RENUNGAN MAZMUR 1
(Ditulis oleh Bp. Peter Bambang Kustiono)
(Ditulis oleh Bp. Peter Bambang Kustiono)
Kaya, terkenal, terhormat, pendidikan tinggi, cantik, tampan, mempunyai kedudukan tinggi, dsb. Seringkali adalah ukuran kebahagiaan manusia pada umumnya di seluruh dunia. Kita yang terpanggìl menjadi penyembah sejati sebagaimana Daud ternyata harus berpikir ulang untuk membuat standard kebahagiaan yang sama.
Kitab Mazmur — yang merupakan kitab Doa, Pujian dan Penyembahan – dibuka dengan suatu pesan. Pesan inti adalah: kunci kebahagiaan hidup manusia. “Berbahagialah orang yang…” menyatakan dengan cukup jelas bagaimana seseorang dapat menjadi bahagia. Kata lain untuk “bahagia” adalah “beruntung” atau “tidak rugi”. Hìdup ini singkat, kata banyak orang. Dalam hidup yang singkat ini adakah sedikit kesenangan? Berbaga cara dicari manusia tetapi hanya ada satu cara agar hidupmu tidak rugi dan celaka melainkan penuh dengan keberuntungan dan kebahagiaan. Inilah 2 pesan dari Pemazmur, “Hidupmu” akan beruntung apabila:
1. Engkau tidak tahu-menahu dengan hal-hal kefasikan” (ay. 1)
Orang yang tidak berjalan, tidak berdiri, dan tidak duduk di antara orang fasik, orang berdosa dan pencemooh adalah orang yang lurus jalan hidupnya. Hidup mereka tidak berliku-liku menikmati kesukaan dunia ini tetapi selalu berada di jalur yang benar. Mereka tìdak tahu menahu akan segala kejahatan dan kefasikan dunia: mereka kanak kanak dalam kejahatan (1 Kor 14:20b).
Banyak orang berpikir di zaman ini, hidup itu nikmat jika dapat merasakan segala kesenangan anggur dunia. Kenyataan umum justru membuktikan sebaliknya. Orang-orang yang dianggap sukses dan berjasa bagi umat manusia seringkali bukan orang-orang yang hidup tak karuan, seenaknya, bermalas-malasan, pemabuk, penjudi dsb. Mereka adalah orang-orang yang telah berusaha keras, rajin, terus belajar, mendisiplinkan diri dan seringkali rnengorbankan hak dan kesenangan hidup mereka. Prestasi mereka diperoleh karena hasil usaha mereka. Ini hidup yang berguna! Kenikmatan dan anggur dunia seringkali hanya merusak diri, jiwa bahkan masa depan. Mengapa hukuman terhadap pengedar narkoba begitu berat (seringkali hukuman mati)? Karena mereka penghancur masa depan bangsa. Siapa yang memakai narkoba tidak akan beruntung hidupnya! Sungguh begitu banyak jerat yang dipasang Iblis untuk menipu manusia dari kebahagiaan sejati!
Hidup di jalan yang lurus adalah kunci kebahagiaan. Itulah jalan yang ditetapkan Tuhan bagi setiap manusia. Di dalam Yesus kita menemukan jalan lurus yang menuju kebahagiaan sejati. Setiap penyembah sejati hidup dalam kebahagiaan karena jalan hidupnya lurus di dalam Tuhan, tidak tahu menahu kefasikan dunia tetapi memandaag kekudusan Tuhan saja. Adakah kebahagiaan yang Iebih daripada itu? Biarlah kita menjadi kudus, seperti Dia yang adalah kudus.
2. Engkau hidup dalam kesukaan akan Taurat Tuhan” (ay. 2)
Hidup lurus dan jujur saja belum menjamin kebahagiaan penuh. Itu baru ½ bahagia. Kebahagiaan akan sempurna jika TauratNya, FìrmanNya menjadi kesukaan kita. FirmanNya bagaikan kompas dan penunjuk arah dalam hidup kita (Maz 119:105). Kerinðuan kita untuk hidup benar akan sia-sia tanpa petunjuk, pedoman bahkan penghiburan dari FirmanNya. Hidup ini penuh dengan godaan dan pencobaan. Ini melemahkan, menjatuhkan sampai jika mungkin menghancurkan iman kita. Tidak ada pegangan yang pasti selain FirmanNya. Sungguh FirmanNya menguatkan dan menopang kita! Tidak ada keindahan dan kesempurnaan melebihi Taurat Tuhan. Jangan berpikir Taurat Tuhan adalah beban hidup. Hati yang mengasihi Dia menjadikan Taurat itu manis dan menyegarkan (Maz 19:8-11). Baiklah kita berseru bersama Pemazmur : “Aku melihat batas-batas kesempurnaan tetapi perintahMu itu Iuas sekali” (Maz 119:96).
Bagian kedua dari Mazmur 1 menyajikan perbandingan hidup (ay. 3-4). Hidup orang yang benar dibandingkan dengan hidup mereka yang fasik. Hidup mereka yang berpegang pada TauratNya dibandingkan dengan hidup mereka yang menuruti jalan hidup dan keinginannya sendiri. Bagi mereka yang belum menjalaninya, perbandingan ini adalah peringatan sekaligus nubuatan. Bagi mereka yang telah menjalaninya, ini adalah kisah nyata; tidak dapat tidak mereka harus meng-aminkannya.
Dua benda yang dipakai sebagai perumpamaan keduanya adalah pohon yang ditanam di tepi aliran air dan sekam yang ditiupkan angin. Orang benar digambarkan seperti yang pertama, orang fasik seperti yang kedua. Lihatlah perbandìngannya:
ORANG BENAR
(Seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air)
|
ORANG FASIK
(Seperti sekam yang ditiupkan angin)
|
1. Sifatnya kuat keras dan berat
|
1. Sifatnya ringan
|
2.Memiliki banyak manfaat atau kegunaan apabila ditanam di tepi aliran air, berbuah dan tidak layu daunnya.
|
2.Sedikit manfaat dan kegunaannya, apalagi ditiup angin.
|
Firman Tuhan adalah kebenaran. Banyak yang tidak percaya dan menuruti kebenarannya sendirì, menempuh jalan hidup orang fasik : Rugilah engkau yang menanggung akibatnya! Tetapi yang percaya akan bersaksi seperti Daud : “Dahulu aku muda sekarang telah menjadi tua tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan Tuhan!” Sungguh memang demikian sebab, “….Tuhan mengenal (dengan persis) jalan orang benar” (ay. 6). Saudaraku, orang benarlah yang diamat-amati Tuhan. la peduli dengan orang-orang yang mau hidup dijalanNya.
Para penyembah sejati, mulai hari ini ubah paradigma atau konsep berpikir yang telah lama menguasai kita. Bagi penyembah yang sejati, kebahagiaan hidup, hidup yang berarti serta menjadi berkat adalah hidup yang melekat kepada Tuhan. Se-iring dan sejalan dengan Dia dalam segala sesuatu. Saya berdoa supaya kita sekalian menjadi “…seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya, apa saja yang kita perbuat berhasil…..(Maz 1:3) dan “….supaya orang menyebutkan mereka…. ‘tanaman Tuhan’ untuk memperlihatkan keagunganNya.” (Yes 61:3b). Amin.