terfokus untuk mencari kesempatan mendapatkan kekayaan,
jabatan dengan cara mencari-cari kesalahan orang-orang yang menghalangi rencana
mereka demi mengamankan otoritas dan kenyamanan hidupnya. Hati mereka telah
dikuasai oleh keserakahan dan iri hati. Dampaknya adalah LAHIR GENERASI TANPA
VISI yang hanya tunduk kepada otoritas karena intimidasi dari para pemimpin
yang egois.
Semua hal tersebut merupakan refleksi dari kepemimpinan rohani di
Indonesia, sebab kondisi suatu bangsa adalah cermin dari kondisi umat Tuhan di
dalamnya. Apa yang terjadi atas bangsa ini adalah buah-buah dari apa yang
dikerjakan oleh umatNya khususnya para pemimpin rohani. Para pemimpin rohani
yang egois menyalahgunakan otoritas dan ayat-ayat Firman Tuhan untuk menekan
dan mengintimidasi seperti ‘jemaat harus tunduk kepada pemimpin’ dan bukan
‘jemaat harus menguji segala sesuatu dan tunduk kepada Kristus’,  gereja dan doktrin golongan tertentu lebih
benar daripada gereja dan doktrin lainnya. Mereka berusaha mendapatkan
kekuasaan untuk mengendalikan orang lain demi memperoleh atau bahkan
mempertahankan kenyamanan hidup di dunia. Inilah alasan mengapa gereja-gereja
Tuhan tidak membawa dampak yang besar bagi Indonesia untuk menggenapi takdirnya
(dalam rencana Tuhan), sebab gereja-gereja belum mengetahui dan menggenapi
rencana Tuhan dalam hidupnya. Mereka hanya fokus pada kepentingannya sendiri.
Tuhan rindu umatNya, gereja-gerejaNya menjadi orang-orang yang visioner, dimana
mereka memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, bertumbuh secara rohani, dan
mencapai tujuan-tujuan Tuhan. Tuhan sampaikan bahwa jika gereja-gereja menjadi
visioner maka akan membawa umat Tuhan naik dalam tingkat-tingkat kedewasaan
rohani hingga melihat rahasia kehendakNya atas Indonesia dan bangsa-bangsa.
Sebab melalui umatNya Tuhan hendak membawa Indonesia menggenapi takdirnya.
Takdir Tuhan atas gereja-gerejaNya dan Indonesia
Di pertengahan tahun 2017 saat berdoa untuk Indonesia Tuhan
menyingkapan masa depan Indonesia. Tuhan mengumpamakan umat Tuhan di Indonesia
seperti teropong bintang yang besar. Permukaan teropong terdapat ukiran bunga
saffron dan tanaman dudaim yang berbuah lebat. Bunga Safron bermanfaat untuk
obat herbal, bahan pewarna, minyak wangi dan bahan makanan mahal di dunia. Buah
dudaim bermanfaat untuk membangkitkan gairah. Semuanya berlapis emas murni.
Anda tidak akan ingin mengalihkan perhatian dari teropong bintang tersebut
karena keindahan dan keunikannya menyimpan maksud dan tujuan Tuhan untuk
Indonesia demikianlah Tuhan memandang Indonesia sebagai bangsa yang sangat
berarti di hatiNya. Hal ini membuat hati saya bersukacita sebab suatu kali
Tuhan akan mengubah Indonesia sebagai salah satu bangsa yang visioner. Hati
saya bersukacita dan heran melihat penglihatan tersebut. Mengapa Tuhan memilih
teropong bintang untuk menggambarkan Indonesia? Bukankah ada banyak jenis
teropong dan fungsinya? Teropong bintang merupakan alat bantu untuk melihat
benda-benda di langit bukan di bumi. Teropong bintang memiliki kemampuan khusus
untuk melihat benda-benda yang sangat jauh. Bentuknya yang unik dan mahal
membuat Anda terus tertarik untuk mengamati ukiran dan fungsinya. Bangsa
Indonesia yang visioner yang dimaksud Tuhan adalah:
# Teropong bintang menggambarkan prinsip-prinsip, pengajaran, artikel,
pewahyuan kebijakan dan hikmat yang menyingkapkan maksud dan tujuan Tuhan di
masa depan dengan sangat jelas dan detail.
Indonesia akan dimampukan untuk
mengetahui kehendak Tuhan melalui penyelidikan ayat-ayat di Alkitab, mengamati
dan belajar dari berbagai peristiwa-peristiwa, masalah, keadaan alam dan
mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan sehingga dapat mempersiapkan
diri menghadapi tantangan masa depan.
# Bunga Safron menggambarkan
hasil-hasil pemikiran, prinsip-prinsip, pengajaran, artikel, pewahyuan
kebijakan dan hikmat yang sangat bermanfaat dan hampir tidak dimiliki oleh
bangsa-bangsa lain karena memiliki ketepatan dalam melihat rencana Tuhan di
masa depan
. Di tengah krisis yang melanda bangsa-bangsa, Tuhan akan memakai
Indonesia seperti Yusuf yang dapat mengetahui maksud Tuhan pada masa akan
datang dan memiliki hikmat untuk menghadapinya. Bahkan pemikiran-pemikiran
tersebut akan membawa bangsa-bangsa lain untuk memahami maksud dan tujuan Tuhan
dan menjadi solusi bagi bangsa-bangsa dalam menghadapi krisis.
# Tanaman dudaim menggambarkan
hasil-hasil pemikiran prinsip-prinsip, pengajaran, artikel, pewahyuan kebijakan
dan hikmat rohani yang akan membangkitkan semangat/gairah dan cinta yang besar
akan Tuhan.
Orang-orang akan diingatkan akan cintanya mula-mula kepada Tuhan,
sehingga mereka menyerahkan diri untuk hidup sepenuhnya dalam tujuan Tuhan.
# Emas menggambarkan nilai-nilai
visi Tuhan yang tinggi dan murni serta teruji oleh waktu (tergenapi) karena
menyingkapkan rahasia-rahasia kehendakNya yang sangat mendalam dan besar di
masa depan.
Tuhan memanggil umatNya di
Indonesia untuk melihat masa depan secara jelas, detail sehingga membangkitkan
kasih mula-mula/gairah yang besar akan Tuhan dan mengadakan terobosan-terobosan
rohani yang besar serta berdampak di alam nyata.
Inilah pemikiran
gereja-gereja yang visioner. Gereja-gereja yang tahu tujuan Tuhan, tahu
langkah-langkah yang harus dilakukan sesuai pimpinan Roh Kudus dan setiap
langkahnya mendatangkan terobosan demi terobosan rohani dan jasmani.
Tuhan mengingatkan saya akan keledai Isakhar dalam kejadian 49:15 yang
menyatakan, “Ketika dilihatnya, bahwa
perhentian itu baik dan negeri itu permai………”
Tuhan memanggil orang-orang
Indonesia mengerti dengan jelas, detail terkait tujuannya. Inilah bangsa yang
visioner dan mampu melihat masa depan dengan jelas. Dapatkah Anda membayangkan
keledai itu mengamati keadaan negeri itu sehingga melihat keindahan,
keuntungan, kemuliaan di masa depannya. Semuanya itu membangkitkan semangat
dalam dirinya untuk tetap setia sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan
rintangan. Dan kita akan mendengar orang-orang Indonesia berdoa “utuslah aku
Tuhan” untuk memberitakan injil dan melayani Tuhan di tempat yang sulit dan
dikuasai oleh kegelapan.
Dengan kasih yang berkobar, para misionaris akan memberitakan injil dan
menyalakan api kebangunan rohani di wilayah-wilayah gelap. Para pengajar akan
mendidik umatNya menjadi murid-murid Kristus. Para gembala akan membimbing
umatNya untuk mengenal Tuhan dan menemukan tujuan hidup. Para konselor bukan
hanya memberikan bimbingan untuk solusi dari masalahnya, tetapi membantu
umatNya memahami proses Tuhan dalam kehidupan jemaat secara pribadi. Para
pendoa akan berdoa dengan tepat seperti yang ada di hati Tuhan. Para nabi akan
menyampaikan isi hati dan pikiran Tuhan yang murni. Para rasul akan memimpin
gereja-gerejaNya untuk masuk dalam kegerakan Tuhan. Dan jemaat Tuhan dapat
mengetahui rahasia kehendakNya dengan sangat jelas. Umat Tuhan bukan hanya
mengerti kehendak Tuhan, tetapi memahami masa depan yang terbaik dari Tuhan.
Kuasa Tuhan dalam
gereja-gerejaNya akan mengubah keadaan ekonomi, politik dan membangkitkan para
pemimpin yang visioner di berbagai bidang
. Hal ini ditandai dengan para
pejabat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, lembaga negara, organisasi
masyarakat dan masyarakat bersatu untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat
Indonesia, para pemimpin akan memuridkan pemimpin yang baru yang berkualitas,
memperjuangkan sistem pemerintahan yang bebas dari korupsi, berkarya dan mendatangkan
berbagai terobosan-terobosan baru bahkan kebijakan pemerintahan Indonesia akan
menyelamatkan banyak negara keluar dari krisis dan mendamaikan perselisihan
antara bangsa yang tidak perlu terjadi.
Umat Tuhan yang visioner akan nyata ketika gereja Tuhan bertumbuh dan
semakin kuat dalam hal:
# Tekun dalam menguji,
menyelidiki dan melakukan kehendak Tuhan sekalipun menghadapi berbagai
tantangan dan rintangan;
# Mencari, menemukan dan hidup
sesuai dengan tujuan hidup dari Tuhan;
# Bapa-bapa rohani (para
pembimbing rohani) yang takut akan Tuhan memuridkan jiwa-jiwa menjadi murid
Kristus dan jiwa-jiwa menyediakan diri untuk belajar dan diajar akan
jalan-jalan Tuhan yang sejati;
# Berbagai denominasi gereja
bersatu, merendahkan diri dan mencari kehendak Tuhan atas gereja, kota dan
bangsa sampai gereja-gereja bersama-sama melihat rencana Tuhan untuk Indonesia;
# Gereja-gereja dari berbagai
denominasi bekerjasama membuat berbagai gerakan-gerakan rohani untuk
mempersiapkan diri dan masuk dalam rencana Tuhan;
# Gereja-gereja akan melatih dan
mengutus murid-muridNya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Inilah isi hatiNya bagi umatNya dan Indonesia. Bangsa yang visioner
dimulai dari gereja-gereja yang memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, melihat
tujuan Tuhan dan hidup didalamNya hingga membawa Indonesia menggenapi rencana
Tuhan. Semuanya pasti terjadi jika kita mau membayar harganya. Adakah kita
rindu menggenapi takdir kita di dalam Tuhan?
 

GIVING OUR BEST

Oleh Peter
B, MA
 
“Lalu para kepala puak dan para kepala suku Israel dan
para kepala pasukan seribu dan pasukan seratus dan para pemimpin pekerjaan
untuk raja menyatakan kerelaannya. Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah
Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta
perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi.
Siapa yang mempunyai batu permata menyerahkannya kepada Yehiel,orang Gerson
itu, untuk perbendaharaan rumah TUHAN.”
(1 Tawarikh 29:6-8)
Salah satu teori
dalam bidang kepemimpinan yang terpenting mengatakan, “Segala sesuatu bangkit dan jatuh
karena kepemimpinan.”
Apa maksud prinsip ini? Artinya adalah bahwa yang
menentukan keberhasilan suatu rencana atau program semuanya bergantung pada
kualitas pemimpinnya. Jika kepemimpinan buruk, maka segala sesuatunya akan
macet dan gagal. Sebaliknya, jika kepemimpinan baik dan kondusif maka keberhasilan
hampir dapat dipastikan.
Daud mengenal benar
prinsip kepemimpinan di atas. Setelah memberikan persembahan yang besar untuk
pembangunan Bait Allah, Daud pun mengajak setiap bawahannya untuk turut
memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Demikian ajakan Daud, “Maka siapakah yang
pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada TUHAN?” Daud mengerti
benar bahwa untuk mencapai visi yang dari Tuhan, ia tidak akan dapat
melakukannya sendirian. Ia berusaha sekuat tenaga, tetapi persatuan pastilah
menghasilkan lebih banyak. Tanpa dukungan banyak orang, visi yang besar akan
dianggap sekedar impian kosong. Pelajaran apakah yang dapat kita pelajari di
sini mengenai kebangunan rohani (revival)?
PERTAMA, KEBANGUNAN
ROHANI DIAWALI OLEH SATU (ATAU SEDIKIT) HATI YANG MERINDUKANNYA. Tetapi
kerinduan itu kemudian menjalar semakin besar dan luas sehingga banyak orang
merindukannya juga. Kuncinya adalah adakah seseorang yang rindu dan mau
membayar harganya. Daud dengan ‘berani’ merindukan kemuliaan Tuhan turun atas
bangsanya dan ia membayar berapapun harganya. Ia merindukan yang terbaik, dan
oleh karenanya ia memberi yang terbaik. Akhirnya banyak orang menjadi celik dan
turut merindukan kemuliaan Tuhan. Revival pun terjadi; harganya: hidup sebagai
penyembah-penyembah yang sejati. Pertanyaannya: adakah orangnya? Atau Andakah
orangnya?
KEDUA, PERAN
KEPEMIMPINAN DAUD SANGAT MENENTUKAN KEGAIRAHAN BANYAK ORANG LAIN (RAKYAT DAN
BAWAHANNYA) AKAN KEBANGUNAN ROHANI. Di sini berlaku prinsip kepemimpinan di
atas: kepemimpinan menentukan keberhasilan atau kegagalan. Daud menggunakan
otoritasnya untuk mencari kemuliaan Tuhan dan banyak orang melihat teladannya
dan tergerak: mereka mengorbankan harta benda mereka yang terbaik dan tidak
sedikit, dengan penuh kerelaan. Persekutuan hidup mereka bersama Daud,
si penyembah sejati, membuahkan hasil yang sama. Mereka menjadi
penyembah-penyembah sejati pula. Mereka menjadi orang-orang yang suka
berkorban. Mereka menjadi pemberi-pemberi.
Ini mungkin
mengejutkan tetapi Anda perlu mengetahuinya. Mengapa sesungguhnya jemaat Tuhan
masih dalam kondisi seperti ini. Jarang sekali didapati jiwa yang memberi,
mengorbankan, kerelaan untuk menderita dan menjalani hidup dalam penyembahan
dan penyerahan total kepada Tuhan. Mengapa jemaat sepertinya masih memiliki
mental sebagai pengemis dan peminta-minta ulung? Tentu Anda mulai bisa
mengetahui sebabnya. Kondisi jemaat adalah cermin dari pemimpinnya. Pemimpin
yang berjiwa peminta-minta akan menghasilkan jemaat peminta-minta. Pemimpin
yang memberi akan membetuk suatu jemaat yang suka memberi. Daud adalah
penyembah dan pemberi, pengikutnya pun menjadi penyembah dan pemberi. Gaya dan
standar pemimpin menentukan gaya dan pola yang ditiru siapa saja yang
mengikutinya.
Mengapa hingga kini
belum terjadi revival atas Indonesia?
Bisa jadi karena belum ada yang sungguh-sungguh merindukannya. Adakah
orang-orang Kristen yang merindukannya? Terlebih lagi, adakah para pemimpin,
para pendeta, gembala sidang, hamba-hamba Tuhan, pemimpin-pemimpin umat yang
sungguh-sungguh merindukannya? Saya yakin, dan sungguh-sungguh percaya bahwa revival
pasti akan terjadi apabila para pemimpin Kristen sungguh-sungguh merindukannya
dan rela membayar berapapun harga revival itu.
KETIGA, sekali lagi
kita belajar bahwa harga sebuah kebangunan tidaklah murah. Itu MEMBUTUHKAN
PENGORBANAN YANG BESAR DAN UNTUK MELAKUKANNYA JUGA DIPERLUKAN SUATU KERELAAN
YANG BESAR UNTUK BERKORBAN. Bagaimana Daud dan pengikutnya rela untuk berkorban
sedemikian mahal? Apakah yang menyebabkan mereka seakan-akan tidak merasa rugi
untuk memberikan persembahan yang begitu mahal kepada Tuhan? Ada beberapa
alasan untuk itu:
(1) karena mereka merasakan kasih dan kebaikan
Tuhan begitu limpah dalam hidup mereka.
Kebaikan Tuhan membangkitkan rasa
syukur yang luar biasa dalam hati kita, sehingga kita rindu untuk membalas kasihNya
dan melakukan apapun sebagai ungkapan syukur kita atas kemurahanNya itu (Mazmur
116:12-14).
(2) karena mereka merasakan kebesaran dan keagungan
Tuhan sebagai Pribadi yang layak menerima pujian, penyembahan, kemuliaan dan
kehormatan di atas segala-galanya.
Perjumpaan pribadi dan pengenalan yang
benar akan membawa pada penyembahan dan pengabdian yang benar pula kepada
Tuhan. Setelah perjumpaan yang penuh kuasa dengan Tuhan, Yesaya menyeruhkan
kalimat penyerahannya yang terkenal, “Ini aku, utuslah aku” (Yesaya 6:8).
Penyingkapan akan pribadi Tuhan yang mulia menjadikan kita terpesona dan
kemudian menganggap sebagai suatu kehormatan dan kemuliaan tiada tara untuk
dapat melayani Dia.
(3) karena mereka mendapatkan visi tentang
kemuliaan Tuhan yang melebihi segala-galanya.
Dunia dengan segala
kemegahannya yang fana tak akan pernah dapat dibandingkan dengan kemuliaan
Tuhan yang akan datang. Itulah yang mendorong kita untuk tetap hidup dalam
penyembahan (2 Korintus 4:16-17)
Saudaraku, revival
memang mahal. Tetapi itu layak diinginkan dan diperjuangkan dengan segenap hati
dan hidup kita. AMIN.

RENUNGAN: MENGENALI POHON DARI BUAH-BUAHNYA

Oleh Peter B, MA

Harus hati-hati menafsir atau mengartikan yang disebut “buah” itu…

Matius 7:16-18, 20 (TB)  Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 
Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.

Pohon yang baik maupun yang tidak baik SAMA-SAMA BERBUAH! Bukan satu tidak berbuah atau yang lain berbuah. Dua-duanya berbuah tapi buahnya mengikuti pohonnya.

Bisa saja pohon yang tidak baik berbuah banyak dan sepertinya subur dan menghasilkan. Tapi siapa yang mau dan dapat makan dan menikmati buah yang tidak baik?

BAHAYA KHOTBAH MOTIVASI DARI SUDUT PANDANG PROFETIK

Oleh Didit I.

Mengenai khotbah motivasi memang ini banyak disampaikan dan diminati banyak umat Tuhan karena bersifat memberikan dorongan dan hiburan.

Khotbah-khotbah motivasi di luar alkitab diumpamakan Tuhan seperti rumput² kering yang beracun. Domba-domba yang makan rumput tersebut akan menjadi lemas, sakit dan mati. Sebab tidak semua prinsip motivasi sesuai dengan prinsip² kebenaran. Akibatnya emosinya bangkit sesaat, mengandalkan kekuatannya sendiri dan langkah hidupnya semakin jauh dari Tuhan. Cepat atau lambat, orang-orang yang menyukai pesan-pesan motivasi tersebut akan mengalami kematian rohani.                  

Khotbah-khotbah motivasi yang diambil dari janji-janji Tuhan dan kisah hidup tokoh-tokoh di alkitab diumpamakan Tuhan seperti rumput-rumput yang berwarna kuning dan kering. Domba-domba yang makan rumput tersebut akan menjadi kurus, lemas karena kurang gizi rohani. Sebab pesan ini ditafsirkan dan dimanfaatkan sesuai dengan motif hati yang tidak ingin menyelidiki maksud dan tujuan Tuhan (hanya ingin mendengar pesan-pesan hiburan yang menyenangkan hati). Akibatnya jemaat hanya mengetahui janji-janji Tuhan namun tdk benar-benar menyadari kuasa dalam janji Tuhan. Hatinya menjadi semakin egois dan tidak peduli dengan maksud dan tujuan Tuhan dalam hidupnya.

Khotbah-khotbah yang tepat adalah pesan-pesan yang diperoleh dari hubungan pribadi dengan Tuhan lalu menyelidiki isi hati dan pikiran Tuhan dan menyampaikan pesan-pesan yang sesuai dengan maksud dan tujuan Tuhan. Tuhan mengumpamakan pesan tersebut seperti rumput yang hijau, tebal dan berembun. Domba yang makan rumput tersebut akan menjadi gemuk, sehat dan mengenali suara gembalanya. Makanan rohani ini sangat bergizi dan penting bagi kesehatan domba. Akibatnya umat Tuhan bukan hanya tahu prinsip-prinsip yang benar namun maksud dan tujuan Tuhan yang menyiratkan pikiran dan perasaan Tuhan.

THE LAST DEEDS OF DAVID

Oleh Peter
B, MA
“Dengan segenap kemampuan aku telah mengadakan
persediaan untuk rumah Allahku, yakni emas untuk barang-barang emas, perak
untuk barang-barang perak, tembaga untuk barang-barang tembaga, besi untuk
barang-barang besi, dan kayu untuk barang-barang kayu, batu permata syoham dan
permata tatahan, batu hitam dam batu permata yang berwarna-warna, dan segala
macam batu mahal-mahal dan sangat banyak pualam. Lagipula oleh karena cintaku
kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan
bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan
perak kepunyaanku sendiri: tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu
talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan,”
(1 Tawarikh 29:2-4)
David Livingstone
adalah seorang misionaris yang seringkali disebut-sebut sebagai rasul bagi
Afrika. Hampir ¾ hidupnya dihabiskan untuk membawa Injil ke Afrika. Dalam
pelayanannya,ia tidak hanya dapat disebut habis-habisan
tetapi juga mati-matian. Puluhan
tahun kemudian, Penginjil Reinhard Bonnke dengan penuh rasa syukur memberikan
pengakuan kepada dunia bahwa darah dan air mata para pendahulunya-lah yang
telah menyuburkan “ladang Tuhan” di Afrika. Tuaian jiwa-jiwa yang besar dan
berlimpah ruah di zaman ini, diakui Bonnke merupakan hasil dari tanah yang
subur sehingga menyiapkan tuaian sekarang ini. Salah satu pendahulu Bonnke yang
telah menapaki jalan-jalan berdarah itu adalah Livingstone.
Kehidupan
Livingstone seringkali menjadi acuan bagi pelayanan-pelayanan para misionaris
selanjutnya. Ia kehilangan penglihatan satu matanya, satu kaki yang cacat dan
tidak dapat berjalan sempurna, tubuh yang bungkuk karena demam dan kulit yang
menjadi hitam legam akibat panas matahari Afrika yang ganas. Berkali-kali ia
hampir kehilangan nyawanya karena binatang buas, penyakit dan serangan penduduk
asli Afrika. Seluruh hidupnya menjadi satu persembahan untuk memenangkan Afrika
bagi Tuhan.
Tetapi ada satu hal
lagi yang menarik dari Livingstone. Setiap pagi Ia berdoa di sisi tempat
tidurnya di dalam tendanya. Setiap pagi ia berdoa bagi Afrika yang sangat
dikasihinya. Tidak berbeda dengan hari terakhir hidupnya. Hari itu ia berlutut
dan berdoa bagi Afrika, semua pembantunya mengetahui hal itu. Namun hari itu
berbeda, hari telah siang tetapi livingstone tidak kunjung keluar. Apa yang
terjadi? Para pembantunya pun memberanikan diri untuk masuk dan mereka melihat
Livingstone masih berlutut tidak bergerak. Mereka memanggil tetapi tidak ada
jawaban dan tahulah mereka: Livingstone telah pulang ke rumah Bapa dalam doa
bagi Afrika. Itulah perbuatan terakhirnya: ia menyerahkan Afrika dan berdoa
bagi revival di Afrika.
Hari ini kita
belajar sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata. Hari ini kita belajar perbuatan terakhir dari Daud. Seperti
kata-kata terakhirnya, tindakan terakhir Daud mencerminkan siapa sesungguhnya
dia dan bagaimana ia menjalani hidupnya.
Persis sebelum ia
mangkat, Daud menyampaikan kata-kata terakhirnya kepada seluruh bawahan dan
anaknya. Tidak hanya itu, di depan mata seluruh pengikutnya itu, ia melakukan
tindakan iman perbuatan terakhir yang dilakukannya. Tahukah Anda apa yang
dilakukan Daud di masa akhir hidupnya? Tidak seperti kebanyakan orang lain yang
menganggap usia senja sebagai masa penuaian dari apa yang telah mereka tabur
semasa hidup, Daud pada masa tuanya tetap menabur. Jika yang lain cenderung
meminta dan menerima dari orang lain pada masa akhir hidupnya, Daud berbeda. Ia
memberi. Ia telah memberi sepanjang hidupnya dan ia tetap memberi hingga akhir hidupnya.
Memberi adalah gaya hidupnya!
Hidup Daud pada masa
tua menggenapi firman Tuhan dalam Mazmur 92:13-16:
“Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan
tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; ….Pada masa tua pun mereka masih
berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar,
bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.”
Berbuah berarti
berguna dan membawa hasil bagi banyak orang. Itulah hidup dalam kedewasaan
rohani. Itulah puncak hidup dalam penyembahan yang sejati karena menyembah
berarti memberi. Penyembahan adalah pengorbanan. Pengorbanan dari apa yang
menguntungkan bagi kita, dalam hidup kita bahkan yang terbaik dari kita untuk
dipersembahkan sepenuhnya bukan lagi bagi kepentingan dan kemuliaan diri kita
sendiri tetapi bagi TUHAN saja.
Setiap penyembah
sejati pastilah seorang pemberi dan para pakar dan ahli dalam bidang
pengorbanan. Beginilah cara Daud memberi:
-ia memberi dengan segenap kemampuan
-ia memberi karena cinta kepada Allah
Daud mengusahakan
dengan segenap kemampunnya untuk menyiapkan segenap kebutuhan Bait Allah yang
nanti dibangun Salomo. Lebih dari itu, ia menegaskan bahwa karena cinta pada
rumah Allahnya, ia masih memberikan emas dan perak kepunyaannya sendiri bagi
pembangunan Bait itu. Di hadapan manusia, Daud memberikan lebih kepada Tuhan.
Di hadapan Tuhan, Daud telah memberikan yang terbaik: yaitu semua yang dapat ia
berikan.
Pikiran Daud
diungkapkan begitu jelas pada kita dalam 1 Tawarikh 22:5; Karena pikir Daud: “Salomo, anakku, masih muda dan kurang
berpengalaman, dan rumah yang harus didirikannya bagi TUHAN haruslah luar biasa
besarnya sehingga menjadi kenamaan dan termasyhur di segala negeri; sebab itu
baiklah aku mengadakan persediaan baginya!” Lalu Daud membuat sangat banyak
persediaan sebelum ia mati.
Daud rindu Bait
Allah itu menjadi bangunan yang terbaik yang tepat dan layak sebagai tempat
kediaman dan tahta Tuhan di bumi. Sesungguhnya yang dirindukan Daud bukanlah
kedahsyatan dan kemegahan bagunan itu, yang ia rindukan adalah Allah yang ia
sembah dengan penuh cinta itu berkenan hadir di sana. Ini suatu permintaan yang
sukar, tetapi Daud mengharapkan yang terbaik sebab itu ia memberikan yang
terbaik.
Apakah kita sedang
mengharapkan yang terbaik dari Tuhan? Berapa banyak di antara Anda yang
mengharapkan Tuhan melakukan yang terbaik dalam hidup Anda? Pemulihan?
Kesembuhan? Berkat-berkat terbaik? Sudahkah Anda berikan yang terbaik bagi Dia?
Tuhan akan memberikan yang terbaik pada mereka yang mengejar Dia dan memberikan
yang terbaik bagi Dia (Matius 6:33).
Atau seperti Daud,
Anda sedang merindukan lawatan kehadiran Tuhan yang membawa kebangunan atas
keluarga, kota dan bangsamu? Adakah engkau sedang menginginkan lawatan dan
kuasa Tuhan tercurah mempertobatkan orang-orang terhilang di kotamu? Pandanglah
Daud. Ia tahu bagaimana membawa lawatan Tuhan itu turun dan tercurah atas
bangsanya. Sekali lagi, hanya penyembahan dan penyembahan saja yang akan
menarik Tuhan turun dari tahtanya di surga dan sudi berdiam di atas tahta-tahta
rapuh manusia bejana tanah liat ini.
Daud membuktikan
dirinya sebagai penyembahan sejati. Hidupnya yang penuh dengan penyembahan
itulah yang membawa hadirat Tuhan mendekat. Walau ia kemudian tiada,
penyembahannya tidak pernah sia-sia. Hidup Daud di dunia ditutup dengan
penyembahan. Ia memang tidak pernah menyaksikan dan merasakan lawatan Tuhan
yang perkasa atas Bait itu. Tetapi ia melihat Yang Jauh Lebih Berharga Dari
Segalanya. Ia masuk dalam tingkatan penyembahan yang baru. Muka dengan muka. AMIN.

BAHAYA PESAN MOTIVASI BAGI PERTUMBUHAN ROHANI

 Oleh: Peter B, MA

Menjalani hidup yang berat selama di dunia, manusia memerlukan motivasi untuk bukan saja bertahan hidup namun juga untuk menghasilkan pencapaian dan kemajuan-kemajuan.

MOTIVASI sebenarnya lahir dari olah pikiran manusia yang memberikan suatu perspektif yang memudahkan mereka menanggung beban yang berat, memandang masalah dari sudut pandang berbeda, menyiasati tekanan hidup hingga memupuk sikap positif serta mendatangkan pengharapan menatap hari-hari yang harus mereka jelang.

FIRMAN TUHAN, karena di dalamnya penuh dengan hikmat, sudah barang tentu memiliki kapasitas dan kandungan untuk memotivasi manusia selama hidup yang dijalani umat Tuhan di dunia. Dalam suatu takaran tertentu, pesan-pesan firman dapat menjadi pesan-pesan yang memotivasi.

Masalahnya, pesan-pesan motivasi yang dari firman seringkali digunakan secara keliru sebagai bahan memotivasi umat Kristen untuk tujuan dan pencapaian duniawi semata. Di situlah kemudian kita memerlukan kepekaan untuk membedakannya.

Pesan-pesan motivasi biasanya bercirikan:
1) Membangun mental dan jiwa pemenang/sukses di kehidupan selama di dunia sekarang ini

2) Hasil yang ingin dicapai ialah semangat bekerja, tampilan² moral yang baik dan semua ukuran yang dihargai dan diakui dunia pada umumnya

Contoh:  tampak dalam pesan-pesan / tulisan-tulisan yang diviralkan untuk tetap semangat, jujur, berbuat baik, bersyukur dalam hidup, berpandangan positif dan sebagainya yang intinya memang untuk menjadi manusia yang unggul dan kuat demi meraih keberhasilan duniawi. Yang memang mendorong kebaikan SECARA UNIVERSAL (nilai-nilai umum atau kesamaan dengan semua agama pada umumnya)

Sayangnya, jarang sekali disinggung standard sejati DALAM TUHAN YESUS KRISTUS sebagaimana diajarkan firman Tuhan

3) Tujuan pesan-pesan motivasi, apabila didalami, menyiratkan kerinduan untuk mencapai tujuan-tujuan manusiawi dan duniawi. Bukan tujuan dari Tuhan atau yang sorgawi. Jika kemudian sorga disinggung-singgung, itupun lebih secara ajaran agama pada umumnya, dimana keselamatan diukur dari perbuatan baik selama di dunia yang jelas bertentangan dengan jalan keselamatan melalui iman dan kasih karunia dalam Yesus Kristus.

4) Firman Tuhan atau ayat-ayat yang disebutkan di sana sebagai pelengkap saja, bukan sesuatu yang harus didalami dan dipahami sebagai pesan yang mengandung isi hati Tuhan. Ayat-ayat tersebut dikutip begitu saja dan ditempelkan sebagai aksesoris untuk mengesankan pesan tersebut berasal dari Tuhan. Begitu pula pada saat khotbah, ayat-ayat tersebut dibaca begitu saja tanpa dihubungkan dengan maksud Tuhan.

5) Biasanya disertai penafsiran yang tidak tepat dan kurang sehat sebab dicocokkan dengan tujuan-tujuan pribadi.
Ayat-ayat diambil begitu saja untuk mendukung pandangan pribadi supaya tampak seolah-olah pesan yang diteguhkan oleh Tuhan dan firman-Nya

6) Dampak pesan-pesan motivasi hanya membangun manusia mental/jiwa saja. Itupun HANYA SEMENTARA dan SESAAT SAJA. Sebab kata-kata / khotbah motivasi hanya suplemen. Bukan makanan jiwa dan roh yang sesungguhnya. Hanya Tuhan Yesus saja, Roti dan Air yang Hidup (Yoh. 4:13-14; 6:35,48) yang mampu memberikan kesegaran dan kekuatan baru bagi manusia.

7) Pesan-pesan motivasi, pada akhirnya fokus pada pengembangan diri manusia UNTUK TUJUAN memperoleh keberhasilan dan kemajuan hidup secara duniawi namun jauh dari pengetahuan apalagi kemajuan dan keberhasilan rohani mengikut Tuhan.

8) Efek samping berbahaya dari pesan-pesan rohani terasa ketika sudut pandang kita terhadap Tuhan tidak sama dengan yang diajarkan firman Tuhan. Yesus dari pesan-pesan motivasi adalah Yesus palsu, atau yang disebut seorang pengajar sebagai Yesus fantasi dimana mereka yang mendengarnya dibuat seolah-olah mengenal Yesus padahal sebenarnya tidak. Dampak berbahaya lainnya, dengan mengikuti pesan-pesan motivasi namun kehilangan pesan Tuhan sejati menyebabkan orang “mati rasa” rohani karena merasa sudah berada dalam kehendak Tuhan dan beribadah pada Tuhan padahal sudah menyimpang dari yang seharusnya. Puncaknya, pesan motivasi, meski tampak rohani sekalipun, akan menutup mata rohani kita dari tujuan Tuhan yang sejati yaitu hidup mengikut Dia dan mengerjakan tujuan penciptaan dan keberadaan kita.

Biarlah kita belajar membedakan dan tahu memilih mana pesan-pesan sejati dari Tuhan dan mana yang berupa pikiran manusia yang belum tertuju pada Tuhan.
Kiranya kemurnian menjadi kerinduan kita semua…

1 Korintus 5:8
Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.
1 Timotius 5:22
 Jagalah kemurnian dirimu.

Yakobus 3:17
Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.

1 Petrus 2:2
Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.

2 Petrus 3:1
Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan.

HIKMAT DAN KUTIPAN JUJUR PADA DIRI SENDIRI

“Pentingnya introspeksi dan jujur pada diri sendiri. Jika tidak kita akan seperti orang-orang Farisi dan tidak akan mengalami pemulihan maupun perubahan dalam hidup kita. Introspeksi diri merupakan sesuatu yang urgen/darurat di Indonesia sebab saat ini kita sebagai bangsa Indonesia lebih suka membodohi, membohongi dan menipu diri sendiri dengan tidak mengakui kesalahan dan kejahatan kita tapi menghindar, membenarkan diri dan fokus pada kesalahan orang lain sekecil apapun padahal kesalahan dirinya jauh lebih besar lagi…. KEJUJURAN DIRI ialah jalan untuk pemulihan kita semua.” Peter B, MA