Arsip Bulanan: Juli 2020

PEMBARUAN PIKIRAN BUKAN EMOSIONAL

Oleh Peter B,  MA
Pembaruan pikiran (metanoia) adalah kunci untuk tidak lagi hidup dalam karakter lama yang bersifat daging dan duniawi seperti belum memegang teguh kebenaran yang sejati sebagai pegangan hidup. Beberapa orang kesulitan karena sifat bawaannya yang lebih merespon dengan emosi daripada pikiran. Akibatnya reaksi atau tanggapan saat diuji sering hanya emosional. Itulah sebabnya diperlukan hati seorang murid, yang mendisiplin diri menegakkan pemikiran² kebenaran dalam menyikapi kehidupan.
Kalau gagal, jangan segera mutung atau putus asa. Kasih karunia Tuhan disediakan bagi kita untuk bangkit kembali dan mencoba lagi bahkan dengan kekuatan yang baru. Asalkan kita mau, Tuhan akan memberikan hikmat, kekuatan dan memudahkan langkah kita untuk taat. ASAL KITA RINDU DAN BERSEDIA. Seringkali memang kebanyakan anak²  Tuhan tidak sampai serela itu hidup bagi Tuhan. Lebih enak dan lebih mudah ikut arus kuat saja, sekalipun itu tidak jelas kemana arahnya…

KETIDAKBERDAYAAN DAN BERGANTUNGNYA KITA KEPADA TUHAN

Oleh Peter B,  MA
Saya harus mengenal Yesus Kristus sebagai Juru Selamat saya pribadi sebelum ajaran-Nya mempunyai makna bagi saya dan tidak hanya berupa cita-cita luhur mulia yang hanya membawa  pada keputusasaan. Akan tetapi, bila saya dilahirkan kembali oleh Roh Allah, saya tahu bahwa Yesus Kristus tidak datang hanya untuk mengajar — Dia datang untuk menjadikan saya seperti yang diajarkan-Nya.

Inilah asas atau prinsip pertama dalam Kerajaan Allah. Landasan yang mendasari kerajaan Yesus Kristus ialah kemiskinan, kepapaan, bukan kepemilikan; bukan membuat keputusan bagi Yesus, melainkan sadar akan kegagalan mutlak kita sehingga kita akhirnya hanya dapat datang dan mengatakan, “Tuhan, aku bahkan tidak dapat memulai melakukannya”.

Inilah pintu masuk menuju kerajaan Allah. Pengetahuan dan kesadaran akan kemiskinan kita sendiri, itulah yang membawa kita ke tempat yang tepat bagi Yesus Kristus dapat mengerjakan karya-Nya dengan penuh dalam diri kita.

~ Oswald Chambers
Catatan dari saya : 
Hanya dengan menyadari ketidakberdayaan kita mengubah diri sendiri, dan betapa bergantungnya kita kepada Tuhan untuk setiap jengkal perubahan dalam hidup kita, maka kerinduan kita untuk berkenan di hadapan Tuhan baru akan menemukan jalan menuju kenyataan. 
Setiap kita ingin berubah, jadi lebih baik dan makin serupa Kristus tetapi itu tidak bisa dilakukan dengan kekuatan sendiri. Kekuatan kita adalah kekuatan berseru² (seperti Bartimeus) dan terus mendesak (seperti perempuan Siro Fenisia yang ditolak Yesus). Berseru mengakui ketidakberdayaan kita dan perlunya kita memperoleh pertolongan Tuhan. Kitalab domba² lemah itu. Kita harus menjadi anak² kecil yang bergantung penuh dan percaya penuh pada orang tuanya yang akan menjaga, melindungi dan  menuntun dirinya tetap baik dan aman keadaannya. Hidup kita harus berserah penuh, tidak melawan atau berontak pada pengaturan dan penetapan Tuhan karena tak ada gunanya kita berjalan sendiri dengan keyakinan akan kekuatan kita. Baru dari situlah, karya Tuhan nyata mengubah dan terus memperbarui hidup kita hari demi hari. 
Tuhan memberkati kita semua…

POKOK DOA DI MASA PANDEMI

Poin2 dalam pokok doa ini dimaksudkan Tuhan sebagai bahan² doa sekaligus juga perenungan, pembelajaran terkait bagaiana sikap murid² Kristus menghadapi atmosfer rohani yang gelap, penyebaran virus corona, bencana alam, korupsi, kegoncangan ekonomi, meningkatnya tindak kejahatan, dll di bangsa kita
Pandanglah pokok doa ini sebagai bentuk kepedulian, perhatian, kasih karunia Tuhan bagi bangsa kita. 
Tujuan utama dari pokok² doa di atas adalah mendatangkan kerajaan Sorga dan menghentikan/menggagalkan segala rencana penguasa kegelapan untuk membawa bangsa kita tenggelam dalam kekecewaan dan keputusasaan. 
Peran kita sebagai murid² Kristus adalah mengubah atmosfer rohani di bangsa kita dengan cara hidup sesuai petunjuk Tuhan dan menaikkan doa syafaat sesuai poin² pokok doa di atas. 
Tuhan hendak memakai doa² kita menggerakkan Roh Kudus untuk menjamah, menuntun, memenuhi, memimpin umatNya di bangsa kita,  seperti,
#Umat Tuhan makin mengerti maksud/proses Tuhan dibalik pandemi, bencana alam, goncangan ekonomi serta memulihkan umatNya
# Terjadinya pemulihan hubungan antara umatNya dengan Tuhan.
# Terjadinya pertumbuhan iman dan pengharapan di masa krisis iman dan pengharapan.
# Memulihkan kinerja, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi pandemi. 
# Adanya solusi untuk bertahan menghadapi kegoncangan ekonomi dalam tingkat nasional dan internasional. 
# Adanya kemajuan dalam pekerjaan Tuhan di masa kegoncangan ekonomi.
# Tersingkapnya faktor² yang terbukti menghambat pertumbuhan ekonomi, yang merusak karakter/jati diri bangsa ini. 
Doa² kita akan menentukan arah, masa depan umat Tuhan dan pemerintahan di Indonesia.

TUHAN, BAGIANKU

Oleh : Peter B

“²⁴ “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.”
(Ratapan 3:24)
Di saat segala sesuatu runtuh di sekitar kita, adalah suatu penghiburan yang besar jika kita menjadikan TUHAN sebagai bagian atau milik kita yang paling berharga. Perkataan Yeremia ini diilhami perkataan Tuhan sendiri dalam hal hubungannya dengan orang-orang Lewi : 
Tetapi kepada suku Lewi Musa tidak memberikan milik pusaka: TUHAN, Allah Israel, Dialah yang menjadi milik pusaka mereka, seperti yang dijanjikan-Nya kepada mereka.
Yosua 13:33 (TB)
“Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada TUHAN dan apa yang menjadi milik-Nya harus mereka mendapat rezeki.
Janganlah ia mempunyai milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya; TUHANlah milik pusakanya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadanya.
Ulangan 18:1-2 (TB)
TUHAN berfirman kepada Harun: “Di negeri mereka engkau tidak akan mendapat milik pusaka dan tidak akan beroleh bagian di tengah-tengah mereka; Akulah bagianmu dan milik pusakamu di tengah-tengah orang Israel.
Bilangan 18:20 (TB)
Sebagai ganti kaum Lewi tidak memperoleh bagian dari Tanah Kanaan sebagai milik suku mereka, TUHAN, Allah Israel, menyatakan secara khusus bahwa diri-Nyalah yang akan menjadi pengganti bagian warisan tanah yang tidak mereka dapatkan itu. Maksudnya, kaum Lewi beroleh kasih karunia berhubungan lebih intensif dan kesempatan yang lebih untuk intim dengan Tuhan oleh karena tugas dan panggilan hidup mereka yang sepenuhnya melayani di hadapan Tuhan. 
Dalam keadaan dunia yang sangat materialistis, memiliki Tuhan sebagai harta tampaknya bukan sesuatu yang berarti. Bahkan tidak sedikit yang mencemooh dan merendahkan orang-orang yang menyatakan tidak ingin menjadi kaya atau yang tidak mencari hidup nyaman dalam berbagai kemudahan. 
Tetapi bagaimana jika keadaan dunia tidak seperti itu? Bagaimana jika keadaan sekeliling kita mengalami kesukaran yang besar oleh karena suatu bencana atau pandemi seperti sekarang? 
Bagaimana jika suatu negeri mengalami peperangan, pembunuhan besar-besaran, kejahatan merajalela dan banyak orang terancam dan dapat kehilangan nywanya sewaktu-waktu? 
Bagaimana jika pada saat seperti itu, berapapun harta berupa uang, emas, permata tak lagi berguna karena tak dapat membeli atau ditukar dengan apapun juga?  
Dalam lingkup pribadi, ada kalanya seseorang dihadapkan suatu situasi krisis dan kritis. Entah kesehatannya yang merosot, menderita sakit tak dapat disembuhkan sekalipun ia memiliki uang untuk berobat ataupun karena keadaan rumah tangga yang sedang di ambang kehancuran. juga karena keadaan-keadaan lain yang bisa terjadi atas hidup manusia, yang tak mampu diselesaikan oleh apapun, siapapun, dengan cara apapun. Ketika seluruh harapan lenyap dan seluruh daya memudar… pada saat demikian, betapa beruntung dan berbahagia, mereka yang menjadikan Tuhan sebagai miliknya yang paling berharga.
Sesunguhnya tidak ada suatu apapun yang dapat dimiliki manusia yang lebih berharga dan lebih bernilai daripada Tuhan. Dia bukan hanya berharga, Dialah Pencipta segala yang dianggap berharga oleh manusia. Dia bukan sarana yang digunakan manusia untuk memuaskan atau memenuhi keinginan diri; Dialah sebenarnya kebutuhan terbesar manusia itu sendiri agar memperoleh hidup penuh kebahagiaan dan kesejahteraan. 
TUHANlah satu-satunya yang dapat menopang, yang paling sanggup menjadi penolong manusia ketika tidak ada satupun yang bisa diandalkan lagi. Selama masih ada Tuhan yang mengasihi kita, selalu ada harapan untuk keadaan kita yang terburuk sekalipun. Kepada Dialah ada kelegaan kita. 
Saat Yeremia menyadari bahwa ia masih memiliki Tuhan, dan Tuhan itu adalah miliknya yang paling berharga, maka ia kembali memiliki harapan!
“TUHAN adalah bagianku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya”
Dan ini bukan sesuatu angan-angan kosong semata. Telah banyak yang menjadi saksi mata, saksi pelaku bahkan saksi hidup yang dapat menyaksikan betapa Tuhan yang mereka andalkan, telah menjadi penolong, pelepas, penghibur, penyelamat, penopang, pelindung, pemelihara dan sumber segala keperluan mereka yang paling mendesak sekalipun. Daftarnya tak akan ada habisnya. Nuh yang selamat dari air bah. Abraham dan Sara yang mendapat anak di usia yang mustahil melahirkan anak. Yusuf yang tiba-tiba berubah nasibnya dari napi menjadi raja dalam sekejap. Musa yang membelah Laut Merah selagi dikejar pasukan Mesir. Manna dan burung puyuh setiap hari di padang gurun. Air yang memancar di bukit batu. Tembok Yerikho yang runtuh bagai kertas kardus. Goliat yang jatuh berdebam ditembus batu yang diumban Daud. Ini akan terus berlanjut sehingga bahkan jika digabungkan dengan kesaksian setiap orang yang telah menjadikan Tuhan sebagai harta dalam hidupnya, maka seluruh kitab di dunia ini tak dapat memuatnya. Terlalu banyak yang Tuhan perbuat dan kerjakan, kebaikan dalam setiap karya-Nya bagi kita ciptaan-Nya, lebih-lebih bagi umat yang dikasihi-Nya. Dan salib Kristus adalah bukti puncak dari kesemuanya. Dia memberikan yang paling berharga yang dapat Ia berikan. Nyawa Putra-Nya bagi kita. Supaya kita yang percaya tidak binasa tetapi mempunyai hidup kekal, hidup berkelimpahan, hidup baru, hidup yang seharusnya dimiliki oleh manusia sejak semula ia diciptakan.
Jika Tuhan menjadi bagian kita, kita sudah pasti menjadi orang yang beruntung. Kita tidak akan pernah kecewa, meskipun oleh dunia dianggap rugi. Kita justru merasakan berkat-berkat terbaik yang bisa diterima dan dialami dalam hidup ini. 
Berikut tulisan saya tahun 2004 (yang dapat dibaca selengkapnya di TUHAN ADALAH BAGIANKU :
Yang memiliki Allah tidak pernah kecewa

Sekarang, pernahkah Anda menemukan orang yang menjadi kecewa karena memiliki Allah? Hasil pengamatan saya menyimpulkan bahwa alasan kekecewaan terbesar dari seseorang kepada Allah bukan karena Allah sendiri melainkan karena keinginan pribadi orang tersebut yang tidak terpenuhi setelah ia meminta dan mengharap Allah mengabulkannya. Jelaslah di sini bahwa mereka yang berlaku demikian tidak mengikut serta mengasihi Tuhan sepenuh hati melainkan dengan syarat, dimana syarat tersebut sepenuhnya mementingkan keuntungan pribadinya sendiri. Orang yang menjadi kecewa kepada Allah sesungguhnya tidak ingin memiliki Allah, melainkan hanya menginginkan apa yang Allah dapat berikan kepada mereka. Mereka yang kecewa kepada Allah pada dasarnya kecewa karena Allah tidak dapat mereka manfaatkan untuk menguntungkan diri mereka sendiri.
Penelusuran saya pada Alkitab justru menemukan hal yang sebaliknya. Mereka yang sungguh-sungguh menginginkan Allah menjadi miliknya tidak pernah dikecewakan selama-lamanya. Tidak satu bagian pun dan tidak satu kisah pun dalam Kitab Suci yang menunjukkan tanda-tanda bahwa memiliki Tuhan itu berakhir pada kesedihan apalagi kekecewaan. Di antara hamba-hamba sejatinya, tidak sedikitpun ada gurat kekecewaan di wajah mereka saat mereka meninggalkan apapun –sekali lagi, apapun- yang mereka miliki bahkan yang paling mereka cintai demi memperoleh Tuhan. Bagi Abraham, memiliki Tuhan itu lebih berharga dibandingkan mempertahankan anak tunggalnya. (Lihat Kej.22:1-18) Dan dia tidak dikecewakan. Bagi Musa, mendapat bagian dalam kemegahan serta kemewahan Mesir tidak ada artinya dibandingkan mengikut Tuhan. (Lihat Ibr.11:24-26) Dan ia tidak pulang dengan sedih. Bagi suku Lewi, Tuhan itu harta pusaka mereka, lebih dari tanah dan ternak Kanaan.[iv] Dan mereka tidak rugi. Bagi Daud, sekalipun ayah dan ibunya meninggalkan dia namun Tuhan tetap menjadi bagian dan harta warisannya yang paling berharga (Lihat Maz. 27:10; 16:2,5). Bagi Daniel, pejabat Yahudi tertinggi di Babel, dan Yusuf Arimatea, seorang kaya yang memberikan kuburnya bagi Yesus, ya bagi mereka, memperoleh persekutuan dengan Tuhan melebihi harga diri dan jabatan mereka (Lihat Dan.6; Mat.27:57-59). Dan mereka dikenang selamanya. Bagi, Samuel dan Yeremia (Lihat 1 Sam.3; Yer.1:6-7), masa muda mereka kurang bernilai dibandingkan berjalan bersama Dia dan mendengarkan suaraNya. Dan mereka justru semakin dikuatkan di dalam Tuhan. Juga Stefanus, para rasul, dan jutaan martir lainnya telah sepakat bahwa memiliki Allah itu jauh melebihi kesakitan badani maupun nyawa mereka sendiri. Dan mereka disambut oleh Yesus sendiri. Tetapi pernyataan paling terkenal mengenai hal ini keluar dari mulut salah satu rasul paling diurapi sepanjang sejarah kekristenan. Rasul yang bernama Paulus ini dengan berani dan lantang menantang hati setiap orang Kristen di segala zaman yang mengaku sebagai pengikut Kristus dan yang telah menganggap diri telah mengasihi Tuhan. Inilah salah satu perkataan paling kuat di dalam Kitab Suci kita, “Tetapi bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan… apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” (Lihat Fil. 1:21; 3:7-8).
 Mereka semuanya telah menggenapi harga yang memang seharusnya dibayarkan untuk mengikut Kristus karena bukankah “barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku”? Dan bukankah untuk memiliki Kerajaan Surga itu seperti seorang yang menemukan harta terpendam di suatu ladang atau sebuah mutiara yang paling indah dimana akhirnya ia rela menjual seluruh harta miliknya untuk mendapatkan ladang atau mutiara nan berharga itu? (Lihat Mat. 13:44-46).

Rahasia terbesar dari apa yang menyebabkan mereka semua rela kehilangan seluruh miliknya yang lain, yang paling mereka cintai, dan hak mereka yang terbesar, demi memperoleh Tuhan adalah bahwa mereka menemukan kenyataan bahwa MENDAPATKAN TUHAN ITU MELEBIHI MENDAPATKAN SEGALA YANG ADA DI DUNIA. Bahkan segala harta kekayaan, kehormatan, kuasa, dan kemuliaan yang ada di dunia dikumpulkan menjadi satu sekalipun tidak dapat menandingi Tuhan. Memiliki Dia dan menjadi milikNya merupakan sesuatu yang tidak akan pernah sebanding dengan apapun jua. Di benak banyak orang Kristen sekarang ini masih tertanam pikiran bahwa mereka akan masuk surga dan menikmati kebahagiaan selamanya di sana. Tetapi tujuan kita lebih daripada surga. Apalah artinya surga apabila Tuhan tidak di sana? Surga indah karena di sana ada Tuhan yang sangat mengasihi kita.

Sayangnya, hingga zaman ini, sedikit orang saja –bahkan di antara orang-orang Kristen- yang sungguh-sungguh sadar akan hal ini. Keadaan gereja belakangan ini justru menunjukkan hal yang sebaliknya, dimana orang-orang datang menyembah dan beribadah kepada Tuhan di dalam nama Yesus tetapi mereka datang untuk memuaskan diri mereka sendiri, untuk mewujudkan maksud-maksud kedagingan mereka sendiri. Pada dasarnya mereka memanfaatkan Tuhan untuk menuruti kemauan mereka yang diperhamba oleh illah-illah dunia ini.
Yesus mengajar bahwa dengan menggunakan materi, harta di dunia, seseorang seharusnya mencari, mengusahakan dan mengumpulkan harta di sorga (lihat Lukas 16:9; Matius 6:19-21). Kebalikannya, pikiran untuk mencari Tuhan supaya beroleh harta dunia, berasal dari iblis. 
Pada saatnya orang-orang yang memegahkan kekuatan harta akan kecewa dan malu. Namun orang yang menjadikan Tuhan sebagai bagian hidupnya yang paling berharga akan tetap kuat menatap kehidupan seburuk apapun keadaannya. Bahkan ketika dunia sepenuhnya mengecewakan, mereka yang bagiannya adalah Tuhan, akan dihiburkan selama-lamanya saat berjumpa Tuhan muka dengan muka dalam kekekalan. 
Hari ini, apapun keadaan Anda dan betatapun kecewanya Anda melihat negeri kita yang dirundung kegelapan, pastikan Tuhan menjadi bagian Anda, harta kepunyaan Anda yang paling berharga, milik pusaka yang takkan pernah Anda lepaskan. Biarkan Dia menjadi penghiburan, kekuatan dan pengharapan Anda. Bersukacitalah karena Anda telah dimampukan untuk itu. 
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Habakuk 3:17-19 (TB)
Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.

Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Mazmur 73:25-26 (TB)
Salam revival.
Tuhan Yesus memberkati.

HARI BARU DAN KESETIAAN TUHAN

Oleh : Peter B, MA
“²² Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
²³ selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
(Ratapan 3:22-23)”
Salah satu himne Kristen yang paling sering dinyanyikan dan didengarkan hingga kini berjudul “Great Is Thy Faithfulness” Besar Kesetiaan-Mu (dalam bahasa Inggris) dan Besar Kesetiaan-Mu (dalam bahasa Indonesia) Bukan tanpa alasan pujian ini menjadi salah satu yang paling disukai. Sejak diciptakan tahun 1923, telah begitu banyak yang dijamah melalui melodinya.  Lebih lagi oleh syairnya. Tidak terkecuali dengan saya. 
Sewaktu menulis renungan ini, saya teringat nyanyian itu dan tertarik mendengarkannya untuk kesekian kalinya. Dan entah untuk keberapa kalinya, saya merasakan lagi² air mata saya mengalir deras saat mendengarkan dan menghayati setiap kata demi kata dari lagu ini. Harus diakui, ada kesegaran baru saat mengangkat jiwa di hadapan Tuhan sambil memperkatakan bait² di dalamnya. Ada penghiburan. Ada kekuatan. Sesuatu yang sangat manis. Menggantikan segala kepahitan yang sebelumnya mengendap di hati. 
Dan setiap lagu rohani yang memiliki syair serupa itu, sesungguhnya merupakan suatu bukti dan suatu kesaksian akan kemenangan Yeremia yang dibangkitkan pengharapannya dari keterpurukan dalam lobang keputusasaan. 
Yeremialah yang menuliskan kata² itu. Roh Allah mengilhaminya. Suatu pencerahan, penemuan, dan rahasia yang besar. Yang kemudian Tuhan nyatakan sebagai kebenaran yang membebaskan umat-Nya yang sedang tenggelam dalam kenyataan hidup yang amat kelam. Besar SetiaMuKenyataan bahwa ia masih hidup hingga hari itu -setelah menjalani hari kemarin dan masih akan memasuki hari selanjutnya esok hari- menyiratkan belas kasihan dan kemurahan Tuhan. 
Hari yang baru berarti adanya kehidupan. Dan selama ada kehidupan, juga akan ada harapan, sebab hanya yang sudah mati yang tak dapat berharap serta tak lagi memiliki harapan (lihat Pengkhotbah 9:4). 
Selama Tuhan memberikan satu hari lagi pada kita, tidak seharusnya kita berputus asa. Sesungguhnya, ada jauh lebih banyak dari yang kita pikirkan orang² yang demikian amat sangat berharap supaya boleh menjalani hidup lebih lama. Me­reka berjuang dengan segala daya untuk memperoleh perpanjangan hidup. 
Saat Tuhan memberikan satu hari, satu minggu, satu bulan, satu atau beberapa tahun lagi, itu berarti suatu kesempatan yang Ia berikan pada kita. Itulah kasih karunia-Nya. 
Kita harus menyadari bahwa setiap hari, Tuhan bekerja dengan cara yang berbeda-beda. Ia tidak mengulangi apa yang sudah terjadi dan berlalu di hari kemarin. Apabila ada proses atau sekolah Tuhan yang harus kita ikuti, dan kita harus mengulang pelajaran yang sama karena belum memahaminya, maka pelajaran yang Ia berikan akan disampaikan-Nya bukan dengan mengundang hal yang sama dengan kemarin, tetapi dengan suatu cara yang berbeda dari kemarin – suatu cara yang baru. Semua yang diberikan Tuhan bersama dengan hari baru yang Ia berikan selalu merupakan sesuatu yang segar dan baru. Inilah suatu kesempatan dan kasih karunia untuk memperbarui hidup kita di hadapan Tuhan. Jika kemarin Ia murka, di hari yang baru, Ia mau memperbarui lagi hubungan-Nya dengan kita. Jika kita datang kepada Dia, kasih-Nya yang limpah, baru dan segar itu akan memperbarui dan memulihkan kita. 
Dan bukankah Ia Allah yang setia? Besar adanya kesetiaan-Nya itu! Paulus mengatakan dengan yakin pada Timotius, anak rohaninya itu : 
jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”
~ 2 Timotius 2:13 (TB)
Kesetiaan Tuhan yang besar memiliki arti yang sangat dalam. Kita akan beroleh kekuatan yang luar biasa saat berdiri di atas kebenaran ini. 
Disebutkan di sana, Tuhan bukan hanya setia tetapi kesetiaan-Nya itu ada dalam suatu ukuran yang besar. Ini berarti sesuatu yang banyak sekali, berlimpah-limpah, tak mudah habis, melampaui segala ukuran. 
Kesetiaan Tuhan tak terganggu dengan ketidaksetiaan kita. Tak surut oleh karena kegagalan kita. Tak berkurang karena kelemahan komitmen kita. Ia masih selalu ada bagi kita. Tak pernah menolak kita saat kita kembali atau bahkan berseru dengan suara terlemah kita kepada-Nya. Kesetiaan sang Bapa, dalam erumoamaan Yesus, membuatnya berlari, mendahului langkah lambat anak bungsunya yang maluz hendak kembalu ke rumah bapanya setelah sebelumnya dengan angkuh meninggalkannya. Karena sang Bapa setia, anak yang tersesat itu boleh melihat dan menerima pemulihan dalam hidupnya.
Setiap hari baru diberikan bagi kita seharusnya membuat kita sadar bahwa itulah salah satu dasar untuk berharap. Bahwa ada satu Pribadi yang sangat mengasihi kita, yang tidak akan menolak kita, yang akan menolong kita bangkit dari segala kehancuran yang sebenarnya acapkali merupakan akibat dari ulah kita sendiri. Kita yang sering tidak setia seharusnya merasa sangat beruntung memiliki Allah yang setia dan penuh kasih. Dan karena Ia itu Allah yang demikian, biarlah kiranya harapan itu tidak pernah sirna dari hati kita. 
Seburuk apapun yang kita alami dan sekelam apapun sekitar kita, selama Tuhan masih mengijinkan matahari terbit di sebelah timur, Ia memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk kembali kepada-Nya dan menerima belas kasihan-Nya. 
Masih ada harapan untuk hidup Anda yang hancur. Masih ada janji pemulihan untuk Indonesia yang dirundung gelap gulita yang sangat ini. Masih ada kesempatan bagi gereja Tuhan tampil dan bersinar di tengah² kegelapan ini. 
Berdirilah teguh di atas kebenaran ini. Kebenaran mengenai Allah yang penuh kasih, yang memberikan kesempatan yang baru dan yang masih setia menunggu kita mencari pemulihan dari-Nya.
Hari ini, belum terlambat untuk menghentikan langkah di jalan yang menjauhkan Anda dari Tuhan. 
Hari ini adalah kesempatan Anda untuk kembali ke tempat dimana Anda meninggalkan Dia. 
Dia masih ada di sana. Menunggu Anda kembali pada-Nya. 
Biarlah kasih dan kesetiaan Tuhan menjadikan pintu² pengharapan terbuka lebar di hati Anda.
Salam revival
Tuhan memberkati kita semua

MENGARAHKAN HATI, PIKIRAN DAN KEHIDUPAN SESUAI HIKMAT TUHAN

Oleh Didit I. 
Kita akan melanjutkan pembelajaran kita mengenai fungsi putaran di pengatur sumbu pada lampu teplok.
Tuhan membawa saya dalam ruangan yang penuh dengan lampu teplok dan di dekat rak kayu yang penuh dengan berbagai bentuk dan jenis kaca penutup pada lampu teplok tersebut terdapat meja lain dengan sebuah lampu teplok yang sedang menyala. Kemudian Tuhan mengarahkan perhatian saya untuk memperhatikan “pengatur sumbu” pada lampu teplok di atas meja tersebut. Yang menarik perhatian saya di bagian tengah pada pengatur sumbu terdapat tulisan “Amsal 14:8” yang memancarkan cahaya seperti kilauan emas murni.
Amsal 14:8 (TB)  
Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya.
Lalu Tuhan menjelaskan bahwa pengatur sumbu tersebut menggambarkan batasan² dalam pikiran kita, dimana pikiran kita perlu dibatasi/diatur sesuai dengan hikmat Tuhan, bukan pengertian kita sendiri. Pikiran, hati dan hidup yang diarahkan untuk mencari, menyelidiki, menimbang segala sesuatu berdasarkan pengertian² akan prinsip² firman Tuhan, kehendak, proses, rencana dan tujuan Tuhan sehingga seluruh hidup kita dapat diarahkan pada tujuan Tuhan atau mengerjakan firman Tuhan, pimpinan Roh Kudus dengan tepat sesuai yang dikehendaki dan maksudkan Tuhan.
Hikmat Tuhan akan menuntun kita pada pengertian akan rahasia kehendakNya, rencanaNya, panggilanNya dalam hidup kita, manfaat hidup dalam kehendak/rencana Tuhan, dampak buruk dari kebiasaan hidup yang sembrono/sikap hati/pola pikir yang tidak didasarkan pada prinsip kebenaran yang sejati, memberikan solusi atas segala permasalahan dalam hidup kita sebagaimana fungsi pengatur sumbu yang baik pada lampu teplok. Sebaliknya, ketiadaan atau sedikit pengertian akan jalan² Tuhan dalam pikiran atau hidup kita akan membuat kita cenderung berpikiran sempit (penuh batasan² ketakutan, kekuatiran seperti pengatur sumbu yang berkarat sehingga tidak mudah diputar/diatur) atau pikiran yang terlalu bebas sehingga tidak ingin dibatasi oleh pengertian² akan kehendak Tuhan, prinsip² kebenaran, pimpinan Roh Kudus (menafsirkan ayat² firman Tuhan sesuai dengan keinginan, harapan, rencana pribadi yang egois dan duniawi seperti pengatur sumbu pada lampu teplok yang rusak – bisa diputar tapi sumbunya tidak bergerak). 
Hikmat Tuhan akan diberikan kepada orang² yang hati/pikirannya rindu mencari, mengerjakan kehendak serta rencanaNya demikianlah fungsi pengatur sumbu berkaitan dengan sumbu pada lampu teplok, yaitu membuka hati, pikiran dan hidup kita kepada perkara² sorgawi. 
Hikmat Tuhan akan menyadarkan kita arti hidup sebagai murid² Kristus di dunia, singkatnya waktu hidup kita di dunia, menyingkapkan rahasia maksud hati/pikiranNya melalui pesan² rohani, bencana alam, masalah, sakit penyakit, kesaksian Roh Kudus dll bahkan menyingkapkan rencana iblis yang tersembunyi serta menghindarkan langkah kita dari tipu daya iblis atau melepaskan diri kita dari cengkraman atau menggagalkan rencana iblis dalam hidup pribadi, keluarga, pelayanan, pekerjaan sekuler, gereja, kota, bangsa kita. 
Oleh karena itu yang perlu kita lakukan setiap hari adalah membuka diri kita untuk meminta pengertian, petunjuk, solusi dari Tuhan supaya pikiran, hati dan hidup kita senantiasa diubah menjadi sepikiran, sehati dengan Kristus.
Marilah kita senantiasa mengarahkan hati dan pikiran kita kepada hikmatNya sebagai panduan langkah hidup kita. 
Tuhan memberkati rekan² sekalian.