Arsip Kategori: ARTIKEL

MERANGKUL PERUBAHAN (2)

Oleh Peter B, MA

“Setiap tindakan, cara bicara, dan pemikiran selalu dapat diubah, dan PERUBAHAN ITU DAPAT DIJADIKAN KEBIASAAN”

~ William Paley (Presiden CBS)

“Cara terbaik untuk meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannya” 

~ Peter F. Drucker (mahaguru manajemen)

“Bukanlah suatu hal yang baik untuk melakukan perubahan besar di waktu yang sudah tua”

~ Charles H Spurgeon (pengkhotbah Inggris)

Berbicara mengenai perubahan, ternyata mayoritas manusia tidak menyukai perubahan. John Maxwell dalam buku klasiknya Mengembangkan kepemimpinan dalam Diri Anda, menyebutkan bahwa hanya sekitar 2 -5 % orang saja dalam satu kelompok yang antuasias akan perubahan. Bagaimana dengan 95% lainnya? Bagian terbesar dari mereka (sekitar 60%) cenderung untuk menunggu dan melihat perkembangannya, persentase-persentase lainnya bahkan cenderung untuk menolak perubahan.

Merujuk pada Alkitab, pernahkah Anda merenungkan apa artinya menjadi garam dan terang dunia (lihat Matius 5:13-16)? Intinya sebenarnya sederhana saja. Tuhan hendak memakai Anda sebagai sarana perubahan bagi dunia. Benarkah? Ya. Renungkan saja bahwa semula kita ini tidak memiliki rasa apapun karena turut menjadi sama busuk dan menuju kehancuran sebagaimana orang-orang dunia yang meluncur dengan cepat setiap hari ke arah kebinasaan kekal. Dan juga kita ini dahulu sama-sama gelapnya karena kita dikuasai penguasa kegelapan dan turut ambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan. Tetapi setelah berjumpa pribadi dengan Tuhan dan kita menjadi milikNya, hidup kita diubahkan total. Menjadi garam dan menjadi terang. Itupun bukan bagi diri kita sendiri melainkan bagi dunia. Perubahan hidup kita dimaksudkan Tuhan supaya kitapun turut mempengaruhi perubahan atas dunia yang sekarat dan gelap ini. Melalui hidup kita yang memancarkan terang Kristus, dunia yang dikuasai kegelapan ini akan datang kepada Allah dan diselamatkan. Kitalah -atau lebih tepat lagi : gerejaNyalah agen-agen perubahan Allah.

Sayangnya, gereja masa kini -khususnya di Indonesia- masih jauh dari kesadaran akan hal ini. Dari zaman ke zaman, hamba-hambaNya yang merindukan gereja memancarkan kemuliaan Tuhan kepada dunia hanya menemukan kekecewaan demi kekecewaan. Bahkan dengan sedikit menyindir, William Sloan Coffin pernah berkata, “Gereja penuh dengan orang-orang yang mencari apa yang sebenarnya telah mereka temukan dan hanya ingin menjadi sebagaimana adanya mereka sekarang. Dan itu adalah problem-problem terbesar yang kita miliki dalam gereja!” Karena itulah kita akan mendalami sekali lagi mengenai apa sesungguhnya intisari perubahan itu sehingga nantinya kita bukan hanya memahaminya namun menyambut perubahan itu dengan antusias sesuai dengan kerinduan Allah bagi kita.

HAKIKAT PERUBAHAN

Seperti telah kita ketahui, perubahan adalah kemutlakan dalam hidup manusia. Ini berlaku terhadap setiap orang yang hidup di bawah matahari. Sekalipun begitu, ada perbedaan yang besar di dalam perubahan-perubahan yang terjadi secara umum dengan perubahan-perubahan yang terjadi atas hidup orang-orang beriman.

Mereka yang hidup di luar Tuhan mengalami atau merencanakan perubahan-perubahan sebatas dalam pikiran visioner manusiawi mereka. Dunia yang nyata dan kasat mata inilah arena pergulatan mereka menghadapi dan mengantisipasi perubahan-perubahan dalam peradaban manusia. Bagi kita yang hidup di dalam Tuhan, ini baru merupakan sebagian dari keseluruhan kehidupan yang harus dijalani.

Kita yang hidup dalam Tuhan, pada prinsipnya, hidup dalam dua dunia yang berbeda. Pertama, dunia jasmani yaitu dunia dimana tubuh dan seluruh indra fisik kita berinteraksi dengannya. Kedua, dunia rohani-yaitu dunia dimana roh kita berinteraksi dengannya. Mana yang lebih nyata bagi kita? Kedua-duanya harus sama nyatanya -bahkan bisa jadi dunia rohani akan menjadi semakin terang dan jauh lebih nyata dalam pertumbuhan pengenalan rohani kita di dalam Tuhan yang adalah roh. Rasul Paulus di tengah-tengah pergumulan pelayanan yang menderitakan tubuh jasmaninya dengan yakin bersaksi, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segaa-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.” (2 Kor. 4:7-8)

Jadi, dari kedua dunia inilah perubahan-perubahan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang Kristen di dalam Tuhan. Karena itu, agar kita dapat memahami dengan benar tuntutan-tuntutan perubahan maupun arah perubahan yang hendak dituju, kita harus mengerti hakikat perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita yang dipanggil menjadi visioner-visioner illahi. Sebagaimana seorang mahasiswa baru harus belajar mengenai kehidupan baru di kampus tempatnya belajar dan seorang karyawan baru harus diberikan penataran untuk mengenal perusahaan baru tempatnya bekerja, maka kita yang memasuki alam kehidupan yang penuh perubahan bahkan menjadi perancang-perancang perubahan itu sendiri perlu mengenal seluk-beluk perubahan dalam hidup kita.

Perubahan itu datangnya dari Allah. Karena banyaknya salah pengertian di antara orang-orang Kristen baru, satu kebenaran ini seringkali dilupakan begitu saja. Kebenaran itu ialah bahwa setiap orang yang telah mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya tidak lagi menjadi milik dirinya sendiri tetapi milik Allah dan sejak hari ia diselamatkan, Allah memegang hidupnya demi kebaikan dan masa depan yang cerah yang telah disiapkanNya bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Kenyataan yang ditemui di antara banyak orang Kristen rupanya masih jauh dari kebenaran ini. Di satu sisi, banyak orang Kristen merasa hidup mereka masih kepunyaan mereka sendiri. Itu sebabnya mereka tetap hidup menurut keinginan dan mengambil jalan hidup mereka sendiri sekalipun mereka mengaku bertuhankan Kristus. Salib dan korban Kristus bagi mereka hanya sekedar penenang batin mereka yang ngeri membayangkan neraka. Didaftarkannya mereka sebagai orang Kristen dianggap tidak lain sebagai prasyarat supaya mereka masuk surga. Pada sisi yang lain, tidak sedikit pula orang-orang Kristen yang merasa bahwa Tuhan tidak peduli kepada mereka. Mereka berpikir bahwa Tuhan telah menyelamatkan mereka dan setelah itu meninggalkan mereka. Tentu saja ini keliru. Sesungguhnya, Ia ingin kita hidup bagi Dia: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka”(2 Korintus 5:15) agar supaya kita ini “melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau,su-paya kita hidup di dalamnya”(Efesus 2:10) dan karena itulah “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).

Sesungguhnya Allah sangat peduli dengan kehidupan kita. Kehidupan kita berharga di mataNya karena Ia bermaksud menjadikan kita alat-alat kebenaran dan kemuliaanNya. Perhatikanlah bangsa Israel. Sebelum kita membaca keluarnya mereka dari Mesir, jawab dan renungkanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 

– Siapakah yang membawa nenek moyang Israel ke Mesir? 

– Untuk maksud apakah Yakub dan 12 anaknya yang kemudian menjadi suku-suku Israel pindah ke Mesir? 

– Memang Yusuf anak Yakub yang mengatur kepindahan seluruh keluarganya ke Mesir tetapi bagaimana mungkin Yusuf yang masuk ke Mesir sebagai budak akhirnya dapat memiliki otoritas mengizinkan warga bangsa asing mendapatkan tanah pemukiman permanen di Mesir? 

– Siapakah Pribadi yang tak kelihatan yang mengatur kelangsungan hidup Yakub beserta anak cucunya yang kemudian menjadi bangsa pilihan Tuhan, Israel ini? 

Yusuf merenungkan seluruh pertanyaan itu dan sampai kepada satu kesimpulan. Yusuf yang hidup dalam perubahan-perubahan yang paling drastis dalam hidup manusia menemukan satu fakta yang tidak terbantahkan.

Inilah pengakuannya : “…Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kejadian 50:20) Ya, Allahlah yang bekerja dalam setiap kehidupan orang yang mau menyerahkan hidup bagi Dia dan tujuan-tujuanNya.

Salah satu pemimpin pujian favorit saya adalah Don Moen. Banyak di antara lagu-lagu yang dibawakannya memberkati roh saya. Salah satu yang paling favorit adalah mengenai Tuhan yang terus bekerja mendatangkan kebaikan bagi setiap anak-anakNya. Renungkan syair-syair pujian yang aslinya ber-judul, For All You’ve Done berikut ini :

Atas segala yang telah Kau kerjakan

Dan atas segala yang akan Kau kerjakan dalam hidup kami

Kami bersyukur padaMu

Dan menaikkan pujian kami kepadaMu

Atas segala hal

yang tidak dapat kami mengerti

Dengan iman,

kami menyerahkan semuanya dalam tanganMu

Kami bersyukur,kami memujiMu

Karena kami tahu,

Bahwa segala hal Kau kerjakan bersama-sama

Untuk kebaikan kami

Kami bersyukur,kami memujiMu

Karena melalui iman,

Kami yakin kasih karuniaMu

akan menjadikan kami berhasil

Benar. Allah mengerjakan bagi kita kebaikan. Bersyukurlah dalam keadaan baik atau buruk. Karena Allah bekerja di belakangNya bagi kebaikan dan keuntungan Anda.

Tujuan dari perubahan-perubahan yang diadakan Allah dalam hidup kita adalah supaya kita mengandalkan Dia dan siap menghadapi perubahan terus menerus ke arah masa depan yang lebih baik. Gambaran berikut ini ditulis dengan indah oleh Max Lucado. Judulnya “Di Atas landasan” :

Dengan tangan kuat si pandai besi, dilindungi pakaian kerja, menaruh jepitannya ke dalam api, menjepit logam yang dipanaskan, dan meletakknnya di atas landasan. Matanya yang tajam memeriksa potongan yang menyala-nyala itu. Ia melihat bentuk perkakas itu sekarang dan membayangkan bentuknya yang ia inginkan-lebih tajam, lebih pipih, lebih lebar, lebih panjang. Tangan kirinya masih menggenggam potongan yang panas itu dengan jepitannya, sementara tangan kanan menghantam godamnya seberat satu kilo ke atas logam yang dapat dibentuk itu.

Di atas landasan yang kokoh, besi yang membara itu dibentuk kembali. Si tukang tahu perkakas apa yang diinginkannya. Ia tahu ukurannya. Ia tahu bentuknya. Ia tahu kekuatannya.

Beng! Beng! Godamnya menghantam. Bengkelnya mendengung dengan bunyi itu, udara menjadi penuh dengan asap, dan logam yang sudah lunak berespons.

Tetapi respons itu tidak gampang. Datangnya tidak tanpa rasa tidak enak. Meleburkan yang lama dan membentuk kembali yang baru merupakan proses yang mengacaukan. Namun logam ini tetap di atas landasan dan tukang itu dapat menghilangkan yang lecet, memperbaiki retak-retak, mengisi kekosongan, dan menguras yang tidak sempurna.

Dan setelah beberapa waktu, terjadilah perubahan : Yang dulu tumpul, sekarang menjadi tajam, yang bengkok menjadi lurus, yang lemah menjadi kuat, dan yang tidak berguna menjadi berharga.

Lalu pandai besi berhenti. Ia berhenti menggebuk dan meletakkan godamnya. Dengan tangan kiri yang kuat ia mengangkat logam yang baru saja dibentuk hingga setinggi mata. Dalam kesunyian, ia memeriksa perkakas yang masih keluar asap. Alat yang memijar itu dibalik-balik dan diperiksa kalau-kalau ada kekurangan atau retak. Tetapi ternyata tidak.

Sekarang pandai besi itu sampai pada tingkat akhir tugasnya. Ia mencemplungkan alat yang masih membara ke dalam ember air di dekat situ. Dengan bunyi desis dan uap yang menyemprot keluar, benda logam itu segera mulai menjadi keras. Panas mengalah kepada serbuan air sejuk, dan mineral yang tadinya dapat dibentuk dan lunak, sekarang menjadi alat yang tidak dapat dibengkokkan dan sudah berguna.”

Sesungguhnya kita dibentuk untuk menjadi pribadi yang sesuai dengan hatiNya, untuk tujuan yang telah disiapkanNya, yaitu rencanaNya untuk menyampaikan keselamatan bagi dunia yang dikasihiNya ini.

Pribadi yang aman dan kokoh di dalam Dia adalah yang dicari dan dikerjakanNya dalam hidup kita. Melalui berbagai persoalan dan pasang surut kehidupan, kita diajar, ditempa, dibangun, diolah untuk semakin kuat di dalam Dia. Hanya mereka yang kuat dan tetap berdiri teguh sekalipun kegelapan atau kematian ada di mana -hanya merekalah yang dapat menjadi saksi bahwa Kristus adalah batu karang yang teguh, satu-satunya pengharapan sejati bagi segenap umat manusia.

Di akhir zaman, intensitas atau kekerapan terjadinya gempa bumi akan menjadi salah satu tanda yang penting. Hal ini sesungguhnya merupakan isyarat bahwa mendekati kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, seluruh sendi-sendi kehidupan dunia akan digoncangkan oleh Tuhan. Seluruh umat manusia yang berdiam di wilayh-wilayah atau bidang-bidang yang menjadi rasa aman mereka harus menetapkan pilihan tempat bergantung dalam hidup.

Pada waktu itu, manusia akan menyadari bahwa kekuatan mereka terbatas dan mereka tidak berdaya. Mereka yang mengandalkan diri sendiri akan terpaksa mencari pertolongan dari pihak lain. Di sinilah peperangan sengit terjadi karena hanya ada dua pribadi yang menawarkan pertolongan : iblis atau Tuhan. Mereka yang takut akan Dia akan memilih berlari kepada Tuhan yang daripadaNya ada pertolongan dan kelepasan sejati.

Sesungguhnya mereka yang mengandalkan Tuhan tidak perlu kuatir. Mereka yang berpaling kepada Tuhan tidak akan goyah menghadapi perubahan paling dahsyat atau paling mengerikan sekalipun. Tuhan menjadi batu karang yang teguh tempat mereka berpijak. Seperti pelanduk yang membangun rumah di bukit batu (Amsal 30:26), yang paling lemah sekalipun akan menjadi paling kuat. GerejaNya akan tegak bersinar di tengah-tengah keruntuhan segala sistem dunia ini. Bukankah firmanNya berkata, “Waktu itu suara-Nya menggon-cangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: “Satu kali lagi Aku akan menggon-cangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.” Ungkapan “Satu kali lagi” menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia (perubahan itu) dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” (Ibrani 12:26-28)

Perubahan-perubahan yang dirancangkan Allah terjadi dalam hidup kita sesungguhnya adalah menggoncangkan rasa aman kita. Sesungguhnya Allah yang dikenal Israel adalah Allah yang memproses umatNya. Satu parabel yang digambarkan oleh nyanyian Musa merupakan pesan profetik bagi umat Tuhan di segala zaman. Ulangan 32:11-12 menyebutkan: “Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia”. Jika kita merenungkannya, ada banyak pengertian penting terkandung dalam nats di atas. Misalnya mengenai pimpinan dan tuntunan Tuhan atas umatNya. Ternyata Tuhan menuntun umatNya bukan dengan cara memanjakannya. Tuhan menuntun umatNya melalui proses yang keras bagaikan rajawali menggoyang bangkitkan isi sarangNya. Sebagai kesayangan Allah, hal-hal yang mudah, kehidupan yang nyaman, atau perjalanan yang santai tidak pernah menjadi prioritas utama. Allah menginginkan umatNya, Anda dan saya, memiliki karakter yang dewasa dan kuat di dalam Dia. Tuhan tidak menghendaki anak-anakNya menjadi kolokan, kekanak-kanakan dan egois. Tuhan mau Anda dan saya menjadi dewasa dan cakap di dalam Dia.

Di sinilah terkandung rahasia penting. Untuk menjadi dewasa, kita harus siap digoncangkan. Supaya kita dapat terbang tinggi mengatasi badai hidup, kita harus dikeluarkan dari rasa aman kita. Agar kita dapat menjadi kuat dan menggapai yang terbaik di masa depan, kita harus rela menghadapi rasa takut kita sendiri. Rasa aman itulah yang merupakan penghalang terbesar untuk kita menjadi kuat di dalam Dia. Selama masih ada hal-hal lain yang menjadi sandaran kita dan membuat kita merasa kuat tanpa Tuhan, selama itu kita harus menerima proses Tuhan. Iman dan pengharapan kita harus kokoh di dalam Dia supaya kita tidak turut lenyap saat dunia mencapai titik akhir usianya. Sebelum rasa aman kita ada pada Tuhan dan hanya pada Dia saja, kita akan mengalami prosesnya berupa perubahan-perubahan yang menggon-cang rasa aman kita di luar Dia. Karena itulah, proses Tuhan melalui perubahan-perubahan yang diadakanNya- sesungguhnya adalah goncangan terhadap rasa aman kita. Semuanya ini bertujuan membawa kita untuk belajar akan jalan-jalanNya dan untuk memiliki karakter-karakter mulia seperti Kristus. Terlebih lagi kehidupan seorang visioner illahi yang haus akan perubahan illahi dari Allah. Adalah sesuatu yang ganjil jika mereka yang mengharapkan perubahan menuju yang terbaik dari Allah ternyata menikmati hidup dalam kemapanan dan kenyamanan hidup selain di dalam kehendak Tuhan. Itulah sebabNya Kristus memberikan teladan yang terbaik mengenai hidup saat Ia berkata, “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.” (Yohanes 4:34).Benar. Yang terutama dalam hidup bukan mencari rasa aman demi rasa aman namun seberapa banyak kita menyelesaikan apa yang telah ditugaskanNya atas kita sebagai hamba-hambaNya. Rasa aman sejati kita hanya ada di dalam Tuhan dan dalam melakukan visiNya atas hidup kita.

Seorang visioner tidak pernah mencari rasa aman dalam hidupnya. Terlebih lagi visioner-visioner illahi yang memiliki tujuan tertinggi dan panggi-lan yang sempurna dari Tuhan. Usaha yang terbaik, mengerahkan segala daya upaya yang ada, mengorbankan diri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan hingga tujuan-tujuan Allah digapai, kehendakNya terjadi dan kerajaanNya datang -semuanya itu akan selalu menjadi irama serta gaya hidup seorang visioner. Scott Alexander, pengarang Amerika, mengatakan: “Segala yang baik itu sukar. Segala yang jahat itu mudah. Sekarat, kehilangan, curang, biasa-biasa saja itu mudah. Menjauhlah dari apa yang mudah!” Biarlah setiap rasa aman kita digoncangkan, asalkan kita dapat mencicipi masa depan penuh harapan itu!

Tuhan melatih kita supaya terbiasa hidup dalam perubahan dan memiliki hati yang merindukan apa yang terbaik dari Dia melalui peristiwa-peristiwa sehari-hari yang diijinkanNya terjadi dalam hidup kita. Kita harus mengetahui bahwa sekolah Tuhan adalah sekolah kehidupan. Ruang kelasnya adalah dunia ini. Pelajarannya adalah persoalan-persoalan serta tantangan-tantangan hidup. Sesungguhnya inilah sekolah yang mahal karena gurunya adalah Guru Agung. Hari demi hari la menuntun kita berjalan dan belajar menghadapi kehidupan supaya dijalani bukan dengan cara yang baik saja me-lainkan mengarungi hidup dengan cara yang benar -yaitu caraNya. Inilah beberapa hal yang digunakan oleh Tuhan untuk memproses kita. Di dalam semuanya Tuhan turut campur tangan agar menjadi kebaikan dalam hidup kita:

1.Teguran dan nasihat FirmanNya

2.Pesan-pesan profetik

3. Kejadian-kejadian sehari-hari

4. Tantangan dan kesulitan hidup

5. Masalah-masalah sehari-hari

6. Pencobaan-pencobaan untuk berdosa

7. Kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam hidup kita

Pada prinsipnya, hidup orang-orang percaya sepenuhnya ada dalam pengawasan Tuhan. Ini bukan dengan maksud untuk mencari-cari kesalahan dan menghukum kita namun untuk memproses kita menjadi pribadi yang mulia di mataNya dan siap menjadi alat kemuliaanNya. Kerinduan Tuhan ini harus ditanggapi dengan respon yang sama. Kita harus memiliki kerinduan yang sama kuat untuk hidup menyenangkan Tuhan dan memperjuangkan kepentingan KerajaanNya saja. Ingat, hidup kita bukan lagi milik kita sendiri.

Sikap pikiran dan tindakan kita terhadap hal-hal yang kita temui setiap hari menentukan apakah kita mau menjalani proses Tuhan atau tidak. Secuil kisah imajiner dari Max Lucado ini akan menggelitik dan menyadarkan kita betapa pentingnya kita rela diproses dalam hal-hal kecil yang kita hadapi sehari-harinya:

(Adegan-Kebaktian Minggu pagi; doa dalam hati)

Kita :Tuhan, saya ingin berbuat hal-hal yang besar

Tuhan :Oh,ya?

Kita : Tanggung! Saya ingin mengajar jutaan orang! Saya ingin Stadion terbesar negara ini. Saya ingin supaya seluruh dunia mengenal kuasa penyelamatanMu! Saya bermimpi tentang hari —

Tuhan : Itu hebat, Nak. Sebenarnya Aku dapat memakai kamu hari ini – sesudah kebaktian ini.

Kita : Asyik! Bagaimana kalau kita buat acara radio dan TV atau…atau…atau…berbicara di depan para pejabat?

Tuhan : Ya, sebenarnya bukan itu yang Aku maksudkan. Kamu lihat orang yang duduk di sampingmu?

Kita : Ya.

Tuhan : Ia butuh kendaraan pulang.

Kita (pelan): Apa?

Tuhan : Ia ingin menumpang di mobil untuk pulang. Dan kalau kamu toh sudah bantu dia, satu dari ibu-ibu tua yang duduk di dekat kamu perlu bantuan untuk memindahkan kulkasnya. Bagaimana kalau kamu singgah sebentar sore ini dan – 

Tuhan (tersenyum): Pikir-pikir saja dulu.

Melalui segala liku-liku pergumulan dan kenyataan sehari-hari, Allah menuntun kita untuk tekun dan terus belajar mengembangkan diri menjadi pribadi yang memiliki karakter Kristus. Setiap hari dalam hidup kita, melalui segala cara, menggunakan segala sarana, Tuhan membentuk hidup kita. Ia yang merindukan untuk mempercayakan perkara-perkara besar kepada kita, Ia pula yang melatih kita menangani dan menyelesaikan masalah-masalah hidup sehari-hari yang seringkali dipandang remeh dan tidak penting. Tidak demikian dengan aturan Kerajaan Allah. Salah satu prinsip dasar di sana adalah : “Barangsiapa setia dalam perkara kecil, kepadanya akan diper-cayakan Tuhan perkara besar” (Matius 25:21;Lukas 16:10). Karena itu, kita tidak akan pernah dapat dipercaya untuk mengemban perkara-perkara besar sebelum kita matang dan setia kepada Tuhan dalam perkara-perkara kecil. Mereka yang melanggar prinsip ini pada akhirnya akan menuai kekecewaan dan kehancuran. Mereka yang tidak menjalani proses Tuhan atau menjalani proses Tuhan tetapi kemudian menolaknya -seperti Saul- akan tergelincir dan sesat. Sebaliknya, proses Tuhan jualah yang menjadikan Daud bertahan setia sampai mati, menjadi hamba yang berkenan di hati Tuannya

Jauh daripada yang dikira banyak orang, kehidupan yang dituntun oleh Tuhan sebenarnya adalah suatu kehidupan yang penuh sukacita. Kehidupan bersama-sama dengan Tuhan justru penuh bimbingan dan arahan menuju suatu hidup yang berkualitas, jasmani dan rohani. Frustrasi, kebobrokan, stress, kebingungan, disorientasi (kehilangan fokus hidup), rasa hampa dan tidak berarti, kesepian, kebosanan dan lain sebagainya pada dasarnya merupakan efek dari jejak langkah manusia yang dikerjakan dengan kekuatannya sendiri -yang sangat terbatas itu. Sebaliknya daripada terjerat oleh semua kemelut hidup yang berkecamuk, orang-orang percaya menaruh segala beban di bawah kaki Tuhan dan dibimbing oleh Roh Kudus untuk mengenali bahwa itu merupakan satu potongan kecil dari suatu gambaran besar rencana Tuhan yang indah dalam kehidupannya. Mengetahui bahwa Tuhan sedang mengerjakan perkara-perkara yang mulia, maka orang-orang yang menujukan pandangan kepada Tuhan akhirnya bangkit dengan pengharapan yang baru disertai kekuatan yang lebih besar yang bersumber dari kasih karunia Tuhan. Mengenai hal ini John C. Maxwell, pakar kepemimpinan, memaparkan penjelasannya yang indah:

“Kita suka terlalu melebih-lebihkan peristiwanya dan meremehkan prosesnya. Setiap impian yang terpenuhi adalah karena kesetiaan kepada proses. Secara alami, manusia cenderung ‘malas’. Itulah sebabnya mengapa pengembangan diri sungguh sulit. Namun itu jugalah sebabnya mengapa kesulitan terletak di pusat setiap sukses. Proses meraih prestasi adalah melalui kegagalan yang berulang-ulang serta perjuangan yang terus menerus untuk mendaki ke tingkatan yang lebih tinggi.

Kebanyakan orang mengakui dengan menggerutu bahwa mereka harus melalui kesulitan agar dapat meraih sukses. Mereka mengakui bahwa mereka harus mengalami kemunduran sesekali untuk meraih kemajuan. Namun saya percaya bahwa sukses datang hanya jika Anda merenungkannya lebih jauh lagi. Untuk mencapai impian Anda, Anda harus merangkul kesulitan dan menjadikan kegagalan bagian hidup Anda. Jika Anda tidak gagal, Anda tidak mungkin sungguh-sungguh maju.”

Itulah sebabnya, kita harus memiliki hati seorang pembelajar. Hati seorang murid. Terlalu banyak yang tidak kita ketahui dan pahami. Rencana Tuhan terlalu besar dan berada di luar jangkauan otak manusia yang kecil ini. Hanya hikmat dan pengertian yang dari ataslah yang sanggup menembus kegelapan di ruang pemikiran kita sehingga kita dapat menerima dengan hati penuh syukur atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita setiap hari -baik yang menyenangkan ataupun yang menyakitkan sekalipun. Bersama-sama Musa baiklah kita berdoa, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian sehingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Luangkanlah waktu Anda merenungkan kalimat-kalimat lagu pujian yang indah ini:

Bapa Surgawi

Ajarku mengenal

Betapa dalamnya kasihMu

Bapa surgawi

Buatku mengerti

Betapa kasihMu padaKu

Semua yang terjadi di dalam hidupku

Ajar kumenyadari Kau selalu sertaku

Beri hatiku selalu bersyukur padaMu

Karena rencanaMu indah bagiku

MERANGKUL PERUBAHAN (1)

Oleh Peter B

Anda tidak mungkin mengharapkan mencapai tujuan-tujuan yang baru atau bergerak melebihi keadaan Anda yang sekarang kecuali Anda mau berubah”

~ Les Brown

Perubahan. Tidak semua orang senang mendengar kata-kata itu. Bahkan tidak sedikit yang secara terang-terangan maupun diam-diam menolak adanya perubahan. Mereka yang anti terhadap perubahan seringkali adalah mereka yang telah cukup merasa nyaman dan puas dalam keadaannya yang sekarang. Kondisi atau status kehidupan yang mereka jalani telah dipandang sebagai sesuatu yang pas dan membawa keuntungan bagi mereka sehingga mereka menolak adanya perubahan sekecil apapun. Dengan sekuat tenaga, orang-orang yang anti perubahan ini berusaha mempertahankan posisi atau keadaannya yang sekarang. Pokoknya, tidak ada perubahan. Entah itu kemunduran atau kemajuan, apakah itu penurunan atau kenaikan.

Rasa aman setiap orang tidak selalu sama. Hal itu relatif sifatnya. Beberapa orang merasa telah mencapai targetnya dan kemudian menolak perubahan ketika ia telah menjadi kaya raya dan terpandang. Beberapa orang lain menetapkan rasa amannya pada saat mereka telah memiliki penghasilan tetap, hidup cukup sandang, pangan dan papan -meskipun tidak terlalu mewah. Tetapi beberapa orang lagi benar-benar berbeda. Mengenai hal ini, ada satu pemandangan yang bagi saya cukup menyedihkan. Kegalauan hati saya semakin bertambah karena ternyata ini terjadi dan telah menjadi fakta sehari-hari yang dijumpai di antara penduduk Indonesia. Hal itu adalah kenyataan bahwa cukup banyak prosentase orang Indonesia yang bahkan merasa puas dan menolak perubahan sekalipun hidup mereka masih jauh dari standard hidup yang layak. Dengan penghasilan perkapita yang jauh lebih rendah dari negara-negara tetangan se-Asia, orang-orang Indonesia cukup banyak yang tidak memiliki pikiran untuk maju. Mereka lebih suka bersikap nerimo terhadap kenyataan dan keadaan hidup mereka. Belasan bahkan puluhan tahun mereka lewatkan untuk hidup dalam taraf kemiskinan dan berkekurangan. Namun begitu, jarang terbersit keinginan untuk berubah.  Sungguh, tirani rasa aman melumpuhkan jiwa-jiwa manusia yang semestinya dapat berbuat dan mencapai lebih banyak daripada yang telah mereka raih selama ini. Mungkin saja, di antara bangsa-bangsa di dunia, orang-orang Indonesia merupakan salah satu kaum yang paling menolak perubahan. 

Masalahnya bersumber dari sifat dasar perubahan. Kenyataan sejatinya adalah perubahan itu ternyata tidak mungkin dielakkan. Perubahan itu pasti dan selalu terjadi apakah kita menyukai atau tidak. Seperti kata seorang filsuf, “Tidak ada sesuatu yang abadi selain perubahan….” Perubahan itu tidak dapat dihindari, ditolak atau dihambat sedikitpun. Jika kita menolak untuk berubah, maka perubahan itu akan tetap terjadi. Kita akan bertambah tua, menjadi semakin lamban, lebih kurang dalam pengetahuan dan seterusnya.

Menurut pengamatan saya, ada dua hal yang memang tidak dapat berubah : Tuhan dan perubahan itu sendiri. Mengenai Tuhan, Kitab Suci jelas mengatakan kepada kita bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8). Dan bahwa tidak ada bayang-bayang perubahan pada Bapa kita di Surga yang baik itu (Yakobus 1:17). Mengenai perubahan, sesungguhnya semua yang ada di dunia pasti akan berubah menuju satu titik akhir yaitu ren-cana penghakiman Tuhan atas bumi dan seisinya. Bahkan iblis satu kali akan mengalami perubahan total atas kekuasaannya di dunia sekarang ini. Ya, kelak iblis beserta seluruh pengikut-pengikutnya akan berakhir di api yang kekal, kematian yang kedua (Wahyu 20 :10-14)

Mengetahui kebenaran ini, seharusnya kita dapat mengambil keuntungan atasnya. Apabila kita menyadari benar bahwa pada akhirnya dunia ini akan berubah menjadi seperti apa yang telah ditetapkan Allah atas dunia ini, maka kita seharusnya tidak mengikuti arus dunia yang akan binasa ini. Kita harus ada di pihak Allah supaya tidak binasa. Lebih daripada itu -selama kasih karunia masih diberikan kepada dunia- kita mengambil bagian dalam rencana Allah mendatangkan keselamatan atas dunia.

Jadi, hidup orang Kristen di tengah-tengah dunia yang terus menerus berubah tidak lain harus dijalani dengan perubahan terus menerus di dalam tingkat kerohaniannya sebagai antisipasi arus dunia yang tanpa henti berusaha menggilas kita. Dan tidak hanya itu. Mereka yang bergerak bersama Allah untuk mengerjakan visiNya bukan hanya mahir mengantipasi perubahan melainkan juga menciptakan perubahan itu sendiri. Inilah perubahan yang dikehendaki oleh Allah. Perubahan ke arah perbaikan, pertobatan, pemulihan, keselamatan bangsa-bangsa.

Oleh karena itu, seorang visioner illahi tidak boleh menjauhi perubahan. Visioner-visioner illahi yang sejati merangkul perubahan, hidup di tengah-tengah perubahan, mengilhami dan mengusahakan perubahan ke arah tujuan-tujuan Allah. Inilah salah satu sisi kehidupan seorang visioner illahi : VISIONER ILLAHI SIAP HIDUP BERSAMA ALLAH DALAM PERUBAHAN YANG TERUS MENERUS.

PERUBAHAN : INTI DARI VISI

Seorang visioner adalah seorang yang hidup setiap hari untuk men-gantisipasi perubahan bahkan lebih daripada itu. Para visioner adalah mereka yang merencanakan dan mengusahakan perubahan di masa yang akan datang. Secara sederhana, memiliki visi adalah memiliki tujuan. Dan mencapai suatu tujuan berarti berpindah dari posisi di mana sekarang kita berada bergerak kepada tujuan kita.  Dan, bukankah perpindahan posisi dari tempat semula kita berada kepada tujuan itu merupakan suatu perubahan? Karena itu, memiliki dan hidup bagi sebuah visi sama dengan pergerakan terus menerus ke arah perwujudan visi itu.  Pergerakan terus menerus tidak lain adalah pe-rubahan yang berkesinambungan.

Visi adalah gambaran masa depan penuh harapan. Visi illahi terlebih lagi. Masa depan dari Allah adalah masa depan yang terbaik yang dapat diraih dan dinikmati oleh manusia di dunia. Nah, mengerjakan atau mengusa-hakan visi tidak lain adalah usaha mencapai masa depan itu. Dan inti dari usaha pencapaian masa depan itu tidak lain adanya perubahan yang terus menerus ke arah yang diinginkan. Jadi, mereka yang mengaku memiliki visi tetapi menolak perubahan pada dasarnya hanya bermulut besar saja.

Pro status quo vs. Anti status quo. Istilah ‘status quo’ cukup populer beberapa tahun yang lalu menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Para demonstran dan tokoh-tokoh reformasi menggerakkan massa dan menggalang dukungan untuk mendesak Soeharto turun dari jabatannya saat itu. Sang Presiden terlama di Indonesia itu dituding bersama para pejabat-pejabat pembantunya sebagai seorang yang pro status quo-yang artinya orang-orang yang tidak menghendaki perubahan ke arah yang lebih demokratis. Sebaliknya, mahasiswa dan jutaan rakyat yang turun ke jalan mengklaim diri mereka anti status quo-yang artinya menolak keadaan yang ada dan menginginkan perubahan. Dari sudut pandang ini, kira-kira dimanakah posisi para visioner?

Mereka yang menyebut dirinya anti status quo tidak selalu adalah pribadi-pribadi yang visioner. Bisa jadi mereka hanya bersikap meledak-ledak sesaat karena emosi dan kekecewaan yang sangat. Atau mungkin saja karena mereka memiliki karakter sebagai orang-orang yang suka memberontak dan gemar melawan penguasa. Ini berkebalikan dengan para visioner. Jika tidak setiap orang yang anti status quo itu visioner maka setiap visioner pasti orang yang anti status quo. Para visioner itu anti kemapanan dan rasa aman sebelum cita-cita mereka berhasil diwujudkan. Mereka tidak akan berhenti berjuang, berusaha, bergerak, berkreasi, bekerja keras, membuang segala rasa nyaman hingga tujuan mereka tercapai.

Visioner-visioner illahi pun demikian. Mereka tidak puas dengan keadaan rohani mereka atau sekeliling mereka. Hati mereka hancur mengeta-hui kenyataan bahwa dirinya sendiri belum mencapai target Allah dan banyak orang jauh dari sasaran keselamatan yang dari Tuhan, Visioner-visioner illahi tidak pernah puas dengan keadaan diri mereka sebelum hidup mereka diubahkan hari demi hari semakin serupa Kristus. Mereka pun tidak dapat tenang menjalani hidup mereka sebelum setiap rencana Allah dalam hidup mereka dipenuhi dan tujuan-tujuan Allah selama hidup mereka tercapai.

Mungkin Anda pernah membaca kalimat-kalimat berikut ini. Jika demikian renungkanlah kembali. Temukan dan resapi pesan mendalam yang tersirat di dalam setiap untaian kalimat dari dan mengenai hamba-hamba Tuhan sejati ini :

“Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, 

sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, 

sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub” 

(Mazmur 132:3-5)

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 

Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.

Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus — itu memang jauh lebih baik;

tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. 

Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman,

sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu. 

(Filipi 1:21-26)

Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. 

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (Filipi 3:7-8)

Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.  (Kisah Para Rasul 20:24)

Setelah merenungkan pernyataan-pernyataan di atas, tahukah Anda siapa saja yang mengatakannya? Adakah Anda menemukan persamaan di antara kali-mat-kalimat tersebut di atas? Dapatkah Anda menemukan nada-nada yang sama dari pesan-pesan mereka?

Tentu saja. Mereka semua adalah visioner-visioner illahi yang hidup bagi visi mereka. Selama mereka belum melihat visi itu menjadi kenyataan MEREKA MENOLAK SEGALA RASA AMAN. Mereka tidak akan pernah berpuas diri sebelum visi Tuhan dalam hidup mereka menjadi kenyataan. Karena itulah mereka bergerak, bergerak dan terus bergerak bagi Allah. Mereka bukan hanya terbiasa dengan perubahan dan ketidaknyamanan, malahan mereka mengharapkan perubahan itu sendiri -perubahan yang dari Allah.

Perjalanan yang Penuh Tantangan dan Perubahan. Visi yang hendak dicapai bukan saja membawa perubahan, tetapi perubahan-perubahan. Ada satu keadaan yang jauh berbeda antara keadaan kita sekarang dengan masa depan yang diidamkan dalam visi kita. Itu merupakan suatu perubahan yang besar. Masalahnya adalah perubahan dari keadaan sekarang menjadi kondisi visi yang menjadi kenyataan itu tidak terjadi sekejap mata. Itu tidak terjadi hanya satu hari atau dalam waktu yang singkat. Itu membutuhkan suatu proses yang mungkin saja memakan waktu bertahun-tahun bahkan seumur hidup kita. “Visi seringkali hidup lebih lama daripada pemiliknya” demikian kata pakar kepemimpinan George Barna. Karena panjang dan lamanya perjalanan menuju kenyataan dari suatu visi, perubahan terjadi secara bertahap. Dan setiap tahapan membutuhkan satu tingkat perubahan demi satu tingkat perubahan. Oleh karena itu, dalam perjalanan kita mengerjakan visi, perjumpaan dengan banyak tantangan dan berbagai-bagai perubahan tidak dapat dielakkan lagi sebagaimana dikatakan oleh Madame Marie Curie, penemu plutonium: “saya diajar bahwa perjalanan demi kemajuan itu tidak pernah ringan dan mudah.” Inilah sebabnya, setiap visioner harus terbiasa dengan perubahan demi perubahan di dalam dan sekitar kehidupannya.

Mari saya berikan dua contoh. Bangsa Israel dan Yesus Kristus. Israel dibebaskan Tuhan dari perbudakan di Mesir menuju visi masa depan mereka : suatu negeri yang penuh susu dan madu, subur dan berkelimpahan. Kanaan menjadi visi mereka. Hati mereka kini diarahkan kepada Tanah Perjanjian. Sayangnya, perjalanan mereka menuju visi bukan merupakan perjalanan yang singkat lagi mudah. Mereka menempuhnya hingga 40 tahun lamanya. Dan selama perjalanan mereka menemukan tantangan dan kesulitan yang tidak terhitung banyaknya. Mulai ketiadaan sumber air, makanan, ancaman bangsa-bangsa lain, para perampok, dan cuaca yang berubah-ubah. Ini belum termasuk gaya hidup mereka yang serba tidak menentu dan berpindah-pindah sesuai dengan komando Tuhan melalui tiang awan atau tiang api (Bilangan 9:16-23). Dapatkah Anda membayangkannya? Ini sama sekali bukan suatu perjalanan yang mudah untuk dijalani. Mau tidak mau segenap Israel harus membiasakan diri untuk hidup dalam perubahan setiap hari.

Contoh berikutnya dapat kita teladani dari Tuhan kita sendiri. Sebelumnya, cobalah renungkan kira-kira berapa lama dan berapa panjangkah Allah kita menempuh usaha dan perjalanan untuk menjangkau dunia untuk diselamatkan? Demi menyelamatkan manusia ciptaanNya, Ia menempuh perjalanan menembus ruang dan waktu, mengambil rupa seorang manusia yang terbatas, menjalani kehidupan yang sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan keberadaan sejatiNya (kehidupan alam roh sangat berbeda dengan kehidupan jasmani), merasakan lapar, haus, mengantuk, lelah dan sebagainya. Dan tidak hanya itu, Allah merelakan diriNya dilecehkan, diolok, dihina, direndahkan sebagai golongan orang yang miskin dan tidak berpendidikan. Selama pelayananNya, Ia kerap tidak sempat makan, beristirahat atau memiliki tempat berteduh sekalipun. Puncaknya, Yesus dihajar, dipukuli dan diinjak-injak oleh ciptaanNya sendiri hingga akhirnya mati secara memalukan di atas salib yang dipikulNya sepanjang Via Dolorosa. Semuanya demi keselamatan dunia -yang sangat dikasihiNya.

Sungguh panjang dan berat perjalanan mencapai visi. Betapa hiruk pikuknya kehidupan mereka yang hendak mencapai suatu masa depan yang indah. Oh, betapa kita harus siap hidup di dalamnya! Kita harus membiasakan diri menangani segala situasi dan cakap menanggung segala sesuatu bersama Tuhan. Kehidupan demikian mungkin saja tidak banyak dicari dan di inginkan sebagian besar orang yang mencari rasa aman selama hidupnya. Namun bersama Tuhan, kehidupan yang seperti itu adalah kehidupan yang layak dijalani. Sesungguhnya tidak ada yang lebih pasti dan membahagiakan selain hidup di dalam pusat kehendakNya.

Orang-orang yang Berkomitmen pada Perubahan. Faktor lain yang menunjukkan betapa eratnya hubungan antara visi dengan perubahan adalah faktor pelaksana-pelaksana visi tersebut. Visioner adalah orang-orang yang mendambakan perubahan. Adalah hal yang menggelikan apabila seseorang mengaku merindukan perubahan tetapi dirinya sendiri tidak mau berubah. Artinya, perubahan dalam kapasitas yang besar seperti perubahan atas komunitas, organisasi, suatu kota atau bangsa -pada dasarnya pasti diawali dan ditampakkan dari kehidupan pribadi mereka sendiri. Tidak ada seorangpun yang hendak mencuci baju kotor dengan air comberan yang keruh dan berbau. Atau mereka yang bermaksud menyapu debu-debu yang ada dengan sapu yang ber-lepotan kotoran. Jika kita menginginkan perubahan, itu harus nampak pertama-tama dari diri kita sendiri. Dari sanalah orang-orang yang melihat dan mendengar menjadi percaya bahwa kita sungguh-sungguh mengharapkan perubahan. Seorang jenderal Cina satu kali pernah berkata, “Jika hendak mengatur dunia, negara saya yang harus pertama diubah. Jika mau negara saya diubahkan, kampung halaman saya harus dibenahi. Jika kampung halaman saya hendak ditata kembali, keluarga saya yang pertama-tama harus dibetulkan. Jika keluarga saya harus diperbarui, saya sendirilah yang pertama-tama harus berubah”

Sebelum terangkat naik ke surga, Yesus mengatakan bahwa murid-muridNya akan menjadi saksi-saksiNya. Dari Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria, hingga ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Perhatikanlah urutannya. Bukan dari ujung bumi menuju ke Yerusalem melainkan sebaliknya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa perubahan itu harus dimulai dari diri kita sendiri. Allah menjanji-kan kita akan sanggup menjadi saksiNya hingga ke ujung-ujung bumi apabila kita telah menjadi saksi di lingkup yang lebih kecil.

Gaya hidup perubahan seharusnya menjadi ciri-ciri utama dari mereka yang hidup bagi visi Tuhan. Mereka yang hidup dalam visi Tuhan seringkali harus menghadapi bukan hanya perubahan-perubahan yang terjadi di luar diri mereka tetapi harus siap sedia mengikuti perubahan-perubahan dan penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh Tuhan demi mempersiapkan kita untuk menjadi alatNya yang bekerja bagi visiNya. Inilah yang seringkali kita sebut sebagai proses Tuhan.

Hamba-hamba Tuhan, para visioner illahi, selalu mengalami pemrosesan dari Allah. Hari ke sehari, langkah demi langkah, tahap demi tahap, Tuhan menuntun hamba-hambaNya menjadi pribadi yang mulia yang semakin menyerupai Dia. Semakin kita merelakan diri untuk berubah, semakin leluasa Tuhan bekerja dalam hidup kita dan memakai kita menjadi saluran berkatNya bagi dunia. Sebaliknya, mereka yang menolak proses Tuhan dan enggan untuk berubah akan mengalami kerugian yang sangat besar. Hidup mereka sia-sia selama di dunia. Itulah sebabnya 11 murid Yesus memiliki nasib yang berbeda dengan Yudas Iskariot. Tidak ada yang lebih menakutkan daripada menjalani kehidupan yang mengenaskan seperti Yudas Iskariot. Semuanya karena ia memilih tidak mau berubah dan berbalik kepada Allah yang penuh kasih karunia. Kesebelas murid Yesus -bahkan Thomas, si peragu sekalipun- mau merendahkan diri, bertobat dan merelakan hidupnya diubahkan oleh Tuhan. Sekalipun mereka mati sebagai martir namun hidup dan jiwa mereka dimuli-akan serta mengilhami lebih banyak lagi orang percaya.

Salah satu hal menarik yang pernah saya baca adalah mengenai definisi ‘kegilaan’. Menurut beberapa kamus psikologi, salah satu tanda kegilaan adalah terus melakukan secara berulang-ulang hal yang sama sambil mengharapkan hasil yang berbeda. Mungkin itu yang dilakukan oleh be-berapa orang yang didiagnosis telah mengalami kegilaan. Seharusnya adalah bahwa apabila satu cara telah gagal memperoleh hasil yang diinginkan seharusnya itu ditinggalkan dan mencari cara lain yang lebih baik. Ironisnya,banyak orang telah tertipu dengan mengharapkan masa depan yang lebih baik menurut cara mereka sendiri. Telah terbukti bahwa cara dan usaha dari kekuatan serta pikiran manusia tidak pernah memperoleh hasil yang maksimal dalam pekerjaan Tuhan. Hanya cara dari Tuhanlah yang akan berhasil. Dan itu menuntut perubahan terus menerus dari hidup kita. Karakter kita harus diolah, dibentuk, ditajamkan, diperindah sesuai dengan standardNya. Sampai kita siap dan tepat untuk menangani otoritas yang lebih besar.

Pada beberapa bidang, penolakan akan perubahan pada dasarnya hanya akan menghasilkan kekalahan, kemunduran, dan kegagalan. Kebalikannya pun benar. Mereka yang terus menerus mau melatih dirinya untuk belajar dan mengubah diri akan menjadi orang-orang yang paling berhasil di muka bumi.

Dari semua pemimpin yang dimiliki oleh Amerika Serikat, Theodore Roosevelt (TR) adalah salah satu presiden yang terkuat -baik secara fisik mau-pun mental. Tetapi ia tidak memulainya demikian. Koboi Amerika yang pernah menjabat sebagai presiden ini dilahirkan di Manhanttan di sebuah keluarga kaya yang terkemuka. Sebagai seorang anak, ia sangat mungil dan sakit-sakitan, memiliki penglihatan yang kurang baik, dan sangat kurus. Orang tuanya tidak yakin ia akan bertahan hidup.

Ketika ia berusia 12 tahun, ayah Roosevelt berkata kepadanya, “kamu memiliki otak yang cerdas tetapi tidak memiliki tubuh yang sehat. Tanpa bantuan tubuh, otak tidak dapat bekerja sejauh yang dapat ia lakukan. Kau harus memiliki tubuh yang sehat.” Dan ia melakukannya. TR mulai meluangkan waktu setiap hari membangun tubuhnya juga otaknya, dan ia melakukannya sepanjang hidupnya. Ia berlatih angkat berat, mendaki, ice skating, berburu, mendayung, menunggang kuda, dan bertinju. Ketika TR lulus dari Harvard ia telah siap untuk menghadapi dunia politik.

Roosevelt tidak menjadi seorang pemimpin besar dalam semalam. Jalannya menuju kursi kepresidenan sangat lambat, namun tumbuh secara terus menerus. Sementara ia menjalani posisi yang bermacam-macam, dari Komisaris Polisi di kota New York sampai Presiden Amerika Serikat, ia terus belajar dan bertumbuh. Ia meningkatkan dirinya dan pada waktunya ia menjadi seorang pemimpin yang kuat.

Daftara prestasi Roosevelt sangat mengagumkan. Di bawah kepemimpinannya, Amerika Serikat muncul menjadi kekuatan dunia. Ia membantu negaranya mengembangkan AL (Angkatan Laut) yang terbaik. Ia melihat bahwa Teluk Panama sedang dibangun. Ia mengadakan perundingan damai antara Rusia dan Jepang, memenangkan hadiah Nobel dalam proses perdamaian tersebut. Ketika orang-orang meragukan kepemimpinan TR-ia berkampanye dan terpilih kembali dengan dukungan mayoritas terbesar dari seluruh presiden sampai saat ini.

Pada 6 Januari 1919, di kediamannya di New York, Theodore Roosevelt meninggal dalam tidurnya. Ketika mereka memindahkannya dari tempat tidurnya, mereka menemukan sebuah buku di bawah bantalnya. Sampai pada akhir hayatnya, TR masih terus berjuang untuk belajar dan meningkatkan dirinya. Tidak mengherankan ternyata apabila TR dikenal sebagai presiden paling dikagumi sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Perubahan itu sesuatu yang mutlak bagi mereka yang mengerjakan visi Allah, Kita harus membiasakan hidup di dalamnya, mengadakan perbaikan terus menerus dalam setiap aspek hidup kita, dan menampakkan kemajuan yang nyata di hadapan Allah dan manusia. Amin.

MENGENAL DAN MENGALAMI KUASA KEBANGKITAN KRISTUS

Oleh Didit I.
Beberapa hari ini Tuhan mengarahkan saya untuk merenungkan kembali nasehat², ajaran² dan perjalanan hidup bapa rohani saya, bapak Peter Bambang Kustiono. Salah satu nasehat terakhir beliau yang sering disampaikan kepada kita adalah “mengenal kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya”  (Filipi 3:10). Tuhan memberikan pesan tersebut kepada bapak Peter supaya kita mengalami KUASA UNTUK MENANG dalam perjalanan di dunia sekarang ini maupun menang dalam kehidupan yang akan datang. 
Dalam kuasa kebangkitanNya kita beroleh kuasa untuk mengalahkan kelemahan pribadi, dosa, ketakutan menghadapi kematian, beroleh keberanian, penghiburan, pengharapan (yang membuat kita senantiasa bersukacita, merasakan damai sejahtera) dalam kehidupan di dunia sekarang ini maupun dalam kehidupan yang akan datang, termasuk kekuatan dalam menghadapi tantangan, masalah dalam mengikut Tuhan. 
Hal ini mengingatkan saya dalam sebuah adegan dalam penglihatan dimana para pemberontak (orang yang berusaha keluar dari kota Agamawi dan kota Duniawi dengan caraNya sendiri tanpa bantuan Hikmat dan Wahyu). Mereka mengenakan perlengkapan perang yang rusak. Ekspresi wajah mereka tampak lelah, putus asa, takut, kuatir dan kecewa. Seringkali mereka menceritakan dengan nada kesal, marah terkait sulitnya bertahan hidup serta menghindari pengejaran dari para penjaga kota. Mereka mengeluhkan dirinya yang selalu dipenjara, dikejar, ditangkap, dipukul oleh penjaga kota, termasuk oleh penduduk, pembesar di kota Agamawi atau kota Duniawi serta tidak pernah dapat keluar dari kota Agamawi atau kota Duniawi. Dalam hati saya bertanya, “mengapa Tuhan tidak memberikan kemenangan kepada para pemberontak di kota Agamawi dan kota Duniawi?” Lalu Tuhan menjelaskan, “…..mereka TIDAK MAU MENGENALI dan TIDAK MAU MENGALAMI kuasa kebangkitanKu sebab mereka hidup dan melayaniKu sesuai dengan KEHENDAK DAN RENCANA MEREKA SENDIRI….”  Inilah gambaran kehidupan jiwa² yang pernah merasakan lawatan Tuhan secara pribadi, dalam hatinya pernah berkobar kasih kepada Tuhan tetapi semakin lama kasih kepada Tuhan berubah menjadi dingin (menjadi makin egois) meskipun masih rajin beribadah, pelayanan sampai ke seluruh daerah di Indonesia atau dunia. Sebaliknya, orang² yang mengenali dan mengalami kuasa kebangkitan Kristus dimampukan untuk keluar (atau masuk karena diutus Tuhan untuk membebas jiwa² dari kota Agamawi/kota Duniawi). Wajah mereka selalu bersinar. Sikap mereka selalu tampak berani, berhikmat (tidak ceroboh). Nasehat atau arahannya selalu menyiratkan bukan sekedar memberikan arahan/petunjuk praktis tetapi memberikan pengertian² yang bijaksana, mendidik, memberikan kekuatan/dorongan kepada jiwa² untuk selalu mencari, mengikuti kehendak, rencana Tuhan. Tidak ada ketakutan, kekuatiran akan penderitaan atau kematian dalam mengikuti kehendak Bapa di sorga.
Dan Tuhan menjelaskan bahwa kunci untuk mengenal dan mengalami kuasa kebangkitanNya adalah dengan melepaskan bahkan memandang segala hal yang dipandang berharga oleh orang² Agamawi dan orang² Duniawi seperti pengakuan, pujian, penghormatan, kekayaan, kenyamanan, kemudahan hidup di dunia dll sebagai sampah yang tidak ada artinya dibandingkan mengenal Kristus, Tuhan, Raja kita serta hidup sesuai kehendak/rencana Bapa di sorga (Filipi 3:7-8). Tanpa penyerahan dan pengertian demikian maka kita tidak akan mengalami kuasa kebangkitanNya bahkan kita berpotensi terjebak dalam pemahaman yang salah terkait persekutuan dalam penderitaanNya (sebab tanpa disadari banyak orang telah melebarkan/mempersempit jalan sempit yang telah dibangun oleh Tuhan atau mempersempit jalan yang lebar supaya dipandang seakan² jalan Tuhan padahal bukan jalan Tuhan). Itulah sebabnya Tuhan ingin kita memandang mulia bahkan menjadikan sebagai prioritas yang utama dalam hidup kita seperti mencari, mengenali dan hidup sesuai kehendak, rencana, tujuan Tuhan. Tanpa memandang mulia bahkan menjadikan Kristus sebagai prioritas yang utama dalam hidup kita maka kita tidak beroleh persekutuan dalam penderitaan dan kebangkitaNya. Merayakan tanpa mengalami kuasa kebangkitanNya adalah kesia²an tetapi memperingati kebangkitanNya dan mengalami kuasa kebangkitanNya adalah panggilan dan tujuan hidup kita sebagai orang² percaya dan pengikutnNya.
Adakah kita telah menjadikan pencarian, pengenalan dan hidup sesuai kehendak, rencana, tujuan Tuhan sebagai prioritas yang utama dalam hidup kita? 
“Mereka yang percaya kebangkitan Kristus tidak sekedar terharu biru akan penderitaan Kristus dan menjadi emosional di masa² Jumat Agung dan. Paskah tiap tahunnya. Mereka yang meyakini Kristus bangkit dan hidup, menyerahkan seluruh hidupnya untuk MENGERJAKAN PEKERJAAN TUHAN SEPERTI KRISTUS YANG DIUTUS KE DUNIA.”
~ Peter Bambang Kustiono
“Sekarang saya telah melepaskan semua hal lain. Saya sadar bahwa itulah satu-satunya cara untuk mengenal Kristus dengan sungguh-sungguh, untuk mengalami kuasa yang menghidupkan-Nya kembali, serta untuk mengerti apakah artinya menderita dan mati bersama dengan Dia.”
Filipi 3:10 (FAYH)

PERSPEKTIF PROFETIK UNTUK INDONESIA TAHUN 2023

“MEMBEDAKAN ANTARA YANG SEDANG BERHALUSINASI, MENGGUNAKAN AKAL SESAT, MENGEMBANGKAN AKAL SEHAT ATAU MENGIKUTI HIKMAT TUHAN”

(untuk kalangan sendiri)
Oleh Didit I
Kita telah mendengar dari berbagai pakar ekonomi di berita² bahwa bangsa² (termasuk Indonesia) sedang terancam memasuki masa yang gelap dari sisi ekonomi secara global, yaitu ‘ancaman resesi global di tahun 2023’. Masa resesi ini sebelumnya pernah terjadi di Indonesia seperti pertama di tahun 1963, kedua di tahun 1998, ketiga di tahun 2008, keempat di tahun 2020. Masa resesi ekonomi yang paling parah terjadi pada tahun 1963 dan 1998 sebab terjadi demo di kota² disertai bentrokan antara pendemo dengan aparat keamanan sampai terjadi korban jiwa dari kalangan aktivis bahkan kesenjangan sosial di masa tersebut berujung pada pembantai pada ras atau kelompok atau agama atau paham tertentu. Rangkaian peristiwa² tersebut benar² telah mempengaruhi arah politik, kepemimpinan, masa depan bangsa ini. Dan Tuhan menjelaskan bahwa bangsa kita di tahun 2023 berpotensi mengulang sejarah berdarah tersebut. Bukan berarti Tuhan tidak mampu mencegah tragedi berdarah tersebut tetapi Tuhan ingin kita menyadari kondisi kehidupan rohani kita yang sebenarnya dan mengarahkan diri sesuai kehendak Bapa di sorga. Pengulangan sejarah kelam tersebut dimulai dari meningkatnya angka pengangguran, kelaparan, kejahatan, stress, kenaikan harga kebutuhan pokok dan kebutuhan bayi yang membuat anak² muda hingga dewasa memilih antara lain :
1. MENGAKHIRI HIDUP DENGAN CARA BUNUH DIRI. Kita akan dikejutkan dengan berita² terkait bertambahnya jumlah orang² yang stress, depresi, mengalami gangguan kejiwaan, kerasukan roh² jahat. Kasus perceraian dan perselingkuhan akan terus meningkat. Beberapa diantara orang yang depresi memilih mengakhiri hidup karena kesulitan menyelesaikan berbagai pergumulan batin, masalah, tantangan hidup, ditambah beban pekerjaan yang besar. Sejumlah bisnis yang baru dirintis mengalami kebangkrutan. Banyaknya tagihan yang harus dibayar tapi penghasilan minim (khususnya bagi orang² di kalangan ekonomi menegah ke bawah tapi ingin menampilkan, menikmati gaya hidup yang mewah). Meningkatnya bisnis prostitusi online. Banyaknya pasangan² muda yang membuang bayinya karena perasaan malu, takut belum terikat pada pernikahan atau sudah terikat pada pernikahan sah tapi tidak menghendaki kehadiran bayi di tengah² keluarga mereka sehingga bayi tersebut diarborsi/dibuang. Dan puncak dari jiwa² yang merana, kesepian, putus asa tersebut adalah ingin bunuh diri. Kita akan mendengar orang² yang menggantung diri di plafon kamar yang kemudian ditemukan satu atau dua hari, orang2 yang mrlompat dari atap/jedela apartemen atau menggantung diri yang dilakukan dalam siaran live di media sosial. Di sisi lain ada kasus bunuh diri yang terjadi karena kelalaian/kurang pertimbangan seperti dalam keadaan lelah/kurang istirahat kemudian memaksakan diri mengendarai sepeda motor/mobil/truk/menjalankan alat berat di pabrik sehingga terjadi kecelakaan di jalan atau dalam bekerja, termasuk anak² muda yang suka berenang di arus sungai yang deras/menghentikan truk secara tiba² di jalan demi membuat konten² yang menantang termasuk foto² selfie di daerah jurang/kawah gunung dan tempat² yang berbahaya demi mendapatkan banyaknya yang like, memberikan pujian/penghormatan/pengakuan dari netizen yang diungkapkan di kolom komentar atau mendapatkan keuntungan materi yang tidak sebanding dengan hampir mengorbankan nyawanya sendiri. Dan yang menyedihkan adalah kita akan melihat para remaja dan pemuda seringkali menyelesaikan masalah pribadi dengan menggunakan senjata tajam, baku hantam sampai mati atau menjadi terpuruk, kecewa, putus asa, depresi kemudian cenderung memilih mengakhiri hidup.
2. MELAKUKAN BERBAGAI TINDAK KEJAHATAN. Kita akan melihat anak² muda yang bersaing mengekspresikan pemikiran dan jiwa mereka yang liar dan jahat. Seperti keledai² liar yang sulit dikendalikan demikianlah anak – anak muda yang tidak didik orang tua, putus sekolah kemudian bergabung dengan komunitas² pengguna dan pengedar narkoba/pencuri kendaraan bermotor/penjudi/pemabuk/yang suka meneror, memukul, melukai orang lain dengan senjata tajam demi kesenangan² pribadi atau melampiaskan luka batinnya. Para penghutang berusaha meneror atau melukai para penagih hutang yang sedang menagih pembayaran yang telah melewati waktu yang ditentukan, meningkatnya pelecehan seksual dan pembunuhan terhadap anak² balita/remaja/gadis muda di sekolah² dan tempat² ibadah. Perdebatan dan perselisihan antar atau bahkan sesama agama, pendukung² capres 2023, pendukung elit² politik tertentu yang berpotensi memecah belah kesatuan bangsa. Tidak sedikit para mahasiswa dan buruh berpotensi dimanfaatkaan oleh pihak oposisi pemerintah untuk mengadakan demo besar²an dan membuat kerusuhan di berbagai daerah di Indonesia. Kita akan mendapati para remaja dan pemuda cenderung melakukan kejahatan seperti membully, melecehkan, mencuri, menipu, merampok,membunuh demi memperoleh kesenangan sesaat dengan cara yang sadis.
3. GIAT MENDEKLARASIKAN JANJI² BERKAT DARI KITAB MASING² (TERMASUK UMAT TUHAN) DAN ORANG² YANG MEMILIKI ILMU KEBATINAN, AHLI SIHIR BERKOMPETISI MENGUNAKAN ILMU MASING² UNTUK MENCEGAH ATAU MENGHENTIKAN BENCANA ALAM, GONCANGAN EKONOMI DAN KEKACAUAN SOSIAL DI BANGSA INI. Kita akan melihat potensi gempa terjadi di sekitar pulau Jawa, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Maluku, Papua. Sebagian daerah Jakarta akan tertutup oleh air. Orang² menjadi panik berusaha menyelamatkan diri beserta keluarga karena curah hujan yang lebat atau luapan sungai atau bendungan² di daerah² akan rusak sehingga banjir menghancurkan rumah, menghanyutkan harta benda mereka sampai menimbulkan korban jiwa lebih dari yang terjadi di tahun 2022. Inilah yang mendorong orang² giat belajar agama, membaca ayat², mendeklarasikan janji² dari kitab suci mereka masing² supaya dihindarkan dari malapetaka. Deklarasi² mereka tidak akan menghentikan bencana alam sebab iman kita kepada Tuhan didasarkan pada perkataan dan perbuatan kecuali pertobatan kita. Kita percaya akan janjiNya dan bentuk dari kepercayaan tersebut adalah dengan senantiasa mencari sampai menemukan serta hidup sesuai arahan/pimpinan Tuhan (hidup sesuai panggilan Tuhan). Murid² Kristus selalu melihat bagaimana Tuhan menggenapi janjiNya kepada murid²Nya untuk menjadi kekuatan dan penghiburan. Semua orang dapat mengklaim janji Tuhan tetapi kuasa, kekuatan, penghiburan dari janji²Nya hanya diberikan kepada orang² yang sedang melakukan kehendak/rencanaNya. Tuhan tidak akan memberikan janjiNya kepada para pemalas yang selalu ingin memanfaatkan Tuhan seperti suka beralasan, menunda bahkan menolak panggilanNya saat diminta membayar harga mengikuti Kristus. Akankah Allah yang MahaKuasa membiarkan dirinya dimanfaatkan dan dipermainkan oleh umatNya? Oleh karena itu khotbah², tulisan², kegiatan² rohani yang tidak mengarahkan kita menjadi murid² Kristus yang sejati merupakan bentuk² dari halusinasi atau kesesatan yang berusaha membodohi kita. Halusinasi dan kesesatan seperti tanaman beracun yang mampu membunuh kehidupan rohani kita atau membius kita untuk tinggal dan beraktivitas dalam sistem rutinitas agama. Bagaimana mungkin kita mempercayai janjiNya tapi enggan terhubung, enggan mengenali pikiranNya serta maksud hatiNya? Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan kita beribadah kepada Tuhan di hari minggu tetapi dihari lain mempraktekkan/mengikuti ritual² sihir? Akankah Tuhan memberkati dan memberikan pembebasan dan pemulihan kepada orang² yang menjadikan janji²Nya, kitabNya seperti kumpulan buku mantera² sihir untuk menghentikan bencana alam, kejahatan di bangsa ini? Tuhan melawan orang² yang dengan lidahnya menyembah Tuhan tetapi hati mereka selalu bergantung, berharap pada manusia serta mengandalkan kekuatannya sendiri seperti selalu menekankan bahwa Indonesia masih dalam keadaan baik² saja asalkan kepemimpinannya di tangan tokoh² nasionalis tertentu. Atau Ada pula yang menekankan bahwa pemerintahan di Indonesia sangat buruk, semakin terpuruk sehingga akan berganti menjadi sistem pemerintahan dalam bentuk kerajaan seperti yang mereka dengar dari para tua². Atau para pengkhotbah/pendoa yang menekankan fokus mempersiapkan diri pada pengangkatan, ajaran akhir zaman, menjaga hidup kudus tetapi mengabaikan peran dan fungsi kita selama hidup di dunia (seperti sifat dari garam dan terang adalah mempengaruhi sekitarnya). Inilah contoh² pemikiran² yang membuat kita tidak dapat melihat dengan jelas terkait peran/fungsi kita sebagai garam dan terang dunia. Bagaiama kita dapat menikmati janjiNya dan mempengaruhi dunia jika kita belum benar² menyediakan diri menjadi murid2Nya? Murid² Kristus yang sejati menyediakan diri untuk terus belajar jalan2Nya sehingga mengetahui posisi dan tujuan Tuhan, tipu daya iblis atas hidup kita. Tuhan menginginkan pelayanan dan kehidupan pribadi kita berdampak di alam rohani dan jasmani serta tidak memberikan janji, pengharapan, tujuan, ketenangan yang palsu kepada jemaat di tengah² kondisi politik yang memanas, goncangan ekonomi sebab potensi perang saudara sudah dihadapkan kita. Tuhan ingin kita mencegah atau meminimalkan dampak dari bencana alam, perang saudara di bangsa ini. Bukan dengan membiarkan bencana alam, perang saudara terjadi baru mengambil sikap introspeksi diri atau berpartisipasi dalam memperbesar perselisihan serta perang saudara di bangsa ini sebab kita dipanggil menjadi terang dan garam bagi dunia yang gelap.
Kita juga akan melihat orang² yang panik, tertekan, kuatir, takut berusaha mencari solusi atas tekanan hidupnya melalui permohonan doa kepada siapa pun yang dirasa dapat menolong, diskusi dengan paranormal/orang² indigo, bertapa di goa²/air terjun/makam tertentu. Mereka terus mencari petunjuk secara supranatural, mencari pusaka² yang dianggap dapat menolong. 
Kita juga akan melihat generasi muda tertarik membuat konten² pembuktian keberadaan roh jahat, mencoba bermain dengan roh² jahat di tempat bersejarah atau rumah kosong atau tempat yang dikabarkan terdapat gangguan² supranatural sehingga tidak sedikit yang akan mengalami kerasukan meskipun seakan² sudah dibebaskan dari roh jahat tapi hati dan pikiran mereka masih sering diganggu atau dikendalikan oleh roh² jahat. Masalahnya adalah roh² jahat tersebut akan menyamar sebagai roh pendamping yang baik. Inilah malaikat kegelapan yang menyamar sebagai malaikat terang. Tujuan dari roh² jahat tersebut adalah memberikan petunjuk/arahan yang membuat orang² percaya dan selalu menyimak, mengikut petunjuk dari roh² jahat seperti peristiwa si ular menipu Hawa di taman Eden.
Inilah faktor² yang sangat berpotensi merusak moral, mental, karakter bangsa ini.
Hardikan Tuhan yang melalui berbagai masalah, goncangan ekonomi, bencana alam, perang saudara mengarahkan kita untuk “bertobat, mencari dan hidup sesuai kehendak, rencanaNya” sebagaimana dalam 2 Tawarikh 7:14 yang perlu kita perhatikan dan praktekkan dalam hidup sehari².
Tuhan ingin kita tidak tinggal dalam halusinasi atau pemikiran yang sesat atau sekedar mengembangkan akal sehat sebagaimana orang² cendekiawan umumnya tetapi Tuhan ingin kita hidup sesuai pimpinan hikmatNya. Akal sehat saja akan tidak mampu mengatasi gelombang kesesatan dan kebodohan yang sedang menerjang bangsa kita. Keberadaan murid² Kristus seharusnya menyiratkan hikmat dari sorga yang akan memperbaiki kemerosotan moral, mental, karakter kepada orang² disekitar kita bahkan menyingkirkan kesesatan untuk mendatangkan kebenaran, menyingkirkan kebodohan untuk mendatangkan kepandaian serta kebijaksanaan.
Tuhan ingin kita belajar membedakan pemikiran/nasehat/petunjuk/solusi apakah berasal dari halusinasi, pemikiran yang menyesatkan, akal sehat, hikmat Tuhan. Proses pembelajaran ini hanya bisa dilakukan saat kita datang dalam hadiratNya lalu berkomitmen menyediakan untuk selalu belajar, mau diubah, dibentuk, diarahkan sesuai kehendak, rencana, panggilanNya.
Tuhan berharap kita tidak mengikuti sistem duniawi/agamawi yang cenderung mengejar kesibukan, rutinitas demi memperoleh kenyamanan, kemudahan hidup. Tuhan tidak menghendaki kita menjadi pendukung² buta manusia/doktrin agama/denominasi gereja sebab ketindukan kepada hal² di dunia tanpa disertai yang terutama tunduk kepada Kristus akan membuat kita mengulang tragedi mengerikan di masa lalu seperti kawanan domba di peternakan Istanbul, Turki yang pada tahun 2005 seekor domba terjun ke jurang diikuti ribuan domba² lainnya. Tuhan ingin kita bersekutu, mengenal dan mengikuti PribadiNya yang akan membawa kita dipadang rumput yang hijau dan aliran sungai yang jernih.
Orang² yang enggan mengubah diri dari pola pikir, sikap, kebiasaan hidup yang lama pada akhirnya akan diperhadapkan pada pilihan, antara lain : mengakhiri hidup atau melakukan berbagai tindak kejahatan (termasuk orang² yang telah berpartisipasi menjadi buzzer² pihak oposisi yang seringkali berlebihan dalam menekankan prestasi²/mencari² kesalahan atas tokoh² tertentu atau orang² yang benci terhadap pemerintah atau menjadi buzzer² yang bersifat pendukung² buta dari tokoh² tertentu sehingga tindakan kita cendering meninggikan seseorang lalu merendahkan tokoh² masyarakat lainnya. Dampak dari buzzer² penyebar hoax, pendukung² buta berpotensi menimbulkan perselisihan, kerusuhan bahkan tragedi pembantaian masal di berbagai daerah di Indonesia. Dampak dari orang² yang giat melakukan rutinitas agama bertahun² tetapi tidak mencari, tidak mengerti, tidak hidup sesuai kehendak, rencana, panggilan Bapa di sorga berpotensi mencampurkan antara ajaran Kekristenan dengan budaya setempat yang mempraktekkan sihir berpotensi memisahkan hubungan antara Tuhan dengan umatNya (termasuk hubungan pribadi kita dengan Tuhan), membuat perpecahan sesama anggota tubuh Kristus (karena perbedaan doktrin, fungsi dalam tubuh Kristus), tanpa disadari menjadi sarana untuk mengaburkan kehendak Tuhan tapi memperjelas kehendak dari penguasa kegelapan (seperti kanak² rohani yang cenderung mudah ditipu dan dimanfaatkan daripada orang² dewasa). Inilah kehidupan rohani seperti garam yang kehilangan rasa asin. Akankah kita membiarkan diri kita turut menghalangi kehendak Tuhan dan mendukung kehendak penguasa kegelapan atas bangsa ini?
Kita akan melihat pihak oposisi pemerintah memanfaatkan isu² negatif dari potensi resesi ekonomi untuk kemudian mengumpulkan massa, memprovokasi dan mengadakan kerusuhan bahkan berpotensi terjadi perang antar komunitas, antar suku, antar pendukung capres 2023. Dan upaya dari elit² politik yang saling menjatuhkan dan menunjukkan pengaruhnya akan berpotensi menimbulkan terjadinya kerusuhan, aksi balas dendam seperti penyerangan atau pembantaian terhadap antar agama, pendukung capres 2023, pendukung partai² politik,
Bangsa kita BERPOTENSI  MENGULANG sejarah yang kelam karena kita tidak benar² belajar, memperbaiki diri, menyelesaikan dan mengajarkan kepada para pemimpin di generasi muda terkait ketidakadilan, pembantaian, termasuk persaingan politik dengan cara² yang tidak sehat. Kita perlu belajar dari sejarah yang kelam untuk mengenali jati diri, kelemahan bangsa ini dan mengantisipasi atau meresponi berbagai hal yang buruk di masa kini dan mssa depan sesuai maksud hatiNya, pikiranNya bahkan hidup sesuai fungsi/peran/panggilanNya menghadapi berbagai goncangan atau potensi² krisis ekonomi atas bangsa kita (yang juga akan dihadapi bangsa² di dunia). Tuhan memanggil kita untuk mencegah bahkan menggagalkan pengulangan² sejarah berdarah atas bangsa kita. Oleh karena itu kita sedang diperhadapkan dua pilihan, yaitu : mencegah berbagai hal yang buruk atas bangsa kita dengan mengerjakan strategi Tuhan atau mengabaikan dan membiarkan berbagai hal yang buruk terulang kembali di masa kini. Pilihan dan sikap kita menentukan nasib bangsa kita!
Ancaman Resesi Ekonomi 2023 : Cara Tuhan memanggil, melatih, memperlengkapi kita menjadi murid² Kristus yang sejati
Tuhan sedang menggoncang kehidupan umatNya di seluruh dunia termasuk Indonesia dalam bentuk resesi ekonomi. Resesi ekonomi di tahun 2023 merupakan gelombang ombak yang kedua. Gelombang pertama adalah penyebaran virus covid 19 di berbagai daerah di Indonesia yang mendesak kita semua untuk tinggal di rumah sehingga kita memiliki lebih banyak waktu untuk memperbaiki atau mempererat hubungan antara kita dengan Tuhan, pasangan, anak², orang tua. Sayangnya hal ini tidak direspon atau belum dikerjakan dengan baik. Kita hanya berusaha kembali pada kebiasaan ibadah, hidup, berpikir, bersikap, melayani dengan pola² yang lama seperti orang Israel yang hendak membawa mental budak Mesir rohani ekonomi ke tanah Kanaan rohani. Hal ini membuat saya ingin menyelidiki lebih mendalam seperti mengapa Tuhan memilih menggoncang  bangsa²(termasuk bangsa kita) lebih dari satu gelombang? Dan jawaban Tuhan benar² membuka/memperjelas pikiran saya sekaligus meremukkan hati. Seperti seorang bapa yang mengetuk pintu hati kita tetapi kita hanya mengintip dari balik pintu dan membuka pintu sebatas rantai pengunci pintu. Kira belum benar² membuka dengan lebar pintu hati kita kepada Tuhan tetapi di sisi lain kita membiarkan perampok melubangi tembok rumah kita untuk kemudian mengambil barang² dari dalam rumah kita. Para pencuri tersebut bisa mengambil, merusak perabotan rumah bahkan melukai atau membunuh kita. Akankah Bapa di sorga membiarkan anak²Nya dirampok, dilukai, dibunuh oleh para perampok tersebut? Gelombang kedua ini merupakan desakan Tuhan untuk menyadarkan, mendidik, melatih, memperlengkapi bahkan membuat kita bertumbuh dalam panggilanNya. Kita tidak boleh menjadi kanak² rohani selama bertahun². Tuhan menjelaskan bahwa oleh karena kekerasan hati kita yang bersikap seperti kanak² rohani yang hanya peduli mengerjakan sistem atau rutinitas yang agamawi atau duniawi, kita sangat giat mengerjakan kepentingan² pribadi dan tidak benar² peduli akan maksud hati/pikiranNya. Kita beribadah setiap minggu di gereja tapi tidak benar² berkomunikasi dua arah secara pribadi denganNya sebagaimana peran anggota tubuh yang terhubung dengan kepala. Kita membaca Alkitab tapi tidak benar² mengerti harapan, kehendak, rencana, panggilanNya atas hidup kita secara pribadi. Kita giat mendengarkan khotbah² tetapi masih kebingungan/kesulitan dalam menyelesaikan berbagai masalah/tantangan dalam hidup pribadi. Kita giat memuji Tuhan tapi enggan menyediakan diri untuk belajar bahkan enggan mengabdikan diri melakukan kehendakNya serta enggan menderita bagi Tuhan. 
Memasuki awal Oktober 2022 Tuhan telah menjelaskan bahwa dibalik ancaman resesi ekonomi tahun 2023 dimaksudkan Tuhan untuk : 
Pertama, menggoncang, menempelak, menyadarkan, membebaskan jiwa² yang keras hati dan bodoh karena  pengaruh dari agamawi dan duniawi diubah menjadi lemah lembut, mau diajar, dibentuk, diubah, diarahkan sesuai kehendak, rencanaNya. Oleh karena itu penting sekali untuk kita mau menyediakan untuk introspeksi diri atau menguji segala sesuatu dengan jujur.
Kedua, memanggil umatNya untuk selalu percaya, mengandalkan dan bergantung pada Tuhan. Hal ini ditandai dengan menyediakan diri untuk  mencari, menyelidiki, mendiskusikan maksud hati/pikiranNya sampai beroleh solusi/arahan/petunjuk yang jelas dari Tuhan.
Ketiga, memanggil, melatih, memperlengkapi, mengarahkan umatNya menjadi murid² Kristus yang sejati sebagaimana panggillan Kristus datang kedunia untuk melakukan kehendak Bapa di sorga maka kita akan memperjelas kondisi kehidupan rohani umatNya, tipu daya iblis dan yang utama kehendak Bapa di sorga. Demikianlah keberadaan kita hendak dipakai Tuhan untuk
a. Menyingkapkan dan mematahkan pembenaran² diri sehingga kita dapat menilai diri dengan tepat.
b. Menyingkapkan dan mematahkan berbagai halusinasi, kesesatan dari iblis dalam pikiran orang² 
c. Dan yang utama adalah memperjelas maksud hati/pikiranNya kepada umatNya sesuai arahan Roh Kudus supaya umatNya beroleh arahan/petunjuk mengikuti Kristus, keluar dari masa kekelaman dan mengarahkan bangsa ini sesuai takdirNya.
Ketiga poin diatas sebaian besar menunjukkan bahwa hari² ini tidak banyak orang benar² mau mendengarkan dan meresponi maksud hatiNya! Adakah kita mau meresponi panggilanNya. Anehnya banyak orang merasa telah berada dalam kehendak, rencana Tuhan berdasarkan rajin beribadah, aktif dalam pelayanan. Bagaimana orang² yang tidak tahu kehendak, rencana, panggilan Tuhan atas hidupnya dapat merasa atau berpikir dirinya adalah seorang murid² Kristus? PEMIKIRAN INI HANYA ADA DALAM PIKIRAN ORANG² YANG SEDANG MABUK ROHANI YANG MEMILIKI CIRI² SEPERTI SELALU MERASA DIRINYA PALING BENAR DAN BAIK DARIPADA ORANG LAIN. ORANG² YANG MABUK ROHANI SUKA MENINDAS ORANG LAIN TANPA MERASA MENINDAS, TIDAK BENAR² MENGERTI PERBEDAAN ANTARA HALUSINASI, RENCANA IBLIS, MKEHENDAK/RENCANA/PANGGILAN TUHAN TETAPI MERASA DIRINYA LAYAK MENJADI PENGAJAR/PEMBIMBING/PEMIMPIN ROHANI, TIDAK MENGERTI CARA MEMPRAKTEKKAN PRINSIP² KEBENARAN TETAPI INGIN BERKHOBAH KEPADA JEMAAT. Akankah Bapa kita di sorga membiarkan diri kita terpuruk, dipengaruhi oleh agamawi, duniawi sihir dll? Tuhan hendak menyadarkan kita melalui potensi resesi ekonomi, potensi kerusuhan, potensi bencana alam dll.
Keadaan kehidupan rohani umat Tuhan di Indonesia di tahun 2023
Memasuki bulan November 2022 Tuhan menjelaskan dengan nada prihatin bahwa kondisi kehidupan rohani umat Tuhan di Indonesia secara umum terpuruk dalam 3 hal, antara lain,
PERTAMA, orang yang sedang mabuk oleh anggur duniawi atau agamawi sehingga kehilangan kesadaran (tidak mengerti posisi rohani, kehendak/rencana Tuhan, tipu daya iblis), mudah emosional, tidak dapat menguasai diri seperti mabuk akan agama, mabuk terhadap kekayaan materi, mabuk akan pujian/pengakuan dari manusia, mabuk dengan banyaknya follower, mabuk akan ilmu pengetahuan, mabuk terhadap pengaruh/perhatian/kebaikan /penerimaan/kenyamanan hidup para elit politik/tokoh² agama/artis²/pengusaha² tertentu dsb
KEDUA, bahkan kondisi kita lebih parah, bukan sekedar mabuk tapi juga menggunakan narkoba rohani seperti memiliki ketergantungan/kebiasaan terus mencari/mengumpulkan/mendapatkan data²/info²/ajaran² yang dapat memberikan pujian, penghargaan, keuntungan materi, pembenaran diri, menghakimi/menyalahkan kegagalan pribadi kepada orang lain. Semuanya dicari melalui khotbah, nubuat, penglihatan, kutipan dari pendeta terkenal yang berisi berkat/janji Tuhan/kata² motivasi.
Saat kita terlalu sibuk membenarkan diri, menghakimi/menyalahkan orang lain maka kita akan kehabisan waktu untuk mengevaluasi diri, tidak ada waktu untuk belajar, pikiran penuh dengan rencana²/kehendak pribadi, tidak ada (atau minim) pemikiran untuk mengubah, mengembangkan diri serta mempengaruhi orang² di sekitar kita menjadi murid² Kristus yang sejati. 
KETIGA, Dan dalam keadaan kehilangan kesadaran (tidak mengerti posisi rohani, kehendak/rencana Tuhan, tipu daya iblis), mudah emosional, tidak dapat menguasai diri, suka berhalusinasi atau memikirkan berbagai hal yang sesat. Kondisi ini diperparah dengan perjalanan rohani kita di dalam goa yang memiliki banyak lorong, jebakan dll. Saat ini kita sedang berada dalam situasi yang penuh kekacauan, kejahatan, tipu daya iblis dan Tuhan sedang mendesak kita untuk segera sadar, bangkit, mempersiapkan dan memperlengkapi diri untuk menghadapi situasi yang sulit ini bersama Tuhan. Salah satu persiapan yang perlu kita lakukan hari² ini adalah membedakan antara yang berhalusinasi atau menggunakan akal sesat dengan yang menggunkan akal sehat dan hikmat Tuhan. Kesalahan dalam memilih pesan² rohani, bapa rohani atau keengganan untuk bangkit mencari, menyelidiki, hidup dalam kebenaran yang sejati akan membuat bangsa kita mengulang sejarah kelam untuk terjadi kembali di masa kini.
Hati Tuhan benar² gelisah melihat kita memasuki masa kegelapan di tahun 2023 dengan kondisi mental, moral, karakter yang sedang terpuruk mengikuti sistem rutinitas agamawi atau duniawi bahkan memilih makan² rohani yang bisa menyenangkan hati/telinga rohani kita yang kanak² rohani. Singkatnya, kita benar² tidak ingin mendengarkan arahan/petunjuk dari sorga tetapi sibuk mengerjakan kehendak, rencana pribadi. Tuhan akan menggoncang perekonomian, perpolitikan, keadaan sosial disekitar kita, kerusuhan, banjir, gempa di kota² besar, kematian dari orang² yang terpampak dari kerusuhan serta bencana alam. Tuhan hendak menyadarkan dan menghentikan segala perbuatan bodoh kita untuk kemudian mengerti posisi rohani pribadi, tipu daya iblis dan tujuan Tuhan. Mengubah diri kita dari pendukung² buta diubah menjadi murid² Kristus yang sejati.
Harapan Tuhan kepada umatNya dalam menghadapi masa kegelapan di tahun 2023 : potensi resesi ekonomi menjadi krisis ekonomi, suasana politik yang memanas, krisis kerukunan antar agama/politik/ras
Kita akan melihat mahasiswa, buruh, komunitas² kembali turun ke jalan lagi supaya pemerintah segera mengatasi kenaikan upah pekerja buruh, mengendalikan harga sembako di daerah² atau menyerukan pemerintah mundur dari jabatannya seperti yang pernah terjadi 10 Mei 1963 di Bandung. Demo² akan di mulai di Jakarta dan dilanjutkan di berbagai kota besar di Indonesia. Yang perlu menjadi fokus perhatian kita adalah kita tidak meresponi kekacauan, kejahatan, keterpurukan mental/moral/karakter dibangsa ini dengan takut, kuatir, panik, bingung, emosional tetapi menyediakan diri untuk  introspeksi diri, menguji segala sesuatu, belajar mengenali dan membedakan antara yang sedang berhalusinasi atau menggunakan akal sesat dengan yang menggunakan akal sehat serta yang menggunakan hikmat Tuhan
Kita tidak cukup mengatasi tantangan dan masalah di tahun 2023 hanya menggunakan akal sehat sebagaimana yang dilakukan orang² dunia umumnya tetapi Tuhan memanggil kita untuk menghadapi goncangan² yang berpotensi menjadi krisis sesuai  dengan hikmat Tuhan (memiliki solusi² dan pemikiran yang tepat seperti Kristus).
Faktor penting menghadapi tahun 2023
1. Introspeksi dengan jujur, bukan menipu diri atau merasa diri sudah benar.
Introspeksi diri dengan jujur merupakan landasan awal yang sangat penting dalam hidup kita seperti wadah dari lilin yang sedang menyala terang, menyinari sekitar kita berdiri. Artinya Roh Kudus akan mengajar, membimbing, memimpin orang² yang mau bersikap jujur, diajar, diubah, dibentuk dan diarahkan Tuhan. Sebaliknya, orang² yang suka mencari alasan² pembenaran diri, membanggakan diri akan berjalan, kakinya tersandung, terpeleset bahkan terperosok dalam kegelapan, tidak tahu arah dan tujuan.
2. Selalu belajar dan memperbaiki diri sesuai kehendak, rencana Tuhan.
Saat kita memfokuskan diri untuk belajar dan memperbaiki diri maka tidak memiliki waktu untuk membenarkan, memegahkan diri atau merendahkan orang lain demi memperoleh penghargaan/pujian/pengakuan dari orang² terkait kemampuan, kepandaian, perbuatan baik pribadi, dirinya atau komunitasnya yang lebih dipenuhi kuasa Tuhan daripada gereja² lain. Kita akan menghabiskan waktu untuk merenung, berdiskusi untuk memperjelas proses, arah, tujuan, maksud hati/pikiran Tuhan atas hidup kita.
3. Bergantung sepenuhnya kepada Tuhan 
Salah satu tanda kita bergantung pada Tuhan adalah dengan senantiasa merendahkan diri, mau belajar, merenungkan maksud hati/pikiranNya dan mengikuti arahan Tuhan dalam menghadapi berbagai masalah, tantangan hidup sehari²
KESIMPULAN
Berbagai bencana alam seperti gempa, banjir, pembunuhan, perampokan dan hal² yang jahat termasuk resesi ekonomi, perang saudara sudah dihadapan kita. Akankah kita membiarkan tragedi berdara mei 1998 terulang kembali di tahun ini dan tahun² selanjutnya? Dapatkah kita tenang melihat jiwa²(orang² dekat atau keluarga) bunuh diri, menjadi korban kejahatan bahkan menjadi korban perang saudara? Kita bisa memilih untuk menghentikan, meredam malapetaka yang akan terjadi di bangsa ini atau membiarkan sampai hal² yang buruk digenapi dulu atas bangsa ini baru bertobat.  
Tuhan ingin kita melatih, mengubah bahkan mengembangkan, mempersiapkan diri kita untuk bertahan dan meredakan goncangan² yang dapat menjadi krisis di berbagai sektor kehidupan kita. Sebab hanya murid² Kristus yang beroleh anugerah untuk mengetahui maksud hati/pikiranNya, bahkab dimampukan menjalankan fungsi dan peran kita sebagai anggota tubuh Kristus. Sungguh Tuhan rindu menghentikan bencana alam, membawa bangsa kita keluar dari tepi jurang resesi ekonomi, meredam perpecahan sebelum pilpres 2024 di bangsa ini asalkan umatNya mau menjadi murid²Nya dan teladan untuk menunjukan takdir bangsa ini kepada orang² disekitar kita.
Jadi, pastikan langkah kaki kita sedang menyambut dan mengerjakan panggilan Tuhan dan mengubah bangsa ini sesuai panggilanNya. Akankah kita membiarkan bangsa kita terpuruk atau dituliskan Tuhan?
“Sesungguhnya Aku akan menjaga, melindungi, membela, memberikan kelegaan kepada mereka yang percaya, berharap, hatinya melekat kepadaKu seperti gembala yang selalu menjaga kawanan domba²nya demikianlah Aku akan menjaga, melindungi, membela hidup mereka. 
Aku akan menggendong, memimpin, membimbing langkah mereka melewati lembah yang gelap untuk menemukan padang rumput yang lebih segar dan pemandangan yang lebih indah diatas bukit melewati lembah yang gelap. Demikialah Aku akan menyingkapkan rahasia kehendakKu kepada mereka yang menginginkan dan menyediakan diri untuk belajar, diubah, dibentuk, diarahkan sesuai kehendak BapaKu di sorga. Dengan cara demikianlah Aku akan membuat terang kemuliaanKu bersinar semakin terang dalam kehidupan murid²Ku di bangsa ini. Kegelapan tidak akan menguasai, menyesatkan atau membuat kaki mereka terpeleset sebab Aku tinggal dan berkarya melalui hidup mereka. Aku akan menjadikan murid²Ku menjadi saksi²Ku dan mempengaruhi arah pemerintahan bangsa ini menuju jati dirinya, menjadi bangsa yang berhikmat.”
(Perspektif profetik 2023 terkait janji Tuhan bagi murid² Kristus di Indonesia)
CATATAN : Bagi rekan² yang rindu berdiskusi untuk mempersiapkan diri menghadapi goncang² di masa depan dapat bergabung bersama kami dalam podcast di komunitas kami yang juga akan kami bagikan linknya di www.worshipcenterindonesia.blogspot.com atau www.worshipcenterindonesia.com

MIMPI IBADAH DUKA KELUARGA

Oleh : Sery M.

Dalam mimpi ini saya mendapatkan informasi bahwa akan diadakan ibadah kedukaan atas meninggalnya oma dari suami saya.
Tetapi saya mengetahui bahwa pihak keluarga tidak mau mengundang kami dalam ibadah tsb.
Namun kemudian saya seperti tetap dapat melihat sekaligus mendengarkan saat ibadah tsb sudah berlangsung, tapi yang mengherankan adalah dari pihak keluarga justru menyanyikan lagu Natal dalam ibadah duka tsb.
Saya bertanya mengapa mereka menyanyikan lagu yang tidak cocok dengan acaranya?
Tapi mereka justru membanggakan diri, dan mengatakan bahwa yang penting mereka sudah mengadakan ibadah, soal lagunya seperti apa itu tidak penting.
Saat mereka bersikap seperti itu, dalam hati saya berkata, “Demikianlah sikap orang² yang agamawi saat mereka beribadah”.

MAKNA MIMPI :

Mimpi ini menjelaskan tentang sikap hati orang² yang hanya sekedar melaksanakan kewajiban agama, mengikuti berbagai aktivitas, acara atau kegiatan² rohani dan perbedaannya dengan sikap hati yang dikehendaki Tuhan (sikap hati murid² Kristus).
Orang yang agamawi menganggap dirinya sudah melakukan kehendak Tuhan, asalkan mereka rajin beribadah dan mengikuti berbagai kegiatan yang bersifat rohani atau program di gereja. Mereka tidak peduli untuk mencari tahu terlebih dahulu isi hati Tuhan (kerinduan-Nya, kehendak-Nya, dan rancangan-Nya) sebelum kemudian melakukan sesuatu bagi Dia.

Ini sebenarnya menunjukkan sikap yang sok tahu, dan merasa sudah paham tentang kehendak Tuhan, yang tak lain adalah wujud kesombongan yang terkandung dalam hati manusia.
Sikap hati yang demikian sangat tidak disukai oleh Tuhan, dan akan membuahkan pekerjaan serta rancangan yang meleset jauh, bahkan tidak kena mengena dengan kehendak Tuhan yang sejati. Alih-alih membuat Tuhan bersukacita, sikap hati dan tindakan yang meleset dari kehendak Tuhan ini justru menimbulkan sakit hati, dukacita bahkan murka-Nya atas orang² yang dengan sesuka hati memberikan persembahan yang tidak disukai-Nya.
Tindakan semacam ini bahkan dapat dikategorikan sebagai pelecehan dan sikap yang kurang ajar terhadap Tuhan.
Kekesalan hati Tuhan tampak dalam gambaran bahwa orang² itu justru menyanyikan lagu Natal, lagu kegirangan, lagu kegembiraan di saat mereka seharusnya sedang berdukacita dan meratapi kehilangan anggota keluarga yang dikasihi.
Perbuatan yang tidak sesuai dan tidak pada tempatnya ini seharusnya menimbulkan sakit hati dan protes dari keluarga yang ditinggalkan, tetapi dalam mimpi ini yang melakukan kekeliruan justru adalah anggota keluarga yang sedang berduka itu sendiri.
Sikap ini menunjukkan tidak adanya kasih, kepedulian dan ketulusan terhadap sesama anggota dalam keluarga. Sesama anggota keluarga seharusnya saling memperhatikan, turut merasakan dan menanggung beban yang dialami oleh anggota keluarga yang lain.

Dalam hal ini, Tuhan menyatakan bahwa kita adalah ANGGOTA KELUARGA-NYA. Namun selanjutnya Tuhan mengatakan bahwa Ia tidak dianggap oleh anggota keluarganya sendiri. Tuhan diperlakukan seperti orang yang sudah mati, yang tidak dapat mengetahui apa yang diperbuat orang terhadap diri-Nya. Sedangkan Ia melihat, Ia merasakan, Ia mengetahui segalanya, dan Ia mengenal hati manusia. Ia menyaksikan sendiri betapa Ia tidak dihormati, tidak dipedulikan, tidak diijinkan untuk ambil bagian dalam pekerjaan dan rancangan yang bahkan mengatasnamakan diri-Nya sendiri!

Orang² yang sekedar melakukan acara, aktivitas dan kegiatan² yang bersifat rohani seringkali berkata bahwa semua yang mereka lakukan itu hanyalah bagi Tuhan dan untuk menyenangkan Tuhan, namun yang sebenarnya mereka tidak mengijinkan Tuhan terlibat di dalam-Nya, mereka merancang sesuka hatinya dan mengerjakan semuanya dengan cara² mereka sendiri.
Mereka memperlakukan Tuhan seperti seseorang yang telah mati. Sungguh sikap dan tindakan yang kurang ajar terhadap Tuhan!

Bagaimanakah cara kita memperlakukan Tuhan selama ini?
Jika terhadap sesama anggota keluarga secara lahiriah saja sikap yang demikian tidak pantas dilakukan, apalagi terhadap Tuhan.
Tuhan yang posisinya jauh lebih tinggi mengatasi kedudukan kita, tidak boleh diperlakukan sesuka hati dan semau kita sendiri!

Tuhan ingin umat-Nya belajar menjadi anak² yang tahu menempatkan diri di hadapan-Nya. Tuhanlah yang memimpin, yang merancang, yang menentukan, yang mengarahkan, dan yang mengerjakan tujuan dan maksud-Nya di dalam dan melalui umat-Nya, bukan sebaliknya.

Marilah kita bertobat dari sikap yang kurang ajar terhadap Tuhan. Sebab apakah yang akan diterima oleh seorang anak yang kurang ajar dari ayahnya?
Bukan belaian dan sentuhan yang lembut, melainkan teguran, hardikan, peringatan, bahkan tongkat pendisiplinan agar ia bertobat dan tidak mengulangi perbuatannya yang kurang ajar itu.
Sebaliknya, Tuhan suka kepada anak² yang dengar-dengaran kepada suara-Nya, yang mencondongkan hatinya untuk mendapatkan petunjuk, arahan dan didikan-Nya. Mereka itulah yang akan dapat mengenali apa yang sebenarnya diinginkan hati Tuhan. Dan Tuhan pun berkenan untuk menyertai dan memberkati apa yang mereka kerjakan, sebab mereka sedang mengerjakannya sesuai dengan perintah, kehendak dan isi hati-Nya.

Yesaya 29:13-16 (FAYH) 
Maka Tuhan berfirman, “Bangsa ini mengatakan bahwa mereka milik-Ku, padahal hati mereka jauh dari Aku dan mereka tidak menaati Aku. Ibadah mereka hanya merupakan kata-kata yang dihafalkan tanpa dimengerti, yaitu ajaran manusia semata-mata.
Maka Aku akan mengadakan pembalasan yang menakjubkan terhadap orang-orang yang suka berpura-pura ini. Aku akan membuat para penasihatnya yang paling bijaksana sekalipun seperti orang-orang yang dungu. “
Celakalah orang-orang yang berusaha menyembunyikan rencana mereka terhadap TUHAN, yang mencoba menutup-nutupi apa yang dilakukan mereka dari mata TUHAN! “Allah tidak dapat melihat kita. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi! ” kata mereka.
Mereka memutarbalikkan kenyataan. Betapa bodohnya mereka! Bukankah Penjunan lebih berkuasa daripada kamu, bejana-bejana buatan-Nya? Apakah kamu akan berkata kepada-Nya, “Bukan Engkau yang membuat kami”? Pantaskah bejana berkata kepada pembuatnya, “Engkau tidak tahu apa-apa”?

Hendaknya setiap kita yang telah menjadi anggota keluarga Allah senantiasa menyelidiki hati dan hidup kita di dalam terang Roh Tuhan.

Adakah kita selama ini berusaha mencari tahu terlebih dahulu kehendak dan pimpinan Tuhan sebelum merancang, mengadakan atau mempersembahkan suatu ibadah, pelayanan bahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan?

Adakah kita mengenal hati Tuhan dan turut merasakan apa yang sedang Ia pikirkan dan rasakan hari-hari ini terhadap kondisi umat-Nya, gereja-Nya dan kondisi bangsa-bangsa?

Apakah kita mengerti dan dapat melihat dengan jelas apa yang sedang Tuhan rancangkan dan hendak kerjakan di tengah dunia ini dan memberi diri untuk terlibat didalamnya?

Jika kita yang mengaku sebagai anak²-Nya, tidak memberi perhatian pada apa yang ada di dalam hati Bapa kita yang kekasih, siapakah yang akan memberikannya?
Siapakah yang akan mempedulikannya?
Kepada siapakah Ia dapat mencurahkan isi hati-Nya?

Mendengar untuk MENGERTI HATI-NYA, dan mendengarkan untuk MENAATI-NYA adalah sikap yang dicari-cari oleh Tuhan dalam diri anak²-Nya.
Marilah kita merespon kerinduan dan pernyataan isi hati Tuhan ini dengan kesediaan untuk MENINGGALKAN setiap RANCANGAN, CARA² maupun SELERA kita sendiri yang sejatinya tidak akan pernah berhasil untuk menyenangkan hati Tuhan, dan menghampiri takhta kasih karunia-Nya dengan rendah hati untuk MEMUSATKAN HATI dan HIDUP kita untuk MENCARI, MEMINTA, bahkan MENGEJAR sampai kita menangkap dengan jelas pengertian tentang KEHENDAK, RANCANGAN dan ISI HATI TUHAN, untuk kemudian MELAKSANAKANNYA DENGAN TEPAT sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai saudara².
Amin 🙏🙏