Arsip Bulanan: Juni 2020

YANG DISINGKAPKAN TUHAN ATAS INDONESIA MELALUI WABAH CORONA … SEJAUH INI

Oleh : Peter B, MA
Telah berselang setengah tahun sejak Desember 2019, sejak pertama kalinya diberitakan ada virus baru yang membawa penyakit mematikan muncul di Wuhan, China. Virus yang kemudian menjadi wabah. Pandemi. Covid-19. Dalam rentang waktu yang hanya enam bulan saja, wajah dunia pun berubah. Banyak hal yang tidak pernah kita sangka, yang kemudian kita lihat dan temukan setelah melalui hari demi hari dalam bayang-bayang penyebaran penyakit mematikan yang belum ditemukan penangkalnya ini. 
Dalam konteks Indonesia, banyak catatan yang membuat dahi berkerenyit saat mengetahui semuanya itu. Dan hingga hari ini, daftar hal-hal yang mengejutkan itu masih terus bertambah. Wabah corona, harus diakui telah membawa dampak yang melebar kemana-mana. Di segala segi kehidupan. Pemerintahan. Masyarakat. Kehidupan beragama dan kerohanian. Ekonomi dan budaya. Hingga dunia pendidikan dan hiburan. 
Mengamatinya, perlahan-lahan terlihat bahwa manusia dan bangsa-bangsa sehebat apapun sebenarnya gagap menghadapi wabah, yang semula dianggap enteng ini. Kita nyatanya tidak tahu bagaimana berurusan dengan wabah ini. Dunia kewalahan. Serba salah. Tak punya hikmat untuk mencari solusi atau bahkan sumber masalahnya. Yang lebih mengecewakan, dunia masih belum berpaling kepada satu-satunya sumber solusi dan pertolongan : Tuhan yang berdaulat atas segala ciptaan-Nya maupun atas peristiwa-peristiwa yang menimpa ciptaan-Nya itu. Corona menyingkapkan apa yang kurang dari dunia, dari bangsa-bangsa. Termasuk apa yang tersembunyi selama ini dari bangsa ini.
Mari saya tunjukkan buktinya.
Wabah corona sejak masuk Indonesia sampai sekarang
Covid-19 baru diakui telah masuk di Indonesia sekitar bulan Maret 2020. Sebelumnya, itu disangkal keberadaannya dengan menyebut bahwa Indonesia bebas corona dan terpelihara karena doa-doa orang indonesia yang agamis dan taat beribadah. Tidak kurang bahkan menteri kesehatan sendiri yang membanggakan hal tersebut, yang mengesankan pandangan yang sama dengan semua pemimpin agama di Indonesia yang sangat percaya kuasa doa. Belakangan, kenyataannya ini menjadi olok-olok dan benar-benar perlu dipertanyakan kebenarannya.
Sejak ditemukan pasien pertama, pemerintah mulai melakukan usaha-usaha penanganan wabah ini. Kesannya selalu tampak lambat dan menganggap enteng walaupun berusaha meniru pola-pola penanganan wabah dari negara-negara yang lebih dulu merasakan dampak wabah. Dan seperti itu saja perkembangan di bulan-bulan selanjutnya. Sekedar meniru trend penanganan dan langkah-langkah negara-negara lain, tetapi tak punya strategi yang matang dan jelas sesuai kondisi masyarakat Indonesia sendiri. Beberapa kali pemerintah didesak untuk serius dan mencari jalan terbaik demi menekan penyebaran penyakit yang kini sudah menelan nyawa setengah juta jiwa di seluruh dunia ini dan tercatat hampir 3000 orang di Indonesia. Walau begitu, pemerintah tampaknya masih enggan fokus mencari strategi dalam menangani wabah. Keengganan ini tampaknya karena memandang wabah ini hanya menjadi penghambat rencana kerja pemerintahan presiden di periode kedua ini. Lebih-lebih dana yang sudah disiapkan untuk berbagai proyek pembangunan, kini harus dialihkan untuk penanganan pandemi.
Dan di sinilah kita sekarang berada. Dengan kondisi saat ini yang semakin tidak menentu. Ketika negara lain telah menetapkan istilah dan praktek New Normal, pemerintah tampaknya juga tidak mau kalah. Indonesia harus New Normal juga. Bedanya, negara-negara maju selama bulan-bulan suram sebelumnya telah membentuk budaya disiplin dan cara hidup yang baru menyiasati wabah. Kedisiplinan mereka terbukti membuahkan hasil dengan tingkat penurunan orang terjangkit dan korban jiwa. Indonesia? Belum ada kedisiplinan. Puncak pandemi pun belum terlampaui. Penularan dan korban tetap tinggi, bahkan memecahkan rekor demi rekor tiap harinya dibanding waktu-waktu sebelumnya. New Normal Indonesia akhirnya hanya jargon kosong semata. Yang ada adalah kenormalan yang lama dengan ancaman – ancaman angka kematian yang besar akibat pandemi.
Tanggal 28 Juni 2020 kemarin, Pemerintah merilis pidato presiden dalam rapat paripurna dengan para menterinya. Pidato yang sebenarnya sudah disampaikan tanggal 18 Juni 2020, 10 hari sebelumnya. Intinya, presiden meluapkan kekesalan bahkan kemarahannya akan kelambanan dan ketidakmampuan jajarannya, khususnya para menterinya, dalam menangani wabah ini. “Tidak ada progres. Tidak ada kemajuan signifikan!” begitu kata Presiden.  Pidato tersebut dapat dilihat di link berikut ini : 
Atau
Dan sebelum pidato itu, tidak kurang media opini paling berpengaruh yang selama ini menjadi pendukung presiden malah memberikan komentar-komentar yang keras dan pedas mengenai betapa tidak becus, kacau bahkan korupnya jajaran pemerintah dalam menangani pandemi ini. 
Beberapa tulisan yang mengungkap fakta praktek-praktek yang tidak memiliki sense of crisis namun memanfaatkan keadaan susah ini untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok dapat dilihat dalam tulisan-tulisan berikut ini : 
Sudah 10 hari sejak pidato presiden disampaikan, tetapi tanda-tanda perbaikan penanganan atau terjadinya penurunan penularan sama sekali belum tampak. Indonesia terhuyung-huyung dalam kondisi yang makin melemah. Nasibnya tidak menentu sebagaimana halnya nasib rakyat yang tidak tahu harus bagaimana dan kemana untuk menyelamatkan diri atau mencari pertolongan di tengah kegoncangan yang melanda ini.
Melalui pandemi ini, terkuak selebar-lebarnya kualitas kita sebagai bangsa dan manusia-manusia Indonesia. Corona menyingkapkan kemalasan kolektif kita. Membuka sikap ketidakacuhan pemerintah terhadap rakyatnya. Dan juga sebaliknya. Rakyat yang tidak mau berubah dari kondisi mental yang tertinggal, tetap percaya akan kabar-kabar bohong dan tinggal dalam keterbelakangan yang kental dengan warna agama. Sikap ala kadarnya dan sudah merasa puas dengan memenuhi syarat-syarat formal yang merasa telah cukup berbuat dalam menangani wabah ditunjukkan di semua lini. Tersingkap pula kapasitas dan kemampuan para pemegang pemerintahan di semua tingkat dan lapisan, bahwa apa yang digembar-gemborkan sebagai good governance  itu nyatanya sama sekali tidak berdaya menjadi jawaban ketika krisis menimpa. Yang kemudian tampak kemudian malah sifat-sifat busuk yang semakin memuakkan ketika ada bukti-bukti di lapangan bagaimana orang-orang yang seharusnya mengatasi masalah ini justru memanfaatkan kondisi pahit ini untuk mencari keuntungan-keuntungan memperkaya diri dengan cara yang tidak semestinya. Sangat terlihat bagaimana situasi ini juga dijadikan ajang pertaruhan politik daripada berkarya mencari solusi bagi bangsa. 
Komentar-komentar sinis, negatif, bernada putus asa kini mulai membanjiri media-media sosial kita yang biasanya disesaki berbagai dukungan (membuta) dan puja puji kepada rezim pemerintahan yang memasuki periode kedua sekarang ini. Kekecewaan merebak dan meluas dimana-mana selagi anak-anak bangsa berserakan kebingungan harus berbuat apa dan mengikuti siapa.
Bagaimana sikap gereja dan anak-anak Tuhan terkait pandemi?
Mengamati respons gereja maupun berbagai sepak terjang anak-anak Tuhan selama masa pandemi ini, sepertinya ada semacam kesejajaran dengan sikap pemerintah atau masyarakat pada umumnya.  Dapat dikatakan sama-sama tidak memiliki sense of crisis. Semua berjalan seperti biasa, seolah tidak ada pandemi dan berusaha disiasati untuk segala aktivitas rohani tetap berjalan seperti sebelumnya walau ada pandemi.
Karena banyak yang menunjukkan indikasi semacam ini, kita dapat mengambil beberapa contoh secara acak yang menunjukkan ini. Misalnya saja, pembicaraan baru-baru ini mengenai gereja-gereja yang menyatakan merugi dan sedang dalam masalah besar karena jauh menurunnya jumlah persembahan yang masuk. Belum lagi berbagai cara dan strategi yang dilakukan gereja untuk menyiasati kondisi akibat wabah supaya tetap menjalankan sistem ibadah dan segala yang terkait dengan itu seperti sebelum wabah daripada mencari lebih lanjut mengapa wabah semacam ini diijinkan terjadi oleh Tuhan hingga membatasi dan mempersulit rutinitas ekspresi-ekspresi rohani yang selama ini kita telah merasa nyaman. Sukar menemukan suatu respons yang menarik diri, merenung dan mencari tahu di hadapan Tuhan, baik dari para pemimpin rohani maupun jemaat, mengenai apa yang Tuhan kehendaki dan sedang kerjakan melalui situasi-situasi krisis seperti sekarang ini. 
Di media sosial, khususnya platform atau yang menyediakan wadah untuk video sharing , terpampang dengan jelas bagaimana kita sebagai orang-orang Kristen di Indonesia dalam menyikapi wabah yang menimpa ini. Sejak sistem online hampir menjadi satu-satunya solusi untuk berhubungan secara sosial maupun kegiatan pelayanan, banyak anak Tuhan dan pendeta berbondong-bondong mulai menekuni pembuatan video rohani atas nama pelayanan, dengan tujuan sampingan mencari pendapatan, tentunya. Di sana kita akan menemukan pembahasan dan perbincangan rohani, khotbah dan seminar online, termasuk berbagai perdebatan antara para theolog, pendeta, hamba Tuhan atau antara sesama youtuber Kristen. Perdebatan mengenai berbagai perbedaan pandangan theologia . Namun bukan terkait wabah corona dan apa solusi Tuhan untuk ini. Tapi mengenai topik-topik yang aneh dan tidak punya hubungan langsung dengan situasi krisis terkini yang sangat memerlukan sentuhan hikmat dan solusi dari Tuhan. Ini pun makin diramaikan dengan berbagai debat kontroversial antara tokoh-tokoh atau pendebat-pendebat agama lain dengan mereka yang menyebut diri sebagai apologet-apologet Kristen mengenai pertentangan di dalam keimanan masing-masing. Sesuatu yang terlihat semakin kasar dan brutal, yang sangat mungkin tidak pernah dipikirkan akan menuju kemana dan berujung pada titik-titik seperti apa dampaknya bagi kondisi keseluruhan sosial kemasyarakatan negara ini.  Semua perenungan, pembicaraan, diskursus bahkan perdebatan, haruslah diakui, masih sangat sedikit yang menyinggung akan peran apa yang dapat kita lakukan sebagai umat Tuhan, yang dipanggil sebagai terang dan garam dunia ini, atas pandemi yang sama sekali belum terlihat tanda-tanda berakhirnya ini. 
Yang jelas terlihat adalah semakin banyak anak-anak Tuhan yang bersikap apatis, mencari selamat sendiri-sendiri dengan berusaha menyesuaikan kondisi-kondisi kehidupan mereka sehari-hari demi bertahan dengan cara dan kekuatan sendiri menjalani hidup dalam bayang-bayang krisis di berbagai bidang ini.
Adakah di antara anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan ini yang sungguh-sungguh rindu melihat kuasa Tuhan bekerja memukul balik wabah ini sehingga berhenti –seperti doa-doa Musa yang menghentikan wabah sesaat setelah ia berdoa di hadapan Tuhan? (lihat Keluaran 8:12,30,33)
Adakah yang memperhatikan seruan hati Tuhan supaya umat-Nya berbalik kepada-Nya dengan mencari cara mengamalkan 2 Tawarikh 7:14 mengenai kunci-kunci pemulihan suatu bangsa?
Adakah yang melihat, percaya dan bertindak dalam keyakinan akan kuasa pertobatan sebagai solusi menghentikan bencana yang mengerikan ini sebagaimana yang diserukan di masa nabi Yoel?
Adakah suatu gerakan besar dan nyata oleh pemimpin-pemimpin rohani yang hari-hari ini dipercayakan otoritas yang besar untuk memimpin jemaat, yang beranjak dari keprihatinan yang sangat dan bersumber dari kerinduan hati Tuhan membawa gereja Tuhan melangkah mengikuti strategi ilahi yang memberikan titik terang dan jawaban dari keadaan sekarang ini?
Masih adakah harapan dan solusi bagi Indonesia?
Tak dapat disangkal, sejauh ini corona menyingkapkan banyak hal akan diri kita sebagai orang-orang Indonesia. Dan harus diakui, yang disingkapkan oleh wabah ini adalah kenyataan akan banyak sifat negatif, jahat dan busuk dari jati diri kita. Kita memerlukan obat serta jawaban bagi sakit yang akut ini.
Yesus Kristus adalah jawaban. Dialah jawaban satu-satunya bagi setiap permasalahan manusia. Minimal untuk kesukaran yang dihadapi gereja hari ini. Kita harus mencari Yesus. Mencari hati-Nya. Kembali mengerjakan apa yang dinginkan dan diharapkan-Nya atas kita. Kita memerlukan kasih karunia-Nya. Dan jika untuk itu kita perlu mengevaluasi segala hal yang selama ini sudah kita anggap baik dan benar sebagai gereja dan pelayan-pelayan-Nya, maka biarlah itu kita lakukan – dengan segala kerendahan hati dan kerinduan akan pemulihan. Kita harus mengambil keputusan tegas. Seperti anak yang hilang kembali ke rumah Bapa. Merendahkan diri dan mengakui bahwa pilihan dan keputusan kita selama salah dan kita telah mengabaikan kerinduan hati-Nya.
Kita harus membayar harga pemulihan, yang adalah bagian kita. Tidak mungkin ada perubahan dan pemulihan tanpa itu. Mari kita mencari apa yang Tuhan inginkan dan kehendaki –dengan segenap hati dan niat. Mari berkomitmen melakukannya –apapun yang harus kita lakukan.  Mari kembali mengarahkan pandangan kepada Tuhan kita –yang mampu menolong dan melepaskan kita, yang akan membawa kita naik lebih tinggi  menjadikan kita umat yang berdampak dalam perubahan di muka bumi. Itu harus dimulai dari sekarang. 
Terkait pemulihan, Allah pasti melakukan bagiannya. 
Jadi sekarang, itu tergantung Anda dan saya.
Salam revival
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan

BUKTI KASIH MULA-MULA TELAH MENYALA DAN BERKOBAR DALAM HATI KITA

Oleh Didit I. 
Hari ini, kita akan melanjutkan penyelidikan kita dari penglihatan terkait lampu teplok yang berfungsi dengan baik. Penglihatan ini merupakan lanjutan dari penglihatan lampu teplok sebelumnya yang telah dibagikan berjudul “Menjaga kasih mula-mula tetap berkobar dalam hati kita”  Sekarang kita akan melanjutkan penyelidikan dan pembelajaran kita pada bukti kasih mula² telah menyala, berkobar dalam hati kita.

Dalam penglihatan sebelumnya Tuhan membawa saya berada dalam ruangan yang penuh dengan berbagai macam bentuk lampu teplok dan Tuhan meminta saya untuk memasang lampu teplok……
Setelah saya selesai memasang lampu teplok dan menyalakannya dengan korek api di atas meja, Tuhan bertanya, “Dapatkah sumbu di lampu itu (lampu teplok) habis?” Saya merenung sejenak dan menjawab, “Bisa Tuhan” .Sumbu yang mengobarkan api tersebut bisa hangus dan menjadi abu.” Lalu Roh Kudus mengingatkan satu ayat dalam pikiran, 
Yohanes 2:17 (TB)
Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”
Lalu Roh Kudus menegaskan bahwa sumbu di lampu teplok itu harus hangus. Oleh karena itu dibutuhkan sumbu yang kering dan minyak yang murni supaya api bisa menyala dan berfungsi sebagai alat penerangan yang baik.
lalu Tuhan menjelaskan, “seringkali api yang menyala kecil disebabkan pengaturannya yang kurang tepat atau minyaknya telah bercampur dengan air…..” Ada dua hal yang menghambat karya Roh Kudus dalam hidup kita, yaitu:
# Pengaturan besar/kecilnya sumbu yang kurang tepat menggambarkan batasan² dalam pikiran kita sendiri yang akhirnya menghambat karya Roh Kudus. Inilah kondisi pikiran yang sudah puas diri, tidak ingin belajar atau menguji apa pun termasuk apa yang telah diyakininya, pikirannya penuh prasangka, kuatir,  takut, cenderung mengumpulkan alasan² untuk membenarkan diri, termasuk memiliki rencana² untuk memuaskan keinginan dan harapannya sendiri. Batasan² tersebut akhirnya menghalangi kita untuk mengerti dan bergerak tepat sesuai dengan maksud hati serta pikiran Tuhan. Contoh bersikap ektrem terhadap doktrin tertentu dan merendahkan pribadi yang berbeda pandangan dengan dirinya, suka menghakimi orang lain tapi enggan mengintrospeksi diri, penuh prasangka terhadap orang² yang berbeda ras, suku, aliran gereja, dll.
# Wadah yang berisi minyak bercampur air menggambarkan campuran antara pewahyuan yang diterima dari alam rohani, pengertian akan kehendak Tuhan yang kemudian diubah dan disesuaikan dengan kehendak, harapan, keinginan pribadi yang lahir dari ego kita. Inilah kehidupan orang² yang suka memilah², mengutip ayat firman Tuhan, nubuat, pernyataan pendeta untuk meneguhkan maksud hatinya sendiri. Hatinya hanya ingin memanfaatkan segala hal yang ada pada Tuhan, bukan menyenangkan hati Tuhan. Fokusnya adalah mencari, memilah dan menekankan segala perkara rohani untuk meneguhkan dan mendapatkan apa yang diinginkan hatinya. Contoh orang² yang mengkhotbahkan ayat tertentu dengan tafsiran ayat yang tidak seimbang dan disesuaikan dengan kepentingan dirinya, orang yang mengutip perkataan pendeta untuk membenarkan diri dan menghakimi orang lain. 
Kedua poin diatas menyingkapkan bahwa salah satu kebutuhan kita mempertahankan agar api tetap menyala dengan baik adalah 
Pertama, melepaskan batasan² pemikiran sendiri, doktrin/ajaran yang tidak seimbang, nubuat/mimpi/penglihatan yang tidak teruji, meninggalkan visi/program² yang bukan berasal dari kehendak dan rencana Tuhan.
Kedua, mintalah Tuhan menerangi,  hati/pikiran, rajin²lah mengoreksi diri, minta pengertian akan maksud hati/pikiranNya dengan suatu tekad bahwa apa pun yang Tuhan sampaikan dan minta pasti akan aku lakukan dengan segenap hati.
Kedua poin tersebut masih langkah awal menjaga kasih mula² supaya tetap berkobar dalam hati kita kemudian Tuhan meminta saya mengamati kembali sumbu di lampu teplok yang sedang menyala dihadapan saya. Sumbu tersebut terbakar dan menjadi hangus.   Lalu Tuhan berkata, “Sumbu yang hangus menggambarkan perubahan hati  dari  hati yang rela lalu berubah menjadi gairah/hasrat/kebutuhan yang besar (didasari kesadaran kebutuhan kita akan Tuhan – ingin melekat kepada Tuhan dan menggenapi kehendakNya) untuk mencari, menyesuaikan, menyatukan hati dan pikiran umatKu dengan hati dan pikiranKu termasuk menghadirkan kerajaanKu dimuka bumi sesuai dengan cara dan waktuKu.”
Saat Tuhan murka melihat perilaku umatNya yang berkompromi dengan dosa seperti berlaku tidak adil, membiarkan kemerosotan rohani, mengabaikan degradasi mental, menutup mata atas kejahatan para pemimpinnya maka sikap kita sebagai orang yang mengasihi Tuhan, peduli akan keselamatan jiwa² akan menjadi gelisah dan segera bersikap dan bertindak sesuai pimpinan Roh Kudus. Tidak berdiam diri sambil melihat kemerosotan demi kemerosotan rohani terjadi di keluarga, gereja, kota dan bangsanya. Artinya kita bukan sekedar siap menanggung beban hati/pikiran Tuhan tetapi menyambut dan mengerjakan kehendak Tuhan dengan sukacita. Mau menguji, menanggung, menghadapi dan mengerjakan apa pun yang menjadi kehendak Tuhan
karena cinta kita kepada Tuhan. Cinta kita kepada Tuhan akan membuat keinginan, kepedulian, kehendak Tuhan menjadi prioritas utama dalam hidup kita sebaliknyan, menyingkirkan seluruh harapan, kehendak, keinginan, rencana dan tujuan² pribadi. Pikiran, hati dan langkah hidup kita sehari² senantiasa tertuju hanya untuk menggenapi kehendak dan rencanaNya di muka bumi. 
Sumbu yang gosong itu menggambarkan waktu yang tidak sebentar, kerelaan demi kerelaan, penyerahan demi penyerahan, pencarian demi pencarian, penyelidikan demi penyelidikan, ketekunan kita dalam mengerjakan kehendak Tuhan setiap saat akan menumbuhkan gelora cinta kita kepada Tuhan sebab pengalaman dan perjalanan hidup kita bersama Tuhan akan menjadi semangat, motivasi, gairah, kenangan yang sangat manis, tujuan dalam hidup kita sehingga di akhir hembusan napas kita yang tersisa adalah karakter² Kristus, bukan lagi diri kita (Galatia 2:20).
Apakah perjalanan hidup rohani kita hari² ini  makin membangkitkan cinta yang makin besar kepada Tuhan atau sebaliknya cinta yang biasa² atau bahkan sudah padam? Mari kita menyelidiki hati kita masing² dihadapan Tuhan. 
Bukti kasih mula² telah berkobar dalam hati kita adalah adanya gairah/kerinduan yang besar/kebutuhan untuk kita melakukan kehendak Tuhan sebab kita ingin bergaul karib dengan Kekasih jiwa kita, Yesus Kristus yang telah menebus dan memanggil kita untuk hidup dalam kehendakNya yang sempurna. 
Doa saya kiranya Tuhan menjaga kasih mula² dalam hati kita bukan sekedar menyala tetapi berkobar makin besar sampai akhir hidup kita. Amin….

MENJAGA KASIH MULA-MULA TETAP BERKOBAR DALAM HATI KITA

Oleh Didit I. 
Ada satu lagu pujian yang berjudul “First Love” dari Robert & Lea yang memberkati saya. Pujian yang menyingkapkan keindahan saat kita berjumpa pribadi dengan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai pribadi yang terutama, segala-galanya, tujuan dalam hidup kita. Dan kasih kepada Tuhan tersebut seharusnya membuat hati kita bergejolak makin rindu untuk mengenal pribadi dan menyelami maksud hatiNya dalam hidup kita sehingga perjumpaan pribadi dengan Tuhan tersebut bukan sekedar hanya peristiwa kenangan di masa lalu tetapi kesaksian hidup yang sedang dan akan terus kita alami bersama Tuhan secara pribadi. 
Bagaimana menjaga kasih mula² agar tetap berkobar dalam hati kita? pertanyaan ini dulu pernah terlintas dalam pikiran saya kemudian malamnya Tuhan membawa saya dalam penglihatan dimana saya melihat lampu teplok dimana beberapa bagian lampu tersebut belum terpasang seperti wadah minyak, sumbunya, kaca penutupnya. Lalu Tuhan berkata, “pasanglah lampu itu sehingga bisa dipakai” lalu saya segera mengambil dan memasang tiap bagian. Saat saya memegang sumbunya kemudian Tuhan berkata, “Apa yang kau rasakan? Basah atau kering?”  Kemudian saya memeriksa, mencium baunya seperti sumbu baru lalu menjawab “sumbunya kering Tuhan.”  Dan Tuhan menjelaskan bahwa sumbu yang basah tersebut (disebabkan cairan yang bukan minyak tanah) telah meresap ke sebagian besar sumbunya sehingga sumbunya sulit menyerap minyak tanah dan tidak berfungsi menjadi alat penerangan yang baik. Lalu dalam proses memasang lampu teplok tersebut Tuhan meminta saya untuk mencium isi cairan dalam wadah minyak tersebut dan mencium cairan dalam wadah lampu minyak lainnya.  Dan terbukti ada wadah yang berisi air kotor, minyak tanah, air sabun, termasuk air bercampur dengan minyak. Hal ini menggambarkan ada berbagai macam yang tersimpan dalam hati, pikiran dan kehidupan kita yang berpotensi memadamkan api Tuhan atau menghalangi karya Roh Kudus dalam hidup kita. 
Tuhan menegaskan bahwa hanya sumbu yang kering dan minyak yang dapat menjadi sarana penerangan yang baik.
Sumbu yang kering menggambarkan kerelaan dan kerinduan kita 
Cairan dalam wadah minyak tersebut menggambarkan segala hal yang kita inginkan, rindukan, kehendaki, pikirkan.
Cairan selain minyak seperti air kotor, minyak tanah, air sabun, termasuk air bercampur dengan minyak menggambarkan harapan, kerinduan, kehendak yang tidak murni menginginkan Tuhan tetapi ingin mendapatkan kemudahan,  kenyamanan serta kenikmatan hidup di dunia yang mendukung egonya. 
Cara menjaga kasih mula² tetap berkobar dalam hati kita adalah menyediakan hati yang benar² tulus,  rela dan tekun mengerjakan kehendak Tuhan supaya karya Roh Kudus senantiasa bersinar dalam hidup kita, hidup yang diubah sesuai kehendak dan rencana Tuhan.
Hidup yang terbuka dengan kehendak serta rencana Tuhan akan menjadi bahan bakar untuk mengobarkan kasih mula² dalam hati kita. 
Tuhan memberkati.

MEMURNIKAN MOTIF HATI DIBALIK PENCARIAN AKAN KEHENDAK SERTA RENCANA TUHAN DALAM HIDUP KITA

Oleh Peter B, MA
Apakah kita sedemikian erat dipersatukan dengan gagasan doa Yesus Kristus — “Jadilah kehendak-Mu” (Matius 6:10) — sehingga kita menangkap rahasia Allah? Apa yang membuat Allah sangat berharga bagi kita bukanlah berkat-berkat-Nya yang besar, melainkan hal-hal kecil yang kita alami, yang menunjukkan keakraban-Nya yang ajaib dengan kita — Dia mengetahui setiap rincian dari kehidupan kita masing-masing.
– Oswald Chambers
Kutipan Oswald Chambers di atas menguak suatu rahasia yang besar tentang bagaimana mengetahui kehendak Tuhan. 
Saya ingin menggarisbawahi perkataan Chambers di atas bahwa untuk mengenal kehendak Tuhan khususnya dalam hidup kita, kita harus menyatu lebih dulu dengan gagasan/pemikiran “Jadilah kehendak-Mu (di bumi seperti yang di sorga)” sebagaimana yang diajarkan Yesus dalam Doa Bapa Kami.
Saya mengamini akan hal ini. 
Ada banyak orang Kristen yang ingin mengetahui kehendak Tuhan, mengenal rencana Tuhan bagi hidupnya, juga ingin memperoleh penyingkapan akan rahasia²Nya tentang segala sesuatu yang terjadi. 
Masalahnya, berapa banyak yang merindukan, menginginkan, mengharapkan, mendoakan dan menyerahkan diri supaya kehendak Tuhan itu terjadi dalam hidupnya? 
Untuk apa kita tahu kehendak Tuhan dan mengapa Tuhan harus berkewajiban menyampaikan rahasia²Nya kepada orang² yang hanya ingin tahu dan mengumpulkan informasi semata? Tidakkah kehendak, rencana dan rahasia Tuhan itu terlalu berharga seperti emas dan permata yang tidak layak dilemparkan kepada anjing dan babi? 
Apa pula urusan orang² yang tidak peduli dan hanya ingin tahu rencana dan rahasia Tuhan untuk sekedar mempertimbangkan lalu semaunya sendiri memutuskan apakah ia mau mengikuti, taat dan melakukan kehendak Allah itu atau tidak? 
Akankah Tuhan menyingkapkan pikiran dan isi hatinya untuk orang² yang sebenarnya tidak peduli akan isi hati-Nya itu dan hanya sekedar mencari informasi untuk keuntungan dan kepentingan sendiri seperti halnya orang yang bertanya kepada para dukun/paranormal, yang memanfaatkan dan dimanfaatkan roh² jahat itu? 
Mari merenungkan ini semua… 
Kita seringkali luput, gagal, tak mampu menangkap isi hati Tuhan sebab kemungkinan besar kita tidak benar² peduli akan kehendak-Nya, tidak benar² siap melakukannya, hanya sekedar ingin tahu dan mencari² kesalahan, berbantah atau mendebatnya saja. 
Saya percaya, jika seseorang tulus mau hidup bagi Tuhan, cukup rendah hati untuk mengakui kelemahan dan ketidakmampuannya berjalan dengan kekuatannya sendiri, Tuhan akan menuntun dan menunjukkan dengan jelas dan makin jelas akan apa yang menjadi kehendak-Nya bagi orang itu. Ia akan berbicara kepada orang itu. Melalui berbagai macam cara. Dan orang itupun tahu bahwa Tuhan telah berbicara kepada dia. Orang yang mau membuka diri untuk berhubungan intim dan karib dengan Tuhan, untuk hidup melakukan kehendak-Nya, AKAN MEMPEROLEH PENYINGKAPAN AKAN KEHENDAK TUHAN. 
Mzm 25:14 (TL)
Rahasia Tuhan itu bagi orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya akan diberitahu kepadanya.
Mazmur 25:14 (FAYH) Persahabatan dengan Allah disediakan bagi orang-orang yang menghormati Dia. Hanya kepada mereka Ia memberitahukan rahasia janji-janji-Nya.
Mazmur 50:16
“Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu,”

Amsal 28:5
“Orang yang jahat tidak mengerti keadilan, tetapi orang yang mencari TUHAN mengerti segala sesuatu.”
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati

SANGAT RINDU YERUSALEM (BARU)

Oleh Peter B,  MA

Mazmur 137:5-6 (TB)
5 Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
6 Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
Mazmur 137 adalah nyanyian orang²  Israel selama mereka di pembuangan dan tawanan Kerajaan Babylonia. 
Mereka mengingat nasib mereka yang tercabut dari tanah air mereka. Sekalipun mereka disuruh menyanyikan lagu, bernada gembira, mereka merasa berat dan sukar melakukannya. Sebab mereka selalu teringat tempat kediaman dan asal mereka. Mengingat keindahan dan kemegahan Yerusalem, ibu kota mereka. 
Merekapun seperti mengutuk diri mereka sendiri bahwa tangan dan mulut mereka menjadi lemah tak berdaya jika mereka tak ingat lagi akan Yerusalem, tidak menjadikan saat² mereka untuk kembali melihat Yerusalem sebagai sukacita terbesar mereka. 
Kerinduan orang² Israel melihat Yerusalem dapat menjadi gambaran yang serupa bagi kita yang merindukan Yerusalem yang baru. 
Wahyu 21:2 (TB)  Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. 
Adakah kita menjadi orang² yang tidak pernah tenang dan selalu gelisah selama tinggal di dunia ini? 
Apakah kita termasuk orang² yang selalu terbayang² akan kediaman kekal penuh bahagia kita bersama² Tuhan kelak? 
Apakah kita menjadikan Yerusalem Baru sebagai puncak pencarian dan sukacita kita dari keberadaan kita? 
Apakah kita dapat memandang semua yang ada di bumi sekarang ini kurang atau tidak berharga sebelum kita masuk dan berdiam kembali di Yerusalem kekal nan permai itu? 
Banyak orang yang mengaku percaya dan ikut Yesus supaya mendapatkan pemenuhan janji hidup limpah dan diberkati secara materi selama di dunia. Padahal ada Yerusalem Baru yang jauh lebih mulia dan sangat berharga untuk diidamkan dan dirindukan dengan segenap hati kita, yang lebih layak kita harapkan, perjuangkan dan kejar daripada membangun kenyamanan selama di bumi. 
Seperti kata Yesus, “Apa artinya orang memperoleh seluruh dunia tapi ia kehilangan nyawanya, melepaskan sorga dan tak masuk kota tempat Allah bertahta itu?”
Oh biarlah setiap hari dalam hidup kita tak ada yang lebih kita inginkan selain melihat rumah yang semarak dan indah yang dibuat oleh Kristus sendiri, yang telah berjanji menyiapkan tempat tinggal bagi kita di tempat Bapa. 
Oh kiranya hati kita senantiasa disesaki pengharapan untuk melihat Sang Kekasih Jiwa, Mempelai Agung kita muncul di awan² menjemput kita untuk dibawa ke mahligai- mahligai-Nya di kota suci-Nya itu. 
Kiranya hati kita tak bisa tenang dan selalu berada dalam kegelisahan yang kudus sebelum kita melihat, mendengar, merasa, dan menapakkan kaki di Yerusalem yang baru. 
Ya Tuhan kami, jangan biarkan diri kami puas dan terlena sebelum selama-lamanya kami diam bersama-sama dengan Engkau dan memandang wajah-Mu muka dengan muka! 
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati…

KEHANCURAN HATI

Oleh: Sharon R.

Mazmur 51:10, 17 (TB)  
Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Mazmur diatas adalah cuplikan doa dan seruan Daud kepada Tuhan untuk diampuni dan dipulihkan ketika hatinya hancur setelah menyadari dan menyesali dosa dan perbuatannya yang jahat di mata Tuhan. Ia telah berzinah dengan istri dari salah satu prajuritnya yang terbaik dan setia. Bukan hanya itu, ia bahkan telah membunuh prajuritnya itu dengan cara-cara yang licik dan keji. Dosa-dosa yang sangat besar sebetulnya di mata manusia. Tetapi Tuhan mengampuni dan memulihkan kehidupan Daud meskipun dia tetap harus menanggung konsekuensi dari dosa-dosanya. Mengapa Tuhan mau mengampuni dan memulihkan hidup Daud meskipun telah melakukan kejahatan yang demikian besar di hadapan-Nya? Karena Daud telah merendahkan diri dan bertobat di hadapan Tuhan dengan hancur hati. Inilah kasih Tuhan yang ajaib dan tak terselami bagi manusia. Demikian janji Tuhan kepada umat-Nya yang mau merendahkan diri dengan hancur hati memohon pengampunan dan pemulihan-Nya. Dari kisah hidup Daud kita juga dapat belajar suatu kualitas sikap hati seorang penyembah sejati yang memampukan dia bertahan sampai akhir menjadi salah satu tokoh Alkitab yang berhasil dengan sebutan orang yang berkenan di hati Tuhan. Hati yang lembut dan hancur, Inilah sikap hati yang dimiliki, dijaga, dipelihara dan dikembangkan oleh raja Daud. Sayangnya tidak banyak jemaat Tuhan dan pemimpin rohani yang memiliki sikap hati yang demikian. Bahkan mungkin menginginkannya pun tidak.
Pemulihan atau kebangunan rohani terjadi diawali dengan adanya kehancuran hati. Suatu kesadaran yang mendalam akan keadaannya yang berdosa dan kebutuhannya yang besar untuk diampuni dan dipulihkan Tuhan ketika Roh Kudus menyingkapkan keadaan dirinya apa adanya. Dimulai dari keberanian dan kerelaan untuk jujur menilai dirinya tanpa usaha untuk berdalih dan membenarkan diri menurut ukuran kebenarannya sendiri. Hanya mereka yang hancur hatinya yang dapat datang kepada Tuhan dengan rendah hati. Suatu persembahan yang tidak akan pernah ditolak dan dihinakan Tuhan. Terhadap orang-orang yang demikian Tuhan justru akan mencurahkan kasih karunia-Nya untuk mengampuni, memperbarui, menjamah, memenuhi dan memulihkan hidup mereka. Sebaliknya, tidak akan ada pemulihan tanpa kehancuran hati dari pengakuan yang tulus dan jujur akan keadaan rohani kita di hadapan Tuhan.
Kehancuran hati sama seperti hati yang tobat. Tidak dilakukan sesekali atau hanya pada waktu pertama bertobat terima Tuhan Yesus tetapi sikap hati yang harus terus dijaga dan dipelihara seumur hidup. Terus menerus merendahkan diri mengakui setiap dosa dan kelemahan. Menyadari bahwa hidupnya bergantung sepenuhnya kepada kasih karunia dan kemurahan Tuhan. Fokus dan rajin introspeksi dan koreksi diri. Tidak suka berdalih dan mencari pembenaran diri. Suatu keadaan hati seperti seorang murid yang rela dan rindu untuk belajar dan diajar seumur hidup untuk diubahkan makin sempurna, berkenan dan serupa dengan Kristus. 
Hati yang lembut dan hancur juga merupakan sikap hati seorang hamba Tuhan yang sejati. Hati yang rela dan taat menerima dan menjalani proses Tuhan setiap hari untuk dipersiapkan menjadi alat dan bejana kemuliaan-Nya. Hati yang selalu lapar dan haus akan Tuhan. Hati yang tertuju sepenuhnya untuk melakukan kehendak Tuhan dan merindukan perkenanan Tuhan semata. 
Lawan atau kebalikan dari kehancuran hati adalah hati yang keras yang berakar pada pembenaran diri. Hati yang menolak untuk bertobat dan mengubah diri karena sudah merasa benar atau baik menurut ukuran dari pikirannya sendiri. Ketika teguran, masukan, kebenaran disampaikan bukannya diterima, direnungkan dan dirangkul dengan hancur hati tetapi diresponi dengan emosi dan penolakan dengan berpikir bahwa itu bukanlah mengenai dirinya bahkan berprasangka buruk atau negatif kepada mereka yang menyampaikan pesan atau menegur dengan kasih dan ketulusan sesuai pimpinan Tuhan. Pada dasarnya hati yang keras adalah hati yang tertutup terhadap teguran dan koreksi dari Tuhan. Lebih suka membenarkan diri dan enggan untuk memperbaiki diri dan berubah lebih lagi sesuai kehendak Tuhan. Senang mencari dan menerima pujian dan penghargaan dari manusia. Merasa benar dan tepat dalam pandangannya sendiri bukan apa yang tepat dan benar menurut Tuhan. Puas dan berpegang teguh pada prinsip dan kebenaran diri sendiri. Tidak mau membuka hati untuk mencari tahu lebih lagi akan kebenaran yang sesuai hati dan pikiran Tuhan. Sarat dengan kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi.
Berkat terbesar dari memelihara hati yang hancur adalah hubungan yang dekat dengan Tuhan karena Ia dekat dan bersama-sama dengan orang yang remuk dan rendah hati. Hanya dengan sikap hati yang demikian kita dapat mendekat dan berhubungan selalu dengan Dia. Menjadikan kita peka akan suara dan pimpinan-Nya. Hidup rohani kita tidak hanya dibangkitkan dan dipulihkan tetapi bahkan kita dimampukan dapat terus berjalan dalam jalan-jalan-Nya dan tetap dalam jalur kehendak-Nya sampai akhir hidup kita. Kita akan terhindar dari tipuan dan jebakan iblis, yaitu kesombongan rohani yang merupakan cikal bakal dari banyak penyimpangan dan kesesatan rohani. Menjadi hamba-hamba-Nya yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugasnya dan tujuan keberadaannya di dunia ini.
Salah satu kunci terjadinya kebangunan rohani (baik pribadi maupun secara massal) adalah kehancuran hati. Inilah beban dan seruan doa kita kepada Tuhan untuk bangsa ini, yaitu semakin banyak anak-anak Tuhan dan pemimpin rohani yang hancur hati dan merindukan terjadinya kebangunan rohani. Dimulai dari kita semua yang telah dicelikkan Tuhan dan dipanggil menjadi pejuang dan pelopor kebangunan rohani bagi bangsa ini. Tuhan hendak berperkara dengan dan melalui gereja-Nya untuk memulihkan bangsa ini. Tuhan mencari hati yang remuk diantara umat-Nya, yang merendahkan diri, bertobat, berbalik dari jalan-jalannya yang jahat dan memohon belas kasihan-Nya. Tidak lagi hidup dan melayani dengan cara-cara lama yang sesuai dengan kehendak dan untuk tujuan-tujuan pribadi tetapi mencari, merenung, menyelami dan melakukan kehendak Tuhan dan demi tujuan dan kepentingan-Nya.
Bersediakah kita membayar harga untuk memiliki hubungan yang selalu dekat dengan Tuhan dan menjadi pejuang-pejuang kebangunan rohani dengan memiliki dan memelihara sikap hati yang hancur melalui penundukan diri dan ketaatan total kepada Kristus dan kebenaran-Nya dan melepaskan seluruh kebenaran diri kita yang telah membuat hati kita keras dan melawan Dia? Maukah kita merelakan diri menjadi murid dan hamba-Nya yang selalu menyediakan hati yang lemah lembut dan hancur di hadapan-Nya sebagai persembahan yang menyukakan hati-Nya?
Mazmur 34:18 (TB)  (34-19) TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya. 
Yesaya 57:15 (TB)  Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: “Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.
Matius 5:3 (TB)  “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Amsal 4:23 (TB)  Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Hancur hati bukanlah kebangunan rohani; tetapi itu merupakan langkah yang sangat penting dan diperlukan untuk menuju ke arah kebangunan rohani
~ Arthur Wallis ~

GIAT BERIBADAH DAN IKUT KEBAKTIAN TIDAK SELALU BENAR DI MATA TUHAN

Oleh : Peter B
Berikut satu ayat Alkitab yang ingin saya bagikan dalam berbagai bentuk terjemahan. 
Ayat ini merupakan bagian dari surat rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius, mengenai gambaran orang² di akhir zaman. Ciri² sebagaimana disebutkan dalam uraian tersebut akan semakin terlihat jelas dan semakin banyak menjelang kesudahan segala zaman.
Salah satu karakter (buruk) orang² akhir zaman itu disebutkan demikian : 
2 Timotius 3:5 (TB)  Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
2 Timotius 3:5 (BIMK)  Meskipun secara lahir, mereka taat menjalankan kewajiban agama, namun menolak inti dari agama itu sendiri. Jauhilah orang-orang yang seperti itu.
2 Timotius 3:5 (FAYH)  Memang, mereka akan pergi ke gereja, tetapi sebenarnya tidak mempercayai apa yang mereka dengar. Janganlah tertipu oleh orang-orang semacam itu.
2 Timotius 3:5 (AYT)  kelihatan saleh tetapi menyangkali kuasanya. Jauhilah orang-orang seperti ini. 
2 Timotius 3:5 (TSI2)  Memang, di mata orang-orang lain, mereka mau dianggap sebagai pengikut agama, tetapi mereka tidak mau sungguh-sungguh mengenal Allah atau diubahkan oleh kuasa-Nya! Jauhkanlah dirimu dari orang-orang seperti itu. 
2 Timotius 3:5 (SB2010)  Mereka kelihatan seperti orang-orang yang taat beribadah, padahal sebenarnya mereka menolak kuasanya. Jauhkanlah dirimu dari orang-orang yang demikian itu!
2 Timotius 3:5 (VMD)  Mereka seakan-akan melayani Allah, tetapi cara hidup mereka menunjukkan, bahwa mereka tidak sungguh-sungguh melayani-Nya. Jauhkanlah dirimu dari mereka itu.
2 Timotius 3:5 (TMV)   Pada lahirnya mereka menjalankan kewajipan agama kita, tetapi mereka tidak menurut ajarannya. Jauhkanlah dirimu daripada mereka.
2 Timotius 3:5 (ENDE)  Mereka berlagak saleh, tetapi memungkiri hakekat kesalehan. Djauhilah semua orang itu.
2 Timotius 3:5  (Ambon Baba) yang pegang rupa kbaktian, ttapi kuasa kbaktian itu dia-orang sudah tolakkan: palingkan diri angkau deri ini smoa.
Dari banyak terjemahan Indonesia yang disajikan di atas, nyata jelas bahwa akan semakin banyak orang di akhir zaman yang suka dan rajin beribadah tapi… tidak tahu inti ibadah, tidak percaya yang mereka dengar (yang nyata dalam hidup mereka sehari² karena tidak menerapkannya),  tidak mau sungguh² mengenal Tuhan, memungkiri hakekat kesalehan, tidak benar² melayani Tuhan meskipun tampak rajin melayani, dan menolak kuasa ibadah yang mereka lakukan.
Sesungguhnya inilah gambaran orang² agamawi yang semakin banyak muncul di akhir zaman. Secara tampak luar/lahiriah, mereka menjalankan berbagai ketetapan agama seperti berdoa, berpuasa, hadir di acara² ibadah dan doa bahkan melayani di tempat² ibadah tetapi masalahnya, jauh di hati mereka dan dalam hidup pribadi mereka, mereka tidak benar² mau hidup bagi Tuhan, tidak sungguh² mau mengenal Allah dan menangkap serta menghidupi inti atau kuasa ibadah. 
Apakah intisari dan kuasa ibadah itu?
Intisari dan kuasa ibadah adalah pertobatan dan perubahan hidup dalam Kristus dan karena Kristus Yaitu menjadi manusia baru dalam Tuhan, melalui pekerjaan Roh Kudus. Itu bukan sekedar perubahan kelakuan dan kebiasaan yang dapat dilihat oleh orang² di sekitar kita,  seperti misalnya : dulu tidak ke gereja sekarang rajin ke gereja, dulu tidak berdoa sekarang terlihat sering sembahyang,  dulu suka bicara kotor sekarang sering menyebut² “Haleluya’, ‘puji Tuhan’ dan ‘Amin’.
Semua itu bisa saja menunjukkan adanya perubahan tetapi yang dimaksud dalam ayat di atas adalah perubahan SEJAK DARI DALAM HATI, YANG TAMPAK KEMUDIAN DALAM PRAKTEK IBADAH YANG TULUS DAN MURNI DI MATA TUHAN. Bukan yang tampaknya saleh tetapi bagian dalamnya kotor dan jahat. Itu semua najis di hadapan Tuhan. 
TUHAN mencari perubahan itu pertama² dalam hati kita. 
Apakah pikiran² dan prinsip² hidup kita berubah kepada tujuan² Allah?
Apakah hati kita condong pada pencarian akan hati dan kehendak-Nya? 
Apakah angan² dan hasrat/ambisi kita kini telah berganti dari kepada rujuan² duniawi kini tertuju untuk memuliakan Tuhan seumur hidup kita? 
Apakah kita rindu belajar dan dibentuk oleh Tuhan sebagai murid²Nya yang sejati? 
Apakah kita merindukan dan mengusahakan dengan pertolongan Roh Kudus supaya hidup kita kudus dan makin hari makin berkenan di hadapan Tuhan? 
Apakah perubahan hidup kita digerakkan oleh cinta kepada Tuhan dan untuk menyenangkan hati-Nya atau sekedar mengesankan dan menunjukkan di depan orang bahwa kita ini orang² yang taat beribadah? 
Jika itu semua belum ada di hati, pikiran dan menjadi penggerak perubahan atas cara hidup dan motivasi ibadah kita, maka kita belum benar² menjadi orang² yang mengenal Tuhan dengan benar. Kita belum menjadi jemaat yang disiapkan menjadi mempelai Kristus. Masih belum menghidupi intisari ibadah yaitu hidup mengikuti teladan Kristus. Kita masih tergolong sebagai orang² akhir zaman yang jauh dan menyimpang dari Tuhan. Yang sekedar senang beribadah dan puas dengan itu. Yang sekalipun sangat setia datang ibadah tetapi hidupnya tidak pernah diubahkan, hasratnya masih perkara² dunia, tujuan hidupnya menurut ukuran² manusia²  lama yang tidak mengenal Kristus, yang sehari² dipenuhi kekuatiran dan menghabiskan waktu demi mencukupi kebutuhan hidup dan fokus mencari rasa aman hidup di dunia, yang tanpa sadar telah lalai mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. 
Hidup yang demikian pada dasarnya membuat semua ibadah formal kita sia² dan tak berguna saja. Ibadah dapat menjadi sesuatu yang menyesatkan jiwa karena membuat orang merasa benar, merasa baik² saja, menjadi puas rohani dan merasa sudah memenuhi standar Tuhan. Padahal, Tuhan mencari dan menilai dengan ukuran yang berbeda. 
Dalam 2 Timotius 3:5 dengan jelas juga dinyatakan pada kita supaya MENJAUHI MEREKA ITU, yaitu mereka yang hanya tampak luar dan lahiriah saja beribadah. Orang² semacam ini seharusnya memang tidak boleh ada di kumpulan jemaat sejati. Murid² Kristus harusnya steril dari orang² yang semacam ini. 
Sedihnya, sekarang ini justru orang² yang semacam ini yang sekarang sangat banyak didapati gereja²  kita. Bukan hanya sebagai jemaat namun bahkan di antara mereka yang menyebut diri sebagai majelis gereja, pelayan Tuhan, pendeta, hamba Tuhan, pemimpin rohani, guru, nabi, dan sebagainya. 
Yang seharusnya dijauhi, malah menjadi pemberi pengaruh terbesar di gereja² sekarang ini. Merekalah yang bertanggung jawab terhadap budaya dan sistem agamawi yang kini sangat masif dipraktekkan banyak orang Kristen. Akibatnya, banyak anak Tuhan yang semula tulus rindu beribadah dan melayani Tuhan,  namun karena pemberi pengaruh, yang memuridkan mereka, bapa² rohani mereka memberikan teladan kerohanian yang keliru, maka pertumbuhan dan perkembangan rohani mereka tidak tepat dan sempurna sesuai kehendak Tuhan. Anak² rohani dengan cepat berubah menjadi seperti bapa² rohaninya. 
Sebagaimana adanya bapa rohani demikian pula anak² rohaninya. 
Nah, apa akibatnya jika bapa rohani atau teladan rohaninya adalah orang yang menjalankan ibadah tampak luar dan hanya lahiriah saja sedangkan gaya hidup mereka jauh dari tatanan Ilahi dan kehendak Tuhan????? 
Sudah waktunya anak² Tuhan mengetahui kebenaran ini. Bahwa di akhir zaman, ada banyak orang yang rajin ibadah, suka ibadah, rindu ibadah, tapi tidak rindu hidup bagi Tuhan, tidak ingin mengenal Tuhan lebih jauh dan mendalam, apalagi bersedia hidup sebagai murid dan hamba Tuhan, melaksanakan kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya. 
Kita harus memastikan diri tidak masuk dalam golongan orang² ini Kita harus memilih dan memilah apa, siapa dan bagaimana teladan bapa atau pemimpin rohani yang menjadi rujukan dan panutan kita. Mereka haruslah orang yang mengikuti teladan Kristus. Karena mereka mengikuti teladan Kristus itulah, kita mengikuti teladan kehidupan bapa atau pemimpin rohani itu (lihat 1 Korintus 11:1).
Kita harus memastikan bahwa kekristenan dan kerohanian kita berada dalam jalur yang benar. Bukan sekedar lahiriah semata sebagaimana yang dilihat orang namun hingga perubahan mendasar pada pola pikir, kecenderungan hati,  hasrat dalam jiwa serta adanya ketulusan serta kemurnian motivasi dalam ibadah maupun tingkah laku sehari² yang benar² ingin mengamalkan kasih, dan bukan demi memuaskan ego dalam diri. 
Jika kita melakukannya, kita akan dibawa Tuhan menjadi domba²Nya yang sejati. Kita akan dibawa dalam pengalaman² yang lebih dalam dan dibukakan rahasia² ilahi yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Kita akan dibawa masuk dalam rancangan ilahi yang penuh bahagia, rencana damai sejahtera, masa depan di dalam Tuhan yang penuh dengan pengharapan akan kemuliaan. 
Itulah yang Tuhan sediakan bagi kita yang rela terus melangkah lebih dari sekedar mengikuti ritual dan ibadah di gereja. 
Apakah salah satu dari orang itu adalah Anda? 
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati.