Arsip Bulanan: Maret 2021

HIKMAT DAN KUTIPAN

“Memang semestinya kita rajin introspeksi diri. Seluruh firman dan pesan Tuhan baik dalam Alkitab atau melalui media apapun yang disampaikan pada kita PERTAMA² DAN LEBIH DAHULU HARUSLAH MENJADI BAHAN KOREKSI DAN PERIKSA DIRI BAGI KITA menjadi penuntun agar kita berubah seturut kehendak Tuhan. Bukan sebaliknya, makin banyak pengetahuan rohani tapi untuk kepentingan dan tujuan lain seperti supaya tampak rohani, kelihatan saleh, bisa merasa lebih baik dari orang lain bahkan berhak menghakimi orang lain. 

Selalu yang Tuhan cari ialah melihat kepada diri kita melalui perspektif ilahi yang jujur apa adanya namun membangkitkan pengharapan bahwa kita dapat hidup seturut kehendak Tuhan oleh kasih karunia-Nya.”
~ Catatan Peter B.

JALAN (THE PATH) – BAGIAN 19

Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku “The Path: Fire on the Mountain”)


BAB DELAPAN
TANTANGAN (3)
Published from Blogger Prime Android App

“Gereja sama bersalahnya dengan hal ini seperti orang-orang lain di dunia. Setiap generasi rohani cenderung melakukan kesalahan yang sama seperti generasi sebelumnya. Tentu saja sejarawan atau mahasiswa sejarah akan melihat hal ini, dan beberapa telah menawarkan solusi, tetapi hingga saat ini, kita belum lepas dari spiral mengerikan yang terus menurun ini. Ini adalah penyebab tragedi manusia terburuk, dan mengapa itu kembali berulang berkali-kali.”
“Itu suatu pelajaran terpenting?” William bertanya. “Ini telah menjadi semacam klise murahan yang diulangi semua orang.”
“Kamu benar. Semua orang mengatakannya, dan aku pikir sebagian besar benar-benar mempercayainya, tetapi mereka toh terus melakukannya,” aku menjawab.
 
“Menurutmu, mengapa ini terjadi? seseorang bertanya.
 
“Ini merupakan kombinasi dari banyak hal, tapi menurutku alasan yang paling umum adalah kesombongan. Inti dari kesombongan ini menyebabkan setiap generasi berpikir bahwa mereka lebih baik dari yang sebelumnya. Kita cenderung berpikir kita lebih pintar, lebih bijaksana, dan pastinya tidak seperti orang tua kita, dan ini membuat kita tetap berada dalam perangkap.
Seiring bertambahnya usia, kita malah menjadi seperti orang tua kita, atau sebagai hasil dari reaksi kita terhadap orang tua kita dan mencoba untuk menjadi berbeda dari mereka, kita justru menjadi tempurung yang lebih sempit dari yang sebenarnya kita bisa capai.
 Reaksi terhadap masalah orang tua kita, atau siapa pun, tidak akan membebaskan kita dari jebakan ini. Hanya pertobatan, dan kerendahan hati yang memungkinkan kita dapat diajari, yang akan membuat kita bebas.
“Tuhan memberi kita jawaban atas dilema ini ketika Dia memberikan hukum kepada Musa dan memerintahkan kita untuk menghormati ayah dan ibu kita. Dia tidak berkata supaya kita menghormati orang-orang hebat, atau bahkan orang-orang ynag baik, tapi siapa pun adanya orang tua kita yang harus kita hormati. Kupikir jika pola pikir kita adalah menghormati mereka yang telah mendahului kita, maka alih-alih mengabaikan mereka, kita bahkan bisa belajar banyak dari yang buruk dari mereka sehingga kemajuan kita bisa berlipat kali banyaknya.
“Alex Haley pernah berkata bahwa ketika orang tua meninggal, itu seperti perpustakaan yang terbakar habis.  Bahwa kita tidak mendengarkan tua-tua kita, bahwa kita tidak mencoba untuk mempelajari semua yang kita bisa dari mereka yang pernah berada di jalan ini sebelumnya, adalah salah satu kesalahan terbesar kita, dan alasan mengapa kita mengulangi kesalahan besar sejarah berulang kali.”
 “Ajaran-ajaran besar dan kebenaran yang agung bisa menjadi umum, tetapi jarang menemukan orang yang telah diubah oleh kebenaran itu. Banyak orang bisa mengutip ajaran iman yang agung, tapi jarang ditemukan orang yang menjalaninya. Aku pikir kerendahan hati harus dipadukan dengan kebenaran supaya itu dapat mengubah kita.
 “Tuhan memerintahkan Israel untuk mengulangi sejarah mereka setiap tahun.  Ini bukan untuk membuat mereka hidup di masa lalu, namun kita tidak dapat menghadapi masa kini atau masa depan sebagaimana mestinya jika kita melupakan pelajaran dari masa lalu. Tidak cukup menghargai masa lalu untuk mempelajarinya mungkin adalah penyebab utama  banyak kerajaan telah bangkit, melakukan semua yang diperlukan untuk membangun kerajaan seperti itu, hanya untuk kemudian dengan cepat  hancur karena kurangnya pemahaman yang sederhana, mendasar.”
“Perintah untuk menghormati ayah dan ibu kita adalah satu-satunya perintah yang memiliki janji. Itu ditemukan baik di dalam Perjanjian Lama dan Baru. Janji itu adalah keadaan kita akan baik, dan kita akan hidup lama di tanah yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kerajaan, bisnis, atau keluarga, yang berumur pendek seringkali tidak diperlukan. Untuk menghormati ayah dan ibu kita membutuhkan lebih dari sekadar mengetahui cerita mereka, itu selanjutnya dilakukan dengan menghormati ajaran mereka.”
“Bagaimana kita bisa mendapatkan kehormatan itu?”  seseorang bertanya.
 “Jauh lebih mudah untuk mengajar tentang anugerah Tuhan daripada berjalan di dalamnya. Semuanya adalah karunia, tapi hanya mereka yang mengejar Dia menemukan kasih karunia-Nya. Kita harus cukup peduli tentang perintah Tuhan ini untuk mengejar apa artinya menghormati ayah dan ibu kita. Aku merasa tidak ada rumus tertentu untuk itu. Kita harus cukup peduli untuk berusaha memahaminya dan kemudian melakukannya.”
“Itu bisa dimulai dengan cukup peduli untuk mengetahui cerita mereka dan mendengar apa yang mereka katakan.  Kita memiliki banyak ajaran tentang iman, tetapi Firman mengatakan bahwa dibutuhkan iman dan kesabaran untuk mewarisi janji. Aku pikir bagian kesabaran sering diabaikan. Diperlukan kesabaran yang besar untuk mempelajari sejarah atau untuk mendengarkan orang yang lebih tua, tetapi mereka yang melakukannya beroleh upah.”
“Salah satu wahyu besar Allah dalam sejarah adalah kasih dan kesabaran-Nya yang tampaknya tak terbatas untuk manusia. Kita selalu belajar tetapi tidak pernah sampai pada pengetahuan tentang kebenaran. Meskipun demikian, Dia mengirimkan saksi-Nya di setiap generasi dan mencoba menolong kita. Setiap generasi menolak orang-orang yang dikirim kepada mereka, dan kemudian mereka tersandung pada batu sandungan yang sama seperti generasi sebelumnya, tetapi Dia terus menjangkau manusia. Bahkan sedikit orang yang menghormati saksi-saksi-Nya jarang yang benar-benar melakukan apa yang para utusan Tuhan itu katakan.  Namun Tuhan tidak pernah menyerah pada kita. Dia tetap setia bahkan ketika kita begitu tidak setia.”
“Apakah engkau melihat ada harapan untuk generasi kita?” tanya Mary yang lebih muda.
“Ya. Aku melihat harapan besar. Generasi kalian bisa menjadi salah satu yang memutus siklus itu, memenuhi  tujuannya, dan benar-benar mempersiapkan jalan untuk kedatangan kerajaan,” jawabku.

 “Sebelum aku memberikan alasan utama untuk harapan ini, mohon bersabarlah untuk berbagi beberapa prinsip lain yang telah aku pelajari. Apa yang pada awalnya mungkin mematahkan semangat kita dapat menuntun kita kepada pengharapan yang lebih besar, yang lebih bermakna. Harapan sejati yang tidak pernah mengecewakan kita sering kali harus dimulai dengan hilangnya harapan kita pada manusia, tapi saat itulah kita bisa menaruh harapan kita pada satu-satunya yang layak untuk kita percaya— Tuhan. Harapan kita tidak bisa diletakkan pada manusia, bahkan pada umat Tuhan, tapi di dalam Dia.
 “Apa yang membuatku terus maju dan percaya pada kemenangan puncak penuh kemuliaan dari gereja adalah keyakinanku pada Tuhan yang akan membuat hal ini menjadi kenyataan, bukan pada manusia. Menjadi kecewa berarti kehilangan ilusi. Itu hal yang baik, tetapi kemudian kita harus mengganti ilusi dengan iman. Iman yang benar selalu berpusat pada Tuhan, bukan pada manusia.”
“Iman sejati tidak bisa didasarkan pada apa pun juga kecuali pada kebenaran.  Sebagian dari kebenaran adalah melihat kondisi diri kita yang sebenarnya, tetapi yang lebih penting adalah untuk melihat hati dan tujuan Tuhan bagi kita. Israel mengalami siklus yang treus berulang: mempercayai-Nya dan melihat kemenangan-Nya;  melupakan Dia dan menjadi murtad; jatuh ke dalam perbudakan; berseru kepada-Nya untuk pembebasan, dan Dia pun membebaskan mereka, berulang kali. Gereja telah melakukan hal yang sama sepanjang sejarah.
“Melalui semua ini, Tuhan tidak pernah kehilangan kesabaran atau harapan-Nya pada kita, karena Dia tidak
 benar-benar percaya kepada kita sebanyak Dia percaya pada Roh Kudus-Nya untuk mewujudkan ini. Akan ada
 generasi yang memutus siklus penurunan ini dimana kita telah terperangkap sekarang ini, dan generasi kalian menunjukkan tanda-tanda sebagai generasi yang bisa melakukannya.
“Kita bisa yakin bahwa orang yang berhasil keluar dari jebakan mengerikan ini adalah suatu generasi yang belajar untuk menghormati ayah dan ibu mereka. Mereka akan mempelajari pelajaran tanpa harus mengulangi kesalahan masa lalu, karena mereka akan menolak khayalan bahwa mereka jauh lebih pintar atau lebih baik dari generasi sebelumnya. Generasi itu akan mengadakan terobosan dan mewarisi Tanah Perjanjian.
“Salah satu hal yang memberiku harapan melihat generasi kalian adalah adanya suatu keangkuhan nyata-nyata yang sekarang mencengkeram generasi ini, dan bagaimana kesombongan dan pemberontakan ditinggikan saat ini,” kataku.
 
“Bagaimana hal itu memberimu harapan?  Bukankah itu kebalikan dari apa yang perlu kita rangkul?”  Mary hampir meledak.
“Ya, benar, dan itulah intinya. Faktor utama tentang zaman ini adalah bahwa akhir zaman adalah tuaian.  Faktor utama tentang panen adalah semua benih yang telah ditanam menjadi matang, yang baik maupun yang jahat. Kebanggaan dan kesombongan manusia tampaknya menjadi matang sepenuhnya di generasi kalian, tetapi kita juga dapat mengetahui dari sini bahwa
 benih yang baik pun akan matang juga.”
“Ketika Tuhan berbicara tentang akhir zaman, Dia berkata bahwa Dia akan mengirim para malaikat-Nya untuk mengambil keluar dari kerajaan-Nya semua batu sandungan. Lalang adalah yang akan dipetik lebih dulu, dan itu akan meninggalkan gandum.”
 “Musafir sejati tidak mengikuti kumpulan massa, tetapi selalu bergerak dengan semangat yang berlawanan dengan dunia. Kebanggaan dan arogansi manusia telah mencapai tingkat sebagaimana dinubuatkan di akhir zaman ini. Tidak akan mungkin bisa lebih buruk lagi, jadi mereka yang dapat mengalahkan kegelapan ini akan menjadi beberapa dari mereka yang terkuat yang pernah ada. Mereka yang mengalahkan kesombongan akan menjadi yang paling rendah hati dan, oleh karena itu, menjadi yang paling bisa diajar dan berhikmat di sepanjang masa.
“‘Di mana dosa melimpah, kasih karunia justru juga akan semakin berlimpah.’ Tuhan memberikan kasih karunia-Nya kepada yang rendah hati, dan kasih karunia Tuhan adalah yang hal paling berharga dari semua harta.  Tidak ada yang bisa menghentikan kasih karunia Tuhan, dan tidak ada yang tidak bisa diselesaikan dengan kasih karunia Tuhan. Kita mendekati masa ketika orang yang rendah hati akan mewarisi bumi. Mereka akan melakukan ini karena mereka berjalan dalam kasih karunia Tuhan.  Oleh karena itu, yang terbesar di kerajaan adalah yang paling rendah hati. Generasi kalian akan menghasilkan sebagian orang-orang dari yang terbesar di kerajaan karena mereka akan menjadi orang-orang yang paling rendah hati.”
(Bersambung ke bagian 20)
SERI THE PATH: FIRE ON THE MOUNTAIN BY RICK JOYNER

JALAN (THE PATH) – BAGIAN 18

Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku “The Path: Fire on the Mountain”)

BAB DELAPAN
TANTANGAN (2)

Published from Blogger Prime Android App

Kami semua masih merenungkan apa yang dikatakan Elia. Ada keheningan yang lama, tapi bukan sesuatu yang canggung — itu suasana yang suci. Hadirat Tuhan begitu besar sehingga kami hanya ingin menikmati Dia. Setelah sekian lama, Mark berbicara:
“Tuhan membangun tempat tinggal pertama-Nya di antara manusia di padang belantara bersama anak-anak
 Israel. Di sinilah Dia membangun tempat tinggal-Nya di antara kita.”
“Mengapa Dia datang begitu saja kepada kita seperti itu, di sini dan sekarang?” seseorang bertanya.
“Karena kita berbicara tentang kasih-Nya,” jawab Mary yang lebih tua. “Pewahyuan yang sesungguhnya tidak ada dalam kata-kata, tetapi dalam apa yang kita rasakan — kasih-Nya bagi kita. Dia bersama kita. Dia mencintai kita.”
 
“Dia bersama kita sepanjang waktu, kita tahu, tapi itu sangat berbeda ketika Dia datang di tengah-tengah kita seperti ini,” orang lain menimpali.
“Ini adalah kehadiran-Nya secara nyata,” seseorang menambahkan. “Dia bersama kita sepanjang waktu, tapi Dia tidak selalu memanifestasikan Dirinya seperti ini.  Berada bersama-Nya di hadapan-Nya tidak seperti yang berada di tempat lain manapun. Untuk itulah kita diciptakan — untuk tinggal bersama-Nya, untuk mengenal persekutuan istimewa dengan-Nya.”
 
Kami harus berhenti. Karena memang tidak mungkin untuk terus berjalan. Anggota yang lainnya berkumpul di sekitar, kami berdoa dan menyembah untuk waktu yang lama. Tidak ada yang mau pergi. Banyak air mata
 mengalir. Lalu ada tawa. Tidak ada lelucon, hanya kegembiraan. Kami semua sepertinya tahu pada saat bersamaan bahwa kami harus mulai berjalan lagi. Kami semua baru saja bangun dan mulai.
“Apakah engkau merasa diperbarui lagi?” tanya William.  “Ini bahkan lebih baik dari air hidup. Aku tidak tahu apakah aku pernah merasa sebaik ini.”
“’Dia adalah Roh yang menghidupkan, yang akan menghidupkan tubuh fana kita’,” seseorang mengutip.
“Itulah yang Raja Daud sebut sebagai ‘persekutuan manis’  yang mereka alami dalam Bait Tuhan,” yang lain menimpali. “Tidak ada yang seperti itu. Itulah mengapa Daud arus membawa Tabut bersamanya di Yerusalem.”
Saat kami menikmati apa yang baru saja kami alami, aku melihat sekeliling ke grup dan tidak bisa tidak memikirkan betapa jauh lebih indah melewati padang gurun bersama mereka. Karena ini, aku bisa merasa puas tinggal di alam liar. Kehadiran Tuhan jauh lebih dahsyat dari apapun. Aku belum pernah mengalami hal seperti ini saat aku pergi ke tempat yang sama ini sendiri. Aku mengasihi mereka semua. Aku melihat orang-orang yang bahkan belum pernah kutemui sebelumnya, tapi aku mengasihi mereka dan tidak sabar untuk mengenal mereka.
“Engkau dikenal sebagai sejarawan, terutama dengan sejarah gereja. Apa yang membuatmu mempelajari hal ini?” seseorang bertanya padaku. “Apakah engkau membaca banyak tentang pengalaman orang lain yang seperti ini?”
 Aku akan menjawab pertanyaan terakhir dulu, aku memulai.  “Ya, beberapa memang menulis tentang pengalaman mereka bersama hadirat Tuhan secara nyata. Mereka yang mengalaminya menggambarkannya secara berbeda dalam beberapa cara, tetapi ada benang merah. Hasilnya selalu sama: ada kerinduan yang tak pernah terpuaskan untuk dekat dengan Tuhan dan persekutuan koinonia dengan semua yang mengalaminya secara bersama-sama, seperti yang kita alami sekarang.
“Kau bisa melihat perbedaan dalam tulisan mereka yang pernah mengalami ini.  Pesan mereka  jauh lebih dari sekadar pengajaran dan prinsip.  Ada kehidupan di atasnya yang membuatmu tidak ingin meletakkan buku itu. Aku turut merasakan bagi semua yang duduk selama bertahun-tahun menerima pengajaran dan khotbah, tapi tidak pernah mengalami Tuhan sendiri.  Itu sudah umum di zaman kita, tetapi kupikir itu sudah menjadi umum sejak abad pertama. Ecclesia, struktur dan sistem pemerintahan gereja, merupakan hal yang mengerikan tanpa koinonia — persekutuan dengan Tuhan dan umat-Nya, kita dipanggil untuk memilikinya.
“Mengenai pertanyaan pertamamu, tentang apa yang membuat aku belajar sejarah, terutama sejarah gereja, aku mendapat perintah untuk melakukannya. Aku diberitahu bahwa di situlah beberapa harta kebijaksanaan dan pengetahuan terbesar dan ditemukan. Itu benar.”
“Alkitab pada dasarnya sebuah kitab sejarah. Sebagian besar itu tentang hubungan Tuhan dengan manusia dan bagaimana Dia telah mencapai tujuan-Nya melalui mereka di masa lalu. Sejarah (History) berasal dari kata His (Dia) dan Story (Kisah). Tujuanku mempelajari sejarah adalah untuk melihat karya-Nya di dalamnya, dan melalui ini, supaya aku dapat mengetahui jalan-jalan-Nya secara lebih baik. Namun, dua tahun pertama mempelajari sejarah gereja mungkin merupakan saat-saat paling kering yang pernah kuhabiskan untuk membaca. Aku tidak menyadari bahwa diriku sedang membangun suatu landasan pengetahuan umum yang diperlukan untuk penyingkapan-penyingkapan luar biasa yang akan terjadi di waktu mendatang. Tanpa dasar itu, beberapa harta terbesar yang kutemukan tidak akan pernah masuk akal bagiku, dan sepertinya aku akan membuangnya. Engkau harus melewati hutan belantara untuk sampai ke Tanah Perjanjian, dan hutan belantara itu biasanya merupakan kebalikan dari apa yang pernah dijanjikan padamu. Belantaraku berlangsung sekitar dua tahun sehubungan dengan studiku tentang sejarah, tetapi sejak itu telah menjadi suatu tanah perjanjian yang paling indah.”
“Apa satu hal terpenting yang kaupelajari dari sejarah gereja?” Mary bertanya.
Tanpa ragu, hal terpenting yang kupelajari darinya adalah pengejaran tanpa henti Tuhan atas manusia serta kesabaran dan cinta-Nya yang tak terbayangkan untuk manusia, meskipun Dia terus menerus ditolak atau diabaikan oleh manusia. Ini adalah kisah cinta paling menyakitkan yang pernah ditulis, dan itu masih belum berakhir. Dia terus mengejar sang mempelai wanita, tetapi, sampai sekarang ini, sang mempelai tampaknya hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki waktu untuk-Nya. Hingga sekarang, ini merupakan yang terbesar dari semua tragedi, tapi kita tahu itu akan memiliki akhir kisah yang paling indah dari semua. Dia akan memiliki pengantin yang layak bagi Dia.”
“Kau mengatakan ini seolah-olah engkau merasakan sakit-Nya. Aku bisa merasakannya juga saat kau membagikannya, ”kata Mary.
 “Ada banyak penderitaan di bumi, dan adalah benar untuk memiliki belas kasihan atas itu,” lanjutku.
 “Tetapi kupikir adalah terlebih penting untuk tahu akan penderitaan Tuhan.  Penderitaannya tidak berakhir di kayu salib.  Dia masih menjadi perantara bagi kita karena Dia masih merasakan penderitaan kita, dan itu menyakitkan Dia. Namun, aku tidak berpikir ini akan berakhir sampai kita melihat dan tersentuh oleh penderitaan-Nya lalu mengabdikan diri untuk membuat mempelai wanita yang layak bagiNya itu, siap bagi Dia, dan mereka akhirnya bersatu.  Kemudian, akhir dari semua penderitaan bisa terjadi, dan zaman baru di mana kerajaan-Nya datang akan dimulai.
 “Kedewasaan rohani dimulai ketika kita berhenti untuk fokus pada diri sendiri dan mulai berfokus melayani Tuhan dan menolong orang lain.  Pencapaian dalam Kerajaan Allah datang dengan cara menjadi pelayan yang lebih baik dari yang lain.
Kita diciptakan untuk kesenangan-Nya, dan tidak ada yang bisa memuaskan jiwa kita sendiri seperti halnya memenuhi tujuan ini.  Menghabiskan seumur hidup hanya untuk membawa sukacita untuk sesaat saja bagi-Nya pasti merupakan kehidupan terbaik yang bisa dijalani, tetapi kita bisa membawa sukacita bagi-Nya setiap hari.  Apa yang harus kita lakukan yang lebih penting dari itu?”
Kami berjalan dalam diam untuk beberapa saat. Aku melihat sekeliling pada kelompok lainnya. Semua kecuali beberapa orang, sekarang ada dalam kelompok kecil.  Sebagian besar berbicara saat mereka berjalan, beberapa tertawa, yang lainnya tampaknya ada dalam diskusi yang mendalam. Ada beberapa orang yang berjalan sendirian, tetapi mereka sepertinya menginginkan itu, tenggelam dalam pikiran atau doa mereka sendiri. Itu adalah saat yang spesial, tanpa ada trauma maupun drama.
Sepertinya itulah yang kami butuhkan setelah intensitas hari sebelumnya. Kehadiran Tuhan begitu kuat sehingga aku merasa seperti kami adalah anak-anak yang sedang berjalan-jalan bersama Bapa kami. Adalah merupakan suatu pewahyuan bahwa tempat terpencil seperti itu bisa terasa begitu indah.
Segera aku dapat mengetahui bahwa Mary memiliki lebih banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan, jadi aku mendorongnya untuk:
“Apa yang kaupikirkan?”  aku memulai.
“Apa yang kaubagikan dari pelajaranmu terkait sejarah sangat mendalam. Aku tidak pernah ingin melupakannya. Bisakah engkau berbagi yang lain? Aku berpikir kita tidak akan memiliki banyak waktu untuk belajar seperti yang kaulakukan, dan aku ingin mempelajari semua yang aku bisa selagi kita memiliki kesempatan,” dia memulai.
“Kau orang yang praktis, jadi aku akan berbagi denganmu apa yang menurutku paling praktis. Pelajaran yang aku dapat dari mempelajari sejarah: Pepatah itu benar bahwa ‘mereka yang tidak mengenal sejarah ditakdirkan untuk mengulanginya.’ Siklus sejarah yang berulang itu tragis.  Umat manusia telah membuat kemajuan yang mengesankan dalam banyak hal, tetapi dalam beberapa hal yang paling mendasar, yang paling penting dari semua, kita sepertinya belum belajar banyak.  Kita terus mengulangi kesalahan yang sama.
(Besambung ke Bagian 19)
SERI THE PATH: FIRE ON THE MOUNTAIN BY RICK JOYNER

HIKMAT DAN KUTIPAN TERKAIT MERINDU KEKARIBAN DENGAN TUHAN


“Tanpa hati yang merindu kekariban dengan Tuhan, maka tiadalah kedekatan yang sedemikian erat itu menjadi kenyataan. Tuhan sengaja membatasi diri-Nya dalam pendekatan kepada kita sampai Ia akhirnya dirindukan dan didambakan untuk mendekat lebih lagi dalam jiwa kita (Wah. 3:20).”
~ Tafsir & Pendalaman Alkitab Kitab Kidung Agung Worship Center

HIKMAT DAN KUTIPAN


hati yang rindu, tulus untuk mengenal dan mengikut Kristus diumpamakan seperti kirbat yang masih bersifat elastis (baru). Semakin elastis dan  besar kapasitasnya maka semakin banyak menampung dan menyimpan sari anggur (yang baru dari sorga).

Sifat kirbat yang elastis dan besar menggambarkan sikap hati kita seperti seberapa kita rindu, peduli, terobsesi untuk mencari, menyelidiki, memahami, hidup sesuai maksud hati/pikiran Tuhan bahkan rela mengorbankan apa pun dalam hidup kita demi menjadi serupa dengan Kristus. 

Jadi marilah kita menyediakan diri menjadi kirbat yang elastis dan besar bagi Tuhan, yaitu hati yang peduli akan maksud hati/pikiranNya serta mau diubah/dibentuk sesuai kehendak, rencanaNya.”
~ Didit I