Oleh: Peter B, MA
Dalam Galatia 1:6-9, rasul Paulus menulis,
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.”
yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.”
Dengan jelas disampaikan oleh rasul Paulus bahwa ada injil lain yang berbeda dengan yang diajarkannya, suatu injil yang ujung-ujungnya mengacaukan jemaat dan yang memutarbalikkan injil Kristus.
Dalam bagian lain, sang rasul kembali menulis pesan yang hampir sama:
2 Korintus 11:4
“Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”
Disebutkan di sana ada Yesus yang lain, roh yang lain, dan injil yang lain. Ini artinya ada pemalsuan dari injil yang sejati. Ada orang-orang yang mengajarkan sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya, yang murni ajaran Kristus sendiri. Puncaknya tentu ada Yesus yang lain yang diperkenalkan oleh roh yang lain melalui ajaran injil yang lain itu.
Dihubungkan dengan doa, bisa dikatakan di sini bahwa seseorang bisa jadi berdoa kepada sosok yang disebut Yesus yang diakuinya sebagai tuhan tetapi sesungguhnya bukan kepada Yesus Kristus yang asli. Mungkinkah hal ini?
Mengingat iblis dapat menampilkan diri sebagai malaikat terang (2 Kor. 11:14), maka bukan tidak mungkin sosok-sosok yang mereka lihat melalui penglihatan atau mimpi, yang kemudian diyakini sebagai Yesus bukan Yesus yang sesungguhnya.
Darimana kita tahu, Yesus yang kepadanya kita berdoa adalah Yesus yang sejati?
Di sinilah kita harus memahami bagaimana berhubungan dengan Tuhan itu.
Hubungan kita dengan Tuhan khususnya dalam hal berdoa, diibaratkan seperti anak berbicara kepada bapaknya:
Matius 7:7-11
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Jelas disampaikan di sana, sebagai bapa yang baik di dunia ini, setiap ayah di dunia ini pasti memberikan sesuatu yang baik kepada anak-anaknya. Kata kuncinya “pemberian yang baik”.
Pemberian yang baik bukan berarti semua yang diminta akan begitu saja diberikan, namun disesuaikan dengan kebutuhan sang anak. Adalah di luar akal sehat ketika semua permintaan anak dituruti tanpa memikirkan kebaikan bagi sang anak. Begitupun bapa di sorga yang tahu apa yang terbaik bagi kita hanya hanya akan memberikan yang terbaik itu bagi kita. Sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kita.
Jadi, jika kita meminta apakah akan menerima? Ya, asalkan yang kita minta itu sesuatu yang sungguh-sungguh baik bagi kita dan yang juga sesuai dengan pikiran Bapa.
Demikian juga ketika kita mengetok, jika itu untuk tujuan yang baik sesuai kehendak Tuhan, pintu pasti dibukakan bagi kita. Dan sewaktu kita mencari yang baik yang tepat sesuai kerinduan Tuhan, kita akan menemukannya. Di luar apa yang baik dalam pikiran Bapa, maka kita tidak akan menerimanya oleh sebab Bapa tahu itu akan membawa yang buruk bagi kita.
Jadi tidak semua yang kita mintakan kepada Tuhan akan dijawab. Sebagaimana sudah kita ketahui bahwa jika ada maksud jahat dan tujuan untuk melampiaskan keinginan kita sendiri, kita tidak menerima apa-apa sebagai jawaban doa.
Pada titik ini, jika kita tidak mencari peneguhan dari Tuhan bahwa permintaan kita tidak akan dijawabnya namun kita terus berdoa, “memaksakan” kehendak kita kepada Tuhan yang sangat kita yakini pasti akan mengabulkan doa kita maka pada garis ini, kita sudah mulai menyimpang dalam doa kita.
Allah yang kita sembah bukan Allah yang tunduk kepada tuntutan-tuntutan egois manusia tetapi jika kita berpikir bahwa Allah kita seperti itu, maka kita pada dasarnya sedang berpaling untuk menyembah kepada Allah yang palsu, yang berbeda dengan Allah yang diajarkan dalam kitab suci melalui ilham para nabi dan rasul itu.
Allah yang kita sembah bukan Allah yang tunduk kepada tuntutan-tuntutan egois manusia tetapi jika kita berpikir bahwa Allah kita seperti itu, maka kita pada dasarnya sedang berpaling untuk menyembah kepada Allah yang palsu, yang berbeda dengan Allah yang diajarkan dalam kitab suci melalui ilham para nabi dan rasul itu.
Mengetahui karakter kita dan permohonan kita, iblis kemudian mengambil kesempatan. Melalui berbagai pengalaman-pengalaman yang bersifat rohani, penglihatan dan suara-suara yang diterima secara roh, lalu diteguhkan dengan berbagai pengajaran yang diputarbalikkan supaya sesuai dengan keinginan² kita maka saat itulah muncul Yesus yang lain itu. Yesus yang ditampilkan sebagai Tuhan serupa Santa Claus yang akan memberikan apapun yang kita minta dan klaim. Yang pastinya akan memberikan apapun yang baik MENURUT KITA ketimbang apa yang baik MENURUT KEHENDAK TUHAN. Ketika kita berpikir bahwa Tuhan akan melakukan apapun yang kita doakan dan deklarasikan sesuai keinginan hati kita tanpa mempedulikan kehendak-Nya, maka kita telah membuka diri pada pengaruh kuasa² lain yang siap berperan sebagai Tuhan yang kita inginkan itu.
Di sinilah selalu akhirnya pentingnya dalam berdoa, kita tidak asal berdoa. Meskipun kita bisa jadi memulainya dengan pikiran dan tujuan sendiri, namun dalam proses doa itu, kita semestinya menanti-nantikan Tuhan yang akan memberikan petunjuk dan pimpinan-Nya agar kita mendoakan bukan keinginan kita sendiri sebaik apapun itu namun merindukan keinginan dan kerinduan hati Tuhan karena itulah yang kita percaya sebagai yang terbaik.
Doa Paulus dalam 2 Korintus 12:7-10 menjelaskan prinsip ini dengan sangat baik:
“Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
Paulus meminta kelepasan (dan mungkin juga kesembuhan) untuk apa yang disebutnya sebagai duri dalam dagingnya. Dia berdoa dengan iman. Dengan ketekunan. Kepada Tuhan, sahabat dan tuan yang baik yang ia kasihi dan layani, yang juga sangat mengasihinya. Tetapi jawaban Tuhan jelas. Ia tidak akan mengabulkan permintaan Paulus itu. Lalu apakah Paulus tetap meminta? TIDAK. Ia memutuskan untuk taat dan memilih sikap yang lain yaitu “bermegah dalam kelemahannya”, “senang dan rela” dalam kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesesakan bagi Tuhan. Ia tidak menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan. Atau terus mencari alasan untuk berdoa lebih ngotot lagi. Dia sudah mendapat rhema dari Tuhan dan itu cukup baginya untuk taat dan berserah.
Dalam doa yang tidak terbuka pada pengujian dan pencarian akan kehendak Tuhan, kita akan terus memaksa Tuhan memenuhi keinginan kita. Ketika Tuhan berkata “tidak” untuk doa kita sedangkan kita terus memaksakan diri maka roh kita akan TERBUKA PADA PENGARUH-PENGARUH YANG LAIN sehingga tanpa kita sadari, kita melangkah dalam kesesatan: memohon kepada Yesus yang lain, yang akan memberikan apapun yang kita ingini.
Jika ini terus berlanjut, betapapun kita menyebut-nyebut nama Yesus, kita telah berpaling pada sesuatu yang palsu. Dan seperti dikatakan Paulus sendiri dalam surat Galatia, orang-orang yang demikian akan menerima kutuk pada akhirnya.
Yesus-yesus palsu itu kini menampilkan diri dalam berbagai pesan nubuatan dan rupa-rupa angin pengajaran yang semuanya tidak berdasar dan tidak teruji oleh prinsip-prinsip ajaran Kristus dan tafsiran yang sehat dari kitab suci kita,
Itulah sebabnya kita dipanggil untuk mencari kehendak Tuhan dan menguji segala sesuatu.
Efesus 5:8-10, 17
“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,
karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,
dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang,
karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,
dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
1 Tesalonika 5:20-21
“dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
“dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.
Akhir kata, supaya hingga saat terakhir kita tetap dalam peesekuan dengan Kristus, kita seharusnya memperhatikan ajaran yang kita terima dimana kita juga hidup di dalamnya. Ajaran yang keliru akan menuntun pada sosok yang keliru, sedangkan jika kita berada dalam ajaran yang murni dari Kristus maka kita akan beroleh yang terbaik dari sorga sampai kesudahannya.”
Renungkan ayat berikut ini untuk menemukan satu perbedaan antara ibadah sejati kepada Kristus dengan yang bukan… (perhatikan katà berhuruf tebal
1 Timotius 6:3-5
“Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat — yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus — dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,
ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.“
“Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat — yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus — dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,
ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga,
percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.“
Semoga menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Salam revival!