Arsip Bulanan: April 2020

MENJAGA DIRI DAN HATI” SESUAI INJIL LUKAS 21:34 (BAGIAN 2)

Oleh Peter B,  MA

Menambahkan sedikit tentang 3 hal yang harus ditinggalkan dan dijauhi dalam kehidupan pengikut² Kristus: 
• 3 hal tsb : (1) hidup fokus berfoya² dan menikmati kesenangan dunia, (2) hidup dalam kemabukan, (3) larut dalam kekuatiran² dunia, sejatinya mewakili cara hidup mayoritas orang di dunia yang tidak mengenal Tuhan, yang tanpa Tuhan, atau yang jauh dari Tuhan. 
• 3 hal tsb juga menggambarkan keadaan jiwa manusia selama menjalani hidup di dunia. 
Hidup bersenang² dan berfoya² merujuk pada orang² yang memiliki kelebihan materi dan menggunakannya untuk mengejar kenyamanan, kesenangan dan kemewahan hidup. Waktu, tenaga, dan dana diboroskan untuk tujuan² memuaskan keinginan dan nafsunya. Entah seseorang berlimpah harta atau tidak, pengejaran kesenangan bisa menjadi salah satu cara menjalani kehidupan selama di dunia. 
hidup dalam kemabukan menggambarkan keadaan mereka yang mengalami tekanan jiwa, stress, depresi dan berusaha lari dari penderitaan hidup. Karena tidak memiliki solusi dalam hidup, orang lari mencari kelegaan dan hiburan yang instan. Semua kalangan, entah berduit atau tidak juga mempunyai cara untuk tenggelam dalam kemabukan.
kuatir akan kebutuhan² hidup menggambarkan jiwa manusia yang tak pernah tenang dan terus berusaha mencari rasa aman pada hal² di dunia ini. Selalu merasa kurang dan takut jika apa yang dimilikinya belum cukup menjamin hidupnya, membuat orang meninggalkan pencarian dan persekutuan dengan Tuhan, kemudian menghabiskan hari²nya mencari peruntungan² yang sifatnya materi. Tak terasa waktu berlalu dan tahun² telah terlewati. Tanpa disadari semua yang diperoleh hanya sekedar duniawi dan fana. Lupa dan terlambat mengumpulkan harta di sorga. Ini dapat terjadi pada semua orang, entah yang sudah dianggap kaya atau masih dalam taraf kemiskinan. Kekuatiran akan kebutuhan hidup telah membuat manusia tertancap dan berakar pada hidup duniawi semata. 
• inti dari semuanya adalah bahwa jiwa manusia yang penuh kelemahan, keterbatasan, bahkan sakit dan menderita memerlukan jawaban dan kesembuhan. Hanya dengan memiliki hubungan dengan Kristus saja, datang di bawah kaki salib, menyerahkan hidup kepada Sang Pencipta, Pemilik Hidup dan Penebus jiwa kita, kita akan menerima pemulihan dan penyembuhan. 
• Kita harus merindukan jawaban dan jamahan dari Kristus saja, yang menjanjikan Air Hidup dan Roti Hidup bagi kita. Jika tidak, kita dapat terjebak dalam arus agamawi belaka, yang alih² memberikan jawaban bagi kita, justru akan membuat hati kita makin keras, angkuh, suka membenarkan diri, merasa lebih baik dari orang lain. Jiwa² miskin dan sakit yang masuk dalam struktur kerohanian akan membawa hal² rohani menjadi alat dan sarana untuk kepentingan² egois. Bedanya dulu orang mencari keuntungan dari hal² yang murni duniawi, kini menggunakan agama dan nama Tuhan untuk memperoleh keuntungan materi. Makin jahat dan tersesat.
Wabah corona saat ini diijinkan Tuhan menjadi waktu² perenungan akan arti dan tujuan keberadaan serta hidup kita sebagai manusia di hadapan Tuhan. Jika semua kesibukan, aktivitas, kegiatan untuk kepentingan² egois manusia sekarang dibatasi, adakah manusia berpaling pada Tuhan, mengingat Dia dan mencari pertolongan dari-Nya?  
Biarlah hidup kita hanya tertuju, terhubung, tertancap, dan terikat dengan Kristus saja supaya kehidupan Kristus mengalir dalam kita dan kita tampil mengatasi cara hidup duniawi yang mementingkan diri, hidup dalam suatu gaya hidup yang baru, yang penuh dengan damai sejahtera dan sukacita sejati. Mantap menjalani hidup di dunia ini bersama² dengan Tuhan, dikuatkan dan dimampukan menghadapi apapun yang terjadi. Siap saja Tuhan memanggil kita pulang kembali ke sorga untuk menerima hidup dan kemuliaan kekal. 
Tuhan memberkati kita semua… 
Salam revival!


“MENJAGA DIRI DAN HATI” SESUAI INJIL LUKAS 21:34 (BAGIAN 1)

Oleh Peter B,  MA
Saya rindu membagikan ayat berikut ini menjadi perenungan bagi kita semua…  
Lukas 21:34 (TB)  “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
Lukas 21:34 (JAWSUR)  Gusti Yésus ngomong: “Jaganen awakmu déwé! Aja sampèk kowé namung mikirké bab sukak-sukak, mangan énak lan ombèn-ombèn waé. Lan aja kokèhan mikirké bab kabutuhané urip, mengko kadung dinané Gusti teka dadakan, kowé durung tata-tata.
Luke 21:34 (KJV)  And take heed to yourselves, lest at any time your hearts be overcharged with surfeiting, and drunkenness, and cares of this life, and so that day come upon you unawares.
Luke 21:34 (NET)  “But be on your guard so that your hearts are not weighed down with dissipation and drunkenness and the worries of this life, and that day close down upon you suddenly like a trap.
Ada 3 hal yang Tuhan minta supaya kita waspadai selama hidup di dunia, khususnya sebagai pengikut dan murid²Nya. Mengingat kedatangan-Nya yang kedua dan hari kematian yang tidak pernah kita ketahui kapan akan menimpa kita, 
Ada 3 hal yang tidak boleh menjadi bagian dari cara hidup kita sebagai anak² Tuhan : 
1) pesta pora (dalam Terjemahan Baru) 
Yang juga diterjemahkan sebagai : 
-Hal² bersenang² (terjemahan Jawa), 
-Bersikap berlebih²an  dalam hal menyenangkan diri (KJV) 
-Menghambur²kan apa yang ada untuk hal² yang tidak penting
Ini berbicara mengenai gaya hidup yang suka bersenang², memuaskan diri dan menggunakan sumber daya yang ada untuk menyenangkan diri sendiri. Makan, jalan² dan mencari hiburan yang menyita hari² dalam hidupnya
2) kemabukan (TB) 
Ini mengacu kepadq keadaan tidak sadar karena dampak minuman keras (dan juga narkoba) yang menghilangkan kesadaran seseorang
3) kepentingan² duniawi (TB) 
Yang juga diterjemahkan sebagai 
-“Kebanyakan berpikir akan kebutuhan hidup” (Jawa) 
-Kekuatiran² hidup (KJV) 
-Kecemasan² dalam hidup ini (NET) 
Tiga hal ini yang sedang Tuhan ingatkan dan sadarkan (SALAH SATUNYA MELALUI WABAH CORONA SEKARANG INI)  kepada orang² Kristen dan dunia supaya mereka segera berpaling pada Tuhan oleh karena hidup mereka yang jauh dari Tuhan, yang hanya berisi mencari kesenangan dunia, bermabuk²an dan bersusah payah mencukupi kebutuhan hidup saja. 
3 hal di atas, menghalangi manusia terhubung dengan Tuhan. Membuat orang terlena atau teralihkan dari arti keberadaan mereka serta tujuan hidup mereka sebagai ciptaan yang paling mulia namun telah putus hubungan dengan Tuhan, yang hidupnya tanpa disadari sedang meluncur menuju kebinasaan kekal. 
Beberapa orang Kristen salah memahami praktek dari ayat ini sehingga kemudian banyak menghabiskan waktu, tenaga, usaha, pergaulan dan lari dari tekanan hidup dengan aktif beribadah dan rajin ke tempat ibadah. 
Masalahnya, selama seseorang beribadah serajin apapun namun hidupnya tidak terhubung dengan Kristus, tidak menyerahkan diri menjadi murid²Nya, semuanya tidak banyak gunanya. Bukannya dilepaskan dari keinginan akan dunia dan beroleh damai sebagai ganti kekuatiran, orang yng hanya terhubung dengan agama hanya akan membanggakan kesalehan semu belaka sedangkan hati mereka tidak diubah bahkan bertambah jahat oleh karena kesombongan dan pembenaran diri. 
Intinya, tidak larut dalam kehidupan duniawi bukan berarti larut dalam kehidupan agamawi. Melepaskan diri dari yang duniawi berarti memiliki sesuatu yang lebih berharga dan mulia dalam hidup, yang karenanya kita dengan sukacita dan rela menjalani hidup yang berbeda dengan  orang² dunia yang tidak mengenal Kristus : hidup menyangkal diri, pukul salib setiap hari dan mengikut Kristus. 
Kiranya ini menjadi perenungan kita semua. Biarlah hati kita bercintakan Kristus saja, kagum akan Kerajaan-Nya, rindu akan hadirat-Nya, mendambakan persekutuan dan perjalanan bersama-Nya, terpesona dengan keindahan panggilan dan rencana-Nya dalam hidup kita, lalu hidup sampai saat terakhir mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan dari Bapa dalam hidup kita. 
Hidup yang demikian niscaya akan siap dan tak tersipu² malu kapanpun kedatangan Tuhan tiba atau saat maut menjemput kita. 
Tuhan Yesus memberkati kita semua. 
Salam revival!

GAIRAH BERTEMU DENGAN YESUS

“Kami ingin bertemu dengan Yesus” (Yohanes 12:21)
Seruan duniawi adalah, “Siapa yang akan menunjukkan kebaikan kepada kita?” (Mazmur 4:7). 5 yang mencari kepuasan dalam kenyamanan, kesenangan, dan kekayaan duniawi.  
Tetapi orang berdosa yang disadarkan, hanya tahu satu hal yang baik.  “O, kiranya aku tahu di mana aku bisa menemukan Dia!”  Ketika orang itu benar-benar dibangunkan untuk merasakan kesalahannya, bahkan jika kamu bisa menuangkan emas India di kakinya, dia akan berkata, “Bawa itu pergi: aku hanya ingin menemukan Tuhan.”
Sungguh ia diberkati ketika ia telah membawa hasratnya pada suatu fokus, sehingga semuanya terpusat pada satu objek.  Ketika dia memiliki lima puluh keinginan yang berbeda, hatinya hanya serupa lumpur yang tergenang air, yang menyebar ke rawa, membiakkan racun da penyakit sampar. Tetapi ketika semua keinginannya dibawa ke satu arah saja, hatinya menjadi seperti sungai air murni, mengalir deras untuk menyuburkan ladang.  
Berbahagialah dia yang hanya memiliki satu keinginan, jika satu keinginan itu ditujukan semata kepada Kristus, meskipun itu mungkin belum terwujud.  Jika Yesus menjadi keinginan jiwa, itu adalah tanda seseorang telah mengalami pekerjaan ilahi dalam hatinya.  
Orang seperti itu tidak akan pernah puas dengan hukum² agama belaka.  Ia akan berkata, “Aku menginginkan Kristus;  aku harus memilikinya — aturan agama dan tata caranya belaka tidak ada gunanya bagiku;  aku menginginkan pribadi Yesus itu sendiri;  jangan menawarkan ini padaku.  Anda menawarkan saya kendi kosong, sementara saya sekarat kehausan;  beri aku air, atau aku mati.  Yesus adalah keinginan jiwaku.  Saya mau melihat Yesus! “
Apakah ini kondisi Anda, para pembaca saya, pada saat ini? Apakah engkau hanya punya satu keinginan, dan apakah itu mengejar Kristus?  
Maka engkau tidak jauh dari kerajaan surga.  
Apakah engkau hanya memiliki satu saja keinginan di dalam hatimu, dan itu adalah berharap agar engkau disucikan dari segala dosamu dalam darah Yesus?  
Dapatkah kamu benar-benar berkata, “Aku akan memberikan semua yang aku miliki untuk menjadi seorang pengikut Kristus;  Aku akan menyerahkan semua yang aku miliki dan semua harapan² pribadiku, asal saya dapat memiliki kerinduan akan Kristus?”
Maka, melampaui segala ketakutan Anda, bersorak-sorailah, karena Tuhan menyayangi engkau, dan engkau akan segera sampai pada ^ keadaan yang terang bagai siang, dan engkau akan bersukacita dalam kebebasan yang diberikan oleh Kristus yang membebaskan manusia.
Diambil dari renungan Evening by Evening oleh Charles Spurgeon

SAUL YANG DITINGGALKAN TUHAN

Oleh : Peter B
Saul adalah orang pertama yang diurapi sebagai raja Israel. Sesaat setelah ia menduduki tahta, tantangan pertama pun datang. Nahas, raja Amon mencari gara² dengan mengepung salah satu wilayah Israel dan minta penundukan wilayah itu kepadanya (1 Samuel 11)
Dituliskan tentang Saul, begitu mendengar berita itu : 
Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat.
1 Samuel 11:6 (TB)
Dan Saul bersama² seluruh Israel pun maju berperang mengalahkan pasukan Amon itu. Jabatan Saul sebagai raja pun diteguhkan sekali lagi di Gilgal.
Tahun berlalu. Sebagai raja, Saul ternyata banyak membuat blunder rohani di hadapan Tuhan. Imannya semakin merosot, lebih² setelah ditolak sebagai raja, sebagaimana pesan Tuhan melalui Samuel. (1 Samuel 13-14)
Dan inilah yang dituliskan mengenai Saul setelah ia, sekalipun masih menjadi raja, tetapi tak dikenan lagi oleh Tuhan : 
Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN.
Lalu berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: “Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah mengganggu engkau;
1 Samuel 16:14-15 (TB)
Saul masih menjadi raja. Masih memegang jabatan yang Tuhan berikan. Masih memiliki otoritasnya sebagai raja. Bedanya, dulu dia dipimpin dan dikuasai Roh Allah. Sekarang ia dipengaruhi roh jahat. Awalnya, ia sadar itu adalah roh² jahat yang mengganggunya. Tapi oleh karena ia terus mengeraskan hati dan tidak mau bertobat, roh jahat itu mulai menyusup, menancapkan kuku²nya semakin dalam untuk mencengkeram hidupnya, mempengaruhi dan mengubah kepribadiannya. 
Dari kisah² selanjutnya kita diberitahu mengenai apa yang terjadi atas raja yang ditolak Tuhan itu : 
1) Saul menjadi bergantung pada suasana di luar dirinya untuk menjaga mood dan hatinya tetap tenang. Ia pun memanggil Daud yang pandai menyanyi dan main kecapi untuk menenteramkan hatinya (1 Samuel 16:14-23). Sebenarnya hatinya selalu gelisah, dipenuhi berbagai kekuatiran dan ketakutan. Tanpa Tuhan, hati seseorang tak menemukan kedamaian, bahkan ia semakin jauh dari ketenangan sejati. 
2) Saul menjadi penakut dan tak lagi berfungsi sebagai pemimpin yang baik bagi umat Tuhan. Ketika Goliat, raksasa Filistin menantang Israel untuk bertarung dengannya, Saul memilih menyembunyikan diri di kemahnya daripada tampil memimpin pasukannya (1 Samuel 17:10-11). Saul, tak berbeda dengan seluruh prajurit Israel lainnya menjadi amat cemas dan sangat ketakutan. 
3) Saul dikuasai kebencian dan kedengkian. Setelah Daud mendapat nama sebagai pahlawan Israel, alih² turut bersukacita dan berterima kasih pada Daud karena telah banyak memberikan kemenangan pada Israel, Saul menjadi iri hati dan tidak senang pada Daud (1 Samuel 18:8-9). Ia mulai mencari cara menjatuhkan reputasi Daud bahkan bermaksud membunuhnya. 
4) Saul kerasukan setan. Hasilnya, ia dikuasai niat dan keinginan menyerang dan membunuh Daud (1 Samuel 18:11-12). Setelah gagal membunuh Daud dengan tombak, ia menempatkan Daud di garis depan medan perang. Dengan harapan Daud mati terbunuh. Ia juga menjebak Daud dengan memberikan putrinya sebagai istri Daud, dengan syarat membunuh ratusan orang Filistin. Lagi² dengan tujuan agar Daud terbunuh saat melakukannya. 
5) Sisa hidup Saul digunakan untuk memburu Daud, untuk membunuhnya dan mencegahnya menjadi raja (1 Samuel 18:29). Alih² berjuang memajukan bangsanya, Saul menghabiskan hari²nya sebagai raja melakukan usaha² ekstrem demi mengamankan tahtanya. 
6) Saul tidak pernah koreksi diri tapi suka menghakimi dan berprasangka negatif tentang orang lain, khususnya yang tidak disukainya (1 Samuel 20:26)
7) Saul mencintai jabatan dan kedudukan lebih dari apapun di dunia ini sampai² ia tak ragu mengatai dan hampir membunuh anaknya sendiri (1 Samuel 20:30-33)
8) Saul tak segan berbuat keji dan membantai imam² penduduk satu kota karena dianggap tidak satu pandangan politik dengan dia (1 Samuel 22:6-19)
9) Saul bertanya dan percaya kepada dukun, paranormal, tukang sihir daripada mencari Tuhan (1 Samuel 28). Walaupun ia meminta bertemu roh Samuel dan masih terkesan mencari petunjuk Tuhan, sesungguhnya ia sama sekali tidak mencari Tuhan, karena Tuhan tidak pernah akan bicara pada para peramal yang bernubuat bukan dari Roh-Nya
10) Saul kalah dan bunuh diri dalam peperangan (1 Samuel 31). Walaupun berperang sebagai raja Israel dan dengan umat Tuhan, Saul mengalami kekalahan yang besar. Itu juga barangkali kesalahan yang kesekian kalinya bagi dia dan bangsanya. Ia kehilangan anak²nya. Terluka parah dan akhirnya bunuh diri. Sangat memalukan akhir hidup seorang raja yang pernah diurapi Tuhan! 
Dari kesemuanya, jelaslah bahwa Saul mengalami kemerosotan demi kemerosotan. Degradasi demi degradasi. Khususnya dalam hidup rohaninya, karakternya, kehidupannya. Bukannya semakin menjadi pribadi luhur, mulia, berhikmat dan bersinar, Saul meredup dan terjun bebas menuju kekelaman yang paling pekat.
Kata²nya sebagai raja kosong saja. Ia berperang namun tidak pernah menang. Otoritasnya tak mampu menggerakkan Israel dan membawa bangsanya seturut rencana Tuhan. Ia kehilangan urapannya. Ia kehilangan Roh Tuhan lalu kehilangan segala²nya. Ia jatuh sedemikian dalam sambil masih merasa dirinya raja yang diurapi Tuhan. Ia tak sadar ia bukan lagi orang yang masih diurapi Tuhan. Ia mantan orang yang diurapi Tuhan. Ia tidak menyadari itu sampai ia menemukan kenyataan yang mengerikan saat ia kalah dan dipermalukan dengan hebatnya. 
Sesungguhnya tidak sedikit orang² yang pernah dipakai Tuhan namun kemudian tidak lagi. Ia mungkin masih merasa punya otoritas. Ia masih memegang jabatan tinggi dalam pelayanan. Jemaatnya banyak dan segan padanya. Pelayanannya pun terkenal di seluruh dunia. Meskipun demikian, urapan Tuhan telah meninggalkan dia. 
Kita mengetahuinya dari sifat dan karakternya yang tak mencerminkan kematangan, kedewasaan, kearifan dan penguasaan diri seorang hamba Tuhan yang dipenuhi Roh Kudus. Ia hanya tampak rohani tapi tanpa kuasa yang nyata. Tampak menang dan perkasa padahal kalah dan lemah. 
Di sisi lain, ada juga yang tampil dengan ganas, tidak segan menyerang orang lain. Pembawaannya tidak rendah hati dan lembut. Ia congkak, merasa paling benar dan paling berkenan di hadapan Tuhan. Padahal bisa jadi itu sekedar menutupi motif² lain seperti kekuatiran dan ketakutan di hatinya. Orang yang suka menghakimi dengan mudahnya, tak mungkin dipimpin dan dikuasai Roh Tuhan.
Bisa jadi mereka masih sangat giat dalam pelayanan rohani tapi Roh Tuhan tak lagi ada memimpin mereka ataupun bekerja di dalam dan melalui mereka. 
Adakah kita melihat pemuka² rohani yang demikian di sekeliling kita hari ini? 
Belajar dari Saul, kita seharusnya bisa menilai sejauh mana hidup kita dikuasai Tuhan dan sejauh mana pelayanan dari mereka yang mengaku memegang otoritas² rohani itu. 
Berjaga² dan waspadalah selalu. 
Pastikan kita tidak terombang-ambing angin pengajaran dan terpikat dengan figur manapun selain Yesus Kristus sendiri. 
Biarlah kita tahu membedakan segala sesuatu dan hanya belajar dari pemimpin² rohani yang mencerminkan Roh Kristus dalam kehidupan mereka.
Akankah Anda melakukannya?
Salam Revival!
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan.

PERTANYAAN PERENUNGAN : APA YANG TUHAN KEHENDAKI DAN PERLU KITA LAKUKAN UNTUK MENGHENTIKAN WABAH DI BANGSA KITA?

Oleh Peter B,  MA
Marilah kita berpaling pada Tuhan, mengarahkan mata rohani dan iman kita kepada Dia yang berkuasa atas segala sesuatu untuk beroleh kekuatan dan pertolongan pada saat² tulah berkecamuk seperti sekarang ini. Dia saja yang sanggup mengubah keadaan² kita sekarang ini. Dan Dia menunggu kita melakukan bagian kita sebagai bukti bahwa kita percaya Dia sanggup menyatakan kuasa-Nya. 

Markus 4:38-41 (TB)
38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”
39 Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.
40 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”
41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
Kenyataan bahwa Yesus menghardik angin topan yang dahsyat dan angin itu pun tenang menunjukkan bahwa Tuhan kita berkuasa atas segala sesuatu. Hanya dengan satu dua kata, semua tunduk dan taat, sesuatu yang menurut ukuran manusia itu ajaib dan luar biasa pun terjadilah. 
Dengan kuasa seperti ini, jika kuasa itu diberikan dan diperintahkan kepada kita, misalnya saja untuk menghardik setan, kekuatan alam atau bencana MAKA MUJIZAT SEPERTI ITU PUN BISA TERJADI SEBAB KUASA YANG ADA PADA YESUS  ADALAH KUASA YANG SAMA DIBERIKAN PADA KITA. 
Masalahnya…. benarkah memang Tuhan menyuruh kita menghardik bencana itu??? Kalau Tuhan tidak perintahkan, itu akan sekedar suatu sikap gaya²an. Sok²an secara rohani. Merasa hebat sendiri. Merasa punya kuasa tapi sebenarnya salah menilai diri. Merasa dipakai Tuhan padahal belum tentu seperti itu. Harus dipertanyakan benarkah yang demikian itu sikap seorang hamba Tuhan atau sekedar mantan hamba Tuhan (seperti Saul dan Simson, misalnya yang dulunya pernah diurapi Tuhan tapi sudah tidak lagi)
Lalu, tahunya dari mana kalau hardik menghardik itu dari Tuhan atau bukan?
Dari hasilnya. 
Kalau hasilnya tidak ada, ya itu cuma klaim sepihak. Seperti anak kecil yang berceloteh di depan orang tua dan teman²nya kalau dia superhero, membunuh monster, mengalahkan bad guys dsb… lucu saja mendengarnya. Namanya celotehan kanak² yang main prajurit²an tetapi pakai senjata² plastik. Yang umurnya cukup dewasa dan mengerti, sebaiknya tidak perlu menghiraukannya. Malah kasihan sebenarnya, apalagi kalau penipuan diri iru sampai serius betul hingga meyakinkan banyak orang lain kalau mereka benar² para pahlawan dan pejuang yang sebenarnya. Pastilah yang percaya dengan omongan demikian sama² kanak² yang terbuai cerita² khayal yang mempesona itu. 
Hati²lah dengan orang² yang dikenal sebagai pemuka rohani. Bisa jadi itu hanya kelihatannya saja. Tampak masih seperti orang berotoritas, seperti Saul yang masih duduk di tahta raja, tapi sudah seperti singa tak bertaring dan bergigi. Ia kalah terus dan selalu dipermalukan  dalam berbagai peperangan…. 
Satu hal lagi. 
Mengapa Yesus marah kepada murid²Nya dan menuduh mereka penakut dan tidak punya iman? 
Itu karena mereka menuduh Tuhan tidak peduli dan pastilah mereka binasa. Tuduhan itu serupa dengan sungut² orang Israel di padang gurun. Yang berkali² mengatakan mereka akan binasa di sana atau dibunuh raksasa² Kanaan. Padahal kalau direnungkan, kalau benar bahwa mereka percaya Tuhan itu selama ini telah mengadakan banyak mujizat dan pertolongan bagi mereka dan menyertai mereka sepanjang di padang gurun, MUNGKINKAH MEREKA AKAN DIBIARKAN BINASA BEGITU SAJA OLEH TUHAN? BAGAIMANA MUNGKIN TUHAN TIDAK PEDULI PADA ANAK²NYA? DAN MUNGKINKAH KEKUATAN² ALAM, MANUSIA ATAU APAPUN CIPTAAN LAINYA MENGUNGGULI ATAU MENGALAHKAN KEKUASAAN TUHAN? 
Jelas mereka tidak percaya Yesus sebagai Pribadi yang penuh kuasa dan sudah banyak melakukan pembebasan, penyelamatan, pemulihan dan pertolongan! 
Mereka lebih percaya pikiran mereka sendiri bahwa mereka akan binasa,  padahal Yesus ada di tengah² mereka! 
Jika kita percaya dan yakin kita bahwa kita berjalan bersama² dengan Tuhan, tidak ada apapun yang perlu kita takutkan maupun yang perlu kita kuatirkan. Sang empunya alam semesta itu sendiri yang diam bersama² dengan kita. Gembala Agung itu yang menuntun, membimbing dan menjaga kita, memelihara dan mengurus kita dengan sempurna. Apakah yang perlu kita cemaskan? Gerangan apa yang masih akan menjadikan kita panik? 
Lagipula, jika Yesus begitu tenang, sudah seharusnya demikian pula kita sebagai murid²Nya, yang percaya bahwa Dia tahu dan memegang kendali atas segala sesuatu… 
Masalahnya adalah  : 
– kita tidak merasa Tuhan dekat dan diam bersama² dengan kita. Kita merasa sendiri karena pada dasarnya belum ada kedekatan dan keintiman dengan Tuhan. Saat sesuatu memburuk kita merasa ditinggal sendiri karena kita tidak memiliki kedekatan dengan Dia, tak mampu melihat kehadiran dan keberadaan-Nya;  
– kita kerap masih tidak percaya Dia sanggup campur tangan dan berkuasa menjaga kita dengan sempurna. Iman kita tidak teruji dan hanya dangkal karena tampak taat dan semangat ada Tuhan di masa² tenang dan nyaman saja. Padahal iman sejati seharusnya nyata pada segala keadaan. 
– kita tidak tahu bagaimana bersikap karena kita tidak mencari wajah Tuhan dan belajar dari-Nya menyikapi berbagai situasi. Jika saja ketika badai mengamuk, mereka berpaling pada Yesus dan melihat Yesus begitu pulas, mereka semestinya tahu badai itu tidak akan membawa pengaruh apapun bagi mereka. 
Mari evaluasi hati kita. Kerohanian kita bukan untuk gaya²an dan sok²an tapi untuk menyelami dan menyelidiki jalan² Tuhan dan kehendak-Nya, lalu mengerjakannya dalam hidup kita.
Iman kita janganlah sekedar di bibir saja. Tapi setiap hari, setiap langkah dalam perjalanan hidup kita iman kita terlihat dalam menghadapi peristiwa yang terjadi.  Keyakinan kita harus teguh bahwa kita senantiasa dipimpin dan disertai Tuhan, dituntun di jalan-Nya, tidak pernah ditinggalkan sendiri dalam suatu hubungan yang intim dengan Dia. Kita akan dilindungi dan dipelihara sempurna jika kita sungguh² berserah dan percaya pada-Nya. 
Kiranya ini menjadi perenungan kita bersama dan berkat Tuhan tercurah bagi kita semua. 
Salam Revival!
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan

PERTANYAAN PERENUNGAN : PERBEDAAN DOA MUSA DAN HARUN DENGAN UMAT TUHAN DI MASA KINI TERKAIT MENGHENTIKAN WABAH

Oleh Peter B,  MA
Doa Musa didengar Tuhan : 
Bilangan 11:1-3 (TB)
1 Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan. 
2 Lalu berteriaklah bangsa itu kepada Musa, dan Musa berdoa kepada TUHAN; maka padamlah api itu.
3 Sebab itu orang menamai tempat itu Tabera, karena telah menyala api TUHAN di antara mereka
Bilangan 14:19-20 (TB)
19 Ampunilah kiranya kesalahan bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setia-Mu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari.”
20 Berfirmanlah TUHAN: “Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu”.


Doa Harun didengar Tuhan : 
Bilangan 16:46-48 (TB)
46 Berkatalah Musa kepada Harun: “Ambillah perbaraan, bubuhlah api ke dalamnya dari atas mezbah, dan taruhlah ukupan, dan pergilah dengan segera kepada umat itu dan adakanlah pendamaian bagi mereka, sebab murka TUHAN telah berkobar, dan tulah sedang mulai.” 
47 Maka Harun mengambil perbaraan, seperti yang dikatakan Musa, dan berlarilah ia ke tengah-tengah jemaah itu, dan tampaklah tulah telah mulai di antara bangsa itu; lalu dibubuhnyalah ukupan dan diadakannyalah pendamaian bagi bangsa itu.
48 Ketika ia berdiri di antara orang-orang mati dan orang-orang hidup, berhentilah tulah itu.


Doa Musa dan Harun menghentikan tulah dan hukuman Tuhan karena doa² mereka BERKENAN DI HADAPAN TUHAN. 
Doa² yang dikenan Tuhan adalah doa² orang² yang BENAR DI MATA-NYA : 
Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi doa orang jujur dikenan-Nya.”
(Amsal 15:8)
TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya.”
(Amsal 15:29)
Lalu Daud mendirikan di sana mezbah bagi TUHAN, mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dan memanggil TUHAN. Maka TUHAN menjawab dia dengan menurunkan api dari langit ke atas mezbah korban bakaran itu.”
(1 Tawarikh 21:26)
Tapi doa² orang yang dipandang fasik oleh Tuhan, tidak akan dijawab-Nya MESKIPUN MEREKA BANYAK MEMPERSEMBAHKAN KORBAN, IBADAH, PERAYAAN DI HADAPAN TUHAN… .
“Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya. Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.”
(Yesaya 1:10-15)
“Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: “Tambah sajalah korban bakaranmu kepada korban sembelihanmu dan nikmatilah dagingnya! Sungguh, pada waktu Aku membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran dan korban sembelihan; hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!
(Yeremia 7:21-23)
“Orang menyembelih lembu jantan, namun membunuh manusia juga, orang mengorbankan domba, namun mematahkan batang leher anjing, orang mempersembahkan korban sajian, namun mempersembahkan darah babi, orang mempersembahkan kemenyan, namun memuja berhala juga. Karena itu: sama seperti mereka lebih menyukai jalan mereka sendiri, dan jiwanya menghendaki dewa kejijikan mereka, demikianlah Aku lebih menyukai memperlakukan mereka dengan sewenang-wenang dan mendatangkan kepada mereka apa yang ditakutkan mereka; oleh karena apabila Aku memanggil, tidak ada yang menjawab, apabila Aku berbicara, mereka tidak mendengarkan, tetapi mereka melakukan yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai apa yang tidak Kukehendaki. Dengarlah firman TUHAN, hai kamu yang gentar kepada firman-Nya! Saudara-saudaramu, yang membenci kamu, yang mengucilkan kamu oleh karena kamu menghormati nama-Ku, telah berkata: “Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya, supaya kami melihat sukacitamu!” Tetapi mereka sendirilah yang mendapat malu.”
(Yesaya 66:3-5)
“Siapa memalingkan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya adalah kekejian.”
(Amsal 28:9)
Apakah gunanya bagi-Ku kamu bawa kemenyan dari Syeba dan tebu yang baik dari negeri yang jauh? Aku tidak berkenan kepada korban-korban bakaranmu dan korban-korban sembelihanmu tidak menyenangkan hati-Ku.”
(Yeremia 6:20)
“Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.”
(Amos 5:21-24)
“Dengan korban kambing domba dan lembu sapinya mereka akan pergi untuk mencari TUHAN, tetapi tidak akan menjumpai Dia; Ia telah menarik diri dari mereka.”
(Hosea 5:6)
“Apakah lagi urusan kekasih-Ku di dalam rumah-Ku, bukankah ia sudah melaksanakan rancangan-rancangan yang jahat? Dapatkah nazar-nazar dan daging yang suci melewatkan malapetaka dari padamu, sehingga kemudian engkau dapat beria-ria?”
(Yeremia 11:15)
“Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar.”
(Yeremia 14:12)
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.”
(Matius 23:14)

Doa orang yang benar ada akhirnya akan selaras dengan hati Tuhan. Sebab mereka mencari apa yang berkenan di hadapan Tuhan dan mengusahakan-Nya. Mereka tidak mencari kepentingan dan kenyamanan mereka sendiri, tidak memperalat Tuhan sebagai oknum yang dapat digunakan memenuhi keinginan dan tujuan mereka. Mereka mencari apa yang Tuhan rindukan dan memberikan hati dan diri mereka untuk  melakukan bagian mereka memenuhi kerinduan Tuhan itu. Kepada mereka inilah Tuhan memberikan janji : 
Yohanes 15:7 (TB) Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

1 Yohanes 5:14 (TB) Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
Pendoa seperti apakah kita di hadapan Tuhan?

TAHU BERSYUKUR AKAN KEBAIKAN TUHAN

Oleh :  Peter B
Ayat Hari Ini : 
Lukas 17:17-19 (TB)
17 Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?
18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”
19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Hingga hari ini, kisah tentang 10 orang kusta yang disembuhkan Yesus masih terus menjadi perenungan yang membawa berkat besar dalam kehidupan saya. 
Dalam perjalanan di perbatasan antara wilayah Israel dan Samaria, Yesus bertemu 10 orang kusta yang minta belas kasihan dari Yesus.  
Yesus tidak melakukan sesuatu yang spektakuler kepada mereka. Ia hanya menyuruh kesepuluh kusta itu pergi menghadap imam. Dan semua tahu apa maksud menghadap imam itu. Orang kusta yang menghadap imam berarti hendak menunjukkan bahwa diri mereka sembuh. Sehingga tidak harus dikucilkan lagi di luar pemukiman penduduk pada umumnya.
Sepuluh orang kusta itu melakukan yang diperintahkan Yesus. Itulah bukti bahwa mereka percaya, mereka memiliki iman kepada Yesus dan oleh iman itu mereka melangkah dalam ketaatan. Hasilnya, kuasa Allah bekerja, mukjizat pun terjadi. Mereka sembuh. Sungguh kuasa Tuhan dan mujizat-Nya berlaku bagi orang yang percaya! Itu berlaku dahulu dan masih berlaku sekarang ini atas setiap orang yang mengimaninya. 
Yang menarik dari kisah ini kemudian adalah bahwa dari 10 orang yang menerima kesembuhan, hanya 1 orang yang kembali UNTUK BERTERIMA KASIH kepada Yesus. Dan orang itu adalah seorang Samaria, golongan bangsa yang dipandang statusnya lebih rendah dibanding orang Israel pada umumnya. 
Hanya 1 dari 10 orang, sepersepuluhnya, yang ingat kepada Tuhan ,yang tahu mengucap syukur terima kasih atas kebaikan dan perbuatan besar Tuhan dalam hidupnya. 
Dari kisah itu setidaknya kita dapat menarik pelajaran : 
1- Hanya sedikit saja yang paham kebaikan Tuhan dalam hidupnya.
Sebagian orang suka berpikir negatif tentag Tuhan. Sebagian lagi memandang biasa² saja setiap kemurahan dan kebaikan Tuhan bagi hidupnya. Sama seperti Israel yang suka lupa mukjizat Tuhan sewaktu di Mesir, pada saat di Laut Merah dan ketika berkelana di padang gurun, demikian pula banyak orang yang keras kepala dan bodoh. Yang memandang pemeliharaan dan cinta Tuhan sebagai hal biasa saja, sebagai sesuatu yang wajar dan layak mereka terima. Alih² menjadi orang yang tahu berterima kasih, banyak yang merasa masih kurang mendapat berkat Tuhan. Mereka masih meminta, mendesak dan menuntut Tuhan memenuhi keinginan² mereka. 
Hanya sedikit saja yang berpikir untuk mengucap syukur apalagi rindu membalas kebaikan Tuhan itu. 
Daud adalah salah satu pribadi yang ingat dan tahu bersyukur akan kebaikan Tuhan (lihat Mazmur 34:9; 116:12-13). Barangkali itulah sebabnya Tuhan sangat berkenan kepadanya! 
Merenungkan ini, termasuk golongan yang manakah Anda? Yang tahu bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan atau sebaliknya? 
Jika Anda memandang diri Anda sebagai orang yang tahu berterima kasih pada Tuhan, apakah yang Anda lakukan untuk berterima kasih pada-Nya? 
Adakah Anda mengucap syukur dengan cara beribadah kepada Tuhan dalam suatu ibadah yang sejati yang dikenan dan diinginkan-Nya (Roma 12:1-2)?
2- Orang yang ingat Tuhan dan tahu bersyukur akan kebaikan-Nya, tidak selalu memiliki pengetahuan yang lengkap dan tepat tentang Tuhan
Dalam kisah di atas, yang kembali untuk menyembah dan memuliakan Yesus, bukan orang Israel, yang sejak kecil sudah diajar mengenal Yahweh, Allah yang benar dan sejati. Orang Samaria dipandang tidak mengenal Yehovah secara benar. Mereka mempercayai ajaran yang tidak lengkap dan lebih luas tentang Allah Israel. Mereka dianggap lebih rendah karena berasal dari keturunan yang kawin campur dengan bangsa² asing, penyembah² berhala sehingga mencampurkan ajaran yang dianggap murni dengan penyembahan kepada dewa² asing. Intinya, orang Samaria dianggap tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang Tuhan dan hukum²Nya. 
Anehnya, yang mengenali Yesus dan kuasa Allah yang bekerja melalui Dia, adalah orang Samaria ini. Di pihak lain, yang sudah dididik tradisi dan agama Yahudi justru kurang mengakui kebesaran Tuhan melalui pelayanan Yesus. 
Entah apa yang menghalangi mereka? Mungkinkah ajaran taurat yang mereka terima malah menahan mereka untuk mengakui dan mengenali Yesus dan kuasa yang ada pada-Nya lebih lagi? 
Mungkinkah mereka memandang mukjizat yang mereka terima itu tidak berhubungan dengan Yesus sebab merasa Yesus tidak melakukan apa² terhadap diri mereka selain menyuruh menghadap kepada imam? 
Jika memang demikian, tidakkah pengetahuan rohani yang kita terima dan yakini sebelumnya bisa menghalangi kita mengenal Tuhan secara pribadi lebih lagi? Sehingga tidak mengenal bahwa Tuhan sedang bekerja di hidup mereka melalui apa yang terjadi di hidup mereka sehari²?
Dan tidakkah yang merasa punya pengetahuan rohani ternyata bisa menjadi mudah berpuas diri lalu menilai pekerjaan Tuhan menurut pikiran sendiri?
Renungkanlah semuanya ini. 
Biarlah lebih daripada sekedar beragama dan menjadi Kristen, mata rohani kita boleh celik dan melihat Tuhan bekerja dimanapun, melalui apapun dan siapapun, dan melalui cara yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita. 
3- Sikap penuh terima kasih dan syukur pada Tuhan adalah masalah hati dan karakter masing-masing orang
Sejak kecil sudah seharusnya setiap orang diajar menunjukkan sikap berterima kasih. Dididik untuk menghargai apa yang sudah diterimanya dari orang lain, lebih² jika itu hasil dari suatu kerja keras dan pengorbanan. “Terima kasih” adalah salah satu dari yang tiga kata ajaib (dua kata lainnya adalah “tolong” dan “maaf”) yang dianjurkan untuk diajarkan kepada anak² kita sebagai kata² yang wajib diucapkan kepada sesamanya. 
Masalahnya, banyak orang tidak mengikuti didikan ini di kemudian hari setelah mereka dewasa. Hati orang menjadi keras, sikapnya berubah angkuh, tidak suka terlihat lemah dan rendah di depan orang. Iblis kembali berhasil menipu dan menarik karakter manusia merosot  ke level yang lebih rendah lagi. Alih² mengucapkan “terima kasih” atas setiap kebaikan yang kita terima, banyak yang lebih terbiasa mencari alasan dan kekurangan untuk supaya ia tidak perlu mengucapkan terima kasih. Dan karakter demikian akan semakin banyak di akhir zaman ini.
2 Timotius 3:1-2 (TB)
1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. 
2 Manusia akan mencintai dirinya sendiri… Mereka akan membual dan menyombongkan diri,… . akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, …
Melampaui yang tidak tahu berterima kepada sesamanya, ada lebih banyak lagi orang yang tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan. 
Jika kepada manusia yang terlihat, seseorang bisa menjadi pibadi² yang tidak tahu kebaikan betapa lebih lagi di hadapan Tuhan yang tidak bisa dilihatnya! 
Berhati-hatilah terhadap sikap demikian. Mereka yang tidak tahu berterima kasih akan tergolong sebagai orang² yang lupa akan Tuhan dan tidak akan pernah dapat menjalin hubungan dekat serta intim dengan Dia. 
Hati yang dipenuhi kecurigaan, keluh kesah, ketidakpuasan akan yang Tuhan berikan setiap hari bagi hidupnya TIDAK AKAN pernah datang dengan takut, hormat apalagi sujud dalam penyembahan di hadapan Tuhan. Sebaliknya, mereka akan mengacungkan tangan pada Tuhan, membawa hati yang keras itu di hadapan Tuhan sehingga membuat Tuhan murka. 
Penutup
Kepada orang Samaria yang disembuhkan dari kusta itu, Yesus mengucapkan satu kata yang membuat hati saya tersentuh. 
Yesus berkata,  “Berdirilah dan pergilah. IMANMU TELAH MENYELAMATKAN engkau!” (Lukas 17:19). Itulah berkat bagi yang tahu mengucap syukur pada Tuhan. 
Si kusta itu tidak hanya menerima kesembuhan (berkat yang sementara saja, yang dinikmati selama di dunia ini saja) tapi ia beroleh KESELAMATAN KEKAL, memastikan tempatnya di Kerajaaan Sorga. Suatu BERKAT GANDA. Luar biasa! 
Mereka yang selalu ingat kebaikan Tuhan, akan diingatkan dan dikuatkan senantiasa oleh cinta Tuhan seumur hidup mereka. Mereka akan tinggal setia kepada Tuhan dan bertahan sampai kesudahannya. Dan bukan hanya itu. Mereka yang menghargai kasih karunia Tuhan akan melangkah dalam tingkatan lebih lanjut :  mempersembahkan hidup mereka untuk berbakti, mengabdi dan mengiring Tuhan kemana Ia pergi sebab mereka tidak ingin hidup di luar Allah yang penuh kasih itu! 
Tapi, celakalah mereka yang telah merasakan kebaikan Tuhan tapi tiada tahu bersyukur. Ia segera lupa bahwa Tuhan telah berbelas kasihan padanya. Di saat sesuatu yang dirasanya buruk menimpanya, ia segera marah kepada Tuhan. Ia menuduh Tuhan berbuat jahat padanya. Ia tidak sadar bahwa di saat ia mencurigai dan memandang negatif akan Tuhan, ia sendiri bahkan masih menerima anugerah Tuhan, nafas dan nyawa yang masih melekat di badannya. Mereka menjadi orang yang bodoh dan bebal. Sama seperti jemaah Israel di padang gurun, mereka tidak pernah mencapai Tanah Perjanjian, yaitu kegenapan hidup penuh kelimpahan dan bahagia di dalam Tuhan, baik di dunia sekarang ini maupun yang akan datang. 
Dari kisah Injil di atas, Anda seharusnya tahu seperti apakah Anda seharusnya menjadi dan hal yang mana yang Tuhan kehendaki. 
Tidak ada yang lebih menyukakan hati selain bertemu dan melihat orang² yang tahu berterima kasih! 
Salam Revival!
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan

TIDAK SALAH MENILAI DIRI (Bagian 2)

Belajar Dari Kesalahan Jemaat Laodikia

Oleh Peter B, MA
Ayat Hari Ini : 
Wahyu 3:15-18 (TB)
15 Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
16 Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
18 maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Selain Petrus, ada satu jemaat yang disebut-sebut mempunyai masalah yang dalam hal salah menilai diri. 
Jemaat itu dicatat dalam kitab Wahyu sebagai salah satu jemaat yang mendapatkan teguran paling keras dari Yesus, Sang Kepala Jemaat. 
Gereja itu adalah gereja Laodikia (Wahyu 3:14-22).
Dalam nats yang sudah dicantumkan di atas, dikatakan bahwa mereka menyangka diri mereka itu kaya, tidak kekurangan apa-apa, semuanya baik-baik saja, tidak ada masalah yang serius pada diri mereka menurut pandangan mereka (ayat 17).
Sebaliknya, Tuhan tidak melihat demikian. Tuhan melihat bahwa sejatinya mereka itu melarat, malang, miskin, buta dan telanjang!
Malahan sebelumnya, Yesus berkata bahwa mereka itu suam-suam kuku secara rohani. Tidak jelas apakah mereka di pihak Tuhan atau tidak. Mereka setengah-setengah dalam hidup rohaninya. Separuh hati bagi Tuhan. Meski begitu, mereka berharap (dan mungkin juga merasa) Tuhan pasti menerima mereka. 
Kenyataannya, Yesus menolak mereka. Ia akan memuntahkan mereka dari diri-Nya. Suatu tanda penolakan dan sikap tidak menerima keberadaan mereka yang demikian. 
Itu karena mereka salah menilai diri. Apa yang mereka lihat dan nilai tentang diri mereka TIDAK SAMA dengan yang Tuhan lihat. Mereka salah sangka. Terlalu tinggi menilai diri mereka. Mereka menipu diri, sadar atau tanpa sadar. Itulah mengapa Tuhan memberikan teguran yang keras, bahkan sangat keras, bagi mereka. 
MENGAPA BISA SALAH MENILAI DIRI?
Dalam Wahyu 3:18, Yesus secara tersirat menunjukkan mengapa mereka sampai bisa keliru menilai dirinya. 
_maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Mereka kekurangan 3 hal yang disebutkan Yesus ini :
1) emas yang telah dimurnikan dalam api;
2) pakaian putih;

3) salep untuk mata (yang diterjemahkan sebagai minyak dalam Alkitab Indonesia)
Apakah makna tiga hal ini? 
Bagaimana bisa, kekurangan akan ketiga hal ini membuat kita meleset menilai diri kita apa adanya seperti yang di hadapan Tuhan?
Ketiga hal di atas merupakan perlambang. Simbol² akan sesuatu yang sifatnya rohani. Tiga perkara itulah yang tidak ada dalam hidup orang percaya yang tak mampu menilai diri dengan tepat. 
Seperti sudah dibahas di bagian 1, kegagalan menilai diri berujung pada kesesatan rohani dan berpotensi murtad, menyangkal serta meninggalkan persekutuan dengan Tuhan. Berkenaan dengan jemaat Laodikia ini ditegaskan lebih lagi akan dampk yang bisa terjadi. Mereka yang salah menilai diri akan men­jadi Kristen suam-suam kuku, tidak berdampak selama di dunia ini, tak menjadi bagian dari tubuh Kristus. Ia akan dimuntahkan keluar. 
1- Emas Murni Yang Tidak Dimiliki
• Emas adalah lambang sesuatu yang sangat berharga. Lebih² emas yang murni, yang sudah dipisahkan dari segala noda dan elemen lain. Harganya adalah harga emas semata. Sangat mahal karena kemurniannya. 
• Emas yang dimurnikan dalam api adalah lambang keotentikan/keaslian dari suatu iman yang teruji dan murni (lihat Ayub 23:10). 1 Petrus 1:7 bahkan mengatakan bahwa iman yang teruji itu lebih berharga dari emas! 
• Jemaat Laodikia diperintahkan untuk memiliki (perintah sebenarnya adalah”membeli” -yang nanti akan dijelaskan belakangan) emas yang dimurnikan ini. Itu berarti mereka tidak memilikinya. Jika mereka merasa sudah kaya sebelumnya, itu bukan kaya yang sesungguhnya. Mereka merasa kaya karena terlihat kaya, tampaknya memiliki sesuatu yang berharga, yaitu memiliki emas tapi tidak murni. Emas mereka imitasi. Perhiasan mereka palsu. Itu sebabnya mereka perlu mempunyai emas yang sejati. Supaya benar² kaya. 
• Tidak memiliki emas murni tapi merasa kaya adalah lambang dari kehidupan rohani yang terlihat baik permukaannya. Tampak berharga dan bernilai tapi kenyataannya? Sebagian besarnya atau kesemuanya tak berarti.
Dari mana kita tahu kualitas sesungguhnya dari rohani kita? DARI PENGUJIAN TERHADAP KUALITAS YANG TAMPAK SEPERTI EMAS ITU. 
Itu artinya, kerohanian yang sejati dan benar di pandangan Allah harus diletakkan dalam konteks praktek sehari-hari, dalam melaksanakannya, dalam bagian dan tahap yang paling berat dan sukar : dalam menghadapi kenyataan hidup sehari-hari, dalam menghadapi tantangan mempertahankan dan memperjuangkan iman, dalam melihat melalui persepktif Tuhan dan menggunakan cara Tuhan meresponi apa yang terjadi atas kita dan sekitar kita. 
Emas yang teruji dalam api adalah lambang dari kehidupan rohani yang sejati di hadapan Tuhan, HIDUP YANG MENJADI PELAKU FIRMAN. 
Dalamnya, firman Tuhan bukan sekedar sesuatu yang dikhotbahkan atau dicerita-ceritakan. Bukan pula sesuatu yang suka dikutip dan disebut-sebut saja dalam pembicaraan. Firman itu harus dihidupi. Harus menghasilkan dan melahirkan suatu hidup yang berkualitas di hadapan Tuhan. 
Hidup yang dikenan Tuhan adalah hidup orang² yang tidak sekedar mendengarkan, menyimak dan menaruh perhatian pada pengajaran firman tapi MEMPRAKTEKKANNYA dalam hidup sehari-hari. Saat badai, banjir, atau gelombang besar menerjang, rumah yang dibangun di atas batu itu akan bertahan (Matius 7:24-25). Itulah orang yang imannya teruji karena mereka telah melatih dan membuktikan iman mereka di keseharian mereka.
Kesimpulannya, emas yang teruji adalah kerohanian yang sejati, yang bukan hanya sekedar tampak rohani dan saleh tapi benar² mendarah daging. Dari hati, pikiran, perasaan, perkataan, perbuatan, cara dan gaya hidup semuanya dikerjakan seturut kehendak Tuhan.
• Tidak memiliki emas yang teruji dengan api atau emas yang murni sama dengan tidak memiliki hidup rohani yang benar di hadapan Tuhan. Hidup rohaninya palsu. Di pandngan Tuhan, itu sebennarnya merupakan kehidupan rohani yang miskin dan melarat. Hanya kelihatannya saja kaya dan hebat tapi sesungguhnya tidak memiliki sesuatupun yang berharga di hadapan Tuhan. Hidup rohani yang demikian harus diubah total. Harus disucikan dan dimurnikan. 
Setiap orang yang hidup rohaninya abal-abal harus datang kepada Tuhan untuk mengganti kepalsuan dirinya dengan yang murni dan sejati. Ia harus menetapkan dalam hatinya bahwa perkara/perkara rohani bukan sekedar menjadi aksesoris dan hiasan di depan orang. Tetapi hidup yang bermutu, dalam wujud manusia baru di daam Kristus.
• Ketiadaan emas murni membawa efek penipuan diri. Kerohanian palsu membuat jiwa manusia menjadi angkuh dan takabur. Memandang dirinya berharga dan bernilai tetapi pada saat menghadapi tantangan kehidupan, kualitasnya segera terlihat, sekedar emas imitasi saja. Kerohanian palsu harus ditinggalkan dan dilepaskan -jika kita ingin tepat melihat diri kita apa adanya seperti Tuhan melihat. 
• Kerohanian palsu adalah hidup rohani yang puas dengan tampilan luar yang rohani, yang lebih membanggakan praktek² ibadah yang kasat mata/dipandang orang DARIPADA menjalin hubungan intim dan pribadi dengan Tuhan. 
Dalam kerohanian semu, kita selalu merasa baik² saja karena telah merasa cukup berbuat ini dan itu nelalui ibadah dan pelayanan kita. Kita ada dalam suatu keadaan yang JARANG MEMERIKSA DAN MENGOREKSI DIRI. Sebab bukan Tuhan yang mendidik dan mengajar kita tapi diri kita sendirilah yang menetapkan standar dan yang juga kemudian menepuk dada karena merasa telah menjadi orang rohani sejauh ini.
Kerohanian yang benar TIDAK DEMIKIAN. Hidup rohani sejati dijalani dalam perjumpaan, hubungan, pergaulan dan keakraban dengan Tuhan. Di dalamnya kita menjadi murid²Nya, diproses, dididik, dibentuk, diarahkan, dibimbing, dan diuji serta dikoreksi Tuhan sendiri. Dalam Tuhan, kita akan dibawa untuk terus menyelaraskan hidup kita dengan standar-Nya. Sebab Tuhan rindu kita makin serupa dengan Dia (2 Korintus 3:18)
2- Pakaian Putih Yang Tidak Dikenakan
• Pakaian berbicara mengenai kelayakan atau keadaan atau status seseorang di hadapan orang lain (lihat Yohanes 21:7 yang mencatat bahwa Petrus berpakaian dulu sebelum menjumpai Tuhan, karena ia merasa tidak layak dengan hanya berpakaian dalam saja)
Pakaian putih adalah keadaan layak yang dikehendaki Tuhan di hadapan-Nya (Wahyu 4:4; 7:9). Itulah lambang kekudusan dan kesucian. Yang dimulai dari hati. Lalu tampak dalam perkataan dan perbuatan. 
• Tidak memiliki pakaian putih sama dengan telanjang di hadapan Tuhan. Tidak layak dan tidak pantas di pemandangan Tuhan. Tuhan tidak berkenan ditemui dalam keadaan telanjang rohani. Kita harus mengenakan penutup rohani yang layak. Pakaian putih. 
Pakaian putih kita adalah hati dan hidup kita yang bersih, tulus dan suci di hadapan Tuhan. Itu bukan berarti sempurna, sama sekali tak pernah berdosa. Hati yang suci itu adalah hati yang dikhususkan, dipisahkan, dikhususkan hanya bagi Tuhan. Pengaruh dosa dan dunia mungkin saja terkadang masuk. Tapi hati yang dikuduskan bagi Tuhan tidak akan membiarkan itu semua tetap tinggal di sana. Hati yang kudus adalah hati yang dijaga dengan segala kewaspadaan (Amsal 4:23). Hati demikian dijaga selalu layak di hadapan Tuhan. Tidak telanjang dan memalukan, yang bila Tuhan melihatnya, Ia berkenan. 
• Mereka yang tidak tulus hati, yang hatinya tidak bersih di hadapan Tuhan akan gagal dalam menilai diri. Ia memandang dirinya hanya dari sudut pandangnya sendiri. Ia menjadi subyektif dalam penilaiannya akan dirinya. Mereka yang tidak sepenuh hati dan jiwa tertuju pada Tuhan cenderung memantas-mantaskan dirinya sendiri, memandang dirinya sudah cukup layak dan dapat diterima Tuhan – tetapi itu hanya dari penilaian sepihak darinya. Pa­dahal, ukuran kepantasan seseorang di hadapan Tuhan adalah yang seturut ukuran Tuhan yang melihat dan menilainya
Matius 22:11-13 (TB)
11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta.
12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
Menurut ukurannya sendiri, seseorang merasa telah berpakaian layak menghadap raja. Tapi, hanya penilaian sang rajalah yang menentukan mana pakaian yang layak dan pantas dikenakan di hadapannya. 
• Orang yang mengukur kelayakan hidupnya dengan ukuran²nya sendiri akan merasa berpakaian meskipun pada kenyataannya ia telanjang dn tidak layak di hadapan Tuhan. Kita harus merasa malu dengan keadaan semacam itu. Kita harus meminta pertolongan Tuhan supaya kepada kita diberi hati yang layak di hadapan-Nya
3- Salep Untuk Mata Yang Rabun
• Kota Laodikia pada masa itu memiliki semacam sekolah kedokteran yang terkenal, yang dari situ dihasilkan suatu bubuk (yang disebut “serbuk Phrygia”) yang secara luas digunakan sebagai salep mata. Itu dioleskan pada mata dalam bentuk seperti pasta yang serupa adonan roti. 
Gambaran inilah yang digunakan Yesus sebagai lambang dari sesuatu yang perlu dimiliki oleh jemaat itu supaya mereka dapat melihat dengan jelas apa adanya keadaan rohani mereka. 
• Orang yang buta tidak dapat melihat dengan jelas atau mengetahui keadaan mereka. Me­reka hanya menebak-nebak atau mengira-ngira saja bahwa mereka sudah berpakaian yang pantas, berada dalam posisi dan sikap yang benar. Intinya ia TIDAK TAHU PERSIS KEADAANNYA SEPENUHNYA. Karena kebutaan mereka, mereka hanya merasa tidak ada yang bermasalah. Hanya orang² yang dapat melihatlah TAHU PERSIS mana yang salah serta kurang tepat. 
• Buta rohani hanya menebak-nebak saja bahwa mereka telah cukup berkenan di hadapan Tuhan. Mereka tidak bisa melihat mana yang sungguh² berkenan di hadapan Tuhan dan mana yang menurut mereka sendiri sudah berkenan. Itulah keadaan jemaat Laodikia. Mata mereka harus dicelikkan supaya mengetahui perkara-perkara dari Tuhan dengan tepat sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. 
• Seperti jemaat Laodikia yang memiliki salep untuk mengobati mata yang sakit, Tuhan memiliki obat bagi kebutaan rohani. Dengan kuasa-Nya, Ia bisa memberikan penglihatan bagi yang buta dan membuat telinga mendengar suara-Nya yang sesungguhnya merujuk pada hati yang penuh pengertian, tahu menimbang segala perkara, yang menerima penyingkapan dan pengertian dari Tuhan (lihat 1 Raja² 3:9).
KUNCI INTROSPEKSI DIRI YANG BENAR DI HADAPAN TUHAN
Tuhan Yesus menyuruh jemaat Laodikia yang meleset menilai dirinya supaya “MEMBELI” emas murni, pakaian putih dan salep mata. 
“Membeli” sesungguhnya mengacu kepada hal “MEMBAYAR HARGA”. 
Pertanyaannya, bagaimana mereka akan membayar jika mereka itu melarat, malang, miskin, buta dan telanjang?
Apa yang bisa digunakan orang dalam kondisi yang paling rendah itu untuk “membeli” dari Tuhan? 
Jawabannya ada di ayat 19. Itulah harga yang mereka harus bayar. Ada sesuatu yang masih mereka punya untuk dibayarkan. 
Itu pula yang harus dibayarkan oleh mereka yang tidak mau tersesat dan salah menilai diri. 
Apakah itu? 
Wahyu 3:19 (TB)
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Mereka yang ingin dibebaskan dari kesombongan dan kepalsuan rohani harus membayar harga KERELAAN DAN PERTOBATAN! 
“Kerelaan” dalam istilah aslinya sebenarnya berarti “kesungguhan, niat yang kuat dan antusias, tekad yang besar untuk melakukan sesuatu atau demi mendapatkan sesuatu”. 
“Pertobatan”, maknanya telah jelas. Itu adalah sikap untuk berhenti melakukan apa yang salah lalu berbalik dan berubah untuk melakukan apa yang benar sesuai kehendak Tuhan”.

Obat dari penyimpangan rohani dan pemalsuan rohani adalah NIAT YANG SERIUS DAN SUNGGUH-SUNGGUH MENJADI SEJATI DAN BENAR Di hadapan Tuhan. Itu didasari dengan sikap hati yang memahami bahwa didikan, tegoran dan hajaran Tuhan (yang seringkali dalam bentuk khotbah/pesan/nasihat yang merasa maupun peristiwa² menyakitkan yang Tuhan ijinkan dalam hidup kita) sebagai tanda bahwa Tuhan mengasihi kita. Dari kerelaan untuk dididik bahkan dihajar inilah, maka tampak niat hati kita ingin menjadi pribadi yang berkenan pada Tuhan atau tidak. 

Emas murni (yaitu kerohanian sejati), pakaian putih (yaitu hati yang suci dan bersih di hadapan Tuhan) serta salep mata (pemulihan mata rohani) hanya bisa didapatkan dari HATI YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH INGIN BERUBAH DARI KEADAAN YANG SEMU, PALSU, PENUH KEBOHONGAN DAN KESESATAN INI. 
Itu harus diawali dengan permulaan yang merendah, bukan dengan merasa diri sudah baik dan cukup rohani. 
Itu harus dimulai dari hati yang miskin di hadapan Tuhan, bukan merasa sudah banyak pengalaman dan pengetahuan rohani. 
Itu harus didahului hati yang semata-mata tertuju untuk berkenan di hadapan Tuhan, bukan yang penuh dengan motif² dan keinginan² beroleh pujian dan pengakuan dari manusia.
Langkah pertama dari semua itu adalah MEMILIKI HATI SEORANG MURID. Yang menyediakan diri untuk diajari, ditegur, dididik, diproses, dilatih, dibentuk, didisiplinkan dan belajar terus menerus dari Tuhan. 
Hati kita harus tulus ikhlas belajar kepada Tuhan. Tidak pilih² cara dan jalannya. Tidak semaunya sendiri. Tidak cepat merasa puas dan merasa sudah mengerti. Harus sering periksa dan koreksi diri di hadapan Tuhan. Mintalah kemurnian. Mintalah kekudusan dan hati yang bersih. Mintalah selalu penerangan, pencerahan, pengungkapan dan pewahyuan akan keadaan diri dan rahasia² Tuhan lainnya. 
Di atas segalanya, kita harus mempersilakan Tuhan masuk sepenuhnya di hati kita supaya kita memiliki persekutuan yang intim dan murni dengan Tuhan. Dari sanalah kita akan ditunjukkan SUDUT PANDANG TUHAN APA ADANYA TENTANG KEADAAN KITA – saat kita mendengar dan belajar dari Dia. 
Itu sebabnya ada gambaran seperti ini yang disampaikan Yesus pada jemaat Laodikia itu : 
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
Wahyu 3:20

Penyembuh dari segala kesesatan dan penyimpangan rohani yang palsu adalah PERSEKUTUAN YANG INTIM DAN SEJATI dengan Kristus sendiri. 

Dari-Nya kita akan belajar menjadi lemah lembut daa rendah hati (Matius 11:29). Jauh dari sikap membanggakan dan memandang diri kita terlalu tinggi. 
Saat kita terpesona dengan keindahan dan kemuliaan Kristus, adakah yang dapat melihat dirinya sendiri dan merasa luar biasa sehingga membanggakan dirinya lebih daripada Kristus?
Tidakkah ia akan tersungkur dan menyembah di hadapan takhta penuh kemulian itu, lalu dengan segala kerendahan hati meminta kasih karunia untuk mengenal Allah lebih lagi? 
Penutup
Rindukanlah suatu hidup rohani yang sejati dan benar. Yang berakar dari hubungan yang intim dan pribadi dengan Kristus sendiri, oleh pertolongn Roh Kudus. 
Jagalah hati Anda tetap tulus semata-mata tertuju pada Tuhan, sambil selalu meminta mata yang dicelikkan, yang melihat dengan jelas sebagaimana Tuhan melihat.
Berhentilah dari segala kesesatan dan penipuan² diri rohani. Periksalah diri Anda dengan apa adanya di hadapan Tuhan. 
Dia akan menunjukkan apa adanya keadaan Anda. Dan tidak hanya itu. Ia akan membawa Anda masuk dalam kehendak dan rencana-Nya yang sempurna.
Terakhir kali Yesus menjumpai Petrus di tepi danau Tiberias, Yesus mencari tahu apakah jawaban Petrus sudah jujur akan dirinya (lihat Yohanes 21). Dua kali Yesus bertanya pada Petrus apakah Petrus mengasihi Dia dengan kasih agape -kasih ilahi dengan tingkatan tertinggi. Dua kali Petrus menjawab bahwa dia hanya mengasihi Yesus dengan kasih philia – kasih manusiawi antar dua orang sahabat saja. 
Kali ketiga, Yesus menanyakan apakah Petrus mengasihi Dia dengan kasih philia dan dengan apa adanya, meski bercampur kesedihan, Petrus menjawab, “Engkau tahu Tuhan, aku mengasihimu (dengan kasih philia saja). 
Apapun jawaban Petrus, itulah jawaban yang jujur. Petrus tak lagi menipu diri dan salah menilai dirinya. Yesus melihat itu dan membalas Petrus dengan sikap penuh keyakinan kepada murid-Nya itu. Ia mengajak, tiga kali banyaknya, Petrus masuk dalam panggilan-Nya yang sempurna, kehendak dan rencana-Nya sejak semula bagi Petrus, “Gembalakanlah domba²Ku.” Lalu Yesus menceritakan sekilas akan masa depan Petrus, caranya ia mati dan memuliakan Tuhan. 
Sungguh luar biasa! 
Petrus menjadi hamba pilihan Tuhan, menjadi salah satu sokoguru gereja mula dan rasul bagi banyak gereja yang ia awasi. 
Jika Anda rindu hidup Anda diubahkan menjadi hidup yang berkenan dan memuliakan Allah seperti Petrus, maukah Anda mulai hari ini memeriksa diri dan menerima penyingkapan apa adanya dari Tuhan tentang diri Anda? 
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.
Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.
Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Mazmur 139:1-6, 23-24 (TB)
Doa saya menyertai Anda sekalian. 
Salam Revival!
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan


TIDAK SALAH MENILAI DIRI (Bagian 1)

PERSPEKTIF PROFETIK: MERENUNGKAN KEMBALI MAKNA KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS

Oleh Didit I. 
Kematian dan kebangkitan Yesus merupakan bukti kerinduan, komitmen dan inisiatif Tuhan untuk memperbaiki hubunganNya dengan kita. Kematian Yesus di atas kayu salib adalah peragaan kuasa Ilahi yang begitu indah, mulia, terhormat, terbaik sepanjang zaman karena Yesus yang adalah Tuhan, berkuasa memilih mati di atas kayu salib, di tempat dan dengan keadaan yang hina, dihari ketiga bangkit dan berjumpa dengan murid²Nya. Yesus memberikan teladan kerendahan hati, kasih, kerinduan, komitmen untuk mengerjakan kehendak Bapa sampai selesai demi memperbaiki hubungan manusia dengan Allah. Salib Kristus merupakan bukti kerinduan dan komitmen Kristus yang seharusnya kita sambut dengan kerinduan dan komitmen yang sama dengan Kristus, yaitu hidup bergaul karib dengan Allah, menghamba, mengabdikan diri melakukan kehendak Bapa di Sorga.
Kasih Tuhan begitu besar dalam hidup kita dan roh agamawi berusaha mengaburkan pengertian kita akan makna karya salib dan kebangkitan Kristus seperti lukisan asli yang di palsu dengan bahan warna, media gamba yang tidak sesuai dengan aslinya. Hasil lukisan tersebut kualitasnya menurun, penekanan, makna juga berbeda. Demikian roh agamawi mengurangi makna dari kebenaran yang sejati dengan pengertian yang dangkal akan karya salib dan kebangkitan Kristus. Roh agamawi menjadikan salib Kristus hanya sebagai simbol agama, ritual perayaan yang mati, bukan mengikuti teladan dan menjadi serupa dengan Kristus. Perayaan² mengenang penyaliban, kematian dan kebangkitan Kristus tanpa didasari semangat yang sama dengan Yesus membuat kita kehilangan makna dan kuasa dari penyaliban, kematian dan kebangkitan Kristus. 
Beberapa hari ini saya merenung dan bergumul dalam doa, mengapa Tuhan mengijinkan “wabah covid 19” dimasa kita memperingati jumat agung dan paskah? Lalu Tuhan menjawab, 
“Aku sedang mendesak umatKu untuk merenungkan kembali makna “jumat agung” dan “paskah” yang sesuai dengan kehendakKu serta mengembalikan pengertian yang benar akan maksud hatiKu terkait jumat agung dan paskah sehingga mereka (Umat Tuhan) tidak lagi memaknai perayaan² agama yang sama dengan agama lain. PengorbananKu di atas kayu salib seharusnya dimaknai dengan sikap hati yang rindu untuk menerima penebusan, pemulihan, kesempatan untuk bergaul karib denganKu  (sebagaimana dalam Yohanes 14:6) kemudian dipelengkapi dan diutus menjadi saksi²Ku…..bukan sekedar meminta mujizat, kesembuhan, sibuk mengerjakan ritual² ibadah yang tidak jauh berbeda dengan kepercayaan yang lainnya.”
Melalui wabah covid 19 ini Tuhan bukan sekedar mendesak kita untuk memikirkan ulang makna ibadah tetapi juga makna jumat agung serta paskah di rumah masing². Tuhan sedang mendesak perubahan pola pikir, sikap hati, kebiasaan hidup kita dimana dulu puas sekedar datang ke gereja, sekarang Tuhan ingin kita memperingati jumat agung dan paskah dengan pengertian, sikap hati yang baru sesuai kehendak Tuhan.

Tuhan ingin kita memaknai jumat agung sebagai bentuk kita mengingat kebaikan, kasih karunia, kerinduan hati Tuhan yang bukan sekedar menebus, memulihkan hidup kita tetapi menyediakan jalan bergaul karib dengan PribadiNya yang sempurna, memperlengkapi dan mengutus kita menjadi saksi²Nya.

Tuhan rindu kita memperingati jumat agung dan paskah dengan sudut pandang, sikap hati serta gaya hidup yang berbeda dari  tahun² sebelumnya dan orang² umumnya dengan cara meneladani komitmen, kerinduan, semangat Yesus untuk hidup sesuai kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaanNya.