BARANGSIAPA TIDAK BEKERJA, JANGANLAH IA MAKAN

Oleh : Peter B, MA
Ada semacam konsep yang diyakini oleh sebagian
(dan mungkin sebagian besar orang Indonesia yang agamis ini) bahwa kerja keras
bukanlah sesuatu yang utama dan perlu diusahakan dalam hidup. Yang utama adalah
beribadah dan taat pada aturan agama. Karena percaya bahwa Tuhan adalah sumber
segala berkat, maka yang terpenting dalam hidup ialah banyak-banyak berdoa,
bersembahyang, melakukan berbagai laku keagamaan supaya Tuhan berkenan
mencurahkan berkat-Nya. Untuk hal-hal terkait pekerjaan sekuler, itu nomor dua.
Sekedarnya saja. Tidak perlu ngoyo dan neko-neko. Cukup biasa saja dan
tidak penting untuk menjadi sama dengan negara-negara maju. Tidak mengapa jika
keadaan sekitar tidak terlalu baik atau kurang memenuhi standar kehidupan atau
keindahan yang layak. Yang penting ibadah tidak boleh kendur. Jika perlu,
waktu-waktu kerja dipotong, digantikan dengan jam-jam ibadah dan diisi
aktivitas spiritual. Toh berkat itu datangnya dari Tuhan, percuma jungkir balik
mengejarnya jika Tuhan tidak memberkati. Begitulah yang mungkin sempat
terlintas atau mungkin juga memang mengendap di benak Anda yang sedang membaca
tulisan ini. Dan sesungguhnya hal ini adalah nyata. Terjadi di tengah-tengah
kita dan di depan mata kita. Tepatnya di ibukota beberapa waktu yang lalu
sampai sekarang ini. Pilihan warga Jakarta tampaknya jelas. Kota megapolitan
yang modern, sejajar dengan negara-negara maju bukan menjadi prioritas. Lebih
baik tetap tinggal dalam kondisi yang lama asalkan “tidak berdosa”
dengan memilih pemimpin yang tidak seiman.
Dalam Alkitab ternyata ada orang-orang yang
berpikiran sedemikian. Mereka memandang ibadah sebagai sumber keuntungan (1
Timotius 6:5). Ada orang-orang yang ingin memperoleh berkat-berkat materi
bahkan ingin menjadi kaya melalui ibadah (1 Timotius 6:9). Ada juga model yang
lainnya. Paulus menyebutkannya sebagai orang yang “tidak tertib hidupnya
dan tidak bekerja, melainkan sibuk dnegan hal-hal yang tidak berguna” (2
Tesalonika 3:11), yang oleh Paulus dianggap sebagai “orang yang tidak melakukan
pekerjaannya dan tidak menurut ajaran kebenaran yang disampaikan Paulus”
(2 Tesalonika 3:6).
Dari surat Paulus kepada Timotius yang
dihubungkan dengan suratnya yang lain kepada jemaat Tesalonika, kita setidaknya
dapat menduga orang-orang seperti apa yang ingin mendapat keuntungan dari
ibadah ini :
1) Orang yang menjadikan Tuhan sebagai sarana
untuk MEMPERBESAR berkat-berkat jasmani bagi hidup mereka. (1 Timotius
6:5,9-10).
 Ini adalah menjadikan Tuhan semacam sarana yang akan membuat mereka
jadi kaya atau lebih kaya lagi daripada keadaan sebelumnya. Tuhan dijadikan
seperti yang disebut oleh orang Jawa sebagai pesugihan, yaitu sesuatu yang
dapat menjadikan kaya. Dengan cara apa mereka menjadikan Tuhan seperti
demikian? Dengan cara selain bekerja sehari-hari, mereka rajin beribadah
(biasanya dengan sibuk berbagai aktivitas gerejawi) dengan tujuan supaya Tuhan
memberkati mereka secara materi dan berkelimpahan dengan harapan supaya menjadi
orang-orang yang kaya menurut ukuran dunia;
2) Orang yang sibuk dengan berbagai kegiatan
rohani tetapi meninggalkan apa yang semestinya menjadi tugas dan pekerjaannya
karena percaya bahwa Tuhan akan mengirimkan berkat bagi orang yang rajin
beribadah kepadanya
.  Orang semacam
inilah yang disebut Paulus dalam jemaat Tesalonika. Jemaat yang dipuji Paulus
karena merupakan jemaat yang terus bertumbuh dewasa secara rohani tetapi di
dalamnya ada orang-orang yang berpikir bahwa yang terutama adalah sibuk dengan
hal-hal kerohanian dan ibadah namun di sisi lain melalaikan tugas pekerjaan yang
seharusnya mereka lakukan sehari-hari. Mereka berpikir bahwa dengan sibuk
berkegiatan rohani, berkat dan rezeki akan Tuhan kirimkan dengan sendirinya.
Tidak perlu susah payah bekerja atau mengusahakannya. Ini mirip dengan contoh
kondisi yang sedang berlangsung di negara kita sekarang ini. Orang-orang
Kristen semacam ini menyalahartikan perintah Yesus untuk mencari dahulu
kerajaan Allah dan kebenarannya dengan menghabiskan waktu berkutat dengan
hal-hal rohani (baca : agamawi) yang 
tidak produktif, tidak berbuah dan tidak menjadi berkat melalui hidup
mereka.
APA YANG DIAJARKAN PAULUS TENTANG INI?
Dua tipe orang di atas dipandang keliru oleh
Paulus. Sekalipun mereka Kristen dan termasuk orang percaya, bukan itu yang
diajarkan Paulus supaya diikuti oleh jemaat sebagai panduan dalam hidup.
Poin-poin berikut inilah yang disampaikan
Paulus sebagai hikmat yang diterimanya dari Tuhan :
1. Ibadah memang mendatangkan berkat (baik
jasmani dan rohani sebagaimana dijanjikan Tuhan), yang berarti pula ada keuntungan
yang diterima orang yang beribadah, tetapi jangan sampai kita beribadah karena
didorong motivasi untuk memperoleh keuntungan materi
Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup,
memberi keuntungan besar.
~ 1 Timotius 6:6 (TB)
Ibadah itu mendatangkan berkat dan keuntungan
besar justru ketika yang beribadah datang dengan perasaan cukup. Suatu perasaan
yang puas karena memiliki dan menikmati hubungan dengan Tuhan yang dimotivasi
kerinduan untuk terhubung secara pribadi dengan Tuhan, untuk mengenal Dia,
bergaul dan berjalan lebih lagi dengan Dia. Untuk mencari wajah-Nya dan
kesukaan hati-Nya daripada apa yang dapat Ia berikan kepada kita. Terhadap
sikap hati yang demikianlah, Tuhan akan dengan sukacita mencurahkan berkat
dengan limpahnya.
Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah
~ 1 Timotius 6:8 (TB)
Paulus mengajarkan bahwa yang utama dalam
hidup adalah mengetahui dan menyadari bahwa Tuhan mencukupi dan memelihara
kita. Inilah suatu sikap hati yang cukup dan bersyukur di hadapan Tuhan, yang
bahkan atasnya Tuhan akan menambahkan berkat-berkat tambahan yang tidak pernah
terlintas di hati dan pikiran kita. Hati dan hidup yang penuh terima kasih
kepada Tuhan adalah KUNCI TINGGAL DALAM BERKAT TUHAN. Dan berkat-Nyalah yang
bahkan akan menjadikan kita kaya (dalam banyak perkara) walaupun dalam hati
kita tak terbersit keinginan memiliki kekayaan duniawi yang berlimpah-limpah
(lihat Amsal 10:22).
Ketahuilah, Tuhan tidak akan memberkati orang
yang serakah. Ia memberkati orang-orang yang memahami kebaikan dan kasih
karunia-Nya. Dalam rasa cukup dan puas di dalam Dia, akan dipercayakan-Nya
kekayaan yang lebih besar karena Ia tahu itu akan dikembalikan oleh
anak-anak-Nya itu untuk memuliakan-Nya.
2. Motivasi untuk ingin kaya dan karena
cinta uang dalam ibadah justru mendatangkan kesesatan dalam hidup, malapetaka
dan celaka, serta membuahkan berbagai kejahatan yang berujung kehancuran dan
kebinasaan
Konteks 1 Timotius 6 :2b-10 adalah tentang
ajaran yang sehat, khususnya dalam pengertian tentang motivasi dan tujuan
ibadah. Oleh karena itu ayat-ayat berikut ini mengandung pengertian yang
berhubungan dengan hal itu :
Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke
dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa
dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan
kebinasaan.
Karena akar segala kejahatan ialah cinta
uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan
menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
~ 1 Timotius 6:9-10 (TB)
Mereka yang berpusatkan materi selama di dunia
bukan saja tergoda dan jatuh dalam berbagai jerat dan nafsu. Ditilik dari sudut
pandang konteks bagian ini, secara tersirat Paulus hendak mengatakan bahwa
orang-orang semacam ini akan jatuh dalam pencobaan, dalam jerat, dalam berbagai
hawa nafsu yang hampa, yang justru akan meruntuhkan kehidupannya itu DENGAN
BERPIKIR DAPAT MENGGUNAKAN ATAU MEMPERALAT TUHAN SEBAGAI SUMBER KEUNTUNGAN
MATERI DALAM HIDUP MEREKA. Motif yang didasari cinta akan uang ini, pada
akhirnya hanya berujung pada hal-hal yang jahat, menyimpangkan seseorang dari
iman yang benar, yang membuatnya tersiksa dengan berbagai kesedihan yang tidak
perlu karena menginginkan kekayaan dunia ini.   
Ini menjadi semakin nyata ketika mengamati
keadaan gereja-gereja. Gereja yang berfokus pada materi atau uang, pada
akhirnya hanya membawa kegelapan daripada terang. Jika ibadah berkutat di
seputar urusan materi dan bagaimana memperolehnya, maka yang ada hanya
kesesatan dan kekecewaan belaka. Itulah yang akan dirasakan semua pihak yang
ada di dalamnya.
3. Sekalipun rajin beribadah, Tuhan tidak
akan memberkati orang-orang yang malas
Pada sisi lain, di samping orang-orang yang
beribadah dengan motivasi memperoleh lebih banyak lagi berkat materi, ada
orang-orang yang hanya berharap menyambung hidup dengan tidak melakukan apa-apa
selain rajin melakukan ibadah.
Terhadap orang seperti ini, Paulus pun
menentangnya.
Pesan Paulus dalam hal ini telah menjadi suatu
kutipan klasik  :
“…Jika seorang tidak mau bekerja,
janganlah ia makan”
~ 2 Tesalonika 3:10
Pernyataan ini sejatinya menyiratkan suatu
pengertian yang sangat dalam akan pikiran Tuhan atas bagaimana seharusnya
umat-Nya menjalani hidup.
Pertama, hidup anak-anak Tuhan bukan sekedar
diisi dengan berbagai ritual atau kegiatan-kegiatan ibadah termasuk aktif
berpartisipasi dalam pelayanan, melainkan sudah sepatutnya melakukan tugas dan
bagian yang ditentukan oleh Tuhan untuk dilakukan sepanjang hidup kita.
Maksudnya, Tuhan memiliki agenda, tujuan,
peran dan panggilan secara khusus bagi setiap anak-anak-Nya. Ia ingin setiap
kita hidup di dalamnya (lihat Efesus 2:10), melakukan apa yang sepatutnya kita
lakukan dengan cara sebaik-baiknya untuk membawa kemuliaan bagi nama-Nya (lihat
1 Korintus 10:31; 1 Petrus 4:11). Mereka yang dipanggil untuk bekerja secara
sekuler, harus melakukan bagiannya dengan melakukan yang terbaik dalam
pekerjaan atau profesinya. Demikian pula dengan mereka yang dipanggil untuk
sepenuh waktu melayani Tuhan, sudah sepatutnya TERUS BERKARYA DENGAN BERJERIH
LELAH MEMBAGIKAN BERKAT-BERKAT ROHANI YANG TUHAN TITIPKAN UNTUK DIBAGIKAN
MELALUI MEREKA.
Setiap orang harus melakukan bagian kewajiban
yang ditentukan baginya di dalam Tuhan, lebih daripada sekedar menyibukkan diri
dalam urusan-urusan rohani yang tidak jelas arah, tujuan dan hasilnya.
Kedua, hidup jemaat Tuhan adalah tentang
berkarya dan berbuah bagi kemuliaan Tuhan. Bukan kehidupan yang berlalu hari
demi hari dalam aktivitas yang tampak rohani tetapi tanpa ada hasil yang
dilihat dan dinikmati orang-orang di sekitarnya.
Ketika Paulus berkata, …” jika seorang
TIDAK BEKERJA, janganlah ia makan” sesungguhnya ia sedang menekankan
betapa SETIAP ANAK TUHAN HARUS BERKARYA dalam hidupnya. Ia harus menghasilkan.
Ia harus berbuah-buah seperti yang dikehendaki Bapa, pengusaha kebun anggur
itu. Dan buah itu akan muncul dengan sendirinya ketika seseorang terhubung dan
melekat pada Kristus, pokok anggur sejati itu. Kesibukan pelayanan yang tiada henti
namun sangat sedikit kemajuan rohani yang diperoleh diri dan orang-orang
sekitarnya menunjukkan kemandulan rohani, suatu tanda kemelekatan rohani
seseorang yang bukan kepada Kristus tetapi kepada hal-hal lain yang mungkin
tampak rohani tetapi bukanlah kepada Kristus itu sendiri.
Dalam hal ini, Paulus mengambil tindakan yang
lebih jauh lagi. Sebagaimana yang telah saya tulis dalam artikel
https://worshipcenterindonesia.blogspot.com/2018/12/benarkah-rasul-paulus-melayani-sambil.html?m=1,
Paulus yang seharusnya tidak perlu bekerja di luar tugas sebagai hamba Tuhan,
memilih untuk bekerja dengan tangannya sendiri demi menghidupi dirinya (dan
tidak mau hidup dari persembahan jemaat) dengan tujuan supaya MEMBERIKAN
TELADAN BAHWA IA TIDAK MAU MENJADI BEBAN BAGI JEMAAT DAN TIDAK MAU MAKAN ROTI
ORANG DENGAN PERCUMA SEHINGGA IA BERUSAHA DAN BERJERIH PAYAH SIANG DAN MALAM.
Pada dasarnya, Paulus telah berkarya sebagai
seorang hamba Tuhan, namun oleh suatu keadaan khusus dimana ia dikehendaki
Tuhan menjadi teladan bagi jemaat supaya tidak bermalas-malasan dan
menggantungkan hidup dari sumbangan jemaat, maka Paulus menambahkan susah
payahnya dengan bekerja membuat tenda. Meskipun ia berhak menerima dukungan
materi dari jemaat, Paulus dengan sengaja tidak menerimanya  untuk menunjukkan BETAPA SEORANG ANAK TUHAN,
LEBIH-LEBIH HAMBA TUHAN, BUKAN SEKEDAR MENYIBUKKAN DIRI BERIBADAH ATAU MELAYANI
TUHAN SAMBIL MENUNGGU BERKAT DICURAHKAN, MELAINKAN TERUS BERKARYA DAN BERBUAH
LEBAT BAGI TUHAN HARI DEMI HARI.
Harus diakui bahwa dalam hal ini, banyak anak
Tuhan yang masih sukar membedakan manakah giat berkarya dan berbuah bagi Tuhan
dengan sekedar menyibukkan diri dengan kegiatan agamawi semata. Namun, itu
seharusnya tidak terlalu sulit diketahui, Itu akan terlihat dari seberapa banyak
orang yang merasakan berkat-berkat rohani yang membawa orang mendekat dan
mengenal Tuhan dari kehidupan kita. Buah rohani sejati membawa orang menyadari
keberadaan Tuhan dan menarik orang untuk mengenal Tuhan lebih lagi.
Ketiga, berkat Tuhan dicurahkan
sepenuh-penuhnya bagi orang-orang yang berkarya dan yang menghasilkan sesuatu
dari kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya
Ingat sekali lagi. “Siapa yang tidak
bekerja, JANGAN IA MAKAN”. Itu berarti dalam kerja, Tuhan memberikan
makanan. Dalam kerja keras, jerih payah, melakukan yang terbaik untuk
berbuah-buah dalam hidup itulah Tuhan akan mencurahkan berkat-Nya!
 Seberapa
banyak yang memahami hal ini?
Tuhan memberikan potensi dan memiliki
panggilan bagi masing-masing kita. Dia ingin kita menjalani hidup
sebaik-baiknya bersama Dia di dalamnya. Bukan sekedar menjalani hidup tetapi
berkarya dan menghasilkan dalam hidup. Terhadap pribadi-pribadi yang
demikianlah IA MENYEDIAKAN MAKANAN. Bukankah sudah merupakan kodrat manusia
sejak diciptakannya manusia pertama untuk bekerja, berusaha dan berkarya
mengemban tugas Tuhan? Dalam menghidupi kodratnya itulah Tuhan memberkati
manusia. Ia bukan Allah yang malas, begitu pula ciptaan terbaik-Nya. Tidak ada
sifat malas yang ada dalam di manusia, kecuali dia dalam cengkeraman kuasa
dosa.
Dengan dasar ini, Matius 6:33, perintah supaya
mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, harus dipandang bukan sebagai
suatu perintah untuk meninggalkan pekerjaan sehari-hari lalu sibuk dalam
berbagai kegiatan ibadah TETAPI MERUPAKAN PERINTAH UNTUK MENCARI DAN
MENDAHULUKAN TUHAN DALAM SETIAP AKTIVITAS DAN KEHIDUPAN MANUSIA SESUAI
KODRATNYA DI DALAM TUHAN. Maksudnya, sambil kita melakukan bagian kita yaitu
bekerja dan berkarya selama di dunia, kita mencari pimpinan dan kehendak Dia
untuk kita lakukan dan kerjakan dalam setiap langkah yang kita ambil.
Mengutip perkataan Yesus dalam Matius 6:26 dan
28, KITA JAUH MELEBIHI BURUNG-BURUNG DI LANGIT DAN BUNGA BAKUNG YANG DI LADANG.
Mereka yang tidak menabur, menuai makanan atau memintal pakaiannya tetapi Tuhan
peliharakan. Betapa lebihnya berkat Tuhan tercurah bagi kita yang bekerja dan
berkarya sesuai kehendak-Nya, SUDAH PASTI AKAN DIBERKATINYA DENGAN LIMPAHNYA.
Tidak perlu merasa takut atau kuatir apapun. Berkat-Nya pasti dicurahkan bagi
kita yang rajin, tekun, taat dan setia hidup mengikuti petunjuk dan hikmat-Nya.
Mereka yang mencari dahulu kerajaan Allah
sudah pasti akan dituntun untuk menjadi pribadi-pribadi yang penuh semangat dan
rajin dalam kehidupan oleh karena demikianlah sifat dan ajaran Tuhan. Mereka
yang mengharap “semuanya akan ditambahkan kepadamu” (sebagaimana
janji dalam Matius 6:33) tanpa mau berkarya di dalam Tuhan dan bagi Tuhan,
telah keliru menangkap maksud Tuhan dan sudah jatuh dalam kesesatan.
KESIMPULAN
Tidak selayaknya menjadikan Tuhan sebagai
sumber mendatangkan kekayaan dan berkat jasmani dalam hidup kita. Dia sumber
kehidupan kita yang menghendaki kita mengejar hubungan dan persekutuan dengan
Dia lebih daripada sekedar berkat-berkat lahiriah dan kebendaan yang bisa
diberikan-Nya. Mereka yang beribadah dengan motivasi memperoleh hal-hal duniawi
akan kecewa dan tersesat. Sebab Tuhan tidak akan memberkati orang-orang yang
bersusah payah atau berharap pada kekayaan dunia ini. Atas orang-orang yang demikian,
bahkan jika mereka memperoleh kekayaan, ada kesedihan dan penderitaan di
dalamnya yang menyebabkan mereka tidak dapat menikmati semuanya itu dalam
kesenangan dan kegembiraan sejati yang merupakan pertanda berkat yang benar
dari Tuhan.
Tetapi mereka yang berjalan dan berkarya
bersama Tuhan tidak akan kekurangan berkat apapun. Gembala Agung yang baik itu
akan mencukupi segala sesuatu bagi setiap domba-domba-Nya yang taat mengikuti
jejak dan arahan-Nya. Bahkan mereka akan mengalami kelimpahan dalam hidup
sesuai dengan kasih karunia dan takaran yang ditentukan Tuhan bagi setiap
anak-anak-Nya.
YA, berkat Tuhan tercurah bagi mereka yang
giat hidup dalam kehendak-Nya dan bagi kemuliaan-Nya!
Percayakah Anda?
Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal
kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga._
_Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan
duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah
— sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.
~ Mazmur 127:1-2 (TB)
Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi
sia-sia, sedangkan HATI ORANG RAJIN DBERI KELIMPAHAN.
~ Amsal 13:4 (TB)
“Sungguh, HATINYA MELEKAT KEPADA-KU,
maka AKU AKAN meluputkannya, AKU AKAN membentenginya, sebab ia mengenal
nama-Ku.
Bila ia berseru kepada-Ku, AKU AKAN menjawab,
AKU AKAN menyertai dia dalam kesesakan, AKU AKAN meluputkannya dan
memuliakannya.
Dengan panjang umur AKAN KUkenyangkan dia,
dan AKAN KUperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.”
~ Mazmur 91:14-16 (TB)
SALAM REVIVAL
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *