Arsip Bulanan: Desember 2019

KRISTUS TETAP SATU-SATUNYA PENGHARAPAN MANUSIA

(Renungan Natal 2019)
Oleh : Peter B, MA
Merenungkan kedatangan Yesus ke dunia pada Natal pertama, sudah pasti semestinya kita terpesona dengan keagungan rencana Tuhan.
Ketika sang bayi menghirup udara bumi pertama kalinya di sebuah tempat yang diduga kandang ternak, banyak yang mengatakan itu adalah salah satu masa paling kelam dalam sejarah dunia ini. 
Saat itu adalah pemerintahan Kaisar pertama Romawi, Augustus, yang memang baru saja meresmikan sistem kekaisaran atas apa yang sebelumnya adalah Republik Romawi. Dan dimulailah rentang waktu hingga hampir 500 tahun kemudian sampai pemerintahan adidaya di zamannya itu runtuh. Suatu kekaisaran yang dianggap paling besar yang pernah didirikan dan dijalankan manusia -tetapi juga dianggap paling brutal, paling fasik dan paling bejat yang pernah ada. Sudah menjadi catatan sejarah yang sulit dibantah, bagaimana berbagai kegilaan dan kebobrokan telah dilakukan oleh setiap Kaisar yang pernah memerintah Romawi. 
Dan tidak perlu jauh-jauh sebenarnya. Keganasan dan kejahatan pemimpin politik pada waktu kelahiran Yesus sebenarnya diwakili oleh Herodes. Seorang yang dianggap sebagai raja wilayah tempat orang-orang Yahudi bermukim. Seorang keturunan campuran orang Edom dan orang Yahudi yang mendapat kepercayaan mengendalikan wilayah Yudea dari penguasa Romawi waktu itu. Saat itu Herodes Agung adaah gelarnya. Dan Injil Matius memberitahukan kita bagaimana dengan liciknya ia hendak menggunakan orang-orang Majus yang mencari bayi Yesus untuk membantunya menemukan sang raja yang baru dilahirkan itu. Bukan untuk menundukkan diri dan menyembah-Nya seperti orang-orang Majus itu, tapi ia bermaksud membunuh bayi itu. Itupun bukan sekedae gertakan. Ketika ia tahu telah diakali orang-orang berhikmat dari timur itu, ia membantai seluruh bayi-bayi di sekitar Betlehem. Semuanya dihabisi. Tak tersisa satu bayi pun yang berusia di bawah dua tahun. Sungguh seorang raja yang sangat jahat, yang tega menghilangkan nyawa bayi-bayi, manusia-manusia kecil yang sama sekali tak mampu  melawannya. Itu adalah refleksi sikap pemimpin yang sangat takut kehilangan kekuasaannya, yang sangat cinta pada tahtanya, yang melupakan apa yang adil dan benar demi mengamankan kedudukannya. Sesuatu yang tak pernah jemu untuk dpraktekkan ulang oleh manusia-manusia pemimpin hingga zaman sekarang ini yang berakibat bangsa-bangsa tak surut dirundung berbagai krisis. 
Di pihak lain, kegelapan itu disempurnakan dengan kehadiran pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Orang-orang yang sibuk dengan tafsir taurat lalu membuat daftar berbagai hal yang haram dan halal untuk dilakukan seluruh kaum Israel. Mereka tahu seluk beluk hukum taurat dan tradisi kuno Yahudi tetapi luput mengetahui isi hati, maksud dan rencana Tuhan. Tiga puluh tahun setelah kelahiran Yesus, orang-orang ini menjadi salah satu penghalang dan penghambat terbesar dari pelayanan Yesus dan kegerakan Tuhan di bumi. Sungguh bukan suatu masa yang mudah!
Tapi sepertinya belum cukup. Jika diamati, Yesus datang ke dunia melalui situasi-situasi yang tidak lumrah. Yang sukar dan penuh konflik. Sesuatu yang jarang ingin dihadapi manusia pada umumnya. Perhitungkan hal-hal berikut ini. Yesus dilahirkan seorang perawan. Sesuatu yang sangat ganjil dan sukar dipercaya bahkan hingg hari ini. Karena itu, hampir-hampir saja Maria, ibu Yesus, diceraikan tunangannya karena kehamilan yang tidak jelas itu. Dan Yusuf, tunangan Maria itu, juga bukan tanpa masalah. Dia tukang kayu yang hidupnya serba terbatas. 
Lagi, bertepatan dengan waktunya bersalin, sensus diperintahkan sehingga dalam keadaan hamil sangat tua, Maria harus menempuh berpuluh-puluh kilometer untuk kembali ke desanya di Betlehem. Sesampai di Betlehem pun, mereka sebenarnya cukup terlambat. Tak ada penginapan yang tersisa. Merekapun melahirkan Yesus di tempat yang ada palungannya, ditutup dengan kain lampin yang lusuh. Sungguh sederhana dan papa. Allah semesta alam memilih cara sedemikian sengsara untuk mendekati manusia dan turut merasakan bagaimana menjadi manusia yang paling hina itu. 
Belum cukup lega, sejak bayi, Yesus harus mengungsi dan menempuh perjalanan jauh, tidak tinggal dengan tenang sampai beberapa waktu lamanya karena menghadapi ancaman kematian dari penguasa negeri. 
Dapat disimpulkan bahwa masa itu memang merupakan masa yang berat dan gelap dalm sejarah manusia. 
Di zaman yang sukar dan keadaan-keadaan yang sulit, Allah memilih menembus batas waktu untuk hadir sebagai Juruselamat. Saat manusia-manusia serakah dan membanggakan kekuatan diri mereka sendiri memegang kekuasaan di bumi, Yesus memilih waktu yang sama untuk mendirikan Kerajaan-Nya sendiri. Kerajaan yang tak tergoncangkan hingga kini dan sampai kapanpun. Ketika Kekaisaran Romawi pudar dan jatuh, Kerajaan Allah tetap berdiri tegak hingga dua ribu tahun dan masih berlangsung hingga sekarang. Suatu perbàndingan telak akan apa yang dibangun dengan kekuatan manusia versus yang ditegakkan oleh Tuhan. 
Yesus datang sebagai penantang, pembanding, bahkan pembalik atas keadaan-keadaan yang gelap. Ia hadir untuk mengubah manusia lalu manusia-manusia yang sudah diubahkan itu lalu mengubah dunia. Kedatangan-Nya menyampaikan pesan kepada mereka yang tak dianggap oleh dunia, “Hai kamu yang kecil dan hina, Allah mempedulikanmu dan Ia sangat rindu hidupmu berarti di tangan-Nya.” Ketika penguasa politik, orang-orang bergelimang harta dan pemegang-pemegang tampuk kepemimpinan di bidang agama mengendalikan segala sesuatu dan menentukan nasib orang-orang biasa yang tak mempunyai kelebihan seperti mereka, Yesus hadir di tengah-tengah kaum tersisih ini untuk memberikan harga diri, keyakinan dan kesadaran akan kesamaan bahwa semua manusia memiliki hak yang sama di mata Tuhan dan dinilai bukan berdasarkan apa yang diukur manusia di bumi ini tetapi dari yang dilihat, ditemukan dan dinilai Tuhan di hati mereka. Di dalam Dia, manusia menemukan makna, nilai, tujuan, kekuatan dan alasan tertinggi dan terbaik sebagai seorang manusia. Dalam Dialah ada masa depan penuh harapan dan tak pernah mengecewakan. Dalam Dialah kita akan mengarungi perjuangan seumur hidup dalam iman, kasih, keberanian dan ketabahan oleh karena DiA telah datang sebagai pengharapan bagi semua manusia di dunia dari segala zaman.  
Di tengah-tengah kekelaman, Yesus menyatakan diri. Dialah harapan manusia dari sejak semula di saat semua sistem yang dicipta manusia terbukti palsu dan gagal. Dialah yang ternyata mampu mengubah dan merevolusi bukan saja mental tetapi kehidupan orang-orang yang mau menyerahkan diri menjadi murid-murid sejati-Nya. Dia juga yang akan memimpin gereja-Nya kepada kegenapan rencana yang sejak semula telah ditetapkan itu, yaitu menjadi mempelai wanita yang suci, tak bercacat cela yang bangkit menyinarkan terang di tengah-tengah kegelapan dunia yang semakin pekat menjelang kesudahan segala zaman. 
Dia masih dan akan selalu menjadi “Surya pagi dari tempat tinggi, yang melawat kita semua dan akan menyinari semua yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut, untuk mengubahkan hidup mereka dari jalan kebinasaan menuju jalan damai sejahtera” (Lukas 1:78-79). Dialah sinar pengharapan kita ketika politik, ekonomi, agama, sosial budaya, dan hukum dunia ini tak mampu memberikan solusi bagi masalah manusia. YESUS itulah terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi seluruh umat-Nya (Lukas 2:32). 
Hanya dengan memandang Yesus, pandangan kita tak lagi gelap. Dalam Yesus, kita dipindahkan kepada kerajaan terang-Nya, dan diubahkan-Nya kita menjadi anak-anak terang. 
Yohanes 12:36
Percayalah kepada terang itu, selama terang itu ada padamu, supaya kamu menjadi anak-anak terang.”
Efesus 5:8
Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,
1 Tesalonika 5:5
karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.
Di dalam terang-Nya, kita dipanggil dan dimampukan untuk menjadi terang. Yesus berkata, “Akulah terang dunia” (Yohanes 8:12)  dan Yesus yang sama berkata pada kita murid-murid-Nya, “Kamulah terang dunia” (Matius 5:14). Kitalah pembawa-pembawa terang-Nya.
Ketika kegelapan merajalela, kita yang telah melihat Terang Sejati itu datang dipanggil untuk TIDAK BERDIAM DIRI namun BANGKIT MENYATAKAN DIRI untuk menjadi terang-terang kecil yang bergerak sesuai misi dan tujuan Tuhan yaitu membawa sinar itu kepada jiwa-jiwa yang sedang dirundung kegelapan dan berputus asa. Akan semakin banyak yang tenggelam dalam gelap di tahun depan. Dan merupakan pilihan bagi kita. Apakah kita akan turut tenggelam dalam kegelapan dan kefasikan yang menular cepat bagaikan virus ganas bagi jiwa ATAU kita datang kepada Terang Sejati yang telah datang 2000 tahun lalu itu, yang siap memberikan harapan, kekuatan dan kuasa untuk menyinarkan terang-Nya bagi keadaan yang penuh tekanan dan kebobrokan ini. 
“…bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.”
Matius 4:16 (TB)
Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.
Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.
Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu.
Yesaya 60:1-3 (TB)
Apalah artinya kita melihat Terang itu dan tidak datang pada terang itu supaya hidup kita tak lagi dalam kegelapan. 
Celaka dan terkutuklah orang yang telah mendengar Terang itu tetapi memilih tinggal tetap dalam kegelapan. 
Naaslah umat yang merayakan Terang itu namun tidak pernah benar-benar hidup dalam terang itu dan tak pernah menyinarkan terang itu kepada dunia sehingga kegelapan dunia kembali menelannya. 
Berbahagia dan bersukacitalah ia yang menyadari bahwa sebagaimana Tuhan memiliki tujuan dalam kedatangan-Nya ke dunia, ia pun memiliki tujuan dari Tuhan saat dihadirkan dalam suatu masa dan situasi tertentu untuk hidup di dalamnya. 
Berbahagialah ia yang merangkul misi Tuhan dalam hidupnya, sebab ia sedang mengikuti jejak dari kelahiran, kehidupan serta kematian Kristus, yang sesuai janji Tuhan, suatu kali iapun beroleh bagian dalam kebangkitan orang-orang mati untukvmenerima upah kekal itu. 
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Roma 8:17
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Filipi 3:10-11
SELAMAT NATAL 2019.
YESUSLAH PENGHARAPAN DAN ANDALAN KITA SATU-SATUNYA DALAM HIDUP SEKARANG INI MAUPUN YANG AKAN DATANG. 
Salam Revival!
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua

SUKACITA DI HARI NATAL…..

Oleh Peter B. 

Jika sukacita Natal sejati dari Tuhan tidak menembus relung hati kita terdalam, Natal itu tak akan pernah kita temukan dalam apapun lainnya. Entah itu ada pohon Natal yang indah, merdunya lagu-lagu Natal, kemeriahan suasana ibadah atau sesyahdu²nya nyanyian Malam Kudus di tengah pendaran ribuan nyala lilin sekalipun.

Natal nyata di hati kita saat Yesus menjadi RAJA YANG KEPADANYA KITA MEMBERIKAN TEMPAT UNTUK BERTAHTA DI HIDUP KITA…

DALAM SUASANA PERAYAAN NATAL

Oleh Peter B. 

Dalam suasana perayaan Natal ini, tak boleh kita lupa bahwa di balik gegap gempita, euphoria dan semarak perayaan-perayaan Natal kita, sudahkah kita menyadari, memahami dan menjiwai makna Natal dalam hidup kita. Sebab jika tidak, kita hanya akan sekedar terjebah dalam rutinitas ritual semu tanpa makna yang tak jauh berbeda dengan perayaan-perayaan lain di muka bumi ini.

Natal menjadi bermakna karena kita memperoleh pembelajaran dan pengertian lebih dalam akan Tuhan dan jalan²Nya.

HIKMAT DAN KUTIPAN



Banyak mungkin yang bertanya² mengapa ada
orang yang jauh lebih rohani daripada dirinya. Tetapi sesungguhnya Tuhan tidak
pernah membedakan orang. Kasih karunia-Nya diberikan sama rata kepada setiap
orang. Yesus mengasihi Petrus sama seperti mengasihi Yudas Iskariot. Masalahnya
ada pada hati mereka dan…. kerinduan mereka untuk mengenal Tuhan dan mencapai
tingkatan² hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. Seberapa tinggi level rohani
kita, Tuhan tidak pernah membatasinya. Kitalah yang membatasi dengan besar kecilnya
kerinduan kita mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam hubungan dengan
Tuhan. Jika Anda hanya ingin biasa², kerohanian Anda akan biasa². Jika anda
membatasinya untuk hanya di level bapa rohani Anda, di situlah tingkatan Anda.
Jika Anda ingin seperti Kristus, Tuhan berkuasa membawa Anda terus naik hingga
makin serupa dengan Dia. Batas Anda seharusnya adalah Kristus. Bukan apapun
yang di bawah itu.

~ Peter B, MA

HIKMAT DAN KUTIPAN

Mungkinkah Anda yang merasa tidak puas dan
sering kecewa pada Tuhan di hidup kita masih mengharapkan Tuhan yang sama akan
memberkati hidup Anda? Mustahil. Dan jika demikian, seberapapun Anda
mengusahakan hidup Anda penuh dengan kebaikan dan hal² yang baik, selama Anda
bersikap menentang Sang Sumber Segala Berkat itu, Anda tetap hidup dengan
kekuatan Anda sendiri. Anda jauh dari kasih karunia-Nya. Anda di bawah kutuk
daripada di bawah kelimpahan berkat.

~ Peter B, MA

HIKMAT DAN KUTIPAN

Semua orang tahu bahwa hidup itu pilihan.
Masalahnya apakah pilihan yang kita ambil adalah pilihan terbaik? Akankah
pilihan itu membawa kita pada hidup terbaik yang bisa kita jalani? Banyak yang
berpikir dengan menjadi sukses seperti yang didambakan orang² di dunia ini pada
umumnya, yakni menjadi kaya, terkenal, terhormat, hidup nyaman dan mewah,
menikmati kualitas terbaik dari apa yang ada di dunia ini merupakan pilihan
cita² hidup terbaik. Benarkah demikian? Yesus Kristus sepertinya tidak memiliki
semuanya itu dalam hidupnya, tetapi milyaran orang mengaku percaya dan
mengikuti teladan-Nya. Klaim yang perlu diuji kejujurannya. Sebab mengikuti
teladan hidup Yesus adalah MEMILIH UNTUK HIDUP SEPERTI YANG DIPILIHKAN DAN
DIKEHENDAKI ALLAH BAPA. Sudahkah hidup kita sedemikian?

~ Peter B, MA.

HIKMAT DAN KUTIPAN

Kehidupan rohani kita dengan Tuhan dibangun
dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Seperti domba yang mengikuti
gembalanya. Seperti anak yang dengar²an perintah dan nasihat orang tuanya.
Seperti ranting anggur yang menempel di pokoknya. Seperti prajurit yang
mematuhi komandannya. Seperti hamba yang bekerja keras sesuai tugas yang
diberikan kepadanya. Seperti kekasih yang selalu rindu bertemu dan diam
bersama². Itu semua dibangun setiap hari dimulai dari interaksi diri kita yang
terdalam. Dari batin dan roh kita, dari pikiran kita, perasaan kita, kehendak
kita, percakapan kita, komunikasi kita hingga seluruh cara hidup kita setiap
hari. Keseluruhan keberadaan dan gerak gerik kita setiap hari mencerminkan
spiritualitas kita, menunjukkan apakah kita memiliki hubungan dengan Tuhan dan
seberapa mendalam hubungan itu. Itu jauh melampaui sekedar kehadiran dan
keaktifan kita di gereja maupun pelayanan (Roma 12:1-21)
~ Peter B, MA.