APA YANG DIMAKSUD TINGGAL DI DALAM KRISTUS

Oleh:  Peter B, MA

Injil Yohanes 15:4-5 memberitahukan pada kita perkataan Yesus sendiri:

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Kehidupan yang diubahkan, berubah menjadi baru hingga menjadi hidup yang berbuah-buah membawa kemuliaan bagi nama Tuhan selama di dunia hanya mungkin terjadi ketika orang TINGGAL DI DALAM KRISTUS DAN IA TINGGAL DALAM KRISTUS SAJA. Masing-masing kita, yang diumpamakan seperti ranting pohon anggur, akan menghasilkan buah jika tinggal melekat pada sang pokok anggur yaitu Yesus. Itu berarti, TINGGAL DALAM KRISTUS, adalah kunci dari kehidupan rohani yang berhasil dan menyukakan hati Tuhan, menggenapi tujuan penciptaan dan keberadaan kita sebagai manusia dan murid-murid Kristus.

Jika kita tidak TINGGAL DALAM KRISTUS, niscaya hidup kita mandul. Tiada berbuah. Diperhitungkan Tuhan sebagai tidak berbuat apapun.

Ini pada dasarnya memiliki 2 pengertian:

1- Hidup kita sekedar berlalu dan dijalani begitu saja. Hanya sepenggal tahun-tahun yang minim arti dan pencapaian, baik selama di dunia maupun dalam kekekalan. Hidup semacam ini bisa berupa hidup yang benar-benar menyimpang jauh dari hakikat penciptaan kita dengan menjadi budak hawa nafsu dan budak iblis; namun bisa juga suatu hidup yang sering disebut sebagai “hidup biasa-biasa saja” atau “hidup rata-rata sebagaimana yang dijalani kebanyakan manusia di dunia”.

2- Bisa jadi hidup kita tampak berhasil dan sukses, di atas rata-rata, melampaui kebanyakan orang. Suatu hidup yang dianggap spektakuler. Entah dari cara menjalaninya, apa yang dialaminya, hingga pencapaian-pencapaiannya. Namun begitu, meskipun dunia memandang hidup kita berprestasi atau bahkan membawa kemanfaatan bagi peradaban manusia, namun bisa jadi itu berbeda dengan yang dirasakan Tuhan, dipandang dari ukuran kekekalan, dimana semuanya itu tetap tiada berarti sedikit sama sekali pada akhirnya.

“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”
~ Matius 16:26 (TB)  

Kisah mengenai seorang muda kaya yang datang pada Yesus untuk menanyakan mengenai hidup kekal, merupakan contoh yang tak terbantahkan mengenai hal ini. Bagaimana tidak, dalam usia yang muda, ia hidup dalam suatu kehidupan yang melebihi kebanyakan orang pada umumnya. Muda. Kaya. Bermoral tinggi. Terpandang di masyarakat. Seorang pemimpin (menurut catatan Injil Lukas). Meski demikian, segala kelebihan itu tak mampu menutupi kekosongan batin dan kegelisahan hatinya akan nasib jiwanya bila kematian kelak menjemputnya. Semua yang telah dicapai dan dimilikinya, nyatanya tak berdaya mengobati kehampaan hidup, sekalipun ia seolah mempunyai semua yang didambakan dan dinilai oleh kebanyakan orang sebagai kehidupan yang berhasil.
Bisa jadi dunia menilai kita telah “hidup berbuah lebat” namun jika kita tidak tersambung pada pokok yang benar, pokok kehidupan sejati yaitu Yesus Kristus sendiri, buah-buah kehidupan kita sesungguhnya sia-sia belaka. Buah yang demikian, ketika diuji dan diterangi oleh kebenaran firman dan hikmat sejati, tak dapat bisa diperhitungkan sebagai buah atau hasil yang dicari oleh Tuhan. Apa sebab? Karena buah-buah yang dihasilkan pada akhirnya hanya akan menuntun pada pengenalan akan sesuatu yang palsu, yang tidak membawa manusia pada kehidupan sejati dan kekekalan yang hanya dapat dialami dan dirasakan manusia ketika terhubung dengan Tuhan sendiri.
Sesungguhnya, demikianlah sesungguhnya keadaan manusia-manusia duniawi yang tak terhubung dengan Kristus. Semuanya sama dengan sang pemuda kaya itu. Bedanya, sangat sedikit yang berani menanyakan itu dalam hatinya di hadapan Tuhan.

Dengan tegas, Yesus berkata bahwa hanya dengan SESEORANG TINGGAL DI DALAM DIA dan KRISTUS TINGGAL DI DALAMNYA, maka buah-buah yang dihasilkannya banyak. Dengan kata lain, semakin saya atau Anda menyatu dengan Kristus, semakin banyak berkat-berkat sejati dirasakan melalui hidup kita. Dalam hubungan dan persekutuan yang intim, erat, mendalam, kuat dan tak terpisahkan maka hidup kita mencapai hakikat dan tujuan akhir dari keberadaannya.

Itu sebabnya, TINGGAL DI DALAM KRISTUS harus menjadi kerinduan dan pilihan kita setiap hari. Hanya dengan cara itu saja, kita hidup dalam bentuk kehidupan tertinggi, di hadapan Tuhan dan manusia. Memastikan diri kita tetap melekat DALAM YESUS KRISTUS dan selalu TINGGAL DALAM DIA adalah tugas serta kewajiban kita jika kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya dan berhasrat menyenangkan hati Tuhan.

Pertanyaannya kini, APAKAH SEBENARNYA YANG DIMAKSUD TUHAN SEBAGAI  “TINGGAL DALAM KRISTUS ITU”?

Faktanya, banyak yang merasa telah memahaminya, namun sudahkah itu merupakan pengertian yang tepat? Mengingat penipuan dan penyesatan pikiran di segala jaman oleh kuasa-kuasa kegelapan yang menentang pengenalan yang benar akan Allah sejati, kita perlu mengetahui sebenar-benarnya apa dan bagaimana TINGGAL DALAM KRISTUS itu. Dengan mengetahui isi hati Tuhan mengenai perkara yang sangat penting dan mendasar ini, kita akan dimampukan mengenali dengan benar apakah kita telah tinggal dalam persekutuan dengan Kristus dan dengan demikian dimampukan secara tepat mengukur buah-buah kita dalam Tuhan.
Janganlah kita di hadapan Tuhan pada penghakiman terakhir bernasib serupa orang-orang yang mengklaim telah melakukan banyak perkara besar bagi dan atas nama Tuhan, namun Allah Bapa menolaknya bahkan tidak mengenalnya (Matius 7:21-23). Apa yang sangka mereka adalah perbuatan-perbuatan rohani yang pasti diperkenan Tuhan, justru disebut Tuhan sebagai kejahatan dengan mereka semua sebagai pembuat-pembuatnya.
Biarlah kita termasuk sebagai orang-orang yang mencari kebenaran, memperolehnya dan hidup di dalamnya dengan setia, melakukan kehendak Allah hingga kesudahannya. Bukan orang-orang yang tertipu, membohongi diri,  tersesat, kecewa dan binasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *