Arsip Kategori: ARTIKEL PENGAJARAN

MERANGKUL PERUBAHAN (2)

Oleh Peter B, MA

“Setiap tindakan, cara bicara, dan pemikiran selalu dapat diubah, dan PERUBAHAN ITU DAPAT DIJADIKAN KEBIASAAN”

~ William Paley (Presiden CBS)

“Cara terbaik untuk meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannya” 

~ Peter F. Drucker (mahaguru manajemen)

“Bukanlah suatu hal yang baik untuk melakukan perubahan besar di waktu yang sudah tua”

~ Charles H Spurgeon (pengkhotbah Inggris)

Berbicara mengenai perubahan, ternyata mayoritas manusia tidak menyukai perubahan. John Maxwell dalam buku klasiknya Mengembangkan kepemimpinan dalam Diri Anda, menyebutkan bahwa hanya sekitar 2 -5 % orang saja dalam satu kelompok yang antuasias akan perubahan. Bagaimana dengan 95% lainnya? Bagian terbesar dari mereka (sekitar 60%) cenderung untuk menunggu dan melihat perkembangannya, persentase-persentase lainnya bahkan cenderung untuk menolak perubahan.

Merujuk pada Alkitab, pernahkah Anda merenungkan apa artinya menjadi garam dan terang dunia (lihat Matius 5:13-16)? Intinya sebenarnya sederhana saja. Tuhan hendak memakai Anda sebagai sarana perubahan bagi dunia. Benarkah? Ya. Renungkan saja bahwa semula kita ini tidak memiliki rasa apapun karena turut menjadi sama busuk dan menuju kehancuran sebagaimana orang-orang dunia yang meluncur dengan cepat setiap hari ke arah kebinasaan kekal. Dan juga kita ini dahulu sama-sama gelapnya karena kita dikuasai penguasa kegelapan dan turut ambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan. Tetapi setelah berjumpa pribadi dengan Tuhan dan kita menjadi milikNya, hidup kita diubahkan total. Menjadi garam dan menjadi terang. Itupun bukan bagi diri kita sendiri melainkan bagi dunia. Perubahan hidup kita dimaksudkan Tuhan supaya kitapun turut mempengaruhi perubahan atas dunia yang sekarat dan gelap ini. Melalui hidup kita yang memancarkan terang Kristus, dunia yang dikuasai kegelapan ini akan datang kepada Allah dan diselamatkan. Kitalah -atau lebih tepat lagi : gerejaNyalah agen-agen perubahan Allah.

Sayangnya, gereja masa kini -khususnya di Indonesia- masih jauh dari kesadaran akan hal ini. Dari zaman ke zaman, hamba-hambaNya yang merindukan gereja memancarkan kemuliaan Tuhan kepada dunia hanya menemukan kekecewaan demi kekecewaan. Bahkan dengan sedikit menyindir, William Sloan Coffin pernah berkata, “Gereja penuh dengan orang-orang yang mencari apa yang sebenarnya telah mereka temukan dan hanya ingin menjadi sebagaimana adanya mereka sekarang. Dan itu adalah problem-problem terbesar yang kita miliki dalam gereja!” Karena itulah kita akan mendalami sekali lagi mengenai apa sesungguhnya intisari perubahan itu sehingga nantinya kita bukan hanya memahaminya namun menyambut perubahan itu dengan antusias sesuai dengan kerinduan Allah bagi kita.

HAKIKAT PERUBAHAN

Seperti telah kita ketahui, perubahan adalah kemutlakan dalam hidup manusia. Ini berlaku terhadap setiap orang yang hidup di bawah matahari. Sekalipun begitu, ada perbedaan yang besar di dalam perubahan-perubahan yang terjadi secara umum dengan perubahan-perubahan yang terjadi atas hidup orang-orang beriman.

Mereka yang hidup di luar Tuhan mengalami atau merencanakan perubahan-perubahan sebatas dalam pikiran visioner manusiawi mereka. Dunia yang nyata dan kasat mata inilah arena pergulatan mereka menghadapi dan mengantisipasi perubahan-perubahan dalam peradaban manusia. Bagi kita yang hidup di dalam Tuhan, ini baru merupakan sebagian dari keseluruhan kehidupan yang harus dijalani.

Kita yang hidup dalam Tuhan, pada prinsipnya, hidup dalam dua dunia yang berbeda. Pertama, dunia jasmani yaitu dunia dimana tubuh dan seluruh indra fisik kita berinteraksi dengannya. Kedua, dunia rohani-yaitu dunia dimana roh kita berinteraksi dengannya. Mana yang lebih nyata bagi kita? Kedua-duanya harus sama nyatanya -bahkan bisa jadi dunia rohani akan menjadi semakin terang dan jauh lebih nyata dalam pertumbuhan pengenalan rohani kita di dalam Tuhan yang adalah roh. Rasul Paulus di tengah-tengah pergumulan pelayanan yang menderitakan tubuh jasmaninya dengan yakin bersaksi, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segaa-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2 Kor. 4:7-8)

Jadi, dari kedua dunia inilah perubahan-perubahan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang Kristen di dalam Tuhan. Karena itu, agar kita dapat memahami dengan benar tuntutan-tuntutan perubahan maupun arah perubahan yang hendak dituju, kita harus mengerti hakikat perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita yang dipanggil menjadi visioner-visioner illahi. Sebagaimana seorang mahasiswa baru harus belajar mengenai kehidupan baru di kampus tempatnya belajar dan seorang karyawan baru harus diberikan penataran untuk mengenal perusahaan baru tempatnya bekerja, maka kita yang memasuki alam kehidupan yang penuh perubahan bahkan menjadi perancang-perancang perubahan itu sendiri perlu mengenal seluk-beluk perubahan dalam hidup kita.

Perubahan itu datangnya dari Allah. Karena banyaknya salah pengertian di antara orang-orang Kristen baru, satu kebenaran ini seringkali dilupakan begitu saja. Kebenaran itu ialah bahwa setiap orang yang telah mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya tidak lagi menjadi milik dirinya sendiri tetapi milik Allah dan sejak hari ia diselamatkan, Allah memegang hidupnya demi kebaikan dan masa depan yang cerah yang telah disiapkanNya bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Kenyataan yang ditemui di antara banyak orang Kristen rupanya masih jauh dari kebenaran ini. Di satu sisi, banyak orang Kristen merasa hidup mereka masih kepunyaan mereka sendiri. Itu sebabnya mereka tetap hidup menurut keinginan dan mengambil jalan hidup mereka sendiri sekalipun mereka mengaku bertuhankan Kristus. Salib dan korban Kristus bagi mereka hanya sekedar penenang batin mereka yang ngeri membayangkan neraka. Didaftarkannya mereka sebagai orang Kristen dianggap tidak lain sebagai prasyarat supaya mereka masuk surga. Pada sisi yang lain, tidak sedikit pula orang-orang Kristen yang merasa bahwa Tuhan tidak peduli kepada mereka. Mereka berpikir bahwa Tuhan telah menyelamatkan mereka dan setelah itu meninggalkan mereka. Tentu saja ini keliru. Sesungguhnya, Ia ingin kita hidup bagi Dia: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”(2 Korintus 5:15) agar supaya kita ini “melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,su-paya kita hidup di dalamnya”(Efesus 2:10) dan karena itulah “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).

Sesungguhnya Allah sangat peduli dengan kehidupan kita. Kehidupan kita berharga di mataNya karena Ia bermaksud menjadikan kita alat-alat kebenaran dan kemuliaanNya. Perhatikanlah bangsa Israel. Sebelum kita membaca keluarnya mereka dari Mesir, jawab dan renungkanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 

– Siapakah yang membawa nenek moyang Israel ke Mesir? 

– Untuk maksud apakah Yakub dan 12 anaknya yang kemudian menjadi suku-suku Israel pindah ke Mesir? 

– Memang Yusuf anak Yakub yang mengatur kepindahan seluruh keluarganya ke Mesir tetapi bagaimana mungkin Yusuf yang masuk ke Mesir sebagai budak akhirnya dapat memiliki otoritas mengizinkan warga bangsa asing mendapatkan tanah pemukiman permanen di Mesir? 

– Siapakah Pribadi yang tak kelihatan yang mengatur kelangsungan hidup Yakub beserta anak cucunya yang kemudian menjadi bangsa pilihan Tuhan, Israel ini? 

Yusuf merenungkan seluruh pertanyaan itu dan sampai kepada satu kesimpulan. Yusuf yang hidup dalam perubahan-perubahan yang paling drastis dalam hidup manusia menemukan satu fakta yang tidak terbantahkan.

Inilah pengakuannya : “…Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kejadian 50:20) Ya, Allahlah yang bekerja dalam setiap kehidupan orang yang mau menyerahkan hidup bagi Dia dan tujuan-tujuanNya.

Salah satu pemimpin pujian favorit saya adalah Don Moen. Banyak di antara lagu-lagu yang dibawakannya memberkati roh saya. Salah satu yang paling favorit adalah mengenai Tuhan yang terus bekerja mendatangkan kebaikan bagi setiap anak-anakNya. Renungkan syair-syair pujian yang aslinya ber-judul, For All You’ve Done berikut ini :

Atas segala yang telah Kau kerjakan

Dan atas segala yang akan Kau kerjakan dalam hidup kami

Kami bersyukur padaMu

Dan menaikkan pujian kami kepadaMu

Atas segala hal

yang tidak dapat kami mengerti

Dengan iman,

kami menyerahkan semuanya dalam tanganMu

Kami bersyukur,kami memujiMu

Karena kami tahu,

Bahwa segala hal Kau kerjakan bersama-sama

Untuk kebaikan kami

Kami bersyukur,kami memujiMu

Karena melalui iman,

Kami yakin kasih karuniaMu

akan menjadikan kami berhasil

Benar. Allah mengerjakan bagi kita kebaikan. Bersyukurlah dalam keadaan baik atau buruk. Karena Allah bekerja di belakangNya bagi kebaikan dan keuntungan Anda.

Tujuan dari perubahan-perubahan yang diadakan Allah dalam hidup kita adalah supaya kita mengandalkan Dia dan siap menghadapi perubahan terus menerus ke arah masa depan yang lebih baik. Gambaran berikut ini ditulis dengan indah oleh Max Lucado. Judulnya “Di Atas landasan” :

Dengan tangan kuat si pandai besi, dilindungi pakaian kerja, menaruh jepitannya ke dalam api, menjepit logam yang dipanaskan, dan meletakknnya di atas landasan. Matanya yang tajam memeriksa potongan yang menyala-nyala itu. Ia melihat bentuk perkakas itu sekarang dan membayangkan bentuknya yang ia inginkan-lebih tajam, lebih pipih, lebih lebar, lebih panjang. Tangan kirinya masih menggenggam potongan yang panas itu dengan jepitannya, sementara tangan kanan menghantam godamnya seberat satu kilo ke atas logam yang dapat dibentuk itu.

Di atas landasan yang kokoh, besi yang membara itu dibentuk kembali. Si tukang tahu perkakas apa yang diinginkannya. Ia tahu ukurannya. Ia tahu bentuknya. Ia tahu kekuatannya.

Beng! Beng! Godamnya menghantam. Bengkelnya mendengung dengan bunyi itu, udara menjadi penuh dengan asap, dan logam yang sudah lunak berespons.

Tetapi respons itu tidak gampang. Datangnya tidak tanpa rasa tidak enak. Meleburkan yang lama dan membentuk kembali yang baru merupakan proses yang mengacaukan. Namun logam ini tetap di atas landasan dan tukang itu dapat menghilangkan yang lecet, memperbaiki retak-retak, mengisi kekosongan, dan menguras yang tidak sempurna.

Dan setelah beberapa waktu, terjadilah perubahan : Yang dulu tumpul, sekarang menjadi tajam, yang bengkok menjadi lurus, yang lemah menjadi kuat, dan yang tidak berguna menjadi berharga.

Lalu pandai besi berhenti. Ia berhenti menggebuk dan meletakkan godamnya. Dengan tangan kiri yang kuat ia mengangkat logam yang baru saja dibentuk hingga setinggi mata. Dalam kesunyian, ia memeriksa perkakas yang masih keluar asap. Alat yang memijar itu dibalik-balik dan diperiksa kalau-kalau ada kekurangan atau retak. Tetapi ternyata tidak.

Sekarang pandai besi itu sampai pada tingkat akhir tugasnya. Ia mencemplungkan alat yang masih membara ke dalam ember air di dekat situ. Dengan bunyi desis dan uap yang menyemprot keluar, benda logam itu segera mulai menjadi keras. Panas mengalah kepada serbuan air sejuk, dan mineral yang tadinya dapat dibentuk dan lunak, sekarang menjadi alat yang tidak dapat dibengkokkan dan sudah berguna.”

Sesungguhnya kita dibentuk untuk menjadi pribadi yang sesuai dengan hatiNya, untuk tujuan yang telah disiapkanNya, yaitu rencanaNya untuk menyampaikan keselamatan bagi dunia yang dikasihiNya ini.

Pribadi yang aman dan kokoh di dalam Dia adalah yang dicari dan dikerjakanNya dalam hidup kita. Melalui berbagai persoalan dan pasang surut kehidupan, kita diajar, ditempa, dibangun, diolah untuk semakin kuat di dalam Dia. Hanya mereka yang kuat dan tetap berdiri teguh sekalipun kegelapan atau kematian ada di mana -hanya merekalah yang dapat menjadi saksi bahwa Kristus adalah batu karang yang teguh, satu-satunya pengharapan sejati bagi segenap umat manusia.

Di akhir zaman, intensitas atau kekerapan terjadinya gempa bumi akan menjadi salah satu tanda yang penting. Hal ini sesungguhnya merupakan isyarat bahwa mendekati kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, seluruh sendi-sendi kehidupan dunia akan digoncangkan oleh Tuhan. Seluruh umat manusia yang berdiam di wilayh-wilayah atau bidang-bidang yang menjadi rasa aman mereka harus menetapkan pilihan tempat bergantung dalam hidup.

Pada waktu itu, manusia akan menyadari bahwa kekuatan mereka terbatas dan mereka tidak berdaya. Mereka yang mengandalkan diri sendiri akan terpaksa mencari pertolongan dari pihak lain. Di sinilah peperangan sengit terjadi karena hanya ada dua pribadi yang menawarkan pertolongan : iblis atau Tuhan. Mereka yang takut akan Dia akan memilih berlari kepada Tuhan yang daripadaNya ada pertolongan dan kelepasan sejati.

Sesungguhnya mereka yang mengandalkan Tuhan tidak perlu kuatir. Mereka yang berpaling kepada Tuhan tidak akan goyah menghadapi perubahan paling dahsyat atau paling mengerikan sekalipun. Tuhan menjadi batu karang yang teguh tempat mereka berpijak. Seperti pelanduk yang membangun rumah di bukit batu (Amsal 30:26), yang paling lemah sekalipun akan menjadi paling kuat. GerejaNya akan tegak bersinar di tengah-tengah keruntuhan segala sistem dunia ini. Bukankah firmanNya berkata, “Waktu itu suara-Nya menggon-cangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: “Satu kali lagi Aku akan menggon-cangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.” Ungkapan “Satu kali lagi” menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia (perubahan itu) dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” (Ibrani 12:26-28)

Perubahan-perubahan yang dirancangkan Allah terjadi dalam hidup kita sesungguhnya adalah menggoncangkan rasa aman kita. Sesungguhnya Allah yang dikenal Israel adalah Allah yang memproses umatNya. Satu parabel yang digambarkan oleh nyanyian Musa merupakan pesan profetik bagi umat Tuhan di segala zaman. Ulangan 32:11-12 menyebutkan: “Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia”. Jika kita merenungkannya, ada banyak pengertian penting terkandung dalam nats di atas. Misalnya mengenai pimpinan dan tuntunan Tuhan atas umatNya. Ternyata Tuhan menuntun umatNya bukan dengan cara memanjakannya. Tuhan menuntun umatNya melalui proses yang keras bagaikan rajawali menggoyang bangkitkan isi sarangNya. Sebagai kesayangan Allah, hal-hal yang mudah, kehidupan yang nyaman, atau perjalanan yang santai tidak pernah menjadi prioritas utama. Allah menginginkan umatNya, Anda dan saya, memiliki karakter yang dewasa dan kuat di dalam Dia. Tuhan tidak menghendaki anak-anakNya menjadi kolokan, kekanak-kanakan dan egois. Tuhan mau Anda dan saya menjadi dewasa dan cakap di dalam Dia.

Di sinilah terkandung rahasia penting. Untuk menjadi dewasa, kita harus siap digoncangkan. Supaya kita dapat terbang tinggi mengatasi badai hidup, kita harus dikeluarkan dari rasa aman kita. Agar kita dapat menjadi kuat dan menggapai yang terbaik di masa depan, kita harus rela menghadapi rasa takut kita sendiri. Rasa aman itulah yang merupakan penghalang terbesar untuk kita menjadi kuat di dalam Dia. Selama masih ada hal-hal lain yang menjadi sandaran kita dan membuat kita merasa kuat tanpa Tuhan, selama itu kita harus menerima proses Tuhan. Iman dan pengharapan kita harus kokoh di dalam Dia supaya kita tidak turut lenyap saat dunia mencapai titik akhir usianya. Sebelum rasa aman kita ada pada Tuhan dan hanya pada Dia saja, kita akan mengalami prosesnya berupa perubahan-perubahan yang menggon-cang rasa aman kita di luar Dia. Karena itulah, proses Tuhan melalui perubahan-perubahan yang diadakanNya- sesungguhnya adalah goncangan terhadap rasa aman kita. Semuanya ini bertujuan membawa kita untuk belajar akan jalan-jalanNya dan untuk memiliki karakter-karakter mulia seperti Kristus. Terlebih lagi kehidupan seorang visioner illahi yang haus akan perubahan illahi dari Allah. Adalah sesuatu yang ganjil jika mereka yang mengharapkan perubahan menuju yang terbaik dari Allah ternyata menikmati hidup dalam kemapanan dan kenyamanan hidup selain di dalam kehendak Tuhan. Itulah sebabNya Kristus memberikan teladan yang terbaik mengenai hidup saat Ia berkata, “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.” (Yohanes 4:34).Benar. Yang terutama dalam hidup bukan mencari rasa aman demi rasa aman namun seberapa banyak kita menyelesaikan apa yang telah ditugaskanNya atas kita sebagai hamba-hambaNya. Rasa aman sejati kita hanya ada di dalam Tuhan dan dalam melakukan visiNya atas hidup kita.

Seorang visioner tidak pernah mencari rasa aman dalam hidupnya. Terlebih lagi visioner-visioner illahi yang memiliki tujuan tertinggi dan panggi-lan yang sempurna dari Tuhan. Usaha yang terbaik, mengerahkan segala daya upaya yang ada, mengorbankan diri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan hingga tujuan-tujuan Allah digapai, kehendakNya terjadi dan kerajaanNya datang -semuanya itu akan selalu menjadi irama serta gaya hidup seorang visioner. Scott Alexander, pengarang Amerika, mengatakan: “Segala yang baik itu sukar. Segala yang jahat itu mudah. Sekarat, kehilangan, curang, biasa-biasa saja itu mudah. Menjauhlah dari apa yang mudah!” Biarlah setiap rasa aman kita digoncangkan, asalkan kita dapat mencicipi masa depan penuh harapan itu!

Tuhan melatih kita supaya terbiasa hidup dalam perubahan dan memiliki hati yang merindukan apa yang terbaik dari Dia melalui peristiwa-peristiwa sehari-hari yang diijinkanNya terjadi dalam hidup kita. Kita harus mengetahui bahwa sekolah Tuhan adalah sekolah kehidupan. Ruang kelasnya adalah dunia ini. Pelajarannya adalah persoalan-persoalan serta tantangan-tantangan hidup. Sesungguhnya inilah sekolah yang mahal karena gurunya adalah Guru Agung. Hari demi hari la menuntun kita berjalan dan belajar menghadapi kehidupan supaya dijalani bukan dengan cara yang baik saja me-lainkan mengarungi hidup dengan cara yang benar -yaitu caraNya. Inilah beberapa hal yang digunakan oleh Tuhan untuk memproses kita. Di dalam semuanya Tuhan turut campur tangan agar menjadi kebaikan dalam hidup kita:

1.Teguran dan nasihat FirmanNya

2.Pesan-pesan profetik

3. Kejadian-kejadian sehari-hari

4. Tantangan dan kesulitan hidup

5. Masalah-masalah sehari-hari

6. Pencobaan-pencobaan untuk berdosa

7. Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam hidup kita

Pada prinsipnya, hidup orang-orang percaya sepenuhnya ada dalam pengawasan Tuhan. Ini bukan dengan maksud untuk mencari-cari kesalahan dan menghukum kita namun untuk memproses kita menjadi pribadi yang mulia di mataNya dan siap menjadi alat kemuliaanNya. Kerinduan Tuhan ini harus ditanggapi dengan respon yang sama. Kita harus memiliki kerinduan yang sama kuat untuk hidup menyenangkan Tuhan dan memperjuangkan kepentingan KerajaanNya saja. Ingat, hidup kita bukan lagi milik kita sendiri.

Sikap pikiran dan tindakan kita terhadap hal-hal yang kita temui setiap hari menentukan apakah kita mau menjalani proses Tuhan atau tidak. Secuil kisah imajiner dari Max Lucado ini akan menggelitik dan menyadarkan kita betapa pentingnya kita rela diproses dalam hal-hal kecil yang kita hadapi sehari-harinya:

(Adegan-Kebaktian Minggu pagi; doa dalam hati)

Kita :Tuhan, saya ingin berbuat hal-hal yang besar

Tuhan :Oh,ya?

Kita : Tanggung! Saya ingin mengajar jutaan orang! Saya ingin Stadion terbesar negara ini. Saya ingin supaya seluruh dunia mengenal kuasa penyelamatanMu! Saya bermimpi tentang hari —

Tuhan : Itu hebat, Nak. Sebenarnya Aku dapat memakai kamu hari ini – sesudah kebaktian ini.

Kita : Asyik! Bagaimana kalau kita buat acara radio dan TV atau…atau…atau…berbicara di depan para pejabat?

Tuhan : Ya, sebenarnya bukan itu yang Aku maksudkan. Kamu lihat orang yang duduk di sampingmu?

Kita : Ya.

Tuhan : Ia butuh kendaraan pulang.

Kita (pelan): Apa?

Tuhan : Ia ingin menumpang di mobil untuk pulang. Dan kalau kamu toh sudah bantu dia, satu dari ibu-ibu tua yang duduk di dekat kamu perlu bantuan untuk memindahkan kulkasnya. Bagaimana kalau kamu singgah sebentar sore ini dan – 

Tuhan (tersenyum): Pikir-pikir saja dulu.

Melalui segala liku-liku pergumulan dan kenyataan sehari-hari, Allah menuntun kita untuk tekun dan terus belajar mengembangkan diri menjadi pribadi yang memiliki karakter Kristus. Setiap hari dalam hidup kita, melalui segala cara, menggunakan segala sarana, Tuhan membentuk hidup kita. Ia yang merindukan untuk mempercayakan perkara-perkara besar kepada kita, Ia pula yang melatih kita menangani dan menyelesaikan masalah-masalah hidup sehari-hari yang seringkali dipandang remeh dan tidak penting. Tidak demikian dengan aturan Kerajaan Allah. Salah satu prinsip dasar di sana adalah : “Barangsiapa setia dalam perkara kecil, kepadanya akan diper-cayakan Tuhan perkara besar” (Matius 25:21;Lukas 16:10). Karena itu, kita tidak akan pernah dapat dipercaya untuk mengemban perkara-perkara besar sebelum kita matang dan setia kepada Tuhan dalam perkara-perkara kecil. Mereka yang melanggar prinsip ini pada akhirnya akan menuai kekecewaan dan kehancuran. Mereka yang tidak menjalani proses Tuhan atau menjalani proses Tuhan tetapi kemudian menolaknya -seperti Saul- akan tergelincir dan sesat. Sebaliknya, proses Tuhan jualah yang menjadikan Daud bertahan setia sampai mati, menjadi hamba yang berkenan di hati Tuannya

Jauh daripada yang dikira banyak orang, kehidupan yang dituntun oleh Tuhan sebenarnya adalah suatu kehidupan yang penuh sukacita. Kehidupan bersama-sama dengan Tuhan justru penuh bimbingan dan arahan menuju suatu hidup yang berkualitas, jasmani dan rohani. Frustrasi, kebobrokan, stress, kebingungan, disorientasi (kehilangan fokus hidup), rasa hampa dan tidak berarti, kesepian, kebosanan dan lain sebagainya pada dasarnya merupakan efek dari jejak langkah manusia yang dikerjakan dengan kekuatannya sendiri -yang sangat terbatas itu. Sebaliknya daripada terjerat oleh semua kemelut hidup yang berkecamuk, orang-orang percaya menaruh segala beban di bawah kaki Tuhan dan dibimbing oleh Roh Kudus untuk mengenali bahwa itu merupakan satu potongan kecil dari suatu gambaran besar rencana Tuhan yang indah dalam kehidupannya. Mengetahui bahwa Tuhan sedang mengerjakan perkara-perkara yang mulia, maka orang-orang yang menujukan pandangan kepada Tuhan akhirnya bangkit dengan pengharapan yang baru disertai kekuatan yang lebih besar yang bersumber dari kasih karunia Tuhan. Mengenai hal ini John C. Maxwell, pakar kepemimpinan, memaparkan penjelasannya yang indah:

“Kita suka terlalu melebih-lebihkan peristiwanya dan meremehkan prosesnya. Setiap impian yang terpenuhi adalah karena kesetiaan kepada proses. Secara alami, manusia cenderung ‘malas’. Itulah sebabnya mengapa pengembangan diri sungguh sulit. Namun itu jugalah sebabnya mengapa kesulitan terletak di pusat setiap sukses. Proses meraih prestasi adalah melalui kegagalan yang berulang-ulang serta perjuangan yang terus menerus untuk mendaki ke tingkatan yang lebih tinggi.

Kebanyakan orang mengakui dengan menggerutu bahwa mereka harus melalui kesulitan agar dapat meraih sukses. Mereka mengakui bahwa mereka harus mengalami kemunduran sesekali untuk meraih kemajuan. Namun saya percaya bahwa sukses datang hanya jika Anda merenungkannya lebih jauh lagi. Untuk mencapai impian Anda, Anda harus merangkul kesulitan dan menjadikan kegagalan bagian hidup Anda. Jika Anda tidak gagal, Anda tidak mungkin sungguh-sungguh maju.”

Itulah sebabnya, kita harus memiliki hati seorang pembelajar. Hati seorang murid. Terlalu banyak yang tidak kita ketahui dan pahami. Rencana Tuhan terlalu besar dan berada di luar jangkauan otak manusia yang kecil ini. Hanya hikmat dan pengertian yang dari ataslah yang sanggup menembus kegelapan di ruang pemikiran kita sehingga kita dapat menerima dengan hati penuh syukur atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita setiap hari -baik yang menyenangkan ataupun yang menyakitkan sekalipun. Bersama-sama Musa baiklah kita berdoa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian sehingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Luangkanlah waktu Anda merenungkan kalimat-kalimat lagu pujian yang indah ini:

Bapa Surgawi

Ajarku mengenal

Betapa dalamnya kasihMu

Bapa surgawi

Buatku mengerti

Betapa kasihMu padaKu

Semua yang terjadi di dalam hidupku

Ajar kumenyadari Kau selalu sertaku

Beri hatiku selalu bersyukur padaMu

Karena rencanaMu indah bagiku

MERANGKUL PERUBAHAN (1)

Oleh Peter B

Anda tidak mungkin mengharapkan mencapai tujuan-tujuan yang baru atau bergerak melebihi keadaan Anda yang sekarang kecuali Anda mau berubah”

~ Les Brown

Perubahan. Tidak semua orang senang mendengar kata-kata itu. Bahkan tidak sedikit yang secara terang-terangan maupun diam-diam menolak adanya perubahan. Mereka yang anti terhadap perubahan seringkali adalah mereka yang telah cukup merasa nyaman dan puas dalam keadaannya yang sekarang. Kondisi atau status kehidupan yang mereka jalani telah dipandang sebagai sesuatu yang pas dan membawa keuntungan bagi mereka sehingga mereka menolak adanya perubahan sekecil apapun. Dengan sekuat tenaga, orang-orang yang anti perubahan ini berusaha mempertahankan posisi atau keadaannya yang sekarang. Pokoknya, tidak ada perubahan. Entah itu kemunduran atau kemajuan, apakah itu penurunan atau kenaikan.

Rasa aman setiap orang tidak selalu sama. Hal itu relatif sifatnya. Beberapa orang merasa telah mencapai targetnya dan kemudian menolak perubahan ketika ia telah menjadi kaya raya dan terpandang. Beberapa orang lain menetapkan rasa amannya pada saat mereka telah memiliki penghasilan tetap, hidup cukup sandang, pangan dan papan -meskipun tidak terlalu mewah. Tetapi beberapa orang lagi benar-benar berbeda. Mengenai hal ini, ada satu pemandangan yang bagi saya cukup menyedihkan. Kegalauan hati saya semakin bertambah karena ternyata ini terjadi dan telah menjadi fakta sehari-hari yang dijumpai di antara penduduk Indonesia. Hal itu adalah kenyataan bahwa cukup banyak prosentase orang Indonesia yang bahkan merasa puas dan menolak perubahan sekalipun hidup mereka masih jauh dari standard hidup yang layak. Dengan penghasilan perkapita yang jauh lebih rendah dari negara-negara tetangan se-Asia, orang-orang Indonesia cukup banyak yang tidak memiliki pikiran untuk maju. Mereka lebih suka bersikap nerimo terhadap kenyataan dan keadaan hidup mereka. Belasan bahkan puluhan tahun mereka lewatkan untuk hidup dalam taraf kemiskinan dan berkekurangan. Namun begitu, jarang terbersit keinginan untuk berubah.  Sungguh, tirani rasa aman melumpuhkan jiwa-jiwa manusia yang semestinya dapat berbuat dan mencapai lebih banyak daripada yang telah mereka raih selama ini. Mungkin saja, di antara bangsa-bangsa di dunia, orang-orang Indonesia merupakan salah satu kaum yang paling menolak perubahan. 

Masalahnya bersumber dari sifat dasar perubahan. Kenyataan sejatinya adalah perubahan itu ternyata tidak mungkin dielakkan. Perubahan itu pasti dan selalu terjadi apakah kita menyukai atau tidak. Seperti kata seorang filsuf, “Tidak ada sesuatu yang abadi selain perubahan….” Perubahan itu tidak dapat dihindari, ditolak atau dihambat sedikitpun. Jika kita menolak untuk berubah, maka perubahan itu akan tetap terjadi. Kita akan bertambah tua, menjadi semakin lamban, lebih kurang dalam pengetahuan dan seterusnya.

Menurut pengamatan saya, ada dua hal yang memang tidak dapat berubah : Tuhan dan perubahan itu sendiri. Mengenai Tuhan, Kitab Suci jelas mengatakan kepada kita bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8). Dan bahwa tidak ada bayang-bayang perubahan pada Bapa kita di Surga yang baik itu (Yakobus 1:17). Mengenai perubahan, sesungguhnya semua yang ada di dunia pasti akan berubah menuju satu titik akhir yaitu ren-cana penghakiman Tuhan atas bumi dan seisinya. Bahkan iblis satu kali akan mengalami perubahan total atas kekuasaannya di dunia sekarang ini. Ya, kelak iblis beserta seluruh pengikut-pengikutnya akan berakhir di api yang kekal, kematian yang kedua (Wahyu 20 :10-14)

Mengetahui kebenaran ini, seharusnya kita dapat mengambil keuntungan atasnya. Apabila kita menyadari benar bahwa pada akhirnya dunia ini akan berubah menjadi seperti apa yang telah ditetapkan Allah atas dunia ini, maka kita seharusnya tidak mengikuti arus dunia yang akan binasa ini. Kita harus ada di pihak Allah supaya tidak binasa. Lebih daripada itu -selama kasih karunia masih diberikan kepada dunia- kita mengambil bagian dalam rencana Allah mendatangkan keselamatan atas dunia.

Jadi, hidup orang Kristen di tengah-tengah dunia yang terus menerus berubah tidak lain harus dijalani dengan perubahan terus menerus di dalam tingkat kerohaniannya sebagai antisipasi arus dunia yang tanpa henti berusaha menggilas kita. Dan tidak hanya itu. Mereka yang bergerak bersama Allah untuk mengerjakan visiNya bukan hanya mahir mengantipasi perubahan melainkan juga menciptakan perubahan itu sendiri. Inilah perubahan yang dikehendaki oleh Allah. Perubahan ke arah perbaikan, pertobatan, pemulihan, keselamatan bangsa-bangsa.

Oleh karena itu, seorang visioner illahi tidak boleh menjauhi perubahan. Visioner-visioner illahi yang sejati merangkul perubahan, hidup di tengah-tengah perubahan, mengilhami dan mengusahakan perubahan ke arah tujuan-tujuan Allah. Inilah salah satu sisi kehidupan seorang visioner illahi : VISIONER ILLAHI SIAP HIDUP BERSAMA ALLAH DALAM PERUBAHAN YANG TERUS MENERUS.

PERUBAHAN : INTI DARI VISI

Seorang visioner adalah seorang yang hidup setiap hari untuk men-gantisipasi perubahan bahkan lebih daripada itu. Para visioner adalah mereka yang merencanakan dan mengusahakan perubahan di masa yang akan datang. Secara sederhana, memiliki visi adalah memiliki tujuan. Dan mencapai suatu tujuan berarti berpindah dari posisi di mana sekarang kita berada bergerak kepada tujuan kita.  Dan, bukankah perpindahan posisi dari tempat semula kita berada kepada tujuan itu merupakan suatu perubahan? Karena itu, memiliki dan hidup bagi sebuah visi sama dengan pergerakan terus menerus ke arah perwujudan visi itu.  Pergerakan terus menerus tidak lain adalah pe-rubahan yang berkesinambungan.

Visi adalah gambaran masa depan penuh harapan. Visi illahi terlebih lagi. Masa depan dari Allah adalah masa depan yang terbaik yang dapat diraih dan dinikmati oleh manusia di dunia. Nah, mengerjakan atau mengusa-hakan visi tidak lain adalah usaha mencapai masa depan itu. Dan inti dari usaha pencapaian masa depan itu tidak lain adanya perubahan yang terus menerus ke arah yang diinginkan. Jadi, mereka yang mengaku memiliki visi tetapi menolak perubahan pada dasarnya hanya bermulut besar saja.

Pro status quo vs. Anti status quo. Istilah ‘status quo’ cukup populer beberapa tahun yang lalu menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Para demonstran dan tokoh-tokoh reformasi menggerakkan massa dan menggalang dukungan untuk mendesak Soeharto turun dari jabatannya saat itu. Sang Presiden terlama di Indonesia itu dituding bersama para pejabat-pejabat pembantunya sebagai seorang yang pro status quo-yang artinya orang-orang yang tidak menghendaki perubahan ke arah yang lebih demokratis. Sebaliknya, mahasiswa dan jutaan rakyat yang turun ke jalan mengklaim diri mereka anti status quo-yang artinya menolak keadaan yang ada dan menginginkan perubahan. Dari sudut pandang ini, kira-kira dimanakah posisi para visioner?

Mereka yang menyebut dirinya anti status quo tidak selalu adalah pribadi-pribadi yang visioner. Bisa jadi mereka hanya bersikap meledak-ledak sesaat karena emosi dan kekecewaan yang sangat. Atau mungkin saja karena mereka memiliki karakter sebagai orang-orang yang suka memberontak dan gemar melawan penguasa. Ini berkebalikan dengan para visioner. Jika tidak setiap orang yang anti status quo itu visioner maka setiap visioner pasti orang yang anti status quo. Para visioner itu anti kemapanan dan rasa aman sebelum cita-cita mereka berhasil diwujudkan. Mereka tidak akan berhenti berjuang, berusaha, bergerak, berkreasi, bekerja keras, membuang segala rasa nyaman hingga tujuan mereka tercapai.

Visioner-visioner illahi pun demikian. Mereka tidak puas dengan keadaan rohani mereka atau sekeliling mereka. Hati mereka hancur mengeta-hui kenyataan bahwa dirinya sendiri belum mencapai target Allah dan banyak orang jauh dari sasaran keselamatan yang dari Tuhan, Visioner-visioner illahi tidak pernah puas dengan keadaan diri mereka sebelum hidup mereka diubahkan hari demi hari semakin serupa Kristus. Mereka pun tidak dapat tenang menjalani hidup mereka sebelum setiap rencana Allah dalam hidup mereka dipenuhi dan tujuan-tujuan Allah selama hidup mereka tercapai.

Mungkin Anda pernah membaca kalimat-kalimat berikut ini. Jika demikian renungkanlah kembali. Temukan dan resapi pesan mendalam yang tersirat di dalam setiap untaian kalimat dari dan mengenai hamba-hamba Tuhan sejati ini :

“Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, 

sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, 

sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub” 

(Mazmur 132:3-5)

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 

Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.

Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus — itu memang jauh lebih baik;

tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. 

Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman,

sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu. 

(Filipi 1:21-26)

Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. 

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (Filipi 3:7-8)

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.  (Kisah Para Rasul 20:24)

Setelah merenungkan pernyataan-pernyataan di atas, tahukah Anda siapa saja yang mengatakannya? Adakah Anda menemukan persamaan di antara kali-mat-kalimat tersebut di atas? Dapatkah Anda menemukan nada-nada yang sama dari pesan-pesan mereka?

Tentu saja. Mereka semua adalah visioner-visioner illahi yang hidup bagi visi mereka. Selama mereka belum melihat visi itu menjadi kenyataan MEREKA MENOLAK SEGALA RASA AMAN. Mereka tidak akan pernah berpuas diri sebelum visi Tuhan dalam hidup mereka menjadi kenyataan. Karena itulah mereka bergerak, bergerak dan terus bergerak bagi Allah. Mereka bukan hanya terbiasa dengan perubahan dan ketidaknyamanan, malahan mereka mengharapkan perubahan itu sendiri -perubahan yang dari Allah.

Perjalanan yang Penuh Tantangan dan Perubahan. Visi yang hendak dicapai bukan saja membawa perubahan, tetapi perubahan-perubahan. Ada satu keadaan yang jauh berbeda antara keadaan kita sekarang dengan masa depan yang diidamkan dalam visi kita. Itu merupakan suatu perubahan yang besar. Masalahnya adalah perubahan dari keadaan sekarang menjadi kondisi visi yang menjadi kenyataan itu tidak terjadi sekejap mata. Itu tidak terjadi hanya satu hari atau dalam waktu yang singkat. Itu membutuhkan suatu proses yang mungkin saja memakan waktu bertahun-tahun bahkan seumur hidup kita. “Visi seringkali hidup lebih lama daripada pemiliknya” demikian kata pakar kepemimpinan George Barna. Karena panjang dan lamanya perjalanan menuju kenyataan dari suatu visi, perubahan terjadi secara bertahap. Dan setiap tahapan membutuhkan satu tingkat perubahan demi satu tingkat perubahan. Oleh karena itu, dalam perjalanan kita mengerjakan visi, perjumpaan dengan banyak tantangan dan berbagai-bagai perubahan tidak dapat dielakkan lagi sebagaimana dikatakan oleh Madame Marie Curie, penemu plutonium: “saya diajar bahwa perjalanan demi kemajuan itu tidak pernah ringan dan mudah.” Inilah sebabnya, setiap visioner harus terbiasa dengan perubahan demi perubahan di dalam dan sekitar kehidupannya.

Mari saya berikan dua contoh. Bangsa Israel dan Yesus Kristus. Israel dibebaskan Tuhan dari perbudakan di Mesir menuju visi masa depan mereka : suatu negeri yang penuh susu dan madu, subur dan berkelimpahan. Kanaan menjadi visi mereka. Hati mereka kini diarahkan kepada Tanah Perjanjian. Sayangnya, perjalanan mereka menuju visi bukan merupakan perjalanan yang singkat lagi mudah. Mereka menempuhnya hingga 40 tahun lamanya. Dan selama perjalanan mereka menemukan tantangan dan kesulitan yang tidak terhitung banyaknya. Mulai ketiadaan sumber air, makanan, ancaman bangsa-bangsa lain, para perampok, dan cuaca yang berubah-ubah. Ini belum termasuk gaya hidup mereka yang serba tidak menentu dan berpindah-pindah sesuai dengan komando Tuhan melalui tiang awan atau tiang api (Bilangan 9:16-23). Dapatkah Anda membayangkannya? Ini sama sekali bukan suatu perjalanan yang mudah untuk dijalani. Mau tidak mau segenap Israel harus membiasakan diri untuk hidup dalam perubahan setiap hari.

Contoh berikutnya dapat kita teladani dari Tuhan kita sendiri. Sebelumnya, cobalah renungkan kira-kira berapa lama dan berapa panjangkah Allah kita menempuh usaha dan perjalanan untuk menjangkau dunia untuk diselamatkan? Demi menyelamatkan manusia ciptaanNya, Ia menempuh perjalanan menembus ruang dan waktu, mengambil rupa seorang manusia yang terbatas, menjalani kehidupan yang sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan keberadaan sejatiNya (kehidupan alam roh sangat berbeda dengan kehidupan jasmani), merasakan lapar, haus, mengantuk, lelah dan sebagainya. Dan tidak hanya itu, Allah merelakan diriNya dilecehkan, diolok, dihina, direndahkan sebagai golongan orang yang miskin dan tidak berpendidikan. Selama pelayananNya, Ia kerap tidak sempat makan, beristirahat atau memiliki tempat berteduh sekalipun. Puncaknya, Yesus dihajar, dipukuli dan diinjak-injak oleh ciptaanNya sendiri hingga akhirnya mati secara memalukan di atas salib yang dipikulNya sepanjang Via Dolorosa. Semuanya demi keselamatan dunia -yang sangat dikasihiNya.

Sungguh panjang dan berat perjalanan mencapai visi. Betapa hiruk pikuknya kehidupan mereka yang hendak mencapai suatu masa depan yang indah. Oh, betapa kita harus siap hidup di dalamnya! Kita harus membiasakan diri menangani segala situasi dan cakap menanggung segala sesuatu bersama Tuhan. Kehidupan demikian mungkin saja tidak banyak dicari dan di inginkan sebagian besar orang yang mencari rasa aman selama hidupnya. Namun bersama Tuhan, kehidupan yang seperti itu adalah kehidupan yang layak dijalani. Sesungguhnya tidak ada yang lebih pasti dan membahagiakan selain hidup di dalam pusat kehendakNya.

Orang-orang yang Berkomitmen pada Perubahan. Faktor lain yang menunjukkan betapa eratnya hubungan antara visi dengan perubahan adalah faktor pelaksana-pelaksana visi tersebut. Visioner adalah orang-orang yang mendambakan perubahan. Adalah hal yang menggelikan apabila seseorang mengaku merindukan perubahan tetapi dirinya sendiri tidak mau berubah. Artinya, perubahan dalam kapasitas yang besar seperti perubahan atas komunitas, organisasi, suatu kota atau bangsa -pada dasarnya pasti diawali dan ditampakkan dari kehidupan pribadi mereka sendiri. Tidak ada seorangpun yang hendak mencuci baju kotor dengan air comberan yang keruh dan berbau. Atau mereka yang bermaksud menyapu debu-debu yang ada dengan sapu yang ber-lepotan kotoran. Jika kita menginginkan perubahan, itu harus nampak pertama-tama dari diri kita sendiri. Dari sanalah orang-orang yang melihat dan mendengar menjadi percaya bahwa kita sungguh-sungguh mengharapkan perubahan. Seorang jenderal Cina satu kali pernah berkata, “Jika hendak mengatur dunia, negara saya yang harus pertama diubah. Jika mau negara saya diubahkan, kampung halaman saya harus dibenahi. Jika kampung halaman saya hendak ditata kembali, keluarga saya yang pertama-tama harus dibetulkan. Jika keluarga saya harus diperbarui, saya sendirilah yang pertama-tama harus berubah”

Sebelum terangkat naik ke surga, Yesus mengatakan bahwa murid-muridNya akan menjadi saksi-saksiNya. Dari Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria, hingga ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Perhatikanlah urutannya. Bukan dari ujung bumi menuju ke Yerusalem melainkan sebaliknya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa perubahan itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Allah menjanji-kan kita akan sanggup menjadi saksiNya hingga ke ujung-ujung bumi apabila kita telah menjadi saksi di lingkup yang lebih kecil.

Gaya hidup perubahan seharusnya menjadi ciri-ciri utama dari mereka yang hidup bagi visi Tuhan. Mereka yang hidup dalam visi Tuhan seringkali harus menghadapi bukan hanya perubahan-perubahan yang terjadi di luar diri mereka tetapi harus siap sedia mengikuti perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh Tuhan demi mempersiapkan kita untuk menjadi alatNya yang bekerja bagi visiNya. Inilah yang seringkali kita sebut sebagai proses Tuhan.

Hamba-hamba Tuhan, para visioner illahi, selalu mengalami pemrosesan dari Allah. Hari ke sehari, langkah demi langkah, tahap demi tahap, Tuhan menuntun hamba-hambaNya menjadi pribadi yang mulia yang semakin menyerupai Dia. Semakin kita merelakan diri untuk berubah, semakin leluasa Tuhan bekerja dalam hidup kita dan memakai kita menjadi saluran berkatNya bagi dunia. Sebaliknya, mereka yang menolak proses Tuhan dan enggan untuk berubah akan mengalami kerugian yang sangat besar. Hidup mereka sia-sia selama di dunia. Itulah sebabnya 11 murid Yesus memiliki nasib yang berbeda dengan Yudas Iskariot. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada menjalani kehidupan yang mengenaskan seperti Yudas Iskariot. Semuanya karena ia memilih tidak mau berubah dan berbalik kepada Allah yang penuh kasih karunia. Kesebelas murid Yesus -bahkan Thomas, si peragu sekalipun- mau merendahkan diri, bertobat dan merelakan hidupnya diubahkan oleh Tuhan. Sekalipun mereka mati sebagai martir namun hidup dan jiwa mereka dimuli-akan serta mengilhami lebih banyak lagi orang percaya.

Salah satu hal menarik yang pernah saya baca adalah mengenai definisi ‘kegilaan’. Menurut beberapa kamus psikologi, salah satu tanda kegilaan adalah terus melakukan secara berulang-ulang hal yang sama sambil mengharapkan hasil yang berbeda. Mungkin itu yang dilakukan oleh be-berapa orang yang didiagnosis telah mengalami kegilaan. Seharusnya adalah bahwa apabila satu cara telah gagal memperoleh hasil yang diinginkan seharusnya itu ditinggalkan dan mencari cara lain yang lebih baik. Ironisnya,banyak orang telah tertipu dengan mengharapkan masa depan yang lebih baik menurut cara mereka sendiri. Telah terbukti bahwa cara dan usaha dari kekuatan serta pikiran manusia tidak pernah memperoleh hasil yang maksimal dalam pekerjaan Tuhan. Hanya cara dari Tuhanlah yang akan berhasil. Dan itu menuntut perubahan terus menerus dari hidup kita. Karakter kita harus diolah, dibentuk, ditajamkan, diperindah sesuai dengan standardNya. Sampai kita siap dan tepat untuk menangani otoritas yang lebih besar.

Pada beberapa bidang, penolakan akan perubahan pada dasarnya hanya akan menghasilkan kekalahan, kemunduran, dan kegagalan. Kebalikannya pun benar. Mereka yang terus menerus mau melatih dirinya untuk belajar dan mengubah diri akan menjadi orang-orang yang paling berhasil di muka bumi.

Dari semua pemimpin yang dimiliki oleh Amerika Serikat, Theodore Roosevelt (TR) adalah salah satu presiden yang terkuat -baik secara fisik mau-pun mental. Tetapi ia tidak memulainya demikian. Koboi Amerika yang pernah menjabat sebagai presiden ini dilahirkan di Manhanttan di sebuah keluarga kaya yang terkemuka. Sebagai seorang anak, ia sangat mungil dan sakit-sakitan, memiliki penglihatan yang kurang baik, dan sangat kurus. Orang tuanya tidak yakin ia akan bertahan hidup.

Ketika ia berusia 12 tahun, ayah Roosevelt berkata kepadanya, “kamu memiliki otak yang cerdas tetapi tidak memiliki tubuh yang sehat. Tanpa bantuan tubuh, otak tidak dapat bekerja sejauh yang dapat ia lakukan. Kau harus memiliki tubuh yang sehat.” Dan ia melakukannya. TR mulai meluangkan waktu setiap hari membangun tubuhnya juga otaknya, dan ia melakukannya sepanjang hidupnya. Ia berlatih angkat berat, mendaki, ice skating, berburu, mendayung, menunggang kuda, dan bertinju. Ketika TR lulus dari Harvard ia telah siap untuk menghadapi dunia politik.

Roosevelt tidak menjadi seorang pemimpin besar dalam semalam. Jalannya menuju kursi kepresidenan sangat lambat, namun tumbuh secara terus menerus. Sementara ia menjalani posisi yang bermacam-macam, dari Komisaris Polisi di kota New York sampai Presiden Amerika Serikat, ia terus belajar dan bertumbuh. Ia meningkatkan dirinya dan pada waktunya ia menjadi seorang pemimpin yang kuat.

Daftara prestasi Roosevelt sangat mengagumkan. Di bawah kepemimpinannya, Amerika Serikat muncul menjadi kekuatan dunia. Ia membantu negaranya mengembangkan AL (Angkatan Laut) yang terbaik. Ia melihat bahwa Teluk Panama sedang dibangun. Ia mengadakan perundingan damai antara Rusia dan Jepang, memenangkan hadiah Nobel dalam proses perdamaian tersebut. Ketika orang-orang meragukan kepemimpinan TR-ia berkampanye dan terpilih kembali dengan dukungan mayoritas terbesar dari seluruh presiden sampai saat ini.

Pada 6 Januari 1919, di kediamannya di New York, Theodore Roosevelt meninggal dalam tidurnya. Ketika mereka memindahkannya dari tempat tidurnya, mereka menemukan sebuah buku di bawah bantalnya. Sampai pada akhir hayatnya, TR masih terus berjuang untuk belajar dan meningkatkan dirinya. Tidak mengherankan ternyata apabila TR dikenal sebagai presiden paling dikagumi sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Perubahan itu sesuatu yang mutlak bagi mereka yang mengerjakan visi Allah, Kita harus membiasakan hidup di dalamnya, mengadakan perbaikan terus menerus dalam setiap aspek hidup kita, dan menampakkan kemajuan yang nyata di hadapan Allah dan manusia. Amin.

MEMBAYAR HARGA MASA DEPAN DI DALAM TUHAN

Oleh : Peter B, MA


Sesudah lewat empat puluh hari pulanglah
mereka dari pengintaian negeri itu,
dan langsung datang kepada Musa, Harun
dan segenap umat Israel di Kadesh, di padang gurun Paran. Mereka membawa pulang
kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat itu dan memperlihatkan kepada
sekaliannya hasil negeri itu.
Mereka menceritakan kepadanya: “Kami
sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu
berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya.
Hanya, bangsa yang diam di negeri itu
kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah
kami lihat di sana.
Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang
Het, orang Yebus dan orang Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam
sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan.”
Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati
bangsa itu di hadapan Musa, katanya: “Tidak! Kita akan maju dan menduduki
negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!”
Tetapi orang-orang yang pergi ke sana
bersama-sama dengan dia berkata: “Kita tidak dapat maju menyerang bangsa
itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita.”
Juga mereka menyampaikan kepada orang
Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata:
“Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang
memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang
yang tinggi-tinggi perawakannya.
Juga kami lihat di sana orang-orang
raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri
kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami.”
~ Bilangan 13:25-33
Tidak
jauh dari Kanaan, orang Israel yang dipanggil dan beroleh janji Tuhan untuk
mewarisi tanah yang berlimpah susu dan madu itu, berhenti sejenak. Kemungkinan
oleh petunjuk Tuhan, mereka memilih 12 orang untuk mengintai lebih dahulu
negeri yang rencananya akan menjadi milik mereka itu.
Sepulang
dari sana, mereka memberikan laporan hasil penyelidikan tersebut. Diawali
dengan mengemukakan betapa baiknya kondisi tanah Kanaan itu, presentasi mereka
ditutup dengan lebih banyak data yang malah memunculkan ketakutan kepada
rakyat.
Dua
belas pengintai itu kemudian terbagi menjadi dua kelompok : 10 orang menyikapi
secara negatif, 2 orang sisanya memilih bersikap positif. Tampaknya jumlah
mempengaruhi pandangan seluruh bangsa. Mayoritas dari para pengintai
mempengaruhi lebih banyak orang dengan berita busuk, yang bahkan mungkin saja
tidak sesuai kenyataan tapi dilebih-lebihkan oleh karena bayangan-bayangan
ketakutan di pikiran mereka sendiri.
Memiliki
gambaran akan masa depan yang Tuhan janjikan adalah satu hal sedangkan membayar
harga demi melihat masa depan adalah hal yang lain lagi. Semua orang bisa saja
melihat kemuliaan visi dan tujuan Tuhan namun hanya sedikit yang berani
melangkah untuk mewujudkannya.
Untuk
itu harus ada iman. Juga keberanian. Diperlukan keyakinan dan pengharapan yang
teguh akan janji Tuhan. Harus memiliki fokus, tidak mudah teralihkan oleh hal
lain bahkan yang terlihat baik atau karena merasa cukup mencapainya. Penting
pula mempunyai tekad disertai ketekunan sehingga terus konsisten dan tidak
mudah menjadi putus asa menghadapi segala hambatan sepanjang perjalanan.
Dalam
hal-hal semacam ini, Israel telah berlaku bodoh. Secuil iman pun mereka tak
punya. Padahal Tuhan telah banyak kali melakukan perbuatan ajaib dan besar di
tengah-tengah mereka. Bangsa itu memang bebal dan tegar tengkuk, yang karenanya
lebih memilih meragukan Tuhan dan ingin kembali kepada kehidupan lama daripada
meraih masa depan di kehidupan yang baru bersama Tuhan. Memang hidup baru itu
akan penuh dengan tantangan dan perjuangan namun bukankah Tuhan sudah menjanjikan
masa depan yang penuh harapan itu menjadi milik kita, jika kita percaya dan mau
membayar harga? Tidakkah Ia juga pasti menolong dan menyertai kita dengan
kuasa-Nya yang tak terbatas itu? Dan masihkah kita ragu jika telah melihat dan
merasakan kasih-Nya yang selalu menjaga dan memelihara kita sampai hari ini?
Menolak
melangkah dalam rencana dan kehendak Tuhan untuk meraih masa depan yang Ia
inginkan jadi milik kita akan berakibat fatal. Bilangan 14, satu pasal setelah
itu, merupakan salah satu momen paling sedih dalam Alkitab. Itulah saat ketika
Tuhan memutuskan tidak ada seorangpun yang pernah berada di Mesir dan keluar
dari sana boleh masuk tanah Kanaan, kecuali HANYA DUA ORANG SAJA, yang tidak
lain adalah 2 pengintai yang bersikap yakin dan percaya sepenuh hati kepada
Tuhan.
Dua
orang dibandingkan sepuluh orang merupakan gambaran bukanlah perkara mudah
melepaskan diri dari pola pikir dan cara hidup lama yang bersifat perbudakan
itu. Hanya sedikit yang bisa meneruskan perjalanan. Sungguh benar jika
dikatakan “jauh lebih mudah mengeluarkan mereka dari Mesir daripada
mengeluarkan Mesir dari mereka.” Gereja hari ini pun masih terjebak dalam
mental yang sama. Yang telah dipisahkan dari dunia, belum benar-benar
memisahkan dunia dari hati mereka.
Akibatnya
jelas, mereka terhambat mewarisi penggenapan janji Tuhan sebagai umat
perjanjian. Mereka tidak menerima dan mengalami kemuliaan masa depan itu.
Mereka tetap mengembara tanpa henti dan tanpa hasil. Tetap jatuh bangun sampai
semuanya binasa di padang gurun. Tidak pernah mencapai potensi dan kondisi yang
semestinya merupakan bagian dan warisan mereka di dalam Tuhan sebagai
penakluk-penakluk dunia.
sebab semua yang lahir dari Allah,
mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
Siapakah yang mengalahkan dunia, selain
dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?
~ 1 Yohanes 5:4-5
Mengalahkan
dunia bukan berarti menjadi penguasa bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan secara
politik. Memang, satu kali itu akan dilakukan umat pemenang pada masa kerajaan
seribu tahun dimana Kristus menjadi raja yang memerintah. Tetapi, saat ini,
“mengalahkan dunia” berarti hidup melampaui apa yang dunia bisa
lakukan. Hidup lebih tinggi dan melakukan hal-hal yang tidak bisa dunia kerjakan.
Yaitu dengan hidup mengenal dan mengasihi
Tuhan; dalam pertobatan, bebas dari belenggu dosa dan hidup dalam kekudusan;
dalam hal bebas dari rasa takut, kuatir dan putus asa; dalam menyatakan
karakter manusia yang terbaik seperti yang Kristus peragakan; dalam hal
mengetahui makna dan tujuan hidup; dalam menjalani hidup yang paling
membahagiakan dan berarti yang bisa dijalani manusia.
Ya.
Mengalahkan dunia berarti menang atas kesia-siaan hidup, sebab dunia ini
sebenarnya menuju kepada satu titik akhir yaitu kesia-siaan demi kesia-siaan.
Mengalahkan dunia berarti menjalani suatu kehidupan yang memuaskan, yang pada
akhirnya berpuncak pada upah dan kemuliaan kekal, tinggal bersama-sama dengan
Tuhan dalam kemuliaan dan kebahagiaan abadi ketika semua yang fana ini berlalu.
Itulah saat-saat dimana kita akan selamanya 
bersyukur telah dipanggil dan dipilih menjadi umat Tuhan.
Adalah
suatu kerugian yang besar jika kita menolak meraih potensi dan tujuan kita di
dalam Tuhan. Hidup kita takkan berbeda dengan dunia. Hasilnya hanya suatu
penyesalan yang besar di sorga -jika tidak di tempat yang lebih buruk lagi.
Hari
ini, belajarlah dari kegagalan sepuluh pengintai maupun dari keberhasilan Yosua
dan Kaleb. Pilihlah pada hari ini, ingin termasuk dalam kelompok yang manakah
Anda.
Dan
camkan selalu di hati Anda : Tuhan berkenan kepada orang-orang yang bersedia
masuk dalam rencana-Nya. Kepada merekalah, Ia akan menggenapi janji-janji masa
depan yang indah lagi mulia itu.
Andakah
orangnya?
Salam revival!
Maju dan raih masa depan di dalam Tuhan

(MASIH) TENTANG INTROSPEKSI

Oleh :
Peter B, MA


Mengamati
kondisi di sekitar kita hari-hari ini, sungguh benar jika dikatakan bahwa
‘introspeksi’ atau sikap menilai dan memeriksa diri sendiri telah semakin
hilang dari tengah-tengah kehidupan di Indonesia.
Bukankah
aneh, negara yang begitu agamis dan berketuhanan justru miskin sekali dengan
introspeksi?
Waktu-waktu
ini, lebih banyak yang saling menyalahkan, saling menilai orang lain dan
mencari-cari kesalahan pihak lain, membuktikan yang lain lebih berdosa dan
bersalah daripada diri dan kelompoknya, saling klaim bahwa pandangan dan
tafsiran agamanya paling benar dan yang tidak sama dengan itu berarti salah dan
patut dihujat.
Bukannya
saling memeriksa diri dan mencari apa yang masih kurang dari dalam diri pada
saat sebuah kekurangan ditunjukkan dan bukannya melakukan introspeksi jika ada
masukan serta kritik, orang-orang memilih bersikap defensif dengan mencari
pembenaran dan alasan pemaaf bagi diri untuk kemudian dilanjutkan bersikap
ofensif dengan giat serta rajin mencari-cari cela kekurangan dari orang yang
mengoreksi atau mengkritiknya.
Tidak
mengejutkan apabila keadaan tidak menjadi semakin baik. Yang ada kegaduhan yang
seolah tidak berujung. Masing-masing merasa lebih baik dan lebih benar daripada
yang lain, apalagi mereka yang tidak sepandangan dan sealiran dengannya.
Dan,
sekali lagi, ini terjadi dan dilakukan secara masif di tengah-tengah masyarakat
yang mengaku beragama dan bertuhan.
Dalam
Alkitab, terkesan perintah tentang introspeksi tidak banyak. Jarang ada
perintah khusus secara terang-terangan dan berkali-kali untuk melakukan
introspeksi. Meski demikian, semangat dan jiwa untuk melakukan introspeksi
bergema di seluruh bagian kitab suci kita, dari Kejadian sampai Wahyu. Walaupun
tidak banyak disebutkan secara eksplisit, introspeksi merupakan jiwa dari
setiap kebenaran firman Tuhan.
Ini
dapat diumpamakan seperti orang yang bertanya dimana dalam Alkitab Yesus
menyebut diri sebagai Tuhan? Tentu saja tidak pernah ada dan sekalipun ada, itu
tidak akan pernah merupakan pernyataan yang begitu terang-terangan. Dia bukan
Allah yang angkuh dan sok pamer. Malah kebalikannya, Dia itu Allah yang rendah
hati yang rela mengosongkan diri, mengambil rupa seorang manusia bahkan seorang
hamba yang setia sampai mati dengan cara paling hina yaitu di kayu salib.
Tetapi meskipun tidak pernah Yesus menyebut dirinya Tuhan, pernyataan tidak
langsung bahwa Dia adalah Tuhan tersebar di seantero kitab suci!
Beberapa
petunjuk atau perintah langsung tentang introspeksi antara lain :
1 Korintus 10:12
Sebab
itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!
2 Korintus 13:5
Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam
iman. Selidikilah dirimu! Apakah
kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab
jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.
Efesus 5:15
Karena
itu, perhatikanlah dengan saksama,
bagaimana kamu hidup, 
janganlah
seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,
1 Korintus 11:28
Karena
itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri
1 Korintus 11:31
Kalau
kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
Galatia 6:4
Baiklah
tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat
keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.
Dan
mungkin masih ada beberapa ayat lainnya. Meskipun demikian, perintah dan
dorongan melakukan introspeksi tersirat dalam banyak ayat lainnya dalam
Alkitab.
“Hai, orang munafik keluarkanlah
dulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu… “
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah
isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
“Selidikilah aku, ya Allah, dan
kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah
jalanku serong… “
“Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah
aku; selidikilah batinku dan hatiku.”
“Mengapa orang hidup mengeluh?
Biarlah setiap orang mengeluh tentang dosanya!”
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku
telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau
tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka
Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah
dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya
engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan
lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada
hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari
ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup
menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan
peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh
TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.
Aku memanggil langit dan bumi menjadi
saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan
kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik
engkau maupun keturunanmu,
Ayat-ayat
serupa masih banyak lagi akan kita temukan dalam Alkitab. Semuanya berbicara
dan mendorong setiap kita berpikir dan merenung akan hidup kita.
Dan
sesungguhnya perintah untuk MERENUNGKAN FIRMAN TUHAN SIANG DAN MALAM adalah
perintah penting supaya kita senantiasa ada dalam posisi melakukan INTROSPEKSI,
MAWAS DIRI, DENGAN SECARA KONSTAN MENILAI DIRI KITA apakah hidup kita sudah
berpadanan dengan perintah dan kehendak Tuhan.
Firman
Tuhan, sejak hukum taurat dituliskan oleh Musa sampai kitab Wahyu dicatat oleh
Yohanes, dimaksudkam pertama-tama sebagai pesan BAGI KITA PRIBADI, SEBAGAI
BAHAN PERENUNGAN DAN KOREKSI AKAN HIDUP KITA: sudah sesuaikah semuanya itu
dengan yang Tuhan inginkan atas hidup kita?
Ya,
kitab suci kita adalah sebuah kitab yang, 
PERTAMA-TAMA, diperuntukkan bagi kita: sebagai pedoman, petunjuk,
pemandu, penuntun, pengarah, pengingat dan pengoreksi KITA SENDIRI!
2 Timotius 3:16 (TB)
Segala
tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan  dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Firman
Tuhan bermanfaat untuk mengajar, menunjukkan apa yang salah, memperbaiki
kelakuan dan mendidik orang hidup benar. DAN KESEMUANYA DITUJUKAN PERTAMA-TAMA
KEPADA DIRI KITA SENDIRI : mengajar diri SAYA dan ANDA, menunjukkan kesalahan
SAYA dan ANDA, memperbaiki kelakuan SAYA dan ANDA, mendidik SAYA dan ANDA hidup
ada kebenaran. BUKAN DITUJUKAN TERUTAMA UNTUK MENILAI ORANG LAIN!
Kebenaran
inilah yang jarang disadari dan dipraktekkan orang-orang Kristen yang rajin dan
rutin beragama dan beribadah ke gereja.
Sebab,
banyak yang belajar firman untuk mengajar orang lain dan menunjukkan kesalahan
orang lain (bahkan menilai,  menghakimi
dan memukul orang lain dengan ayat-ayat firman). Demikian pula, di antara
aktivis-aktivis di bidang rohani, tanpa sadar sebagian besar telah menjadi sangat
giat dalam hal mengoreksi orang lain dan mengambil posisi sebagai
pendidik-pendidik rohani terhadap orang lain namun lalai memperhatikan dan
meluruskan langkahnya sehingga tanpa disadari disusupi kesombongan yang justru
menjadikan dirinya sebagai pribadi yang menolak koreksi.
Mempelajari
firman Tuhan hanya untuk kemudian mencari pembenaran bagi diri, untuk
menyiasati hukum-hukum di dalamnya agar dapat menunjukkan dirinya telah banyak
berbuat bagi Tuhan atau untuk menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain supaya diri
sendiri tampak benar adalah SIKAP SALAH KAPRAH YANG FATAL. Sikap demikian hanya
akan dimanfaatkan oleh musuh-musuh Allah memperoleh murid-murid mereka yang
hendak dipakainya membawa kehancuran bagi anak-anak Tuhan yang murni dan
sejati.
Orang-orang
semacam itu akan berkembang bukan menjadi murid Kristus tetapi menjadi
murid-murid agama dan hukum, lalu melalui itu mereka akan dijadikan budak-budak
iblis yang anti pada teguran, koreksi apalagi pertobatan!
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu
sendiri tidak masuk dan kamu merintangi
mereka yang berusaha untuk masuk.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan
dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut
agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu
menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang
dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang
sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Demikian jugalah kamu, di sebelah luar
kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh
kemunafikan dan kedurjanaan.
~ Matius 23:13, 15, 27-28 (TB)
Jika
kita hendak menyelami hati Tuhan dan berkenan di hadapan-Nya, INTROSPEKSI
MERUPAKAN SUATU KEHARUSAN DAN MUTLAK. Tanpa sikap itu, kita akan sesat tetapi
tetap merasa di jalan benar,  kita merasa
hebat walaupun telah ditipu habis-habisan, kita merasa baik-baik saja walaupun
sudah terluka parah, atau kita merasa di puncak dunia meskipun telah terperosok
di jurang yang dalam.
“… 
engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku
tidak kekurangan apa-apa,…  karena engkau tidak tahu, bahwa engkau
melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,… “_
~ Wahyu 3:17 (TB)
Kesalahan
terbesar kita ialah kita merasa selalu baik-baik saja di hadapan Tuhan. Jika
itu ditambahi dengan arus informasi pengetahuan rohani yang terus didapatkan
serta jabatan atau posisi dalam pelayanan, maka itu akan berkembang menjadi
suatu kombinasi yang menciptakan sikap angkuh secara rohani, yang membuat kita
terhenti dalam pertumbuhan rohani lalu menjadi berbalik ke arah yang keliru
yaitu pada jalur agamawi yang semakin membawa kita jauh dari Tuhan walau
seolah-olah dikesankan sebagai orang yang punya hubungan dengan Tuhan. Fatal.
Inilah sebenarnya jalan yang disangka orang lurus namun ujungnya menuju maut!
Sekaranglah
waktunya kembali pada semangat asli dan murni dalam kerohanian kita :
INTROSPEKSI. Bercerminlah pada firman untuk melihat apa yang masih kurang. Lalu
BERTINDAKLAH. Perbaiki apa yang keliru, mulailah melakukan apa yang benar-benar
Tuhan rindukan di hadapan-Nya, bukan karena dilihat manusia. Maka Anda akan
dibawa oleh Sang Gembala Agung pada jalan kebenaran-Nya.
Biarlah
pesan ini memekik di telinga rohani kita dan menghujam hingga ke dasar hati
yang terdalam sehingga kita dengan hati yang hancur datang pada Tuhan untuk
menjalin hubungan yang benar dengan Dia :
Celakalah kamu,…  hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan
pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan
dan kerakusan…
..bersihkanlah
dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.
~ Markus 23:25-26
Mari
merenung dan MELIHAT DIRI ANDA SENDIRI, seberapa bersih sebelah dalam cawan
Anda hari ini?
SALAM REVIVAL
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

MENERIMA 100 KALI LIPAT

Oleh :
Peter B
Berkatalah Petrus kepada Yesus:
“Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!”
Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan
rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya,
anak-anaknya atau ladangnya,
orang itu sekarang pada masa ini juga
akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara
perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan
pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.
~ Markus 10:28-30
Bagi
yang tidak memahami yang dikatakan Yesus ini, akan berpikir bahwa ini hanyalah
sebuah retorika pemanis pembicaraan atau janji-janji kosong untuk menghibur
telinga para murid saja.
Membaca
ini, sempat dahulu membuat saya berpikir, “Bagaimana bisa, mengikut Yesus
dan meninggalkan segala sesuatu kemudian mendapat 100 kali lipat dari yang kita
tinggalkan? Bukankah itu berarti memiliki rumah 100 kali lebih banyak atau
memiliki keluarga 100 kali lebih banyak dari keluarga kita sendiri.”
Mungkinkah
hal seperti ini?
Adakah
buktinya?
Benarkah
pernah terjadi yang demikian?
Sesungguhnya
ketika sebuah perkataan itu keluar dari mulut Tuhan sendiri, lebih-lebih sebuah
janji, adalah mustahil jika itu merupakan suatu kebohongan. Janji Tuhan adalah
yang paling murni dan paling teguh, yang pasti digenapi. Itu bukan janji-janji
manis nan kosong yang hanya enak didengar tetapi tidak pernah terwujud dalam
suatu kenyataan.
Jika
Yesus menyampaikan suatu janji dari Tuhan, itu berarti Allah memang bermaksud
melakukannya dan menggenapinya. IA PASTI AKAN MEMBERIKAN 100 KALI LIPAT dari
apa yang ditinggalkan seseorang oleh sebab memilih untuk mengikut Dia.
Percayakah
Anda akan hal ini?
Sesungguhnya
salah satu bukti penggenapan ayat ini ada dalam kitab Kisah Para Rasul. Ya, itu
terjadi saat orang-orang yang menjadi anggota gereja mula-mula meninggalkan
keluarga dan harta milik mereka untuk membentuk suatu komunitas baru dimana
harta milik mereka diserahkan menjadi milik bersama dan mereka hidup dalam
kasih yang begitu besar -JAUH MELEBIHI KASIH DI DALAM KELUARGA DAN KERABAT
SEDARAH MEREKA SENDIRI. Mereka hidup sebagai suatu keluarga yang sangat
mengasihi satu sama lain melebih kasih karena hubungan darah atau pertemanan
biasa.
Dan semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
dan selalu ada dari mereka yang menjual
harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan
keperluan masing-masing.
~ Kisah Para Rasul 2:44-45 (TB)
Bukankah
itu serupa dengan menerima 100 kali lipat daripada yang mereka tinggalkan?
Memperoleh keluarga-keluarga baru, hubungan-hubungan baru, rumah-rumah baru
dimana mereka saling memberi tumpangan atau bahkan harta yang lebih banyak
daripada mereka bayangkan oleh karena hidup mereka tidak tergantung pada harta keluarga
mereka sendiri tetapi dari seberapa banyak yang Tuhan gerakkan untuk dibagikan
di antara sesama keluarga Tuhan?
Janji
Tuhan ini, hari-hari ini tampak aneh dan mustahil, oleh karena banyak di antara
kita tidak hidup sebagaimana jemaat mula-mula. Kita ini Kristen , mengaku
sebagai pengikut Kristus tetapi hidup hanya sebagai orang-orang beragama yang
sehari-hari dikendalikan seperangkat hukum dan aturan agama, yang mengukur baik
tidaknya hidup kita berdasarkan hukum-hukum itu.
Ukuran
hidup kita sehari-hari bukanlah aturan agama, doktrin atau ajaran gereja.
Ukuran
hidup kita sehari-hari adalah seberapa
jauh kita mengikuti cara hidup Yesus,
berpikiran, berperasaan, berbicara
dan bertindak sebagaimana Yesus Kristus pernah lakukan dan contohkan bagi kita.
Yesus bukanlah orang agamawi yang saleh, yang memuji diri karena telah berbuat
baik dan mentaati hukum Taurat. Banyak kali Yesus justru bertentangan dengan
orang-orang agamawi semacam itu.
Perbedaannya,
Yesus hidup bagi Allah. Bukan untuk melakukan hukum-hukum agama saja!
Yesus
hidup dalam hukum kasih. Adakah kita hidup sedemikian?
Yesus
hidup bagi kepentingan Kerajaan Sorga dan untuk menyelesaikan pekerjaan
Bapa-Nya. Apakah kita menjalani kehidupan yang serupa dengan itu?
Yesus
membawa pengaruh dan memuridkan banyak orang menjadi orang-orang yang membawa
terang kepada dunia yang gelap ini. Apakah kita sedang mengerjakan pekerjaan
yang sama?
Sesungguhnya
ketika kita menjalankan hidup sepenuhnya dalam kuasa dan kasih yang Tuhan
berikan sebagai anak-anak Allah, kita akan membawa suasana sorga ke atas bumi.
“Datanglah kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga”
Bukankah
demikian yang Tuhan ingin kita doakan dan demi menghadirkan itu pulalah hidup
ini Tuhan karuniakan kepada kita?
Itulah sebabnya dikatakan:
“Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan
Kristus akan bercahaya atas kamu.”
~ Efesus 5:14
Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab
terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.
Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi
bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu,
dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.
~ Yesaya 60:1-2
Kumpulan
anak-anak Tuhan serta murid-murid Tuhan sejati akan menjadi suatu kesaksian
bagi dunia bahwa kasih sejati melebihi hubungan darah dan tidak dapat dinilai
dengan harta benda. Itu dapat dilipat gandakan 100 kali lipat -jika Tuhan
bertahta di setiap hati kita, yang adalah jemaat-Nya.
Kita
dipanggil Tuhan untuk bukan sekedar mengharapkan dan menerima penggenapan janji
langit dan bumi yang baru namun juga untuk menghadirkan suasana sorga, atmosfir
kekekalan itu di sini, selagi kita masih ada di dunia. Itu dimaksudkan sebagai
suatu “iming-iming ilahi” bagi orang-orang yang mencari kepuasan dan
kedamaian dari dunia ini namun mereka menjadi semakin haus karena tidak akan
pernah memperoleh yang diinginkannya itu. Dunia ini seperti air laut, siapa
yang meminumnya akan semakin haus. Tetapi air kehidupan ada pada Tuhan Yesus
Kristus!
Anak-anak
Tuhan, pada akhirnya, akan Tuhan bawa masuk pada level yang sama dengan jemaat
mula-mula, sebagai pembuktian bahwa janji-Nya “Ya” dan
“Amin”, dan bukan suatu janji kosong. Bahkan lebih dari itu. Generasi
terakhir di akhir zaman akan bersinar lebih terang dari jemaat mula-mula
sebagai Pengantin Perempuan bagi Anak Domba -yang telah sehati dan sepikir
dengan Kristus, Sang Mempelai Pria. Dan pada masa-masa inilah Mempelai Wanita
itu dipanggil untuk dirias dan dipersiapkan. Waktunya telah semakin dekat.
Jangan
sekedar menjadi “orang Kristen” dengan segala aktivitas ibadah dan
pelayanannya.
Jadilah
pengikut Kristus. Jadilah pewaris serta penerima penggenapan janji-janji-Nya.
Itu
terlihat KETIKA ANDA BERSEDIA MENINGGALKAN SEGALA SESUATU UNTUK MENGIKUT DIA
DAN MENGERJAKAN PEKERJAAN-NYA!
SALAM REVIVAL
Indonesia penuh kemuliaan-Nya

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 5) LANGKAH PENGUJIAN 4 : PENGGENAPAN DARI NUBUATAN

Oleh : Peter B, MA

Mungkin tidak ada ayat yang lebih sering dikutip terkait pengujian nubuatan seperti nats dalam Ulangan 18:20-22 :

Tetapi
seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku
perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang
berkarya demi nama allah lain, nabi itu harus mati.
Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? —
apabila
seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi
dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN;
dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah
gentar kepadanya.


Bagi kalangan Kristiani yang
masih mengakui dan meyakini karunia Roh maupun pelayanan nubuat, hampir
selalu akan merujuk kepada pernyataan taurat di atas apabila ditanya
perihal menguji atau membedakan mana nubuat yang bisa dipercaya atau
yang berasal dari Tuhan dan mana yang bukan. Ayat ini kerap dikutip
begitu saja tanpa didalami secara jelas apa yang dimaksudkannya dan
apakah ada hubungan dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab terkait hal yang
serupa.


SALAH SATU TANDA YANG PALING MEMBEDAKAN

Dapatlah
dikatakan bahwa Ulangan 18:22 merupakan pernyataan yang paling
terang-terangan atau eksplisit dari Tuhan dalam hal memberikan petunjuk
akan apa yang menjadi pembeda paling utama antara perkataan yang
benar-benar berasal dari Tuhan sendiri dengan yang sekedar mengaku-ngaku
berasal dari-Nya.
Jika didalami, sejatinya nats tersebut mengandung banyak rahasia terkait pelayanan seorang nabi..

Dikatakan dalam nats tersebut “apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN“.

Dengan
kata lain, seorang nabi yang menyatakan bahwa ia sedang menyampaikan
perkataan dari Tuhan dinilai dari APAKAH YANG DISAMPAIKANNYA ITU
KEMUDIAN BENAR-BENAR MENJADI KENYATAAN ATAU TIDAK. Jika sungguh-sungguh
terjadi, maka pastilah Tuhan yang memang berbicara; namun jika itu tidak
terjadi maka “ia sudah terlalu berani mengatakannya”.

Berbagai terjemahan Alkitab menuliskan pengertian yang beragam dengan apa yang disebut “ia sudah terlalu berani mengatakannya”.

Itu diterjemahkan antara lain sebagai :

“telah berkata dengan sombongnya”,
“berbicara atas namanya sendiri”,
“mengatakan pikirannya sendiri”,
“rekaan mereka sendiri”,
“telah berbicara dengan gegabah”,
“telah berbicara dengan lancang”,
“menyampaikan sesuatu yang dianggapnya benar padahal belum terbukti demikian”,
“telah berbicara  dengan terlalu percaya diri tanpa dasar dan alasan yang tepat”,
“mengarang-ngarang atau membuat-buatnya”,
“berbicara dalam otoritasnya sendiri”,
“menyampaikan ide-idenya sendiri”, dan
“secara keliru mengklaim dirinya berbicara atas nama Tuhan”

Berbicara
mengatasnamakan TUHAN padahal ia sedang menyampaikan pikiran dan isi
hatinya sendiri merupakan suatu tindakan yang sangat lancang, yang tidak
memandang sama sekali akan kedudukan dan otoritas Tuhan. Orang yang
tanpa rasa takut mengaku mewakili Tuhan dan menyatakan sebagai orang
yang menyampaikan suara Tuhan namun sebenarnya perkataan itu berasal
dari dirinya sendiri, berarti telah menyamakan dirinya dengan Tuhan (itu
sebabnya salah satu pengertian dari perbuatan tersebut adalah
“berkata-kata dengan sombongnya”).

Tidaklah mengejutkan apabila
orang yang demikian harus dilawan dengan tegas. Terhadapnya, Tuhan
menjatuhkan hukuman mati (lihat Ulangan 18:20). Jelas bukan perkara
main-main dalam menyampaikan pesan-pesan yang diklaim berasal dari Tuhan
sendiri. Semua harus dilakukan dalam suatu sikap yang penuh hormat pada
Dia, dalam suatu rasa takut akan Dia, dengan penuh kerendahan hati dan
kehati-hatian supaya jangan sampai pikiran dan maksud hatinya sendiri
yang disampaikan.

Lalu aku berkata: “Aduh, Tuhan ALLAH!
Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan
mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan
memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!”
Jawab TUHAN kepadaku: “Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku
tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman 
kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan
kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.

Sebab itu beginilah
firman TUHAN mengenai para nabi yang bernubuat demi nama-Ku, padahal Aku
tidak mengutus mereka, dan yang berkata: Perang dan kelaparan tidak
akan menimpa negeri ini —: Para nabi itu sendiri akan habis mati oleh
perang dan kelaparan!
~ Yeremia 14:13-15 (TB) 

Kembali pada pembeda utama suatu nubuat.
Disyaratkan
bahwa nubuatan yang disebut berasal daripada-Nya haruslah terjadi,
harus menjadi suatu realita yang pada akhirnya dapat dilihat, dirasakan
serta dialami orang-orang yang menjadi obyek dari nubuatan itu.

Mengapa harus demikian?

Sebab TUHAN tidak pernah keliru.
Ia itu mahatahu dan mampu melihat apa yang ada jauh di masa depan, akan
rentang waktu yang belum dijalani manusia atau bahkan semesta. Dan
karena Ia tahu dengan pasti dan tepat, Ia dapat menyampaikan secara
persis apa yang akan terjadi, bahkan mengenai akhir dari seluruh zaman.
Itu sebabnya yang disampaikan-Nya pasti akan terjadi, sebab Ia telah
mengetahuinya sebelumnya.
Masih ada sisi yang lain. Perkataan-Nya tentang masa depan pasti terjadi karena Ia mampu menjadikannya kenyataan. Kuasa-Nya lebih dari sanggup untuk membuatnya terjadi seperti yang diperkatakan-Nya. 

Dan karena Ia tidak pernah melakukan suatu kecerobohan serta tak pernah gagal melakukan segala sesuatu, Ia pun tidak pernah menyesal terhadap apapun yang telah dilakukan-Nya, termasuk atas manusia.

“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
~ Ayub 42:2 (TB)  

Takkan
pernah Tuhan akan berada pada suatu posisi dimana Dia tersipu-sipu malu
untuk kemudian terburu-buru meminta maaf atas perkataan atau
perbuatan-Nya yang kurang pertimbangan, yang spontan dilontarkan tanpa
berpikir maupun yang terkesan emosional.
Tidak akan pernah.
Itu sama sekali bukan gaya-Nya.

Dalam
kesempurnaan-Nya, Ia senantiasa tepat –setepat-tepatnya. Ia pasti
benar –selalu benar dan terbukti pada akhirnya benar. Itulah sebabnya
Ia disebut TUHAN yang layak disembah, satu-satunya yang lengkap dan
sempurna dalam apapun yang terpancar dari-Nya.
Dan jika Alkitab
beberapa kali menuliskan bahwa Dia pernah menyesal, itu sama sekali
bukan menunjukkan karena Ia berbuat kesalahan atau ada suatu kekeliruan
ada pada-Nya. Pada manusia, ciptaan yang segambar dengan Dialah,
kesalahan itu ada. Penyesalan Tuhan seperti yang digambarkan dalam
Kejadian 6:5-6 maupun Keluaran 32:14 lebih menggambarkan pada sikap
kecewa Tuhan kepada umat-Nya daripada kepada diri-Nya yang telah
menciptakan, menebus dan memanggil mereka.

Sebab:

Allah
bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia
menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara
dan tidak menepatinya?
~ Bilangan 23:19 (TB) 

Allah bukan manusia yang mudah khilaf dan jatuh dalam kecerobohan.

Dihubungkan
dengan perkataan-perkataan nubuat yang disampaikan demi nama-Nya, maka
sudah merupakan sesuatu yang selayaknya jika itu DIBEDAKAN DENGAN SUATU
TANDA YANG SANGAT JELAS. Yaitu SUATU KEPASTIAN DAN KENYATAAN BAHWA
NUBUAT ITU DIGENAPI ATAU TERJADI.

Beberapa contoh di sini antara lain :

Tentang Yerobeam, raja pertama Israel :
Maka
Aku akan mendatangkan malapetaka kepada keluarga Yerobeam. Aku akan
melenyapkan dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi
maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan menyapu keluarga
Yerobeam seperti orang menyapu tahi sampai habis. 

~ 1 Raja-raja 14:10 (TB) 

Digenapi :
Segera
sesudah ia menjadi raja, ia membunuh seluruh keluarga Yerobeam; tidak
ada yang bernafas yang ditinggalkannya hidup dari pada Yerobeam, sampai
dipunahkannya semuanya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya
dengan perantaraan hamba-Nya Ahia, orang Silo itu, 

~ 1 Raja-raja 15:29 (TB) 

Tentang Baesa, raja Israel :
Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Yehu bin Hanani melawan Baesa, bunyinya:
“Oleh
karena engkau telah Kutinggikan dari debu dan Kuangkat menjadi raja
atas umat-Ku Israel, tetapi engkau telah hidup seperti Yerobeam dan
telah menyuruh umat-Ku Israel berdosa, sehingga mereka menimbulkan sakit
hati-Ku dengan dosa mereka,

maka sesungguhnya Aku akan
menyapu bersih Baesa dan keluarganya, kemudian Aku akan membuat
keluargamu seperti keluarga Yerobeam bin Nebat.

Siapa yang
mati dari pada Baesa di kota, akan dimakan anjing dan yang mati dari
padanya di padang akan dimakan burung yang di udara.”

~ 1 Raja-raja 16:1-4 (TB) 

Digenapi :
Demikianlah
Zimri memunahkan seluruh keluarga Baesa, sesuai dengan firman TUHAN
yang diucapkan-Nya kepada Baesa dengan perantaraan nabi Yehu,

~ 1 Raja-raja 16:12 (TB) 

Tentang kematian Ahab, raja Israel :
Katakanlah
kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh
serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu.

~ 1 Raja-raja 21:19 (TB) 

Tetapi
jawab Mikha: “Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah
TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!” Lalu disambungnya:
“Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!”

~ 1 Raja-raja 22:28 (TB) 

Digenapi :
Tetapi
seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan
mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia
berkata kepada pengemudi keretanya: “Putar! _Bawa aku keluar dari
pertempuran, sebab aku sudah luka.”

Tetapi pertempuran itu
bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam
kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu
petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta.

Kira-kira
pada waktu matahari terbenam terdengarlah teriakan di sepanjang barisan
tentara itu: “Masing-masing ke kotanya, masing-masing ke negerinya!

Raja sudah mati!” Maka pulanglah mereka ke Samaria, lalu mereka menguburkan raja di Samaria.
Ketika kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, maka darah raja dijilat anjing, sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diucapkan-Nya.
~ 1 Raja-raja 22:34-38 (TB) 

Tentang tempat kelahiran Yesus:
Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
Dan
engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang
terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah
akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”

~ Matius 2:5-6 (TB) 

Tetapi engkau, hai
Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari
padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang
permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.

~ Mikha 5:1 (TB)

Digenapi :
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
~ Matius 2:1 (TB) 

Tentang cara kelahiran Yesus :
Tetapi
ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya
dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut
mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya
adalah dari Roh Kudus.

Ia akan melahirkan anak laki-laki dan
engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan
umat-Nya dari dosa mereka.”

_Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
“Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai
kita._

~ Matius 1:20-23 (TB) 

Sebab itu Tuhan
sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya,
seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak
laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.

~ Yesaya 7:14 (TB)

Digenapi :
Sesudah
bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat
Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,

tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. 
~ Matius 1:24-25 (TB) 

Tentang bagaimana kehidupan Yesus sewaktu masih bayi :
Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
dan
tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah
yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”

~ Matius 2:14-15 (TB) 

Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.
~ Hosea 11:1 (TB) 

Digenapi :
Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:
“Bangunlah,
ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel,
karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.”

Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.
~  Matius 2:19-21 (TB) 



Tentang ditangkap dan diserahkannya Paulus kepada bangsa-bangsa lain : 
Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus.
Ia
datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat
kaki dan tangannya sendiri ia berkata: “Demikianlah kata Roh Kudus:
Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh
orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan
bangsa-bangsa lain.”

~ Kisah Para Rasul 21:10-11 (TB) 

Digenapi :
Maka
terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut, kalau-kalau
mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus. Karena itu ia memerintahkan pasukan
untuk turun ke bawah dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka dan
membawanya ke markas.

Lalu prajurit-prajurit itu
mengambil Paulus sesuai dengan yang diperintahkan kepada mereka dan
membawanya pada waktu malam ke Antipatris.

Pada keesokan
harinya mereka membiarkan orang-orang berkuda dan Paulus meneruskan
perjalanan, dan mereka sendiri pulang ke markas.

Setibanya di Kaisarea orang-orang berkuda itu menyampaikan surat itu kepada wali negeri serta menyerahkan Paulus kepadanya.
Dan
setelah membaca surat itu, wali negeri itu menanyakan Paulus dari
propinsi manakah asalnya. Dan ketika ia mendengar, bahwa Paulus dari
Kilikia,

ia berkata: “Aku akan memeriksa perkaramu, bila para
pendakwamu juga telah tiba di sini.” Lalu ia menyuruh menahan Paulus di
istana Herodes.

~ Kisah Para Rasul 23:10, 31-35 (TB) 

Singkatnya,
APA YANG DISAMPAIKAN SEBAGAI PERKATAAN NUBUAT, KHUSUSNYA YANG
BERHUBUNGAN DENGAN HAL-HAL YANG AKAN TERJADI, HARUS DIGENAPI ATAU
MENJADI KENYATAAN SEBAGAI PERNYATAAN KEMAHATAHUAN DAN KEMAHAKUASAAN
TUHAN.

BUKAN ASAL DIGENAPI ATAU TERJADI
Meskipun
prinsip sederhana di atas tampak telah cukup jelas, itu belumlah
mencakup seluruh pemahaman mengenai prinsip pengujian nubuatan yang
keempat ini.
Masih ada yang perlu kita perhatikan. Ada nats-nats lain
yang wajib kita pertimbangkan untuk dapat menguji dengan lebih tepat
ketika menggunakan prinsip ini:

1) Perkataan yang dikatakan
sebagai nubuat tidak bisa dianggap benar dari Tuhan dengan semata-mata
menjadi suatu kenyataan. Ada pesan dan pengertian dari Tuhan yang
melatarbelakangi atau yang merupakan alasan maupun tujuan mengapa nubuat
tersebut disampaikan.

Perhatikanlah ayat berikut ini :

Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat,
dan
apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan
ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan
mari kita berbakti kepadanya,
maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu
;
sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu
sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu.
TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus
takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus
kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.

Nabi
atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad
terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir
dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan — dengan maksud untuk
menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu,
kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu
dari tengah-tengahmu.
~ Ulangan 13:1-5 (TB) 

Diandaikan
dalam nats di atas, ada seorang nabi yang muncul di tengah-tengah umat
Tuhan. Jika ia disebut nabi, tentu ia seorang yang dianggap sebagai
pembawa pesan Tuhan. Jika ia kemudian memberitahukan tentang suatu tanda
atau mujizat tetapi ternyata kemudian tanda itu sungguh-sungguh terjadi
MAKA ITU BELUM DIANGGAP SAH ATAU PASTI MENUNJUKKAN IA BERASAL DARI
TUHAN. Masih perlu diamati lebih jauh. Oleh karena ayat tersebut
mensyaratkan bahwa meskipun tanda ajaib yang diberitahukan digenapi
tetapi apabila pesan yang disampaikan bersama dengan penggenapan tanda
ajaib itu mengarahkan orang untuk menyembah illah yang lain dan untuk
mengabdi kepada ilah itu, maka nabi itu bukan diutus oleh Tuhan.
Maksudnya
adalah, tergenapinya suatu nubuat harus dibarengi pesan yang membawa
orang untuk menyembah dan mengabdi kepada TUHAN, Allah Israel,
satu-satunya Allah yang benar, yang dalam Perjanjian Baru telah
menyatakan diri melalui gambar Anak-Nya, Yesus  Kristus.
Suatu tanda
ajaib tanpa disertai pernyataan yang membawa pendengar atau obyek dari
pesan tersebut untuk berpaling serta datang mendekat pada Tuhan bisa
jadi merupakan tipuan atau samaran dari si jahat yang menyaru sebagai
malaikat terang supaya umat Tuhan tidak pernah sampai pada perjumpaan
dan persekutuan dengan Tuhan namun pada perkara-perkara lain yang
kemudian lebih dikagumi dan dicari daripada Tuhan sendiri.

Pada
bagian ini, kita harus memahami aspek lain dari pelayanan profetik, yang
bukan sekedar menyampaikan suatu pesan yang nantinya akan menjadi
kenyataan namun kita pun perlu menelisik lebih dalam akan motif dan
tujuan pesan tersebut disampaikan oleh sang pembawa pesan.

Mengenai tujuan pelayanan profetik, kita akan membahasnya dalam langkah atau kunci yang selanjutnya terkait menguji nubuatan.

2)
Perkataan nubuat yang harus digenapi TERUTAMA ditekankan pada
pesan-pesan nubuatan yang mengandung janji-janji berkat atau menjanjikan
suatu keadaan sejahtera bagi umat Tuhan

Kitab Yeremia
adalah salah satu kitab penting terkait pelayanan kenabian. Banyak
pelajaran serta prinsip-prinsip pelayanan profetik di dalamnya khususnya
pada bagian-bagian perbandingan antara nabi sejati dengan nabi palsu.

Dalam salah satu perjumpaan Yeremia dengan nabi-nabi palsu, tercatat adegan berikut ini :

Dalam
tahun itu juga, pada permulaan pemerintahan Zedekia, raja Yehuda, dalam
bulan yang kelima tahun yang keempat, berkatalah nabi Hananya bin Azur
yang berasal dari Gibeon itu kepadaku di rumah TUHAN, di depan mata
imam-imam dan seluruh rakyat:
“Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu.
Dalam
dua tahun ini Aku akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas
rumah TUHAN yang telah diambil dari tempat ini oleh Nebukadnezar, raja
Babel, dan yang diangkutnya ke Babel.
Juga Yekhonya bin Yoyakim,
raja Yehuda, beserta semua orang buangan dari Yehuda yang dibawa ke
Babel akan Kukembalikan ke tempat ini, demikianlah firman TUHAN!
Sungguh, Aku akan mematahkan kuk raja Babel itu!”
~ Yeremia 28:1-4 (TB) 

Nabi
Hananya bernubuat di rumah TUHAN dan di hadapan seluruh rakyat. Waktu
itu ada juga nabi Yeremia. Kedua-duanya dipandang sebagai nabi Tuhan.
Masalahnya nubuat mereka berbeda bunyinya. Hananya menubuatkan “keadaan
kerajaan Yehuda akan membaik” dengan dikembalikannya perabotan bait
Allah yang dirampas ke Babel serta dipulangkannya raja untuk memerintah
seperti sedia kala. Yeremia yang mendengar itu, mengatakan hal yang
berbeda. Bukan hanya pada saat itu, namun sebelum itu Yeremia telah
menyampaikan bahwa Yehuda akan ditawan, keadaan orang-orang yang memilih
bertahan di sana dan menolak dibuang ke Babel akan sengsara karena
kondisi di kerajaan itu semakin terpuruk dan hancur. Yeremia juga
mengatakan bahwa raja Babel akan menjadi penguasa bangsa-bangsa dan yang
mau tunduk kepadanya akan lebih baik keadaannya (lihat Yeremia 27).
Itu
sebabnya mendengar ada seseorang yang mengaku nabi dan mendengar suara
Tuhan seperti Hananya, Yeremia segera merespon dalam ketidaksetujuan.

Nabi TUHAN itu berkata,
“Amin!
Moga-moga TUHAN berbuat demikian! Moga-moga TUHAN menepati
perkataan-perkataan yang kaunubuatkan itu dengan dikembalikannya
perkakas-perkakas rumah TUHAN dan semua orang buangan itu dari Babel ke
tempat ini.
Hanya, dengarkanlah hendaknya perkataan yang akan kukatakan ke telingamu dan ke telinga seluruh rakyat ini:
Nabi-nabi
yang ada sebelum aku dan sebelum engkau dari dahulu kala telah
bernubuat kepada banyak negeri dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar
tentang perang dan malapetaka dan penyakit sampar.
Tetapi mengenai
seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi
itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus
oleh TUHAN.”
~ Yeremia 28:6-9

Meskipun terkesan
mengaminkan nubuatan Hananya, Yeremia memberikan suatu pernyataan yang
keras -suatu kebenaran yang tak mungkin dibantah para pendengarnya. Dari
situ pula kita dapat mengetahui suatu prinsip penting dalam menilai
suatu nubuatan.

Yeremia menekankan bahwa banyak nabi sebelum dia
yang Tuhan telah bangkitkan SECARA UMUM telah kerap kali bernubuat
DENGAN PESAN-PESAN YANG KERAS BERISI TEGURAN, PERINGATAN, HARDIKAN ATAU
HAJARAN TUHAN YANG DIGAMBARKAN DALAM NUBUATAN AKAN DATANGNYA BENCANA
ATAU MALAPETAKA. Dan memang faktanya demikian. Sejak nabi Samuel, Natan,
Elia dan banyak nabi-nabi lainnya, mereka menghadap para raja dengan
pesan-pesan yang memekakkan telinga dan memerahkan wajah. Suatu bukti
bahwa pesan tersebut berasal dari raja di atas segala raja, penguasa di
atas segala penguasa, yang dengan penuh otoritas menyampaikan titahnya
kepada raja-raja manusia yang menerima otoritas karena kemurahan
hati-Nya.

Intinya, tidak banyak pesan-pesan berbunga-bunga,
penuh janji muluk-muluk akan suatu masa depan yang indah dan makmur
keluar dari mulut Tuhan, LEBIH-LEBIH YANG DISAMPAIKAN DENGAN MUDAHNYA 
tanpa ada pemaparan yang jelas mengapa ada pesan berupa janji yang
sedemikian bagi umat Tuhan!

Pesan yang semacam itulah rupanya
yang disampaikan oleh Hananya. Dan pesan semacam itu pula yang ditentang
Yeremia. Sebab pesan nubuatan berupa janji pada dasarnya diucapkan
Tuhan BERDASARKAN SUATU SYARAT TERTENTU YANG HARUS DILAKUKAN SEBAGAI
BAGIAN KEWAJIBAN DARI UMAT-NYA (ATAU HAMBA-NYA) UNTUK MEMPEROLEH
PENGGENAPAN JANJI ITU. Apabila syarat tersebut dipenuhi maka janji Tuhan
pasti menjadi suatu kenyataan.
Dan harus demikian. Allah bukan
pribadi pengobral janji. Dia ada bukan untuk menuruti atau memuaskan
hati ciptaan-Nya. Dia pun bukan Bapa yang suka memanjakan anak-anak-Nya
dengan melalaikan didikan kepada mereka. Dia memberkati setiap yang
dikenan-Nya dan yang memegang teguh perjanjian untuk hidup dalam
komitmen kepada-Nya. Dan di atas segalanya, terkait berkat-berkat yang
siap dilimpahkan-Nya, mengapakah Dia harus memberikan banyak janji
terkait itu apabila Ia sendiri adalah Allah yang kaya dengan kebaikan,
berkat dan kemurahan -yang pasti dilimpahkan-Nya sebagai ganjaran bagi
umat-Nya yang berlaku taat kepada-Nya. Atas kesungguhan dan kesetiaan
umat-Nya, sudah pasti janji-janji terbaik yang pernah disampaikan-Nya
akan digenapkan-Nya, bahkan lebih daripada yang dapat orang pikirkan!

Lalu
masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN
sambil berkata: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah
keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?
Dan
hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah
berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh
dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang,
ya Tuhan ALLAH.
~ 2 Samuel 7:18-19 (TB)

Telah Kuberikan
isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam
pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan
seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
~ 2 Samuel 12:8 (TB)

Tetapi
seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan
tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di
dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang
mengasihi Dia.”
~ 1 Korintus 2:9 (TB)

Oleh karena Allah
tidak mudah membuat janji, maka tidak mengherankan apabila Yeremia
menekankan bahwa nubuat yang terutama harus digenapi adalah
nubuat-nubuat yang menjanjikan berkat atau keadaan-keadaan yang baik
kepada umat Tuhan dengan begitu mudahnya : 

Tetapi
mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika
nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu
benar-benar diutus oleh TUHAN.”

Ringkasnya, adalah benar
bahwa setiap nubuat yang disampaikan atas nama Tuhan harus digenapi,
sebagai bukti bahwa pesan tersebut berasal dari Yang Mahatahu. Dan
pembuktian ini terutama atau pertama-tama digunakan untuk menilai dan
menguji pesan-pesan yang menjanjikan kemudahan dan berkat-berkat. Jika
itu terjadi, maka jelaslah bahwa itu berasal dari Tuhan, tetapi jika
tidak maka itu merupakan penipuan dan usaha mengarahkan jiwa-jiwa umat
Tuhan kepada perkara dusta. Mereka yang bernubuat dengan cara demikian
akan menerima ganjaran yang setimpal dari Tuhan sendiri. Dalam
Perjanjian Lama, Tuhan menghukum mati nabi-nabi palsu ini. Suatu
gambaran akan kematian rohani yang akan menimpa mereka yang berani
berbicara dusta mengatasnamakan Tuhan sendiri. 

Kemudian nabi Hananya mengambil gandar itu dari pada tengkuk nabi Yeremia, lalu mematahkannya.
Berkatalah
Hananya di depan mata seluruh rakyat itu: “Beginilah firman TUHAN:
Dalam dua tahun ini begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar,
raja Babel itu, dari pada tengkuk segala bangsa!” Tetapi pergilah nabi
Yeremia dari sana.
Maka sesudah nabi Hananya mematahkan gandar dari pada tengkuk nabi Yeremia, datanglah firman TUHAN kepada Yeremia:
“Pergilah
mengatakan kepada Hananya: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah
mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai
gantinya!
Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel:
Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini, sehingga mereka
takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel; sungguh, mereka akan takluk
kepadanya! Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan
kepadanya.”
Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya: “Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta.
Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya,
Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan
mati, sebab engkau telah mengajak murtad terhadap TUHAN.”
Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga, pada bulan yang ketujuh.

~ Yeremia 28:10-17

3)
Meskipun tidak selalu terjadi, nubuatan yang berkaitan dengan
penghukuman dan malapetaka ada kalanya tidak menjadi kenyataan atau 
tertunda sekian lama penggenapannya

Meneliti lebih jauh akan
catatan Alkitab, paling tidak ada dua nubuatan yang seharusnya terjadi
atau digenapi dengan segera tetapi kemudian tidak terjadi maupun
tertunda penggenapannya.

Yang pertama, adalah nubuat nabi Yunus untuk Niniwe.
Kita
melihat dalam Yunus 3:4, Yunus menyampaikan pesan dari Tuhan, suatu
nubuatan, bahwa empat puluh hari dari sejak ia menyampaikan pesan itu
“Niniwe akan ditunggangbalikkan”. Kita mengetahui kemudian bahwa itu
tidak terjadi sehingga membuat Yunus menjadi kecewa dan kesal hatinya
pada Tuhan. Mengenai sebab mengapa nubuat itu tidak terjadi, atau dapat
dikatakan pula bahwa Tuhan tidak melakukan seperti yang dinubuatkan-Nya
melalui Yunus, kita diberitahu tahu alasannya :

Bagaimana
tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang
berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak
tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang
banyak?”
~Yunus 4:11 (TB)

Jadi bukan tanpa alasan Tuhan
tidak melaksanakan firman-Nya tetapi oleh karena pertobatan orang-orang
Niniwe secara massal.  Itulah yang membuat-Nya tergerak oleh belas
kasihan yang besar sehingga Ia mengurungkan niat untuk menghukum kota
itu.
Penjelasan Tuhan disertai bukti-bukti yang dapat dilihat
mengenai pertobatan kota itu, seharusnya cukup bagi Yunus (dan juga
kita) untuk memahami sudut pandang Tuhan serta keputusan Tuhan sehingga
kita dapat sehati dan sepikiran dengan Dia akan keputusan-Nya tidak
menggenapkan nubuat seperti yang disampaikan melalui nabi-Nya.

Yang
kedua, adalah nubuatan para nabi di zaman Manasye, raja Yehuda, yang
pada dasarnya digenapi juga pada akhirnya tetapi sebenarnya  mengalami
penundaan akan penggenapannya.

Dalam 2 Raja-raja 21:10-15 dikatakan :

Kemudian berfirmanlah TUHAN dengan perantaraan para hamba-Nya, yakni para nabi:
Oleh
karena Manasye, raja Yehuda, telah melakukan kekejian-kekejian ini,
berbuat jahat lebih dari pada segala yang telah dilakukan oleh orang
Amori yang mendahului dia, dan dengan berhala-berhalanya ia telah
mengakibatkan orang Yehuda berdosa pula,

sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Sesungguhnya Aku
akan mendatangkan malapetaka atas Yerusalem dan Yehuda, sehingga setiap
orang yang mendengarnya akan bising kedua telinganya.

Dan Aku
akan merentangkan atas Yerusalem tali pengukur sama seperti atas Samaria
dan tali unting-unting sama seperti atas keluarga Ahab; dan Aku akan
menghapuskan Yerusalem seperti orang menghapus pinggan, yakni habis
dihapus, dibalikkan pula menungging.
Aku akan membuangkan sisa milik
pusaka-Ku dan akan menyerahkan mereka ke dalam tangan musuh-musuh
mereka, sehingga mereka menjadi jarahan dan menjadi rampasan bagi semua
musuh mereka,
oleh karena mereka telah melakukan apa yang jahat di
mata-Ku dan dengan demikian mereka menimbulkan sakit hati-Ku, mulai dari
hari nenek moyang mereka keluar dari Mesir sampai hari ini.”

Dengan
segala kejahatan dan kekejian yang dilakukan Manasye, tampaknya Tuhan
sudah sampai pada batas kesabaran-Nya. Sesungguhnya Ia siap melampiaskan
murka-Nya atas Yehuda dan Yerusalem. Saat Manasye tutup usia, ia
digantikan anaknya, Amon, yang memerintah tidak lama, hanya sekitar dua
tahun saja. Cucu Manasye kemudian naik tahta. Dialah Yosia.
Sangat mungkin malapetaka besar itu terjadi di zaman Yosia. Tetapi inilah perkataan Tuhan setelah Yosia memilih mencari Tuhan :

Maka
pergilah imam Hilkia, Ahikam, Akhbor, Safan dan Asaya kepada nabiah
Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin
Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru.
Mereka memberitakan semuanya kepadanya.

Perempuan itu menjawab mereka: “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel! Katakanlah kepada orang yang menyuruh kamu kepada-Ku!
Beginilah
firman TUHAN: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas tempat
ini dan atas penduduknya, yakni segala perkataan kitab yang telah
dibaca oleh raja Yehuda;
karena mereka meninggalkan Aku dan membakar
korban kepada allah lain dengan maksud menimbulkan sakit hati-Ku dengan
segala pekerjaan tangan mereka; sebab itu kehangatan murka-Ku akan
bernyala-nyala terhadap tempat ini dengan tidak padam-padam.

Tetapi kepada raja Yehuda, yang telah menyuruh kamu untuk meminta petunjuk TUHAN, harus kamu katakan demikian: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu,
oleh
karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan
TUHAN pada waktu engkau mendengar hukuman yang Kufirmankan terhadap
tempat ini dan terhadap penduduknya,* bahwa mereka akan mendahsyatkan
dan menjadi kutuk, dan oleh karena engkau mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku, Aku pun telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN,
sebab
itu, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan engkau kepada nenek moyangmu,
dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu dengan damai, dan matamu
tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat
ini.”
Lalu mereka menyampaikan jawab itu kepada raja.
~ 2 Raja-raja 22:14-20 (TB) 

Jelas
sekali bahwa Tuhan menyatakan Dia “mengecualikan” Yosia dari malapetaka
yang hendak didatangkan-Nya atas bangsanya oleh karena (lagi-lagi sama
seperti yang dilakukannya pada Niniwe) pertobatan dari sang raja, yang
memang terbukti disaksikan seluruh rakyatnya bahkan bangsa-bangsa di
sekitarnya.

Merujuk pada dua contoh di atas, tampaknya pesan
nubuatan yang berkenaan dengan akan datangnya malapetaka atau bencana
kadangkala tidak terjadi sebagaimana yang dinubuatkan terutama karena
adanya faktor perubahan hati (baca : pertobatan) dari mereka yang
menjadi gentar akan kecelakaan yang akan menimpa oleh sebab karena murka
Tuhan atas mereka.

Ini menyiratkan kepada kita akan hati Tuhan.
Sejatinya, Ia tidak pernah senang menyampaikan pesan kemurkaan. Ia ingin
umat-Nya menjadi umat yang dengar-dengaran dan taat oleh karena kasih
kepada Dia Tetapi kenyataan yang ada seringkali merupakan kebalikan dari
itu. Banyak kali umat-Nya memalingkan wajah dari-Nya. Tak terhitung
banyaknya Tuhan diabaikan untuk kemudian umat yang dikasihi-Nya itu
melakukan apa saja yang dikehendaki hati mereka bahkan tanpa segan
melakukan apa yang jahat di mata-Nya. Dan sebagai Allah yang adil, ada
batas bagi kasih karunia-Nya ketika Ia harus menegakkan keadilan dan
menuntut pembalasan atas mereka yang ditindas dengan semena-mena. Ketika
kesabaran-Nya dipermainkan, Ia bersikap lebih keras. Pertama-tama, Ia
akan memilih nabi-nabi-Nya untuk meneriakkan jeritan dan kegusaran
hati-Nya itu -yang barangkali mungkin itulah kesempatan-kesempatan
terakhir bagi yang diperingatkan, sebelum tangan-Nya teracung
menjatuhkan penghajaran demi pertobatan umat-Nya.

Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
~Wahyu 3:19 (TB)

“Tetapi
sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan
segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.”
Koyakkanlah
hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab
Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan
Ia menyesal karena hukuman-Nya.
Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik
dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan
korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
~ Yoel 2:12-14 (TB) 


KESIMPULAN

Apa
yang dinubuatkan Tuhan melalui hamba-hamba-Nya haruslah terjadi oleh
karena itu keluar dari mulut Yang Mahakudus, yang tak pernah berlaku
ceroboh, grusa-grusu, apalagi melakukan kekhilafan atau kesalahan fatal.
Apa
yang disampaikan Tuhan,  akan terbukti merupakan perkataan penuh
otoritas dari Penguasa di atas segala penguasa, pencipta dan pemilik
semesta ini, tatkala perkataan itu terjadi sebagaimana telah diujarkan
para nabi-Nya.

Terhadap pesan-pesan profetik yang kemudian tidak
terjadi dan tidak ada penjelasan secara profetik yang menerangkan
mengapa hal tersebut tidak terjadi, maka sudah sepatutnya kita menolak
nubuatan semacam itu, membuangnya jauh-jauh dari hati dan pikiran kita.

Dan
terhadap orang-orang yang bernubuat dengan lancang sedemikian, sudah
sepatutnya kita memberikan teguran yang tegas serta memperingatkan akan
jiwanya yang akan mengalami kematian rohani jika tidak segera mengakui
kesalahannya dan bertobat dari kekurangajatannya di hadapan Tuhan.

Sudah
seharusnya kita berhati-hati menyampaikan pesan dari Yang Mahatinggi,
Mahabesar dan Mahakuasa. Berbicara mewakili  Tuhan bukan perkara enteng
dan asal-asalan. Ada pertanggungjawaban di hadapan jemaat lebih-lebih
Tuhan apabila kita tampil menyatakan diri sebagai penyambung suara
Tuhan.

Kiranya hikmat Tuhan dilimpahkan kepada kita semua.

SALAM REVIVAL
INDONESIA PENUH KEMULIAAN TUHAN

SERI PENGAJARAN TERKAIT MENGUJI NUBUAT :

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 6) LANGKAH PENGUJIAN 5 : KESESUAIAN DENGAN TUJUAN PELAYANAN DAN KARUNIA BERNUBUAT