BERBUAH DAN MEMBANGUN PELAYANAN SEPERTI KRISTUS

Oleh : Rick Joyner
Prinsip pertama dalam menghasilkan buah yang
tetap, atau membangun apa yang akan bertahan lama, ada dalam Alkitab yang kita
kutip minggu lalu dari Pengkhotbah 3:14, “… segala yang dilakukan Allah
akan tetap selamanya ….”
Tuhan Yesus menjelaskan lebih lanjut  ini dalam Yohanes 15: 1-5:
“Akulah pokok anggur yang benar dan
Bapa-Kulah pengusahanya.
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah,
dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih
banyak berbuah.
Kamu memang sudah bersih karena firman yang
telah Kukatakan kepadamu.
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia
tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu
tidak tinggal di dalam Aku.
Akulah pokok anggur dan kamulah
ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Prinsip terpenting dalam menghasilkan buah
bagi Tuhan adalah bahwa kita harus tinggal di dalam Tuhan.  Kita tidak hanya sekedar ingin bekerja atau
menyibukkan diri, tetapi kita rindu menjadi bagian dalam pekerjaan-pekerjaan Bapa
kita.
Untuk melakukan ini, kita harus mengikuti
Yesus sebagai teladan kita.  Dia terutama
tak pernah merespon kebutuhan manusia — Dia hanya melakukan apa yang Dia lihat
Bapa lakukan.  Jika kita ingin tinggal di
dalam Dia dan melakukan pekerjaan-Nya, kita harus belajar untuk melakukan hal
yang sama.  Satu momen tinggal di dalam
Tuhan bernilai lebih daripada seumur hidup dengan usaha kita sendiri.
 Pikirkan tentang berapa banyak orang sakit,
orang yang terluka yang dilangkahi Tuhan untuk menyembuhkan satu orang di kolam
Siloam.  Dia memiliki kuasa untuk
menyembuhkan mereka semua, tetapi Dia tidak melakukannya.  Dia hanya menyembuhkan orang yang ditunjukkan
Bapa untuk disembuhkan.  Kita mungkin
tidak akan dipercaya dengan kekuatan menyembuhkan seperti yang dimiliki Yesus
sampai kita belajar berjalan dalam kepatuhan seperti itu.
Simpati manusia tidak sama dengan kasih sayang
Tuhan.  Simpati manusia biasanya akan
mengasihani diri sendiri, salah satu perusak karakter dan produktivitas manusia
yang paling efektif.  Rasa mengasihani
diri sendiri adalah keterpusatan pada diri sendiri, dan itu adalah kebalikan
dari iman, yang berfokus pada Tuhan, bukan pada diri kita sendiri atau kondisi.
 Inilah
sebabnya mengapa kemarahan Tuhan tertuju kepada Musa ketika Tuhan memanggilnya.  Musa mulai melihat kekurangannya sendiri,
alih-alih kepada persediaan Tuhan untuk tujuan panggilan Tuhan kepadanya.  Bagi yang belum dewasa ini akan tampak
seperti kerendahan hati, tetapi itu adalah salah satu demonstrasi kesombongan
yang paling dalam.  Musa meninggikan
kondisinya di atas kemampuan Tuhan. 
Kerendahan hati palsu semacam ini merampas tujuan Tuhan atas banyak
orang.
 Untuk
memperbaiki mentalitas Musa, Tuhan menyuruhnya untuk melemparkan tongkatnya ke
tanah.  Tongkat itu mewakili otoritas
yang memiliki tujuan akan  tugas sebagai
gembala.  Ketika dilempar ke bawah, itu
berubah menjadi ular yang mengejarnya, sampai dia mengambilnya lagi.  Banyak yang membuang panggilan mereka akan
melarikan diri dari panggilan mereka itu, dan panggilan itu akan terus menjadi
ular yang mengejar mereka, sampai mereka mengambilnya lagi. 
Jadi, prinsip pertama dalam belajar untuk
tinggal di dalam Tuhan adalah dengan memandang kepada Tuhan, bukan kepada diri
kita sendiri, entah itu kemampuan kita, atau ketidakmampuan kita.
Yang berikutnya adalah belajar untuk mengikuti
Dia, bukan hanya sekedar mengikuti prinsip-prinsip yang ada.  Tampaknya ada banyak sekali buku yang sedang
ditulis tentang bagaimana cara mengetahui suara Tuhan, tetapi hanya sedikit yang
membahas cara utama kita belajar untuk mengetahuinya, yaitu dengan menghabiskan
waktu bersama-Nya. 
Misalnya, saya bisa menggambarkan suara istri
saya kepada Anda dan Anda bisa menghafal deskripsi itu, tetapi Anda mungkin
tidak bisa membedakan suaranya dari orang lain jika Anda belum pernah
mendengarnya berbicara.  Meskipun saya
tidak berpikir saya pernah mendengar ada orang yang menggambarkan suaranya,
bahkan jika puluhan orang berbicara pada saat yang sama dengan dia, saya dapat
langsung memilih suaranya dari kerumunan karena kami telah menghabiskan begitu
banyak waktu bersama. 
Begitulah cara kita mengenal suara Tuhan.
 Itu
adalah pengantar saya saya berbagi prinsip dengan Anda.  Ingat, hukum tidak bisa dilanggar, tetapi
prinsip bisa.  Ini adalah prinsip umum
dan secara umum benar, yang berarti ada kesempatan atau situasi di mana itu
tidak berlaku. 
Prinsipnya adalah: Semakin dewasa Anda dalam
Tuhan, semakin sedikit tuntunan yang Anda butuhkan dari-Nya.  Bayi harus diawasi sepanjang waktu dan diberi
tahu terus-menerus, “Jangan lakukan itu,” atau “Lakukan
ini.” Semakin dewasa kita, semakin sedikit kita perlu pengawasan
terus-menerus atau instruksi terus-menerus. 
Hal yang sama berlaku di dalam Tuhan. 
Hanya bayi rohani yang membutuhkan instruksi terus-menerus dari Tuhan
tentang perincian kecil. 
Saat kita dewasa, Dia mengharapkan kita untuk
menggunakan pikiran kita yang baru, yang harus selaras dengan cara Dia berpikir
tentang suatu situasi.
 Contoh
yang baik tentang ini adalah bagaimana Tuhan mengirim para rasul-Nya — Dia
tidak memimpin mereka dengan tuntunan langsung. 
Kadang-kadang, Dia dapat mengarahkan kembali jalan mereka, seperti yang
Dia lakukan dengan Rasul Paulus dengan terlebih dahulu mengatakan kepadanya
untuk tidak pergi ke Asia, dan kemudian memberinya mimpi untuk pergi.  Jelas, penting baginya untuk memilih waktu
yang tepat.
Orang Kristen yang muda rohaninya mungkin
perlu meminta Tuhan mengarahkan mereka hampir secara konstan, sama seperti
seorang gembala harus memperhatikan anak domba secara lebih dekat daripada
domba dewasa, tetapi ini juga bertujuan membantu mereka untuk mengenal suara-Nya
dengan lebih baik.  Sepanjang hidup kita,
kita harus terbuka untuk mendengar suara-Nya dan membiarkan Dia mengarahkan
atau memimpin kita, tetapi ketika kita dewasa, kita harus dapat bergerak tanpa
arahan khusus-Nya juga.  Ini tidak
berarti bahwa kita hendaknya tidak menghabiskan waktu bersama Tuhan setiap hari
dan mengenal suara-Nya lebih baik dan lebih baik.  Juga tidak seharusnya kita pergi di manapun
kehadiran-Nya tidak bersama kita, tetapi di saat yang sama kita harus
mengetahui jalan-jalan-Nya.
 Beberapa
bulan yang lalu, Tuhan memberi saya dua penglihatan untuk menunjukkan kepada
saya hal utama yang ada di hati-Nya pada awal penciptaan.  Ini sangat mempengaruhi saya sehingga saya
tahu saya bisa menghabiskan sisa hidup saya dengan mempertimbangkan dan
mempelajari wahyu yang satu ini dan tidak pernah akan habis memahami maknanya
sepenuhnya.  Saya tahu Dia memiliki lebih
banyak untuk ditunjukkan kepada saya, tetapi saya bisa bahagia dan sepenuhnya
sibuk dengan wahyu yang satu ini selama sisa hidup saya.  Dalam penyingkapan itu, saya juga diberi
amanat yang saya pikir dapat membuat saya sibuk selama sisa hidup saya.  Namun, saya juga tahu bahwa itu mungkin
merupakan penekanan yang Dia ingin saya miliki untuk waktu yang singkat sebelum
memberikan saya penekanan lain yang menurut saya kurang begitu penting.  Saya ada di sini bukan untuk melakukan apa
yang saya inginkan, atau apa yang saya anggap penting — saya di sini untuk
melakukan kehendak-Nya, dan saya berharap saya dapat membuat perubahan seperti
itu jika Dia membutuhkannya.
 Bahkan
Musa tersandung sehingga dia tidak diizinkan memasuki Tanah Perjanjian dengan
Israel.  Kita sangat bodoh dan sangat
sombong jika kita tidak berpikir itu bisa terjadi pada kita, jadi marilah kita
mengejar kasih karunia-Nya.  Salah satu
cara yang Tuhan berikan kepada saya untuk tetap berada dalam kasih karunia ini
adalah Galatia 6:1
Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan
melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke
jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya
kamu juga jangan kena pencobaan.
Di sini kita melihat bahwa ketika seorang yang
rohani bermaksud mengadakan pemulihan maka mereka harus melakukannya dengan roh
yang benar, tidak menganggap diri mereka lebih baik daripada orang lain, tetapi
lebih memandang diri mereka sendiri dapat dicobai.  Kita juga melihat di sini bahwa seorang yang
rohani itu memulihkan mereka yang “jatuh dalam pelanggaran apa pun.” Ini merupakan
ujian dan proses yang terus menerus bagi saya, karena saya telah menyaksikan
belas kasihan Tuhan terhadap hal-hal yang tidak akan pernah saya anggap bahwa
Dia masih menunjukkan belas kasihan kepada hal–hal tersebut.  Namun, ini juga alkitabiah, ketika Dia bahkan
memberi Izebel “waktu untuk bertobat” (lihat Wahyu 2:21). Ketika
Ahab, salah satu raja paling jahat dalam sejarah Israel, sedikit merendahkan
dirinya di hadapan Tuhan, Tuhan memberinya belas kasihan  , bahkan berjanji untuk tidak menghakimi
negeri itu selama waktunya.
Oleh kemurahan Tuhan saya tidak jatuh ke dalam
kegagalan moral, dan saya tidak menganggap diri saya telah termakan oleh
doktrin palsu.  Namun, saya telah gagal
dalam Tuhan berkali-kali, dan kebanyakan itu terjadi karena kurangnya belas
kasihan atau kasih karunia saya kepada orang lain.  Saya menemukan ini juga sangat menyedihkan
bagi Tuhan.  Dengan rahmat-Nya, Dia telah
mengizinkan saya untuk menebus sebagian dari ini.
 Sebagai
contoh, pada suatu waktu saya memiliki sikap yang sangat menghakimi terhadap
properti Heritage (tempat pelayanan yang digunakan Rick Joyner sekarang ini)
yang bertentangan langsung dengan hati Tuhan akan hal itu.  Sekarang saya menghabiskan beberapa tahun
dalam hidup saya untuk membantu memulihkan sebagian dari properti itu, yang
sebenarnya telah menjadi sukacita besar bagi saya, terutama karena kami telah
merasakan pertolongan dari Tuhan untuk hal ini. 
Saya juga tahu bahwa jika saya tidak merendahkan diri dan mengubah sikap
saya tentang beberapa hal, saya tidak akan tetap berada di jalur yang Tuhan
miliki untuk saya.
 Sedahsyat-dahsyatnya Elia dipakai oleh Tuhan,
segera setelah dia memiliki sikap bahwa dia adalah satu-satunya yang benar,
Tuhan mengatakan kepadanya bahwa waktunya sudah habis.  Dia harus pergi dan mengurapi Elisa dan yang
lainnya untuk menyelesaikan apa yang semula diberikan Allah kepadanya.  Dia pulang dengan hormat, tapi dia masih
pulang — sebelum waktunya.  Saya tahu
orang lain yang diambil dari bumi ini sebelum waktunya karena mereka memiliki
sikap yang sama.  Salah satu cara yang
pasti untuk gagal mencapai tujuan kita adalah dengan mendapatkan sikap bahwa
kita adalah satu-satunya yang setia atau yang paling benar, dan karenanya
sangat diperlukan untuk tujuan Tuhan. 
Itu tampaknya merupakan kejatuhan yang bahkan lebih buruk daripada
kegagalan moral. 
Semua kesombongan akan menyebabkan kejatuhan,
tetapi ini adalah keangkuhan tertinggi yang dapat menyebabkan kejatuhan besar.
Diterjemahkan bebas dari
https://publications.morningstarministries.org/word-for-the-week/taking-land-part-108

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *