Arsip Bulanan: Desember 2020
HIKMAT DAN KUTIPAN
HIKMAT DAN KUTIPAN
MY WHITE CHRISTMAS
Oleh : Peter B, MA
Kuimpikan suatu Natal yang putih bersalju
Seperti yang selalu kukenang
Ketika pucuk pohon berkilau-kilauan
Dan para bocah mendengar
Bunyi lonceng kereta di atas salju
Kuimpikan suatu Natal yang putih bersalju
Di setiap kartu Natal yang kutulis
Kiranya hari-harimu ceria dan cerah
Dan semua Natalmu dihiasi salju
Kalimat-kalimat di atas adalah terjemahan salah satu lagu paling dikenal dan dicintai di dunia mengenai Natal. Ditulis oleh seseorang yang disebut sebagai satu dari penulis lagu terbesar Amerika sepanjang masa, Irving Berlin dan dinyanyikan oleh salah satu penyanyi yang paling dicari di masanya, Bing Crosby, lagu yang diberi judul “White Christmas” ini telah menjadi suatu lagu yang paling banyak dinyanyikan ulang, paling sering direkam dan mencapai penjualan tertinggi lagu Natal sepanjang masa dalam sejarah musik dunia.
Hampir tidak ada yang tidak tahu lagu White Christmas yang masih dinyanyikan hingga sekarang sejak diciptakan 80 tahun yang lalu itu.
Tapi tahukah Anda apa sesungguhnya yang tersirat di balik lagu Natal paling dikenang itu?
Pertama-tama, adakah yang memperhatikan bahwa dalam syair-syair lagu itu tidak disebutkan tentang Yesus Kristus sama sekali?
Juga, tahukah Anda bahwa yang digambarkan sebagai Christmas atau Natal di lagu favorit orang-orang sementara mereka merayakan Natal itu adalah suatu suasana penuh kenangan manis selama musim dingin di negara-negara Barat yang menjadi tradisi tahunan di sana?
Sadarkah kita bahwa yang ditulis dalam lagu yang paling sering dinyanyikan pada saat Natal di Amerika dan negara-negara Barat lainnya ternyata sama sekali tidak menggambarkan Natal pertama, yaitu kelahiran Yesus Kristus di Betlehem ribuan tahun lalu itu?
Saya mencoba mencari tahu mengapa tidak ada “unsur kekristenan” dalam lagu Natal ini. Dan saya menemukan bahwa penulisnya adalah seorang agnostik Yahudi! Itulah sebabnya tidak ada Tuhan disebut dalam gubahannya. Ia tidak mengenal Yesus. Ia tidak yakin akan Kristus. Ia tidak peduli apakah Mesias akan datang atau tidak.
TAPI…… ia telah menulis lagu Natal paling disukai. Jelas sekali, IA MERAYAKAN NATAL NAMUN TANPA KRISTUS DI DALAM PERAYAAN ITU dan dunia setuju dengannya!
Dan kini, itu masih sama seperti puluhan tahun yang lalu, dunia (dan barangkali gereja) masih merayakan Natal tanpa Kristus. Natal bisa semarak, megah, ramai, heboh, meriah, indah bahkan penuh kenangan tanpa Kristus disebut atau diingat sama sekali.
Percayalah. Dunia sudah melakukannya ribuan kali dan masih melakukannya dengan segala kegemerlapannya hingga di tahun ke-20 abad ini.
Perayaan Natal telah menjadi tradisi di seluruh dunia dan gereja. Ibadah. Lilin. Malam Kudus. Atraksi. Konsumsi. Makan-makan. Anjangsana. Baju baru. Pertunjukan. Dekorasi. Kemeriahan akhir tahun. Liburan. Kumpul keluarga. Bahkan ada yang membawanya ke tingkat ekstrem : pesta pora, hura-hura, bermabuk-mabukan.
Natal adalah hari raya. Hari peringatan dunia. Berbagai pihak merayakan dan bersenang-senang selama masa-masa ini.
Namun, seberapa banyak yang benar-benar ingat dan paham bahwa Natal adalah peristiwa kedatangan Allah menjadi manusia demi misi penyelamatan jiwa dan pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah?
Seberapa banyak yang menyadari bahwa bayi Yesuslah yang dirayakan dalam Natal, seorang Juruselamat yang lahir di Kota Daud, yang akan mengubah sejarah dunia dengan mengubah banyak manusia menjadi ciptaan yang baru yang dipanggil hidup bagi tujuan dan rencana Allah?
Apa dan siapakah yang sesungguhnya kita rayakan dalam Natal di tahun demi tahun yang telah kita lewati? Tradisikah? Kegembiraankah? Ibadah spesialkah? Sensasi dan suasana yang lebih gegap gempita? Dan kita masih akan mengulanginya dengan lebih penuh sensasi di tahun berikutnya???
Natal seharusnya adalah kenang-kenangan akan Kristus. Tentang Allah yang meninggalkan tahta keilahian-Nya, mengosongkan diri-Nya demi mengambil rupa manusia, menjadi hamba untuk dapat menjangkau dan melayani manusia, bahkan rela menjadi korban penebusan bagi keselamatan dunia. Jika kita tidak mengenang itu, kita sedang merayakan Natal tanpa Pribadi yang membuat Natal itu ada dan dirayakan. Itu akan menjadi sesuatu yang absurd, di luar nalar, aneh. Perayaan halusinasi, khayalan, kosong dan bodoh. Sebab dimanakah ada perayaan kemenangan tanpa kemenangan itu sendiri? Mungkinkah merayakan prestasi tanpa suatu prestasi diraih? Tidak ada yang lebih aneh daripada merayakan seseorang yang perlu dikenang tanpa mengenang dan menghayati orang itu sama sekali!
Merayakan Natal tanpa Kristus terlihat dari fokus kita dalam Natal. Harus diakui seringkali orang fokus pada event-eventnya. Pada dekorasi. Pada kesibukan demi sukses dan lancarnya ibadah raya dengan segala keperluan dan pernak perniknya. Bukannya semua itu tidak perlu dilakukan. Tetapi Tuhan melihat jauh ke dalam hati kita : untuk kepentingan dan tujuan apakah semua itu diusahakan dan diadakan?
Jika Tuhan tidak menjadi pusat dari Natal kita, jika Ia tidak dicari, didengarkan dan diundang untuk hadir di setiap perayaan kita, maka kita sedang merayakan Natal tanpa Kristus. Senang-senang sendiri. Heboh sendiri. Seru sendiri. Terharu biru sendiri dengan suasana. Asyik sendiri. Mungkinkah itu yang menjadikan Natal 2020 terpaksa kita lalui dalam kesederhanaan, kelengangan, serta perenungan dalam kesendirian antara kita dengan Tuhan akibat situasi pandemi sekarang ini?
Tanpa Kristus, yang kita rasakan dalam Natal pada akhirnya hanyalah sekedar sensasi dan kenangan tahunan, yang ujung-ujungnya munculnya akan serupa dengan ingatan Irving Berlin saat menulis White Christmas.
Kekasih-kekasih Kristus mengangankan yang berbeda dengan yang diimpikan para penggembira Natal di akhir setiap tahun.
Mereka yang memahami makna Natal akan merindukan apa yang lebih bermakna dan berkesan dari Berlin dan Crosby.
Seperti inilah kerinduan hati orang yang merayakan Natal bersama-sama dengan Kristus :
Kuimpikan Natal yang indah dan penuh kenangan.
Yang tiap tahunnya selalu jadi ingat-ingatan kian manis serta menyegarkan bersama Tuhanku.
Saat pujian dinaikkan dari hati, air mata bercucuran.
Saat semua ingat betapa Sang Ilahi turun ke tempat rendah demi merengkuh manusia supaya kembali kepada kemuliaan.
Aku memimpikan Natal yang yang tak terlupakan tahun ini
Di setiap doa dan penyembahan yang kunaikkan.
Kiranya hati kita semua dikuatkan, dihangatkan, dan dibakar oleh cinta-Nya yang tak terkira
Dan kiranya Natal-natal kita dihangatkan kehadiran dan kedekatan dengan-Nya.
Kuimpikan suatu Natal ketika Kristus masuk, diam, bertahta dan memerintah penuh di hidupku, atas gereja-Nya.
Maka Natalku kan jadi penyembahan yang takkan habis dihiasi korban-korban syukur.
Karena dosaku merah yang seperti kirmizi telah dijadikan putih seperti salju.
Hingga aku boleh datang dengan hati tulus suci menyembah di hadapan Tuhan
Itulah NATAL PUTIHKU
Terima kasih untuk cinta-Mu, Yesusku…..
Saudara-saudariku terkasih dalam Tuhan, jangan merayakan Natal tanpa kebersamaan dan kehadiran Kristus – sekalipun dunia mampu melakukannya.
SELALU rayakan Natal bersama Yang Empunya Natal. Itulah Natal terbaik yang dapat Anda alami. Dan akan selalu semakin baik karena Allah yang selalu siap memberikan yang terbaik dari sorga bagi Anda melalui setiap kebersamaan yang intim dengan-Nya.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Lukas 2:10-11
Ada sukacita. Sukacita itu besar Tuhan sediakan.
Hanya mereka yang memahami dan menyembah Kristus menjadi pemilik sukacita itu.
Andakah orangnya?
SELAMAT NATAL.
SELAMAT MERAYAKAN KEBERSAMAAN DENGAN YESUS KRISTUS TUHAN!
TUHAN MEMBERKATI.
Esensi atau Intisari dari Roh Nubuat
Oleh MICHAEL BROWN
15 November 2020
Ada fokus yang luar biasa pada pesan-pesan profetik hari ini. Apakah para nabi kharismatik benar-benar memprediksi kemenangan Trump pada 2016, bahkan sebelum dia mengumumkan pencalonannya ke Gedung Putih? Haruskah nabi-nabi ini dipercaya hari ini ketika, pada hakikatnya, mereka meyakinkan kita bahwa Trump benar-benar memenangkan pemilu 2020 dan bahwa hasil akhir akan membuktikannya? Dan di luar pertanyaan spesifik ini, apa sebenarnya tujuan utama dari nubuatan?
Pertanyaan terakhir inilah yang ingin saya fokuskan – dan saya akan bahas selanjutnya dalam artikel ini – tetapi penting bagi kita untuk mengklarifikasi beberapa hal terlebih dahulu.
Anda Tidak Dapat Menambah Apa Yang Sudah Ada di Alkitab
Untuk lebih jelasnya, tidak ada di antara kita yang percaya pelayanan kenabian hari ini percaya bahwa ada siapa saja yang dapat menambahkan suatu pesan ke dalam Alkitab. Hapuskan pikiran itu. Itu adalah kesesatan pada tingkatan tertinggi. Siapapun yang membuat klaim seperti itu atau ingin perkataannya diterima di tingkat sebagaimana Alkitab harus ditolak terang-terangan dengan tegas.
Alkitab berdiri sendiri sebagai Firman Tuhan – Firman dari Tuhan – dan hanya itu saja panduan sempurna kita untuk keselamatan dan kehidupan yang saleh.
Tetapi itu tidak berarti bahwa Roh Kudus tidak lagi berbicara. Bagaimana mungkin itu bisa? Kitab Suci memiliki fungsi yang unik dan tak tergantikan. Tidak ada yang sebanding dengan peran Alkitab. Pada saat yang sama, kita memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan yang personal, dan Yesus sendiri berkata bahwa kita, domba-domba-Nya, mendengar suara-Nya (lihat Yohanes 10:27; dalam bahasa Yunani berbicara tentang hal mendengar dan taat secara aktif dan berkelanjutan).
Roh Kudus mungkin mengarahkan kita untuk menjalani karir tertentu. Atau untuk mulai mengusahakan suatu pelayanan. Atau untuk membangkitkan iman kita di masa-masa yang gelap. Bagaimana hal itu bisa disejajarkan dengan Kitab Suci?
Tapi Roh memang berbicara…
Dengan cara yang sama, Roh terus berbicara kepada kita melalui orang-orang yang memiliki karunia nubuat.
Tapi perhatikan ini dengan jelas: Para nabi bukanlah peramal yang dikuduskan atau dimuliakan. Peran mereka bukan untuk memberi kita informasi abstrak tentang hari esok. Sebaliknya, jika mereka memberi kita informasi tentang hari esok, akan selalu ada alasan praktis untuk itu.
Itu bisa untuk mempersiapkan kita untuk masa-masa sulit (lihat Lukas 22: 31-32; Kisah Para Rasul 11: 27-30; 20: 22-24). Bisa untuk membangun iman kita, membantu kita bertahan sampai jawaban yang diharapkan tiba (lihat Kisah Para Rasul 27 dan peran Paulus selama kapal karam). Bisa jadi untuk membawa sesuatu yang tidak terduga ke perhatian kita, yang membuat kita mengubah langkah atau tindakan yang sebelumnya telah direncanakan (lihat Kisah Para Rasul 16: 6-10).
*Perkataan Nubuat Terkait Trump*
Dalam hal Trump, mungkin saja, karena dia adalah kandidat yang tidak diunggulkan, Tuhan mengungkapkan kepada sejumlah pelayan profetik bahwa dia akan dipakai untuk melakukan apa yang baik bagi Amerika dan Israel.
Dengan cara yang sama, mungkin saja para pelayan profetik yang sama ini telah mendeklarasikan bahwa Trump akan menjalani masa jabatan kedua berturut-turut karena adanya upaya besar-besaran untuk mencurangi pemilihan darinya. Para nabi kemudian akan berkata, “Jangan berkecil hati! Itu (kemenangan Trump) pasti terjadi.”
ATAU… MEREKA BISA SAJA SALAH. MEREKA SEMUA. Itu pernah terjadi sebelumnya. (Perhatikan catatan yang mencolok dalam 1 Raja-raja 22, di mana semua nabi raja memberikan nubuatan patriotik yang memenangkan raja. Hanya satu orang di luar nabi-nabi itu yang memiliki pesan yang sebenarnya, dan itu bukan kabar baik)
Tetapi sebelum Anda mengambil batu untuk melempari mereka dengan batu (ya, saya berbicara secara metaforis), mari kita tunggu sampai keputusan akhir diberikan.
Politik dan Nubuat
Bagaimanapun, apakah mereka benar atau salah (beberapa dari mereka adalah kolega dan teman saya), ada beberapa hal yang dapat kita katakan dengan pasti.
Pertama, bernubuat mengenai hasil politik bukanlah tujuan utama dari nubuatan. Sebaliknya, seperti yang diterjemahkan dalam NLT, “Inti dari nubuatan adalah memberikan kesaksian yang jelas bagi Yesus” (Wahyu 19:10). Pada akhirnya, Dialah yang harus menjadi pusat dari segala sesuatu.
Kedua, Gereja tidak dipimpin oleh para nabi. Mereka tidak memberikan arahan secara nasional atau internasional kepada Tubuh Kristus. Mereka adalah sesama rekan pelayan Tuhan, bersama-sama dengan yang lain memiliki karunia-karunia rohani dan dipanggil dalam pelayanan. Itulah mengapa tidak tepat bagi para nabi masa kini untuk menunjuk ke 2 Tawarikh 20:20 (di mana raja Israel memberi tahu orang-orang untuk mempercayai perkataan profetik tertentu), dan memberi tahu orang-orang hari ini, “Percayalah perkataan kami!”
Ketiga, perkataan para nabi masa kini harus diuji dan dievaluasi (1 Korintus 14:29; 1 Tesalonika 5: 19-21), karena menurut Paulus, “kita bernubuat dengan tidak lengkap atau hanya sebagian saja” (1 Korintus 13: 9). Ditambah, di era Perjanjian Baru ini, setiap orang percaya memiliki potensi untuk bernubuat (Kisah Para Rasul 2: 17-18; 1 Korintus 14:39). Itulah mengapa kita tidak melempari mereka dengan batu sampai mati jika mereka melakukan kesalahan, seperti yang diperintahkan di zaman Perjanjian Lama. Tapi itu juga menjadi sebab mengapa kita tidak menitipkan pada mereka otoritas yang sama yang diberikan kepada nabi Perjanjian Lama.
Jadi, untuk setiap nabi masa kini yang ingin berbicara dengan otoritas Perjanjian Lama: ingatlah hukuman yang diberikan apabila mereka keliru menyampaikan suatu nubuat.
Keempat, dan yang paling penting, salah satu fungsi utama para nabi adalah untuk menyingkapkan penyembahan berhala dan memperingatkan supaya kita tidak dipimpin oleh kedagingan. Hanya Tuhan yang harus disembah!
Kita benar-benar melihat ini di Wahyu 19:10, di mana Yohanes, penulis kitab itu, hendak menyembah malaikat yang telah berbicara dengannya: “Lalu aku tersungkur di kakinya untuk menyembah dia, tetapi dia berkata kepadaku, ‘Kamu tidak boleh melakukan itu! Aku adalah juga hamba sepertimu dan saudara-saudaramu yang memegang kesaksian tentang Yesus. Sembahlah Tuhan. ‘Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat ”(ESV).
Makhluk malaikat yang perkasa dan menakjubkan ini memberi tahu Yohanes, “Jangan sembah aku! Aku adalah hamba Tuhan sama seperti dirimu. Sembah Dia saja! Tujuan akhir dari roh profetik – Roh yang mengilhamimu untuk menulis kitab Wahyu ini – adalah untuk bersaksi tentang Yesus. Semua mata tertuju pada Dia!”
Terlalu Banyak Untuk Trump, Tidak Cukup Untuk Yesus?
Sejauh para nabi-nabi modern ini tidak secara konsisten menyingkapkan adanya kepercayaan berlebihan kita pada Trump sebagai semacam mesias politik, maka mereka telah gagal membawa pesan Tuhan yang utuh. Itu adalah kesalahan serius yang harus diatasi.
Dan, dengan seluruh keterusterangan, tidak masuk akal bagi saya bahwa, dalam aliran besar-besaran pernyataan profetik yang pro-Trump, ada begitu sedikit peringatan tentang kepercayaan yang serupa penyembahan berhala pada seseorang yang sangat kuat tetapi juga sangat banyak memiliki kekurangan. Sedihnya, ada sesuatu yang hilang.
Kita sering meneriakkan MAGA (Make America Great Again) lebih keras daripada saat kita memberitakan Injil, dan terkadang kita berfokus pada Trump sama seperti kita berfokus pada Yesus (dalam beberapa kasus, bahkan lebih). Dimanakah semua peringatan profetik tentang ini?
Jadi, apakah ramalan Trump terbukti benar untuk pemilu 2020 atau tidak, jelas bahwa kita harus melakukan bersih-bersih serius di rumah kita (maksudnya gereja).
Diterjemahkan secara bebas dari
Untuk Rekan-Rekan Profetik Saya: Kalian Memang Benar ATAU Memang Keliru
Oleh MICHAEL BROWN
15 Desember 2020
Ini bukan waktunya untuk penerbangan menuju fantasi rohani. Para nabi karismatik yang menyatakan dengan suara bulat bahwa Donald Trump akan terpilih kembali berturut-turut untuk masa jabatan kedua akan terbukti memang benar ATAU salah. Salah satunya akan terjadi, akan ada di menit-menit terakhir, intervensi yang tampaknya ajaib yang membalikkan suara lembaga pemilihan, ATAU Trump tidak akan menjalani masa jabatan kedua berturut-turut.
Tidak ada jalan tengah. Tidak ada pilihan ketiga. Tidak ada realitas di mana Trump benar-benar menang tetapi kenyataannya tidak menang. Atau di mana dia adalah presiden di hadapan Tuhan tetapi tidak di hadapan manusia.
Tidak mungkin seperti itu. Memelihara keyakinan akan kemungkinan seperti ini berarti mengejek integritas nubuat dan membuat kita, orang-orang kharismatik terlihat seperti orang bodoh. (Bagi pengkritik kami, orang-orang kharismatik, kami sudah terlihat seperti orang bodoh, tapi itu masalah lain. Terkadang kebenaran itu sendiri tampak bodoh bagi mereka yang menolaknya)
“Apa yang salah?”
Untuk lebih jelasnya, saya sendiri adalah seorang kharismatik, yang telah berbicara dalam bahasa roh sejak 24 Januari 1972. Saya bahkan telah disebut sebagai pembela terkemuka untuk gerakan karismatik oleh mereka yang berada di luar gerakan ini. Dan saya sangat percaya pada pelayanan kenabian hari ini, dan telah berpartisipasi di dalamnya dalam berbagai tingkatannya selama bertahun-tahun.
Lebih dari itu, beberapa suara kenabian yang paling jelas menyatakan kemenangan Trump (bahkan hingga saat ini) adalah rekan-rekan yang saya hormati, umat Allah yang sejati. Beberapa bahkan berteman dengan saya. Dan jika mereka akhirnya salah, saya tidak akan menolak atau membuang mereka. Sebaliknya, saya akan melakukan yang terbaik untuk bertemu dengan mereka, bersama dengan para pemimpin lainnya, dan bertanya, “Apa yang salah? Bagaimana bisa begitu banyak pelayan Tuhan bersama-sama ternyata begitu meleset? Bagaimana bisa begitu banyak yang mengaku berbicara bagi Tuhan sementara pada saat yang sama salah mengartikan suara-Nya?”
Ini akan menjadi pertanyaan yang serius dan harus ada pertanggungjawaban yang serius, refleksi, dan bahkan pertobatan.
Itulah mengapa penting bagi kami untuk menjelaskan opsi dengan jelas sekarang: opsi itu adalah (semua nubuatan itu) memang benar ATAU salah.
“Tetapi,” seseorang akan berkata, “bagaimana jika nubuat itu menyatakan keinginan Tuhan tetapi penggenapannya bergantung pada iman kita?”
Secara teori itu bisa jadi pilihan. Tapi itu tidak lagi berlaku saat ada seseorang yang berkata, “Saya jamin. Joe Biden tidak akan melayani satu hari pun di Gedung Putih. Trump akan memimpin empat tahun lagi.”
Kurang Iman? Sepertinya tidak
Plus, meski pernyataan-pernyataannya tidak demikian terang-terangan, ada banyak iman demi terpilihnya kembali Trump. Itulah mengapa begitu banyak orang percaya terkejut ketika pemungutan suara dimenangkan oleh Biden.
Dan dalam kasus apapun, jika kita bisa menyalahkan sikap tidak adanya iman pada setiap nubuatan yang tidak tergenapi, maka semua pertanggungjawaban atas setiap nubuatan akan hilang. “Kamu lihat, nubuatanku tentangmu itu benar. Tuhan berjanji bahwa kau akan menjadi miliarder dalam 12 bulan setelah aku bernubuat, tetapi kau tidak memiliki cukup iman. Masalahnya ada padamu.”
Sayangnya para nabi palsu di zaman Alkitab tidak mengetahui alasan ini. Kalau mereka tahu, mungkin itu bisa menyelamatkan mereka dari dilempari batu karena dianggap sebagai nabi palsu.
“Tetapi,” Anda berkata, “Saya telah mendengar para pemimpin Kristen mengatakan bahwa Trump akan kembali memimpin di masa jabatan berikutnya dan penipuan besar-besaran akan terungkap, asalkan kita cukup berdoa.”
Untuk hal itu, saya katakan: Saya belum pernah melihat doa yang dimobilisasi sebanyak ini dalam hidup saya. Jika doa berhasil melakukannya, Trump akan menjadi presiden sampai dia berusia 90 tahun.
Tidak, faktanya adalah bahwa nabi-nabi ini memang mendengar secara akurat dari Tuhan, seperti yang diterima beberapa dari mereka lebih dari empat tahun yang lalu ketika mereka mengatakan Trump akan menjadi presiden kita berikutnya yang menantang segala kemungkinan yang akan terjadi, ATAU mereka MEMANG TIDAK MENDENGAR secara akurat dari Tuhan. Titik.
Janganlah kita mencemooh kebenaran.
Seorang teman mengirimi saya video di mana seorang pemimpin kenabian sekarang ini mengklaim bahwa hasil nyata tidak akan terwujud hingga Maret. Hari pelantikan (di bulan Januari), katanya, tidak akan ada artinya.
Dan begitu seterusnya dan itu akan berlangsung sampai kenyataan kemudian ditukar dengan fantasi – dan itu dilakukan dalam nama Roh Kudus.
Menyaksikan semua ini tersingkap sama memilukan sekaligus menakutkan. Dimana ini akan berakhir?
Kisah yang Lucu
Di gereja tempat saya menjadi orang percaya pada akhir tahun 1971, seorang pendeta menceritakan kepada kami sebuah kisah yang lucu.
Seorang pembicara tamu sedang melayani jemaat, dan setelah berkhotbah, dia memiliki beberapa pesan profetik pribadi untuk jemaat yang ada di sana.
Dia memberi tahu seorang wanita yang berdiri di depan bahwa Tuhan memanggilnya sebagai misionaris ke India. Dia memberi tahu pria lain yang berdiri di belakang bahwa Tuhan memanggilnya sebagai misionaris ke China. Yang tidak diketahui oleh pembicara tamu adalah bahwa mereka itu suami istri.
Saat mereka masuk ke dalam mobil, mereka berdua sangat bersemangat.
Istrinya berkata, “Hamba Tuhan tadi bilang padaku bahwa kita dipanggil untuk menjadi misionaris dan kita akan pergi ke India!”
Dia menjawab, “Tidak, hamba Tuhan mengatakan kepadaku kalau kita dipanggil untuk menjadi misionaris dan kita akan pergi ke China!”
Bingung, mereka kembali ke gedung untuk meminta klarifikasi kepada pembicara karena dia memberi mereka dua nubuat yang saling bertentangan.
Dia tersenyum dan berkata, “Tidak, tidak ada kontradiksi dalam hal ini. Tuhan memanggil kalian ke Indochina.”
Saya mohon kepada teman-reman profetik dan kolega saya (maupun mereka yang tidak saya kenal secara pribadi), mohon jangan memainkan game rohani seperti ini. Mohon jangan mencela lebih jauh nama Tuhan yang kita kasihi dan layani.
Kata-kata Anda akan terwujud dengan akurasi yang mencengangkan dan seluruh bangsa akan menyaksikan terpilihnya kembali Donald Trump yang ajaib, ATAU kata-kata Anda akan terbukti salah.
Maukah Anda menandatangani pada tempat kosong di atas garis putus-putus dan membuat komitmen “tidak ada alasan” dan “tidak ada rasionalisasi” untuk sekarang ini? DUNIA SEDANG MENYAKSIKAN.
Diterjemahkan secara bebas dari:
HIKMAT DAN KUTIPAN
4 TANDA KITA BERJALAN BERSAMA TUHAN DALAM HIDUP KITA SEHARI-HARI
Oleh – Peter B, MA
Beberapa pertanyaan yang bisa jadi cukup menggelisahkan hati banyak anak Tuhan adalah pertanyaan-pertanyaan ini :
Apakah sejauh ini aku sudah berjalan bersama Tuhan?
Sudahkah aku sekarang ini berjalan di jalur kehendak Tuhan (atau masih belum)?
Bagaimana aku bisa mengetahui posisi dan keadaan rohaniku yang sesungguhnya dan dengan tepat di hadapan Tuhan?
Apakah hidupku saat ini sudah berkenan di hadapan Tuhan atau tidak?
Apakah tandanya aku telah mengikut Kristus dengan benar?
Apakah hidup rohaniku saat ini dalam keadaan sehat atau sedang lemah dan sakit?
Semua pertanyaan di atas adalah pertanyaan mengenai keadaan atau posisi rohani kita di dalam Tuhan selagi kita memperhitungkan diri kita sebagai pengikut-pengikut Kristus.
“Bagaimana kita bisa tahu apakah kita sedang dalam suatu keadaan rohani yang baik-baik saja dan termasuk sebagai orang-orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan atau tergolong sebagai orang yang telah menyimpang jauh dari kehendak Tuhan?”
Kebingungan akan keadaan rohani kita kerap terjadi karena ada pengaruh kuasa gelap yang bekerja mengaburkan batas-batas ukuran di dalam Tuhan. Roh ini adalah roh jahat yang pekerjaannya sangat fasik. Pekerjaan roh ini adalah mengarahkan manusia kepada standar-standar ukuran kebaikan dan kebenaran berdasar moral dan agama, dengan menanamkan dalam diri standar maupun nilai yang tampak baik dan benar tetapi bukan merupakan ukuran dari Tuhan. Roh ini adalah roh penipu yang bekerja dengan sangat halus mengelabui serta membuat manusia merasa dirinya benar di hadapannya sendiri atau di depan orang lain (dan bahkan di hadapan Tuhan namun menurut versinya sendiri) dengan menuntun orang untuk berperilaku serupa pribadi yang saleh, baik dan bermoral namun hanya dari tampak luar atau berdasar perbuatan-perbuatan yang baik dan tampak rohani TETAPI jauh di dalam hatinya, ia tetap jauh dan dijauhkan dari hubungan erat dan dalam dengan Tuhan.
Roh ini membuat manusia menipu dirinya sendiri dan menipu orang-orang di sekitarnya yang oleh karena melihat tampilan-tampilan tertentu akan beranggapan bahwa dirinya atau diri seseorang adalah pribadi yang baik, saleh dan dekat dengan Tuhan -padahal tidak tepat demikian di hadapan Tuhan.
Oleh karena kerja roh kebenaran diri sendiri atau roh agamawi ini, maka tidak sedikit yang akhirnya gagal menilai dirinya sendiri dengan jujur dan benar di hadapan Tuhan. Dampaknya, terjadi suatu kebingungan yang besar yang kemudian bisa berakhir dengan kesesatan yang luar biasa karena menyangka diri kita atau seseorang itu sebagai manusia-manusia yang baik, rohani, beribadah dan berkenan di hadapan Tuhan sedangkan jauh di lubuk hatinya dan sebagaimana YANG DILIHAT TUHAN, ia tetap seorang yang fasik dan jahat di hadapan Tuhan.
Contoh-contoh kegagalan menilai diri semacam ini banyak sekali di Alkitab.
Jemaat Laodikia dalam Wahyu pasal 3 adalah salah satu yang dengan sangat terang-terangan menggambarkan hal ini.
Yesus sendiri bisa dikatakan cukup sering menyampaikan mengenai sikap yang salah dalam menilai diri melalui pengajaran, perumpamaan bahkan peristiwa nyata.
Misalnya saja tentang orang-orang Farisi yang sering disebut dengan berbagai istilah yang menggambarkan sesuatu yang palsu dan tidak sama antara tampilan luar dengan yang ada di dalamnya. Mereka yang dianggap saleh dan banyak tahu perkara rohani itu disebut oleh Yesus sebagai ‘orang munafik’, ‘orang buta’, ‘pemimpin buta’, ‘kuburan yang dilabur putih’, ‘ular-ular’, ‘keturunan ular beludak’ sampai ‘orang neraka’ (lihat Matius 23).
Yesus pun membuat beberapa kisah perumpamaan tentang orang² yang merasa dirinya benar dan rohani ini dalam pengajarannya. Ia menyoroti kesalahan dari kebiasaan orang Farisi yang berdoa dengan membanggakan ibadah, kesalehan dan perbuatannya yang dipandang sudah taat dan benar di hadapan Tuhan sehingga ia berdoa dengan memuji diri – berkebalikan dengan pemungut cukai yang merendahkan diri karena merasa banyak berbuat dosa. Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, Yesus menyinggung bagaimana seorang imam dan seorang Lewi yang dikenal sebagai orang-orang yang mengetahui banyak hal rohani tetapi kenyataannya tidak berbuat apapun yang menyatakan belas kasihan kepada orang yang memerlukan pertolongan. Suatu tanda kesalehan semu dan palsu yang hanya fasih dalam teori dan pengertian namun sangat lemah dan tidak terlihat dalam praktek nyata sehari-hari.
Jadi, bagaimana kita dapat menilai diri sendiri dengan benar?
Pertama-tama, untuk benar-benar bisa mengetahui keadaan rohani kita, kita harus menyiapkan suatu sikap yang jujur menilai diri kita di hadapan Tuhan. Suatu sikap yang bersedia menerima penilaian apa adanya kita di hadapan Tuhan. Jika ingin mengetahui keadaan rohani kita yang sebenarnya , kita tidak boleh datang dengan membawa kebanggaan-kebanggaan atau pembenaran-pembenaran kita maupun bersiap untuk berbantah-bantah membela diri ketika Tuhan menyingkapkan keadaan kita apa adanya. Apa yang kurang harus kita akui dan apa yang telah kita capai sejauh ini bersama Tuhan juga harus disyukuri sebagai tanda kasih karunia dan kekuatan yang kita peroleh dari Tuhan.
Jika kita telah menyediakan hati yang jujur menilai diri, maka ada 4 hal setidaknya yang dapat menolong kita mengetahui apakah kita sedang berjalan bersama Tuhan serta memiliki keintiman dengan Dia atau apakah kita selama ini telah melakukan klaim kosong sebagai orang-orang yang merasa dekat dengan Tuhan namun hidup kita sejatinya jauh dari Tuhan :
1) Buah Roh (dan buah-buah lainnya yang lahir dari persekutuan kota dengan Tuhan)
Apa hubungan buah Roh dengan kedekatan dengan Tuhan?
Buah roh adalah HASIL atau DAMPAK dari seseorang menyerahkan dirinya untuk dipimpin oleh Tuhan melalui Roh Kudus-Nya untuk melangkah dalam kehendak-Nya.
Jika ia berjalan bersama Tuhan ia akan berbuah. Itu yang dijanjikan Yesus dalam perumpamaan tentang pokok anggur dan ranting-ranting-Nya.
Munculnya atau dihasilkannya buah merupakan tanda seseorang berjalan bersama Tuhan. Buah itu adalah perubahan karakter yang makin serupa dan makin menyatakan sifat-sifat Tuhan.
Ada sembilan elemen buah Roh :
“kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri”
Jika kita benar-benar sedang berjalan bersama Tuhan, karakter-karakter mulia di atas makin nyata terpancar dari hidup kita hari demi hari. Kasih melimpah. Sukacita terlihat. Damai sejahtera terasa di sekeliling kita. Kita tidak mudah reaktif dan marah terhadap berbagai situasi yang menekan atau sukar. Makin hari makin murah hati. Kita dikenal sebagai orang-orang yang senang berbuat baik. Dan seterusnya…
Apabila kita terus dalam persekutuan dengan Tuhan maka kita bisa melihat bahwa karakter kita diperkaya dan ditingkatkan menjadi pribadi-pribadi yang berhati dan berperilaku mulia. Kebalikannya, jika makin hari kita menjadi makin mudah benci daripada mengasihi, sering dilanda ketakutan kekuatiran dan kecemasan daripada merasakan ketenangan, mudah marah, makin serakah dan suka mengambil bagi diri kita sendiri daripada memberi kepada orang lain, keras dan kerap mempersulit orang ketimbang berbuat baik, atau kerap bersikap tidak terima menyikapi berbagai hal tidak menyenangkan serta mudah kehilangan kendali akan perilaku kita -jelaslah kita sedang jauh dari Tuhan dan berjalan di jalan yang bukan ditunjukkan oleh Tuhan.
Jujurlah akan keadaan Anda, maka Anda akan melihat jelas seberapa kualitas dan tingkat hubungan Anda dengan Tuhan
2) Ketenangan dan ketenteraman yang besar dalam hati
Yesaya 32:17 mengatakan bahwa jika kita berada dalam kebenaran atau di jalan yang benar maka yang tumbuh atau muncul di sana adalah damai sejahtera, suatu ketenangan dan ketenteraman yang besar.
Itu juga pastinya yang dirasakan domba-domba Kristus, jika mereka berada dekat sang gembala. Daud mengatakan sebagai domba dari Tuhan yang adalah gembalanya : “aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku”. Jadi sekalipun bahaya itu ada dan nyata, ketakutan itu sirna dan tiada.
Ketenteraman di dalam Tuhan itu serupa Kristus yang tidur di perahu saat badai menghantam kapal atau seperti Petrus yang terlelap dalam kerangkeng ketika esok hari hendak dihukum mati. Seperti itu pula Paulus dan Silas yang menaikkan pujian dan penyembahan meski sedang dipasung di dalam penjara!
Dalam penyertaan dan kedekatan dengan Tuhan, hanya ada ketenangan karena kesadaran akan adanya kepastian akan keberadaan dan campur tangan Tuhan. Yang benar-benar merasakan Tuhan dekat, akan menertawakan situasi dan tak kenal takut bahkan ketika berhadapan dengan raksasa pencemooh seperti Goliat.
Namun celaka bagi yang hanya merasa dekat dengan Tuhan. Ia akan segera ciut nyalinya, gemetar dan kebingungan lalu tak lama beralih mencari pertolongan dari kuasa lain seperti yang dilakukan Saul ketika hendak berperang melawan Filistin : ia mencari dukun pemanggil arwah, mencari solusi dari roh jahat!
Jadi kita tahu, kita sedang bersama-sama dengan Tuhan ketika hati kita tenang bahkan di saat badai menggelora sekalipun. Dialah Tuhan yang menaklukkan badai. Di sekitar kita dan pertama-tama di hati kita.
3) Jalan Yang Terang
Salomo sangat yakin saat ia mengatakan bahwa “jalan hidup orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian terang sampai serupa terik tengah hari” (Amsal 4:18).
Inilah tanda yang lain bahwa kita sedang berjalan bersama Tuhan : jalan (hidup) yang terang. Maksudnya, semakin hari semakin jelas kemana kita harus pergi dan menuju. Semakin tersingkap jalan yang harus kita lalui bersama Tuhan. Hidup kita tidak dipenuhi pertanyaan tanpa jawaban atau masalah tanpa solusi. Bersama Tuhan semuanya kian jelas dan terang. Di dalam Dia, kita akan menemukan makna hingga tujuan keberadaan serta kehidupan kita selama di dunia ini.
Yesus berkata, “Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam gelap karena ia punya terang bagi hidupnya” (Yohanes 8:12). Setiap orang yang tinggal dalam Kristus tidak berjalan dalam kegelapan (Yohanes 12:46).
Maksudnya jelas. Siapapun yang berjalan bersama Kristus akan dapat melihat jalan yang harus ia tempuh, tujuan yang harus dicapai serta petunjuk untuk menjalaninya mencapai tujuan itu.
Jadi kita tahu bahwa kita sedang berjalan bersama Kristus, ketika kita melihat dengan jelas rencana Tuhan bagi hidup kita. Dia menyingkapkan perjanjian rahasia-Nya kepada orang yang karib dengan Dia (Mazmur 25:14). Itu sebabnya tidak ada kejelasan dan jawaban paling nyata bagi hidup kita kecuali kita memiliki hubungan dengan Tuhan dan berjalan bersama Dia. Ketika seluruh dunia terlena dengan segala hiruk pikuk kesibukan dan kesenangannya ribuan tahun lalu, Nuh membangun bahtera. Sesuatu yang aneh dan sangat mungkin ditertawakan orang-orang di zamannya, lebih-lebih ketika mendengar alasan Nuh membuatnya yaitu akan adanya banjir besar yang bakal menenggelamkan umat manusia.
Tapi di situlah perbedaannya. Mereka yang dekat dengan Tuhan diberitahu dan disingkapkan banyak hal yang berasal dari hati dan pikiran Tuhan sendiri. Ia diberi mata yang celik dan dituntun di jalan seturut kehendak Tuhan. Makin hari makin terang. Kian hari kian jelas akan langkahnya sehingga hidupnya berkenan dan makin menyukakan hati Tuhan.
Seberapa terang maksud dan rencana Tuhan dalam hidup Anda, sedemikian pulalah kualitas kedekatan Anda dengan Tuhan.
4) Pikiran, Perasaan dan Kehendak Kristus
Kita telah sering membaca bahwa kita menjadi sama dengan siapa kita bergaul. Ada pula yang mengatakan bahwa kita akan menjadi serupa dengan apa yang kita kagumi atau kita sembah. Itu prinsip yang sudah terbukti benar. Tokoh idola kita pada akhirnya memberikan pengaruh kepada pikiran, perasaan dan kehendak kita. Kita menjadi makin serupa dengan orang yang kita idolakan atau hargai karena tanpa sadar maupun tidak kita mengidentifikasikan diri kita dengan panutan kita itu.
2 Korintus 3:18 versi Terjemahan Lama memberitahu kita dengan lebih jelas :
Tetapi kita sekalian dengan muka tiada berselubung ini, membayangkan (mencerminkan, merefleksikan) kemuliaan Tuhan seperti suatu cermin muka, dan berubah kepada rupa itu juga, daripada kemuliaan kepada kemuliaan, sebagaimana daripada Tuhan Roh itu.
Ketika kita terus bergaul dan memandang Tuhan dalam keseharian kita, kita diubahkan makin seperti Dia. Sifat-sifat-Nya mulai menjadi sifat-sifat kita juga. Pikiran, perasaan dan kehendak-Nya mulai terimpartasi dan masuk ke dalam pribadi itu.
Itulah sebabnya, saat kita intim dengan Dia serta senantiasa berjalan bersama-sama dengan Dia, Pribadi Kristus yang luar biasa pun perlahan namun pasti menjadi kepribadian kita juga. Kita mulai berpikir, merasa dan berhasrat seperti yang ada di hati Tuhan. Ada banyak sekali yang bisa dijadikan tanda dan bukti kedekatan kita pada Tuhan. Pikiran kita memikirkan perkara ilahi dan sorgawi. Perasaan kita dipenuhi belas kasihan namun juga turut merasakan apa yang Tuhan rasakan (yaitu kasih sayang) khususnya dalam hal memandang dunia dan orang-orang. Kehendak kita ialah melakukan apa yang menjadi kerinduan dan tugas dari Bapa di sorga.
Terlebih dari semuanya, kepribadian Tuhan paling nyata dalam hal kesucian serta kerendahan hati. Mereka yang dekat dengan Tuhan pasti dikuasai oleh cinta kasih, hidup dengan suatu cara sedemikian sehingga menyatakan suatu kehidupan yang sungguh-sungguh rohani dan kudus sejak dari dalam hati serta pikirannya. Salah satu yang paling terlihat dan seharusnya dapat dirasakan dengan segera adalah kerendahan hatinya. Mereka yang dekat dengan Tuhan, sukar untuk membanggakan diri-Nya. Tuhanlah yang akan menjadi yang terbesar dan termulia dalam hidupnya. Ia akan merasa dirinya bukan apa-apa atau siapa-siapa tanpa Tuhan di dalam hidupnya. Ia menggantungkan seluruh hidupnya pada belas kasihan dan kemurahan hati Tuhan. Lebih-lebih Tuhan yang disembah dan dikaguminya merupakan Allah yang rendah hati. Mustahil bersekutu dengan Allah yang begitu rendah hati tetapi menjadi pribadi-pribadi yang suka membual, membesarkan dan memuji diri (sekalipun dalam hati saja) serta mengagumi diri sendiri.
Kerendahan hati adalah salah satu tanda utama seseorang mengenal Tuhan dan berjalan bersama Dia. Sebab di dalam suatu hubungan yang mengasihi Tuhan, kasih membuat jiwa kita rendah hati.
“Kasih itu tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”
Kasih Tuhan kepada kita dan kasih kita kepada Tuhan adalah aliran-aliran kuat yang membuat kita tak mungkin mengambil kemuliaan bagi diri kita sendiri.
Jadi, kita tahu apakah kita dekat dengan Tuhan dari atas hal apa dan siapa kita bermegah. Orang yang berjalan bersama Tuhan memuliakan Tuhan dan Tuhan saja. Ia tidak akan memuji atau memandang dirinya sebagai sesuatu yang melampaui apa adanya dirinya. Dan salah satu tanda kerendahan hati orang yang berjalan bersama Tuhan adalah dari rohnya yang bersedia belajar dan diajar. Roh dan hati seorang murid yang mengikuti Gurunya dan belajar pada dari-Nya, dengan berhasrat supaya menjadi sama dengan Gurunya. Dan Guru yang rendah hati pasti memiliki murid-murid yang rendah hati karena mereka meneladani Gurunya itu.
Akan tetapi, jika kita keras hati dan tegar tengkuk. Kerap merasa tidak perlu belajar atau tidak bersedia diajar, waspadalah dan perhatikanlah dengan seksama apakah kita telah berjalan sendiri tanpa Tuhan atau bahkan bersama roh-roh lain yang pernah dan masih terus menyombongkan diri di hadapan Tuhan itu.
Kita dipanggil untuk menguji diri dan selalu minta supaya Tuhan menguji kita dan menuntun langkah kita.
Jika kita mau bersikap jujur, kita pasti akan melihat jelas dan jernih keadaan kita. Dari sana, kita akan dituntun lebih lanjut oleh Roh Kudus ke jalan yang benar. Makin hari makin erat berjalan bersama Tuhan, dibawa dari kemuliaan kepada kemuliaan.
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
HIKMAT DAN KUTIPAN
“Kerohanian sebagaimana diajarkan Yesus dikatakan sebagai Yesus berkata “percaya dan bertobatlah,” tetapi panggilan yang paling menggema di hati seorang murid adalah “Ikutlah Aku.” Perintah untuk mengikuti Kristus mengharuskan kita melakukan perjalanan setiap hari bersama para pelajar lainnya. Itu menuntut agar kita menjadi seorang pembelajar seumur hidup kita dan bahwa kita berkomitmen untuk bertumbuh terus menerus menuju kedewasaan rohani.”
~ Michael Spencer