API ASING DI KEMAH SUCI (Bagian II)

Oleh: Peter B, MA


Api Asing Berkobar Melalui Cara-cara Kita Sendiri Dalam Melayani Tuhan.

Nadab dan Abihu telah mendengar ketetapan Tuhan mengenai bagaimana seharusnya melaksanakan tugas sebagai imam Tuhan. Baik waktu pelaksanaannya, tatacaranya hingga bagaimana seharusnya bersikap sebagai imam. Semuanya telah dituliskan dengan detail sebagai suatu perintah yang harus benar-benar diperhatikan. Sayangnya, kedua imam muda itu tak mempedulikannya. Mereka memilih bertindak dengan cara-cara mereka sendiri.
Hal serupa terjadi pada Uza (2 Sam. 6:6-7), salah satu dari dua orang pengiring kereta yang ditarik sapi dimana di atasnya ditaruh tabut perjanjian yang hendak dibawa ke Yerusalem atas perintah Daud.

Hari ini, kita melihat dan mendengar bagaimana pelayanan dikerjakan dengan pemikiran-pemikiran manusiawi bahkan yang duniawi. Tanpa terlalu memperhatikan prinsip-prinsip yang tersimpan di balik ayat-ayat firman Tuhan, pelayanan yang disebut-sebut dialamatkan kepada Tuhan justru diwujudkan dalam usaha-usaha untuk menyenangkan memanjakan manusia. Tempat-tempat ibadah yang sejuk dan nyaman, jam-jam ibadah yang dipersingkat dan disesuaikan dengan kesibukan jemaat, dekorasi yang menarik hati disertai penampilan apik dan menarik hati dari mereka yang melayani di mimbar atau panggung gereja, juga para pembicara-pembicara yang menyampaikan pesan-pesan yang lebih banyak menyenangkan telinga pendengarnya dan membangkitkan motivasi untuk mencari berkat-berkat materi atau mengejar hidup sukses di dunia ini daripada menjalani hidup takut akan Tuhan, menyangkal diri dan memikul salib sebagai pengikut Kristus -semuanya, walaupun tampak baik dan ingin memberikan yang terbaik, namun penekanan pada apa yang lain daripada usaha melahirkan murid-murid Kristus sejati menunjukkan betapa pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan manusia telah menjadi prakrek-praktek yang umum di gereja Tuhan masa kini.
Sesuatu yang tidak pernah terbersit di hati rasul-rasul dan jemaat mula-mula oleh karena hidup mereka yang berbeda dari dunia setelah memutuskan mengikuti ajaran Yesus Kristus telah terang-terangan diperagakan di perkumpulan yang seharusnya kita sebut sebagai kudus dan keluarga Allah. Dengan mengadakan acara-acara yang serupa dengan dunia, mengundang selebritis yang belum teruji benar kesetiaan dan imannya pada Kristus dan ajaran-Nya untuk berdiri sebagai suatu teladan iman atau dengan menyuguhkan tampilan dan perayaan seni yang juga ditampilkan orang-orang yang tidak mengenal Allah, suatu api asing berkobar di hadapan Tuhan dan menimbulkan kemarahan hati-Nya!


Benarkah Tuhan ingin kita berhasil sebagaimana keberhasilan yang dicapai orang-orang yang tak mengenal Tuhan? Bukankah kesuksesan hidup kita seharusnya mengikuti cara dan kemauan Tuhan yang ingin menjadikan kita sebagai alat kemuliaan-Nya?
Benar, ada yang dianugerahi kemuliaan dan kekayaan raja-raja seperti Yusuf dan Daud. Namun tidakkah Yeremia yang tak pernah digubris sedikitpun kala menyampaikan pesan-pesan profetik dari Tuhan termasuk salah satu nabi paling berhasil di mata Tuhan? Bukankah nabi-nabi kecil seperti Amos, Obaja, Nahum dan Habakuk juga pelayan-pelayan yang berhasil di mata Tuhan? Tidakkah nabi seperti Yunus yang hendak melayani Tuhan menurut caranya sendiri diganjar dengan goncangan dan hukuman yang keras?

Dan bagaimana dengan para rasul Kristus yang jangankan menikmati kehidupan yang tenang dan serba nyaman di tengah kumpulan jemaat yang mengagumi mereka.., nyatanya hidup mereka dikorbankan bagai hewan-hewan sembelihan! Akankah kita menyebut mereka orang-orang yang gagal sebagai hamba-hamba Tuhan? Lalu apakah Kristus yang mati demikian memalukan dan mengenaskan adalah gambaran keberhasilan atau kegagalan dalam pelayanan? Jika Kristus ialah lambang keberhasilan, adakah yang mau mengikuti jejak-Nya sebagai hamba untuk mengosongkan diri dan menjalani hidup yang Bapa inginkan apapun itu bentuknya? Bisakah kita memilih cara Tuhan memanggil dan memakai kita? Dan jika kita memilih cara dan jalan yang hendak kita lalui dalam melayani Tuhan sesuai selera kita sendiri, mungkinkah kita masih menyebut itu sebagai suatu pelayanan yang tunduk pada sang Raja di atas segala raja? Adakah pegawai kerajaan yang menentukan sendiri bagaimana dia bertindak tanduk di hadapan pribadi yang paling berkuasa di seluruh kerajaan?


Adalah suatu fakta jika sejauh ini kita masih suka memilih dan memaksa Tuhan mengikuti kemauan hati kita yang telah kita coba cocokkan dengan ayat-ayat firman-Nya sebagai seolah-olah keinginan-Nya sendiri. Padahal itu tak pernah muncul di hati Tuhan. Suatu api yang asing yang terus dikobarkan di hadapan Tuhan tidak akan membawa dampak yang menguntungkan bagi kita.


Api Asing Menghanguskan Segala Sesuatu Ketika Ukuran-ukuran Kita Sendiri Menjadi Pedoman Penentu Apa Yang Berkenan di Hadapan Tuhan.
Kisah Yerobeam dalam 1 Raja-raja 12-14 memberitahukan kita apa yang membuat Yerobeam akhirnya sangat dimurkai Allah. Dikisahkan di sana bahwa ia memulai suatu ibadah baru. Mengatasnamakan Tuhan, Allah yang membebaskan Israel dari tanah Mesir, ia membuat dua patung lembu emas dan mengajak seluruh bangsa menyembah patung-patung tuangan itu. Lebih dari itu, ia mengangkat pelayan-pelayan Tuhan sekehendak hatinya sendiri, menentukan tata cara dan waktu-waktu perayaan ibadah seturut hatinya sendiri:

“Lalu ia menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan.
Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung yang lain.
Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, dan MENGANGKAT IMAM-IMAM DARI KALANGAN RAKYAT YANG BUKAN DARI BANI LEWI.
Kemudian Yerobeam MENENTUKAN SUATU HARI RAYA pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari raya yang di Yehuda, dan IA SENDIRI naik tangga mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel, yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu, dan IA MENUGASKAN di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah DIANGKATNYA.
IA NAIK TANGGA MEZBAH YANG DIBUATNYA di Betel itu pada hari yang kelima belas dalam bulan yang kedelapan, dalam bulan YANG TELAH DIRENCANAKANNYA DALAM HATINYA SENDIRI; ia MENENTUKAN SUATU HARI RAYA BAGI ORANG ISRAEL dan ia naik tangga mezbah itu untuk membakar korban”~1 Raja-raja 12:29-33

(huruf besar ditambahkan penulis untuk penekanan)

Ya, Yerobeam menentukan ukuran-ukurannya sendiri dalam ibadah “gaya baru” yang dirancangnya sendiri. Ia menganggap dirinya layak dan menunjuk dirinya sendiri sebagai pemimpin imam bagi Tuhan. Ia memilih orang-orang sesuai seleranya dan menganggapnya layak melayani sebagai imam-imam bagi Tuhan. Ia mencari dan menetapkan hari-hari ibadah dan menentukan hari-hari raya yang seolah sama dengan yang ditetapkan Tuhan tetapi pada waktu yang berbeda, menganggapnya sebagai hari-hari suci untuk beribadah.

Atas apa yang dilakukan Yerobeam ini, Tuhan menanggungkan hukuman yang sangat berat hingga pada keturunan-keturunannya. Bahkan pada siapapun yang mengikuti standar-standar ibadah Yerobeam di kemudian hari.

Di masa kini, api asing menyambar dan merusakkan pekerjaan Tuhan karena standar pribadi menjadi tolok ukur bagaimana suatu pelayanan diadakan. Ketika pemimpin rohani tak bisa membedakan jawatan-jawatan dalam kepemimpinan gereja sehingga mencampuradukkan berbagai pelayanan lima jawatan (yakni rasul, nabi, pemberitaan Injil, gembala dan pengajar) dan mengklaim dirinya sebagai salah satu atau sekaligus beberapa jawatan tersebut secara tak berdasar maka suatu pelayanan asing dihadirkan di hadapan Tuhan (betapa perlu kita perlu mewaspadai berbagai sebutan, gelar atau jabatan pelayanan yang diyakini dan diperhitungkan atas diri seseorang atau sekelompok pemimpin rohani sedangkan itu tidak pernah benar-benar disebutkan dalam Alkitab atau dalam penafsirannya yang seimbang dan sehat!)
Di saat ukuran-ukuran seorang pelayan Tuhan tidak jelas dan hanya ditentukan oleh gelar, bakat, kedekatan hubungan atau tampilan-tampilan yang terlihat rohani tanpa mempertimbangkan komitmen dan kehidupannya sehari-hari sebagai murid Kristus sejati, maka saat itulah pelayanan serupa Yerobeam yang dibenci Tuhan telah lahir. Dan ketika hari-hari ibadah atau perayaan ditentukan dalam bentuk-bentuk rutinitas tanpa makna yang bertujuan hanya memuaskan tuntutan relijius semata maka sesuatu yang tak pernah diinginkan Tuhan dipraktekkan hanya untuk akhirnya membawa sakit di hati Tuhan.

Semestinya kita menyediakan hati untuk mencari apa yang menjadi ukuran-ukuran sejati kerajaan Allah dan intisari ajaran Kristus, Tuhan kita. Melalui suatu studi yang mendalam di hadapan hadirat Tuhan dengan hati yang diserahkan untuk mengasihi dan menemukan kebenaran sejati, dalam pimpinan Roh hikmat dan wahyu, pada kita akan disingkapkan standar ilahi. Bukan dengan memegang erat pendapat kita sendiri sembari mencari ayat-ayat yang mendukung pandangan subyektif kita.

Tanpa pengenalan akan Tuhan dan kerendahan hati untuk belajar dan diajar, kita berpotensi membangun suatu mezbah dimana kita membakar persembahan yang asing di hadapan Tuhan.


Hingga ribuan tahun kemudian, seberapa banyak peringatan Tuhan melalui peristiwa Nadab dan Abihu benar-benar kita pahami? Seberapa banyakkah yang mencoba mendalami maksud Tuhan sehubungan dengan hal ini? Atau jika banyak yang telah tahu atau ‘merasa’ cukup tahu makna api asing di hadapan Tuhan, seberapa banyak yang sungguh-sungguh ingin mengaplikasikan kebenaran tersebut dengan membawa api yang benar di hadapan Tuhan?

Oh, seandainya saja kita benar-benar mengerti betapa mengerikan dampak dari suatu api yang asing di hadapan Tuhan itu!


MENGAPA TUHAN SEKERAS ITU MENYATAKAN PENGHAKIMAN-NYA?
Mengamati apa yang terjadi atas Nadab dan Abihu maupun kematian tiba-tiba dari Uza, kita bertanya-tanya mengapa Tuhan bersikap demikian keras? Perlukah penghukuman semacam itu? Setiap itu dengan kesalahan mereka?

Berbicara mengenai kematian, kita tidak pernah akan benar-benar memahami mengapa ada orang-orang yang tidak diberikan kesempatan atau berumur panjang. Semua berpulang pada hikmat dan kebijaksanaan Tuhan. Meski begitu, setidaknya kita bisa belajar dari peristiwa-peristiwa terkait kematian yang diijinkan Tuhan itu.

Terkait pelanggaran atas bagaimana kakak beradik putra Harun itu tidak mengindahkan peraturan imamat Tuhan, api datang dari langit secara mendadak dan menghanguskan mereka sampai mati. Demikian pula kematian Uza yang seketika.
Melalui kejadian yang demikian ekstrim, Tuhan ingin menyampaikan peringatan keras bagi mereka yang dengan terang-terangan dan secara terbuka melakukan pelanggaran terhadap standar-standar keimaman yang ditetapkan-Nya.

Itulah mengapa hukuman Tuhan atas Yerobeam sangat mengerikan, karena telah mengubah seluruh tatanan ibadah yang benar di hadapan Tuhan dengan menerapkan ukuran-ukurannya sendiri:

“Sebab engkau telah melakukan perbuatan jahat lebih dari semua orang yang mendahului engkau dan telah membuat bagimu allah lain dan patung-patung tuangan, sehingga ENGKAU MENIMBULKAN SAKIT HATI-KU, bahkan engkau TELAH MEMBELAKANGI Aku.

Maka Aku akan MENDATANGKAN MALAPETAKA kepada keluarga Yerobeam. Aku akan MELENYAPKAN dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan MENYAPU keluarga Yerobeam SEPERTI ORANG MENYAPU TAHI SAMPAI HABIS.
SETIAP ORANG dari pada Yerobeam yang mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung yang di udara. Sebab TUHAN telah mengatakannya”~1 Raja-raja 14:9-11


Melayani Tuhan dengan pikiran, motif hati, tujuan dan cara-cara sendiri diperhitungkan Tuhan sebagai sesuatu yang “menimbulkan sakit hati Tuhan”. Mengapa? Karena dengan sengaja tidak taat, membangkang atas perintah Tuhan. Disadari atau tidak, itu berarti memanfaatkan Tuhan dan pelayanan kepada-Nya sebagai alat melampiaskan kepentingan-kepentingan pribadi.
Sikap demikian dipandang sebagai “membelakangi Tuhan”. Suatu sikap yang menganggap Tuhan sebagai sosok yang tidak berarti, tidak perlu diperhatikan atau dipertimbangkan sekalipun dalam menentukan segala sesuatu. Yang memilih untuk bertindak semaunya sendiri tanpa menghiraukan keberadaan dan kedaulatan Sang Mahatinggi. Itu sama sekali bukan perkara sepele dan kecil saja!

Sebagaimana contoh-contoh di atas, mereka yang mencoba melayani Tuhan akan berhadapan dengan Tuhan sendiri yang akan menghakimi mereka.
Ini sejajar dengan apa yang dikatakan Yesus dalam Matius 7:21-23,

“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Nadab dan Abihu mengalami kematian yang mengerikan. Itu juga yang terjadi atas mereka yang membawa api asing dalam pelayanan mereka akan beroleh ganjaran yang sama: kematian. Pertama-tama kematian rohani dan jika tidak ada pertobatan, mereka akan mengalami kematian kedua yang kekal di lautan api. Kematian rohani ditandai tidak ada pertumbuhan dan pengenalan yang jelas dan nyata akan jalan-jalan Tuhan. Pengetahuan rohani mungkin terus akan bertambah tetapi perubahan karakter dalam hidup dan pelayanan yang sesuai hati Tuhan tidak pernah benar-benar terjadi.

Tuhan akan menghentikan pelayanan mereka yang membawa api asing di hadapan-Nya. Entah itu dengan membuat pelayanannya semakin menyimpang dari jalur kebenaran Tuhan dan semakin sesat sehingga tak layak disebut sebagai pelayan Tuhan. Atau mengacaukan pelayanan mereka dengan berbagai kasus, perpecahan, tekanan atau persoalan sosial atau kesulitan dari otoritas pemerintahan yang ada, juga dari sebab-sebab lain di dalam pengaturan dan kekuasaan Tuhan sehingga pelayanan-pelayanan semacam itu kehilangan penyertaan dan hadirat Tuhan yang sejati.
Pada beberapa kasus khusus, meski tidak selalu demikian, kematian yang tidak terduga dan mengejutkan banyak orang mungkin dapat terjadi secara tiba-tiba atas hamba-hamba Tuhan yang di pemandangan Tuhan telah menyalakan suatu api asing yang menggusarkan hati-Nya!

Pada waktunya, Tuhan akan membuka setiap penyimpangan terkait apa yang disebut orang sebagai “pelayanan” di hadapan-Nya. Tuhan akan menunjukkan kekudusan dan kemuliaan-Nya di hadapan umat-Nya. Pelayanan dengan api asing akan menjadi pelajaran dari Tuhan bagi setiap hamba Tuhan maupun jemaat Tuhan bahwa pekerjaan Tuhan harus dikerjakan dengan pikiran, hati dan cara-Nya. Seperti halnya Saul yang ditolak sebagai raja dan akhirnya mati dengan tragis di tangan orang-orang Filistin dan seperti Yerobeam serta keturunannya yang dilenyapkan sampai habis secara ngeri, demikianlah Tuhan akan menghakimi setiap orang yang melayani Dia dengan api asing tanpa memandang bulu, meskipun mereka pernah dipilih dan diurapi Tuhan untuk melayani Dia sebelumnya.


SEBELUM MELANGKAH LEBIH JAUH KE BAGIAN SELANJUTNYA
Setiap kita yang hendak melayani Tuhan atau yang telah terpanggil untuk melayani Tuhan harus mempertimbangkan dengan sungguh peringatan Tuhan melalui peristiwa api asing Nadab dan Abihu.

Kita seharusnya minta supaya dimampukan untuk membedakan apakah kita sedang membawa suatu api asing atau suatu persembahan sejati hadapan Tuhan. Kegagalan untuk mengetahui hal ini berakibat sangat fatal karena bisa jadi tanpa disadari kita berada pada arah yang berbeda dengan Tuhan: membelakangi Dia dan menyakitkan hati-Nya.

Suatu doa harus kita naikkan dengan penuh kebulatan hati.
Seperti doa Daud, orang yang seumur hidupnya senantiasa berusaha menyenangkan hati Tuhan dengan persembahan yang tepat di hati Tuhan, meski beberapa kali ia sempat jatuh dan gagal:

“Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku.
Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari”~Maz. 25:4-5

“Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu”~Maz. 86:11


Akan tiba saatnya bahwa setiap persembahan orang-orang yang sebelumnya merasa tidak layak dan asing di hadapan Tuhan akan menjadi suatu persembahan yang diterima-Nya. Tuhan akan berkenan pada persembahan mereka oleh karena mereka menghormati Tuhan dan mempersembahkan apa yang sesuai dengan hati-Nya:

“Janganlah orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN berkata: “Sudah tentu TUHAN hendak memisahkan aku dari pada umat-Nya”; dan janganlah orang kebiri berkata: “Sesungguhnya, aku ini pohon yang kering.”
Sebab beginilah firman TUHAN: “Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku,
kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama — itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan —, suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka.
Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku,
mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa”~Yes. 56:3-7

Bagaimana dengan api persembahan Anda?


Doa saya menyertai Anda.
Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan-Nya.

API ASING DI KEMAH SUCI (Bagian I) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *