Arsip Bulanan: Februari 2019

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 5) LANGKAH PENGUJIAN 4 : PENGGENAPAN DARI NUBUATAN

Oleh : Peter B, MA

Mungkin tidak ada ayat yang lebih sering dikutip terkait pengujian nubuatan seperti nats dalam Ulangan 18:20-22 :

Tetapi
seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku
perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang
berkarya demi nama allah lain, nabi itu harus mati.
Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? —
apabila
seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi
dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN;
dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah
gentar kepadanya.


Bagi kalangan Kristiani yang
masih mengakui dan meyakini karunia Roh maupun pelayanan nubuat, hampir
selalu akan merujuk kepada pernyataan taurat di atas apabila ditanya
perihal menguji atau membedakan mana nubuat yang bisa dipercaya atau
yang berasal dari Tuhan dan mana yang bukan. Ayat ini kerap dikutip
begitu saja tanpa didalami secara jelas apa yang dimaksudkannya dan
apakah ada hubungan dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab terkait hal yang
serupa.


SALAH SATU TANDA YANG PALING MEMBEDAKAN

Dapatlah
dikatakan bahwa Ulangan 18:22 merupakan pernyataan yang paling
terang-terangan atau eksplisit dari Tuhan dalam hal memberikan petunjuk
akan apa yang menjadi pembeda paling utama antara perkataan yang
benar-benar berasal dari Tuhan sendiri dengan yang sekedar mengaku-ngaku
berasal dari-Nya.
Jika didalami, sejatinya nats tersebut mengandung banyak rahasia terkait pelayanan seorang nabi..

Dikatakan dalam nats tersebut “apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN“.

Dengan
kata lain, seorang nabi yang menyatakan bahwa ia sedang menyampaikan
perkataan dari Tuhan dinilai dari APAKAH YANG DISAMPAIKANNYA ITU
KEMUDIAN BENAR-BENAR MENJADI KENYATAAN ATAU TIDAK. Jika sungguh-sungguh
terjadi, maka pastilah Tuhan yang memang berbicara; namun jika itu tidak
terjadi maka “ia sudah terlalu berani mengatakannya”.

Berbagai terjemahan Alkitab menuliskan pengertian yang beragam dengan apa yang disebut “ia sudah terlalu berani mengatakannya”.

Itu diterjemahkan antara lain sebagai :

“telah berkata dengan sombongnya”,
“berbicara atas namanya sendiri”,
“mengatakan pikirannya sendiri”,
“rekaan mereka sendiri”,
“telah berbicara dengan gegabah”,
“telah berbicara dengan lancang”,
“menyampaikan sesuatu yang dianggapnya benar padahal belum terbukti demikian”,
“telah berbicara  dengan terlalu percaya diri tanpa dasar dan alasan yang tepat”,
“mengarang-ngarang atau membuat-buatnya”,
“berbicara dalam otoritasnya sendiri”,
“menyampaikan ide-idenya sendiri”, dan
“secara keliru mengklaim dirinya berbicara atas nama Tuhan”

Berbicara
mengatasnamakan TUHAN padahal ia sedang menyampaikan pikiran dan isi
hatinya sendiri merupakan suatu tindakan yang sangat lancang, yang tidak
memandang sama sekali akan kedudukan dan otoritas Tuhan. Orang yang
tanpa rasa takut mengaku mewakili Tuhan dan menyatakan sebagai orang
yang menyampaikan suara Tuhan namun sebenarnya perkataan itu berasal
dari dirinya sendiri, berarti telah menyamakan dirinya dengan Tuhan (itu
sebabnya salah satu pengertian dari perbuatan tersebut adalah
“berkata-kata dengan sombongnya”).

Tidaklah mengejutkan apabila
orang yang demikian harus dilawan dengan tegas. Terhadapnya, Tuhan
menjatuhkan hukuman mati (lihat Ulangan 18:20). Jelas bukan perkara
main-main dalam menyampaikan pesan-pesan yang diklaim berasal dari Tuhan
sendiri. Semua harus dilakukan dalam suatu sikap yang penuh hormat pada
Dia, dalam suatu rasa takut akan Dia, dengan penuh kerendahan hati dan
kehati-hatian supaya jangan sampai pikiran dan maksud hatinya sendiri
yang disampaikan.

Lalu aku berkata: “Aduh, Tuhan ALLAH!
Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan
mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan
memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!”
Jawab TUHAN kepadaku: “Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku
tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman 
kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan
kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.

Sebab itu beginilah
firman TUHAN mengenai para nabi yang bernubuat demi nama-Ku, padahal Aku
tidak mengutus mereka, dan yang berkata: Perang dan kelaparan tidak
akan menimpa negeri ini —: Para nabi itu sendiri akan habis mati oleh
perang dan kelaparan!
~ Yeremia 14:13-15 (TB) 

Kembali pada pembeda utama suatu nubuat.
Disyaratkan
bahwa nubuatan yang disebut berasal daripada-Nya haruslah terjadi,
harus menjadi suatu realita yang pada akhirnya dapat dilihat, dirasakan
serta dialami orang-orang yang menjadi obyek dari nubuatan itu.

Mengapa harus demikian?

Sebab TUHAN tidak pernah keliru.
Ia itu mahatahu dan mampu melihat apa yang ada jauh di masa depan, akan
rentang waktu yang belum dijalani manusia atau bahkan semesta. Dan
karena Ia tahu dengan pasti dan tepat, Ia dapat menyampaikan secara
persis apa yang akan terjadi, bahkan mengenai akhir dari seluruh zaman.
Itu sebabnya yang disampaikan-Nya pasti akan terjadi, sebab Ia telah
mengetahuinya sebelumnya.
Masih ada sisi yang lain. Perkataan-Nya tentang masa depan pasti terjadi karena Ia mampu menjadikannya kenyataan. Kuasa-Nya lebih dari sanggup untuk membuatnya terjadi seperti yang diperkatakan-Nya. 

Dan karena Ia tidak pernah melakukan suatu kecerobohan serta tak pernah gagal melakukan segala sesuatu, Ia pun tidak pernah menyesal terhadap apapun yang telah dilakukan-Nya, termasuk atas manusia.

“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
~ Ayub 42:2 (TB)  

Takkan
pernah Tuhan akan berada pada suatu posisi dimana Dia tersipu-sipu malu
untuk kemudian terburu-buru meminta maaf atas perkataan atau
perbuatan-Nya yang kurang pertimbangan, yang spontan dilontarkan tanpa
berpikir maupun yang terkesan emosional.
Tidak akan pernah.
Itu sama sekali bukan gaya-Nya.

Dalam
kesempurnaan-Nya, Ia senantiasa tepat –setepat-tepatnya. Ia pasti
benar –selalu benar dan terbukti pada akhirnya benar. Itulah sebabnya
Ia disebut TUHAN yang layak disembah, satu-satunya yang lengkap dan
sempurna dalam apapun yang terpancar dari-Nya.
Dan jika Alkitab
beberapa kali menuliskan bahwa Dia pernah menyesal, itu sama sekali
bukan menunjukkan karena Ia berbuat kesalahan atau ada suatu kekeliruan
ada pada-Nya. Pada manusia, ciptaan yang segambar dengan Dialah,
kesalahan itu ada. Penyesalan Tuhan seperti yang digambarkan dalam
Kejadian 6:5-6 maupun Keluaran 32:14 lebih menggambarkan pada sikap
kecewa Tuhan kepada umat-Nya daripada kepada diri-Nya yang telah
menciptakan, menebus dan memanggil mereka.

Sebab:

Allah
bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia
menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara
dan tidak menepatinya?
~ Bilangan 23:19 (TB) 

Allah bukan manusia yang mudah khilaf dan jatuh dalam kecerobohan.

Dihubungkan
dengan perkataan-perkataan nubuat yang disampaikan demi nama-Nya, maka
sudah merupakan sesuatu yang selayaknya jika itu DIBEDAKAN DENGAN SUATU
TANDA YANG SANGAT JELAS. Yaitu SUATU KEPASTIAN DAN KENYATAAN BAHWA
NUBUAT ITU DIGENAPI ATAU TERJADI.

Beberapa contoh di sini antara lain :

Tentang Yerobeam, raja pertama Israel :
Maka
Aku akan mendatangkan malapetaka kepada keluarga Yerobeam. Aku akan
melenyapkan dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi
maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan menyapu keluarga
Yerobeam seperti orang menyapu tahi sampai habis. 

~ 1 Raja-raja 14:10 (TB) 

Digenapi :
Segera
sesudah ia menjadi raja, ia membunuh seluruh keluarga Yerobeam; tidak
ada yang bernafas yang ditinggalkannya hidup dari pada Yerobeam, sampai
dipunahkannya semuanya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya
dengan perantaraan hamba-Nya Ahia, orang Silo itu, 

~ 1 Raja-raja 15:29 (TB) 

Tentang Baesa, raja Israel :
Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Yehu bin Hanani melawan Baesa, bunyinya:
“Oleh
karena engkau telah Kutinggikan dari debu dan Kuangkat menjadi raja
atas umat-Ku Israel, tetapi engkau telah hidup seperti Yerobeam dan
telah menyuruh umat-Ku Israel berdosa, sehingga mereka menimbulkan sakit
hati-Ku dengan dosa mereka,

maka sesungguhnya Aku akan
menyapu bersih Baesa dan keluarganya, kemudian Aku akan membuat
keluargamu seperti keluarga Yerobeam bin Nebat.

Siapa yang
mati dari pada Baesa di kota, akan dimakan anjing dan yang mati dari
padanya di padang akan dimakan burung yang di udara.”

~ 1 Raja-raja 16:1-4 (TB) 

Digenapi :
Demikianlah
Zimri memunahkan seluruh keluarga Baesa, sesuai dengan firman TUHAN
yang diucapkan-Nya kepada Baesa dengan perantaraan nabi Yehu,

~ 1 Raja-raja 16:12 (TB) 

Tentang kematian Ahab, raja Israel :
Katakanlah
kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh
serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu.

~ 1 Raja-raja 21:19 (TB) 

Tetapi
jawab Mikha: “Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah
TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!” Lalu disambungnya:
“Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!”

~ 1 Raja-raja 22:28 (TB) 

Digenapi :
Tetapi
seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan
mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia
berkata kepada pengemudi keretanya: “Putar! _Bawa aku keluar dari
pertempuran, sebab aku sudah luka.”

Tetapi pertempuran itu
bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam
kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu
petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta.

Kira-kira
pada waktu matahari terbenam terdengarlah teriakan di sepanjang barisan
tentara itu: “Masing-masing ke kotanya, masing-masing ke negerinya!

Raja sudah mati!” Maka pulanglah mereka ke Samaria, lalu mereka menguburkan raja di Samaria.
Ketika kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, maka darah raja dijilat anjing, sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diucapkan-Nya.
~ 1 Raja-raja 22:34-38 (TB) 

Tentang tempat kelahiran Yesus:
Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
Dan
engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang
terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah
akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”

~ Matius 2:5-6 (TB) 

Tetapi engkau, hai
Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari
padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang
permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.

~ Mikha 5:1 (TB)

Digenapi :
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
~ Matius 2:1 (TB) 

Tentang cara kelahiran Yesus :
Tetapi
ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya
dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut
mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya
adalah dari Roh Kudus.

Ia akan melahirkan anak laki-laki dan
engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan
umat-Nya dari dosa mereka.”

_Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
“Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai
kita._

~ Matius 1:20-23 (TB) 

Sebab itu Tuhan
sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya,
seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak
laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.

~ Yesaya 7:14 (TB)

Digenapi :
Sesudah
bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat
Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,

tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. 
~ Matius 1:24-25 (TB) 

Tentang bagaimana kehidupan Yesus sewaktu masih bayi :
Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
dan
tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah
yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”

~ Matius 2:14-15 (TB) 

Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.
~ Hosea 11:1 (TB) 

Digenapi :
Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:
“Bangunlah,
ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel,
karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.”

Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.
~  Matius 2:19-21 (TB) 



Tentang ditangkap dan diserahkannya Paulus kepada bangsa-bangsa lain : 
Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus.
Ia
datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat
kaki dan tangannya sendiri ia berkata: “Demikianlah kata Roh Kudus:
Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh
orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan
bangsa-bangsa lain.”

~ Kisah Para Rasul 21:10-11 (TB) 

Digenapi :
Maka
terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut, kalau-kalau
mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus. Karena itu ia memerintahkan pasukan
untuk turun ke bawah dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka dan
membawanya ke markas.

Lalu prajurit-prajurit itu
mengambil Paulus sesuai dengan yang diperintahkan kepada mereka dan
membawanya pada waktu malam ke Antipatris.

Pada keesokan
harinya mereka membiarkan orang-orang berkuda dan Paulus meneruskan
perjalanan, dan mereka sendiri pulang ke markas.

Setibanya di Kaisarea orang-orang berkuda itu menyampaikan surat itu kepada wali negeri serta menyerahkan Paulus kepadanya.
Dan
setelah membaca surat itu, wali negeri itu menanyakan Paulus dari
propinsi manakah asalnya. Dan ketika ia mendengar, bahwa Paulus dari
Kilikia,

ia berkata: “Aku akan memeriksa perkaramu, bila para
pendakwamu juga telah tiba di sini.” Lalu ia menyuruh menahan Paulus di
istana Herodes.

~ Kisah Para Rasul 23:10, 31-35 (TB) 

Singkatnya,
APA YANG DISAMPAIKAN SEBAGAI PERKATAAN NUBUAT, KHUSUSNYA YANG
BERHUBUNGAN DENGAN HAL-HAL YANG AKAN TERJADI, HARUS DIGENAPI ATAU
MENJADI KENYATAAN SEBAGAI PERNYATAAN KEMAHATAHUAN DAN KEMAHAKUASAAN
TUHAN.

BUKAN ASAL DIGENAPI ATAU TERJADI
Meskipun
prinsip sederhana di atas tampak telah cukup jelas, itu belumlah
mencakup seluruh pemahaman mengenai prinsip pengujian nubuatan yang
keempat ini.
Masih ada yang perlu kita perhatikan. Ada nats-nats lain
yang wajib kita pertimbangkan untuk dapat menguji dengan lebih tepat
ketika menggunakan prinsip ini:

1) Perkataan yang dikatakan
sebagai nubuat tidak bisa dianggap benar dari Tuhan dengan semata-mata
menjadi suatu kenyataan. Ada pesan dan pengertian dari Tuhan yang
melatarbelakangi atau yang merupakan alasan maupun tujuan mengapa nubuat
tersebut disampaikan.

Perhatikanlah ayat berikut ini :

Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat,
dan
apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan
ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan
mari kita berbakti kepadanya,
maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu
;
sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu
sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu.
TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus
takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus
kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.

Nabi
atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad
terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir
dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan — dengan maksud untuk
menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu,
kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu
dari tengah-tengahmu.
~ Ulangan 13:1-5 (TB) 

Diandaikan
dalam nats di atas, ada seorang nabi yang muncul di tengah-tengah umat
Tuhan. Jika ia disebut nabi, tentu ia seorang yang dianggap sebagai
pembawa pesan Tuhan. Jika ia kemudian memberitahukan tentang suatu tanda
atau mujizat tetapi ternyata kemudian tanda itu sungguh-sungguh terjadi
MAKA ITU BELUM DIANGGAP SAH ATAU PASTI MENUNJUKKAN IA BERASAL DARI
TUHAN. Masih perlu diamati lebih jauh. Oleh karena ayat tersebut
mensyaratkan bahwa meskipun tanda ajaib yang diberitahukan digenapi
tetapi apabila pesan yang disampaikan bersama dengan penggenapan tanda
ajaib itu mengarahkan orang untuk menyembah illah yang lain dan untuk
mengabdi kepada ilah itu, maka nabi itu bukan diutus oleh Tuhan.
Maksudnya
adalah, tergenapinya suatu nubuat harus dibarengi pesan yang membawa
orang untuk menyembah dan mengabdi kepada TUHAN, Allah Israel,
satu-satunya Allah yang benar, yang dalam Perjanjian Baru telah
menyatakan diri melalui gambar Anak-Nya, Yesus  Kristus.
Suatu tanda
ajaib tanpa disertai pernyataan yang membawa pendengar atau obyek dari
pesan tersebut untuk berpaling serta datang mendekat pada Tuhan bisa
jadi merupakan tipuan atau samaran dari si jahat yang menyaru sebagai
malaikat terang supaya umat Tuhan tidak pernah sampai pada perjumpaan
dan persekutuan dengan Tuhan namun pada perkara-perkara lain yang
kemudian lebih dikagumi dan dicari daripada Tuhan sendiri.

Pada
bagian ini, kita harus memahami aspek lain dari pelayanan profetik, yang
bukan sekedar menyampaikan suatu pesan yang nantinya akan menjadi
kenyataan namun kita pun perlu menelisik lebih dalam akan motif dan
tujuan pesan tersebut disampaikan oleh sang pembawa pesan.

Mengenai tujuan pelayanan profetik, kita akan membahasnya dalam langkah atau kunci yang selanjutnya terkait menguji nubuatan.

2)
Perkataan nubuat yang harus digenapi TERUTAMA ditekankan pada
pesan-pesan nubuatan yang mengandung janji-janji berkat atau menjanjikan
suatu keadaan sejahtera bagi umat Tuhan

Kitab Yeremia
adalah salah satu kitab penting terkait pelayanan kenabian. Banyak
pelajaran serta prinsip-prinsip pelayanan profetik di dalamnya khususnya
pada bagian-bagian perbandingan antara nabi sejati dengan nabi palsu.

Dalam salah satu perjumpaan Yeremia dengan nabi-nabi palsu, tercatat adegan berikut ini :

Dalam
tahun itu juga, pada permulaan pemerintahan Zedekia, raja Yehuda, dalam
bulan yang kelima tahun yang keempat, berkatalah nabi Hananya bin Azur
yang berasal dari Gibeon itu kepadaku di rumah TUHAN, di depan mata
imam-imam dan seluruh rakyat:
“Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu.
Dalam
dua tahun ini Aku akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas
rumah TUHAN yang telah diambil dari tempat ini oleh Nebukadnezar, raja
Babel, dan yang diangkutnya ke Babel.
Juga Yekhonya bin Yoyakim,
raja Yehuda, beserta semua orang buangan dari Yehuda yang dibawa ke
Babel akan Kukembalikan ke tempat ini, demikianlah firman TUHAN!
Sungguh, Aku akan mematahkan kuk raja Babel itu!”
~ Yeremia 28:1-4 (TB) 

Nabi
Hananya bernubuat di rumah TUHAN dan di hadapan seluruh rakyat. Waktu
itu ada juga nabi Yeremia. Kedua-duanya dipandang sebagai nabi Tuhan.
Masalahnya nubuat mereka berbeda bunyinya. Hananya menubuatkan “keadaan
kerajaan Yehuda akan membaik” dengan dikembalikannya perabotan bait
Allah yang dirampas ke Babel serta dipulangkannya raja untuk memerintah
seperti sedia kala. Yeremia yang mendengar itu, mengatakan hal yang
berbeda. Bukan hanya pada saat itu, namun sebelum itu Yeremia telah
menyampaikan bahwa Yehuda akan ditawan, keadaan orang-orang yang memilih
bertahan di sana dan menolak dibuang ke Babel akan sengsara karena
kondisi di kerajaan itu semakin terpuruk dan hancur. Yeremia juga
mengatakan bahwa raja Babel akan menjadi penguasa bangsa-bangsa dan yang
mau tunduk kepadanya akan lebih baik keadaannya (lihat Yeremia 27).
Itu
sebabnya mendengar ada seseorang yang mengaku nabi dan mendengar suara
Tuhan seperti Hananya, Yeremia segera merespon dalam ketidaksetujuan.

Nabi TUHAN itu berkata,
“Amin!
Moga-moga TUHAN berbuat demikian! Moga-moga TUHAN menepati
perkataan-perkataan yang kaunubuatkan itu dengan dikembalikannya
perkakas-perkakas rumah TUHAN dan semua orang buangan itu dari Babel ke
tempat ini.
Hanya, dengarkanlah hendaknya perkataan yang akan kukatakan ke telingamu dan ke telinga seluruh rakyat ini:
Nabi-nabi
yang ada sebelum aku dan sebelum engkau dari dahulu kala telah
bernubuat kepada banyak negeri dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar
tentang perang dan malapetaka dan penyakit sampar.
Tetapi mengenai
seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi
itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus
oleh TUHAN.”
~ Yeremia 28:6-9

Meskipun terkesan
mengaminkan nubuatan Hananya, Yeremia memberikan suatu pernyataan yang
keras -suatu kebenaran yang tak mungkin dibantah para pendengarnya. Dari
situ pula kita dapat mengetahui suatu prinsip penting dalam menilai
suatu nubuatan.

Yeremia menekankan bahwa banyak nabi sebelum dia
yang Tuhan telah bangkitkan SECARA UMUM telah kerap kali bernubuat
DENGAN PESAN-PESAN YANG KERAS BERISI TEGURAN, PERINGATAN, HARDIKAN ATAU
HAJARAN TUHAN YANG DIGAMBARKAN DALAM NUBUATAN AKAN DATANGNYA BENCANA
ATAU MALAPETAKA. Dan memang faktanya demikian. Sejak nabi Samuel, Natan,
Elia dan banyak nabi-nabi lainnya, mereka menghadap para raja dengan
pesan-pesan yang memekakkan telinga dan memerahkan wajah. Suatu bukti
bahwa pesan tersebut berasal dari raja di atas segala raja, penguasa di
atas segala penguasa, yang dengan penuh otoritas menyampaikan titahnya
kepada raja-raja manusia yang menerima otoritas karena kemurahan
hati-Nya.

Intinya, tidak banyak pesan-pesan berbunga-bunga,
penuh janji muluk-muluk akan suatu masa depan yang indah dan makmur
keluar dari mulut Tuhan, LEBIH-LEBIH YANG DISAMPAIKAN DENGAN MUDAHNYA 
tanpa ada pemaparan yang jelas mengapa ada pesan berupa janji yang
sedemikian bagi umat Tuhan!

Pesan yang semacam itulah rupanya
yang disampaikan oleh Hananya. Dan pesan semacam itu pula yang ditentang
Yeremia. Sebab pesan nubuatan berupa janji pada dasarnya diucapkan
Tuhan BERDASARKAN SUATU SYARAT TERTENTU YANG HARUS DILAKUKAN SEBAGAI
BAGIAN KEWAJIBAN DARI UMAT-NYA (ATAU HAMBA-NYA) UNTUK MEMPEROLEH
PENGGENAPAN JANJI ITU. Apabila syarat tersebut dipenuhi maka janji Tuhan
pasti menjadi suatu kenyataan.
Dan harus demikian. Allah bukan
pribadi pengobral janji. Dia ada bukan untuk menuruti atau memuaskan
hati ciptaan-Nya. Dia pun bukan Bapa yang suka memanjakan anak-anak-Nya
dengan melalaikan didikan kepada mereka. Dia memberkati setiap yang
dikenan-Nya dan yang memegang teguh perjanjian untuk hidup dalam
komitmen kepada-Nya. Dan di atas segalanya, terkait berkat-berkat yang
siap dilimpahkan-Nya, mengapakah Dia harus memberikan banyak janji
terkait itu apabila Ia sendiri adalah Allah yang kaya dengan kebaikan,
berkat dan kemurahan -yang pasti dilimpahkan-Nya sebagai ganjaran bagi
umat-Nya yang berlaku taat kepada-Nya. Atas kesungguhan dan kesetiaan
umat-Nya, sudah pasti janji-janji terbaik yang pernah disampaikan-Nya
akan digenapkan-Nya, bahkan lebih daripada yang dapat orang pikirkan!

Lalu
masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN
sambil berkata: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah
keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?
Dan
hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah
berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh
dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang,
ya Tuhan ALLAH.
~ 2 Samuel 7:18-19 (TB)

Telah Kuberikan
isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam
pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan
seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
~ 2 Samuel 12:8 (TB)

Tetapi
seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan
tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di
dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang
mengasihi Dia.”
~ 1 Korintus 2:9 (TB)

Oleh karena Allah
tidak mudah membuat janji, maka tidak mengherankan apabila Yeremia
menekankan bahwa nubuat yang terutama harus digenapi adalah
nubuat-nubuat yang menjanjikan berkat atau keadaan-keadaan yang baik
kepada umat Tuhan dengan begitu mudahnya : 

Tetapi
mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika
nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu
benar-benar diutus oleh TUHAN.”

Ringkasnya, adalah benar
bahwa setiap nubuat yang disampaikan atas nama Tuhan harus digenapi,
sebagai bukti bahwa pesan tersebut berasal dari Yang Mahatahu. Dan
pembuktian ini terutama atau pertama-tama digunakan untuk menilai dan
menguji pesan-pesan yang menjanjikan kemudahan dan berkat-berkat. Jika
itu terjadi, maka jelaslah bahwa itu berasal dari Tuhan, tetapi jika
tidak maka itu merupakan penipuan dan usaha mengarahkan jiwa-jiwa umat
Tuhan kepada perkara dusta. Mereka yang bernubuat dengan cara demikian
akan menerima ganjaran yang setimpal dari Tuhan sendiri. Dalam
Perjanjian Lama, Tuhan menghukum mati nabi-nabi palsu ini. Suatu
gambaran akan kematian rohani yang akan menimpa mereka yang berani
berbicara dusta mengatasnamakan Tuhan sendiri. 

Kemudian nabi Hananya mengambil gandar itu dari pada tengkuk nabi Yeremia, lalu mematahkannya.
Berkatalah
Hananya di depan mata seluruh rakyat itu: “Beginilah firman TUHAN:
Dalam dua tahun ini begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar,
raja Babel itu, dari pada tengkuk segala bangsa!” Tetapi pergilah nabi
Yeremia dari sana.
Maka sesudah nabi Hananya mematahkan gandar dari pada tengkuk nabi Yeremia, datanglah firman TUHAN kepada Yeremia:
“Pergilah
mengatakan kepada Hananya: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah
mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai
gantinya!
Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel:
Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini, sehingga mereka
takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel; sungguh, mereka akan takluk
kepadanya! Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan
kepadanya.”
Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya: “Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta.
Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya,
Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan
mati, sebab engkau telah mengajak murtad terhadap TUHAN.”
Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga, pada bulan yang ketujuh.

~ Yeremia 28:10-17

3)
Meskipun tidak selalu terjadi, nubuatan yang berkaitan dengan
penghukuman dan malapetaka ada kalanya tidak menjadi kenyataan atau 
tertunda sekian lama penggenapannya

Meneliti lebih jauh akan
catatan Alkitab, paling tidak ada dua nubuatan yang seharusnya terjadi
atau digenapi dengan segera tetapi kemudian tidak terjadi maupun
tertunda penggenapannya.

Yang pertama, adalah nubuat nabi Yunus untuk Niniwe.
Kita
melihat dalam Yunus 3:4, Yunus menyampaikan pesan dari Tuhan, suatu
nubuatan, bahwa empat puluh hari dari sejak ia menyampaikan pesan itu
“Niniwe akan ditunggangbalikkan”. Kita mengetahui kemudian bahwa itu
tidak terjadi sehingga membuat Yunus menjadi kecewa dan kesal hatinya
pada Tuhan. Mengenai sebab mengapa nubuat itu tidak terjadi, atau dapat
dikatakan pula bahwa Tuhan tidak melakukan seperti yang dinubuatkan-Nya
melalui Yunus, kita diberitahu tahu alasannya :

Bagaimana
tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang
berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak
tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang
banyak?”
~Yunus 4:11 (TB)

Jadi bukan tanpa alasan Tuhan
tidak melaksanakan firman-Nya tetapi oleh karena pertobatan orang-orang
Niniwe secara massal.  Itulah yang membuat-Nya tergerak oleh belas
kasihan yang besar sehingga Ia mengurungkan niat untuk menghukum kota
itu.
Penjelasan Tuhan disertai bukti-bukti yang dapat dilihat
mengenai pertobatan kota itu, seharusnya cukup bagi Yunus (dan juga
kita) untuk memahami sudut pandang Tuhan serta keputusan Tuhan sehingga
kita dapat sehati dan sepikiran dengan Dia akan keputusan-Nya tidak
menggenapkan nubuat seperti yang disampaikan melalui nabi-Nya.

Yang
kedua, adalah nubuatan para nabi di zaman Manasye, raja Yehuda, yang
pada dasarnya digenapi juga pada akhirnya tetapi sebenarnya  mengalami
penundaan akan penggenapannya.

Dalam 2 Raja-raja 21:10-15 dikatakan :

Kemudian berfirmanlah TUHAN dengan perantaraan para hamba-Nya, yakni para nabi:
Oleh
karena Manasye, raja Yehuda, telah melakukan kekejian-kekejian ini,
berbuat jahat lebih dari pada segala yang telah dilakukan oleh orang
Amori yang mendahului dia, dan dengan berhala-berhalanya ia telah
mengakibatkan orang Yehuda berdosa pula,

sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Sesungguhnya Aku
akan mendatangkan malapetaka atas Yerusalem dan Yehuda, sehingga setiap
orang yang mendengarnya akan bising kedua telinganya.

Dan Aku
akan merentangkan atas Yerusalem tali pengukur sama seperti atas Samaria
dan tali unting-unting sama seperti atas keluarga Ahab; dan Aku akan
menghapuskan Yerusalem seperti orang menghapus pinggan, yakni habis
dihapus, dibalikkan pula menungging.
Aku akan membuangkan sisa milik
pusaka-Ku dan akan menyerahkan mereka ke dalam tangan musuh-musuh
mereka, sehingga mereka menjadi jarahan dan menjadi rampasan bagi semua
musuh mereka,
oleh karena mereka telah melakukan apa yang jahat di
mata-Ku dan dengan demikian mereka menimbulkan sakit hati-Ku, mulai dari
hari nenek moyang mereka keluar dari Mesir sampai hari ini.”

Dengan
segala kejahatan dan kekejian yang dilakukan Manasye, tampaknya Tuhan
sudah sampai pada batas kesabaran-Nya. Sesungguhnya Ia siap melampiaskan
murka-Nya atas Yehuda dan Yerusalem. Saat Manasye tutup usia, ia
digantikan anaknya, Amon, yang memerintah tidak lama, hanya sekitar dua
tahun saja. Cucu Manasye kemudian naik tahta. Dialah Yosia.
Sangat mungkin malapetaka besar itu terjadi di zaman Yosia. Tetapi inilah perkataan Tuhan setelah Yosia memilih mencari Tuhan :

Maka
pergilah imam Hilkia, Ahikam, Akhbor, Safan dan Asaya kepada nabiah
Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin
Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru.
Mereka memberitakan semuanya kepadanya.

Perempuan itu menjawab mereka: “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel! Katakanlah kepada orang yang menyuruh kamu kepada-Ku!
Beginilah
firman TUHAN: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas tempat
ini dan atas penduduknya, yakni segala perkataan kitab yang telah
dibaca oleh raja Yehuda;
karena mereka meninggalkan Aku dan membakar
korban kepada allah lain dengan maksud menimbulkan sakit hati-Ku dengan
segala pekerjaan tangan mereka; sebab itu kehangatan murka-Ku akan
bernyala-nyala terhadap tempat ini dengan tidak padam-padam.

Tetapi kepada raja Yehuda, yang telah menyuruh kamu untuk meminta petunjuk TUHAN, harus kamu katakan demikian: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu,
oleh
karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan
TUHAN pada waktu engkau mendengar hukuman yang Kufirmankan terhadap
tempat ini dan terhadap penduduknya,* bahwa mereka akan mendahsyatkan
dan menjadi kutuk, dan oleh karena engkau mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku, Aku pun telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN,
sebab
itu, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan engkau kepada nenek moyangmu,
dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu dengan damai, dan matamu
tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat
ini.”
Lalu mereka menyampaikan jawab itu kepada raja.
~ 2 Raja-raja 22:14-20 (TB) 

Jelas
sekali bahwa Tuhan menyatakan Dia “mengecualikan” Yosia dari malapetaka
yang hendak didatangkan-Nya atas bangsanya oleh karena (lagi-lagi sama
seperti yang dilakukannya pada Niniwe) pertobatan dari sang raja, yang
memang terbukti disaksikan seluruh rakyatnya bahkan bangsa-bangsa di
sekitarnya.

Merujuk pada dua contoh di atas, tampaknya pesan
nubuatan yang berkenaan dengan akan datangnya malapetaka atau bencana
kadangkala tidak terjadi sebagaimana yang dinubuatkan terutama karena
adanya faktor perubahan hati (baca : pertobatan) dari mereka yang
menjadi gentar akan kecelakaan yang akan menimpa oleh sebab karena murka
Tuhan atas mereka.

Ini menyiratkan kepada kita akan hati Tuhan.
Sejatinya, Ia tidak pernah senang menyampaikan pesan kemurkaan. Ia ingin
umat-Nya menjadi umat yang dengar-dengaran dan taat oleh karena kasih
kepada Dia Tetapi kenyataan yang ada seringkali merupakan kebalikan dari
itu. Banyak kali umat-Nya memalingkan wajah dari-Nya. Tak terhitung
banyaknya Tuhan diabaikan untuk kemudian umat yang dikasihi-Nya itu
melakukan apa saja yang dikehendaki hati mereka bahkan tanpa segan
melakukan apa yang jahat di mata-Nya. Dan sebagai Allah yang adil, ada
batas bagi kasih karunia-Nya ketika Ia harus menegakkan keadilan dan
menuntut pembalasan atas mereka yang ditindas dengan semena-mena. Ketika
kesabaran-Nya dipermainkan, Ia bersikap lebih keras. Pertama-tama, Ia
akan memilih nabi-nabi-Nya untuk meneriakkan jeritan dan kegusaran
hati-Nya itu -yang barangkali mungkin itulah kesempatan-kesempatan
terakhir bagi yang diperingatkan, sebelum tangan-Nya teracung
menjatuhkan penghajaran demi pertobatan umat-Nya.

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
~Wahyu 3:19 (TB)

“Tetapi
sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan
segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.”
Koyakkanlah
hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab
Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan
Ia menyesal karena hukuman-Nya.
Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik
dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan
korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
~ Yoel 2:12-14 (TB) 


KESIMPULAN

Apa
yang dinubuatkan Tuhan melalui hamba-hamba-Nya haruslah terjadi oleh
karena itu keluar dari mulut Yang Mahakudus, yang tak pernah berlaku
ceroboh, grusa-grusu, apalagi melakukan kekhilafan atau kesalahan fatal.
Apa
yang disampaikan Tuhan,  akan terbukti merupakan perkataan penuh
otoritas dari Penguasa di atas segala penguasa, pencipta dan pemilik
semesta ini, tatkala perkataan itu terjadi sebagaimana telah diujarkan
para nabi-Nya.

Terhadap pesan-pesan profetik yang kemudian tidak
terjadi dan tidak ada penjelasan secara profetik yang menerangkan
mengapa hal tersebut tidak terjadi, maka sudah sepatutnya kita menolak
nubuatan semacam itu, membuangnya jauh-jauh dari hati dan pikiran kita.

Dan
terhadap orang-orang yang bernubuat dengan lancang sedemikian, sudah
sepatutnya kita memberikan teguran yang tegas serta memperingatkan akan
jiwanya yang akan mengalami kematian rohani jika tidak segera mengakui
kesalahannya dan bertobat dari kekurangajatannya di hadapan Tuhan.

Sudah
seharusnya kita berhati-hati menyampaikan pesan dari Yang Mahatinggi,
Mahabesar dan Mahakuasa. Berbicara mewakili  Tuhan bukan perkara enteng
dan asal-asalan. Ada pertanggungjawaban di hadapan jemaat lebih-lebih
Tuhan apabila kita tampil menyatakan diri sebagai penyambung suara
Tuhan.

Kiranya hikmat Tuhan dilimpahkan kepada kita semua.

SALAM REVIVAL
INDONESIA PENUH KEMULIAAN TUHAN

SERI PENGAJARAN TERKAIT MENGUJI NUBUAT :

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 6) LANGKAH PENGUJIAN 5 : KESESUAIAN DENGAN TUJUAN PELAYANAN DAN KARUNIA BERNUBUAT

APAKAH ANDA SEDANG MENDENGARKAN TUHAN?

Oleh Oswald Chambers



Mereka berkata kepada Musa: “Engkaulah
berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah
berbicara dengan kami, nanti kami mati.”

—Keluaran 20:19


Kita tidak secara sadar dan sengaja bersikap
tidak taat pada Allah — kita cuma tidak peduli untuk mendengarkan Dia.

Tuhan telah memberikan perintah-Nya kepada
kita, tetapi kita tidak memperhatikannya — bukan karena ketidaktaatan yang
disengaja, tetapi karena kita tidak benar-benar mencintai dan menghormati Dia.

“Engkaulah yang berbicara dengan kami,
… tetapi jangan Tuhan berbicara dengan kami ….”
(lihat nats)
Kita menunjukkan betapa sedikit cinta yang
kita miliki pada Tuhan dengan memilih mendengarkan hamba-hamba-Nya daripada Dia
sendiri. Kita suka mendengarkan kesaksian pribadi, tetapi kita tidak ingin
Tuhan sendiri berbicara kepada kita.

Mengapa kita begitu takut Tuhan berbicara
kepada kita?
Itu karena kita tahu bahwa ketika Tuhan
berbicara, kita harus melakukan apa yang Dia minta atau mengatakan kepada Dia
kalau kita tidak mau taat.
Tetapi jika hanya salah satu dari hamba Tuhan
yang berbicara kepada kita, kita merasa ketaatan adalah pilihan, bukan
keharusan. Kita menjawab dengan mengatakan, “Ya, itu hanya pendapat Anda
sendiri, meskipun saya tidak menyangkal bahwa apa yang Anda katakan mungkin
adalah kebenaran Tuhan.”

Adakah saya terus menerus mempermalukan Tuhan
dengan mengabaikan-Nya, sementara Dia dengan penuh kasih terus memperlakukan
saya sebagai anak-Nya?

(Kutipan dari “Pengabdianku untuk
kemuliaan-Nya” oleh Oswald Chambers)

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 4) LANGKAH PENGUJIAN 3 : KESELARASAN ISI PESAN DENGAN KARAKTER TUHAN SENDIRI

Oleh Peter B, MA

PERKATAAN-PERKATAAN KITA MENYIRATKAN SIAPA SEJATINYA DIRI KITA
– Ketika kita bergaul dengan seseorang, lalu secara rutin mendengarkan apa yang disampaikannya kepada kita atau orang-orang yang berinteraksi dengannya, maka lambat laun kita akan tahu (dari cara berkomunikasi, gaya bahasa bahasa dan pesan-pesan yang ia sampaikan) seperti apa karakter orang itu. Apa yang dikomunikasikan dari seseorang, sebenarnya merupakan refleksi atau cerminan dari karakter pribadi orang tersebut.

Sebagai contoh:

Jika seseorang kerapkali menggunakan kata-kata kotor dan kasar, kita tahu bahwa ia seorang yang suka berbicara seenaknya, pribadi yang sembrono dan kurang bersikap hati-hati setidaknya dalam berkata-kata.

Jika seseorang berbicara dengan bahasa yang baik, tertata rapi dan sangat berhati-hati menggunakan pilihan kata maka kita tahu ia seorang yang terbiasa berlaku sopan, pribadi yang santun dan sangat menjaga perilakunya.

Sisi lain, jika kita menemukan perkataan seseorang yang sering berubah-ubah, berganti pandangan atau prinsip dalam berbagai kesempatan yang berbeda, maka kita tahu ia seorang yang tidak punya pendirian.

Juga apabila antara apa yang dikatakan dalam kenyataannya berkali-kali terbukti tidak sesuai dengan apa yang terjadi dan dengan apa yang dilakukan, maka kita tahu ia seorang yang munafik dan palsu. Berkebalikan dengan itu, kesesuaian berulangkali antara perkataan dan bukti nyata dapat menjadi dasar keyakinan kita bahwa yang menyampaikannya adalah seorang yang jujur dan apa adanya.

Dari seseorang yang kerapkali memberikan kata-kata dan nasihat yang mengandung hikmat, kita tahu bahwa yang menggemakannya ialah orang yang memiliki kebijaksanaan, setidaknya dalam level tertentu. 

– KETIKA KITA BERGAUL DENGAN ALLAH, maka kita akan menemukan gaya bahasa dan perkataan-perkataan yang menunjukkan karakter-Nya: karakter ilahi.  Karakter itu pula yang akan menyatakan perkataan dan pernyataan yang hanya dapat disampaikan oleh Allah sendiri. Itulah bahasa Allah dan cara Ia berkomunikasi.  Itu mungkin saja ditiru atau dipalsukan, tetapi yang mengenal benar bunyi suara Tuhan akan segera tahu apakah perkataan-perkataan itu benar-benar berasal dari Tuhan atau dari sumber yang lain.

– Jika setiap kita memiliki gaya bahasa, pilihan kata dan karakter yang dikenali dari apa yang kita bicarakan, maka demikian pula dengan Tuhan. Ia berbicara dalam bahasa-Nya, tutur kata-Nya mencerminkan karakter-Nya.  Yang diujarkan-Nya bersumber dari pribadi-Nya yang sempurna, pencipta dan penguasa alam semesta. Sebagai Pencipta, Pemilik serta Penguasa segala sesuatu, Ia berbicara dalam suatu cara yang tidak akan pernah disamai dengan siapapun juga di manapun di seantero jagad raya ini. Dan karena itu, sesungguhnya, tidaklah terlalu sukar mengenali suara-Nya -jika kita benar-benar mengenal Dia, mencermati-Nya serta menyediakan hati untuk taat dan tunduk pada kedaulatan-Nya.

PRINSIP MAZMUR 62:12-13

– Ada satu nats penting dalam Mazmur 62 yang akan menolong kita memberikan pencerahan, akan ciri-ciri apakah suatu perkataan berasal dari Allah atau bukan:

Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar:
bahwa kuasa dari Allah asalnya, dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan;
sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.
~ Mazmur 62:12-13

– Dalam setiap perkataan Tuhan, tersirat dua hal yang selalu terkandung di dalamnya. Yang pertama, mengenai kekuasaan-Nya yang besar dan bersumber dari-Nya. Yang kedua, dari pada-Nya pula terbit memancar kasih dan belas kasihan.

– Penafsir Alkitab abad 18, Adam Clarke menyebut teks Mazmur 62:12-13 di atas :

“…  merupakan dua kebenaran besar yang dinyatakan (atau disiratkan) dalam hukum Taurat, bahkan seluruh pewahyuan dari Tuhan dalam Alkitab. Dia adalah Yang Mahakuasa; Dia Maha Pengasih; dan perhatikan kesimpulannya: Allah yang penuh kuasa, adil dan kudus, yang maha pengasih dan penyayang, akan menghakimi dunia, dan akan membalas tiap orang sesuai perbuatan-perbuatan mereka. Mengapa pengertian yang indah ini seringkali tak dapat dipahami oleh setiap penafsir, sulit dijelaskan. Tetapi ayat-ayat ini memuat satu dari kebenaran yang paling memberikan kejelasan dalam Alkitab”

– Dengan demikian, jelaslah ciri komunikasi Tuhan atas manusia. Dalam setiap perkataan atau firman-Nya, selalu akan didapati dua unsur penting yang mencerminkan karakter-Nya: kemahakuasaan-Nya dan kemahakasihan-Nya.
Ini ditegaskan pada banyak nats dalam Alkitab.

Di antaranya :

Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”
~ Keluaran 34:6-7

Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya,
~ Roma 11:22

Pada waktu itu juga ia memberitahukan suatu tanda ajaib, katanya: “Inilah tanda ajaib, bahwa TUHAN telah berfirman: Bahwasanya mezbah itu akan pecah, sehingga tercurah abu yang di atasnya.”
Demi raja Yerobeam mendengar perkataan abdi Allah yang diserukannya terhadap mezbah di Betel itu, ia mengulurkan tangannya dari atas mezbah dan berkata: “Tangkaplah dia!” Tetapi tangan yang diulurkannya terhadap orang itu menjadi kejang, sehingga tidak dapat ditariknya kembali.
Mezbah itu pun pecahlah, sehingga abu yang di atasnya tercurah, sesuai dengan tanda ajaib yang diberitahukan abdi Allah itu atas perintah TUHAN.
Lalu berbicaralah raja dan berkata kepada abdi Allah itu: “Mohonkanlah belas kasihan TUHAN, Allahmu, dan berdoalah untukku, supaya tanganku dapat kembali.” Dan abdi Allah itu memohonkan belas kasihan TUHAN, maka tangan raja itu dapat kembali dan menjadi seperti semula.
~ 1 Raja-raja 13:3-6

Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan. Dan Tuhan menguatkan berita tentang kasih karunia-Nya dengan mengaruniakan kepada mereka kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat.
~ Kisah Para Rasul 14:3
Pendeknya, ketika Allah hadir, menyatakan diri dan menyampaikan pesan firman-Nya, maka dua hal ini selalu akan didapati di dalam pesan atau firman-Nya. Dari sejak mulanya hingga kini. Pesan dari Tuhan akan merupakan peragaan dan pernyataan akan kuasa-Nya, yang menjadi satu dengan sentuhan kasih-Nya. Itulah sebabnya mengapa pesan Injil, yang merupakan kabar baik dari sorga selalu disampaikan dalam suatu kesan yang sangat kuat baik, di dalam demonstrasi kuasa maupun pernyataan kasih yang menembus setiap hati pendengarnya.

Unsur-unsur yang sama tidak akan berbeda di dalam pesan-pesan yang bersifat profetik, yang berasal dari Allah sendiri.

PENERAPAN PRINSIP MAZMUR 62:12-13 DALAM MENGUJI PESAN-PESAN PROFETIK
Sebagaimana yang telah kita ketahui, setiap perkataan yang berasal dari Tuhan mengandung pernyataan kuasa maupun kasih-Nya. Sekali lagi: kuasa dan kasih ILAHI. Tidak dapat lebih rendah dari itu.

Berdasar ini, kita seharusnya dapat mengenali apakah suatu pesan profetik bersumber dari Tuhan atau bukan, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai :

1) KEMAHAKUASAAN TUHAN

Apakah di dalam pesan itu tercermin kemahatahuan-Nya, kemahahadiran-Nya dan pernyataan kemahakuasaan-Nya? Ataukah sekedar berisi pernyataan yang samar, kabur, penuh keraguan maupun tanpa dasar yang jelas?

Apakah ada pernyataan akan penghakiman, mengingat kekuasaan-Nya dipergunakan-Nya untuk menghakimi manusia dan menegakkan keadilan di atas bumi di antara umat manusia?

Apakah ada pernyataan yang memberikan penyingkapan akan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang di dalamnya? Atau hanya pernyataan-pernyataan indah namun tanpa hubungan yang jelas dan sesuai dengan kondisi yang lalu, sekarang maupun yang akan datang?

Apakah di dalamnya ada pesan yang membangkitkan kekuatan dan pengharapan,  mengingat Dia adalah Allah yang perkasa dan penuh kekuasaan dimana tak satupun perkara tak sanggup dilakukan-Nya?

Apakah pernyataan-pernyataan Tuhan itu menunjukkan Ia sebagai penguasa yang berdaulat atau justru menyerupai semacam ilah yang ingin memuaskan hasrat,  kemauan, keinginan dan perintah manusia?

Mengingat Dia adalah Allah yang berdaulat dan sangat berkuasa, adakah pesan bersifat perintah atau instruksi yang jelas serta mendesak pendengarnya supaya melangkah dalam ketaatan, menerapkan strategi-Nya, membayar harga atau bagian yang menjadi kewajiban mereka, alih-alih sekedar memberikan janji-janji yang memanjakan kita?

2) KEMAHAKASIHAN TUHAN

Adakah kita mendengar pesan yang mencerminkan kasih sayang, perhatian, cinta dan kesabaran-Nya, alih-alih perkataan yang hanya mendakwa, menuntut, menekan, yang menjadikan putus asa dan merasa terhukum?

Apakah kita mendapati suatu penghiburan dan janji pemulihan di dalamnya, apabila kita mau hidup di jalan-Nya?

Apakah kita merasakan suatu kasih ilahi, kasih Bapa sorgawi yang mendidik dan mengajar kita sebagai anak-anak-Nya daripada memanjakan dan memuaskan setiap ego atau ambisi kita yang mengejar kenyamanan hidup di dunia?

Apakah isi pesan tersebut akan menarik kita dengan kasih kepada-Nya sehingga kita mendekat dan kasih kita makin bertumbuh kasih kepada Tuhan, ataukah pesan itu sekedar suatu kata-kata indah namun kosong yang berfokus pada perkara lain (yang seringkali duniawi), yang lebij menarik perhatian dan cinta kita pada hal lain daripada kepada Tuhan?

Jika kita datang dengan hati yang bersih disertai hasrat akan kebenaran sejati, maka jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas (disatukan dengan prinsip-prinsip pengujian lainnya) seharusnya menolong kita melihat lebih jelas dalam memastikan setiap pesan apapun (khususnya pesan profetik yang secara khusus diklaim diterima dari Tuhan) berasal dari Tuhan secara murni, tercampur emosi dan pikiran manusia, atau sebagian besar maupun seluruhnya dari rekaan pikiran manusia.


SEBUAH STUDI KASUS: MIKHA BIN YIMLA

– Dalam 1 Raja-raja 22:1-40 dan 2 Tawarikh 18:1-34 dikisahkan momen saat raja Yehuda yang takut akan Tuhan, Yosafat, membuat perjanjian dan rencana untuk berperang bersama raja Israel yang fasik, Ahab. Keduanya pun sebelumnya telah menjadi besan satu sama lain. Yosafat yang terbiasa mencari Tuhan (2 Tawarikh 7:14) meminta untuk bertanya pada Tuhan lebih dulu. Maka Ahab pun mengumpulkan nabi-nabi di seluruh Israel. Empat ratus orang banyaknya datang berkumpul untuk bernubuat di hadapan kedua raja itu.

– Kesemua nabi-nabi yang dipanggil Ahab menubuatkan pesan yang sama:
“Majulah! Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tangan raja” (1 Raja-raja 22:6). Bahkan salah seorang dari nabi-nabi itu, Zedekia bin Kenaana, dengan sangat lancang sembari membuat tanduk-tanduk besi berkata atas nama Yahweh, Allah Israel, “Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.” (22:11). Melihat keberanian Zedekia, nabi-nabi lain makin termotivasi lalu bernubuat lagi untuk saling meneguhkan dengan pesan bernada serupa. 1 Raja-raja 22:12 menyebutkan, “Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: “Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja”

Namun Yosafat meragukan mereka semua. Ia meminta nabi lain, yang dari Tuhan, katanya.

Pertanyaan :  mengapa Yosafat tidak teryakinkan dengan nabi-nabi yang sedemikian banyak dan saling meneguhkan satu sama lain bahwa Tuhan menghendaki Ahab maju berperang lalu meraih kemenangan?

– Kisah berlanjut. Oleh karena permintaan Yosafat, dipanggillah Mikha bin Yimla, seorang nabi yang disebut Ahab sebagai nabi “yang tidak pernah menubuatkan yang baik tentang aku”. Alkitab mencatat bahkan sebelum Mikha menghadap raja, utusan-utusan raja berpesan supaya Mikha menyampaikan ramalan yang baik-baik saja kepada raja. Namun Mikha menolaknya. Meski begitu, Mikha seolah mengejek Ahab ketika ia lebih dulu menyampaikan pesan yang sesuai keinginan raja dan senada dengan nabi-nabi sebelumnya. Tetapi Ahab sendiri pun tahu, Mikha tidak sedang benar-benar menyampaikan pesan Tuhan.

-Dan inilah pesan nubuat Mikha (bandingkan dengan pesan 400 nabi-nabi yang menubuatkan pesan sukses yang sama) :

Lalu jawabnya: “Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.”
Kata Mikha: “Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhta-Nya dan segenap tentara sorga berdiri di dekat-Nya, di sebelah kanan-Nya dan di sebelah kiri-Nya.
Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu.
Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa?
Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian!
Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.”
~ 1 Raja-raja 22:17, 19-23

Inilah yang disampaikannya pula kepada Zedekia yang menamparnya karena menubuatkan hal di atas:

Tetapi Mikha menjawab: “Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.”
~ 1 Raja-raja 22:25

Juga inilah pesan terakhir yang disampaikannya kepada Ahab, ketika raja lalim itu memerintahkan supaya sang nabi ditangkap, dipenjarakan dan diberi makan minum air dan roti yang serba sedikit sampai ia pulang dengan selamat dari perang:

Tetapi jawab Mikha: “Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!” Lalu disambungnya: “Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!”
~ 1 Raja-raja 22:28

Dari sini kita dapat membandingkan lalu membedakan manakah yang benar-benar merupakan pesan asli dari Allah sendiri dan mana pesan nubuatan yang palsu.

– Terlihat dan terasa bagaimana pesan-pesan dari nabi palsu hanya merupakan pesan yang timpang, berat sebelah, dari satu sisi saja, yang bersifat memuaskan ego dan kepentingan (politik maupun pribadi) sang raja. Meskipun tampak seperti janji penyertaan dan kemenangan dari Tuhan, tetapi Yosafat tahu ITU BUKAN SUARA ALLAHNYA!
Dari pesan nabi-nabi (palsu) yang banyak itu tidak terdapat karakter Allah yang seharusnya dapat dirasakan sama seperti saat mempelajari taurat dan pesan nabi-nabi sejati Tuhan.

Hal yang sebaliknya dengan nubuatan Mikha. Meskipun bukan seorang nabi yang terkenal di Alkitab, ia seorang hamba Tuhan dan nabi sejati. Ia menyampaikan pesan yang tajam, bercirikan suara dan pesan yang berasal dari Pribadi yang agung, kudus, penuh kuasa dan berdaulat bahkan atas nasib raja-raja sekalipun. Pesan Mikha menyatakan :

>kemahatahuan Tuhan (yang tampak dalam pernyataan mengenai kondisi Israel, atas kepemimpinan Ahab, penyingkapan alam roh bagaimana sebenarnya nabi-nabi palsu bernubuat dan pengetahuan ilahi yang gamblang akan nasib yang akan terjadi jika Israel berangkat berperang);

>kedaulatan Tuhan atas nasib manusia (yang dinyatakan mengenai nasib yang akan menimpa nabi palsu Zedekia dan kematian Ahab);

>perhatian dan pengetahuan Tuhan atas kondisi umat-Nya (dengan menyampaikan pesan peringatan supaya Israel tidak maju berperang karena akan kalah);

>kasih Tuhan yang mendidik, menghajar dan memperingatkan Israel melalui penyingkapan profetik yang demikian tegas dan keras agar mereka bertobat sehingga diluputkan dari malapetaka yang akan ditimpakan akibat dosa-dosa mereka itu
Keseluruhan pesan Mikha menunjukkan betapa Allah yang menitipkan pesan kepada Mikha sungguh-sungguh menyatakan karakter pribadi-Nya yang tampak dari isi pesan yang disampaikan. Sulit menyangkal bahwa pesan Mikha murni dari Tuhan. Sebaliknya, mudah meragukan pesan para nabi palsu itu benar-benar berasal dari Tuhan.

– Hal yang sama masih terjadi hingga kini. Jiwa-jiwa seperti Ahab yang penuh ambisi dan kepentingan diri, condong mencari dan menerima pesan dari nabi-nabi palsu. Mereka tidak suka akan pesan-pesan yang murni dan sejati dari Tuhan. Bahkan mereka, seperti Ahab, melangkah begitu jauh dengan secara langsung atau tidak langsung meminta pesan-pesan yang menyenangkan hati dan melenakan telinga supaya setiap harapan dan tujuan mereka seakan memperoleh peneguhan dan restu yang berujung berkat-berkat Tuhan bagi mereka.

PELAJARAN BERHARGA MENGENAI PELAYANAN PROFETIK

– Dari kisah nabi Mikha di atas, kita dapat mengambil beberapa kesimpulan penting mengenai pelayanan profetik:

1) Tidak selalu pesan profetik yang menyampaikan pesan yang sama, dan yang disampaikan oleh sekian banyak orang yang saling bernubuat dan saling meneguhkan pesan profetik satu sama lain pasti merupakan pesan yang sejati dari Tuhan. Hal ini terbukti dari pesan-pesan kedatangan Tuhan kedua kali yang banyak dinubuatkan orang dari seluruh penjuru dunia, nyatanya tidak pernah terjadi sehingga menjadi suatu aib yang merusak reputasi pelayanan profetik;

2) Sekalipun hanya satu orang saja yang menyampaikan pesan profetik, bisa jadi itu yang benar-benar pesan yang benar dan murni dari Tuhan. Kebenaran dan ketepatan pesan dari Tuhan ditentukan dari isi pesan itu, BUKAN dari banyaknya orang yang menubuatkan hal yang sama yang kemudian dianggap sebagai pesan yang dari Tuhan karena banyak yang meneguhkan;

3) Tidak selalu apa yang disebut sebagai “nubuatan”, yang diklaim sebagai suatu pesan Tuhan yang dipercayakan kepada seseorang, benar-benar merupakan pesan dari Tuhan.
Sangatlah mungkin itu hasil dari pikiran manusia, atau hasil dari seseorang yang sepertinya mendengar suara dari alam roh lalu menyimpulkannya sebagai dari Tuhan (padahal dari roh dusta yang berbicara kepadanya) atau bisa juga itu merupakan suatu pesan yang belum jelas lagi matang tetapi disimpulkan dan diolah sendiri menurut pikiran dan pandangan pribadi lalu mengklaimnya sebagai suatu pesan yang berasal dari Tuhan.
Di sini kita bisa melihat bahwa sumber-sumber pesan profetik yang keliru dan bukan dari Tuhan bisa berasal dari : pikiran sendiri, suara roh jahat yang menyesatkan (iblis yang menyamar sebagai malaikat terang), pengungkapan profetik yang sepenggal-sepenggal lalu disimpulkan sendiri, atau campuran dari dua atau tiga sumber tersebut;

4) Orang yang terbiasa berjalan bersama Tuhan dan sungguh-sungguh mencari Tuhan, tidak sukar mengenali suatu pesan itu berasal dari Tuhan atau dari sumber-sumber yang lain. Dalam kisah Mikha, Yosafat sebenarnya tahu mana pesan yang berasal dari Tuhan, namun ia mengeraskan hatinya dengan maju berperang. Ketika pesan Tuhan datang melalui nabi lain bahwa Tuhan murka pada sang raja, Yosafat menerima dengan hati terbuka dan bertobat (2 Tawarikh 19:1-3) yang menunjukkan bahwa ia menyesal tidak mendengarkan pesan Tuhan melalui nabi Mikha;

5) Pesan Tuhan selalu mencirikan posisi dan otoritas-Nya sebagai Allah yang berkuasa, yang mengasihi umat-Nya dan merindukan mereka mencari kedekatan dengan Dia serta hidup dalam rencana kehendak-Nya. Itu sebabnya pesannya selalu merupakan pesan yang menyadarkan, mendidik, dan mengarahkan umat atau hamba-Nya kepada jalan kebenaran serta kehendak-Nya. BUKAN SEKEDAR PESAN-PESAN YANG TERDENGAR MENYENANGKAN DI TELINGA, MEMBAKAR SEMANGAT SERTA MOTIVASI ATAU YANG  MEMBERIKAN HIBURAN PALSU TANPA DESAKAN AKAN PERUBAHAN DAN MEMBAYAR HARGA KETAATAN.

6) Dari sikap Ahab bahkan Yosafat, kita tahu bahwa kecenderungan manusia adalah mengabaikan pesan-pesan sejati yang dari Tuhan; lebih suka menuruti langkah dan rencana mereka sendiri daripada dengar-dengaran akan Tuhan dan berlaku taat akan peringatan dan perintah Tuhan itu. Terhadap kecondongan sikap hati ini seharusnya kita waspada dan rajin memeriksa diri supaya tidak menggenapkan tabiat manusia yang tegar tengkuk ini.

7) Mengamati apa yang terjadi pada Mikha, yang tampaknya mengalami perlakuan dan nasib yang sama dengan semua nabi sejati dari Tuhan, maka kita setidaknya dapat mengenali bahwa pembawa pesan Tuhan sejati kerapkali mengalami penolakan yang hebat dan dipandang rendah oleh banyak orang ketimbang diterima, disukai dan dipuji-puji orang. Suatu hal yang jarang dialami nabi-nabi palsu.

8) Penolakan terhadap pesan profetik sejati akan dinilai Tuhan sebagai penolakan terhadap Tuhan sendiri yang akan melakukan pembalasan yang setimpal pada setiap orang atau bangsa yang menolak mendengarkan Dia. Sebaliknya penerimaan terhadap pesan profetik sejati akan menambahkan kasih karunia yang diperlukan untuk seseorang atau suatu bangsa berjalan dalam melaksanakan kerinduan-Nya itu.


KESIMPULAN

Membedakan suara Tuhan dapat dilakukan dengan meneliti pesan nubuatan yang disampaikan itu: apakah mencirikan dua hal yaitu kemahakuasaan dan kemahakasihan Tuhan, yang akan melakukan apapun yang menjadi keputusan kehendak-Nya atas nasib manusia. Pesan itu merupakan pesan yang penuh kuasa namun sekaligus juga merupakan nasihat yang diberikan oleh karena kasih yang besar.

Pesan Tuhan tidak pernah datang dengan satu wajah atau satu sisi. Hanya penghakiman atau hanya penghiburan. Ada teguran, peringatan dan hajaran namun juga ada penghiburan, janji pengharapan dan berkat jika kita hidup dalam kehendak-Nya itu. Sebab : “Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula” (Ayub 5:17-18)

Kiranya Roh Kudus menolong kita dan memberikan hikmat serta pewahyuan-Nya bagi kita semua untuk membedakan dan memastikan mana yang merupakan suara Tuhan bagi kita.

SALAM REVIVAL!
INDONESIA PENUH KEMULIAAN TUHAN

SERI PENGAJARAN TERKAIT MENGUJI NUBUAT :

PESAN YANG REVOLUSIONER

Oleh : Rick Joyner
Mengapa Tuhan mengutus Petrus kepada
orang-orang Yahudi dan Paulus kepada bangsa-bangsa lain? Tidakkah
sepertinya Tuhan salah
menempatkannya?

Setelah menjadi murid guru besar Gamaliel,
Paulus akan jauh lebih dihormati dan diterima secara lebih baik oleh orang-orang
Yahudi daripada Petrus, seorang nelayan sederhana. Di sisi lain, Petrus akan
jauh lebih dapat diterima oleh orang-orang bukan Yahudi daripada Paulus,
“seorang Farisi yang paling Farisi”
sebagaimana orang-orang bukan Yahudi membenci orang Farisi. Mengapa Tuhan
mengirim mereka masing-masing kepada orang-orang yang secara alami akan
bersikap ofensif terhadap mereka?

Mungkin itu karena mustahil untuk menggenapi
tujuan mereka tanpa pertolongan Roh Kudus.

Tidak ada yang lebih revolusioner dalam
sejarah seperti Injil. Kekristenan yang sejati sangat berbeda dari agama atau
filsafat lain mana pun di dunia, dan itu menghasilkan budaya yang berbeda dari
yang lain. Inilah sebabnya mengapa orang-orang Kristen di gereja mula-mula
menonjol secara dramatis. Saat ini, justru sulit untuk membedakan orang Kristen
dari orang lain pada umumnya dalam budaya, bahkan dalam masalah perilaku dan
karakter dasar. Sesuatu yang sangat penting telah lenyap.

Ada satu faktor kemungkinan penyebab bagaimana
Injil berubah dari bagaimana Dia datang untuk menyelamatkan kita dari dosa kita
menjadi bahwa Dia datang untuk menyelamatkan kita dari masalah kita.

Hampir setiap pesan yang diberitakan hari ini
lebih berpusat pada manusia daripada berpusat pada Tuhan.

Ini semua tentang apa yang akan Dia lakukan
untuk kita dan sangat sedikit tentang apa yang dituntut dari kita.

Mungkin ini adalah hasil dari bagaimana
Amanat Agung telah diubah dari memuridkan menjadi mempertobatkan. Sekarang
sulit bahkan untuk menemukan murid sejati menurut definisi Tuhan tentang
seperti apa seharusnya murid-murid-Nya itu.

Mungkinkah ini karena cara dangkal dari
orang-orang ketika dilahirkan kembali?

Sebuah penelitian telah dilakukan beberapa
dekade yang lalu tentang cara seseorang dilahirkan mungkin memiliki dampak
besar pada bagaimana mereka akan menjalani hidup mereka. Ketika prosedur
kelahiran itu berupa “bius mereka lalu tarik mereka” dirancang (yaitu
membius ibu dan menarik keluar bayi sehingga hanya ada sedikit rasa sakit bagi
ibu), generasi yang mengalami prosedur kelahiran tersebut menjadi pemburu
obat-obatan (narkoba) dari generasi tahun 1960-an dan 1970-an.

Yang mana itu semua terkait melakukan apa yang
membuat Anda merasa nyaman dan dapat menghindari rasa sakit.

Saat ini, penginjilan telah sering direduksi
(dikurangi inti pesannya) menjadi sekedar mengkhotbahkan pesan-pesan iman yang
dangkal serta sekedar menyampaikan semua hal-hal besar yang Tuhan akan lakukan
untuk kita; juga meminta orang hanya mengangkat tangan mereka untuk
“memberikan hidup mereka kepada Yesus” sementara semua orang lain
menundukkan kepala supaya tidak mempermalukan mereka yang mengangkat tangan
itu.

Kemudian kita bertanya-tanya mengapa hanya
sekitar 5% dari orang yang bertobat ini yang bergabung ke gereja dan terus
menjadi pengikut Yesus. Pada abad pertama, 100% dari mereka yang memberikan
hidup mereka kepada Tuhan ditambahkan ke gereja, dan sejak saat itu iman mereka
dibuktikan dengan penganiayaan dan ancaman eksekusi.

Apakah orang-orang Kristen abad pertama yang
sangat radikal, berbeda dari orang-orang Kristen sekarang ini karena mereka
telah diubah secara radikal saat mereka “dilahirkan kembali,” dengan dipanggil
untuk memiliki komitmen yang radikal?

Komitmen yang radikal ini ditunjukkan dalam
kehidupan para rasul yang berkhotbah pada mereka (jemaat mula-mula) — suatu
kehidupan yang telah diserahkan untuk bergantung sepenuhnya pada Roh Kudus
sehingga mereka secara rohani melahirkan orang-orang yang berjalan dalam
kepatuhan total yang sedemikian. Seperti yang Tuhan tetapkan pada awalnya,
masing-masing akan mereproduksi “menurut jenisnya masing-masing.” (lihat
Kejadian 1:12, terjemahan Inggris)

Jika kita dilahirkan dalam Tuhan melalui pesan
yang dangkal semacam itu, dan berada dalam budaya Kristen yang dangkal, kita
barangkali ingin mengajukan pertanyaan yang Nikodemus tanyakan pada Tuhan
ketika membahas tentang hal dilahirkan kembali: “Dapatkah seseorang masuk lagi
ke dalam rahim ibunya? “atau” Bisakah kita dilahirkan kembali,
lagi?”

Jawabannya adalah” ya”

Ditempelak kembali atas dosa kita, atau atas
pengabdian dan ketaatan kita yang dangkal kepada Tuhan, dapat membawa kita pada
pertobatan, bahkan pada lebih banyak transformasi radikal dalam kehidupan kita
daripada ketika kita membuat komitmen yang dangkal seperti sebelumnya.

Jika kita benar-benar murid Raja segala raja,
maka lebih dari segalanya, hidup kita akan lebih banyak dipengaruhi oleh
pengabdian untuk belajar tentang Dia, untuk melakukan kehendak-Nya, untuk
menjadi seperti Dia, dan untuk melakukan pekerjaan yang Dia lakukan.

Seperti kata pepatah populer, “Hari ini
adalah hari pertama dari sisa hidup Anda.”

Mengapa tidak menjadikannya awal yang baru,
dengan tekad yang baru untuk tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri tetapi
untuk Dia — untuk melakukan semua hal demi Injil-Nya, dan untuk tidak
mengasihi hidup kita sendiri bahkan meski kita harus mati, sehingga kita dapat
benar-benar hidup?

https://www.morningstarministries.org/resources/word-week/2018/revolutionary-message-book-revelation#.XGYnVqoxfqA

WAKTUNYA UNTUK MERENUNG : TERMASUK KRISTEN MANAKAH ANDA?

Oleh Peter B

BAGAIMANA JIKA ADA PERNYATAAN :
Jokowi PASTI Menang Pilpres 2019!

Kemungkinan reaksi yang muncul dari orang-orang Indonesia adalah :

Pendukung Prabowo : “Jangan kepedean, elektabilitas paslon kami terus meningkat. Main klaim tanda kepanikan”

Pendukung Jokowi : “Hati-hati, ini pasti jebakan kubu sebelah. Supaya kita terlena dan kendor berkampanye memenangkan Jokowi. Jangan percaya dulu”
Para pengamat politik dan sosial : “Tidak kaget, memang sudah kami analisis dan perkirakan, termasuk survey-survey sudah menunjukkan demikian”
Para suhu dan paranormal : “Sudah kami prediksikan sejak lama kalau memang Jokowi menang besar. Inti nah kami sudah tahu”

Warga skeptis : “Siapapun yang menang, nasib kami ya begini-begini saja dari dulu”

Motivator : “Siapapun presidennya, nasib kita di tangan kita sendiri. Kita sukses bukan karena presiden tapi karena kerja keras dan kreatif.”
Orang Kristen pendukung Jokowi : “Yes, itu persis dengan yang kami doakan, harapkan dan yakini selama ini.”
Orang Kristen pendukung Prabowo : “Pernyataan dari mana itu? Pemilu belum berlangsung kok. Kami masih yakin dan percaya Prabowo diurapi Tuhan memimpin Indonesia.”

Orang Kristen yang apolitik dan skeptis : “Apa urusannya dengan aku, yang penting doa dan ibadah. Semua pemerintahan ditentukan Tuhan kan. Jadi tidak perlu ikut-ikutan mengurusi hal-hal semacam ini”

Mayoritas warga Indonesia : “Kalau itu sih tiap hari kita dengar. Pendukung-pendukung Jokowi di berbagai media selalu klaim seperti itu kok”

BAGAIMANA JIKA ADA PERNYATAAN :
Jokowi PASTI Menang Pilpres 2019, ITU KATA TUHAN MELALUI NUBUATAN!”

Kemungkinan reaksi orang Kristen Indonesia :

Kristen Pendukung Jokowi Yang Percaya Nubuatan : “Wah persis seperti yang kami terima dalam doa. Juga sudah dinubuatkan pendeta Afrika dan pendeta² dari berbagai gereja Indonesia. Kan ini juga sama dengan pesan nubuatan yang viral di grup² WA kalau Tuhan berkenan memakai Jokowi”

Kristen pendukung Jokowi Yang Tidak Percaya Nubuatan  : “Ah tidak usah percaya nubuatan²lah. Itu sudah masa Perjanjian Lama. Nubuatan sudah berakhir begitu Alkitab dirumuskan. Ini doktrin keliru. Tuhan tidak mungkin bicara seperti itu”

Kristen Pendukung Prabowo : “Pasti itu dari pendukung Jokowi yang pakai² nubuatan atas nama Tuhan segala. Ayo kita cari apa ada yang menubuatkan Prabowo jadi presiden.”

Kristen Yang Tidak Setuju Orang Kristen Berpolitik : “Ini pasti akan bikin kacau. Agama dibawa-bawa ke politik. Rohani ya ngurusi rohani aja, ndak usah ikutikutan politik. Bikin kisruh suasana saja. Masak Tuhan sampai bicara dukung mendukung dan berpihak ke salah satu calon segala!”

Kristen Yang Skeptis Dan Dari Dulu Cukup Puas Jadi Penonton Saja : “Kita tunggu sajalah pertunjukan Tuhan. Wait and see. Kan nanti terbukti mana nubuatan yang benar dan apa nubuatan ini terjadi. Toh semua pemerintahan ditetapkan Tuhan. Pasrah saja siapapun yang dipilih Tuhan”

Kristen Yang Puas Dengan Kinerja Jokowi : “Baguslah. Memang Jokowi harus menang. Daripada yang onoh. Lebih baik Jokowi. Setidaknya masih ada harapan daripada dipimpin yang suka hoax dan sandiwara”

Kristen Yang Tidak Puas Dengan Kinerja Jokowi : “Bagaimanapun Jokowi tidak ada tanda-tanda memperhatikan orang-orang Kristen. Kira-kira memang Jokowi memang menang. Tapi aku tetap golput.”

Kristen Yang Mencari Kehendak Dan Pimpinan Tuhan : “Jika memang benar Tuhan berbicara melalui pesan profetik seperti itu, mari kita cari tahu dan dalami lebih lagi. Mari kita duduk bersama dan mempelajari pesan Tuhan tersebut. Jika memang Tuhan mengijinkan Jokowi kembali memimpin negeri ini, apa alasan dan pertimbangan dari keputusan-Nya itu? Adakah itu akan saling melengkapi dengan pesan lainnya? Bukankah Tuhan masih berbicara melalui berbagai cara hingga sekarang? Ia pun akan memberikan potongan-potongan informasi supaya kita yang hanya mengetahui sebagian saja dapat saling menguatkan dan meneguhkan satu sama lain sehingga menjadi semakin dan sangat jelas apa yang Tuhan kehendaki bagi bangsa ini. Memang banyak nubuatan yang disampaikan terkait Jokowi tetapi kita harus memastikan mana yang merupakan pesan sejati dan murni dari Tuhan dengan suatu pesan yang jelas bagi kondisi Indonesia. Dari sana kiranya akan semakin terang mana langkah dan arah yang akan kita tuju sesuai yang Tuhan kehendaki.”

Termasuk Kristen yang manakah Anda?

Seperti apa Anda sebagai orang Kristen akan merespon dan menyikapi pernyataan tentang Jokowi di atas?

Selamat merenung dan introspeksi….

PERSPEKTIF PROFETIK: MENGENAI PILPRES 2019

(Untuk kalangan sendiri / umat Kristen lndonesia) 

PENGANTAR
Sebelumnya saya
ingin menegaskan bahwa perspektif profetik ini hanya ditujukan untuk kalangan
sendiri dan
saya tidak dalam rangka mengkampanyekan
atau menyudutkan pihak-pihak tertentu.
Pesan ini murni saya sampaikan sesuai dengan pewahyuan yang telah Tuhan berikan kepada saya. Saya sekedar mengikuti pimpinan Roh Kudus
untuk menyampaikan pesan ini kepada
umat
Tuhan di Indonesia
.
Perspektif profetik ini bermaksud menyampaikan penjelasan kepada gereja-gereja Tuhan dari sudut pandang profetik
terkait kondisi mereka dan terkait pemerintahan di Indonesia,
serta gambaran sekilas akan masa depan Indonesia setelah pilpres 2019 (yang secara lebih jelas dan rinci akan kami sampaikan dan bagikan secara eksklusif kepada kalangan sendiri yang berminat mengetahui
kehendak Tuhan untuk bergerak sesuai kehendak-Nya
),
Faktor yang
penting saat kita membaca perspektif profetik, 
pengajaran, buku-buku rohani, mendengarkan  khotbah adalah BUKAN
SEKEDAR
MENGISI PIKIRAN
KITA
DENGAN BERBAGAI PENGETAHUAN

ROHANI
TETAPI UNTUK
SELANJUTNYA MENGHUBUNGKAN
PENGETAHUAN
ROHANI TERSEBUT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEHINGGA KEMUDIAN PENGETAHUAN
ROHANI TERSEBUT MEMBAWA MANFAAT BAGI HIDUP KITA KARENA
PENGETAHUAN TERSEBUT MENGANTARKAN KITA
SAMPAI PADA
PENGERTIAN AKAN POSISI
ROHANI KITA
SAAT INI, AKAN MAKSUD
HATI TUHAN DALAM HIDUP KITA
, SERTA LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS YANG HARUS KITA LAKUKAN HARI DEMI HARI.
DENGAN DEMIKIAN PIKIRAN
, HATI DAN KEHIDUPAN
KITA
SELALU
TERHUBUNG DENGAN
PERKARA-PERKARA DARI SORGA. Oleh karena itu, perspektif
profetik pada puncaknya seharusnya menjadi petunjuk strategis agar kita
bergerak
selaras dengan Tuhan dan
mengalami kemenangan bersama Dia.
Jika kita dapat memahami
dan
meresponi pesan Tuhan
dengan tepat
, itu akan membawa kita masuk dalam tingkat rohani yang lebih
tinggi. Menerima
pengertian-pengertian
baru (
hikmat dari Sorga)  yang berhubungan dengan rahasia pikiran dan hati
Tuhan.
Memperoleh pimpinan
Tuhan secara supranatural (p
engalaman baru berjalan bersama Tuhan). Menerima pewahyuan terkait kondisi pribadi dan bangsa.
Kehidupan dan pelayanan kita akan
diurapi Tuhan sehingga Tuhan pakai sebagai sarana
membangkitkan gairah untuk bersekutu dengan
Tuhan, menyingkapkan pengertian-pengertian yang baru akan jalan Tuhan,  dimampukan menjadi teladan
serta menjadi agen-agen ilahi demi mengadakan terobosan
rohani
di bangsa ini.
SEBALIKNYA, kegagalan
kita meresponi pesan Tuhan akan membuat hidup kita seperti orang Israel yang
berputar-putar
dan akhirnya
binasa di padang gurun rohani
(yaitu
tidak mengalami pertumbuhan rohani, sulit membedakan mana kehendak Tuhan dan
pribadi
).
Dan Tuhan menjelaskan orang yang meresponi pesan-pesan Tuhan sekehendak
hatinya sendiri akan jatuh
pada salah satu dari
dua sisi.  Di satu sisi, ia akan jatuh
dan
hanyut dalam
arus kebodohan dan kesombongan
(suatu
keadaan yang t
idak memiliki kepedulian akan kehendak Tuhan namun dengan lancang mengutip bagian-bagian
tertentu dari firman Tuhan, pengajaran,
perspektif profetik untuk meneguhkan maksud hatinya
sendiri)
.
Kesombongan dalam hat
i membuat hatinya tidak
merasakan beban apa pun
seperti
perasaan bersalah
karena pikirannya terlalu sibuk membenarkan dan membanggakan dirinya sendiri. Jika tidak demikian, ia dapat jatuh
pada sisi lainnya : berpotensi
terjerumus
dalam arus kekecewaan dan keputusasaan
(pikirannya menjadi tertekan karena
kekuatiran dan ketakutan menguasai hatinya lalu berusaha menghadapi berbagai
masalah dalam h
idupnya
sesuai dengan  caranya sendiri).
Kedua sisi tersebut
hanya
akan membuat kita
menjadi
pribadi yang egois
dan
menjauhi persekutuan dengan Tuhan.
Oleh karena itu pastikan respon Anda adalah siap menyambut, menguji dan
melakukan
petunjuk dari Tuhan. Sebab respon kita akan menentukan
arah
dan langkah kita selanjutnya.
A
pakah kita
sedang
memposisikan diri berdiri
di pihak Tuhan atau berseberangan dengan Tuhan??
? 
Saya berdoa kiranya Tuhan melimpahkan
kepada kita
hati yang baru.  Hati yang jujur, tulus, berlimpah dalam kasih, takut akan Tuhan sehingga Tuhan berkenan menyingkapkan pengertian-pengertian yang baru saat membaca perspektif
profetik
ini. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh
mencari kehendak Tuhan yang akan dimampukan untuk mengerti rahasia dibalik
petunjuk-petunjukNya
dalam perspektif
profetik ini
. Tuhan memberkati
I.     
PERJUANGAN
DUA CAPRES DI PILPRES 2019
Kita
mengetahui bersama-sama bahwa pada tanggal 17 April 2019, bangsa kita akan
mengadakan pesta demokrasi. Rakyat berhak memilih presiden, DPD RI, DPR RI,
DPRD
provinsi, DPRD kab/kota. Sebelum kita membuat
keputusan dalam pemilihan nanti s
aya mendorong umat Tuhan di
seluruh Indonesia
untuk mencari tahu dan mengamati kualitas karakter, kepemimpinan,
kebijakan-kebijakan (yang mencerminka
n ideologi-ideologi yang
diyakini), serta program-program
masing-masing calon presiden dan
legislatif.
Tuhan akan memakai berita-berita dan analisis dari pengamat politik,
penulis di media sosial untuk menyingkapkan kepentingan-kepentingan yang disembunyikan oleh
capres dan cawapres
. Salah satu sarana kita menguji kemampuan dari kepemimpinan capres dan cawapres adalah
menguji pernyataan capres dan cawapres melalui
acara diskusi maupun debat yang dari sana kita
dapat mengetahui
kualitas dari visi, program, solusi yang ditawarkan
calon-calon pemerintah ini terkait masalah 
rumit dalam bangsa ini termasuk karakter mereka sebagai pemimpin. Lebih
dari itu, umat Tuhan seharu
snya tidak sekedar mengetahui kualitas kepemimpinan
dari capres
dan cawapres tetapi
umat Tuhan juga mampu mengetahui
proses, takdir dan rencana Tuhan bagi bangsa ini sehingga hati kita limpah
dengan

sukacita
, damai sejahtera, harapan baru serta dipenuhi kekuatan
menanggung segala sesuatu sekalipun bangsa ini sedang terpuruk dalam berbagai
krisis harapan,  krisis
kepemimpinan,  krisis sukacita, dan  krisis pertumbuhan rohani.
Sebab Tuhan telah
berjanji
(berlaku bagi orang-orang yang mau mencari dan hidup dalam kehendakNya) akan
melimpahkan
pengertian dan pewahyuan secara supranatural
sampai gereja-gerejaNya mengerti dengan
jelas apa
yang menjadi kehendakNya di pilpres 2019 dan
bagaimana
langkah
selanjutnya hidup di bawah periode 
pemerintahan yang baru lima tahun ke depan.
Terkait capres dan cawapres, Tuhan memberitahukan kepada saya bahwa masing-masing capres masih belum memiliki jiwa yang besar
untuk berdiri diatas semua golongan. Keduanya belum memiliki
tujuan (visi)
baru
yang
besar di masa depan. B
elum memiliki cara-cara
jitu
untuk menyelesaikan berbagai masalah di bangsa ini, termasuk mengendalikan para
elit politik

yang turut
terlibat secara tidak langsung menyiasati hukum dan bermaksud
mengubah ideologi
bangsa ini.
Kita
mengetahui salah satu capres
telah menunjukkan kemampuannya dalam
membangun infrastruktur dan ekonomi
di bangsa ini
sehingga perdagangan di Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain. Di
sisi lain kita juga melihat berbagai kasus
dalam negeri
yang sensitif karena merampas persatuan, hak beragama,  beribadah, 
keadilan seperti
yang terjadi atas korban-korban intoleransi, maupun korban
pemerkosaan dan penculikan mahasiswa tahun 1998, termasuk kasus skandal salah
satu bank yang pernah dijanjikan untuk diselesaikan oleh presiden namun sampai
hari ini tampaknya tetap tidak tersentuh.
Cawapres yang dipilih mendampinginya juga seorang tokoh agama
yang belum lama t
urut memperkeruh secara politik terkait kasus dari seorang kepala daerah.
Pada sisi lain, capres yang menjadi
penantangnya telah beberapa kali melakukan manuver politik yang pada dasarnya
memperbesar isu-isu yang tidak jelas
di media sosial seperti memberikan
dukungan pada seorang ibu yang mengaku telah dipersekusi sekelompok orang (yang
dikesankan suruhan lawan politik) padahal kenyataannya ia

baru
saja
menjalani operasi plastik.
Cawapres pendampingnya
juga
pernah mengkampanyekan program-program yang disebut pro rakyat sewaktu
mencalonkan diri dan sempat menjadi wakil kepala daerah, namun program-program
tersebut belum jelas pelaksanaannya
.
Intinya kedua capres dan cawapres hanya fokus memenangkan
pilpres 2019

dengan melakukan segala cara dan menggunakan berbagai janji. Kedua
calon
presiden
telah mengabaikan
beberapa masalah yang pelik di bangsa ini seperti
pentingnya perubahan
mental, masalah
intoleransi yang
melibatkan tokoh-tokoh agama, juga tokoh-tokoh masyarakat yang merenggut hak
beragama/beribadah, merenggut hak orang-orang yang menjadi korban ketidakadilan
dan pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu, maupun
korupsi yang melibatkan para
elit politik.
Bahkan kedua capres belum memiliki
tujuan (visi) baru yang
jelas dan besar sehingga belum mampu membangkitkan
harapan, inspirasi,
motivasi
, semangat serta menggerakkan masyarakat Indonesia untuk berjuang bersama
presiden
.
Sesungguhnya Indonesia tidak lagi memproduksi pemimpin besar seperti
d
i masa tahun 1945 dimana seorang Soekarno muncul untuk membangkitkan harapan
baru, inspirasi, tujuan (visi) yang jelas
. Kepemimpinan
Soekarno menggerakkan masyarakat Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan
bangsa Indonesia dan
mempengaruhi pemimpin-pemimpin di dunia serta mengadakan kerjasama dengan negara-negara lain untuk
mengubah dunia
. Sesungguhnya masalah di Indonesia bukan hanya di
bidang ekonomi dan infrastruktur namun masih pada banyak bidang lainnya yang
belum diselesaikan dengan baik.
II.    SIKAP GEREJA-GEREJA DAN KONDISI INDONESIA MENJELANG PILPRES 2019
Banyak orang Kristen
memisahkan antara politik, yang dalam hal ini pemilihan presiden dengan
kehendak Tuhan. Ironisnya, di sisi lain orang-orang
sering
memanfaatkan
nama Tuhan, mengutip pengajaran atau perspektif profetik dan dari ayat-ayat
Alkitab untuk membenarkan tindakan dan pilihan politiknya di pilpres. Artinya
sebagai gereja Tuhan, kita
lebih suka membenarkan diri,  memanfaatkan segala sesuatu untuk
memenuhi keinginan hati kita, 
daripada melakukan
pencarian yang tulus
demi memahami kehendak Tuhan.
Pertengahan bulan Oktober 2018,
saat berdoa
syafaat Tuhan memberikan penglihatan yang menjelaskan kondisi gereja-gereja dan
pemerintahan di bangsa ini.
Pada awal penglihatan ini Tuhan
menyampaikan,
Selama ketidak-jujuran
menilai segala sesuatu masih menguasai
hati bangsa ini maka mereka
(orang-orang Indonesia)
akan sulit untuk melihat
suatu perkara dengan jelas. Mereka tetap sulit menemukan akar masalah mereka sehingga
tidak akan mempunyai solusi yang terbaik atas masalah-masalah mereka itu.
Mereka masih akan sulit
membedakan antara kejujuran dan kebohongan, keadilan
dan ketidakadilan,  kebenaran dan
kejahatan, ketulusan dan kemunafikan bahkan mereka dapat kehilangan jati
dirinya.”
Lalu
tak lama
Tuhan
menggambarkan kondisi gereja-gereja dan bangsa ini dalam bentuk
penglihatan: 
Tampak seorang pria berusia empat puluh tahun
sedang berjalan-jalan di tengah pasar (Tuhan menjelaskan bahwa pria tersebut
merupakan pejabat/pemimpin yang dihormati, berpengaruh, berpendidikan). Pria
tersebut
diikuti dan
dikelilingi
orang-orang yang mengagumi
dirinya
(semacam fans
atau penggemar)
. Pria ini tidak puas
dengan jumlah
fansnya karena orang-orang di pasar masih banyak yang belum memperhatikan dirinya
akhirnya ia merencanakan untuk melakukan sesuatu yang dapat menarik perhatian
banyak orang. Pria ini mendatangi kios-kios yang rusak dan meminta
para fansnya
membantu memperbaikinya
,
m
embeli barang-barang di pasar, memberikan
bantuan
dana
kepada para pedagang dan warga di sekitar.
Setelah itu ia memandang sekelilingnya namum ia
melihat jumlah fansnya hanya bertambah sedikit.  Wajahnya menunjukkan rasa tidak puas dengan
jumlah orang-orang yang mengikutinya.
Saat itu langit cerah. Banyak orang tampak lelah, jenuh,  putus asa. Kemudian
pria
tersebut melangkah
menuju jalan dimana di sekitar jalan tersebut banyak genangan air yang
berlumpur dan secara spontan pria tersebut
memasukkan
wajahnya ke dalam genangan air
tersebut
(saya sendiri  sepertinya wajah saya
merasakan suatu sensasi dingin tapi tidak bisa melihat apa-apa). Lalu pria tersebut
mengangkat wajahnya, berseru dengan suara nyaring sambil menunjuk ke genangan air tersebut, “Aku melihat dasar
laut yang begitu indah dari genangan air berlumpur
ini!” Anehnya
ti
ndakan pria tersebut akhirnya diperhatikan dan diikuti orang-orang dari berbagai profesi. Mereka MENGIKUTI dan
MEMBICARAKAN apa yang dilihat oleh pria tersebut. Mereka menganggap pria
tersebut

satu-satunya yang
memiliki kelebihan
khusus seperti dapat melihat dasar laut dari genangan air yang kotor.
Inilah gambaran sikap gereja-gereja,
para pemimipin dan mental masyarakat Indonesia. Mereka memilih membutakan diri
dengan mempercayai perkataan
tokoh idolanya yang belum teruji
prinsip-prinsip dan pandangannya, dan dengan demikian mengabaikan kehendak
Tuhan!
Sesungguhnya ketidakjujuran dari
tokoh-tokoh masyarakat,  para pemimpin
rohani, pejabat pemerintah, atau elit politik
dalam menilai dirinya sendiri hanya akan
membangkitkan harapan, inspirasi, motivasi dan tujuan yang

palsu
.
Tindakan mereka
seakan-akan membangun bangsa namun sebenarnya tanpa sadar merusak mental dan
moral kehidupan banyak orang sehingga
hanya akan menambah
jumlah
pendukung-pendukung buta di bangsa ini.
Ada tiga
poin utama yang perlu menjadi perhatian kita
terkait sikap
gereja-gereja dan kondisi bangsa Indonesia
berdasarkan penglihatan diatas:
Pertama, umat Tuhan
masih menggantungkan masa depan hidupnya pada tokoh-tokoh politik
tertentu dan
tidak peduli akan kehendak Tuhan.
Ketergantungan
yang dimaksudkan adalah kita lebih banyak memikirkan, mencari tahu, meletakkan
pengharapan, kepercayaan dan dukungan yang sangat besar kepada manusia untuk
mengubah keadaan pemerintahan Indonesia.
Pada sisi
lain, kita lupa mencari, menyelidiki dan menghubungkan pilpres 2019 dengan
kehendak Tuhan. Kita meyakini hati nurani tetapi jarang introspeksi diri
. Akibatnya kita jadi mudah ditipu oleh kelicikan hati sendiri yang sarat dengan kepentingan pribadi.

Hal ini pernah saya sampaikan dalam salah satu perspektif profetik “MENGENAI PEMERINTAHAN YANG BARU” yang sudah dirilis tahun 2014 menyingkapkan kehendak Tuhan atas gereja-gereja di Indonesia bahwa,

“Peran gereja-gereja yang radikal seperti mencari, menyelidiki kehendak Tuhan, menguji segala sesuatu serta bergerak sesuai pimpinan Tuhan memiliki peran yang sangat penting bagi arah dan tujuan masa depan di Indonesia.

Sebab salah satu tanda profetik bahwa gereja-gereja telah menjadi radikal dalam Kristus adalah dengan munculnya para pemimpin nasionalis yang jujur, tulus, berani (berdiri dan memperjuangkan kepentingan semua golongan) dan berhikmat (menyelesaikan berbagai masalah yang pelik di bangsa ini serta menindak tegas para elit politik, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha yang memperkeruh suasana politik di bangsa ini)”

Namun Tuhan menyampaikan bahwa sikap gereja-gerejaNya masih belum berubah, yaitu tetap menjadi pendukung-pendukung buta. Kita mengabaikan perspektif profetik tersebut lalu kita berkata di dalam hati bahwa “Kita harus memilih menggunakan hati nurani dengan jujur dengan harus memilih Jokowi/Prabowo supaya nasib Indonesia di masa depan menjadi lebih baik” Pernyataan tersebut sesungguhnya telah sampai dihadapan Tuhan dan menyakiti hati Tuhan. Sebab Tuhan menjelaskan bahwa alas an tersebut menyingkapkan kemalasan gereja-gerejaNya untuk menguji dan mencari kehendak Tuhan yang sejati khususnya terkait pilpres 2019. Inilah sikap hati yang tidak jujur. Bagaimana kita dapat menilai dengan tepat jika hati nurani kita tercemar dengan ketakutan dan kekuatiran? Hal ini mengingatkan saya akan perspektif profetik yang berjudul “KRISIS KEJUJURAN MENILAI DIRINYA SENDIRI” dirilis di blog Worship Center Indonesia pada akhir November 2016 menyatakan,

“Di awal bulan September 2016 saat saya berdoa syafaat untuk Indonesia, Tuhan mengatakan dengan jelas, “Indonesia akan memasuki masa krisis kejujuran untuk menilai dirinya sendiri. Sebab Aku mendapati hati mereka (umat Tuhan) lebih menyukai dusta daripada kebenaran. Mereka mendustai dirinya sendiri demi mendapatkan (tujuan pribadi seperti) kenyamanan dan kenikmatan hidup di dunia.” (bandingkan dengan Yer. 7:8-10). Saat fokus hidup kita hanya mengejar kenyamanan dan kenikmatan hidup di dunia, maka pintu hati kita mulai tertutup untuk pimpinan Roh Kudus yang menuntun kita membayar harga dalam mengikut Tuhan. Kita lebih menyukai pujian daripada koreksi.”

Jangan berkata memilih dari hati nurani jika hati nurani kita tercemar dengan keinginan pribadi. PERNYATAAN TERSEBUT HANYA AKAN MEMBANGKITKAN MURKA TUHAN sebab kita mengabaikan faktor kemahatahuan Tuhan. Inilah “sikap orang-orang
di
pasar
yang langsung mengikuti, mempercayai dan mengagumi
tokoh/pejabat dalam
penglihatan di atas
” Mereka mengembangkan mental yang bodoh sehingga dirinya mudah ditipu,
dipermainkan dan

dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. 
Mereka tidak mau menguji segala sesuatu. Tidak mau mencari, menyelidiki
kehendak Tuhan. Mereka hanya
mendengarkan perkataan dari tokoh-tokoh tertentu.
Akibatnya mereka tidak mengetahui ukuran/standart yang jelas terkait
kepemimpinan
yang benar, visi yang jelas dan
teruji. P
eran
gereja merosot menjadi h
anya sekedar mengikuti perkataan
manusia pemimpin yang dipandang bisa memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi
hidup mereka.
Mereka yang
berada di golongan ini memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
# Berdoa puasa mendesak Tuhan untuk mengabulkan capres
pilihannya yang sesuai dengan keinginan pribadi atau keluarga atau pihak-pihak
tertentu. Bukannya mencari, menyelidiki, melakukan kehendak Tuhan serta menguji
segala sesuatu.
# Tiap hari memikirkan dan membicarakan kelebihan capres
pilihannya
,
namun menolak menguji capresnya pilihannya.
# Memandang rendah, menyerang pribadi
orang-orang yang berbeda pandangan dengan dirinya
secara verbal atau non verbal.
# Terbuka bergabung dalam komunitas, group dan diskusi yang bertujuan membanggakan
prestasi, program kerja dan hasil kerja dari capres
pilihannya saja.
# Menyalahgunakan kisah-kisah di Alkitab, cuplikan pengajaran dan
perspektif profetik
yang bertujuan meneguhkan keinginan
hatinya
sendiri (supaya kesannya Tuhan berpihak pada
mereka)
.
Kepedulian
umat Tuhan akhirnya hanya
ditujukan pada kepentingan, kehendak dan keinginan
hatinya sendiri.
Hal ini mengubah peran umatNya dari garam
yang asin berubah menjadi hambar. Singkatnya,
gereja menjadi sekumpulan orang-orang
egois, yang beribadah dan melayani Tuhan namun
hati mereka tidak peduli akan
kehendak Tuhan.
Kedua, Indonesia masih berada di
zona krisis kepemimpinan karena para pemimpin lebih senang
memiliki pendukung-pendukung buta
Sebagian
besar pemimpin di bangsa ini lebih menyambut kehadiran orang-orang yang mau
memuji, mengagumi, memperhatikan dan melakukan apa pun terkait kepentingan
pemimpin tersebut namun sedikit sekali pemimpin yang mau menyambut nasehat,
teguran, pemikiran dari orang-orang yang tulus dan peduli dengan masa depan
nya.
Salah satu
alasan terbesar para pemimpin tidak mau
memuridkan, menempatkan dan
memberikan posisinya kepada
para pemimpin yang lebih baik dari dirinya adalah
karena hatinya dipenuhi
perasaan takut kehilangan jabatan, popularitas, fasilitas
dan
pengikutnya.
Kepemimpinannya tidak akan berkembang karena dibayang-bayangi rasa takut.
Mereka akan memiliki ciri-ciri:
# Bekerja
sekedar membangun nama baik
pribadi, keluarga dan mengabaikan
pencarian dan

penyelesaian inti masalah serta membawa
kehidupan banyak orang
mencapai
potensinya secara maksimal
.
# Memperhatikan infrastruktur
di bangsa
ini
secara maksimal, tetapi mengabaikan
berbagai masalah yang merusak moral dan mental 
banyak orang.
# Memiliki
banyak alasan untuk menghindari masalah daripada menyelesaikan masalah-masalah
yang rumit di bangsa ini.
# Takut
menegakkan keadilan yang berpotensi mengancam kedudukan/otoritasnya sebagai
pemimpin.
# Mengorbankan keadilan (berkompromi dengan golongan intoleran) demi
mencapai tujuan yang diinginkan
# Suka memanfaatkan orang-orang disekitarnya untuk memenuhi
kepentingannya sendiri.
Inilah
pemimpin yang masih fokus pada kepentingannya sendiri dan tidak peduli dengan
potensi
terpendam dan
masa
depan para pengikutnya. Singkatnya, banyak pemimpin berusaha membangun bangsa
ini dari segi fisik tetapi mengabaikan mental dan moral pengikutnya.
Ketiga, mental masyarakat sudah terpuruk dan nyaman menjadi
pendukung-pendukung buta
Sesungguhnya
penguasa kegelapan tela
h mengubah gereja-gereja menjadi
lilin yang tidak memiliki nyala api. 
Kegelapan yang mencekam telah memasuki berbagai bidang kehidupan. Bahkan
kegelapan ( yang dijelaskan Tuhan sebagai perbuatan dari roh agamawi) telah
melumpuhkan kepemimpinan di bangsa ini. Roh agamawi telah
mengubah umatNya,
para
pemimpin di bidang rohani dan sekuler menjadi buta secara rohani, yaitu akan
maksud hati Tuhan,
sehingga tidak memiliki tujuan, ukuran dan
hikmat untuk mengubah dan memulihkan bangsa ini. Roh agamawi telah membuat kita
bergerak di tempat dengan cara memberikan kenikmatan dalam hal menjadi
pendukung-pendukung buta seperti memanfaatkan nama Tuhan, ajaran dan ayat-ayat
dalam Alkitab untuk mendapatkan keuntungan pribadi seperti memberikan janji
perlindungan, pembelaan, penyertaan yang kesannya seperti Tuhan berada di
pihaknya.
Ya, kita
bahkan tidak sekedar membicarakan pendukung buta namun pendukung-pendukung yang
MERASA NYAMAN MENJADI PENDUKUNG BUTA!!
Mereka akan
menunjukkan tanda-tanda seperti:
# Suka
membully
, menipu dan merendahkan orang lain di media sosial.
# Suka
berkomentar
untuk memancing emosi, perdebatan (debat kusir) tanpa membaca isi,
maksud dan tujuan penulis di media sosial.
# Suka membagikan atau melaporkan postingan orang lain tanpa melihat isi
postingannya.
# Lebih suka
menunggu
atau menuntut bantuan dari pemerintah
atau pengusaha
daripada
bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Kesukaan
orang-orang yang nyaman menjadi pendukung buta adalah menutut orang lain untuk
memenuhi keinginan
nya dengan mengabaikan nilai-nilai keadilan,
kesopanan dan moral.
Perhatikan pada poin kedua dan ketiga semuanya merupakan dampak dari keberadaan poin pertama,
yaitu gereja-gereja belum berfungsi menjadi terang dan garam bagi bangsa ini
justru sebaliknya
sebagian besar umatNya telah menjadi
pendukung-pendukung buta. Ketiga poin di atas menyingkapkan

kebobrokan
dan kejahatan bangsa ini telah
merusak moral dan mental bangsa ini. Dan Tuhan akan mengadakan
perhitungan dengan gereja-gerejaNya
Dalam perspektif profetik gereja-gereja diumpamakan Tuhan seperti
tembok-tembok p
ertahanan
kota yang roboh. Artinya pertahanan-pertahanan
rohani di bangsa ini telah runtuh.
T
embok
benteng pertahanan
telah berhasil dirobohkan oleh roh agamawi.
Dan roh agamawi

telah menyebarkan virus kebodohan dan kesesatan di bangsa ini. Dan tanda-tanda
yang jelas dari kegerakan roh agamawi adalah bangkitnya tokoh-tokoh agama yang
berikhtiar turut serta dalam pilpres 2024
. Sasaran utama dari roh
agamawi bukan hanya menduduki posisi kedua namun tempat tertinggi di
pemerintahan bangsa ini. Semuanya ini sudah saya sampaikan dalam perspektif
mengenai pemerintahan yang baru (sudah dirilis Juli 2014)
III.  HASIL PILPRES 2019
Oleh karena
banyak orang meletakkan
harapan dan keyakinannya kepada manusia maka Tuhan akan
membuktikan betapa sia-sia
nya harapan yang dilambungkan tinggi kepada manusia.
Betapa menyedihkan kehidupan orang-orang yang masa depan
nya
diserahkan
kepada manusia!
Akibat dari sikap
gereja-gereja dan kondisi Indonesia yang memilih menjadi pendukung-pendukung
buta maka
Tuhan memutuskan Presiden yang sekarang (yaitu Bapak Joko
Widodo) akan
memegang kendali pemerintahan
untuk periode yang kedua
dengan tujuan menunjukkan dan membuktikan BETAPA SIA-SIA HARAPAN,
KEYAKINAN DAN DUKUNGAN YANG DIGANTUNGKAN SEPENUHNYA KEPADA MANUSIA
.
Pertengahan
Juli 2018 sampai awal tahun 2019
pada pertengahan doa
syafaat saya,

Tuhan berbicara secara audibel
dengan jelas mengatakan,
“Jokowi akan memerintah selama dua periode untuk
menyadarkan umat
Ku bahwa betapa sia-sia kehidupan orang-orang yang berharap
kepada manusia
dan betapa besarnya krisis kepemimpinan yang sedang terjadi di bangsa ini”
Sesungguhnya api kecemburuanNya telah menyalap-nyala atas
bangsa ini karena  umatNya lebih
memperhatikan perkataan pemimpinnya
daripada mencari kehendak
Tuhan.
Kemudian
Tuhan memperlihatkan tulisan yang menyala-nyala terang dihadapan saya “Yesaya
2:22”.
Saya segera
membuka mata dari doa saya, mengambil Alkitab dan membacanya.
Ayat
tersebut berbunyi,
Jangan
berharap pada manusia
, sebab ia tidak lebih daripada embusan nafas, dan
sebagai apakah ia dapat dianggap?”
Sesungguhnya Tuhan akan mengijinkan Jokowi menjabat pada periode kedua
pada pilpres 2019 untuk membuktikan suatu pesan yang
sangat penting,
# Kepada masyarakat
Indonesia
bahwa kepemimpinan yang dibangun di atas
pendukung-pendukung buta dan kompromi dengan pihak-pihak yang berlaku
curang/tidak adil hanya akan mengeroposi karakter dan kepemimpina
n sang presiden. Jadi kecenderungan pilihan kita sebagai anak bangsa
seharusnya
ialah
mendukung dan mendesak munculnya pemimpin-pemimpin
nasionalis yang jujur, tulus, berani (tidak kompromi) menegakkan keadilan dan
berhikmat sehingga dapat menyelesaikan berbagai masalah yang rumit di bangsa
ini.
# Kepada gereja-gerejaNya bahwa pengharapan yang ditujukan kepada tokoh-tokoh tertentu hanya  akan membuat hati kita semakin kecewa karena
pemimpin s
esungguhnya
adalah
manusia yang memiliki keterbatasan dan kelemahan yang
tidak akan bisa memuaskan keinginan dalam hati kita. Pengharapan kita
seharusnya ditujukan kepada PRIBADI YANG TIDAK TERGONCANGKAN OLEH APA PUN,
YAITU TUHAN
Kemenangan
Jokowi di pilpres 2019 akan menjadi sindiran

yang keras dari Tuhan
kepada gereja-gerejaNya bahwa suara 
mayoritas
akan membuat Jokowi unggul dan
menang
dalam
pilpres 2019
namun pada sisi lain Jokowi belum bisa memenuhi
harapan-harapan di kalangan minoritas karena keterbatasan dalam
kepemimpinannya.
Kemenangan
Jokowi
sebenarnya sudah saya sampaikan secara tersirat pada bulan
Juli 2014 yang lalu dalam
Pesan Tuhan Mengenai Pemerintahan Yang Baru bahwa jika tidak ada capres yang
lebih baik kinerjanya dari Jokowi maka Jokowi akan memimpin kembali untuk
periode kedua (
tetapi akan disertai dampak buruk
yang terjadi atas bangsa ini)
. Salah
satu dampak buruknya adalah para elit politik dikalangan agamawi akan bangkit
dan berusaha menjadi capres
di pilpres 2024.
Sesungguhnya
kemenangan
capres di tahun 2019 merupakan kemenangan seorang
pemimpin
yang sesungguhnya hanya menjabat pada masa krisis lalu (2014-2019) yang kemampuan dan pengaruhnya terbatas sehingga meskipun akan memegang
pemerintahan periode kedua, ia
tidak mampu
menyelesaikan berbagai masalah yang r
umit di bangsa ini.
III. DAMPAK KEMENANGAN PETAHANA DI PILPRES 2019
Meskipun
perlahan memenangkan pemilihan,
sesungguhnya ada dampak buruk
yang harus kita tanggung
dan hadapi bersama. Oleh karena
gereja-gereja dan para pemimpin di pemerintahan membuka kesempatan
bagi
roh
agamawi
untuk
  menguasai bangsa ini maka kemenangan Jokowi di
periode kedua akan membawa dampak :
DEGRADASI
(PENURUNAN) KUALITAS MENTAL DAN MORAL DI BANGSA INI.
Penurunan mental dan moral di bangsa ini terjadi karena presiden di
periode kedua belum mengubah pola pikir dari pendukung-pendukung buta menjadi
pendukung-pendukung yang kritis, jujur, tulus dan berakal sehat. Termasuk
membiarkan keadilan dan hak asasi manusia dirampas oleh golongan intoleran.
Hari ini
kaum minoritas berharap mendapatkan pengayoman, pembelaan dan perlindungan tapi
di per
iode kedua pemerintah justru presiden akan sulit
memberikan keadilan,  perlindungan atau
menyelesaikan
berbagai

masalah
di bangsa ini. 
Sesungguhnya kita akan melihat gelombang kekecewaan dan kesombongan akan
semakin besar  di Indonesia.
Tuhan akan mematahkan harapan, 
keyakinan dan ketergantungan kita kepada manusia dan memberikan
penghiburan dan kekuatan kepada orang-orang yang berharap kepadaNya.
(Pesan
secara terinci terkait
tahun pemerintahan periode kedua Presiden yang
sekarang akan saya sampaikan dalam tulisan lain yang akan dibagikan secara
eksklusif bagi anak-anak Tuhan yang rindu melangkah dalam kehendak Tuhan dan
melaksanakan strategi-Nya)
KESIMPULAN
Keberadaan
gereja-gereja
yang telah mengambil peran
sebagai
pendukung-pendukung buta capres  akan
membangkitkan murka dan kecemburuanNya karena tindakan tersebut telah m
enyebabkam degradasi (penurunan)  mental dan moral di bangsa ini sehingga bangsa ini akan terus terpuruk dalam krisis kejujuran pada diri sendiri, krisis pertumbuhan rohani,
krisis kepemimpinan, krisis iman, krisis pengharapan
, krisis kasih dan
berbagai krisis lainnya
Oleh karena itu, mata Tuhan sedang mencari
orang-orang yang mau merendahkan diri, mencari, menyelidiki dan hidup sesuai
kehendakNya. Orang-orang yang
bukan sekedar rajin mengisi pikirannya dengan berbagai
pengetahuan rohani, tetapi menghubungkan pengetahuan rohani tersebut dalam
kehidupan sehari-hari
karena kasihnya kepada
Tuhan
.
Pastikan
posisi rohani Anda!
Apakah Anda
termasuk golongan dari pendukung-pendukung buta
yang memperjuangkan kepentingan tokoh idola Anda
atau pendukung-pendukung dari kehendak
Tuhan??
?? Sudahkah Anda
hari ini
melakukan peran yang telah Tuhan tetapkan dalam hidup Anda untuk mempengaruhi
atmosfir rohani di bangsa ini?
Doa saya kiranya
Tuhan melimpahkan kepada kita hati yang hancur
, pengertian yang baru
akan kehendak Tuhan
serta menjadikan kita sebagai
pendukung-pendukung kehendak Tuhan
.
Salam perjuangan dalam Kristus.
Didit Irawan
Hamba Tuhan
Worship Center Indonesia

WASPADA PERKATAAN DAN PERMAINAN PALSU MANUSIA

Oleh Peter B, MA
Dalam suatu peristiwa yang dicatat di Injil
yang menggambarkan Yesus diurapi oleh seorang wanita dengan minyak yang mahal,
ada satu adegan ketika murid-murid memarahi perempuan itu sebab menganggap yang
dilakukannya sebagai suatu -tindakan pemborosan.
Matius menuliskannya seperti ini :
Melihat itu murid-murid gusar dan berkata:
“Untuk apa pemborosan ini?
Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal
dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.”
~ Matius 26:8-9
Perhatikanlah, disebutkan oleh Matius bahwa
murid-murid (artinya banyak di antara murid-murid itu) yang menjadi gusar atau
tidak senang.
Namun, membaca dari yang dicatat oleh Matius
sebenarnya belumlah lengkap. Gambaran utuh peristiwa gusarnya murid-murid itu
menjadi jelas ketika kita menyatukan catatan dua penulis Injil lainnya, yang
juga mendokumentasikan peristiwa yang sama.
Dari catatan Markus kita membaca keterangan
yang lebih banyak :
Ada orang yang menjadi gusar dan berkata
seorang kepada yang lain:
 “Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?
Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus
dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin.” Lalu
mereka memarahi perempuan itu.
~ Markus 14:4-5
Disebutkan oleh Markus, awalnya ada satu
orang murid
 yang menjadi gusar. Lalu murid itu berkata seorang kepada yang
lain. Artinya pada awalnya, tidak semua atau tidak banyak murid-murid yang
menjadi gusar. Hanya satu orang saja tetapi karena dia menyatakan pandangannya
kepada murid-murid yang lain, maka yang lain turut merasa terganggu pikirannya.
Adegan ini menjadi semakin jelas dan membentuk
gambaran lengkap sewaktu kita membaca catatan Yohanes:
Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari
murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata:
“Mengapa minyak narwastu ini tidak
dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”
Hal itu dikatakannya bukan karena ia
memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri;
ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.
~ Yohanes 12:4-6
Tanpa ragu, Yohanes menyebutkan siapa
identitas satu orang murid yang mula-mula menjadi gusar. Ternyata dia Yudas
Iskariot. Dan tidak hanya itu. Yohanes menambahkan beberapa fakta untuk
memperjelas siapa Yudas Iskariot ini. Dikatakan dalam nats, ia adalah murid
yang “akan segera menyerahkan Yesus”. Masih ada lagi. Motif Yudas pun
disingkapkan. Yudas gusar dan menyuarakan protes “bukan karena ia
memperhatikan nasib orang-orang miskin” tapi justru karena ia seorang
“pencuri, yang sering mengambil uang yang disimpan di dalam kas yang
dipegangnya”. Dapat diduga, motif utama Yudas tidak lain adalah supaya
minyak yang mahal itu bisa disumbangkan dalam bentuk uang untuk Yesus dan
murid-murid-Nya, dengan tujuan oleh karena dirinya sebagai bendahara, ia dapat mengambil
uang itu sebagian untuk kepentingan dirinya.
Yang dilakukan Yudas sebenarnya sangat keji.
Ia menutupi kejahatan dan kecurangannya dengan sikap seorang yang seolah-olah
peduli orang miskin.
 Bahkan dia berani menghakimi perempuan yang mengurapi
Yesus itu dengan menyebut tindakannya sebagai pemborosan, padahal dia sendiri
sebenarnya seorang pencuri dan koruptor.
Mengetahui karakter Yudas Iskariot ini,
tidaklah sukar menemukan padanannya di zaman sekarang. Banyak contoh yang
seperti itu di Indonesia. Malah mungkin terlalu banyak. Betapa tidak, ada orang
yang katanya mengumpulkan bantuan sosial untuk bencana alam tetapi dari
sumbangan yang masuk diambil untuk dipakai sendiri. Ada pula yang melakukan
sedekah atas nama agama di hari besar agamanya namun pemimpin muda ini akhirnya
ketahuan bahwa sumbangannya itu berasal dari uang suap dan kong kalikong. Belum
lagi ada permohonan dana untuk membangun monumen anti korupsi, tetapi uang yang
masuk pun dipotong sana sini untuk dinikmati pejabat-pejabat terkait. Dan
bukankah sudah sangat lumrah terjadi di masa-masa menjelang pemilu seperti
sekarang apa yang disebut sebagai “money politics” saat banyak yang
mengatasnamakan bantuan sosial dan keberpihakan untuk rakyat tetapi sebenarnya
semuanya dilakukan untuk menyelubungi tujuan-tujuan egois pribadi atau kelompok
mereka, sedangkan uang yang digunakan acapkali juga tidak jelas berasal
darimana? Dan bukankah santer terdengar bahwa gerakan-gerakan massa atas nama
agama atau kelompok tertentu atas nama rakyat, buruh atau petani pada dasarnya
ditunggangi oleh permainan uang demi kepentingan-kepentingan orang-orang kuat
yang ingin mencari jalan untuk berkuasa?
Itu tentang Yudas. Tetapi yang ingin saya
sampaikan bukan tentang Yudas. Yang saya soroti adalah pengaruh omongan
Yudas.
Dari tiga penggambaran dalam Injil, jelaslah
bahwa perkataan Yudas dengan cepat mempengaruhi murid-murid yang lain. Banyak
yang terprovokasi. Protes kepada Yesus pun akhirnya tidak terhindarkan. PADAHAL
MEREKA KELIRU!
Yesus justru membenarkan perbuatan sang
perempuan yang mengurapi Dia itu. Yesus bahkan menjelaskan mengapa Ia disukakan
dengan tindakan wanita itu. Murid-murid merasa benar pada mulanya TAPI TERBUKTI
SALAH DI HADAPAN SANG GURU.
Mereka salah karena termakan hasutan. Termakan
omongan dari seorang yang tampak baik, adil, berjiwa sosial, bermotif emas dan
sangat penuh belas kasihan. Faktanya… mereka termakan celotehan seorang maling,
hanyut dalam perkataan seorang koruptor, tertipu oleh permainan seorang
penjahat!
Dari sini kita seharusnya bisa belajar suatu
hal yang penting. Belajar supaya kita TIDAK TERBURU-BURU PERCAYA BEGITU SAJA
DAN DENGAN MUDAH MENERIMA PERKATAAN-PERKATAAN MANUSIA. Apabila ada yang mengaku
membawa perkataan Tuhan saja perlu kita uji, maka lebih lagi apa yang diujarkan
manusia.
Hari ini berbagai komentar dan ocehan orang
banyak sekali bentuknya, khususnya di media sosial. Semua bebas berbicara dan
berpendapat. Ribuan pikiran membuahkan ratusan ribu omongan. Setiap orang
tampaknya berbicara dengan maksud dan tujuan yang baik. Namun kita harus
berhati-hati untuk menilainya. Benarkah memang motif mereka murni? Adakah
mereka tulus hendak mendatangkan kebaikan bagi negeri ini? Benarkah seseorang
yang mencalonkan diri sebagai pemimpin nomor satu atas bangsa ini benar-benar
memperjuangkan warganya? Tidakkah semuanya tampak manis dan penuh perhatian
saat menjanjikan masa depan penuh harapan bagi seluruh rakyat? Tetapi apakah
benar mereka sungguh-sungguh memperhatikan orang-orang yang tertindas dan
menderita?
Ketika hasutan disebarkan, fitnah disebar,
perkataan penuh tipuan ditularkan maka akibatnya BANYAK YANG MENJADI GUSAR.
Tidak heran kemudian mereka menjadi kumpulan-kumpulan orang marah, saling hina
serang bahkan baku pukul hingga tega membunuh saudara sebangsanya sendiri
karena perbedaan pandangan politik. Mereka saling olok dengan sebutan-sebutan
nama hewan yang merendahkan. Mereka membutakan diri dari fakta dan kenyataan
yang harus dilihat dengan jernih.
Yang lebih parah dari semua hal itu, MEREKA
MENUTUP DIRI DARI PENCARIAN AKAN KEHENDAK TUHAN! Mereka lebih peduli dengan
pendapat figur-figur pengaruh di media sosial. Mengaminkan perkataan para
pengulas dan pengamat politik yang jika direnungkan seolah seperti orang yang
tahu mana yang paling benar. Mereka lupa bahwa ada Tuhan, Tuhan mereka yang
mengaruniakan Roh Kudus dan berjanji untuk menuntun anak-anak-Nya dalam seluruh
kebenaran.
Sama seperti peristiwa Yesus diurapi seorang
wanita di atas, hanya Tuhan yang tahu mana tindakan yang SUNGGUH-SUNGGUH benar,
dan bukan yang kelihatan benar saja. Kita harus mencari Dia, menenangkan diri
kita supaya kita bisa mendengarkan pendapat-Nya dan menangkap isi hati-Nya.
Dari sana kita dimampukan memahami mana yang benar dan apa sikap yang tepat
untuk kita ambil. Dari Dia saja kita akan melihat dalam perspektif terbaik
sehingga dapat mengambil pilihan sikap terbaik terhadap segala sesuatu.
BETAPA PENTINGNYA PIMPINAN TUHAN ITU BAGI
KITA!
Di era dimana informasi tersedia sedemikian
luasnya, kita harus semakin berhati-hati dengan berbagai perkataan yang beredar
di tengah-tengah kita. Kita tidak boleh mudah percaya, gampang terpancing atau
segera menyetujui akan apa saja yang disampaikan kepada kita -lebih-lebih yang
sifatnya memprovokasi. Kita harus terus menerus melatih diri untuk menilai dan
menguji segala sesuatu baik terhadap kabar-kabar di alam nyata maupun yang
berasal dari wilayah roh.
Janganlah menjadi orang bodoh yang tidak tahu
menimbang segala sesuatu. Anak-anak Tuhan dijanjikan hikmat bagi yang mau
memintanya pada Tuhan (Yakobus 1:5).
Di atas semuanya, kita perlu memiliki dan
menjaga hubungan erat dan karib dengan Tuhan, sumber segala petunjuk, panduan
dan informasi yang benar dan sejati. Dialah Gembala Agung yang pasti akan
menuntun kita di jalan kebenaran. Roh Kudus-Nya dijanjikan untuk membawa kita
senantiasa dalam kehendak-Nya. Kita harus selalu mengarahkan diri dan membuka
hati kita selebar-lebarnya untuk suara dan pesan-Nya.
Biarlah hati kita diberikan kelembutan dan
kepekaan untuk mendengar tuntunan dari tempat yang mahatinggi. Dan biarlah
satu-satunya provokasi bagi kita ialah provokasi ilahi. Untuk menyelesaikan
tugas dan panggilan kita bagi generasi kita DENGAN ROH YANG MENYALA-NYALA!
Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi
siapa menyembur-nyemburkan kebohongan, adalah saksi dusta. Saksi dusta tidak
akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan
binasa.
~ Amsal 14:5; 19:9
Si pemarah menimbulkan pertengkaran, dan
orang yang lekas gusar, banyak pelanggarannya.
~ Amsal 29:22
Orang yang tak berpengalaman percaya kepada
setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.
~ Amsal 14:15
Dalam terang firman-Nya
Salam revival!
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan

IKUT YESUS, HARUS BERBUAH

Oleh Peter B, MA


Kata “buah” atau “berbuah”
sering kita dengar dalam kekristenan dan kerap didengung-dengungkan dalam
berbagai kesempatan pengajaran Kristen. Meskipun demikian, berapa banyakkah
dari kita yang memahaminya?
Buah adalah lambang atau istilah lain untuk
mengatakan “hasil”. Entah ia berkonotasi baik atau buruk, buah
berbicara tentang hasil. Buah kandungan adalah apa yang dihasilkan dari
kandungan. Buah perbuatan adalah akibat atau hasil dari apa yang dilakukan. Buah
pohon adalah hasil dari pohon. Buah adalah hasil.
Hidup rohani kita dirancang dan dikehendaki
Tuhan untuk berbuah-buah. Artinya suatu hidup rohani seharusnya menghasilkan
sesuatu bagi Tuhan dan tidak terlihat seolah-olah tumbuh subur dan rindang tapi
tak terasa manfaatnya bagi orang lain. Tuhan rindu supaya dari persekutuan atau
hubungan kita dengan Dia ADA SESUATU YANG DIHASILKAN SESUAI KEHENDAK TUHAN.
Sejatinya, hasil adalah apapun yang diharapkan
manusia ketika ia melakukan sesuatu maupun saat ia menjalin suatu hubungan.
Ketika orang menabur atau menanam, ia mengharapkan hasil tuaian. Ketika orang
mencipta suatu perabot, ia mengharapkan kegunaan dari perabot itu, baik
keuntungan fungsional atau ekonomi darinya.
Begitupun ketika orang-orang menjalin
hubungan, mereka menginginkan suatu hasil. Hubungan bisnis menghasilkan
keuntungan finansial. Hubungan suami istri mengharapkan suatu hasil akan hidup
yang lebih baik serta demi memperoleh keturunan. Juga, hubungan kerja dibuat
supaya target-target produksi dan ekonomi didapatkan.
Tuhan mengharapkan suatu hasil dalam
hubungan-Nya dengan kita. Jika diibaratkan Dia itu sang penabur dan pemilik
kebun, sedangkan kita adalah pohon-pohon miliknya, pastilah Ia mengharapkan
hasil tuaian. Sebab siapakah yang menanam namun tidak menginginkan hasil?
Bukankah jika tidak ada hasil yang diperoleh, sia-sia saja semua susah payah
dan pengorbanan yang telah dilakukan?
Renungkanlah perkataan-perkataan firman
berikut ini :
TUHAN INGIN KITA SEBAGAI UMAT-NYA
BERBUAH-BUAH BAGI DIA
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini:
“Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang
untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur
itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak
menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan
percuma!
Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh
tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk
kepadanya,
mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak,
tebanglah dia!”
~ Lukas 13:6-9
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran
air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya;
apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Mazmur 1:3
Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan
pertobatan.
~ Matius 3:8
Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,
yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi
air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami
datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun
kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
~ Yeremia 17:7-8
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia
tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau
kamu tidak tinggal di dalam Aku.
~ Yohanes 15:4
DAN, TUHAN MAU KITA BERBUAH BANYAK
Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak,
 sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan,
yaitu jika kamu berbuah banyak  dan
dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”
~ Yohanes 15:5,8
penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan
oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.
~ Filipi 1:11
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri.
 Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
~ Galatia 5:22-23
Tetapi hikmat yang dari atas adalah
pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan
dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
~ Yakobus 3:17
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah,
dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih
banyak berbuah.
~ Yohanes 15:2
TIDAK HANYA ITU, BAPA DI SORGA INGIN KITA
MENGHASILKAN BUAH YANG TIDAK BINASA NAMUN BERTAHAN SAMPAI SELAMANYA (KEKAL)
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah
yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada
Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
~ Yohanes 15:16
Sekarang juga penuai telah menerima upahnya
dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai
sama-sama bersukacita.
~ Yohanes 4:36
Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan
dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa
kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.
~ Roma 6:22
Dan jika kita mau menelisik Alkitab, masih
banyak sekali bagian lain yang menyiratkan kerinduan Tuhan supaya kita yang
mengaku sebagai umat-Nya menghasilkan sesuatu yang dapat dirasakan dan
dinikmati oleh orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Pembahasan mengenai buah
masih sangat panjang (termasuk apa saja berbagai buah yang dapat dihasilkan
orang-orang percaya)  dari persekutuannya
dengan Tuhan. Semuanya menunjukkan betapa Tuhan sangat rindu AGAR HIDUP KITA DI
DALAM DIA BOLEH MENJADI SEBESAR-BESARNYA BERKAT BAGI DUNIA INI. Seperti hidup
Kristus yang membuahkan karya keselamatan bagi seisi dunia!
… supaya kamu menjadi … milik Dia, yang
telah dibangkitkan dari antara orang mati, agar kita berbuah bagi Allah.
~ Roma 7:4
Dari berbagai pernyataan Alkitab di atas,
ambillah waktu merenung sejenak.
Jika Anda menyebut diri Anda sebagai pengikut
Kristus, yang dipanggil dan ditetapkan untuk berbuah-buah dalam hidup Anda,
yaitu menghasilkan sesuatu yang memuliakan nama-Nya dan menjadi alat bagi Tuhan
menjamah serta menarik mereka yang jauh dari-Nya, SUDAHKAH ANDA BERBUAH-BUAH
HARI INI?
BERAPA BANYAKKAH buah yang Anda hasilkan?
Apakah BUAH YANG ANDA HASILKAN ITU BUAH-BUAH
YANG MENETAP HASILNYA, yaitu jiwa-jiwa yang sangat berharga di mata Allah?
Ditilik dari seberapa lama Anda mengenal
Yesus, sudahkah hidup rohani Anda menjadi hidup yang menghasilkan sesuatu yang
berdampak kekal?
Adakah Anda termasuk sebagai tanam-tanaman
yang menyukakan hati Tuhan atau yang menggusarkan hati-Nya karena tiada
menemukan buah dari keberadaan Anda sebagai pengikut Kristus?
Bukalah hati Anda dan biarlah Roh Kudus
bekerja mengisi jiwa Anda dengan segala kerinduan untuk menggenapi kerinduan
Tuhan :
… supaya orang menyebutkan mereka
“pohon tarbantin kebenaran”, “tanaman TUHAN” untuk
memperlihatkan keagungan-Nya.
~ Yesaya 61:3
Dalam terang firman-Nya
Peter B.
Hamba sahaya di ladang Tuhan

KASIH KARUNIA YANG TIDAK SIA-SIA

Oleh Peter B, MA
Jika kita ingin tahu siapa yang Tuhan pilih
menjadi teladan terbaik hidup manusia rohani setelah Yesus Kristus, bukan
terlalu dibesar-besarkan apabila itu adalah Paulus. Sebagai salah satu rasul
yang paling berpengaruh hingga sekarang ini, kita dapat belajar banyak hal dari
hidup dan pelayanannya. Kita dapat menjadikannya teladan karena ia telah lebih
dahulu meneladani Kristus, Tuhannya. Paulus melakukannya dengan sangat disiplin
dan dalam tingkatan yang paling ketat dengan teladan Kristus, sebagaimana ia sendiri
katakan,
” Jadilah pengikutku, sama seperti aku
juga menjadi pengikut Kristus”
~ 1 Korintus 11:1 (TB)
Salah satu contoh yang dapat kita pelajari
ialah pandangan dan pendirian Paulus akan kasih karunia Tuhan.
Dalam salah satu pernyataannya yang paling
kuat, yang disampaikan pada jemaat Korintus, ia mengatakan :
“… dan kasih karunia yang
dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih
keras dari pada mereka semua;
 tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah
yang menyertai aku.”
~ 1 Korintus 15:10
Pengakuan Paulus bahwa ia beroleh hidup yang
baru dan jaminan keselamatan kekal karena kasih karunia Allah adalah doktrin
yang benar dan sejati.
Dalam pernyataannya bahwa “karena kasih
karunia Allah aku ada sebagaimana aku ada sekarang” dan “kasih
karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku”, sesungguhnya Paulus sedang
menunjukkan suatu kualitas iman dan rohani sejati.
Imannya ditambatkan pada kasih karunia Tuhan
yang telah dinyatakan melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Iman Paulus
bukan diletakkan pada keyakinan akan pekerjaan dan amal manusia yang tekun
melakukan berbagai kewajiban keagamaan, yang diharapkan bisa membawa seseorang
sampai ke sorga.
Tidak ada perbuatan baik yang layak beroleh
ganjaran kehidupan kekal bersama Tuhan. Tidak ada satupun perbuatan manusia
yang berasal dari sifat dirinya yang berdosa dan mati secara rohani yang dapat
diterima oleh Tuhan. Manusia diterima jika ia mau mengakui bahwa dirinya tidak
mampu berkenan pada Tuhan melalui usahanya sendiri. Ia harus mengakui bahwa
HANYA OLEH KASIH KARUNIA SAJA, ia dilayakkan beroleh persekutuan dengan Tuhan.
Kerohanian sejati diawali dari kasih karunia
lalu dibuktikan penerimaannya dalam hidup kita dalam bentuk kerja keras bagi Tuhan.
Paulus mengatakan bahwa “kasih karunia
Tuhan bagiku tidak sia-sia” dan ia membuktikannya dengan “telah
bekerja lebih keras daripada mereka (murid-murid atau hamba-hamba Kristus lain)
semua”
Iman yang benar bukan dinyatakan melalui
perbuatan atau kerja keras bagi Tuhan supaya mendapatkan kasih karunia atau
perkenan Tuhan, yang karenanya Tuhan kemudian memberikan penghargaan atau
ganjaran berupa tempat di sorga. Keselamatan atau kehidupan kekal tidak bisa
diukur dari seberapa giatnya dan kerasnya seorang mengupayakan laku ibadah. Itu
hanya bisa dikaruniakan oleh Tuhan oleh karena ketidaklayakan kita, yang
orang-orang berdosa- untuk menjadi penerimanya.
Iman sejati yang dianugerahi keselamatan,
dinyatakan dalam urutan KASIH KARUNIA dan kemudian KERJA KERAS. Berkebalikan
dari kerja keras demi mendapat kasih karunia, sebagaimana yang diajarkan
agama-agama besar di dunia.
Kasih karunia yang diterima oleh iman
dibuktikan melalui perbuatan-perbuatan yang membuktikan bahwa ia hidup dalam
kasih karunia yang diimaninya itu.
Hal ini sejajar dengan berbagai pernyataan
Alkitab berikut ini :
“Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan
perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan
karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati,
demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”
~ Yakobus 2:22, 24, 26
Dan aku mendengar suara dari sorga berkata:
Tuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak
sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh,
“supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”
~ Wahyu 14:13
Sebab kami selalu mengingat pekerjaan
imanmu,
 usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus
Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita.
~ 1 Tesalonika 1:3 (TB)
 Sebab
bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak
bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
~ Galatia 5:6 (TB)
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu
senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan
gentar,
~ Filipi 2:12 (TB)
Iman harus bekerja. Iman bukan hanya dikatakan
dan ditampilkan dalam formalitas rohani dalam berbagai peribadatan dan ritual
keagamaan. Iman harus berkarya bagi Tuhan. Itulah kasih karunia yang
sungguh-sungguh dirasakan, dialami, diterima dan dihidupi.
Kita sedang menyia-nyiakan kasih karunia
Tuhan jika kita mengaku menerima kasih karunia itu namun tidak melakukan apapun
bagi pekerjaan dan kepentingan-Tuhan.
Sia-sia, dalam bahasa aslinya, berarti
“tidak berisi apa-apa”, “kosong”, “tidak ada hasil
atau dampaknya”. Jadi, menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan itu artinya kita
membuat kasih karunia Tuhan tidak menghasilkan apa-apa, tidak ada buah-buah
yang dikeluarkan, yang ada hanya kehidupan yang kosong, tanpa dampak kepada
siapapun -selain untuk kepentingan diri sendiri saja.
Orang-orang yang mengaku percaya dan menerima
kasih karunia keselamatan dalam Kristus sudah seharusnya menghasilkan sesuatu
BAGI KRISTUS: SUATU HASIL DARI KASIH KARUNIA YANG DIBERIKAN KEPADANYA ITU.
“Kasih karunia yang dilimpahkan padaku
tidak sia-sia!” kata Paulus. Dan ia hendak berkata bahwa ia memberikan
hasil, ia berbuah-buah oleh karena kasih karunia Tuhan di hidupnya itu.
Ya, kasih karunia itu diberikan untuk membawa
kita memasuki suatu hidup yang baru, yang bukan saja menerima segala kebaikan
dan berkat Tuhan, namun juga untuk menjadi berkat bagi dunia yang terhilang
ini. Suatu kehidupan yang lebih tinggi tingkatannya daripada rata-rata manusia
yang tidak mengenal Tuhan. Itulah hidup seperti Kristus!
OLEH KARENA KASIH KARUNIA, kita seharusnya
hidup sebagai manusia baru. Tampil sebagai terang dan garam dunia. Terus
menghasilkan buah roh yaitu karakter-karakter ilahi yang nyata dalam
kepribadian dan keseharian kita. Juga, oleh kasih karunia, kita dibawa kepada
suatu tingkatan hidup yang baru, yang tak lagi dijalani bagi diri kita sendiri
namun bagi kepentingan dan kemajuan pekerjaan Tuhan di bumi :
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan
dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
~ Efesus 2:10 (TB)
Dan Kristus telah mati untuk semua orang,
supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk
Dia,
 yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
~ 2 Korintus 5:15 (TB)
Dan janganlah kamu menyerahkan
anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman,
tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah  sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan
serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata
kebenaran.
~ Roma 6:13 (TB)
Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh
kasih KARUNIA dalam Kristus Yesus.
Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit
yang baik dari Kristus Yesus.
~ 2 Timotius 2:1, 3 (TB)
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh
Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.
~ Kisah Para Rasul 1:8 (TB)
Orang yang mengaku hidup dalam kasih karunia
Tuhan namun hidup bagi kepentingan dan tujuan mereka sendiri, tidak benar-benar
mengenal Tuhan dan memahami kasih karunia Tuhan.
Banyak orang-orang percaya menghibur diri
bahwa karena mereka ditebus oleh kasih karunia, maka mereka pasti akan masuk
sorga atau diselamatkan, asalkan setia percaya kepada Yesus sampai akhir.
Bukankah penjahat di sebelah Yesus langsung masuk sorga ketika ia percaya dan
berseru meminta kasih karunia Tuhan?
Adalah benar bahwa Tuhan rindu menyelamatkan
setiap manusia. Juga benar jika Ia telah mencurahkan seluas-luasnya kasih
karunia supaya manusia dimudahkan datang dengan iman kepada Dia. Tapi BUKAN
HANYA UNTUK ITU TUJUAN KASIH KARUNIA-NYA DIBERIKAN!
Kita dianugerahi kasih karunia bukan sekedar
supaya masuk sorga. Dan sebenarnya sangat layak dipertanyakan jika sorga akan
dihuni oleh orang-orang egois, yang hanya peduli dan cinta pada dirinya
sendiri?
Penjahat di sebelah Yesus selamat. Tapi
hidupnya sia-sia. Di sorga pun, ia penuh penyesalan. Meratapi hidupnya karena
tiada menggunakan kesempatan untuk mengenal Tuhan dan hidup dalam kehendak-Nya.
Pula, karena upah dan ganjaran sorgawi yang tidak akan diterimanya oleh karena
hidup yang dijalani di luar Tuhan. Ia selamat namun seperti melalui api. Tidak
ada yang diperolehnya selain nyawanya sendiri. Suatu kerugian yang besar!
KASIH KARUNIA TUHAN ADALAH KESEMPATAN BAGI
ANDA. Itu adalah kesempatan terbesar yang pernah ditawarkan untuk Anda miliki.
Hidup Anda akan diubah selamanya jika Anda hidup dalam kasih karunia Tuhan yang
memanggil Anda masuk dalam kesatuan dengan Tuhan selama hidup di dunia ini.
Hidup yang seperti itulah yang dicatat dan
kita baca kisahnya di seluruh Alkitab. Suatu kehidupan yang tersurat dan
tersirat yang Tuhan nyatakan terkait kehidupan kita yang dipanggil menghampiri
dan mengikut Dia.
Dan bukankah hari ini kita boleh mengenal
kasih karunia Tuhan itu oleh karena kehidupan orang-orang yang menanggapi kasih
karunia Tuhan itu sebelumnya lalu memilih hidup di dalamnya?
Saudara-saudaraku, hidup Anda dapat menjadi
berarti jika Anda tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah dengan memutuskam
bekerja keras menggenapi panggilan dan tujuan Tuhan dalam hidup Anda.
Paulus hidup dengan cara demikian.
Di saat terakhirnya, ketika ia melihat kembali
seluruh perjalanan hidupnya, inilah kesaksiannya :
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
Sekarang telah tersedia bagiku mahkota
kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada
hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang
merindukan kedatangan-Nya.
~ 2 Timotius 4:7-8 (TB)
Sungguh suatu kehidupan yang tidak hampa,
tidak sia-sia!
Hidup adalah Kristus dan mati menjadi
keuntungan!
Bisakah Anda mengatakan kesaksian yang sama
seperti Paulus di akhir hidup Anda?
Dalam terang firman-Nya
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan

YANG DILIHAT, DICARI DAN DINILAI TUHAN DALAM IBADAH ADALAH YANG UTAMA LEBIH DAHULU

Oleh Peter B, MA

Dalam Matius 23:23, dalam salah satu
pernyataannya yang penuh kecaman kepada tokoh-tokoh agama Yahudi, Yesus
mengatakan,
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari
selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum
Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. 
Yang
satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Dari pernyataan Yesus, terkait ibadah bangsa
Yahudi yang didasarkan taurat, terlihat ada dua bagian kewajiban.
Dua bagian itu adalah
1) kewajiban ibadah yang dikerjakan sebagai
bagian tata cara ibadah (yang digambarkan Yesus sebagai persepuluhan dari
selasih, adas manis dan jintan).
2) kewajiban ibadah yang dikerjakan sebagai
intisari atau jiwa dari ibadah itu sendiri (yang disebut Yesus sebagai
keadilan, belas kasihan dan kesetiaan)
Orang-orang² Farisi sangat fasih menjelaskan
dan menerapkan ritual ibadah Yahudi. Mereka memiliki pengaturan dan petunjuk
pelaksanaan taurat (yang konon ratusan jumlahnya) dengan sangat mendetail, demi
menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam beribadah kepada Tuhan.
Sayangnya, menurut Yesus, mereka mengejar yang
kurang utama. Yang lebih utama mereka tinggalkan. Padahal itulah semangat dan
roh yang harus menjiwai serta menjadi motivasi utama mereka dalam menyembah
Tuhan.
Dan hal semacam itu belum berubah hingga kini.
Manusia yang merupakan insan-insan beragama lebih suka (karena mungkin lebih
mudah dan lebih dilihat orang) mengejar dan mengutamakan praktek-praktek ritual
daripada memperagakan sifat utama yang mencerminkan karakter para penyembah
Tuhan.
Model pakaian, tata cara berdoa, praktek
berpuasa, sampai atribut-atribut rohani dan penampilan atau tutur kata yang
terlihat rohani menjadi lebih penting daripada mengejar apa yang utama yaitu
menyatakan kasih dan bersikap adil. Ibadah dinilai dari pembawaan dan gaya
bukan karakter dan perilaku sehari-hari. Kerohanian diukur dari seberapa aktif
seseorang datang ke gereja, turut serta dalam pelayanan atau memberikan
sumbangan dan dukungan bagi gereja dan bukan komitmen, kerinduan serta sikap
hidup sehari-hari.
Bukannya semua praktek seremonial ibadah tidak
perlu. Yesus tidak berkata bahwa iti tidak perlu dilakukan. Tapi ITU HARUS
DILAKUKAN dengan MOTIF YANG BENAR DAN MELAKUKAN LEBIH DAHULU APA YANG
TERPENTING DALAM IBADAH. Yaitu dengan niat dan kerinduan cinta kepada Tuhan dan
sesama;  dengan keinginan untuk
menyukakan hati Tuhan, di dalam hasrat untuk berbagi dan memperlakukan sesama
secara adil dan tidak memihak; didasari suatu keyakinan yang teguh disertai
pengharapan penuh kepada Tuhan yang melihat dan membalas semuanya.
“Ingatlah, jangan kamu melakukan
kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian,
kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Jadi apabila engkau memberi sedekah,
janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di
rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah
diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan
tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu.”
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah
berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri
dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka
dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat
upahnya.
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam
kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat
tersembunyi.
 Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu.
~ Matius 6:1-6 (TB)
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat
mengutamakan tampilan-tampilan yang dilihat orang supaya mereka beroleh pujian
dari banyak orang, untuk dipandang sebagai orang-orang yang tinggi derajatnya
serta dekat dengan Tuhan karena terlihat sangat sungguh-sungguh dalam beribadah
di tempat-tempat ibadah. Faktanya, di hadapan Tuhan, mereka justru ditemukan
kebalikannya. Tidak heran, Yesus menyebut mereka berulang-kali sebagai
orang-orang munafik, orang-orang yang menampilkan sesuatu yang berbeda dari
sifat aslinya. Berpura-pura suka menyembah dan cinta Tuhan, padahal keinginan
akan hubungan dan hidup bagi Tuhan sangat sedikit atau bahkan tidak didapati di
hati mereka.
Jauhilah cara ibadah yang seperti itu!
Ingatlah selalu, ibadah yang diterima Tuhan
adalah YANG MELAKUKAN LEBIH DAHULU YANG UTAMA BARU KEMUDIAN YANG KURANG UTAMA.
Kembalikan dari ibadah semacam ini, adalah kekejian, sesuatu yang dibenci dan
dihinakan-Nya.
Ibadah yang mengutamakan praktek-praktek yang
mengesankan manusia daripada Tuhan pasti DITOLAK dan DIMURKAI-NYA.
Bayangkan saja berapa banyak Tuhan melihat
ibadah yang demikian di gereja-gereja masa kini dan sampai berapa lama Ia harus
menahan diri?
Kenyataan bahwa Gereja masa kini sangat jauh
dibandingkan gereja mula-mula 200 tahun lampau telah menunjukkan betapa gereja
sudah bergeser dari praktek-praktek yang utama menjadi pelaku-pelaku ibadah
yang sibuk dengan hal-hal yang kurang atau tidak utama ketika banyak ibadah
disiapkan dan disediakan lebih banyak untuk menyenangkan manusia daripada
pencarian akan kehendak dan isi hati Tuhan (melalui berbagai fasilitas gereja
yang memanjakan indera, pembicara yang menghibur telinga sampai jam-jam ibadah
yang disesuaikan kepentingan jemaat).
Beribadahlah bukan hanya sekali seminggu dan
bukan hanya agar tampak dilihat sebagai orang yang beribadah.
Beribadahlah melalui cara hidup Anda, dalam
berhasrat, berpikir, berkata dan berbuat dalam hidup sehari-hari. Beribadahlah
dengan hidup di hadapan Tuhan dengan niat hati dan motif yang paling suci.
Berkat, Tuhan sediakan bagi hati yang
sungguh-sungguh mencari perkenankan-Nya.
Namun bagi mereka yang mengutamakan ibadah
secara seremonial demi memuaskan tuntutan-tuntutan manusia, baik dari dirinya
sendiri atau orang lain, hanya akan memperoleh “celakalah kamu”
sebagai perkataan Tuhan bagi mereka.
Dalam terang firman-Nya
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan