Arsip Bulanan: Oktober 2021

KUASA DARI TEMPAT YANG TINGGI – BAGIAN 1

(Catatan Kebangunan Rohani Moravia)
Oleh : John Greenfield
Diterjemahkan oleh Peter B.
PENTAKOSTA MODERN
 Seorang sejarawan Moravia menulis bahwa sejarah Gereja penuh dengan catatan tentang pencurahan Roh Kudus, dan sesungguhnya tanggal tiga belas Agustus 1727, adalah hari pencurahan Roh Kudus itu.  Kami melihat tangan Tuhan dan keajaiban-Nya, …  Roh Kudus turun ke atas kami dan pada masa itu tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban besar terjadi di tengah-tengah kami.  Sejak saat itu hampir tidak ada satu hari pun berlalu tanpa  kami melihat karya-Nya yang penuh kuasa di antara kami.  Rasa lapar yang besar akan Firman Tuhan menguasai kami sehingga kami sampai harus mengadakan tiga kali kebaktian setiap hari, yaitu pukul  05.00 dan 07.30 pagi dan 09.00  malam  Setiap orang rindu melampaui apapun yang lain supaya Roh Kudus memegang kendali penuh.  Cinta pada diri sendiri dan kepentingan-kepentingan pribadi, serta semua ketidaktaatan, lenyap dan aliran kasih karunia bagaikan banjir yang banyak menyapu dan menghanyutkan kami semua ke dalam samudra Cinta Ilahi yang agung (1927:14).
 Tak seorang pun yang hadir dapat mengetahui dengan tepat apa yang terjadi pada Rabu pagi itu, 13 Agustus 1727, dalam kebaktian Komuni yang khusus.  Mereka hampir tidak tahu apakah mereka berada di bumi atau di surga.  Count Nicholas Zinzendorf, pemimpin muda komunitas itu, memberikan kisah ini bertahun-tahun kemudian: Kami datang ke Komuni dengan rasa kedekatan yang penuh kasih dari Juruselamat.  Ini adalah penghiburan besar yang membuat hari ini satu generasi yang lalu menjadi sebuah festival, karena pada hari ini dua puluh tujuh tahun yang lalu Jemaat Herrnhut, berkumpul untuk bersekutu (di gereja Berthelsdorf) dengan rasa tidak puas dengan kerohanian mereka.  Mereka telah berhenti menghakimi satu sama lain karena mereka telah menjadi yakin, masing-masing, akan ketidakberhargaannya di hadapan Allah dan masing-masing dalam persekutuan ini merasa dirinya diawasi wajah Juruselamat yang mulia.  Wahai kepala yang penuh lebam, Sangat penuh rasa sakit dan hinaan.  Dalam pandangan tentang orang yang berduka dan mengenal duka ini, hati mereka mengatakan kepada mereka bahwa Dia akan menjadi pelindung mereka dan imam mereka, seketika akan mengubah air mata mereka menjadi minyak sukacita dan kesengsaraan mereka menjadi kebahagiaan.
 Keyakinan yang teguh ini mengubah mereka dalam satu momen itu saja menjadi orang-orang yang berbahagia seperti sekarang ini, dan ke dalam kebahagiaan mereka sejak itu mereka telah memimpin ribuan orang lain melalui kenangan dan pertolongan yang dianugerahkan kasih karunia surgawi pada mereka saat itu.  Zinzendorf menggambarkannya sebagai ‘rasa kedekatan dengan Kristus’ yang diberikan kepada semua orang yang hadir, dan juga kepada orang lain dari komunitas mereka yang bekerja di tempat lain pada saat itu.  Jemaat itu masih muda-muda.  Zinzendorf, sang pemimpin, waktu itu berusia 27 tahun, kira-kira usia rata-rata kelompok tersebut.
 MUNCUL DARI PENGANIAYAAN 
 Saudara-saudara Moravia telah muncul dari pelayanan sungguh-sungguh dan kemartiran Reformator dari Bohemia, John Hus.  Mereka telah mengalami penganiayaan selama berabad-abad.  Banyak yang terbunuh, dipenjara, disiksa atau diusir dari tanah air mereka.  Kelompok ini telah melarikan diri untuk berlindung ke Jerman di mana bangsawan muda Kristen, Count Zinzendorf, menawarkan suaka kepada mereka di tanah miliknya di Saxony.  Mereka menamai rumah baru mereka itu Herrnhut, ‘Perlindungan Tuhan’.  Dari sana, setelah mereka dibaptis  Roh Kudus, mereka menjadi penginjil dan misionaris.  Lima puluh tahun sebelum dimulainya Misi ke Bangsa Asing (Foreign Mission)  modern oleh William Carey, Gereja Moravia telah mengirim lebih dari 100 misionaris.  Majalah misionaris bahasa Inggris mereka, Periodical Accounts, menginspirasi William Carey.
Dia melemparkan salinan kertas di atas meja pada pertemuan Baptis, mengatakan, ‘Lihat apa yang telah dilakukan Moravia!  Tidak bisakah kita mengikuti teladan mereka dan dalam ketaatan kepada Guru Surgawi kita, pergi kepada dunia, dan memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan itu?’
 Semangat misionaris itu dimulai dengan pencurahan Roh Kudus.  Count Zinzendorf mendarat : ‘Sang Juruselamat melepaskan atas kami suatu Roh yang belum pernah kami alami dan ketahui apapun hingga sekarang .  … Hingga kini kami telah menjadi baik pemimpin dan pembantu.  Sekarang Roh Kudus sendiri mengambil kendali penuh atas segala sesuatu dan atas semua orang’ (1927:21).  Ketika Roh Kudus  datang doa mendahului Pentakosta.  Komunitas yang tidak puas di Herrnhut pada awal tahun 1727 sebelumnya sangat terpecah dan saling kritik satu sama lain.  Kontroversi yang memanas membawa ancaman gangguan di masyarakat.  Mayoritas berasal dari Gereja Moravian of the Brethren kuno.  Orang percaya lain yang tertarik pada Herrnhut termasuk Lutheran, Reformed, dan Baptis.  Mereka berdebat tentang predestinasi, kekudusan, dan baptisan.
 Bangsawan muda Jerman, Count Zinzendorf, berdoa meminta persatuan, kasih dan pertobatan.  Bertobat pada masa kanak-kanak, di usia empat tahun dia menyusun dan menandatangani sebuah perjanjian: ‘Juruselamat yang terkasih, jadilah milikku, dan aku akan menjadi milik-Mu.’  Moto hidupnya adalah, ‘Saya memiliki satu hasrat: itu adalah Yesus, hanya Yesus.  ‘Count Zinzendorf belajar rahasia doa yang berhasil.  Dia aktif mendirikan kelompok doa saat remaja, dan saat meninggalkan perguruan tinggi di Halle pada usia enam belas dia memberi Profesor Francke yang terkenal daftar tujuh perkumpulan doa yang dia dirikan.  Setelah menyelesaikan universitas, pendidikannya dilanjutkan dengan melakukan perjalanan ke luar negeri.  Ke mana pun dia pergi, hasrat akan Yesus menguasainya.  Di Galeri lukisan Dusseldorf dia sangat tersentuh oleh lukisan penyaliban yang di atasnya ada kata-kata: Hoc feci pro te;  Quid facis pro me?  (Ini yang telah Aku lakukan untukmu;  Apa yang telah engkau lakukan untukku?)
(Bersambung ke bagian 2)
SERIAL ARTIKEL YANG BERJUDUL “KUASA DARI TEMPAT YANG TINGGI” OLEH JOHN GRRENFIELD : 

MENGENALI KRISTUS DARI PELAYANAN SESEORANG

Oleh Peter B
KUTIPAN HARI INI : 
Kita tidak boleh menyebut seseorang sebagai gembala hanya karena mereka memiliki gelar dalam pelayanan pastoral, atau karena mereka peduli pada orang lain, atau merupakan seorang konselor yang baik.  
Sebaliknya, kita harus mengenali mereka sebagai pengemban pelayanan tersebut saat kita dapat melihat Gembala kita di dalam mereka.  Demikian pula, kita harus tahu bahwa seseorang adalah seorang guru ketika kita mendengar Guru Agung kita ada di dalam dirinya.  Sama halnya dengan semua karunia dan pelayanan lainnya—kita mencari Kristus di dalam pelayanan-pelayanan itu

~ Rick Joyner
Salah satu miskonsepsi yang fatal hari² ini adalah mengenai bagaimana kita memandang dan menyebut seseorang sebagai hamba Tuhan, gembala sidang, penginjil, guru atau pemimpin rohani.  Di Indonesia, salah satu yang keadaannya paling parah. Hanya bermodal tampilan agamis, kemudian ada massa yang mengikutinya dan fasih berkata² di bidang keagamaan maka ssseorang tak menunggu lama disebut atau diberitakan sebagai seorang pemimpin rohani. 
Dalam Kristen atau gereja, tidak jauh berbeda. Kefasihan berbicara atau berkhotbah menjadi sesuatu yang memikat dan mempengaruhi jemaat (terlepas dari kebenaran atau kemurnian pesan firman yang disampaikannya). Begitu pula dengan membuka gereja atau ibadah, seseorang bisa menyebut dirinya sebagai pendeta atau gembala. Serupa dengan itu, lulusan sekolah Alkitab merasa sah menyebut dirinya hamba Tuhan atau pemimpin jemaat. Serupa pula dengan mereka yang sering membaptis orang dan memenangkan jiwa dalam KKR merasa pantas disebut sebagai penginjil. 
Semuanya bisa saja demikian. Meskipun begitu, kita seharusnya memahami standar yang benar. Patokan dan teladan kita adalah Kristus sendiri. Sebagaimana dinyatakan oleh Rick Joyner, harus tampak dan nyata Karakter dan Sifat pelayanan Kristus yang nyata dari pelayanan seseorang. 
Itu berarti jika seseorang mengatakan dirinya adalah seorang gembala, maka kita semestinya melihat Kristus sebagai Gembala dalam hidupnya. Kita merasakan roh Kristus sebagai gembala, yang peduli, telaten, penuh kasih, sabar dan tanpa pamrih berjerih lelah mengurus domba² Tuhan yang memerlukan perawatan dan pertumbuhan. 
Begitu juga jika seorang pendeta disebut sebagai guru, maka ia harus menunjukkan bagaimana seharusnya Kristus mengajar, yaitu di dalam kemurnian, kebenaran, tanpa kompromi, jelas serta dipenuhi kuasa Allah sehingga setiap pengajarannya membawa yang mendengar makin mengenal dan rindu lebih dekat pada Kristus, lebih dari sekedar mengisi otak dengan pengetahuan theologia semata. 
Begitu pula jika seseorang dikenal sebagai hamba Tuhan, maka seharusnya roh Kristus juga nyata ditampilkan dalam hidupnya. Yaitu suatu roh kerendahan hati, yang tidak mencari pujian dan hormat atau pengakuan dari manusia tetapi dari Tuhan. Yang melayani dalam kerelaan dan kesungguhan karena rindu menunaikan tugas dan panggilan ilahi daripada sekedar mencari hubungan² yang menguntungkan dengan jemaat atau banyak orang. 
Roh kita harus dibiasakan menguji segala sesuatu dengan pertolongan Roh Kudus yang diam di dalam kita. Roh Kudus, jika kita benar² rindu memperoleh pimpinan-Nya, akan menuntun kita MENGENALI YESUS dalam setiap mereka yang mengaku sebagai pelayan Yesus, sebab Roh Kudus senantiasa menuntun pada Kristus. 
Mengenali Kristus menjadi penting sebab kita dipanggil UNTUK MENGIKUT DIA SECARA PRIBADI. Hanya dengan mengenali dan “melijat” Kristus saja maka kita akhirnya dapat mengikuti Doa membawa dan memimpin kita ke langkah selanjutnya. 
Sebaliknya kegagalan mengenali Kristus, telah menyebabkan tidak terhitung banyaknya orang Kristen yang disesatkan, dikecewakan karena terbukti “ditipu” oleh pemimpin rohaninya. Mereka mengikuti seseorang yang pandai atau fasih berkhotbah, dengan pelayanan yang tampak megah dan mentereng dengan segala promosi dan catatan keberhasilannya, hanya untuk kemudian mengalami kemandegan rohani, tak pernah mengenal Kristus lebih jauh dan menjadi murid sejati.
Mereka dibawa oleh para pendeta dan pemimpin rohani itu pada pengetahuan² rohani tapi bukan pada pertemuan dan keintiman pribadi dengan Tuhan sendiri. Akibatnya hingga kini, sedikit sekali ditemukan murid sejati. 
Simpatisan, pendukung fanatik, jemaat yang rajin hingga aktivis gereja dan pelayanan bisa saja banyak didapati. Tetapi orang yang rela menjadi murid, membayar harga menjadi pengikut Kristus serta berkomitmen mengiring Kristus kemanapun Ia pergi, berapa banyakkah itu? 
Kita seharusnya mengikuti Kristus setelah mengennal Dia ada dalam diri pemimpin rohani atau hamba Tuhan yang mendidik kita atau di gereja di mana Roh Kristus hadir, nyata,  dan beracara di dalamnya. Di luar itu, kita hanya akan menjadi pendukung² buta bagi orang, organisasi, gereja atau kegerakan yang membawa kita pada apa yang bukan hendak Tuhan kerjakan. 
Tuhan memberkati kita semua…

MELIHAT DIRI KITA SEBAGAIMANA TUHAN MELIHAT

Oleh Didit I.
Hari ini Tuhan menggerakkan saya membagikan sebuah kutipan, 
“Belajarlah untuk melihat diri Anda sebagaimana Tuhan melihat Anda dan bukan seperti Anda melihat diri Anda sendiri dalam cerminan diri Anda yang terdistorsi.”

~ Thomas a Kempis
Betapa pentingnya hari² ini kita giat mencari, menyelidiki, menyelaskan pikiran, sikap hati dan kebiasaan² hidup kita sesuai dengan kehendak, rencana, panggilanNya dalam hidup kita seperti canvas ditangan sang pelukis profesional yang berkarya sesuai dengan apa yang dikehendaki, diinginkan, diharapkan oleh pelukis tersebut. Seperti tanah liat yang merelakan dirinya dibentuk, diarahkan sesuai kehendak, rencana tukang periuk. Demikianlah pola pikir, sikap hati, hidup kita senantiasa diarahkan seauai kehendak, rencana dan panggilan Tuhan.
Tuhan menjelaskan bahwa hari² ini para penguasa² kegelapan berusaha mengendalikan, memperbudak hidup umatNya dalam dua pengaruh besar, yaitu: pengaruh agamawi, pengaruh duniawi.
Orang² yang mau diajar, diubah, dibentuk, diarahkan kehendak/rencana Tuhan akan menemukan jati diri, fungsi, peran, tujuan hidupnya di muka bumi sehingga kita seperti pelari yang mengerti arah dan garis finish rohani dalam hidup kita.
Lalu apa tujuannya setelah mengetahui garis finish dalam pertandingan rohani?
Kita bisa memanfaatkan pengertian tersebut dengan mengatur, mengarahkan sumber daya yang ada dalam diri kita untuk bergerak sesuai kehendak, rencana, tujuanNya sehingga kita tidak akan menyia²kan kasih karunia Tuhan dalam hidup kita.
Saat kita giat mencari, menyelidiki, berdiskusi, mengerti dan hidup sesuai kehendak, rencana, panggilan Tuhan dalam hidup kita maka kita sedang menutup diri terhadap pengaruh ego pribadi, ego orang lain, penguasa kegelapan dan membuka diri terhadap pimpinan, arahan, petunjuk dari sorga bahkan Tuhan akan menyingkapkan rahasia² maksud hatiNya seperti apa tujuan, alasan Tuhan menempatkan kita di generasi ini, dalam pemerintahan saat ini bahkan perjanjianNya dengan kita beserta keturunan kita. Inilah salah satu yang dilihat oleh Henokh saat berjalan bersama Tuhan, yang juga disediakan bagi kita yang mau berjalan bersama Tuhan sehingga penyingkapan² dari Tuhan tersebut menjadi petunjuk, arahan yang penting dalam hidup Henokh dan orang² yang hidup di zamannya untuk senantiasa mencari, bersekutu, mengenal Tuhan yang sejati bahkan memperkenalkan Allah yang sejati, Allah yang Maha Tahu, Maha Kuasa kepada orang di zaman Henokh hidup. Demikianlah Tuhan hendak memakai perjalanan hidup kita untuk memanggil, memperkenalkan PribadiNya sebagai Tuhan yang sejati, Maha Kasih, Maha Kuasa, Allah yang rindu melawat, memulihkan, mengadakan terobosan² dalam bidang rohani dan jasmani di muka bumi. Semuanya ini dapat terjadi saat kita mau mencari, menyelidiki, mengerti, berpikir, bersikap, hidup sesuai kehendak, rencana, panggilanNya.
Saat kita memandang dan mengarahkan diri kita sebagaimana kehendak, rencana, tujuan Tuhan dalam hidup kita maka kita akan menyaksikan karya Roh Kudus yang menumbuhkan iman, pengharapan dan kasih kita. Perjalanan hidup kita akan menjadi kisah yang begitu indah, yang akan menginspirasi, memotivasi, memanggil jiwa² untuk bersekutu, mengenal dan berjalan bersama Tuhan sebagaimana perjalanan hidup Henokh  yang ditulis di perjanjian lama menjadi percontohan bagi umat Tuhan di perjanjian baru dan masa kini.
Bagian penting yang perlu kita usahakan adalah menyediakan hati yang rela untuk diajar, diubah, dibentuk, diarahkan sesuai kehendak dan rencana Tuhan bahkan merangkul panggilanNya, mengarahkan diri pada tujuan Tuhan sebab kita mengerti bahwa kebutuhan, kesukaan, sukacita terbesar dalam hidup kita yang terutama adalah mengabdikan diri sepenuhnya dan digenapiNya kehendak dan rencana Bapa di sorga melalui hidup kita.
Adakah tujuan yang lebih indah di muka bumi ini selain bersekutu, mengenal dan mengabdikan diri sesuai kehendak, rencanaNya serta melihat kerinduan, harapan Bapa disorga digenapi di muka bumi? TIDAK ADA.