Arsip Bulanan: September 2020

BERMEGAH DI DALAM KELEMAHAN-KELEMAHAN KITA

Oleh : Peter B
“…  atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.
~ 2 Korintus 12:5
Membaca pernyataan Paulus di atas, kita dibuat bertanya-tanya, bagaimana bisa Paulus bermegah atas kelemahan kelemahannya? Orang pada umumnya bermegah atas atas berbagai kelebihan dan kekuatannya. Sedangkan atas kelemahan-kelemahannya, orang berusaha menutupinya dan jika mungkin, ia ingin menghilangkannya. Paulus berbeda. Ia tidak malu akan kekurangan dan kelemahannya. Ia malah menjadikannya semacam kebanggaan di depan jemaat. 
Kita tentunya juga memiliki kelemahan kelemahan. Di dalam berbagai bidang. Entah itu kita akui maupun tidak. Tetapi sama seperti kebanyakan orang lainnya, kita tidak mau kelemahan itu terekspos, karena secara umum dipandang dapat menurunkan harga diri dan kepercayaan diri kita sendiri.
Tetapi tidak dengan Paulus. Kelemahan-kelemahannya justru menjadi kebanggaan bagi dirinya. Ia tidak sungkan ataupun malu mengakui bahwa dirinya memiliki kelemahan. Ia malah menjadikan kelemahan-kelemahan itu sebagai sesuatu yang membangkitkan iman dan kasihnya kepada Tuhan serta memperkuat komitmennya untuk setia melayani Tuhan. 
Bagaimana kita dapat memahami hal ini? 
Memahami Paulus dan apa yang ditulisnya memang tidak pernah mudah. Surat-suratnya mengandung bagian-bagian yang sangat sukar dipahami sehingga dapat menimbulkan tafsir yang keliru apabila kita tidak cermat dan berhati-hati dalam memaknainya. Diperlukan suatu hati yang tulus tertuju kepada maksud dan kehendak Tuhan yang murni untuk dapat menangkap isi hati Tuhan melalui tulisan-tulisan Paulus.
Sesungguhnya yang dipikirkan Paulus, memang tidak serupa dengan pikiran-pikiran manusia duniawi pada umumnya. Pikiran Paulus adalah pikiran Kristus. Termasuk pikiran berbangga dalam kelemahan-kelemahan diri, sebagaimana ia sebutkan itu, sebenarnya juga berasal dari pikiran Tuhan. 
Meskipun menurut dunia, pikiran semacam ini adalah pikiran orang yang terganggu jiwanya tetapi dari sudut pandang ilahi, itu merupakan pemikiran yang diilhamkan oleh Tuhan sendiri.
Bermegah atas kelemahan bukan berarti meninggikan kelemahan itu dan memuliakannya. Itu hanya berarti bahwa Paulus, meskipun memiliki kelemahan dalam dirinya, tidak lalu menjadi pribadi yang menuruti kelemahannya itu. Juga, ia tidak harus malu karena kelemahannya itu, sebaliknya ia menjadikannya sebagai suatu sarana bagi pertumbuhan serta pembangunan rohaninya dihadapan Tuhan. Paulus melihat bahwa oleh karena adanya kelemahan-kelemahannya itulah, ia malah dimampukan naik lebih tinggi dalam tingkatan rohani yang selanjutnya. 
MENGAPA PAULUS MEMILIH BERMEGAH DALAM KELEMAHAN-KELEMAHAN-NYA?
1) Supaya kuasa Tuhan turun dan menaungi Paulus dengan sempurna
 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab Justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
~ 2 Korintus 12:9 (TB)
Paulus menyadari bahwa ketika ia merasa kuat, ia condong untuk mengandalkan kekuatannya sendiri daripada bergantung pada Tuhan. Demikian pula kebanyakan dari kita. Banyak hal yang ada di dunia ini seringkali menjadi sesuatu yang kita andalkan di dalam hidup. Itu termasuk berbagai kelebihan dan kemampuan yang kita miliki. Kepandaian dan bakat kita. Kekayaan kita. Kesehatan kita. Hubungan-hubungan kita. jabatan dan kedudukan kita. Hingga kekuatan fisik atau kemudaan kita. Sewaktu kita masih merasa memiliki semua itu, kita sering kali cenderung berpikir untuk pertama-tama mengandalkan itu semua daripada menyandarkan pengharapan pada Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan menempatkan kita dalam berbagai keadaan yang membuat kita merasa lemah dan tidak berdaya. Dengan tujuan supaya kita menyadari keterbatasan kita dan berlari kepada-Nya demi memperoleh kekuatan dan pertolongan. Saat-saat seperti itulah sebenarnya yang merupakan kesempatan terbaik untuk mengalami dan membuktikan bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Allah yang berkuasa, yang pasti bertindak bagi kita saat kita menaruh iman dan pengharapan kepada-Nya. 
Dahulu Paulus berusaha menunjukkan bahwa dirinya kuat dan mampu menghadapi berbagai situasi, namun dalam perjalanannya bersama Tuhan sebagai hamba-Nya, ia menyadari bahwa ia tidak boleh malu memiliki kelemahan. Itu bahkan harus diakuinya secara terbuka. Karena dalam kelemahanlah, Paulus menyaksikan peragaan demi peragaan kuasa Tuhan di dalam hidupnya. Kesadaran akan kelemahanlah yang membuat Paulus tidak pernah berhenti mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan. Dengan bersikap demikian, ia justru tidak pernah benar-benar jatuh dan kalah setiap kali ia menjadi lemah, sebab Tuhan yang akan menopangnya dan mengangkatnya lebih tinggi lagi. 
2) Dalam kelemahanlah, Paulus memperoleh dan berada dalam kapasitas terbesarnya

 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
~ 2 Korintus 12:10 (TB)
Paulus menyadari bahwa dirinya adalah seorang manusia biasa. Namun pekerjaan Tuhan di pundaknya terlalu sukar dan berat untuk ditanggung oleh manusia biasa. Itu hanya dapat ditanggung oleh kekuatan yang dari Tuhan. Paulus memerlukan kekuatan ekstra yang bukan berasal dari dunia ini. Dan kekuatan itu hanya diperolehnya ketika ia mengosongkan dirinya dan menjadi lemah. Ya, itulah yang ia lakukan ketika ia melepaskan kendali hidupnya ke tangan Tuhan. Hidup Paulus di tangannya sendiri, seberapa pun kuatnya, tidak akan meraih banyak dalam pekerjaan tuhan. Kekuatannya sendiri tidak mampu memikul beban pelayanqn (kerasulan)  yang diembannya. Ia harus menyadari dan mengakui kelemahannya supaya ia dapat membiarkan Tuhan memegang kendali atas hidupnya . Sebagai suatu alat ia harus menyerah di tangan orang yang menggunakannya barulah ia dapat berfungsi semaksimal mungkin sesuai kehendak pemakainya. Bayangkan apabila sebuah mesin, katakanlah, sebuah mobil tidak dapat lagi dikendalikan di tangan pengemudinya. Ia akan mendatangkan kerusakan bagi sekitarnya. Hanya ketika ia tunduk pada yang mengarahkan, maka ia mencapai manfaat terbesarnya. 
Dituliskan dalam kitab Hakim-hakim tentang Simson. Ketika ia merasa dirinya kuat, ia sering jatuh dalam kesombongan dan merasa dirinya mampu menghadapi musuhnya. Celakanya, ia justru jatuh di tangan makhluk yang jauh lebih lemah dari dirinya. Delilah. Dari sana ia sadar, saat dirinya merasa mampu, ia berada dalam kelemahan terbesarnya. Simson pun belajar dari keadaannya. Dalam kondisi buta setelah dicungkil matanya, dalam keadaan dirantai dan dijadikan tertawaan, dalam keadaan tampak seperti orang bodoh dan hina, Simson belajar arti penyerahan total kepada Tuhan. Di titik terlemahnya, ia akhirnya menemukan kekuatan terbesar dari Tuhan. Dalam penyerahan total. Dalam merasa lemah dan tak berdaya. Kekuatan Tuhan menjadi nyata bekerja dalam dirinya.
 3) Melalui keadaan yang lemah, Paulus dimampukan tetap memelihara hati seorang hamba dihadapan Tuhan
 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.
2 Korintus 12:6 (TB)
Sewaktu mengatakan bahwa dirinya bermegah atas kelemahannya, Paulus sesungguhnya sedang melihat hal itu dalam perspektif kehambaan. Ia melihat dari sudut pandang orang yang hidupnya diserahkan dan diabdikan sepenuhnya kepada Tuhan. Sebagai seorang hamba Tuhan, ia tidak ingin terlihat sebagai orang yang mengesankan, hebat, luar biasa, tanpa kekurangan, tanpa kelemahan dan terkesan sempurna. Ia hanya ingin dikenal sebagai seorang yang lemah dengan tujuan supaya Tuhan yang ia layani selalu yang akan menjadi pusat perhatian dan kekaguman jemaat. Tidak sedikit orang yang menutup-nutupi kelemahannya untuk menunjukkan suatu citra yang berbeda dengan yang aslinya. Orang ingin tampil sesempurna mungkin supaya memperoleh pengakuan, pujian, serta menjadi pusat perhatian di hadapan banyak orang. Paulus orang yang berbeda. Sebagai hamba Tuhan ia tidak lagi mencari keuntungan diri. Ia hanya punya satu kerinduan : memuliakan yang dilayani. Jadi tak mengapa ia harus terlihat lemah asalkan Tuhan yang kepadanya ia menyerahkan hidupnya dipermuliakan dihadapan orang banyak. 
Betapa berbeda pendirian Paulus dengan yang kita lihat di masa sekarang ini. Mereka yang mengaku hamba Tuhan justru ingin dikenal karena kemampuan dan kepiawaiannya dalam bidang rohani. Karena kefasihan bicaranya. Karena megah gedung dan fasilitas yang dibangun dan dipakainya beribadah. Karena pelayanannya yang padat dan banyak anggota jemaatnya. Kebalikannya, sedikit sekali yang merasa tidak terganggu pikirannya ketika pelayanannya dipandang sebelah mata, kecil, tidak berdampak atau bahkan terlihat gagal.
Pengalaman saya pribadi berbincang dengan beberapa pendeta dan pelayan Tuhan menperoleh kesan yang rata-rata serupa. Yang dibicarakan kebanyakan pendeta itu biasanya adalah apa yang telah dilakukannya, apa kesibukan pelayanannya, apa posisi dan jabatan di tempatnya melayani, apa yang telah dicapainya hingga sekarang dan segala sesuatu yang menunjukkan kelebihan dan pencapaian pelayanannya. Semuanya terasa hendak menampilkan kesan bahwa pelayanannya, entah tampak besar atau kecil, mewah atau sederhana, di tengah kota besar atau di desa, sesungguhnya telah banyak yang ia lakukan bagi Tuhan.
Sebenarnya, tidaklah salah membagikan kesaksian perjalanan bersama Tuhan. Namun jika motif yang di dalam hati bermaksud menunjukkan kelebihan diri supaya tidak dipandang rendah atau diremehkan orang, tentu dapat diperkirakan seberapa dalam ia memahami makna kehambaan dalam Tuhan. 
Hamba-hamba Tuhan yang benar selalu memegahkan pekerjaan, karya, perbuatan, kuasa, kasih, dan lawatan Tuhan. Seperti Yohanes Pembaptis, hamba-hamba sejati tanpa ragu berkata, “Tuhan harus semakin besar, aku harus semakin kecil.” Mereka tidak malu terlihat lemah, tidak berdaya, atau sepertinya tidak berjasa apa-apa karena yang mengetahui serta menilai pengabdian dan pekerjaan mereka adalah Tuhan sendiri. Bagi mereka, kecil sekali atau tiada artinya pendapat, penghargaan dan komentar manusia bagi harga diri atau semangatnya dalam melayani.
Hanya dengan menyadari akan kelemahan kita, hati kita dijaga selalu rendah hati. Dan rendah hati adalah kualitas paling dasar yang harus selalu ada pada kita jika kita ingin tetap dipandang dan diakui oleh Tuhan sebagai murid dan hamba-Nya. 
Hari ini, apakah Anda masih merasa malu dengan kelemahan’kelemahan Anda? Berusaha keras menutupi semuanya itu dan tidak mengakuinya? Berharap itu tidak diketahui orang karena takut merusak reputasi dan citra diri Anda? 
Jika demikian, mungkin Anda belum sekuat dan seteguh yang seharusnya di dalam Tuhan. Anda masih mengikut Tuhan dengan kekuatan dan kemampuan manusiawi Anda yang terbatas itu. 
Mereka yang paling kuat dan sempurna dalam kuasa Tuhan, ialah orang-orang yang mau terbuka mengakui bahwa dirinya mempunyai kelemahan, yang karenanya ia akan menaruh seluruh pengharapannya pada Tuhan. Melalui orang-orang semacam ini, berkat terbesar dan terbaik Tuhan akan dicurahkan limpah kepada jemaat dan jiwa-jiwa yang memerlukan jamahan Tuhan. 
Semoga Roh hikmat dan wahyu memberikan pengertian ilahi bagi Anda semua. 

Salam revival
Tuhan Yesus Memberkati Kita semua

APA YANG DIMAKSUD DENGAN DIPENUHI DALAM SELURUH KEPENUHAN ALLAH ITU?

Oleh Peter B,  MA
Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
~ Efesus 3:19
Kepenuhan Allah berdiam secara jasmani dalam Yesus Kristus (Kolose 1:19; 2:9). 
Jadi secara sederhana, dipenuhi dalam seluruh kepenuhan Allah itu, berarti MENJADI SAMA SEPERTI KRISTUS, menjadi manusia dikuasai dan dipimpin oleh Allah sendiri, tak lagi dikuasai kelemahan sifat-sifat manusiawinya, namun manusia yang kembali sebagaimana kodrat penciptaan-Nya sebagaimana diteladankan melalui hidup Yesus Kristus. 
Menjadi serupa seperti Yesus setidaknya memiliki tiga makna : 
1) Serupa di dalam posisi-Nya, yaitu menjadi anak Allah yang memiliki hubungan yang intim, erat, mendalam serta menyatu dengan Allah Bapa;

2) Serupa di dalam karakter dan sifat-sifat-Nya yang menyatakan atau mencerminkan kepribadian Allah;

3) Serupa di dalam cara-Nya menjalani hidup dan dalam tujuan keberadaan-Nya yaitu dalam hal seluruh hidup-Nya ada untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan Bapa yang ditugaskan kepada-Nya.
Ketiga hal inilah yang didoakan Paulus dan dirindukan Allah supaya kita alami selama hidup kita di bumi.
Menjalani dan memiliki kehidupan seperti yang dihidupi dan dijalani Kristus adalah kehendak dan rencana umum tertinggi Bapa bagi setiap anak-anak-Nya. 
Betapa dahsyat, luar biasa dan mulianya dipanggil dan dimampukan untuk mengalami dan menjalani hidup seperti Manusia Agung tak bercacat cela itu! 
Untuk dapat mencapainya, bagian kita adalah menyerahkan kendali hidup kita kepada Kristus. Mati bagi diri sendiri dan hidup bagi Allah, dengan Yesus Kristus sebagai pemilik dan penguasa tunggal yang mengatur, menentukan dan memimpin setiap langkah hidup kita. 
Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
~ Galatia 2:19-20

HIKMAT DAN KUTIPAN


“Kita bisa jadi tahu semua awal mula suatu kebiasaan yang berdosa, tetapi kita tidak pernah tahu akibat akhir dari perbuatan² jahat yang kita lakukan atau dari suatu teladan hidup yang buruk : karena itulah  betapa pentingnya memiliki penguasaan diri dan kehidupan yang sehat dan selalu waspada (akan perbuatan² kita), sehingga kita dapat memuliakan Tuhan melalui tubuh dan roh kita, yang adalah milik-Nya.
Paulus menunjukkan pada kita bahwa kehidupan terbaik hanya bisa dinikmati ketika kita hidup dalam TAKUT AKAN TUHAN dan DIKENDALIKAN OLEH ROH KUDUS-NYA”
~ HA Ironside

PETUNJUK-PETUNJUK UNTUK SAAT TEDUH

Oleh : Peter B

…Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku…
~ Ayub 29:4
Istilah Saat Teduh adalah ungkapan yang populer di kalangan umat Kristen. Ini merujuk pada suatu waktu khusus untuk menyendiri, berdoa dan membaca Alkitab atau renungan harian. Pertama kali saya mengetahui istilah ini adalah sekitar usia 7 tahun, sewaktu menemukan satu buku yang di sampulnya tertulis istilah itu : “Saat Teduh”.  Rupanya itu sebuah renungan harian. Setahu saya, renungan harian dengan judul itu masih terbit hingga kini, meskipun sepertinya semakin sulit memperoleh atau membelinya dalam bentuk buku secara fisik karena perubahan zaman yang memasuki era digital ini. 
Setelah mengetahui istilah Saat Teduh tersebut, terus terang saja saya tetap tidak memahami maksudnya sampai kira-kira beberapa tahun kemudian. Waktu itu, ada yang menggunakan dan menerangkan istilah tersebut, yang saya tidak ingat lagi itu siapa. Dan sejauh yang saya ingat, pada waktu saya mengerti arti istilah itu, saya setidaknya sudah mulai membaca Alkitab secara rutin. 
Berkaitan dengan Saat Teduh, saya percaya, banyak anak Tuhan telah diajarkan dan diarahkan untuk mengembangkan kebiasaan ini. Saya pun melakukannya juga di awal-awal mengenal Tuhan. Saya biasanya menggunakan buku yang terbit setiap bulan, yang diterjemahkan dari renungan bahasa Inggris, buku renungan itu hingga kini disebut Our Daily Bread, yang di dalam bahasa Indonesia diberi judul Renungan Harian. Biasanya dari renungan harian itu, saya membaca ayat yang diberikan hari itu, lalu membaca ulasan di bawahnya. Saya melakukannya selama beberapa tahun, sampai saya sempat mengokeksi buku Renungan Harian hingga puluhan edisi, hasil membelinya secara rutin dan sempat berlangganan setiap bulan. Belakangan, saya juga membeli berbagai renungan harian lainnya. Saya sempat memborong beberapa renungan dari toko buku rohani untuk membandingkan renungan-renungan tersebut. Ada yang ditulis orang asing dan diterjemahkan bahasa Indonesia. Ada pula yang ditulis oleh orang-orang Kristen Indonesia sendiri. Ada juga renungan untuk kaum muda, untuk lansia, untuk pasangan suami istri, untuk para pengusaha dan profesional hingga  renungan harian bagi kaum pria dan kaum wanita secara khusus. Saya membaca semuanya itu, sampai kemudian beralih bersaat teduh dengan cara yang saya pilih serta kembangkan sendiri sesuai keadaan saya sehari-hari dan seturut takaran kebutuhan rohani saya waktu demi waktu.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan bersaat teduh dengan membaca renungan harian atau rencana baca Alkitab setiap hari. Semua metode dan cara memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada plus dan minusnya. Entah saat teduh itu dilakukan pagi, siang atau malam hari. Apakah itu dengan membaca Alkitab saja atau suatu renungan, Dengan didahului menyanyikan suatu lagu rohani atau berdoa dalam hati. Dilakukan sendirian atau bersama-sama keluarga atau komunitas rohani kita. Dengan membuat catatan atau hanya membaca dan merenungkan saja. Semuanya hanya soal cara dan teknik yang bisa jadi sangat membantu sebagian orang tetapi tidak efektif bagi yang lainnya. Itu karena setiap orang memiliki kondisinya sendiri. Entah itu yang terkait kondisi fisiknya maupun ritme kehidupannya setiap hari. Pendapat saya, tidak ada cara yang bisa sepenuhnya cocok dengan seseorang. Orang itu sendirilah yang harus mengembangkan suatu kebiasaan bersaat teduh yang berhasil guna bagi pertumbuhan rohaninya. Teknis bersaat teduh hanyalah urusan yang kurang penting dibandingkan hal-hal lain yang lebih utama. 
Jadi, metode atau cara bersaat teduh, bisa sangat bervariasi dan sangat kompleks macamnya. Lebih-lebih di era informasi yang sangat masif sekarang ini. Kita dengan mudah mendapatkan bahan apapun untuk merenungkan firman Tuhan. Secara online. Kemarin saya mencoba mencari Google Playstore dan mengetikkan kata kunci “devotional” (artinya renungan harian) dan saya menemukan sangat banyak aplikasi yang menyediakan renungan harian, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Di antaranya bahkan ditulis oleh pendeta-pendeta ternama di dunia. Tidak hanya itu, ada pula program-program Alkitab yang juga menyediakan bukan saja berbagai versi Alkitab namun juga sekaligus beberapa renungan harian klasik dan abadi sepanjang zaman seperti renungan Charles Spurgeon dan Oswald Chambers. Ini masih belum ditambah tulisan atau artikel rohani sejenis renungan yang bertebaran dan diviralkan via Facebook, Whatsapp, Instagram, blog-blog rohani hingga video-video rekaman khotbah pendeta-pendeta Indonesia yang semakin menjamur di youtube. Dapat disimpulkan di sini, bahwa bahan serta waktu bersaat teduh tidak lagi menjadi problem pada masa kini karena semua materi itu bisa dibaca dan didownload secara online untuk dipelajari kapan saja. 
Bagi saya, agar saat teduh kita membawa hasil yang semestinya, yaitu kita beroleh berkat-berkat rohani yang murni dan sejati sehingga kita dibangun dan dikuatkan dalam persekutuan dengan Tuhan PERTAMA-TAMA TIDAKLAH DITENTUKAN OLEH TEKNIK, METODE MAUPUN BAHAN YANG KITA GUNAKAN DALAM BERSAAT TEDUH. Ada hal-hal lain yang lebih mendasar dan lebih utama yang harus kita siapkan dan miliki supaya saat teduh kita berdampak bagi kehidupan rohani kita. 
Untuk itu, inilah beberapa petunjuk penting sebelum dan selama kita bersaat teduh : 
1) Jangan  bersaat teduh sebagai suatu rutinitas atau kewajiban rohani semata.
Benar bahwa kita harus mendisiplin diri untuk menyediakan waktu berdoa dan merenungkan firman, namun itu semestinya lahir dari dorongan rasa rindu dan haus untuk mengenal Tuhan, untuk lebih dekat lagi dengan Dia serta dalam tujuan membangun hubungan yang makin erat dengan Tuhan. Kita harus menjauhkan diri melakukan suatu aktivtias rohani sekedar untuk menunaikan kewajiban sebagai orang yang beragama atau sebagai tanggung jawab moral supaya kita merasa dan dikenal menjadi orang baik dan rohani. Kebiasaan demikian, alih-alih membawa kita terhubung dengan Tuhan, malah akan mengembangkan dalam diri kita suatu sikap angkuh yang akan merasa lebih baik dari orang yang tidak melakukan seperti yang kita lakukan itu. Saat teduh bukan sesuatu yang kemudian kita bisa banggakan dan pamerkan bahwa kita telah melakukannya hari itu!
2) Sebelum bersaat teduh, siapkanlah suatu hati yang bertekad untuk mengenal Tuhan serta jalan-jalan-Nya dan bahkan lebih dari itu : menyediakan serta menyerahkan diri untuk melakukan petunjuk dan perintah Tuhan dalam hidup kita sehari-hari.
Banyak sekali yang bersaat teduh sekedar untuk menambah pengetahuan rohani atau melengkapi pembacaan Kitab Suci. Ini tidak akan banyak berguna. Menghafal ayat dan mengetahui detail-detail kecil setiap kisah Alkitab bukan tujuan kita membaca Alkitab. Kita merenungkan firman karena ingin mengenal Tuhan dan pribadi-Nya dan apa yang Ia inginkan atas hidup kita. Hati yang tidak siap menjadi pelaku firman, hanya akan sampai pada tahap puas diri rohani. Suatu kondisi yang tampaknya rohani tetapi tidak benar-benar rohani seperti yang diinginkan Tuhan. Semuanya hanya pengetahuan rohani yang dangkal tanpa benar-benar mengerti maksud dan kehendak Tuhan yang sesungguhnya. Sebagai contoh, semua orang tahu kita dipanggil hidup kudus tetapi tidak semua orang tahu mengapa Tuhan mencari kekudusan dan mengapa hidup kita harus kudus jika ingin berkenan di hadapan Tuhan serta kekudusan seperti apa yang Tuhan cari dalam hidup kita. Bertahun-tahun bersaat teduh namun hanya mengetahui hal itu-itu saja akan terasa seperti membuang waktu percuma. 
3) Apabila membaca suatu tulisan rohani atau semacam renungan harian untuk bersaat teduh, janganlah cepat merasa puas dan terburu-buru mengakhiri saat teduh Anda setelah membaca uraian yang disampaikan itu dan merasa telah paham penjelasannya
Merasa sudah menangkap di benak Anda akan maksud pesan rohani yang Anda baca bukan berarti saat teduh sudah sampai di tahap akhir. Sama sekali belum. Jika perlu, Anda harus membacanya ulang beberapa kali lagi. Lalu dari uraian-uraian tersebut, Anda dapat merinci apa yang Anda rasa masih kurang atau belum dibahas dari ulasan tersebut. Dari sana, Anda selanjutnya bisa menulis pertanyaan-pertanyaan perenungan tambahan, yang belum dijawab atau dijelaskan dari bacaan Anda itu. Ini juga berlaku ketika Anda bersaat teduh dengan membaca ayat-ayat Alkitab yang Anda pilih atau yang ditentukan oleh jadwal rencana baca Alkitab pada hari itu.  Anda tidak boleh cepat merasa telah memahami ayat-ayat tersebut. Anda harus merenungkannya lebih lagi atau setidaknya membuat rencana-rencana selanjutnya untuk mencari tahu makna dari ayat yang Anda baca tersebut. 
4) Salah satu tujuan utama mengambil waktu merenung adalah memohon hikmat Tuhan untuk mengetahui bagaimana mempraktekkan firman atau nasihat rohani yang kita baca ke dalam aktivitas sehari-hari kita. Khususnya yang berkaitan dengan identitas, pekerjaan, profesi dan masalah-masalah yang kita hadapi secara nyata di keseharian kita. Tanpa kita sampai pada titik ini, saat teduh kita hanya akan menjadi aktivitas agamawi yang tidak banyak gunanya bagi kehidupan kita di hadapan Tuhan.
Tuhan memanggil kita menjadi pelaku-pelaku firman (Matius 7:24-27; Yakobus 1:22-25). Bukan hanya pendengar, pemirsa, dan penyimak Dan -yang tidak akan banyak manfaatnya. Kebiasaan sekedar menyimak penjelasan bukan tidak mungkin lebih membawa dampak kerusakan rohani daripada pemulihan dan pertumbuhan rohani. Itu sebabnya kita harus belajar mendisiplin diri kita merenungkan firman HINGGA TUNTAS. Maksudnya, HINGGA KITA MELIHAT HUBUNGAN FIRMAN YANG KITA BACA ITU DENGAN KEHIDUPAN DAN PERMASALAHAN KITA SEHARI-HARI, SAMPAI KITA MELIHAT DENGAN JELAS DAN MENGERTI BAGAIMANA MENERAPKANNYA DALAM SITUASI KEHIDUPAN KITA PRIBADI MAUPUN DALAM KEHIDUPAN BERSAMA SEBAGAI SATU KOMUNITAS (misalnya gereja) ATAU LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR DAN SEBAGAI WARGA BANGSA. Tanpa kejelasan bagaimana mewujudkan firman dalam praktek nyata, semua firman Tuhan yang kita baca dan pelajari akan berakhir sebagai teori-teori yang indah dibaca dan didengar tapi tidak bermanfaat mengubah hidup kita atau memperdalam hubungan kita selagi berjalan dengan Tuhan setiap harinya. 
5) Kumpulkanlah berbagai pertanyaan yang muncul dari perenungan akan jalan-jalan Tuhan dan penerapannya dalam kehidupan. Jangan segan untuk mencari jawabannya di kemudian hari, menanyakan atau mendiskusikannya di berbagai kesempatan dan forum seperti kelompok sel maupun grup-grup media sosial
Saya melihat karena cukup jarang ada anak Tuhan yang bersaat teduh hingga merenungkan lebih jauh bagaimana firman Tuhan itu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak heran banyak yang terjangkiti penyakit puas diri rohani yang indikasinya antara lain : 
   • cukup senang dengan membaca broadcast atau pesan-pesan rohani uang berisi pesan yang baik dan indah lalu mengaminkannya, sambil kemudian merasa telah cukup paham dan diberkati dengan membacanya (padahal Yesus berkata, yang diberkati adalah mereka yang mendengar firman lalu melakukannya dalam hidup sehari-hari!)
   • tidak pernah bertanya lebih lanjut akan bahan-bahan pengajaran yang diterimanya, jarang mau berdiskusi, dan merasa nyaman dengan sekedar menjadi penyimak dan pemirsa di grup-grup rohani media sosial
   • tidak banyak yang mencari tahu apalagi meresponi lebih lanjut akan apa yang Tuhan pikirkan dan kehendaki dari situasi-situasi yang terjadi di tengah-tengah kita. Inilah kesuaman dan keacuh tak acuhan rohani yang sesungguhnya menjadikan Tuhan muak dan jemu melihat semua itu. 
Mereka yang benar-benar merenungkan firman Tuhan, cepat atau lambat pastilah menemukan hal-hal yang belum jelas atau setidaknya ingin diketahuinya lebih lanjut. Itu karena  dengan demikian ia rindu hidupnya boleh dipadankan dengan kehendak Tuhan yang sempurna. Dari rasa lapar dan haus akan kebenaran, puas diri rohani ditinggalkan digantikan pertanyaan-pertanyaan yang mencari lebih dalam akan maksud hati Tuhan. 
Ketiadaan pertanyaan lebih lanjut akan praktek-praktek firman Tuhan dalam hidup kita, secara tidak langsung,  sebenarnya menunjukkan tanda-tanda yang sebaliknya dari yang Tuhan cari dan rindukan. 
Bukankah Tuhan ingin kita mengetahui bukan saja hal mana yang kehendak-Nya dan yang mana yang bukan kehendak-Nya tetapi Ia ingin supaya kita juga mampu membedakan mana saja kehendak-Nya yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (lihat Roma 12:3)? 
Jadi, mengapa kita puas dengan kedangkalan dan kekurangjelasan akan kehendak-Nya?
6) Evaluasilah saat teduh Anda dengan memastikan ada pengertian, pemahaman, pengenalan yang baru dan segar, yang membangkitkan suatu rasa takut dan hormat akan Tuhan. Juga, pastikanlah apakah iman, pengharapan dan kasih Anda diperbaharui dan ditingkatkan melalui saat teduh hari itu
Setiap ibadah kita, sepribadi dan sesederhana apapun sifatnya,  seharusnya berdampak bagi hubungan kita dengan Tuhan. Hari demi hari, jika kita mengadakan waktu menjalin hubungan dengn cara yang benar, ada berkat rohani dan sorgawi yang besar dianugerahkan pada kita. Itulah yang disebut bertumbuh dalam kasih karunia. Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, jika kita sungguh terhubung dan bergaul dengan Tuhan maka kita akan menuai hasilnya : suatu hubungan yang erat, dekat, mendalam dan makin manis dengan Tuhan. Lebih daripada itu, indera-indera rohani kita makin peka akan kehadiran, keberadaan dan suara-Nya. Kitapun dibawa makin paham akan pikiran, isi hati dan rancangan-rancangan-Nya atas banyak hal. Di antaranya termasuk rencana Tuhan atas kehidupan kita secara pribadi. Inilah buah-buah pertama dari pergaulan dengan Tuhan. Yang akan segera berlipatganda menjadi buah-buah yang lebat seiring kerelaan, ketaatan dan penyerahan kita mengikuti kehendak pimpinan-Nya di hidup kita. 
7) Saat teduh terbaik adalah saat teduh dalam hati yang dilakukan sepanjang hari, sebagai suatu gaya hidup yang sepenuhnya tertuju pada Tuhan. Terus menerus menghubungkan diri dengan keberadaan Tuhan, berusaha membuka komunikasi secara konstan dengan Tuhan sehingga dimanapun berada, kita menghubungkan setiap peristiwa di hidup kita dengan kebenaran-kebenaran firman.
Sejak Taurat diberikan, umat Tuhan diperintahkan untuk menjadikan Taurat bagian hidup mereka sehari-hari : menjadi bahan pembicaraan mereka, bahan pertimbangan dan keputusan mereka, sebagai prinsip-prinsip yang jadi pedoman hidup mereka, sebagai dasar nasihat dan didikan bagi anak mereka sampai seluruh cara hidup mereka selalu dihubungkan dengan hukum-hukum Tuhan (lihat Ulangan 6:4-9). Begitu pula dipesankan supaya kita merenungkan firman Tuhan siang malam serta sepanjang hari (lihat Yosua 1:8; Mazmur 1:1-3; 119:97). Semuanya adalah gambaran bahwa kehidupan kita sehari-hari sesungguhnya dikehendaki Tuhan untuk selalu menyatu dengan keseluruhan ketetapan dan kehendak Tuhan. 
Bagaimana kita melakukan yang semacam itu? 
Dengan senantiasa mengarahkan atau menujukan hati kepada kebenaran-kebenaran dari Tuhan setiap waktuSetiap momen di hidup kita, entah kita sedang bertemu dengan rekan bisnis, sedang menyimak suatu presentasi, sedang menikmati keindahan tempat wisata, sedang menonton acara televisi atau sedang berkendaraan di jalan melihat kondisi sekeliling yang terjadi di sepanjang perjalanan – pikiran kita bisa dikondisikan untuk tertuju pada Tuhan, untuk menerima hikmat-Nya yang dititipkan di pikiran kita, supaya manusia batin kita dihubungkan dengan setiap kebenaran firman yang pernah kita baca dan renungkan sebelumnya.
Inilah sesungguhnya rahasia keberhasilan dan kekuatan para pahlawan iman, para raksasa rohani, hamba-hamba dan sahabat-sahabat sejati Tuhan. Mereka berjalan bersama dengan Tuhan setiap waktu. Hidup mereka telah disediakan dan diserahkan untuk mengiring, untuk melayani, untuk taat melakukan kehendak Tuhan, tak mau terpisahkan dengan Tuhan. 
Tidak heran apabila kemudian mereka menjadi pribadi-pribadi yang mengenal kehendak, tujuan, serta rencana Tuhan,  baik dalam hidup mereka secara secara pribadi maupun rahasia-rahasia ilahi lainnya. Mereka tak lagi mendasarkan hidup hanya pada yang terlihat tetapi terutama pada yang tak terlihat (2 Korintus 4:17-18). Mereka tak lagi bergantung kepada waktu-waktu khusus untuk terhubung dan berkomuinikasi dengan Tuhan karena hati mereka terbuka sepenuhnya untuk menerima bimbingan bahkan pewahyuan-pewahyuan yang segar dari Tuhan. Roh Kuduslah yang memimpin mereka yang bersedia dan rela dituntun pada segala kebenaran. Bagi yang seperti ini, sepanjang hari adalah saat teduh, sebab mereka telah menyandarkan hidup mereka pada Tuhan. Mereka beroleh ketenangan dan perhentian dalam persekutuan yang hidup lagi manis dengan Kekasih Jiwa nan agung itu. 
Akhir kata, marilah kita menggunakan waktu dan sumber daya yang ada untuk apa yang perlu untuk rohani kita, untuk apa yang berguna bagi hubungan kita dengan Tuhan. Sebab jika tidak demikian, kita hanya akan menggenapkan kehidupan agamawi yang palsu dan menipu diri belaka. 
Kuingin berada di tempat-Mu ada
Berdiam dalam hadirat-Mu
Berpesta di meja-Mu
Dikelilingi kemuliaan-Mu
Di hadirat-Mu
Di sanalah aku ingin tinggal
Aku ingin, aku rindu
Bersama-Mu selalu
~ Don Moen

Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah;
~ Mazmur 73:28
Salam revival
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua

PENCOBAAN

Oleh : Oswald Chambers


 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.
~ 1 Korintus 10:13
“Pencobaan itu sendiri bukanlah dosa; itu adalah sesuatu yang harus kita sikapi dengan nilai-nilai kebaikan yang kita miliki sebagai manusia”
 “Jika kita tidak dicobai, itu berarti bahwa kita telah berada keadaan yang sangat memalukan sehingga tidak perlu lagi digoda untuk melakukan apa yang jahat” 
“Banyak dari kita mengalami pencobaan yang seharusnya tidak perlu kita hadapi hanya karena kita menolak untuk mengijinkan Tuhan mengangkat kita pada tingkatan yang lebih tinggi” 
“Sifat batin seseorang, apa yang ia punyai dalam batinnya, serta bagian dari dirinya yang bersifat rohani, menentukan pencobaan apa yang ia alami di luar dirinya.” 
“Pencobaan itu tepat atau sesuai dengan sifat alami dari orang yang dicobai dan pencobaan menyatakan kemungkinan-kemungkinan dari sifat yang dimiliki orang itu.” 
“Setiap pribadi sebenarnya menentukan atau menetapkan tingkat pencobaannya sendiri karena pencobaan akan datang padanya seturut tingkatan pengendalian dirinya dan sifat asli dalam dirinya.” 
“Pencobaan yang saya hadapi, memberikan petunjuk akan suatu jalan pintas yang mungkin bagi perwujudan tujuan tertinggi saya – (karena) pencobaan tidak mengarahkan saya pada apa yang saya pahami sebagai yang jahat tapi terhadap apa yang saya pahami sebagai apa yang baik.” 
“Pencobaan terkadang membuat saya kebingungan untuk sementara waktu karena saya tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah” 
“Pencobaan bukanlah sesuatu yang dapat kita hindari atau melarikan diri daripadanya; kenyataannya, ini merupakan sesuatu yang mendasar bagi keutuhan hidup dari seseorang.” 
“Waspadalah terhadap pikiran bahwa Anda dicobai melebihi atau tidak seperti orang lainnya – apa yang Anda jalani adalah apa yang harus dialami dan menjadi bagian semua umat manusia, bukan sesuatu yang tidak pernah ditanggung dan dialami seseorang sebelumnya.”
“Tuhan tidak menyelamatkan kita dari pencobaan – Ia menopang dan menolong kita di tengah-tengah pencobaan (lihat Ibrani 2:18: 4:15-16)”

APAKAH KITA TERMASUK YANG SIAP DIBOHONGI?

Oleh : Peter B
Kamu melanggar kekudusan-Ku di tengah-tengah umat-Ku hanya demi beberapa genggam jelai dan beberapa potong roti, dengan membunuh orang-orang yang tidak patut mati, dan membiarkan hidup orang-orang yang tidak patut hidup, dalam hal kamu berbohong kepada umat-Ku yang sedia mendengar bohong.
~ Yehezkiel 13:19 (TB)
Perkataan di atas adalah perkataan keras Tuhan kepada dukun-dukun wanita kerajaan Yehuda pada waktu itu. Mereka meramal dan mengatakan hal-hal atas nama pesan dari Tuhan namun apa yang mereka lakukan terbukti lebih mirip melakukan perintah iblis daripada Allah. Mereka menubuatkan hal-hal dusta, yang bahkan mengakibatkan yang tidak bersalah menjadi korban dan yang patut dihukum malah bebas menjalani hidupnya. 
Mereka telah berbohong kepada umat Tuhan. 
Celakanya, umat Tuhan pada waktu itu memang ingin mendengarkan kebohongan.
Tuhan berkata bahwa mereka telah menyiapkan hati untuk mendengar dusta daripada kebenaran.
“..kamu berbohong kepada umat-Ku yang sedia mendengar bohong”
Dan terjemahan Alkitab yang lain menuliskan : 
“Umat-Ku justru senang ditipu!”
“Kamu mengatakan dusta kepada umat-Ku. Dan mereka suka mendengarkannya”
Sesungguhnya inilah sebabnya mengapa pada zaman ini hoaks merajalela. Pengajaran dan nubuatan sesat diterima dan dianggap sebagai suara Tuhan sedangkan pesan yang murni dan sejati dari Tuhan sendiri tidak dihiraukan serta dianggap sepi. 
Itu karena ada orang-orang, di antara umat Tuhan, yang memang suka mendengarkan dusta. Sebelum orang berdusta pada mereka, mereka telah siap menerima dusta itu. Sebelum mereka mendengarkan kebohongan disampaikan pada mereka, mereka telah menyediakan diri untuk menerima ucapan-ucapan yang menyesatkan itu.
Inilah faktanya. Sebelum ia ditipu, orang biasanya telah menipu diri mereka sendiri. Itulah sebabnya mengapa orang (dan fakta menunjukkan bahwa hal itu sering terjadi dan menelan banyak korban, khususnya di negara kita ini) mudah termakan hasutan, berita bohong, kabar palsu, iming-iming kosong (peluang bisnis atau jasa palsu), janji dusta (termasuk janji-janji para politisi dan pemimpin bangsa) serta informasi hoaks. Ada dasarnya, di lubuk hati mereka, sebenarnya telah siap sedia menyambut semua pemberitaan yang menyesatkan itu. Mereka telah percaya itu di alam pikiran mereka, berharap bahwa suatu keadaan belum tentu benar itu adalah benar adanya. Pada saat berita bohong itu didengar mereka, oleh karena memang sejak semula mereka mengharapkan pembenaran atas kebohongan yang sama yang mereka yakini, orang-orang ini enggan mengadakan cek ulang, cek silang, verifikasi, atau rela bersusah payah menguji kebenaran dari informasi itu. 
Harapan, pandangan dan keyakinan kita, yang kita sudah anggap benar dapat menjadi lahan yang subur bagi semua pemberitaan yang menyesatkan. 
Sesungguhnya, kebanyakan manusia disesatkan oleh dirinya sendiri sebelum ia benar-benar disesatkan oleh para pendusta dan orang-orang fasik lainnya. Yang tertipu acapkali tanpa disadari bersedia untuk ditipu melalui, harapan, khayalan, serta sesat pikir mereka sendiri. 
Dan ini tidak hanya berlaku di kehidupan alamiah kita sehari-hari namun di alam rohani. 
Mereka yang berpikir bahwa Tuhan itu sangat mengasihi mereka sehingga akan memberikan apa saja yang mereka inginkan dan doakan, akan segera tersesat dengan ajaran injil kemakmuran yang tampaknya berdasar ajaran Tuhan, tetapi sama sekali bukan.
Yang dalam hatinya mendambakan kenyamanan, kesenangan dan kelancaran hidup sesuka hati menikmati dunia ini, akan dengan segera mengaminkan nubuatan-nubuatan yang menjanjikan berkat, keselamatan, pemulihan dan kesuksesan baginya atau bagi bangsanya  -tanpa mau sedikitpun peduli untuk menguji dan mencari tahu apakah pesan profetik itu dari Tuhan atau dari yang lain. 
Yang pikirannya diyakinkan bahwa denominasinya, sinodenya, gerejanya, dan pemimpin rohaninya adalah pelayanan dan hamba Tuhan terbaik segera memegang pandangan bahwa gereja, ajaran, atau hamba Tuhan lain yang tidak sebesar dan sesukses gereja serta pemimpin mereka sebagai pelayanan dan hamba Tuhan yang gagal, yang tidak diurapi dan dipakai Tuhan. 
Dan seterusnya.
Berhati-hatilah terhadap semua berita, pandangan, ajaran, nubuatan dan tampilan-tampilan. 
Pastikan Anda tidak dalam posisi siap mendengarkan kebohongan. 
Pastikanlah posisi Anda berdiri pada kebenaran. 
Kebohongan dapat dikalahkan oleh kejujuran dan kebenaran. 
Itu sebabnya hati kita seharusnya : 

– mencari dan mengejar kebenaran (Yesaya 51:1; Yeremia 5:1; Matius 6:33)

– melakukan kebenaran (Kejadian 18:19; Keluaran 15:26; Ulangan 12:28; 13:18)

– membeli kebenaran, yang berarti berusaha sekuat tenaga memperhatikan serta meraih apa yang benar, menguji dan menyelidikinya hingga menemukan dan memastikan suaty kebenaran dengan apapun yang bisa kita lakukan (Amsal 23:23; 1 Yohanes 4:1; 1 Timotius 4:16)

– mencintai kebenaran lebih daripada apapun, yang berarti menolak mengkompromikan kebenaran tetapi memegang teguh, tidak melepaskannya namun memperjuangkannya hingga saat terakhir (2 Tesalonika 2:10)

– hidup dalam dan untuk kebenaran sejati (1 Petrus 2:24; 2 Yohanes 4; 3 Yohanes 3-4)

– menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6:13) dan berjuang sebagai prajurit yang mengenakan kebenaran sejati (Efesus 6:14)
Hanya dengan menyerahkan diri untuk hidup dalam kebenaran dan kesejatian saja, kita tidak mudah termakan apapun yang bersifat dusta. 
Hanya dengan berjalan dalam kebenaran sejati, yaitu mengikut Kristus (Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup) dengan setulus dan segenap hati karena rindu hidup benar, kita akan dijauhkan dari berbagai tipu muslihat manusia maupun iblis. 
Sebaliknya, jika kita taat dan setia di jalur Tuhan, kita akan beroleh kasih karunia untuk berjuang memberitakan kabar kebenaran sejati di dunia yang semakin tenggelam dalam krisis kebenaran ini. 
Alih-alih menjadi penyebar hoaks, Tuhan hendak memakai kita untuk menyampaikan kabar baik serta mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran yang ada dalam pikiran dan hati Tuhan. 
Hari ini, apa yang Tuhan lihat ketika menengok hati kita? Apakah Ia akan menemukan jiwa yang  tertuju pada dusta atau hati yang lapar dan haus akan kebenaran? 
Pilihlah untuk berkomitmen pada kebenaran. 
Anda akan dituntun di jalannya Tuhan, jalan yang benar. Hidup Anda akan benar hingga Anda tiba di tujuan akhir yang benar dan kekal. 
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua

KEKACAUAN ATAS SUATU BANGSA ITU SKENARIO DAN SEIJIN TUHAN

Oleh : Peter B
2 Aku akan menggerakkan orang Mesir melawan orang Mesir, supaya mereka berperang, setiap orang melawan saudaranya, dan setiap orang melawan temannya, kota melawan kota, kerajaan melawan kerajaan;
3 semangat orang Mesir menjadi hilang, dan rancangannya akan Kukacaukan; maka mereka akan meminta petunjuk kepada berhala-berhala dan kepada tukang-tukang jampi, kepada arwah dan kepada roh-roh peramal.
4 Aku akan menyerahkan orang Mesir ke dalam tangan seorang tuan yang kejam, dan seorang raja yang bengis akan memerintah mereka; demikianlah firman Tuhan, TUHAN semesta alam.
14 TUHAN telah mencurahkan di antara mereka suatu roh kekacauan, dan mereka memusingkan Mesir dalam segala usahanya, sehingga seperti seorang mabuk yang pusing waktu muntah-muntah.
15 Dan tidak ada usaha Mesir yang akan berhasil yang dilakukan oleh pemimpin dan pengikut, oleh pemuka dan orang biasa
~ Yesaya 19:2-4, 14-15
Dalam lima ayat di atas, tampak jelas bagaimana keadulatan Tuhan atas bangsa-bangsa. Atas bangsa lain di luar Israel.Ya, Allah Israel bukan Allahnya orang Yahudi saja. Ia bukan cuma Tuhan atas kaum Yakub yang kecil itu. Allah yang berbicara kepada nabi Yesaya juga berurusan dengan segala bangsa di bumi. Itu karena Ia pencipta semua manusia. Sehebat dan seluar biasa bagaimanapun kekuasaan raja dan penguasa di bumi, Ia memegang kendali atas segala kekuasaan yang ada di bumi, dan bahkan yang di langit. 
Itu sebabnya, Tuhan berkata-kata melalui nabi-Nya. Suatu perkataan yang dialamatkan bukan kepada bangsa yang disebut sebagai umat pilihan-Nya. Meski demikian, tiada bangsa yang luput dari perhatian-Nya atau lepas dari kedaulatan rencana-Nya. Tidak ada satu ciptaan pun yang lalai dipikirkan-Nya. Lebih-lebih manusia, yang diciptakan dalam rupa dan gambar-Nya sendiri. 
Begitu pula, rancangan Tuhan itu berlaku bagi seluruh bumi dan umat Tuhan, Israel dan gereja hari ini, dipanggil untuk menyatakan kedaulatan, kebesaran dan kedahsyatan kuasa-Nya di antara bangsa-bangsa (lihat Matius 28:18-20). 
Kedaulatan Tuhan kali ini dinyatakan melalui perkataan nubuat hamba-Nya, Yesaya. Dari lima ayat itu saja, perhatikanlah apa yang diperbuat Tuhan
Di setiap ayat, tanpa ragu, TUHAN menyatakan diri sebagai penyebab malapetaka atas Mesir. Ia sedang menyatakan murka-Nya kepada bangsa penyembah berhala. 
Banyak yang berpikir bahwa oleh karena Tuhan itu kasih, Ia tidak mungkin menimpakan sesuatu yang menyakitkan dan menyebabkan penderitaan. Itu sebenarnya semata keinginan manusia yang hanya peduli kepentingan dan kenyamanan dirinya belaka. Kenyataannya, didikan dan hajaran adalah sesuatu yang diperlukan sebagai peringatan akan perbuatan-perbuatan manusia yang menyimpang dari kodrat dan tujuan penciptaannya, yang jika dibiarkan begitu saja, cepat atau lambat akan membawa manusia pada celaka yang kekal -sesuatu yang diinginkan si jahat namun tak pernah muncul dalam hati Tuhan. 
Niat hati an kerinduan Tuhan itu menyadarkan umat manusia.
Termasuk ketika Ia mengatakan hendak melakukan hal-hal ini kepada Mesir pada waktu itu : 
1- Ia akan membuat sesama orang Mesir saling melawan dan saling bermusuhan satu sama lain. Suatu perpecahan dan perselisihan tanpa akhir akan muncul di tengah-tengah mereka (ayat 2)
2- Tuhan akan membuat semua rencana-rencana bangsa itu gagal dan membuat mereka putus asa (ayat 3)
3- Seorang pemimpin yang jahat diijinkan bangkit dan menindas, mendatangkan penderitaan atas seluruh bangsa (ayat 4) 
4- Suatu roh kekacauan diijinkan bekerja secara leluasa atas seluruh bangsa sehingga mereka bingung dan tidak menemukan solusi atas masalah bangsa mereka (ayat 14)
5- Setiap usaha yang dilakukan tidak akan ada yang membawa hasil dan kemajuan sekalipun sudah dipersiapkan dan direncanakan sebaik-baiknya (ayat 15)
Dalam ayat-ayat selanjutnya, Mesir juga akan ditimpa krisis yang semakin lama semakin parah. Sampai mereka menyadari bahwa mereka memerlukan pertolongan Juruselamat yang dapat memulihkan mereka. 
Dari poin-poin di atas, tidak salah jika dikatakan bahwa segala malapetaka yang menimpa Mesir adalah karena Tuhan. 
Apakah ini berarti Tuhan itu sumber segala yang jahat dan ingin manusia menderita dan binasa?
Justru sebaliknya. Tuhan tidak pernah mengijinkan suatu kondisi penuh kegagalan dan penderitaan besar melanda suatu negara oleh karena Ia ingin mengadakan hal itu. 
Apa yang dilakukan Tuhan tidak lain merupakan suatu bentuk penyadaran bahwa apa yang mereka taburkan dalam berbagai perbuatan jahat dan berdosa akan MEMBAWA KONSEKUENSI BURUK BERUPA PENDERITAAN DAN KESUKARAN yang berkali-kali lipat. Dosa sedikit orang itu kemudian mencemari dan merusak banyak orang, lalu mendatangkan kehancuran yang makin besar atas bangsa itu. 
Karena sangat sedikit yang melakukan apa yang benar serta memiliki takut akan Tuhan. Seluruh negeri dipenuhi orang yang fasik dan bengkok hatinya, yang membuat Tuhan harus menyatakan keadilan-Nya.
Dosa-dosa suatu bangsa, yang terus menerus dilakukan dengan lancang, akan naik di hadapan Tuhan dan memuakkan-Nya. Ia, yang adil dan benar, tidak akan tinggal diam melihat kebejatan dan kesewenang-wenangan manusia yang mengkuti hawa nafsu dan lebih membuka diri bagi inspirasi dari setan-setan. Karena kasih-Nya, Ia akan menegur dan memperingatkan bangsa yang demikian. Agar mereka tersadar dan ingat kembali apa artinya hidup dan tujuan keberadaan mereka di bumi. 
Ribuan tahun telah berlalu sejak nubuat Yesaya di atas disampaikan atas Mesir. Tetapi Allah masih berurusan dengan bangsa-bangsa, Yahweh tak berubah. Ia tetap mempedulikan dan mengasihi bangsa-bangsa. Kerinduan-Nya tak pernah surut untuk menyelamatkan generasi demi generasi, Termasuk generasi bangsa Indonesia di abad ke-21 sekarang ini. 
Jika Anda berpikir bahwa Tuhan yang Anda sembah hari ini hanya semacam roh yang akan memenuhi semua keinginan dan harapan Anda, pikirkanlah ulang akan semua itu. 
Allah yang kita kenal hari ini di dalam nama Yesus Kristus, punya rencana dan tujuan yang jauh lebih besar DAN LEBIH BAIK daripada sekedar membuat hidup kita nyaman dan mudah. Ia ingin kita mengenal DIa, hidup dalam takut akan Dia, di jalan kebenaran dan keadilan, menjadi umat yang menyatakan kasih sayang dan menegakkan keadilan di bumi, hidup dalam suatu hubungan yang erat dan harmonis dengan Dia.
Hanya dengan kembali kepada Dia, pemulihan dan berkat sejati itu akan dicurahkan dan diterima manusia, entah itu secara pribadi, atas suatu komunitas atau atas seluruh bangsa. 
Dan jika jalan kita sudah sangat jauh mengabaikan Dia dan ketetapan-ketetapan-Nya, yakinlah, bahwa Ia tidak akan tinggal diam begitu saja. Yang telah disampaikan dan dikerjakan-Nya atas Mesir, akan dilakukan-Nya pula atas setiap bangsa di dunia. Termasuk Indonesia. Sebab tanda-tanda serupa semakin jelas terlihat di negeri ini. 
Adakah kita melihat kesalahan kita telah membuat Tuhan mulai menyatakan kehangatan amarah-Nya kepada kita?
Akankah kita sadar dan berbalik kepada Tuhan, mencari perlindungan dan belas kasihan?
Adakah kita menangkap kerinduan hati-Nya, yang memanggil kita masuk dalam pertobatan dari jalan-jalan kita yang salah selama ini?
Kiranya Roh kesadaran dan pertobatan dikaruniakan kepada kita yang mau membuka hati di hadapan Tuhan.
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua