Arsip Bulanan: Mei 2021

JALAN (THE PATH) – BAGIAN 31

Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku “The Path: Fire on the Mountain”)

BAB DUA BELAS
PENGALIHAN (2)

Aku kemudian meminta Charles untuk membagi kelompok menjadi tim yang masing-masing terdiri dari empat orang yang akan mulai bertugas. 
Mengawasi para pria dan wanita yang telah bersedia menjadi sukarelawan sebagai penjaga.  Aku meminta William untuk perkenalkan mereka kepada mereka yang saat ini telah bekerja sebagai penjaga.  Saat aku bergerak untuk pergi, William dan Andrew memulai percakapan dengan beberapa dari mereka dan tetap tinggal di situ.
 
Setelah pertemuan dengan penjaga, kami mengirim dua kelompok untuk berjalan di depan kami menuruni bukit untuk mengawasi sepanjang jalan dan mencari air.  Sekitar satu jam kemudian, para utusan kembali mengatakan mereka telah menemukan tempat yang cukup layak untuk berkemah pada malam hari, tetapi masih belum menemukan air.
 
Aku khawatir bahwa aku telah melewatkan suatu belokan dan telah membawa mereka menyimpang ke jalan yang salah.  Jika memang ini masalahnya, dalam hal ini kami harus kembali ke tempat kami melewatkan belokan itu.  Jalan yang salah tidak akan pernah menjadi jalan yang benar, tetapi akan membawamu semakin jauh dari jalan yang benar.  Berjalan kembali selalu mengecilkan hati, tetapi terkadang itu perlu dilakukan.  Keputusasaan akan semakin besar jika tidak ada makanan atau air hidup untuk diminum. Aku memutuskan untuk mendiskusikan situasinya dengan William, Andrew, dan Charles.
 Karena tidak ada dari kami yang dapat memikirkan tempat mana pun di mana kami telah menyimpang dari jalan yang seharusnya, kami memutuskan untuk terus maju, setidaknya ke tempat kami bisa berkemah untuk bermalam dan mungkin mendapatkan perspektif yang lebih baik di pagi hari.
 Setelah menetap di perkemahan, William datang untuk duduk di dekatku.
 “Aku tidak pernah menyangka apa yang kaulakukan dengan anak-anak itu hari ini.  Sepertinya dengan hanya memberi mereka suatu bagian tugas telah mengubah sikap mereka sepenuhnya.  Mereka bukanlah anak-anak seperti yang kukira.  Aku senang engkau melihat lebih banyak di dalam mereka daripada yang bisa aku lihat,” katanya.
 “William, kamu benar tentang mereka.  Mereka seperti yang kaupikirkan.  Mereka berada dalam bahaya hendak memisahkan diri dari kita, dan mungkin mereka telah melakukannya jika bukan karena serangan singa.  Serangan itu menarik perhatian mereka, tetapi mereka hanya berada di dekat kita tanpa merasa takut.  Mereka mungkin memiliki rasa takut yang lebih sedikit daripada yang lain, tetapi mereka khawatir dengan serangan itu.  Engkau telah  melihat masalah dengan benar, dan aku menghargai kau mengangkat hal ini ketika Engkau/kalian melihat hal ini.”
 “Kau terlalu baik menilaiku, tapi aku ingat apa yang kaukatakan tentang kita harus melihat setiap masalah sebagai kesempatan.  Aku tahu itu merupakan prinsip dasar kepemimpinan.  Aku gagal untuk melihat kesempatan dalam hal ini.  Yang mereka butuhkan adalah dihormati, dihargai dan diberikan suatu tujuan.  Aku gagal untuk melihatnya, ”keluh William.  “Aku mungkin akan mulai berlaku keras kepada mereka karena menjadi sangat angkuh dan sombong.  Mungkin aku juga akan mengusir mereka.”
 “Mungkin, tapi kamu tidak akan melakukannya lain kali,” jawabku.  “Aku tidak mendatangi mereka hanya untuk mencoba membuat mereka berbaur dengan anggota kelompok lainnya.  Kita memang membutuhkan mereka.  Mereka sangat penting untuk kita semua agar kita dapat melalui hutan belantara ini.  Untuk berhasil, kita perlu supaya setiap orang berada di posisi yang tepat untuk melakukan apa yang menjadi tugas panggilan mereka.
 “Anak-anak itu sangat senang dengan serangan singa.  Beberapa orang panik yang memang wajar jika begitu, tetapi sebagian besar dari mereka siap untuk bertarung walaupun mereka takut juga.  Mereka menyukai cara Elia pergi tepat setelah singa itu.  Mereka adalah pejuang.  Dengan beberapa pelatihan dan bimbingan, mereka akan menjadi kekuatan yang penuh kuasa pada saat kita sampai di gunung.”
 “Sekarang inilah bagian yang mungkin masih belum engkau lihat — mereka membutuhkanmu, dan kau membutuhkan mereka,” kataku.
 “Aku ingin sekali membantu mereka, tapi bagaimana caranya?  Aku tinggal dan berbicara dengan mereka beberapa saat setelah engkau pergi.  Aku merasa seperti aku hampir terikat dengan mereka.  Aku terkejut mengetahui betapa aku tertarik pada mereka.  Aku tidak menyangka sama sekali.  Jadi menurutmu aku bisa membantu melatih mereka? ”  tanya William.
 “William, engkau juga mempunyai karunia yang belum kau ketahui,” jawab aku.  “Mereka membutuhkan seorang mentor, dan engkau bukan hanya seorang mentor yang baik, kau adalah orang yang tepat menjadi mentor mereka.  Ada kepemimpinan di antara semua anak-anak muda itu
 dan engkau dipanggil untuk menjadi guru bagi mereka.  Mereka akan mengeluarkan air hidup itu darimu yang bahkan kamu belum sadari itu ada di dalam kamu.”
 “Aku mengakui kalau aku bersemangat untuk mencoba,” jawab William.  “Apa yang harus kulakukan selanjutnya?”
 “Dasar dari semua panggilan dan apa yang kita lakukan dalam Tuhan adalah keluarga menjadi hal yang utama.  Hubungan an niarkan mereka mengenalmu.  Hubungan dibangun di atas kepercayaan dan kasih.  Namun, mereka tidak membutuhkanmu sebagai teman mereka yang lain lagi, tetapi sebagai seorang ayah dan, terkadang sebagai sersan pelatih.
 “Kau tidak perlu berubah untuk terhubung dengan mereka sebagaimana seharusnya, dan mereka tidak harus  berubah supaya dapat terhubung denganmu.  Jadilah dirimu sendiri, dan biarkan mereka menjadi diri mereka sendiri.  Kita semua akan mengalami perubahan sepanjang perjalanan ini, tetapi harus melalui proses dari berbagai pengalaman, bukan perubahan secara permukaan saja. Mereka akan jadi dewasa, dan sebagian sifat mudamu akan dipulihkan.” 
 “Itu sangat membesarkan hati dan membebaskan,” jawab William.  “Aku agak terganggu ketika orang-orang seusiaku mencoba bertingkah seperti remaja.  Aku sudah sangat menyukai anak-anak ini sehingga aku akan melakukannya jika aku harus melakukannya, tetapi aku pikir itu akan tampak buruk.”
 
“Itu akan lebih buruk dari yang kita perkirakan, tetapi bagi kami supaya dapat menyesuaikan diri sebagaimana kita  dipanggil, kita semua harus menjadi sebagaimana yang Tuhan tetapkan, dan tidak mencoba menjadi yang lain.  Kepercayaan dan rasa hormat yang dibangun dalam semua hubungan sejati dimulai dengan kita mempercayai siapa diri kita dan menghargai diri kita sendiri untuk menjadi nyata satu sama lain.  Kita diperintahkan untuk ‘berbicara benar satu sama lain, ‘yang juga berarti menjadi sejati, menjadi nyata satu sama lain.”
 “Satu hal lagi tentang hubunganmu dengan mereka yang lebih muda ini — aku bisa melihat bahwa dengan hanya membicarakan tentang ini saja telah membangkitkan suatu kesadaran dalam dirimu.  Itulah air hidup yang mengalir di hatimu.  Ini air hidup yang hanya dapat keluar dari bagian hati kita yang paling dalam, kerinduan terdalam.  Kerinduan hati kita yang terdalam rindu menyentuh apa yang karenanya kita telah diciptakan.  Ketika engkau menyentuh tujuan itu, kalian membuka sumur air hidup di hatimu.  Kita mengikuti air hidup di sini karena itu akan membawa kita ke gunung.  Ikuti air hidup yang mengalir dari hatimu dengan cara yang sama.”
 “Engkau benar kalau aku merasa mendapat energi hanya dengan pemikiran untuk dapat terhubung dengan anak-anak itu.  Pikiran menjadi mentor bagi mereka sangat mengasyikkan.  Tapi pagi ini aku bahkan tidak  menyukai mereka, tetapi sekarang mereka adalah orang-orang favoritku.  Engkau sudah tahu ini ketika kau membawa aku berbicara dengan mereka, bukan? ”  tanya William.
 “Aku menduganya tadi,” jawabku.  “Aku tahu mereka membutuhkanmu, dan aku berasumsi bahwa engkau juga akan memerlukan mereka.  Aku berharap engkau mencoba menjalin hubungan dengan mereka, tetapi aku tidak dapat mengatakan bahwa aku yakin kalau itu akan berhasil.”
 “Bukankah akan selalu berjalan lancar jika Tuhan telah menetapkan sesuatu sebelumnya?”  William berkata, lebih sebagai pernyataan daripada pertanyaan.
 “Tidak.  Tidak selalu berjalan mulus atau secepat itu bahkan meskpun itu adalah tujuan-Nya. Kadang-kadang, dan aku bahkan sering mengatakannya, ketika sesuatu terjadi terlalu mudah atau terlalu cepat, mereka cenderung tidak penting atau kurang berharga.”
 “Jadi, jika kita menerapkan hal itu pada hubunganku dengan anak-anak ini, maka hubungan itu tidak akan begitu penting,” kata William, bertanya-tanya.
 “William, ada hukum, dan ada prinsip.  Tidak ada pengecualian untuk hukum, tapi prinsip memiliki pengecualian.  Ini adalah prinsip yang, menurutku, sering kali benar, tetapi tidak selalu demikian.  Umumnya, semakin kalian harus berjuang untuk sesuatu maka itu yang menjadi sesuatu yang semakin penting atau berharga, dan karena itu engkau akan menganggap itu sebagai sesuatu yang lebih penting dan berharga.”
 “Namun, aku tahu kau memiliki panggilan untuk menjadi mentor bagi generasi yang baru.  Untuk alasan inilah, meski hubungan awalnya tampak begitu cepat dan mudah, aku pikir kau harus sangat waspada terhadap hubungan yang masih sedang diuji ini, yang bisa jadi lebih sukar dari yang kauharapkan.  Hanya saja, jangan sampai terhempas saat ujian datang.”
 “Aku mengerti maksudmu.  Kadangkala ujian tidak langsung terjadi, tetapi akan tiba juga akhirnya.  Mendapat peringatan seperti ini bisa sangat membantu.  Aku akan mencoba untuk siap menghadapi ujian agar tidak terguncang saat itu datang, ” jawab William.
 Aku kagum pada betapa mudahnya William diajar ketika aku melihatnya berjalan menuju beberapa anak muda yang mendekat, jelas ingin berbicara dengannya.  Hubungan ini
 penting, dan mungkin hal terpenting yang pernah terjadi pada kami.  Aku juga tahu itu membuat para penjaga dilatih dan berada dalam posisi akan semakin menjadi penting setiap hari.
 Aku kemudian mengalihkan perhatianku pada krisis yang sedang kami hadapi— makanan dan air.  Semua pengintai telah datang kembali dengan laporan tidak menemukan apa-apa, dan sekarang terlalu gelap untuk mengirim mereka keluar lagi.  Semakin aku duduk memikirkannya, semakin banyak aku merasa ketakutan tentang menjadi pemimpin yang buruk bagi mereka turun ke atasku.  Ini adalah kebutuhan paling dasar yang dimiliki orang, dan aku telah membawa mereka ke suatu tempat dimana kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi.  Aku menjadi sedih karena aku telah mengecewakan mereka.
 
Saat aku melihat sekeliling, sebagian besar tertidur dengan cepat karena mereka sangat kelelahan. Mereka pasti sangat membutuhkan makanan dan air di pagi hari.  Aku juga lemah, tapi aku bahkan merasa lebih buruk karena merasa menjadi penyebabnya.  Untuk pertama kalinya sejak aku bergabung dengan grup ini, aku merasakan kembali kalau lebih baik melewati hutan belantara sendirian lagi.  Ketika aku sendirian, kesalahanku tidak akan mempengaruhi banyak orang.
 Aku tidak mengikuti prinsip paling dasar yang Elia katakan kepadaku — untuk tidak pernah jauh dari aliran air hidup.  Aku ingin tidur, terutama karena mengetahui bahwa hari berikutnya bisa menjadi hari yang sangat sulit, tapi aku tidak bisa tidur.  Aku ingin mendiskusikan situasinya dengan William, tetapi dia masih berbicara dengan beberapa dari mereka yang telah kami tugaskan sebagai penjaga.  Aku mulai berpikir bahwa tidak ada perasaan yang lebih kesepian selain menjadi seorang pemimpin dan perasaan bahwa kau  telah memimpin orang-orang yang berada di bawah tangung jawabmu dengan buruk.
 Aku memutuskan untuk bangun dan berjalan agak jauh dari perkemahan untuk berdoa.  Saat itulah aku melihat dia, berdiri di jalan setapak tepat di depanku.
(Bersambung ke BAB TIGA BELAS)
SERI THE PATH: FIRE ON THE MOUNTAIN BY RICK JOYNER

HIKMAT DAN KUTIPAN


“Ukuran penyembahan atau siapa yang kita sembah pertama² ada di hati kita:  apa/siapa yang kita utamakan dan kita muliakan/agungkan di hati kita, apa/siapa yang mempesona kita sehingga kita mengikuti dan bertindak karenanya, apa/siapa yang membuat kita memutuskan apa yang kita lakukan dan jalan yang kita tempuh, apa/siapa yang menjadi prioritas² dalam hidup kita sehingga kita rela mengorbankan yang lain demi yang terutama itu, apa/siapa yang menguasai pikiran, perasaan dan menjadi hasrat dalam keseharian kita. 
Itu bisa apapun. Uang, hobby, anak, pasangan, nafsu, kebiasaan sampai pekerjaan / profesi kita. Itulah semua yang dilihat Tuhan dan sebenarnya nyata jika kita menilai dengan jujur aktivitas PRIBADI KESEHARIAN kita : siapa /apa yang paling kita pikirkan, rindukan, usahakan dan inginkan setiap hari. Itulah YANG SEDANG KITA SEMBAH (DAN SESUNGGUHNYA MERUPAKAN TUHAN KITA).
Jadi bisa saja, ada orang yang tampak tiap hari ke gereja, fulltime pelayanan gereja, berdoa, melayani jemaat dan sibuk dalam berbagai urusan aktivitas pelayanan, doa, puasa, aksi sosial dan apapun yang bersifat rohani tapi jika di hatinya mengharapkan uang dari semuanya, atau pujian manusia atau apapun yang lain yang menjadi motivasi dan pendorongnya melakukan itu semua maka itulah berhala/yang disembahnya… 

Sebaliknya jika seseorang menghabiskan waktu untuk melakukan pekerjaan sekuler atau menjalankan profesinya bekerja sehari², namun ia melakukannya karena ia dikehendaki Tuhan melakukan itu dan ia melakukannya demi Tuhan, demi mengerjakan yang diinginkan-Nya dan demi menyenangkan hati Tuhan maka Tuhanlah yang disembahnya. 

Jadi penyembahan sangat bergantung, pertama² dari motif dalam hati, baru kemudian dapat diteliti dari pilihan² dan prioritas² hidup serta sikapnya sehari² yang cepat atau lambat akan menunjukkan apa/siapa yang mengatur dan menguasai hidupnya.”
~ Cuplikan Peter B di Group Telegram

HIKMAT DAN KUTIPAN

“Benih² firman Tuhan akan bertumbuh dengan baik dalam diri kita pada saat :
Pertamaumat Tuhan mau dimuridkan dan memuridkan jiwa² menjadi murid² Kristus.
Keduapara pemimpin, bapa rohani membuka hati untuk mencari, menyelidiki, hidup serta menggunakan otoritas rohaninya sesuai kehendak dan rencana Tuhan.
Intinya, kita tidak menjadi puas rohani seperti mengikuti tradisi beragama dengan cara mengubah sikap hati, pola pikir dan kebiasaan hidup untuk mengenal dan bersekutu pribadi dengan Tuhan serta menyediakan hati yang mau belajar, diajar, dibentuk, diubah, diarahkan, diutus sesuai kehendak Tuhan. 
Jadi faktor terutama adalah kita harus memastikan adanya karakter murid² dan hamba² Kristus yang sejati nbangsa ini dan bangsa²”
~ Cuplikan Didit dalam diskusi di Group Telegram

HIKMAT DAN KUTIPAN

“Waktu-waktu pengetahuan ditambahkan. Pengenalan akan Jalan-JalanKu juga ditambahkan kepada UmatKu. Generasimu diberikan pengertian yang lebih banyak daripada generasi lainnya tetapi hanya sedikit yang hidup oleh pengertiannya itu. 
Waktunya akan datang saat Aku tidak lagi mentolerir orang-orang yang berkata percaya kepadaKu tetapi tidak taat padaKu. Orang-orang yang suam-suam kuku akan dihilangkan dari UmatKu. Mereka yang tidak mentaati Aku tidak benar-benar percaya padaKu. Dengan hidup mereka, mereka mengajar UmatKu bahwa ketidaktaatan bisa diterima.”
~ Rick Joyner, di buku “The Final Quest”

HIKMAT DAN KUTIPAN

“Sekarang malam telah datang di hadapan kami.  Kami tidak tahu bahaya apa yang bersembunyi dalam kegelapan.  Kami hanya tahu bahwa kami aman di dalam-Mu, di malam hari seperti siang hari karena baik kegelapan maupun terang itu sama bagi-Mu.  Mata-Mu melihat di malam hari sama jelasnya dengan di siang hari.  Jadi, saat kami tidur, Engkau akan menjaga kami, dan kami akan aman di malam ini sebagaimana ada waktu siang. Jadilah perteduhan dan penjaga kami –  lindungi kami dari segala bahaya.”q¹¹
~  Dari renungan kumpulan doa

HIKMAT DAN KUTIPAN TERKAIT MEMBANGUN HUBUNGAN PRIBADI DENGAN TUHAN


“Banyak bahkan hampir semua  orang Kristen diajar memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Sayangnya ini jarang diperjelas seperti apa sebenarnya bentuknya. 
Kebanyakan diyakinkan bahwa seseorang memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan dengan giat, rajin,  dan aktif dalam kegiatan gereja dan sibuk dengan hal² yang berbau ibadah atau serba rohani. 

Namun perbedaan antara orang yang memiliki hubungan pribadi dengan sekedar kenal jelas sekali bedanya. Semua dari kita kenal presiden Jokowi, tapi siapa di sini yang punya hubungan dekat dan pribadi dengan beliau?

Tapi Raja segala raja membuka diri supaya didekati supaya kita memiliki hubungan pribadi dengan Dia. 
Hubungan pribadi berarti adanya interaksi secara pribadi. Bukan massal atau bersama orang banyak. Hubungan pribadi kita sebagai murid dengan Tuhan dimulai ketika kita mengakui-Nya sebagai GURU kita.
Ya, kita belajar kepada banyak guru tapi kita pun harus belajar secara pribadi kepada Dia, berjalan bersama Dia setiap hari dan membuka diri supaya kita belajar dari Dia. 
Roh Kudus dijanjikan bagi kita untuk menolong kita mengenal seluruh kebenaran dan membawa kita mengenal Yesus lebih  mendalam lagi. Itu dimulai dari kita berdoa pribadi, bercakap² dan berkomunikasi DUA ARAH dengan Tuhan di WAKTU² PRIBADI dan di TEMPAT² PRIBADI kita. Hati dan roh kita menanti²kan Dia menunjukkan jalan² dan kehendak-Nya pada kita. 
Apakah itu dilakukan dengan yang disebut SAAT TEDUH? Tentu saja. Tapi saat teduh kita haruslah saat teduh yang aktif untuk mencari, merindukan dan mengharapkan Tuhan berbicara pada kita.
Ketika kita berbicara, bertanya, menyampaikan pikiran serta permohonan kita kepada Tuhan DAN kita mulai mendengar Dia berbicara atau menaruh sesuatu di hati, pikiran dan kita rasakan di roh kita maka kita akan semakin terlatih mendengar suara-Nya. Itulah tanda-Nya kita memiliki hubungan pribadi dengan Dia. Dan saat kita melakukannya setiap hari dalam iman dan ketaatan karena cinta kepada-Nya, maka kita telah menjadi murid-Nya yang memiliki hubungan pribadi dengan Dia. 

Sebagai permulaan, anak² Tuhan yang baru percaya dapat belajar dari mereka yang sudah berpengalaman mendengar dan berjalan bersama Tuhan. Itulah sebabnya dikatakan “hanya seorang murid yang dapat melahirkan murid yang lain” sebab hanya melalui keteladanan hidup seorang murid saja, saudara² seiman yang masih kanak² dan lebih muda rohani belajar hidup sebagai murid Kristus…”
~ Peter B dalam diskusi di group Telegram

JALAN (THE PATH) – BAGIAN 30

Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku “The Path: Fire on the Mountain”)

BAB DUA BELAS
PEMBELOKAN (1)

 Medan yang harus dilalui menjadi jauh semakin sulit.  Air hidup memang menyegarkan dan memberi energi, tapi kami telah melewati beberapa hari tanpa makanan padat.  Kami mencari pohon buah-buahan, tetapi tidak menemukan apapun.  Setelah kami melewati bukit yang sangat sulit, kami semua menjadi lemah.  Kami bahkan tidak dapat menemukan sungai untuk mendapat minum.  Saat kami duduk beristirahat, William datang duduk di sampingku.
 “Aku telah banyak memikirkan percakapan kita tentang kepemimpinan, dan seperti yang kukatakan, aku dengan senang hati membantu dengan cara apa pun yang aku bisa,” William menawarkan.
 “Adakah sesuatu yang spesifik, yang menurutmu dapat kaulakukan untuk membantu kami?”  aku bertanya.
 William melanjutkan, “Aku benar-benar peduli tentang orang-orang ini, dan aku mengaku bahwa aku sedikit protektif terhadap mereka ketika engkau muncul, tapi aku mulai mempercayaimu.  Namun, ada beberapa orang yang tidak dapat kupercaya.”
 “Silakan lanjutkan,” kataku.  “Aku pikir Engkau/kalian mengenal orang-orang ini jauh lebih baik daripada aku.”
 “Ada kelompok yang sudah terbentuk.  Sebagian besar adalah Engkau pasti menyadari bagaimana mereka tampak berbeda dari mereka yang lain dalam kelompok ini.  Aku pikir mereka punya agenda sendiri dan kupikir jika kita tidak segera menemukan air dan makanan, mereka akan memisahkan diri dan pergi.  Mereka bisa membawa banyak yang lain bersama mereka.”
 “Mengetahui ini dapat sangat membantu,” kataku.  “Apakah mereka telah menyebabkan masalah khusus?”
 “Satu-satunya masalah yang kupikir dapat mereka sebabkan sejauh ini adalah membuat beberapa yang lain tidak nyaman. Masalah yang disebabkan oleh orang-orang seperti itu hanya muncul ketika ada masalah nyata lainnya yang muncul.”  William berkata, menatapku dengan perhatian yang jelas dan serius.
 “Bagaimana kita bisa memperbaiki ini?”  tanyaku.
 “Aku sudah terbiasa berurusan dengan generasi yang lainnya, aku tidak tahu apakah aku bisa banyak membantu mereka yang muda-muda itu,” lanjut William.
 “Mereka penting bagi kita,” kataku.  “Kita mungkin ada di sini lebih untuk mereka daripada mereka di sini untuk kita.
 Menemukan solusi dan mengubah masalah menjadi solusi sangat penting bagi kita untuk padang gurun ini.  Jika ini adalah masalah besar, kita pun memiliki peluang yang besar.”
 “Tidakkah menurutmu beberapa situasi di sini hanya dimaksudkan sebagai suatu perangkap?”  tanya Andrew, petugas muda dari kapal, yang datang untuk duduk bersama kami.
 “Itu adalah pertanyaan yang bagus, dan aku setuju bahwa ada situasi-situasi di sini yang adalah perangkap yang dimaksudkan melakukan yang jahat.  Meski begitu, semua itu telah diijinkan agar kita bisa belajar mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.  Setiap perangkap itu mempunyai sesuatu yang penting untuk diajarkan kepada kita.  Andrew, apakah mereka juga seperti ini di kapal?” aku bertanya.
 “Ya, tetapi ketika kami memulai perjalanan ini, mereka tampaknya juga makin dekat dengan yang lain di kelompok ini.  Kemudian aku melihat mereka mulai menjauh lagi.  Seseorang tampaknya telah muncul sebagai pemimpin mereka, dan kupikir dia mungkin yang menjadi penyebabnya.”
 “Ayo kita kunjungi mereka,” kataku.
 Mereka yang adalah orang-orang dewasa muda dan remaja berselisih usia tidak jauh. Mereka berjumlah sekitar 24 orang.  Aku telah mengamati mereka dari jauh juga sebelumnya, dan salah satu dari mereka jelas menonjol sebagai pemimpin.  Saat aku melihat mereka sekarang, dia tampaknya sedan berbicara dengan orang-orang menyusun setengah lingkaran di hadapannya.  Yang lain berdiri di sekeliling belakangnya, tetapi semua mendengarkan apa yang dia katakan.
 Ketika aku mendekat dan menyapa mereka, mereka semua berpaling kepadaku dan mulai memperhatikanku, tetapi tidak dengan antusiasme yang tinggi.  Nyatanya, mereka bereaksi seolah-olah mereka mengira aku akan memarahi mereka.
 
“Kami membutuhkan bantuan kalian,” aku memulai.
 “Apa yang bisa kami bantu?”  sang pemimpin bertanya.
 “Kami membutuhkan penjaga terlatih dan terampil yang memiliki keberanian dan daya pengamatan,” jawabku.
 “Kami tidak terlatih atau tidak terampil menjadi penjaga,” kata salah satu dari mereka
 “Kalian mungkin belum dilatih, tetapi kalian memiliki kemampuan.  Kalian memiliki kepekaan dan suatu jenis keberanian yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan ini, ” kataku.
 
“Apa yang membuatmu berpikir demikian?”  si pemimpin menjawab.
 “Tak dapat tidak, aku perhatikan bahwa ketika singa menyerang kita, sebagian besar dari kalian tidak terlalu takut.  Kalian tidak menjadi lumpuh seperti yang lainnya.  Faktanya, kalian sepertinya siap bertarung, bahkan bersemangat menghadapi tantangan itu.  Aku mulai memperhatikan kalian saat itu, dan aku tidak mungkin tidak melihat betapa tajamnya kalian itu.”
 “Aku juga melihat betapa tertariknya kalian pada Mark dan bakatnya.  Itu karena banyak dari kalian memiliki karunia rohani yang sama.  Itu akan membangkitkan karunia kalian dalam perjalanan ini jika memang belum muncul.  Kalian tertarik pada hal-hal supranatural karena kalian memiliki panggilan dalam kehidupan supranatural, dan kalian dipersiapkan untuk itu untuk pertempuran terakhir yang juga merupakan sesuatu yang supranatural.  Banyak dari kalian akan disebut sebagai nabi. Dasar dari pelayanan kenabian adalah menjadi penjaga,” kataku.  “Kami membutuhkan penjaga, dan kalian membutuhkan pengalaman di bidang itu.”
 Hampir seluruh kelompok menjadi lebih tertarik, dan beberapa bahkan antusias.  Satu dari gadis-gadis itu tampak sangat tidak antusias, jadi aku bertanya apa yang dia pikirkan.
 “Kata orang tuaku, yang mengaku sebagai penjaga hampir semuanya pahit, orang-orang yang kritis, yang hanya menabur perpecahan dan perselisihan di antara satu sama lain,” katanya.  “Aku suka memberontak terhadap orang tuaku, jadi aku mulai mendengarkan beberapa dari mereka yang menyebut diri mereka sebagai para penjaga, dan aku bahkan membaca beberapa materi dari mereka.  Aku harus mengakui bahwa orang tuaku benar.  Mereka tampak negatif terhadap semua orang dan segala hal.  Aku tidak ingat pernah mendengar salah satu dari mereka mengatakan hal yang baik atau positif tentang siapa pun.  Jika kita menjadi seperti itu, aku tidak berpikir itu akan membawa kita ke gunung Tuhan,” katanya.
 “Itu adalah wawasan yang menarik dan penting,” aku menjawab, “Itu jenis kebijaksanaan kita perlukan.  Dia benar mengenai semangat kritis yang ada pada banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai penjaga.  Ada sejumlah alasan terkait hal itu, tetapi yang utama mungkin karena orang-orang yang memiliki karunia dan panggilan dalam bidang-bidang itu belum menempati tempatnya, sehingga orang lain yang tidak dipanggil untuk melakukannya yang kemudian mengisi kekosongan itu.
 “Siapa namamu?”  Aku bertanya pada gadis itu.
 “Alexis,” jawabnya.
 “Alexis, engkau jelas orang yang berkomitmen pada kebenaran dan kedalaman jika kau berniat mencari tahu apa yang orang tuamu katakan tentang grup ini.  Apa lagi yang kamu pelajari?”
 “Ada begitu banyak kepahitan dan semangat yang kritis dalam diri mereka sehingga itu merupakan racun rohani.  Itu menghancurkan dan tidak membangun.  Kupikir itu berakar pada hati yang tidak mengampuni, atau yang mengalami kekecewaan dan luka yang tidak pernah sembuh.”
 “Alexis, ini merupakan pandangan yang penting,” lanjutku.  “Ada perangkap unik yang dipasang untuk setiap kita semua yang ada di sini.  Menjadi terlalu kritis dan negatif adalah jebakan yang dipasang khusus untuk mereka yang sedang dipanggil untuk menjadi para penjaga dan nabi.  Mereka yang jatuh ke dalam jebakan itu akhirnya menabur ketakutan dan perpecahan, dan bukannya iman dan cinta bagi Tuhan dan bagi satu sama lain.  Racun ini bisa lebih mematikan dari gabungan semua guru palsu dan gembala palsu. Apa yang kuminta untuk kalian lakukan memang berbahaya, tapi kami membutuhkan kalian.”
 
“Tanpa melupakan peringatan yang Alexis berikan kepada kita, izinkan aku membagikan beberapa hal yang baik tentang panggilan di bidang ini.  Kita dipanggil untuk berjalan dengan iman, bukan ketakutan.  Kita harus bijak dan cukup cerdas untuk melihat jebakan, tetapi tujuan dasar kita adalah mencari jalan yang benar, bukan hanya mengetahui apa yang salah.  Untuk alasan ini, para penjagalah yang biasanya pertama kali melihat keajaiban dan kemuliaan.
 “Kita diubah menjadi sebagaimana yang kita lihat, dan jika kita hanya melihat dan belajar hanya mengenai  musuh kita (iblis) sepanjang waktu maka kita bisa mulai memiliki sifat dari musuh kita itu. Para penjaga dalam Alkitab juga dipanggil untuk memperhatikan kedatangan Sang Raja atau para utusan-Nya, untuk memperingatkan orang-orang supaya mereka bisa menyiapkan suatu penerimaan yang semestinya.”
 “Memang benar orang-orang yang kritis jarang membangun apapun, mereka hanya merobohkan.  Yang semacam itu mungkin menjadi batu-batu sandungan, tetapi mereka tidak akan ada begitu banyak jika mereka yang sejati dipanggil bangkit dan mengambil tempat mereka sebagai penjaga bagi Tubuh Kristus.  Kami membutuhkan kalian yang terpanggil untuk ini menempati posisi kalian dan belajar melakukannya dengan cara yang benar.”
 “Bukan hal kecil yang aku minta dari kalian.  Ada banyak bahaya yang terlibat.  Kalian akan berada di barisan depan, dan bila ada bahaya kalian akan menjadi yang pertama yang menghadapinya.  Ini akan membutuhkan banyak keberanian, dan itu akan membutuhkan kebijaksanaan dan ketajaman.  Meskipun beberapa dari kalian masih sangat muda, kalian akan melakukannya akan cepat menjadi dewasa dengan melakukan tugas ini.”
 
“Siapa namamu?”  Aku bertanya pada tampaknya menjadi pemimpin mereka itu.  
“Namaku Charlie”.
 
“Apakah Engkau/kalian keberatan jika aku memanggilmu Charles?”
 “Tidak.  Aku tidak keberatan.”
 “Charles, maukah engkau bertindak sebagai pemimpin dari para penjaga ini?”  aku bertanya.
 “Aku siap, tapi mengapa aku?”  tanyanya.
 “Karena dirimu seorang pemimpin, dan engkau telah menjadi dewasa melampaui usiamu.  Aku juga berpikir engkau cukup peduli pada orang-orang ini sehingga kau tidak akan meninggalkan mereka dan akan melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi mereka,” aku membalas.
 “Bagaimana engkau tahu begitu banyak tentang aku?”  Charles bertanya.
 “Tugasku adalah mengetahui siapa saja yang bersama kita,” jawabku.
 Setelah beberapa lama, Charles menjawab, “Aku akan membantu kalian mewujudkannya.  Aku bisa melihat bahwa menjadi penjaga yang terlatih harus bersikap kritis jika kita ingin berhasil melewati tempat ini.”
 “Semua penjaga sangat kritis, Charles, tapi pekerjaanmu akan lebih lagi,” tambahku.  “Engkau harus memperhatikan para penjaga.  Engkau juga bebas untuk datang kepadaku kapan saja untuk membicarakan apa pun yang menyangkut diri kalian.
 “Aku juga ingin mengenal kalian semua sedikit lebih baik.  Apakah kalian keberatan jika aku menanyakan beberapa
 pertanyaan?”  aku melanjutkan.
 “Tidak,” kata beberapa dari mereka.
 “Apa alasan kalian ikut dalam perjalanan ini dan meninggalkan kenyamanan yang begitu mewah di dalam kapal?”  aku memulai.
 Alasan mereka beragam, tetapi benang merahnya adalah kebosanan.  Mereka membutuhkan petualangan. Beberapa ingin mengenal Tuhan lebih baik.  Mereka berkata bahwa mereka baru saja mendengar tentang Dia di kapal itu, tetapi mereka tidak mengalami Dia.  Kedalaman dan ketulusan dari sebagian besar jawaban mereka sangat membesarkan hati, bahkan untuk William dan Andrew yang tampak jelas terkesan.
(Bersambung ke Bagian 30)
SERI THE PATH: FIRE ON THE MOUNTAIN BY RICK JOYNER

HIKMAT DAN KUTIPAN TERKAIT MATA YANG TERANG


“Tuhan seringkali memperlihatkan proses meningkatnya pendukung² buta di bangsa ini berasal dari tindakan pemimpin² yang buta membagikan sebuah pisau yang bernama kebodohan dan kesesatan kepada pengikutnya supaya melukai kedua matanya sampai menjadi buta seperti pemimpinannya. Hal ini dimaksudkan supaya para pengikut tidak dapat melihat kesalahan pemimpinnya, percaya dan tunduk taat dengan arahan, petunjuk dari pemimpin.

Pisau tersebut bertuliskan kebodohan dan kesesatan akhirnya membuat banyak orang kehilangan jati diri, arah, tujuan hidupnya. Anehnya tidak sedikit orang² mengambil dan melukai mata rohaninya. Setelah mata rohani mereka terluka maka roh² jahat lebih bebas bergerak seperti menunggangi pundak, memasang tali kekang pada para pemimpin dan pendukung buta seperti tali pengendali pada kuda. 

Inilah salah satu cara iblis membutakan mata rohani kita saat kita terpesona dengan karya, kefasihan manusia, bangga dengan denominasi, doktrin, gereja, kemewahan fasilitas gerejanya dll (bukan Tuhan). Sebaliknya seseorang yang mencari, menyelidiki dan hidup sesuai kehedak/rencana Tuhan kondisi mata rohaninya akan semakin terang, peka melihat kondisi yang ada di sekitarnya bahkan dimampukan melihat tujuan Tuhan dengan sangat jelas seperti ketajaman sorotan mata burung rajawali.

Masalah yang terjadi di bangsa kita adalah banyak telah menjadi puas diri dan menolak berubah. 
~ Cuplikan Didit dalam diskusi di Group Telegram