Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. (Amsal 27:17)
Kutipan ayat diatas merupakan sebuah pesan penting yang menyingkapkan
sebuah rahasia hati Tuhan -yang disampaikan-Nya melalui raja Salomo-
supaya manusia saling belajar dari sesamanya baik melalui kekurangan
maupun kelebihannya.
Memang benar bahwa manusia tidak bisa
mengubah sesamanya karena hanya Tuhan yang sanggup melakukannya tetapi
Tuhan senang memakai manusia untuk saling mengasah (memurnikan) satu
sama lain, itu sebabnya jika kita mendapatkan sebuah kesempatan untuk
belajar melalui sesama merupakan sebuah anugerah yang besar.
Kenyataan hidup yang keras melalui keadaan direndahkan atau diremehkan
dan ditolak dalam kesendirian seperti seorang yatim piatu sangat melukai
perasaan, tetapi berbeda dengan sudut pandang Tuhan yang seringkali
justru menggunakan keadaan itu untuk melatih para pengikut dan
hamba-hamba-Nya yang sejati.
Keadaan ini seringkali digambarkan
sebagai padang belantara, yaitu tempat pelatihan khusus untuk kita
bertumbuh dalam kerendahan hati dan belajar memimpin diri sendiri
sehingga kita dapat memimpin orang lain dengan cara yang suci.
Yusuf adalah SEORANG HAMBA SEJATI yang lahir di padang belantara, kita
bisa melihat dengan jelas bagaimana Tuhan melatih dirinya melalui
saudara-saudara kandungnya sendiri yang memperlakukannya dengan kejam
karena iri hati. Saudara-saudaranya bermaksud membunuh Yusuf beserta
mimpinya dengan cara yang jahat tetapi Tuhan justru menggunakan keadaan
itu untuk mengantarkan Yusuf kepada mimpinya. Kepemimpinan yang Tuhan
berikan hanyalah untuk melayani saudara-saudara dan bangsanya.
• Kejadian 50:20 (TB)
Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah
telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti
yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang
besar.
Padang belantara juga merupakan situasi dimana kita
diperhadapkan dengan orang-orang yang mengeraskan hati untuk bertobat
dengan mengubah cara hidupnya yang lama. Mereka menjadi alat penumbuk
yang Tuhan pakai untuk meremukkan hati kita supaya Tuhan dapat tinggal
dekat dengan kita, melimpahi serta memulihkan kita dengan kasih-Nya dan
membantu kita supaya tidak menyerah dengan orang-orang yang tidak ingin
berkomitmen untuk perubahan yang mendalam.
Musa adalah orang
terbaik Tuhan berikutnya dimana melalui pelatihan di padang belantara
menjadikannya SEORANG PEJUANG DOA yang tabah dan tidak pernah menyerah
untuk memohon belas kasihan Tuhan bagi pertobatan bangsa yang
dipimpinnya saat keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian.
Satu
hal yang menjadi tujuan Tuhan membiarkan para pengikut-Nya berada dalam
beban penderitaan ini adalah supaya kita mengerti bahwa kita dapat
mengandalkan dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan bukan pada diri
sendiri sehingga kita akan semakin memahami bahwa batas kekuatan manusia
bukan terletak pada dirinya tetapi di dalam Penciptanya. Penyerahan
diri adalah pelajaran penting yang kita pelajari di padang belantara.
Mengapa Tuhan menghendaki cara yang demikian untuk mengubahkan kita?
sebab Tuhan ingin kita belajar melayani satu sama lain melalui perbuatan
sehari-hari.
Melihat orang-orang yang secara nyata terus menerus
mengeraskan hati bisa menyebabkan kita terluka bahkan lelah dan putus
asa, namun kasih yang mendalam menghasilkan kerendahan hati yang akan
menerima kelemahan mereka, mencintai kelebihan mereka, memaafkan
kebencian mereka, bersukacita dalam kelimpahan mereka bahkan berbelas
kasihan dalam kesusahan mereka.
• Yohanes 13:34-35 (BIMK)
Perintah baru Kuberikan kepadamu: Kasihilah satu sama lain. Sama seperti
Aku mengasihi kalian, begitu juga kalian harus saling mengasihi.
Kalau kalian saling mengasihi, semua orang akan tahu bahwa kalian pengikut-pengikut-Ku.”
• Roma 12:15 (FAYH)
Bila orang lain bersukacita, ikutlah bersukacita dengan mereka. Bila mereka bersedih hati, ikutlah merasakan kesusahan mereka.
Kerendahan hati membuat kita tidak lelah untuk terus menerus berbuat
baik terhadap orang-orang yang sulit dan kelak pada waktunya Tuhan kita
akan menuai panen raya.
• Galatia 6:9 (BIMK)
Sebab itu,
janganlah kita menjadi bosan melakukan hal-hal yang baik; sebab kalau
kita tidak berhenti melakukan hal-hal itu sekali kelak kita akan menuai
hasilnya.
Yesus rela turun ke dunia menjadi sama dengan manusia
hanyalah untuk mengalami dan merasakan betapa rendah, menderita dan
sakitnya keadaan manusia yang hidup di bumi. Meski demikian Yesus tidak
pernah hidup dengan perasaan karena sikap orang-orang yang bersikeras
menolak dan merendahkan-Nya tetapi Dia menggunakan perasaan-Nya dengan
tepat untuk melayani semua orang dengan penuh belas kasihan. Bahkan
menyatakan cinta-Nya dengan kematian demi menjangkau manusia yang
sejatinya adalah para pemberontak.
Pola kerendahan hati yang
Yesus gunakan untuk menjangkau manusia di dunia inilah yang harus kita
teladani demi menjangkau sesama. Sebab satu-satunya cara untuk dapat
melayani dengan baik adalah dengan keteguhan hati memeluk salib kita.
Kematian dalam diri kita adalah kehidupan bagi orang lain.
Setiap
hari adalah kesempatan untuk merendahkan hati. Jika kita tetap bertekun
di dalam kasih dan pengampunan maka kita akan melihat waktunya dimana
padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan dan kebun buah-buahan itu
akan dianggap hutan (Yesaya 32:25), yaitu sebuah pemulihan rohani yang
melahirkan hubungan-hubungan persahabatan dan persaudaraan dalam
kesatuan hati yang terbuka satu sama lain sehingga menjadikan kita rumah
rohani yang kuat.
Seperti bangunan yang rapi tersusun, menjadi bait
Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Menjadi tempat kediaman Allah di
dalam Roh (Efesus 2:19-22).
Tujuan utama dari pelatihan ini
adalah supaya akhirnya kita semua disatukan dalam sebuah
komunitas/persekutuan murid-murid dan hamba-hamba sejati yang bersehati
dan sepikir untuk satu tujuan yaitu MEMULIAKAN TUHAN. Mereka saling
membagikan kehidupan di dalam Tuhan untuk mengajar satu sama lain,
menguatkan orang-orang percaya lainnya dan membawa mereka yang belum
percaya untuk beroleh keselamatan di dalam Yesus Kristus.
KASIH adalah kunci utama agar kita menang dalam pelatihan padang belantara. Di tempat ini pula lahir para PENYEMBAH SEJATI.
Apakah kita pernah mengalami sebuah peristiwa dimana kita ditinggalkan
seorang diri seperti Daud yang hanya berteman kesunyian di padang
belantara?
Meski tampak menakutkan tetapi hanya di tempat-tempat
seperti inilah kita menemukan KASIH SEJATI yang tidak pernah berubah dan
abadi.
Seperti kisah seorang perempuan berdosa yang tercatat di
dalam Lukas 7:36-50. Di saat orang-orang farisi terus menerus
menghina/melecehkan dengan pemikiran bahkan diluapkan dengan
perkataan-perkataan penghakiman, ia memilih untuk tidak mempedulikan
sekelilingnya. Perempuan itu hanya peduli dengan apa yang ia miliki dan
rasakan, yaitu sebuah persahabatan dan pengampunan dari cinta kasih
Yesus yang begitu dalam.
Hati seorang penyembah sejati selalu
remuk dalam pertobatan karena menyadari bahwa hidupnya sangat bergantung
oleh belas kasihan Tuhan. Kepada merekalah Tuhan berkenan. Mereka yang
mengalami betapa dirinya dicintai Tuhan akan menyerahkan seluruh
hidupnya untuk mengasihi dan melakukan kehendak-Nya.
“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat
kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat
kasih.” (Lukas 7:47)
Padang belantara bukan sekedar tempat
pelatihan biasa sebab di tempat pembuangan, penolakan, kesendirian dan
penderitaan itulah mereka justru dipulihkan dalam keajaiban dan anugerah
demi menyatakan rencana Tuhan yang sangat besar.
Disanalah lahir
para hamba, pejuang (prajurit) dan penyembah sejati yang akan menjadi
alat khusus Tuhan, sebagai duta-duta transformasi bagi sesama dan
bangsanya.
Padang belantara adalah tempat pelatihan terbaik bagi
hamba-hamba-Nya, disanalah kita mengenal jalan-jalan Tuhan yaitu KASIH
dan KEBENARAN yang memisahkan kita dari setiap kefasikan.
Tuhan Yesus memberkati