BANYAK YANG DIPANGGIL TETAPI SEDIKIT YANG DIPILIH

Oleh Peter B, MA


“Sebab banyak yang dipanggil, tetapi
sedikit yang dipilih”

(Matius 22:14)

 

Ayat ini seringkali masih
menimbulkan misteri atau pertanyaan bagi yang membacanya terkait apa maknanya.

Untuk mengetahui apa makna
ayat tersebut, kita perlu menyimak konteks ayat tersebut yang sebenarnya
merupakan pernyataan penutup perumpamaan Yesus.

 

Dalam Matius 22:1-14,
Yesus menceritakan sebuah perumpamaan tentang perjamuan kawin seorang raja.
Sebelumnya raja telah menyampaikan undangan kepada orang-orang. Sayangnya, yang
diundang tidak ada yang mau datang. Bahkan ketika undangan kedua kalinya
disampaikan, mereka yang diundang tetap tidak peduli. Lebih keji lagi, mereka
menyiksa dan membunuh utusan-utusan raja itu. Raja pun murka dan memerintahkan
membalaskan kekurangajaran mereka, lalu menghukum mereka dengan keras.

 

Oleh karena pesta
perjamuan tetap diadakan, kini raja memerintahkan undangan dibagikan atau
diberitahukan secara luas. Tidak hanya kepada orang-orang tertentu namun kepada
siapapun di jalan-jalan, orang baik atau orang jahat sekalipun.

Banyak yang kemudian hadir
dalam pesta perjamuan raja itu. Kemungkinan besar karena undangan acara yang
besar dan meriah, penuh keramaian dan kemewahan. Tersedia makan minum dan acara
semarak. Maka ruang pesta pun segera menjadi penuh.

 

Adegan selanjutnya,
dikisahkan bahwa ternyata raja menjumpai undangan yang tidak berpakaian pesta.
Ia menegur orang itu tapi orang itu tidak peduli, tidak menghiraukan teguran
itu. Maka raja pun menitahkan supaya orang yang tidak berpakaian pesta ini
dikeluarkan dari pesta dan ditempatkan dalam kegelapan -yang merupakan
perlambang ia tidak lagi turut serta dalam kemeriahan dan sukacita pesta.

 

Dari akhir cerita yang
demikianlah, Yesus menutupnya dengan kalimat,
“Sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih”

 

Sesungguhnya, didasarkan
atas mereka yang diundang ke pesta perjamuan kawin itu, ada 3 tipe kelompok
orang. Ketiga-tiganya termasuk orang-orang yang dipanggil. Namun hanya satu
kelompok saja, yaitu sedikit orang, yang dipilih.

 

Kelompok pertama adalah
para undangan khusus. Yang dipanggil lebih dahulu dengan cara yang istimewa
sebagai kehormatan untuk menghadiri pesta sang raja.

Kelompok kedua, ialah
mereka yang diundang dan datang tetapi didapati tidak menggunakan pakaian
pesta. Akibatnya, merekapun diusir dari perjamuan tersebut.

Yang ketiga, tentu adalah
mereka yang merespon undangan sang raja, datang dengan pakaian pesta, yang
akhirnya turut serta dalam kebahagiaan dalam jamuan kerajaan.

 

Kelompok pertama dan kedua
adalah mereka yang dipanggil. Tapi keduanya tidak memenuhi syarat untuk dipilih
menghadiri pesta. Kelompok ketiga ialah mereka yang dipanggil dan termasuk
sedikit yang dipilih itu.

 

Perumpamaan Yesus di atas
sebenarnya menggambarkan panggilan keselamatan dari Tuhan. Pertama-tama secara
khusus kepada bangsa Israel, yang dipandang sebagai bangsa yang mendapat
keistimewaan dari Tuhan lebih daripada bangsa lain. Panggilan yang kedua ialah
kepada semua orang. Dari segala bangsa. Semua dipanggil masuk untuk
beraudiensi, bersekutu dalam hadirat sang raja. Undangan “diobral”
secara murah. Dipersilakan saja bagi yang ingin datang dan menikmati pesta.
Sayangnya, kelompok kedua banyak yang salah tafsir. Atau mungkin juga datang
dengan motif-motif pribadi:  memperoleh
keuntungan bagi dirinya sendiri dari undangan kerajaan itu. Mereka tidak
memandang sama sekali keberadaan dan kemuliaan raja yang mengundang mereka.
Mereka ingin mencari kesenangan mereka sendiri memanfaatkan undangan gratis
kerajaan. Tak pelak, akhirnya mereka memandang pesta perjamuan kawin kerajaan
itu sebagai acara murahan. Yang bisa mereka perlakukan sembarangan. Mungkin
sama atau bahkan lebih rendah derajatnya dari pesta-pesta kawinan biasa rakyat
jelata. Lebih-lebih undangan dibagikan gratis secara luas kepada umum.

Namun yang tidak mereka
sadari ialah meski undangan pesta itu gratis, namun itu tetap adalah acara
kerajaan. Ada aturan, protokoler, tata cara dan kepatutan yang harus
diperhatikan bahkan disyaratkan untuk mengikutinya. Tidak bisa seenak perut
sendiri. Tiba-tiba muncul, menikmati acara, makan minum sepuasnya lalu pergi
menghilang begitu saja setelah kenyang, mabuk atau bahkan mencuri properti
istana. Ingatlah bahwa itu adalah acara seorang raja. Seorang raja pasti punya
kehormatan, kemuliaan dan lebih lagi : otoritas. Tidak boleh dipandang enteng
atau diremehkan dengan bertindak sekehendak sendiri dalam lingkup istana dan
kerajaan. Diperlukan siap takut, hormat, tunduk dan taat saat berhubungan
dengan seorang raja. Sesuatu yang tidak dimiliki dan dipraktekkan kelompok
kedua namun ada pada kelompok ketiga.

 

Jadi sebenarnya apakah
yang dimaksud sebagai dipilih? Dan bagaimana kita bisa termasuk sebagai orang
yang dipilih Tuhan masuk dalam perjamuan kawin dan bersukacita dalam
kerajaan-Nya?

 

Istilah ‘dipilih’ yang
dimaksud oleh Yesus sebenarnya berarti ‘diijinkan masuk’ atau ‘diperbolehkan
mengambil bagian dalam persekutuan dan kebahagiaan sang raja’ yang dalam
pengertian rohani berarti melangkah dalam persekutuan yang lebih dekat, intim
dan penuh bahagia bersama sang raja. Ini yang digambarkan pula dalam Wahyu 19
tentang perjamuan kawin Anak Domba.

 

Dimana disebutkan di sana
:

 

Lalu aku mendengar seperti
suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh
yang hebat, katanya: “Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa,
telah menjadi raja.

Marilah kita bersukacita
dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah
tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.

Dan kepadanya dikaruniakan
supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih
bersih!” [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari
orang-orang kudus.]

~ Wahyu 19:6-8 (TB)

 

Ada perjamuan. Ada pakaian
lenan halus yang harus digunakan. Ada sukacita dan sotak sorai pesta sorgawi.
Inilah puncak dari segala pesta yang pernah ada atau diadakan. Yang bergabung
di dalamnya adalah orang-orang pilihan Tuhan. Kehormatan, kemuliaan, kebanggaan
dan tentunya kebahagiaan tertinggi menjadi milik orang-orang yang diundang
datang ke dalamnya!

Hanya orang-orang pilihan
yang diijinkan masuk ke dalamnya.

Nah, adakah Anda akan
termasuk menjadi salah satu yang terpilih menghadirinya?

 

Berikutnya. Mengenai
pilihan. Dipilih berarti bukan kehendak kita tapi kehendak yang memilih kita.
Dalam perumpamaan, Yesus memberikan petunjuk bahwa mereka yang dipilih adalah
mereka yang memenuhi persyaratan untuk dipilih masuk dalam ruangan kerajaan.
Pertanyaannya, bagaimana supaya dipilih? Ada petunjuk bagi kita. Kita harus
memastikan diri tergolong dalam kelompok ketiga. Yang datang ketika diundang
dan yang datang dengan mengenakan pakaian pesta.

 

Apa maksudnya?

 

Datang ketika diundang
berarti memberikan respon yang benar. Menyambut ajakan dan undangan sang raja
merupakan sikap hati yang lebih baik daripada tidak meresponnya sama sekali.
Ini serupa jiwa-jiwa yang berdiri atau maju ke depan saat ada undangan altar
call
untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat. Inilah orang-orang yang tertarik
dan mendekat pada Tuhan saat Ia memanggil kita untuk datang dalam kasih
kemurahan-Nya yang besar.

 

Lebih lanjut, tidak cukup
hanya datang. Seseorang harus mengenakan pakaian pesta. Suatu hal yang
diwajibkan dilakukan jika ingin menghadiri dan diperkenankan masuk dalam acara.
Itu artinya orang harus datang dengan sikap hati yang hormat, tunduk, dan taat
pada ketetapan-ketetapan sang raja. Suatu bentuk penghargaan dan pengakuan
bahwa meskipun raja bermurah hati, ia tetaplah harus dihormati sebagai seorang
raja.

Ini adalah sikap hati yang
Tuhan cari jika kita mau mengikut Dia. Adalah benar bahwa keselamatan dan kasih
karunia diberikan cuma-cuma -sama seperti undangan perjamuan kawin disampaikan
kepada semua orang di persimpangan-persimpangan jalan tanpa kecuali kepada
siapapun yang mau meresponnya.

 

Dan adalah benar ada
keuntungan, kesenangan, berkat-berkat dan berbagai keistimewaan diberikan
sebagai undangan Kerajaan Allah. Akan ada sukacita dan kehormatan menjadi
tamu-tamu bahkan bagian dari lingkungan kerajaan.

 

Tetapi pada sisi lain,
kita harus tahu bahwa ada sikap di hadapan raja yang harus kita tunjukkan
sebagai bukti bahwa kita menghargai, menghormati, bahkan menyukuri undangan
sang raja. Bahwa kita menyambut kesempatan emas ini untuk berhubungan lebih
lanjut dengan sang raja. Bahwa kita menyadari jika kebaikan-Nya bertujuan
supaya kita semua boleh merasakan kebahagiaan tiada tara dari Tuhan, raja yang
baik dan murah hati itu.

 

Mengenakan pakaian pesta
juga berbicara mengenai mengerjakan keselamatan (Filipi 2:12-18). Yaitu bahwa
atas kita yang telah menerima panggilan dan anugerah keselamatan dari Tuhan ada
tanggung jawab untuk mempertahankan keselamatan itu dengan pertolongan dan
perlengkapan yang dari Tuhan. Baju pesta kerajaan sebenarnya disediakan oleh sang
raja. Kitalah yang harus rela mengganti pakaian kita yang sebelumnya dan
memakai pakaian kerajaan sesuai de­ngan peraturan kerajaan. Ini adalah gambaran
mengenakan manusia baru dalam kehidupan yang baru setiap hari (Efesus 4:20-24).  Itu sebabnya jika kita rindu memiliki
persekutuan dengan Tuhan, maka sudah selayaknya kita mengikuti pengaturan
Tuhan. Mengikut Dia dengan cara-Nya, seperti lembu yang menyerah dipasangi kuk
dan mengikuti kemana Tuhan membawa dan mengarahkan. Merendahkan diri, belajar
dan menjadi seorang murid. Inilah yang dimaksud Paulus sebagai “hidup yang
berpadanan dengan panggilan Injil itu”
(Filipi 4:1). Ka­rena Kerajaan
Allah memanggil kita maka hidup kita harus sesuai dengan cara Kerajaan itu.

Dengan cara demikianlah
kita akan masuk dalam golongan dari sedikit orang yang dipilih itu.

 

Terakhir, mengenakan
pakaian pesta
berbicara mengenai membayar harga dalam mengikut Tuhan. Syarat
pakaian pesta sebenarnya hanya gambaran dari penundukan diri pada tata cara
kerajaan. Berperilaku dalam lingkungan kerajaan berbeda dengan di rumah atau
dengan adab di tempat lain. Ada persyaratan dan taat cara khusus yang hanya
berlaku dan ditetapkan dalam lingkungan raja-raja. Ini merupakan kesukaran dan
beban tersendiri bagi mereka yang terbiasa semau sendiri, liar, bebas tanpa
batas menuruti kemauan atau kehendak sendiri. Hanya mereka yang sungguh-sungguh
ingin menjadi anggota kerajaan saja yang akan membayar harga untuk hidup dengan
cara demikian. Ketatnya peraturan dan bagaimana membawa diri dalam gaya hidup
yang berbeda dengan orang-orang pada umumnya merupakan “harga yang harus
dibayar” sebagai pertukaran atas kebiasaan mengikuti cara hidup sekehendak
hati yang biasa dijalani setiap hari.

 

Hari ini jika Tuhan, yang
Anda tahu bahwa Dia raja nan agung dan mahabesar, menemukan Anda belum
menggunakan pakaian pesta atau tidak bersedia mengenakannya, tepatnya, lalu Ia
menegur Anda untuk memperbaiki sikap Anda, apakah respon Anda?

Akankah Anda ‘diam saja’
seperti yang diceritakan dalam perumpamaan Yesus? Akankah Anda cukup peduli dan
mulai memeriksa diri supaya ada perubahan diri?

 

Sudah relakah Anda
membayar harga penundukan diri pada kehendak Tuhan dalam ketaatan penuh
pada-Nya? Ataukah Anda hanya ingin ‘memanfaatkan’ undangan ke balairung istana
untuk kepentingan dan kesenangan Anda pribadi? Hanya demi kenyamanan hidup,
memperoleh kepuasan duniawi dan berkat materi belaka yang banyak dicari
orang-orang yang mengaku percaya Yesus dan memenuhi panggilan-Nya untuk percaya
serta mengikut Dia? Adakah Anda mengikut Yesus hari ini karena segala
fasilitas, kemudahan, kelancaran, mujizat, pertolongan dan berkat-berkat
jasmani yang Tuhan janjikan itu?

Meskipun hal itu tidak
salah, namun sadarkah Anda bahwa Tuhan mempunyai syarat dan ketentuan jika Anda
ingin bergabung dalam kumpulan kerajaan-Nya? Sudahkah Anda rela memenuhi
persyaratan-Nya itu? Untuk memikul salib dan menyangkal diri? Untuk hidup dan berperilaku
sebagai anggota-anggota kerajaan Allah yang telah diberikan hidup dan kedudukan
yang baru?

 

 

Hari ini, kalimat Yesus
“banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih” kiranya menjadi
pengingat bagi kita.

Bahwa kita harus
mengusahakan diri -yang sesungguhnya juga merupakan kerinduan Tuhan- untuk
menjadi orang-orang pilihan-Nya. Jangan menjadi orang-orang bebal yang
mengabaikan panggilan Tuhan. Namun juga jangan menanggapi panggilan Tuhan
seolah itu perkara sepele dan murahan, yang bisa dijalani dengan tetap hidup
mengikuti cara dan tujuan kita sendiri.

 

Keselamatan diberikan
cuma-cuma tetapi dipertahankan dengan seluruh keberadaan kita. Melalui
penyerahan dan persembahan diri sepenuhnya. Dalam tetap tinggal bersama sang
raja serta mengabdikan hidup bagi-Nya. Untuk bukan saja sekedar menikmati
berkat-berkat Tuhan tetapi juga hidup dalam penundukan dan ketaatan akan
kehendak-Nya. Bahwa kita tidak sekedar ingin menikmati sukacita  dan kelimpahan pesta Tuhan tetapi tidak acuh
tak acuh akan kehormatan nama-Nya dalam keseharian kita. Bukan seperti anak
sulung yang tidak menikmati persekutuan dengan Bapa tetapi juga tidak seperti
anak bungsu yang hanya memanfaatkan kekayaan dan berkat Bapa demi kesenangan
dan kekuasaannya sendiri. Perumpamaan Yesus tentang anak yang hilang
menjelaskan kerinduan Bapa sorgawi bagi kita: 
Menjadi anak-anak yang menikmati kebahagiaan dalam persekutuan intim,
dan dalam bekerja bagi Bapa di segenap rumah-Nya. Menjadi anak yang memberikan
dukungan dan kontribusi hidup bagi pekerjaan Bapa. Bukankah tuaian Bapa itu
banyak tetapi pekerjanya sedikit?

 

Jadilah mereka yang
dipilih. Masuklah dalam kumpulan yang sedikit itu.

Jadilah pribadi-pribadi
yang tahu berterima kasih. Yang memuliakan dan menghormati kedaulatan Tuhan,
sebagai Bapa dan Raja atas hidup Anda. Yang rela membayar harga mengikut Dia.

 

Maukah Anda?

 

Salam revival!

Indonesia penuh
kemuliaan Tuhan sebab anak-anak-Nya yang membayar harga memuliakan Dia lebih
dari semua!

One thought on “BANYAK YANG DIPANGGIL TETAPI SEDIKIT YANG DIPILIH

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *