BELAJAR JALAN TUHAN MENGHASILKAN IBADAH YANG BENAR

Oleh : Peter B, MA
Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil.
~ Mazmur 119:7 (TB)
Bahwa aku akan memuji Engkau dengan segala tulus hatiku, apabila aku sudah belajar segala hukum kebenaran-Mu.
~ Mazmur 119:5 (BIMK)
Aku akan memuji Tuhan dengan hati yang lurus, saat aku belajar penghakiman-Mu yang benar.
Mazmur 119:7 (KJV)
Aku akan bersyukur dengan tulus, saat aku belajar akan peraturan-peraturan-Mu yang adil.
Mazmur 119:7 (NET)
Mengucap syukur dan menaikkan pujian kepada Tuhan adalah bagian dari kehidupan orang Israel. Mereka melakukannya setiap hari dalam berbagai kesempatan. Termasuk dalam banyak perayaan spiritual. Mereka melakukannya secara pribadi, bersama keluarga atau sebagai suatu bangsa. Israel adalah bangsa yang didirikan dengan dasar ketuhanan yang sangat kuat lengkap dengan segala bentuk ritual dan upacara agama sebagai sendi-sendi kehidupan mereka sebagai suatu bangsa. Seperti halnya ibadah di masa kini, yang sering tidak disadari adalah mengerjakan ibadah adalah satu hal namun apakah ibadah tersebut diterima dan berkenan di kata Tuhan merupakan soal yang berbeda.
Mazmur 119:7 menyinggung mengenai bagaimana seseorang dapat menaikkan syukur dengan cara yang benar dan tepat di hadapan Tuhan.
Ya, menaikkan syukur dengan hati yang jujur, tulus, yang didapati benar di hadapan Tuhan sehingga Tuhan akhirnya berkenan dengan penyembahan kita.
Sudah seharusnya kita tahu bahwa tidak semua orang menaikkan syukur atau pujian pada Tuhan dengan hati yang benar. Ada yang sekedar manis di bibir tetapi hatinya jauh dari Tuhan (Yesaya 29:13; Matius 15:8). Ada pula yang menadahkan tangan meninggikan nama Tuhan tetapi di dalam hati mereka memuji dirinya sendiri (Lukas 18:11-12). Ada pula yang mempersembahkan korban di hadapan Tuhan seakan hendak memuliakan Dia tetapi sebenarnya hatinya dipenuhi maksud dan tujuan pribadi yang egois (Kisah Para Rasul 5:1-11). Pada bagian lain, beberapa orang datang mendekat pada Tuhan, memuji dan memuja Dia dalam doa namun di balik itu hatinya semata-mata tertuju pada kepentingan dan keinginannya sendiri (Yakobus 4:3; Kisah Para Rasul 23:12-15).
Patut menjadi renungan kita, apakah pada dasarnya kita masih termasuk sebagai salah satu dari orang-orang yang memuji Tuhan dengan hati yang tidak lurus itu?
Nats yang kita baca merupakan suatu petunjuk bagi kita. Memberitahukan kita bahwa kita dapat menaikkan penyembahan dari hati yang Tuhan rindukan. Suatu ibadah yang diperkenan Tuhan dan menyukakan hati-Nya. Tetapi dengan cara apa? Dengan menyediakan diri belajar akan hukum-hukum Tuhan yang adil itu!
Ya, saat kita belajar akan keputusan-keputusan-Nya yang adil, maka kita akan dibawa pada suatu tingkatan pengertian dan pemahaman yang baru:
Bahwa Dia Allah yang adil, benar, kudus dan agung dalam segala jalan-Nya.
Banyak rekaman dari banyak sidang atau rapat pengambilan keputusan dari pendiri-pendiri bangsa, para wakil rakyat atau rekaman butir-butir pemikiran para hakim dalam proses memutuskan suatu perkara. Jika didalami, kita akan tahu dan bisa menyelami suasana kebatinan serta berbagai pertimbangan sebelum sebuah ketetapan diambil. Dari antara semua itu, ada yang ketika digali lebih lanjut ternyata kaya dengan hikmat, mencerminkan kedalaman pertimbangan yang matang. Sedangkan yang lain ada pula yang ternyata dangkal dan pragmatis, mementingkan keuntungan sesaat dan ambisi pribadi sang pengambil kebijakan.
Tetapi tidak demikian apabila kita mengamati kebijaksanaan-kebijaksanaan Tuhan. Semakin kita mempelajari pertimbangan-pertimbangan-Nya, kita menjadi sadar bahwa Allah kita itu berhikmat, adil di segala jalan-Nya, penuh kasih setia dan kebenaran. Alam semesta yang sangat teratur menjadi suatu pewahyuan umum akan keberadaan dan sifat-sifat-Nya. Lebih lagi, kitab suci yang diwariskan kepada kita, bila didalami, akan menyingkapkan keagungan pikiran dan pribadi-Nya.
Di sorga, malaikat-malaikat terdengar berseru menyatakan apa yang mereka saksikan dari Allah yang berdiam di sana: “Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!
~ Wahyu 15:3 (TB)
Ada suatu kegentaran yang kudus masuk di hati kita ketika kita menyadari bahwa hukum-hukum-Nya mulia dan tak terbantahkan bagi setiap yang mempelajarinya.
Setelah banyak kali merenungkan taurat Tuhan, Daud bersaksi :
Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.
Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya,
~ Mazmur 19:9-10 (TB)
Dengan hati yang tulus dan terbuka bagi pengaruh serta lawatan ilahi, mata rohani kita dicelikkan saat menyelami hukum-hukum Tuhan. Kita pun menjadi takjub dan kagum akan siapa yang menetapkan dan merancangkan semua itu. Dan selagi kita mencari tahu akan kebenaran semuanya itu, Tuhan sendiri akan menunjukkan pada kita betapa firman-Nya benar, tak mengandung kebohongan atau kepalsuan namun benar-benar teruji.
“Perkataan-perkataan TUHAN itu perkataan yang murni: bagaikan perak yang teruji dalam dapur peleburan di dalam tanah, dimurnikan tujuh kali banyaknya”
~ Mazmur 12:6 (KJV)
Mengetahui ini semua, mungkinkah kita tidak terkagum dan tersungkur dalam penyembahan sambil memberikan pengakuan tertinggi bahwa Dia mahakudus dan benar?
Selagi mempelajari hukum-hukum Tuhan, kita disadarkan akan apa yang salah, telah menyimpang, yang belum tepat, atau yang masih kurang kita lakukan.
Dengan menekuni firman kebenaran-Nya, kita didesak dan didorong oleh Roh Kudus untuk membereskan hati serta hidup kita di hadapan-Nya. Murid-murid Tuhan diajar untuk mengikuti pola-pola yang ditetapkan Tuhan dan saat kita menyerahkan diri untuk taat, hati kita akan datang menyembah di hadapan Tuhan dalam keadaan yang dikehendaki-Nya. Hati kita yang kotor, dibawa untuk merendahkan diri, mohon penyucian. Sikap hati yang egois dimurnikan. Cara-cara penyembahan kita diselaraskan dengan hati-Nya. Misalnya, kita tahu bahwa Allah menyukai kekudusan, maka kita pun akan datang dengan sikap koreksi diri dan menyelidiki mana sikap hati kita yang belum dikenan-Nya. Atau ketika kita menaikkan syukur, kita menaikkannya dengan tulus, tanpa curiga atau dengan perasaan yang tidak puas akan kondisi yang Tuhan pilihkan harus kita jalani. Kita menjadi tahu apa yang menyenangkan hati Tuhan selagi kita belajar akan petunjuk-petunjuk-Nya.
Pembelajaran kita akan hukum-hukum Tuhan dengan hati yang lapar dan haus akan kebenaran akan membawa kita pada tingkatan keintiman demi keintiman dengan Tuhan
Interaksi murid dengan guru tidak hanya membuat sang murid menerima pengetahuan sang guru. Hal itu juga membawa kedekatan dan pengenalan yang makin dalam akan kehidupan sang guru karena menjalani hari demi hari bersama-sama. Akhirnya, gaya dan cara hidup gurunya juga menjadi cara hidup sang murid.
Ketika kita belajar dengan hati yang tertuju pada Tuhan, Ia menyingkapkan diri-Nya pada kita. Kita semakin mengenal Dia. Makin akrab dengan-Nya. Satu demi satu keraguan kita lenyap digantikan keberanian dalam berinteraksi dengan Dia. Maka kita pun datang, berdoa, mengucap syukur, memuji dan menyembah Dia bukan lagi kepada Allah asing yang tiada kita kenal tetapi kepada Tuhan yang telah mengajar dan menuntun kita di dalam jalan kebenaran-Nya. Sebagaimana perasaan malu, canggung atau terasing ketika kita berhubungan dengan seseorang yang belum kita kenal lambat laun menghilang, demikian kita akan datang pada Tuhan dengan sikap hati yang tepat sesuai hati-Nya sebab kita telah mengenal bagaimana berhubungan dengan Dia. Kita yang telah terbiasa dan mengenal jalan-jalan-Nya tak lagi tertahan oleh rasa malu atau ketakutan akan yang pribadi yang asing. Dengan yakin dan penuh keberanian, kita akan menghampiri tahta kasih karunia-Nya (Ibrani 4:16).
Yohanes 4:23-24 memberitahukan kita perkataan Yesus tentang penyembahan sejati:
Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”
Penyembah yang dikehendaki Bapa ialah yang menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Menyembah dalam roh berbicara mengenai suatu penyembahan yang lahir dari roh kita yang terhubung dengan Tuhan yang juga roh, yang menjadi ukuran penyembahan melebihi aktifitas badaniah. Menyembah dalam kebenaran adalah dalam suatu pengertian dan cara yang sesuai dengan sifat-sifat Tuhan. Inilah yang dimaksud dalam Mazmur 119:7 itu.
Dalam pengenalan yang benar akan Tuhan, dalam mendalami, meyakini dan menghidupi hukum-hukum Tuhan -sungguh penyembahan kita, ucapan syukur dan pujian kita dimurnikan oleh sebab itu lahir dari hati yang berkenan di mata Tuhan.
Hari ini, jika Anda rindu menyenangkan hati Tuhan melalui penyembahan yang dikehendaki Bapa sorgawi, Anda perlu mengenal Dia dan berusaha oleh pertolongan Roh Kudus-Nya untuk makin mengenal kehendak-Nya sebagaimana yang terkandung dan tersembunyi dalam kebenaran-kebenaran firman-Nya.
Semakin Anda mengenal Dia, Anda dimampukan mempersembahkan ibadah terbaik, yang menyenangkan Dia yang melihat hati, pikiran dan hidup Anda.
Rindukan Anda membawa ibadah Anda menjadi kesenangan-Nya?
Salam revival
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *