Arsip Bulanan: Agustus 2023

MERANGKUL PERUBAHAN (2)

Oleh Peter B, MA

“Setiap tindakan, cara bicara, dan pemikiran selalu dapat diubah, dan PERUBAHAN ITU DAPAT DIJADIKAN KEBIASAAN”

~ William Paley (Presiden CBS)

“Cara terbaik untuk meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannya” 

~ Peter F. Drucker (mahaguru manajemen)

“Bukanlah suatu hal yang baik untuk melakukan perubahan besar di waktu yang sudah tua”

~ Charles H Spurgeon (pengkhotbah Inggris)

Berbicara mengenai perubahan, ternyata mayoritas manusia tidak menyukai perubahan. John Maxwell dalam buku klasiknya Mengembangkan kepemimpinan dalam Diri Anda, menyebutkan bahwa hanya sekitar 2 -5 % orang saja dalam satu kelompok yang antuasias akan perubahan. Bagaimana dengan 95% lainnya? Bagian terbesar dari mereka (sekitar 60%) cenderung untuk menunggu dan melihat perkembangannya, persentase-persentase lainnya bahkan cenderung untuk menolak perubahan.

Merujuk pada Alkitab, pernahkah Anda merenungkan apa artinya menjadi garam dan terang dunia (lihat Matius 5:13-16)? Intinya sebenarnya sederhana saja. Tuhan hendak memakai Anda sebagai sarana perubahan bagi dunia. Benarkah? Ya. Renungkan saja bahwa semula kita ini tidak memiliki rasa apapun karena turut menjadi sama busuk dan menuju kehancuran sebagaimana orang-orang dunia yang meluncur dengan cepat setiap hari ke arah kebinasaan kekal. Dan juga kita ini dahulu sama-sama gelapnya karena kita dikuasai penguasa kegelapan dan turut ambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan. Tetapi setelah berjumpa pribadi dengan Tuhan dan kita menjadi milikNya, hidup kita diubahkan total. Menjadi garam dan menjadi terang. Itupun bukan bagi diri kita sendiri melainkan bagi dunia. Perubahan hidup kita dimaksudkan Tuhan supaya kitapun turut mempengaruhi perubahan atas dunia yang sekarat dan gelap ini. Melalui hidup kita yang memancarkan terang Kristus, dunia yang dikuasai kegelapan ini akan datang kepada Allah dan diselamatkan. Kitalah -atau lebih tepat lagi : gerejaNyalah agen-agen perubahan Allah.

Sayangnya, gereja masa kini -khususnya di Indonesia- masih jauh dari kesadaran akan hal ini. Dari zaman ke zaman, hamba-hambaNya yang merindukan gereja memancarkan kemuliaan Tuhan kepada dunia hanya menemukan kekecewaan demi kekecewaan. Bahkan dengan sedikit menyindir, William Sloan Coffin pernah berkata, “Gereja penuh dengan orang-orang yang mencari apa yang sebenarnya telah mereka temukan dan hanya ingin menjadi sebagaimana adanya mereka sekarang. Dan itu adalah problem-problem terbesar yang kita miliki dalam gereja!” Karena itulah kita akan mendalami sekali lagi mengenai apa sesungguhnya intisari perubahan itu sehingga nantinya kita bukan hanya memahaminya namun menyambut perubahan itu dengan antusias sesuai dengan kerinduan Allah bagi kita.

HAKIKAT PERUBAHAN

Seperti telah kita ketahui, perubahan adalah kemutlakan dalam hidup manusia. Ini berlaku terhadap setiap orang yang hidup di bawah matahari. Sekalipun begitu, ada perbedaan yang besar di dalam perubahan-perubahan yang terjadi secara umum dengan perubahan-perubahan yang terjadi atas hidup orang-orang beriman.

Mereka yang hidup di luar Tuhan mengalami atau merencanakan perubahan-perubahan sebatas dalam pikiran visioner manusiawi mereka. Dunia yang nyata dan kasat mata inilah arena pergulatan mereka menghadapi dan mengantisipasi perubahan-perubahan dalam peradaban manusia. Bagi kita yang hidup di dalam Tuhan, ini baru merupakan sebagian dari keseluruhan kehidupan yang harus dijalani.

Kita yang hidup dalam Tuhan, pada prinsipnya, hidup dalam dua dunia yang berbeda. Pertama, dunia jasmani yaitu dunia dimana tubuh dan seluruh indra fisik kita berinteraksi dengannya. Kedua, dunia rohani-yaitu dunia dimana roh kita berinteraksi dengannya. Mana yang lebih nyata bagi kita? Kedua-duanya harus sama nyatanya -bahkan bisa jadi dunia rohani akan menjadi semakin terang dan jauh lebih nyata dalam pertumbuhan pengenalan rohani kita di dalam Tuhan yang adalah roh. Rasul Paulus di tengah-tengah pergumulan pelayanan yang menderitakan tubuh jasmaninya dengan yakin bersaksi, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segaa-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2 Kor. 4:7-8)

Jadi, dari kedua dunia inilah perubahan-perubahan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang Kristen di dalam Tuhan. Karena itu, agar kita dapat memahami dengan benar tuntutan-tuntutan perubahan maupun arah perubahan yang hendak dituju, kita harus mengerti hakikat perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita yang dipanggil menjadi visioner-visioner illahi. Sebagaimana seorang mahasiswa baru harus belajar mengenai kehidupan baru di kampus tempatnya belajar dan seorang karyawan baru harus diberikan penataran untuk mengenal perusahaan baru tempatnya bekerja, maka kita yang memasuki alam kehidupan yang penuh perubahan bahkan menjadi perancang-perancang perubahan itu sendiri perlu mengenal seluk-beluk perubahan dalam hidup kita.

Perubahan itu datangnya dari Allah. Karena banyaknya salah pengertian di antara orang-orang Kristen baru, satu kebenaran ini seringkali dilupakan begitu saja. Kebenaran itu ialah bahwa setiap orang yang telah mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya tidak lagi menjadi milik dirinya sendiri tetapi milik Allah dan sejak hari ia diselamatkan, Allah memegang hidupnya demi kebaikan dan masa depan yang cerah yang telah disiapkanNya bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Kenyataan yang ditemui di antara banyak orang Kristen rupanya masih jauh dari kebenaran ini. Di satu sisi, banyak orang Kristen merasa hidup mereka masih kepunyaan mereka sendiri. Itu sebabnya mereka tetap hidup menurut keinginan dan mengambil jalan hidup mereka sendiri sekalipun mereka mengaku bertuhankan Kristus. Salib dan korban Kristus bagi mereka hanya sekedar penenang batin mereka yang ngeri membayangkan neraka. Didaftarkannya mereka sebagai orang Kristen dianggap tidak lain sebagai prasyarat supaya mereka masuk surga. Pada sisi yang lain, tidak sedikit pula orang-orang Kristen yang merasa bahwa Tuhan tidak peduli kepada mereka. Mereka berpikir bahwa Tuhan telah menyelamatkan mereka dan setelah itu meninggalkan mereka. Tentu saja ini keliru. Sesungguhnya, Ia ingin kita hidup bagi Dia: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”(2 Korintus 5:15) agar supaya kita ini “melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,su-paya kita hidup di dalamnya”(Efesus 2:10) dan karena itulah “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).

Sesungguhnya Allah sangat peduli dengan kehidupan kita. Kehidupan kita berharga di mataNya karena Ia bermaksud menjadikan kita alat-alat kebenaran dan kemuliaanNya. Perhatikanlah bangsa Israel. Sebelum kita membaca keluarnya mereka dari Mesir, jawab dan renungkanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 

– Siapakah yang membawa nenek moyang Israel ke Mesir? 

– Untuk maksud apakah Yakub dan 12 anaknya yang kemudian menjadi suku-suku Israel pindah ke Mesir? 

– Memang Yusuf anak Yakub yang mengatur kepindahan seluruh keluarganya ke Mesir tetapi bagaimana mungkin Yusuf yang masuk ke Mesir sebagai budak akhirnya dapat memiliki otoritas mengizinkan warga bangsa asing mendapatkan tanah pemukiman permanen di Mesir? 

– Siapakah Pribadi yang tak kelihatan yang mengatur kelangsungan hidup Yakub beserta anak cucunya yang kemudian menjadi bangsa pilihan Tuhan, Israel ini? 

Yusuf merenungkan seluruh pertanyaan itu dan sampai kepada satu kesimpulan. Yusuf yang hidup dalam perubahan-perubahan yang paling drastis dalam hidup manusia menemukan satu fakta yang tidak terbantahkan.

Inilah pengakuannya : “…Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kejadian 50:20) Ya, Allahlah yang bekerja dalam setiap kehidupan orang yang mau menyerahkan hidup bagi Dia dan tujuan-tujuanNya.

Salah satu pemimpin pujian favorit saya adalah Don Moen. Banyak di antara lagu-lagu yang dibawakannya memberkati roh saya. Salah satu yang paling favorit adalah mengenai Tuhan yang terus bekerja mendatangkan kebaikan bagi setiap anak-anakNya. Renungkan syair-syair pujian yang aslinya ber-judul, For All You’ve Done berikut ini :

Atas segala yang telah Kau kerjakan

Dan atas segala yang akan Kau kerjakan dalam hidup kami

Kami bersyukur padaMu

Dan menaikkan pujian kami kepadaMu

Atas segala hal

yang tidak dapat kami mengerti

Dengan iman,

kami menyerahkan semuanya dalam tanganMu

Kami bersyukur,kami memujiMu

Karena kami tahu,

Bahwa segala hal Kau kerjakan bersama-sama

Untuk kebaikan kami

Kami bersyukur,kami memujiMu

Karena melalui iman,

Kami yakin kasih karuniaMu

akan menjadikan kami berhasil

Benar. Allah mengerjakan bagi kita kebaikan. Bersyukurlah dalam keadaan baik atau buruk. Karena Allah bekerja di belakangNya bagi kebaikan dan keuntungan Anda.

Tujuan dari perubahan-perubahan yang diadakan Allah dalam hidup kita adalah supaya kita mengandalkan Dia dan siap menghadapi perubahan terus menerus ke arah masa depan yang lebih baik. Gambaran berikut ini ditulis dengan indah oleh Max Lucado. Judulnya “Di Atas landasan” :

Dengan tangan kuat si pandai besi, dilindungi pakaian kerja, menaruh jepitannya ke dalam api, menjepit logam yang dipanaskan, dan meletakknnya di atas landasan. Matanya yang tajam memeriksa potongan yang menyala-nyala itu. Ia melihat bentuk perkakas itu sekarang dan membayangkan bentuknya yang ia inginkan-lebih tajam, lebih pipih, lebih lebar, lebih panjang. Tangan kirinya masih menggenggam potongan yang panas itu dengan jepitannya, sementara tangan kanan menghantam godamnya seberat satu kilo ke atas logam yang dapat dibentuk itu.

Di atas landasan yang kokoh, besi yang membara itu dibentuk kembali. Si tukang tahu perkakas apa yang diinginkannya. Ia tahu ukurannya. Ia tahu bentuknya. Ia tahu kekuatannya.

Beng! Beng! Godamnya menghantam. Bengkelnya mendengung dengan bunyi itu, udara menjadi penuh dengan asap, dan logam yang sudah lunak berespons.

Tetapi respons itu tidak gampang. Datangnya tidak tanpa rasa tidak enak. Meleburkan yang lama dan membentuk kembali yang baru merupakan proses yang mengacaukan. Namun logam ini tetap di atas landasan dan tukang itu dapat menghilangkan yang lecet, memperbaiki retak-retak, mengisi kekosongan, dan menguras yang tidak sempurna.

Dan setelah beberapa waktu, terjadilah perubahan : Yang dulu tumpul, sekarang menjadi tajam, yang bengkok menjadi lurus, yang lemah menjadi kuat, dan yang tidak berguna menjadi berharga.

Lalu pandai besi berhenti. Ia berhenti menggebuk dan meletakkan godamnya. Dengan tangan kiri yang kuat ia mengangkat logam yang baru saja dibentuk hingga setinggi mata. Dalam kesunyian, ia memeriksa perkakas yang masih keluar asap. Alat yang memijar itu dibalik-balik dan diperiksa kalau-kalau ada kekurangan atau retak. Tetapi ternyata tidak.

Sekarang pandai besi itu sampai pada tingkat akhir tugasnya. Ia mencemplungkan alat yang masih membara ke dalam ember air di dekat situ. Dengan bunyi desis dan uap yang menyemprot keluar, benda logam itu segera mulai menjadi keras. Panas mengalah kepada serbuan air sejuk, dan mineral yang tadinya dapat dibentuk dan lunak, sekarang menjadi alat yang tidak dapat dibengkokkan dan sudah berguna.”

Sesungguhnya kita dibentuk untuk menjadi pribadi yang sesuai dengan hatiNya, untuk tujuan yang telah disiapkanNya, yaitu rencanaNya untuk menyampaikan keselamatan bagi dunia yang dikasihiNya ini.

Pribadi yang aman dan kokoh di dalam Dia adalah yang dicari dan dikerjakanNya dalam hidup kita. Melalui berbagai persoalan dan pasang surut kehidupan, kita diajar, ditempa, dibangun, diolah untuk semakin kuat di dalam Dia. Hanya mereka yang kuat dan tetap berdiri teguh sekalipun kegelapan atau kematian ada di mana -hanya merekalah yang dapat menjadi saksi bahwa Kristus adalah batu karang yang teguh, satu-satunya pengharapan sejati bagi segenap umat manusia.

Di akhir zaman, intensitas atau kekerapan terjadinya gempa bumi akan menjadi salah satu tanda yang penting. Hal ini sesungguhnya merupakan isyarat bahwa mendekati kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, seluruh sendi-sendi kehidupan dunia akan digoncangkan oleh Tuhan. Seluruh umat manusia yang berdiam di wilayh-wilayah atau bidang-bidang yang menjadi rasa aman mereka harus menetapkan pilihan tempat bergantung dalam hidup.

Pada waktu itu, manusia akan menyadari bahwa kekuatan mereka terbatas dan mereka tidak berdaya. Mereka yang mengandalkan diri sendiri akan terpaksa mencari pertolongan dari pihak lain. Di sinilah peperangan sengit terjadi karena hanya ada dua pribadi yang menawarkan pertolongan : iblis atau Tuhan. Mereka yang takut akan Dia akan memilih berlari kepada Tuhan yang daripadaNya ada pertolongan dan kelepasan sejati.

Sesungguhnya mereka yang mengandalkan Tuhan tidak perlu kuatir. Mereka yang berpaling kepada Tuhan tidak akan goyah menghadapi perubahan paling dahsyat atau paling mengerikan sekalipun. Tuhan menjadi batu karang yang teguh tempat mereka berpijak. Seperti pelanduk yang membangun rumah di bukit batu (Amsal 30:26), yang paling lemah sekalipun akan menjadi paling kuat. GerejaNya akan tegak bersinar di tengah-tengah keruntuhan segala sistem dunia ini. Bukankah firmanNya berkata, “Waktu itu suara-Nya menggon-cangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: “Satu kali lagi Aku akan menggon-cangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.” Ungkapan “Satu kali lagi” menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia (perubahan itu) dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” (Ibrani 12:26-28)

Perubahan-perubahan yang dirancangkan Allah terjadi dalam hidup kita sesungguhnya adalah menggoncangkan rasa aman kita. Sesungguhnya Allah yang dikenal Israel adalah Allah yang memproses umatNya. Satu parabel yang digambarkan oleh nyanyian Musa merupakan pesan profetik bagi umat Tuhan di segala zaman. Ulangan 32:11-12 menyebutkan: “Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia”. Jika kita merenungkannya, ada banyak pengertian penting terkandung dalam nats di atas. Misalnya mengenai pimpinan dan tuntunan Tuhan atas umatNya. Ternyata Tuhan menuntun umatNya bukan dengan cara memanjakannya. Tuhan menuntun umatNya melalui proses yang keras bagaikan rajawali menggoyang bangkitkan isi sarangNya. Sebagai kesayangan Allah, hal-hal yang mudah, kehidupan yang nyaman, atau perjalanan yang santai tidak pernah menjadi prioritas utama. Allah menginginkan umatNya, Anda dan saya, memiliki karakter yang dewasa dan kuat di dalam Dia. Tuhan tidak menghendaki anak-anakNya menjadi kolokan, kekanak-kanakan dan egois. Tuhan mau Anda dan saya menjadi dewasa dan cakap di dalam Dia.

Di sinilah terkandung rahasia penting. Untuk menjadi dewasa, kita harus siap digoncangkan. Supaya kita dapat terbang tinggi mengatasi badai hidup, kita harus dikeluarkan dari rasa aman kita. Agar kita dapat menjadi kuat dan menggapai yang terbaik di masa depan, kita harus rela menghadapi rasa takut kita sendiri. Rasa aman itulah yang merupakan penghalang terbesar untuk kita menjadi kuat di dalam Dia. Selama masih ada hal-hal lain yang menjadi sandaran kita dan membuat kita merasa kuat tanpa Tuhan, selama itu kita harus menerima proses Tuhan. Iman dan pengharapan kita harus kokoh di dalam Dia supaya kita tidak turut lenyap saat dunia mencapai titik akhir usianya. Sebelum rasa aman kita ada pada Tuhan dan hanya pada Dia saja, kita akan mengalami prosesnya berupa perubahan-perubahan yang menggon-cang rasa aman kita di luar Dia. Karena itulah, proses Tuhan melalui perubahan-perubahan yang diadakanNya- sesungguhnya adalah goncangan terhadap rasa aman kita. Semuanya ini bertujuan membawa kita untuk belajar akan jalan-jalanNya dan untuk memiliki karakter-karakter mulia seperti Kristus. Terlebih lagi kehidupan seorang visioner illahi yang haus akan perubahan illahi dari Allah. Adalah sesuatu yang ganjil jika mereka yang mengharapkan perubahan menuju yang terbaik dari Allah ternyata menikmati hidup dalam kemapanan dan kenyamanan hidup selain di dalam kehendak Tuhan. Itulah sebabNya Kristus memberikan teladan yang terbaik mengenai hidup saat Ia berkata, “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.” (Yohanes 4:34).Benar. Yang terutama dalam hidup bukan mencari rasa aman demi rasa aman namun seberapa banyak kita menyelesaikan apa yang telah ditugaskanNya atas kita sebagai hamba-hambaNya. Rasa aman sejati kita hanya ada di dalam Tuhan dan dalam melakukan visiNya atas hidup kita.

Seorang visioner tidak pernah mencari rasa aman dalam hidupnya. Terlebih lagi visioner-visioner illahi yang memiliki tujuan tertinggi dan panggi-lan yang sempurna dari Tuhan. Usaha yang terbaik, mengerahkan segala daya upaya yang ada, mengorbankan diri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan hingga tujuan-tujuan Allah digapai, kehendakNya terjadi dan kerajaanNya datang -semuanya itu akan selalu menjadi irama serta gaya hidup seorang visioner. Scott Alexander, pengarang Amerika, mengatakan: “Segala yang baik itu sukar. Segala yang jahat itu mudah. Sekarat, kehilangan, curang, biasa-biasa saja itu mudah. Menjauhlah dari apa yang mudah!” Biarlah setiap rasa aman kita digoncangkan, asalkan kita dapat mencicipi masa depan penuh harapan itu!

Tuhan melatih kita supaya terbiasa hidup dalam perubahan dan memiliki hati yang merindukan apa yang terbaik dari Dia melalui peristiwa-peristiwa sehari-hari yang diijinkanNya terjadi dalam hidup kita. Kita harus mengetahui bahwa sekolah Tuhan adalah sekolah kehidupan. Ruang kelasnya adalah dunia ini. Pelajarannya adalah persoalan-persoalan serta tantangan-tantangan hidup. Sesungguhnya inilah sekolah yang mahal karena gurunya adalah Guru Agung. Hari demi hari la menuntun kita berjalan dan belajar menghadapi kehidupan supaya dijalani bukan dengan cara yang baik saja me-lainkan mengarungi hidup dengan cara yang benar -yaitu caraNya. Inilah beberapa hal yang digunakan oleh Tuhan untuk memproses kita. Di dalam semuanya Tuhan turut campur tangan agar menjadi kebaikan dalam hidup kita:

1.Teguran dan nasihat FirmanNya

2.Pesan-pesan profetik

3. Kejadian-kejadian sehari-hari

4. Tantangan dan kesulitan hidup

5. Masalah-masalah sehari-hari

6. Pencobaan-pencobaan untuk berdosa

7. Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam hidup kita

Pada prinsipnya, hidup orang-orang percaya sepenuhnya ada dalam pengawasan Tuhan. Ini bukan dengan maksud untuk mencari-cari kesalahan dan menghukum kita namun untuk memproses kita menjadi pribadi yang mulia di mataNya dan siap menjadi alat kemuliaanNya. Kerinduan Tuhan ini harus ditanggapi dengan respon yang sama. Kita harus memiliki kerinduan yang sama kuat untuk hidup menyenangkan Tuhan dan memperjuangkan kepentingan KerajaanNya saja. Ingat, hidup kita bukan lagi milik kita sendiri.

Sikap pikiran dan tindakan kita terhadap hal-hal yang kita temui setiap hari menentukan apakah kita mau menjalani proses Tuhan atau tidak. Secuil kisah imajiner dari Max Lucado ini akan menggelitik dan menyadarkan kita betapa pentingnya kita rela diproses dalam hal-hal kecil yang kita hadapi sehari-harinya:

(Adegan-Kebaktian Minggu pagi; doa dalam hati)

Kita :Tuhan, saya ingin berbuat hal-hal yang besar

Tuhan :Oh,ya?

Kita : Tanggung! Saya ingin mengajar jutaan orang! Saya ingin Stadion terbesar negara ini. Saya ingin supaya seluruh dunia mengenal kuasa penyelamatanMu! Saya bermimpi tentang hari —

Tuhan : Itu hebat, Nak. Sebenarnya Aku dapat memakai kamu hari ini – sesudah kebaktian ini.

Kita : Asyik! Bagaimana kalau kita buat acara radio dan TV atau…atau…atau…berbicara di depan para pejabat?

Tuhan : Ya, sebenarnya bukan itu yang Aku maksudkan. Kamu lihat orang yang duduk di sampingmu?

Kita : Ya.

Tuhan : Ia butuh kendaraan pulang.

Kita (pelan): Apa?

Tuhan : Ia ingin menumpang di mobil untuk pulang. Dan kalau kamu toh sudah bantu dia, satu dari ibu-ibu tua yang duduk di dekat kamu perlu bantuan untuk memindahkan kulkasnya. Bagaimana kalau kamu singgah sebentar sore ini dan – 

Tuhan (tersenyum): Pikir-pikir saja dulu.

Melalui segala liku-liku pergumulan dan kenyataan sehari-hari, Allah menuntun kita untuk tekun dan terus belajar mengembangkan diri menjadi pribadi yang memiliki karakter Kristus. Setiap hari dalam hidup kita, melalui segala cara, menggunakan segala sarana, Tuhan membentuk hidup kita. Ia yang merindukan untuk mempercayakan perkara-perkara besar kepada kita, Ia pula yang melatih kita menangani dan menyelesaikan masalah-masalah hidup sehari-hari yang seringkali dipandang remeh dan tidak penting. Tidak demikian dengan aturan Kerajaan Allah. Salah satu prinsip dasar di sana adalah : “Barangsiapa setia dalam perkara kecil, kepadanya akan diper-cayakan Tuhan perkara besar” (Matius 25:21;Lukas 16:10). Karena itu, kita tidak akan pernah dapat dipercaya untuk mengemban perkara-perkara besar sebelum kita matang dan setia kepada Tuhan dalam perkara-perkara kecil. Mereka yang melanggar prinsip ini pada akhirnya akan menuai kekecewaan dan kehancuran. Mereka yang tidak menjalani proses Tuhan atau menjalani proses Tuhan tetapi kemudian menolaknya -seperti Saul- akan tergelincir dan sesat. Sebaliknya, proses Tuhan jualah yang menjadikan Daud bertahan setia sampai mati, menjadi hamba yang berkenan di hati Tuannya

Jauh daripada yang dikira banyak orang, kehidupan yang dituntun oleh Tuhan sebenarnya adalah suatu kehidupan yang penuh sukacita. Kehidupan bersama-sama dengan Tuhan justru penuh bimbingan dan arahan menuju suatu hidup yang berkualitas, jasmani dan rohani. Frustrasi, kebobrokan, stress, kebingungan, disorientasi (kehilangan fokus hidup), rasa hampa dan tidak berarti, kesepian, kebosanan dan lain sebagainya pada dasarnya merupakan efek dari jejak langkah manusia yang dikerjakan dengan kekuatannya sendiri -yang sangat terbatas itu. Sebaliknya daripada terjerat oleh semua kemelut hidup yang berkecamuk, orang-orang percaya menaruh segala beban di bawah kaki Tuhan dan dibimbing oleh Roh Kudus untuk mengenali bahwa itu merupakan satu potongan kecil dari suatu gambaran besar rencana Tuhan yang indah dalam kehidupannya. Mengetahui bahwa Tuhan sedang mengerjakan perkara-perkara yang mulia, maka orang-orang yang menujukan pandangan kepada Tuhan akhirnya bangkit dengan pengharapan yang baru disertai kekuatan yang lebih besar yang bersumber dari kasih karunia Tuhan. Mengenai hal ini John C. Maxwell, pakar kepemimpinan, memaparkan penjelasannya yang indah:

“Kita suka terlalu melebih-lebihkan peristiwanya dan meremehkan prosesnya. Setiap impian yang terpenuhi adalah karena kesetiaan kepada proses. Secara alami, manusia cenderung ‘malas’. Itulah sebabnya mengapa pengembangan diri sungguh sulit. Namun itu jugalah sebabnya mengapa kesulitan terletak di pusat setiap sukses. Proses meraih prestasi adalah melalui kegagalan yang berulang-ulang serta perjuangan yang terus menerus untuk mendaki ke tingkatan yang lebih tinggi.

Kebanyakan orang mengakui dengan menggerutu bahwa mereka harus melalui kesulitan agar dapat meraih sukses. Mereka mengakui bahwa mereka harus mengalami kemunduran sesekali untuk meraih kemajuan. Namun saya percaya bahwa sukses datang hanya jika Anda merenungkannya lebih jauh lagi. Untuk mencapai impian Anda, Anda harus merangkul kesulitan dan menjadikan kegagalan bagian hidup Anda. Jika Anda tidak gagal, Anda tidak mungkin sungguh-sungguh maju.”

Itulah sebabnya, kita harus memiliki hati seorang pembelajar. Hati seorang murid. Terlalu banyak yang tidak kita ketahui dan pahami. Rencana Tuhan terlalu besar dan berada di luar jangkauan otak manusia yang kecil ini. Hanya hikmat dan pengertian yang dari ataslah yang sanggup menembus kegelapan di ruang pemikiran kita sehingga kita dapat menerima dengan hati penuh syukur atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita setiap hari -baik yang menyenangkan ataupun yang menyakitkan sekalipun. Bersama-sama Musa baiklah kita berdoa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian sehingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Luangkanlah waktu Anda merenungkan kalimat-kalimat lagu pujian yang indah ini:

Bapa Surgawi

Ajarku mengenal

Betapa dalamnya kasihMu

Bapa surgawi

Buatku mengerti

Betapa kasihMu padaKu

Semua yang terjadi di dalam hidupku

Ajar kumenyadari Kau selalu sertaku

Beri hatiku selalu bersyukur padaMu

Karena rencanaMu indah bagiku

MERANGKUL PERUBAHAN (1)

Oleh Peter B

Anda tidak mungkin mengharapkan mencapai tujuan-tujuan yang baru atau bergerak melebihi keadaan Anda yang sekarang kecuali Anda mau berubah”

~ Les Brown

Perubahan. Tidak semua orang senang mendengar kata-kata itu. Bahkan tidak sedikit yang secara terang-terangan maupun diam-diam menolak adanya perubahan. Mereka yang anti terhadap perubahan seringkali adalah mereka yang telah cukup merasa nyaman dan puas dalam keadaannya yang sekarang. Kondisi atau status kehidupan yang mereka jalani telah dipandang sebagai sesuatu yang pas dan membawa keuntungan bagi mereka sehingga mereka menolak adanya perubahan sekecil apapun. Dengan sekuat tenaga, orang-orang yang anti perubahan ini berusaha mempertahankan posisi atau keadaannya yang sekarang. Pokoknya, tidak ada perubahan. Entah itu kemunduran atau kemajuan, apakah itu penurunan atau kenaikan.

Rasa aman setiap orang tidak selalu sama. Hal itu relatif sifatnya. Beberapa orang merasa telah mencapai targetnya dan kemudian menolak perubahan ketika ia telah menjadi kaya raya dan terpandang. Beberapa orang lain menetapkan rasa amannya pada saat mereka telah memiliki penghasilan tetap, hidup cukup sandang, pangan dan papan -meskipun tidak terlalu mewah. Tetapi beberapa orang lagi benar-benar berbeda. Mengenai hal ini, ada satu pemandangan yang bagi saya cukup menyedihkan. Kegalauan hati saya semakin bertambah karena ternyata ini terjadi dan telah menjadi fakta sehari-hari yang dijumpai di antara penduduk Indonesia. Hal itu adalah kenyataan bahwa cukup banyak prosentase orang Indonesia yang bahkan merasa puas dan menolak perubahan sekalipun hidup mereka masih jauh dari standard hidup yang layak. Dengan penghasilan perkapita yang jauh lebih rendah dari negara-negara tetangan se-Asia, orang-orang Indonesia cukup banyak yang tidak memiliki pikiran untuk maju. Mereka lebih suka bersikap nerimo terhadap kenyataan dan keadaan hidup mereka. Belasan bahkan puluhan tahun mereka lewatkan untuk hidup dalam taraf kemiskinan dan berkekurangan. Namun begitu, jarang terbersit keinginan untuk berubah.  Sungguh, tirani rasa aman melumpuhkan jiwa-jiwa manusia yang semestinya dapat berbuat dan mencapai lebih banyak daripada yang telah mereka raih selama ini. Mungkin saja, di antara bangsa-bangsa di dunia, orang-orang Indonesia merupakan salah satu kaum yang paling menolak perubahan. 

Masalahnya bersumber dari sifat dasar perubahan. Kenyataan sejatinya adalah perubahan itu ternyata tidak mungkin dielakkan. Perubahan itu pasti dan selalu terjadi apakah kita menyukai atau tidak. Seperti kata seorang filsuf, “Tidak ada sesuatu yang abadi selain perubahan….” Perubahan itu tidak dapat dihindari, ditolak atau dihambat sedikitpun. Jika kita menolak untuk berubah, maka perubahan itu akan tetap terjadi. Kita akan bertambah tua, menjadi semakin lamban, lebih kurang dalam pengetahuan dan seterusnya.

Menurut pengamatan saya, ada dua hal yang memang tidak dapat berubah : Tuhan dan perubahan itu sendiri. Mengenai Tuhan, Kitab Suci jelas mengatakan kepada kita bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8). Dan bahwa tidak ada bayang-bayang perubahan pada Bapa kita di Surga yang baik itu (Yakobus 1:17). Mengenai perubahan, sesungguhnya semua yang ada di dunia pasti akan berubah menuju satu titik akhir yaitu ren-cana penghakiman Tuhan atas bumi dan seisinya. Bahkan iblis satu kali akan mengalami perubahan total atas kekuasaannya di dunia sekarang ini. Ya, kelak iblis beserta seluruh pengikut-pengikutnya akan berakhir di api yang kekal, kematian yang kedua (Wahyu 20 :10-14)

Mengetahui kebenaran ini, seharusnya kita dapat mengambil keuntungan atasnya. Apabila kita menyadari benar bahwa pada akhirnya dunia ini akan berubah menjadi seperti apa yang telah ditetapkan Allah atas dunia ini, maka kita seharusnya tidak mengikuti arus dunia yang akan binasa ini. Kita harus ada di pihak Allah supaya tidak binasa. Lebih daripada itu -selama kasih karunia masih diberikan kepada dunia- kita mengambil bagian dalam rencana Allah mendatangkan keselamatan atas dunia.

Jadi, hidup orang Kristen di tengah-tengah dunia yang terus menerus berubah tidak lain harus dijalani dengan perubahan terus menerus di dalam tingkat kerohaniannya sebagai antisipasi arus dunia yang tanpa henti berusaha menggilas kita. Dan tidak hanya itu. Mereka yang bergerak bersama Allah untuk mengerjakan visiNya bukan hanya mahir mengantipasi perubahan melainkan juga menciptakan perubahan itu sendiri. Inilah perubahan yang dikehendaki oleh Allah. Perubahan ke arah perbaikan, pertobatan, pemulihan, keselamatan bangsa-bangsa.

Oleh karena itu, seorang visioner illahi tidak boleh menjauhi perubahan. Visioner-visioner illahi yang sejati merangkul perubahan, hidup di tengah-tengah perubahan, mengilhami dan mengusahakan perubahan ke arah tujuan-tujuan Allah. Inilah salah satu sisi kehidupan seorang visioner illahi : VISIONER ILLAHI SIAP HIDUP BERSAMA ALLAH DALAM PERUBAHAN YANG TERUS MENERUS.

PERUBAHAN : INTI DARI VISI

Seorang visioner adalah seorang yang hidup setiap hari untuk men-gantisipasi perubahan bahkan lebih daripada itu. Para visioner adalah mereka yang merencanakan dan mengusahakan perubahan di masa yang akan datang. Secara sederhana, memiliki visi adalah memiliki tujuan. Dan mencapai suatu tujuan berarti berpindah dari posisi di mana sekarang kita berada bergerak kepada tujuan kita.  Dan, bukankah perpindahan posisi dari tempat semula kita berada kepada tujuan itu merupakan suatu perubahan? Karena itu, memiliki dan hidup bagi sebuah visi sama dengan pergerakan terus menerus ke arah perwujudan visi itu.  Pergerakan terus menerus tidak lain adalah pe-rubahan yang berkesinambungan.

Visi adalah gambaran masa depan penuh harapan. Visi illahi terlebih lagi. Masa depan dari Allah adalah masa depan yang terbaik yang dapat diraih dan dinikmati oleh manusia di dunia. Nah, mengerjakan atau mengusa-hakan visi tidak lain adalah usaha mencapai masa depan itu. Dan inti dari usaha pencapaian masa depan itu tidak lain adanya perubahan yang terus menerus ke arah yang diinginkan. Jadi, mereka yang mengaku memiliki visi tetapi menolak perubahan pada dasarnya hanya bermulut besar saja.

Pro status quo vs. Anti status quo. Istilah ‘status quo’ cukup populer beberapa tahun yang lalu menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Para demonstran dan tokoh-tokoh reformasi menggerakkan massa dan menggalang dukungan untuk mendesak Soeharto turun dari jabatannya saat itu. Sang Presiden terlama di Indonesia itu dituding bersama para pejabat-pejabat pembantunya sebagai seorang yang pro status quo-yang artinya orang-orang yang tidak menghendaki perubahan ke arah yang lebih demokratis. Sebaliknya, mahasiswa dan jutaan rakyat yang turun ke jalan mengklaim diri mereka anti status quo-yang artinya menolak keadaan yang ada dan menginginkan perubahan. Dari sudut pandang ini, kira-kira dimanakah posisi para visioner?

Mereka yang menyebut dirinya anti status quo tidak selalu adalah pribadi-pribadi yang visioner. Bisa jadi mereka hanya bersikap meledak-ledak sesaat karena emosi dan kekecewaan yang sangat. Atau mungkin saja karena mereka memiliki karakter sebagai orang-orang yang suka memberontak dan gemar melawan penguasa. Ini berkebalikan dengan para visioner. Jika tidak setiap orang yang anti status quo itu visioner maka setiap visioner pasti orang yang anti status quo. Para visioner itu anti kemapanan dan rasa aman sebelum cita-cita mereka berhasil diwujudkan. Mereka tidak akan berhenti berjuang, berusaha, bergerak, berkreasi, bekerja keras, membuang segala rasa nyaman hingga tujuan mereka tercapai.

Visioner-visioner illahi pun demikian. Mereka tidak puas dengan keadaan rohani mereka atau sekeliling mereka. Hati mereka hancur mengeta-hui kenyataan bahwa dirinya sendiri belum mencapai target Allah dan banyak orang jauh dari sasaran keselamatan yang dari Tuhan, Visioner-visioner illahi tidak pernah puas dengan keadaan diri mereka sebelum hidup mereka diubahkan hari demi hari semakin serupa Kristus. Mereka pun tidak dapat tenang menjalani hidup mereka sebelum setiap rencana Allah dalam hidup mereka dipenuhi dan tujuan-tujuan Allah selama hidup mereka tercapai.

Mungkin Anda pernah membaca kalimat-kalimat berikut ini. Jika demikian renungkanlah kembali. Temukan dan resapi pesan mendalam yang tersirat di dalam setiap untaian kalimat dari dan mengenai hamba-hamba Tuhan sejati ini :

“Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, 

sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, 

sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub” 

(Mazmur 132:3-5)

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 

Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.

Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus — itu memang jauh lebih baik;

tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. 

Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman,

sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu. 

(Filipi 1:21-26)

Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. 

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (Filipi 3:7-8)

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.  (Kisah Para Rasul 20:24)

Setelah merenungkan pernyataan-pernyataan di atas, tahukah Anda siapa saja yang mengatakannya? Adakah Anda menemukan persamaan di antara kali-mat-kalimat tersebut di atas? Dapatkah Anda menemukan nada-nada yang sama dari pesan-pesan mereka?

Tentu saja. Mereka semua adalah visioner-visioner illahi yang hidup bagi visi mereka. Selama mereka belum melihat visi itu menjadi kenyataan MEREKA MENOLAK SEGALA RASA AMAN. Mereka tidak akan pernah berpuas diri sebelum visi Tuhan dalam hidup mereka menjadi kenyataan. Karena itulah mereka bergerak, bergerak dan terus bergerak bagi Allah. Mereka bukan hanya terbiasa dengan perubahan dan ketidaknyamanan, malahan mereka mengharapkan perubahan itu sendiri -perubahan yang dari Allah.

Perjalanan yang Penuh Tantangan dan Perubahan. Visi yang hendak dicapai bukan saja membawa perubahan, tetapi perubahan-perubahan. Ada satu keadaan yang jauh berbeda antara keadaan kita sekarang dengan masa depan yang diidamkan dalam visi kita. Itu merupakan suatu perubahan yang besar. Masalahnya adalah perubahan dari keadaan sekarang menjadi kondisi visi yang menjadi kenyataan itu tidak terjadi sekejap mata. Itu tidak terjadi hanya satu hari atau dalam waktu yang singkat. Itu membutuhkan suatu proses yang mungkin saja memakan waktu bertahun-tahun bahkan seumur hidup kita. “Visi seringkali hidup lebih lama daripada pemiliknya” demikian kata pakar kepemimpinan George Barna. Karena panjang dan lamanya perjalanan menuju kenyataan dari suatu visi, perubahan terjadi secara bertahap. Dan setiap tahapan membutuhkan satu tingkat perubahan demi satu tingkat perubahan. Oleh karena itu, dalam perjalanan kita mengerjakan visi, perjumpaan dengan banyak tantangan dan berbagai-bagai perubahan tidak dapat dielakkan lagi sebagaimana dikatakan oleh Madame Marie Curie, penemu plutonium: “saya diajar bahwa perjalanan demi kemajuan itu tidak pernah ringan dan mudah.” Inilah sebabnya, setiap visioner harus terbiasa dengan perubahan demi perubahan di dalam dan sekitar kehidupannya.

Mari saya berikan dua contoh. Bangsa Israel dan Yesus Kristus. Israel dibebaskan Tuhan dari perbudakan di Mesir menuju visi masa depan mereka : suatu negeri yang penuh susu dan madu, subur dan berkelimpahan. Kanaan menjadi visi mereka. Hati mereka kini diarahkan kepada Tanah Perjanjian. Sayangnya, perjalanan mereka menuju visi bukan merupakan perjalanan yang singkat lagi mudah. Mereka menempuhnya hingga 40 tahun lamanya. Dan selama perjalanan mereka menemukan tantangan dan kesulitan yang tidak terhitung banyaknya. Mulai ketiadaan sumber air, makanan, ancaman bangsa-bangsa lain, para perampok, dan cuaca yang berubah-ubah. Ini belum termasuk gaya hidup mereka yang serba tidak menentu dan berpindah-pindah sesuai dengan komando Tuhan melalui tiang awan atau tiang api (Bilangan 9:16-23). Dapatkah Anda membayangkannya? Ini sama sekali bukan suatu perjalanan yang mudah untuk dijalani. Mau tidak mau segenap Israel harus membiasakan diri untuk hidup dalam perubahan setiap hari.

Contoh berikutnya dapat kita teladani dari Tuhan kita sendiri. Sebelumnya, cobalah renungkan kira-kira berapa lama dan berapa panjangkah Allah kita menempuh usaha dan perjalanan untuk menjangkau dunia untuk diselamatkan? Demi menyelamatkan manusia ciptaanNya, Ia menempuh perjalanan menembus ruang dan waktu, mengambil rupa seorang manusia yang terbatas, menjalani kehidupan yang sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan keberadaan sejatiNya (kehidupan alam roh sangat berbeda dengan kehidupan jasmani), merasakan lapar, haus, mengantuk, lelah dan sebagainya. Dan tidak hanya itu, Allah merelakan diriNya dilecehkan, diolok, dihina, direndahkan sebagai golongan orang yang miskin dan tidak berpendidikan. Selama pelayananNya, Ia kerap tidak sempat makan, beristirahat atau memiliki tempat berteduh sekalipun. Puncaknya, Yesus dihajar, dipukuli dan diinjak-injak oleh ciptaanNya sendiri hingga akhirnya mati secara memalukan di atas salib yang dipikulNya sepanjang Via Dolorosa. Semuanya demi keselamatan dunia -yang sangat dikasihiNya.

Sungguh panjang dan berat perjalanan mencapai visi. Betapa hiruk pikuknya kehidupan mereka yang hendak mencapai suatu masa depan yang indah. Oh, betapa kita harus siap hidup di dalamnya! Kita harus membiasakan diri menangani segala situasi dan cakap menanggung segala sesuatu bersama Tuhan. Kehidupan demikian mungkin saja tidak banyak dicari dan di inginkan sebagian besar orang yang mencari rasa aman selama hidupnya. Namun bersama Tuhan, kehidupan yang seperti itu adalah kehidupan yang layak dijalani. Sesungguhnya tidak ada yang lebih pasti dan membahagiakan selain hidup di dalam pusat kehendakNya.

Orang-orang yang Berkomitmen pada Perubahan. Faktor lain yang menunjukkan betapa eratnya hubungan antara visi dengan perubahan adalah faktor pelaksana-pelaksana visi tersebut. Visioner adalah orang-orang yang mendambakan perubahan. Adalah hal yang menggelikan apabila seseorang mengaku merindukan perubahan tetapi dirinya sendiri tidak mau berubah. Artinya, perubahan dalam kapasitas yang besar seperti perubahan atas komunitas, organisasi, suatu kota atau bangsa -pada dasarnya pasti diawali dan ditampakkan dari kehidupan pribadi mereka sendiri. Tidak ada seorangpun yang hendak mencuci baju kotor dengan air comberan yang keruh dan berbau. Atau mereka yang bermaksud menyapu debu-debu yang ada dengan sapu yang ber-lepotan kotoran. Jika kita menginginkan perubahan, itu harus nampak pertama-tama dari diri kita sendiri. Dari sanalah orang-orang yang melihat dan mendengar menjadi percaya bahwa kita sungguh-sungguh mengharapkan perubahan. Seorang jenderal Cina satu kali pernah berkata, “Jika hendak mengatur dunia, negara saya yang harus pertama diubah. Jika mau negara saya diubahkan, kampung halaman saya harus dibenahi. Jika kampung halaman saya hendak ditata kembali, keluarga saya yang pertama-tama harus dibetulkan. Jika keluarga saya harus diperbarui, saya sendirilah yang pertama-tama harus berubah”

Sebelum terangkat naik ke surga, Yesus mengatakan bahwa murid-muridNya akan menjadi saksi-saksiNya. Dari Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria, hingga ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Perhatikanlah urutannya. Bukan dari ujung bumi menuju ke Yerusalem melainkan sebaliknya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa perubahan itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Allah menjanji-kan kita akan sanggup menjadi saksiNya hingga ke ujung-ujung bumi apabila kita telah menjadi saksi di lingkup yang lebih kecil.

Gaya hidup perubahan seharusnya menjadi ciri-ciri utama dari mereka yang hidup bagi visi Tuhan. Mereka yang hidup dalam visi Tuhan seringkali harus menghadapi bukan hanya perubahan-perubahan yang terjadi di luar diri mereka tetapi harus siap sedia mengikuti perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh Tuhan demi mempersiapkan kita untuk menjadi alatNya yang bekerja bagi visiNya. Inilah yang seringkali kita sebut sebagai proses Tuhan.

Hamba-hamba Tuhan, para visioner illahi, selalu mengalami pemrosesan dari Allah. Hari ke sehari, langkah demi langkah, tahap demi tahap, Tuhan menuntun hamba-hambaNya menjadi pribadi yang mulia yang semakin menyerupai Dia. Semakin kita merelakan diri untuk berubah, semakin leluasa Tuhan bekerja dalam hidup kita dan memakai kita menjadi saluran berkatNya bagi dunia. Sebaliknya, mereka yang menolak proses Tuhan dan enggan untuk berubah akan mengalami kerugian yang sangat besar. Hidup mereka sia-sia selama di dunia. Itulah sebabnya 11 murid Yesus memiliki nasib yang berbeda dengan Yudas Iskariot. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada menjalani kehidupan yang mengenaskan seperti Yudas Iskariot. Semuanya karena ia memilih tidak mau berubah dan berbalik kepada Allah yang penuh kasih karunia. Kesebelas murid Yesus -bahkan Thomas, si peragu sekalipun- mau merendahkan diri, bertobat dan merelakan hidupnya diubahkan oleh Tuhan. Sekalipun mereka mati sebagai martir namun hidup dan jiwa mereka dimuli-akan serta mengilhami lebih banyak lagi orang percaya.

Salah satu hal menarik yang pernah saya baca adalah mengenai definisi ‘kegilaan’. Menurut beberapa kamus psikologi, salah satu tanda kegilaan adalah terus melakukan secara berulang-ulang hal yang sama sambil mengharapkan hasil yang berbeda. Mungkin itu yang dilakukan oleh be-berapa orang yang didiagnosis telah mengalami kegilaan. Seharusnya adalah bahwa apabila satu cara telah gagal memperoleh hasil yang diinginkan seharusnya itu ditinggalkan dan mencari cara lain yang lebih baik. Ironisnya,banyak orang telah tertipu dengan mengharapkan masa depan yang lebih baik menurut cara mereka sendiri. Telah terbukti bahwa cara dan usaha dari kekuatan serta pikiran manusia tidak pernah memperoleh hasil yang maksimal dalam pekerjaan Tuhan. Hanya cara dari Tuhanlah yang akan berhasil. Dan itu menuntut perubahan terus menerus dari hidup kita. Karakter kita harus diolah, dibentuk, ditajamkan, diperindah sesuai dengan standardNya. Sampai kita siap dan tepat untuk menangani otoritas yang lebih besar.

Pada beberapa bidang, penolakan akan perubahan pada dasarnya hanya akan menghasilkan kekalahan, kemunduran, dan kegagalan. Kebalikannya pun benar. Mereka yang terus menerus mau melatih dirinya untuk belajar dan mengubah diri akan menjadi orang-orang yang paling berhasil di muka bumi.

Dari semua pemimpin yang dimiliki oleh Amerika Serikat, Theodore Roosevelt (TR) adalah salah satu presiden yang terkuat -baik secara fisik mau-pun mental. Tetapi ia tidak memulainya demikian. Koboi Amerika yang pernah menjabat sebagai presiden ini dilahirkan di Manhanttan di sebuah keluarga kaya yang terkemuka. Sebagai seorang anak, ia sangat mungil dan sakit-sakitan, memiliki penglihatan yang kurang baik, dan sangat kurus. Orang tuanya tidak yakin ia akan bertahan hidup.

Ketika ia berusia 12 tahun, ayah Roosevelt berkata kepadanya, “kamu memiliki otak yang cerdas tetapi tidak memiliki tubuh yang sehat. Tanpa bantuan tubuh, otak tidak dapat bekerja sejauh yang dapat ia lakukan. Kau harus memiliki tubuh yang sehat.” Dan ia melakukannya. TR mulai meluangkan waktu setiap hari membangun tubuhnya juga otaknya, dan ia melakukannya sepanjang hidupnya. Ia berlatih angkat berat, mendaki, ice skating, berburu, mendayung, menunggang kuda, dan bertinju. Ketika TR lulus dari Harvard ia telah siap untuk menghadapi dunia politik.

Roosevelt tidak menjadi seorang pemimpin besar dalam semalam. Jalannya menuju kursi kepresidenan sangat lambat, namun tumbuh secara terus menerus. Sementara ia menjalani posisi yang bermacam-macam, dari Komisaris Polisi di kota New York sampai Presiden Amerika Serikat, ia terus belajar dan bertumbuh. Ia meningkatkan dirinya dan pada waktunya ia menjadi seorang pemimpin yang kuat.

Daftara prestasi Roosevelt sangat mengagumkan. Di bawah kepemimpinannya, Amerika Serikat muncul menjadi kekuatan dunia. Ia membantu negaranya mengembangkan AL (Angkatan Laut) yang terbaik. Ia melihat bahwa Teluk Panama sedang dibangun. Ia mengadakan perundingan damai antara Rusia dan Jepang, memenangkan hadiah Nobel dalam proses perdamaian tersebut. Ketika orang-orang meragukan kepemimpinan TR-ia berkampanye dan terpilih kembali dengan dukungan mayoritas terbesar dari seluruh presiden sampai saat ini.

Pada 6 Januari 1919, di kediamannya di New York, Theodore Roosevelt meninggal dalam tidurnya. Ketika mereka memindahkannya dari tempat tidurnya, mereka menemukan sebuah buku di bawah bantalnya. Sampai pada akhir hayatnya, TR masih terus berjuang untuk belajar dan meningkatkan dirinya. Tidak mengherankan ternyata apabila TR dikenal sebagai presiden paling dikagumi sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Perubahan itu sesuatu yang mutlak bagi mereka yang mengerjakan visi Allah, Kita harus membiasakan hidup di dalamnya, mengadakan perbaikan terus menerus dalam setiap aspek hidup kita, dan menampakkan kemajuan yang nyata di hadapan Allah dan manusia. Amin.