Arsip Kategori: R.H. MAZMUR

MEMPEROLEH PENGENALAN AKAN TUHAN (2)

RENUNGAN DARI MAZMUR 19

Oleh: Bpk. Peter B, MA



                                                                    


“Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? BEBASKANLAH AKU DARI APA YANG TIDAK KUSADARI. Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap (SIKAP) orang YANG KURANG AJAR; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.” 
~Mazmur 19:13-14~
Melanjutkan renungan kita pada minggu lalu, kita akan belajar lebih jauh mengenai 2 kunci sikap hati yang diperlukan untuk memperoleh pengenalan akan Tuhan. Seperti halnya Daud, apabila kita memiliki sikap hati yang benar dalam mengejar pengenalan akan Allah, maka kita akan menemukan Dia; bukan sekedar mengetahui tentang Dia, tetapi mengenal Dia sungguh-sungguh. 

Dari Nats Mazmur 19:13-14 di atas, paling tidak kita dapat menemukan 2 perkara yang merupakan sikap hati Daud sendiri dalam mengenal Allahnya:
1. MERINDUKAN UNTUK BEBAS DARI KESESATAN , MENGASIHI KEBENARAN (Mzm. 19: 13)
Di puncak perenungannya untuk menemukan dan mengenal Allah lebih dalam lagi, Daud berseru dalam nada mendamba, seakan-akan ‘putus asa’:  “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak aku sadari!”. Apa maksudnya? Mereka yang merindukan pengenalan lebih dalam lagi akan Tuhan harus mendasarkan hidupnya pada satu sikap ini yaitu: MENOLAK SETIAP BENTUK-BENTUK KESESATAN dan HANYA MENCINTAI KEBENARAN. Bagaimana mungkin kita mengenal Allah tetapi suka dan terbiasa untuk hidup dalam kesesatan? Bagaimana mungkin kita hendak menyelami  akan PribadiNya apabila kita menolak dan acuh terhadap kebenaran? FirmanNya adalah kebenaran (Yoh 17:17b) dan Ia sendiri adalah Kebenaran itu sendiri (Yoh 14:6).
Mengamati kehidupan orang Kristen sendiri, berapa banyak kita menemukan mereka yang mengejar kebenaran karena cinta akan kebenaran itu sendiri? Bukankah banyak orang Kristen yang bersikap masa bodoh melihat kehidupannya tidak mencerminkan suatu kehidupan dalam kebenaran? Adalah hal yang biasa bagi mereka untuk berkata dan berprinsip “ngawur sedikit kan tidak apa-apa” atau “kan kita belum sempurna”. Tidak heran kemudian mereka tidak mengetahui apapun mengenai Allahnya. Berbeda dengan Daud, doa Daud menunjukkan kerinduannya yang besar untuk bebas dari segala bentuk kesesatan.
Kata-kata “apa yang tidak kusadari” dalam terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “hidden faults” atau “unconscious faults” yang dapat diartikan sebagai “kesalahan yang tersembunyi” atau “kesalahan yang tidak disadari”. Sungguh luar biasa! Kebanyakan orang tidak peduli dan tidak pernah memikirkan apa yang tidak kelihatan oleh orang lain. Penampilan yang kelihatan atau penampilan luarlah yang menjadi perhatian dan prioritas utama. Tetapi para penyembahan sejati seharusnya memeriksa kehidupannya hingga ke dasar hati. Tidak hanya perbuatan yang ‘kelihatannya’ benar tetapi hingga kepikiran, angan-angan, cita-cita maupun motivasi-motivasi kita! Dengan kata lain: menginginkan hidup kita bersih dari segala bentuk kesalahan dan hidup semata-mata di dalam kebenaran. Ini senada dengan apa yang dikatakan Daud pula dalam salah satu Mazmur terbaiknya: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntulah aku di jalan yang kekal!” (Maz. 139:23-24). Ya, demikianlah seharusnya mereka yang ingin mengenal Allah lebih lagi: senantiasa mau untuk dikoreksi dari setiap kesalahan bahkan hingga kesalahan-kesalahan yang terdalam, yang tidak kelihatan. Memang benar, kesesatan tidak datang begitu saja; kesesatan dimulai dari hati.
Pemahaman kita akan Tuhan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu harus ada kesediaan terus menerus untuk belajar dan memperbarui pengenalan kita akan Dia. Seringkali kesesatan sudah berada di hati kita lama sebelum kita menyadarinya, tetapi dengan sikap hati yang mengasihi kebenaran maka kita akan terus menerus ditarik ke arah Dia yang adalah Kebenaran itu sendiri. O Tuhan, biarkanlah hanya kebenaranMu yang kami rindu, supaya kami mengenal segalanya tentang Engkau.
2. JAUH DARI SIKAP KURANG AJAR, tetapi SENANTIASA RENDAH HATI (MZM 19:14)
Kata yang diterjemahkan sebagai “kurang ajar” dalam ayat 14 itu dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “too bold” atau “too confident”. Artinya “terlalu berani” atau “terlalu percaya diri”. Maksudnya adalah, selain rindu hidup dalam kebenaran terus menerus, seharusnya  kita senantiasa hidup rendah hati, bukan dalam sikap-sikap jernawa, sombong, sok tau, merasa diri pandai dan sebagainya.
Apabila kesalahan-kesalahan kita diberitahukan, sikap yang dicari oleh Tuhan adalah kita merendahkan diri di hadapanNya dalam takut akan Dia. Sikap inilah yang tidak dimiliki oleh Saul sehingga akhirnya dengan menyedihkan ia ditolak sebagai raja oleh Tuhan. Karena pada waktu Saul ditegur oleh Samuel, nabi Allah, ia tidak merendahkan diri dan mengakui kesalahannya; sebaliknya ia merasa diri benar bahkan Saul “memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak” (1 Sam. 15:27). Ini menunjukkan bahwa Saul begitu berani menolak setiap firman Tuhan bahkan tidak menghormati nabi-nabiNya. Tidak dapat tidak, harus dikatakan Saul telah berlaku kurang ajar di hadapan Tuhan. Akibat yang fatal adalah perjalanan rohaninya berhenti hingga di situ. Ia ditolak dan semakin menjauh dari Tuhan. Bukannya makin dekat dan mengenal Tuhan, ia semakin tersesat hingga hari kematiannya di padang Gilboa. Sungguh menyedihkan!
Di  akhir  zaman, hanya mereka yang mau merendahkan diri terus menerus di hadapan Tuhan yang akan masuk dalam rencanaNya yang terakhir bagi dunia dan bertahan hingga kesudahannya. Mengapa Daud dapat bertahan dan setia hingga akhir di pihak Tuhan? Karena ia tidak pernah membiarkan sikap kurang ajar menguasai dirinya! Bahkan saat ia jatuh begitu mendalam, ia tetap merendahkan dirinya walaupun ditegur lewat seorang nabi yang kurang begitu dikenal namanya! Tetapi Daud belum apa-apa. Keturunannya beberapa puluh generasi kemudian lebih dahsyat lagi. Ia yang dipanggil sebagai Anak Daud, memperagakan suatu contoh kehidupan yang tiada bandingnya hingga kini di dunia ini. Ia, Putra Allah, Yesus Kristus, menyelesaikan misi pelayanannya dengan begitu indah. Cobaan-cobaan terberat dilalui dan Ia tetap keluar sebagai pemenang, mengatasi segala sesuatu, membawa keselamatan yang besar bagi umat manusia. Apa kunci rahasia Hamba Tuhan ini? Ya, Ia “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”(Fil 2:7-8). Yesus mendapatkan nilai sempurna dalam melaksanakan rencana Bapa karena Ia senantiasa merendahkan diri.
Kesombongan adalah benteng-benteng yang dibangun oleh iblis dalam pikiran manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Melalui tulisan ini saya serukan: jangan pernah mau tunduk pada belenggu dan tipuan iblis; sebaliknya bangkitlah, hancurkanlah benteng-benteng keangkuhan itu dengan merendahkan diri di hadapanNya. Akui kesombongan, kebodohan dan ketidaktahuan kita. HikmatNya akan dicurahkan atas kita. Terus menerus mau untuk belajar dan diajar di dalam jalan-jalan Tuhan, itulah karakter utama para penyembah sejati. Dengan demikian kita akan hidup tidak bercela dan bebas dari pelanggaran-pelanggaran yang besar di hadapan Tuhan (Maz 19:14b). sebagai penuntup mari kita mendengarkan seruan berikut ini:
“Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, di atas tembok-tembok ia berseru-berseru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. “Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu” (Amsal 1:20-23)

MEMPEROLEH PENGENALAN AKAN TUHAN (1)

MEMPEROLEH PENGENALAN AKAN TUHAN (1)

Renungan Mazmur 19
Oleh: Bpk. Peter B, MA

“Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hambamu dari (sikap) orang kurang ajar; janganlah (itu semua) menguasai aku! Maka aku akan menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar.”
~(Mazmur 19:13-14)~

Betapa banyakkah kita telah mengenal Allah kita? Satu hal yang menyedihkan dalam hidup Kristen adalah begitu banyak  orang yang mengaku pengikut Kristus (Kristen berarti pengikut Kristus) tetapi tidak tahu banyak mengenai Kristus. Mereka mengenal apa saja yang terkait dengan dunia ini. Mereka mengenal seluk beluk dunia bisnis, hal apa saja mengenai tokoh-tokoh idola (duniawi) yang terkenal, pemimpin-pemimpin bangsa, bahkan sejarah bangsa-bangsa dan suku-suku; tetapi sayang sekali pengetahuan mereka tentang Yesus tidak ada sepersepuluh dari pengetahuan mereka akan hal lain dari dunia ini. Ini membuktikan bahwa kekristenan masih belum menjadi yang terutama, menjadi inti dari kehidupan setiap orang percaya; tetapi  hanya sebagai unsur pelengkap atau sampingan semata. Bagaimana mungkin pengikut (Kristus) tidak mengenal siapa yang diikutinya (Yesus Kristus)? Jika seseorang mengaku sebagai seorang pengikut tetapi  tidak mengikuti pemimpinnya, bukankah itu suatu kebohongan dan kepalsuan? Saya bertanya-tanya, apakah mereka sungguh-sungguh untuk mengikuti Kristus atau tidak?

Tanpa pengenalan akan Tuhan kita akan sesat: tersesat dan mudah  disesatkan. Pengenalan akan Tuhan adalah tugas yang terutama dalam hidup kita. Kita diciptakan untuk berhubungan dan mengenal Dia lebih dan lebih lagi. Semakin jauh kita dari Tuhan, hidup kita makin masuk dalam wilayah yang berbahaya. Di situ iblis beroperasi secara penuh dan dapat dengan mudah mengendalikan dan menguasai hidup kita. Pengenalan akan Dia membuat kita mendekat dan semakin intim dengan Tuhan. Dunia ini gelap karena masih dikuasai oleh penguasa kegelapan, tetapi jika kita tahu FirmanNya: itu akan menjadi pelita dan terang bagi perjalanan hidup kita! (Mazmur 119:105). Pengajaran-pengajaran rohani yang kurang dapat dipertanggung jawabkan masih memenuhi gereja-gereja Tuhan, mengacaukan dan memecah belah gereja Tuhan tetapi apabila kita sungguh-sungguh mengenal Dia, maka kita tidak akan dapat disesatkan atau “diombang-ambingkan rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran..bertumbuh dalam segala hal kearah Dia, Kristus, yang adalah Kepala” (Ef. 4:14).

Merenungkan Mazmur 19, kita akan mengetahui bahwa Daud memiliki kerinduan yang seharusnya juga dimiliki setiap penyembah sejati yaitu rindu mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Mazmur 19 adalah Mazmur pengajaran mengenai pengenalan akan Tuhan. Daud melihat alam semesta (langit, matahari, bintang dsb.) dan memperoleh pengenal akan Tuhan (Mzm19:2-7). Daud membaca hukum Taurat Tuhan, dan ia mendapatkan pengenalan lebih dalam lagi akan Tuhan (Mzm19:8-11). Bagi Daud, pengenalan akan Tuhan begitu berharga sehingga ia memandangnya  sebagai: lebih  indah dari emas tua dan lebih manis dari madu (Mzm19:10b-11). Pengenalan akan Tuhan juga memberikan keuntungan yang besar bagi Daud karena ia berkata, “hambaMu ini diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya (pengenalan oleh firman itu) mendapat upah yang besar.” (Mzm19: 12). Bagaimana dengan kita?

Saudaraku, Daud adalah seorang tokoh Alkitab yang luar biasa. Hati dan hidupnya begitu ‘mengesankan’ Allah sehingga ia dijuluki seorang yang berkenan di hati Allah. Keseluruhan hidup Daud menggambarkan nats firman Tuhan yang berbunyi, “tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan bertindak.”(Dan 11:32b). Contoh klasik mengenai hal itu adalah saat ia mengalahkan Goliat. Sewaktu seluruh pasukan Israel beserta pemimpin mereka gemetar ketakutan tanpa harapan, Daud yang mengenal siapa Allahnya, Allah Israel, sama sekali tidak terpengaruh apalagi goncangan; ia tetap kuat dan bertindak dengan sangat berani. Kemenangan Daud atas Goliat adalah buah dari pengenalan dan pengalaman hidupnya bersama Allah. Ketahuilah satu perkara, saudara, di akhir zaman saat segala sesuatu yang digoncangkan hanya mereka yang memiliki dasar yang teguh yang akan bertahan. Dasar yang teguh itu adalah pengenalan akan Allah di dalam Yesus Kristus Tuhan.

Mengamati Mazmur 19, kita juga akan mengetahui bagaimana Daud dapat mengenal Allahnya begitu rupa. Dua nast di ataslah yang merupakan kunci untuk dapat mengenal Tuhan. Mungkin  engkau bertanya-tanya,”Benarkah itu kuncinya? Bukankah untuk mengenal Allah kita harus membaca Alkitab, buku-buku rohani, ikut pendalaman Alkitab (PA), seminar, mendengarkan khotbah dan kaset khotbah, masuk sekolah  Alkitab atau mungkin…berdoa?”. Itu semua tidak salah tetapi perhatikan beberapa hal berikut ini: Jika mengenal Allah harus melakukan semua itu, berarti di zaman sebelum Alkitab dan seminari Alkitab ada pengenalan akan Allah pasti merupakan suatu yang mustahil, bukan? Bagaimana lagi dengan para hamba Tuhan dan orang percaya yang telah melakukan dan memiliki segala hal yang ditulis di atas untuk mengenal Allah, apakah itu menjamin pengenalan akan Allah ada pada mereka?

Hingga kini masih sering kita dapati  orang-orang Kristen yang mengetahui hal-hal tentang Allah tetapi tidak memperoleh pengenalan akan Allah. Apa bedanya? Bedanya: pengetahuan tentang Allah adalah data dan informasi tentang Allah yang kita miliki di otak kita; ini sifatnya seperti semua informasi lain (seperti pelajaran di sekolah, teori-teori matematika dsb.) yang dapat di rekam oleh otak. Sebaliknya, pengenalan akan Allah tidak hanya sekedar tahu dan memiliki informasi tetapi mengenal secara pribadi; ini berarti tidak hanya mengetahui kulitnya tetapi intisarinya, tidak hanya mengetahui teorinya tetapi praktek dan kenyataannya, tidak hanya di otak tetapi sampai seluruh kehidupan dan hati kita dipenuhi oleh pengenalan itu sendiri. Mengetahui dan memiliki seluruh data lengkap mengenai presiden kita tidak berarti kita mengenal beliau. Itu hanya mengenal kulit luarnya, tetapi pemikiran dan perasaan hatinya tidak akan pernah diketahui melalui data statistik.

Kepribadian dan sifat-sifatnya yang khas hanya dapat diketahui lewat suatu hubungan yang bersifat pribadi, dekat dan terus menerus. Demikian juga untuk mengenal Tuhan kita. 

Kembali pada kedua kunci di atas. Sebelum membahas keduanya, perhatikan baik-baik bahwa kedua hal yang akan kita pelajari adalah mengenai sikap hati. Untuk mengenal Tuhan lebih dalam lagi, inilah yang memang paling kita perlukan: suatu sikap hati yang benar. Inilah sebabnya mengapa banyak orang membaca Alkitab, mendengarkan khotbah dan sebagainya tetapi tetap tidak memperoleh  pengenalan yang benar akan Allah. Banyak orang ingin mengenal Allah tetapi tidak memiliki sikap hati yang benar. Akibatnya, mereka mudah disesatkan baik oleh pemikiran-pemikiran mereka sendiri maupun oleh iblis. Ketahuilah baik-baik: sikap hati kita memegang peranan yang sangat penting dalam kita berhubungan dengan Tuhan. Dalam hubungan dengan manusia, sikap perbuatan kita yang terlihat sehari-harilah yang penting; tetapi dalam hubungan dengan Tuhan sikap hati  lebih penting daripada sikap lahiriah kita. Mengapa? Sebab Tuhan tidak melihat apa yang tampak dari luar. Tuhan melihat hati. Dia tidak dapat ditipu dengan perbuatan-perbuatan yang ‘tampak benar’ dan ‘baik’; yang pada dasarnya adalah palsu dan penuh kemunafikan. Ia mencari kebenaran itu hingga ke dalam batin. Jika yang ditemukan dalam batin itu benar maka Ia akan berkenan. (Maz 51:8a). Demikian pula dalam hal kita hendak mengenal Dia. Sikap hati yang benar menjadikan kita terbuka dan siap  menerima pengertian dan pewahyuan apapun mengenai Tuhan. Sikap hati yang benar mencari Dia dan hanya Dia saja karena tertuju dan diarahkan hanya kepada Dia.

Seperti keran dan saluran yang terbuka demikianlah sikap hati yang benar akan membawa kesegaran dan kekayaan hikmat Allah kepada kita.

Daud seumur hidupnya memiliki hati yang berkenan di hadapan Allah, oleh karenanya ia mendapatkan pengenalan akan Allahnya, dan pengenalan akan Allah itu membawanya menjadi seorang pribadi yang matang, kuat dan dewasa; menjadi pemimpin yang berwibawa, bijaksana dan besar; menjadi seorang hamba Tuhan yang berhasil, melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, setia,dan menyenangkan hati Tuannya. Hai, Saudaraku, sekali lagi: hati. Inilah bagian yang Tuhan perhatikan dan lihat sepanjang hidup kita. Kita akan belajar lebih jauh lagi mengenai bagaimana sikap hati yang benar dalam mengenal Dia.

MEMPEROLEH PENGENALAN AKAN TUHAN (1)

KUNCI JAWABAN DOA

RENUNGAN DARI MAZMUR 18
Oleh: Bpk. Peter B, MA

“Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya , teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya” (Mazmur18-7) Ia menekukkan langit, lalu turun, kekelaman ada di bawah kaki-Nya. Ia mengendarai kerub, lalu terbang dan melayang di atas sayap angin.
~Mazmur 18:10-11~

Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir. Ia melepaskan aku dari musuhku yang gagah dan dari orang-orang yang membeci aku karena mereka terlalu kuat bagiku.
~Mazmur 18:17-18~




Membaca ayat-ayat di atas mengingatkan saya akan kisah-kisah tokoh-tokoh superhero khayalan anak-anak. Di masa kanak-kanak dahulu. Membaca komik adalah suatu kesenangan yang tiada habisnya. Selain buku-buku komik masih sulit diperoleh dan cukup mahal sehingga kesempatan tersebut jarang, kisah-kisah menarik dan seru dari para pahlawan khayalan itu selalu membuat saya terkagum-kagum dan berpikir, “Ah, Seandainya mereka itu nyata. Seandainya saya mempunyai tokoh penolong seperti  itu”. Mulai dari Superman, Batman, Spiderman hingga Tarzan semuanya terlihat begitu terpaksa setiap kali orang banyak atau sahabat mereka membutuhkan pertolongan. Segera saja pertolongan itu datang dan menyelamatkan Dari setiap bahaya dan musuh, Mereka dibebaskan dan diselamatkan Tidak disangka kemudian. Kini saya telah mempunyai seorang superhero yang jauh lebih nyata dan lebih dapat saya andalkan di masa-masa sulit. Saya mengenalnya melalui seseorang bernama Daud.

Tidak pernah saya menyangka bahwa Allah kita sesungguhnya seorang “superhero” sejati. Sebelum semua tokoh khayal ciptaan manusia itu bermunculan, Daud telah mengenal seorang penolong dan penyelamat di setiap keadaan yang terdesak dan terjepit. Kesaksian Daud berbicara sebagai suatu fakta bahwa Allah bertindak menolong umatNya saat mereka berseru kepadaNya. DiterobosNya semua halangan dan kepungan musuh untuk menolong umatNya. Betapa sungguh besar dan luar biasa kasihNya. Pertanyaannya apakah kita mengalaminya begitu nyata seperti Daud mengalaminya? Pernahkah engkau merasakan Allah begitu dekat sehingga seakan-akan ia mengjangkaumu? Inginkah engkau mengalami seperti Daud saat berseru Allah mendengar dan menolong kita?
Seringkali saya mendengar begitu banyak orang Kristen mengeluh bahwa Tuhan begitu mengecewakan Mereka mengalami ‘kepahitan’ yang dalam terhadap Tuhan Mengapa? Salah satu sebabnya adalah karena Tuhan tidak menjawab doa permohonan mereka. Mereka bertanya-tanya, “Mengapa Tuhan tidak menolongku saat aku berseru kepada Dia? Mengapa Tuhan seakan-akan jauh bahkan sepertinya tidak ada? Mengapa suaraku seperti bergema di ruang kosong? Benarkah apa yang dikatakan Alkitab? Wow, sungguh suatu pertanyaan yang terus terang dan penuh rasa kecewa bukan? Ya, pertanyaan-pertanyaan ini pernah memenuhi seluruh pikiran saya. Tetapi semuanya telah terjawab, khususnya setelah memperhatikan Mazmur 18 ini.

ALASAN MENGAPA DOA DAUD DI JAWAB
Satu prinsip penting yang dapat kita pelajari dari Mazmur 18 ini adalah bahwa “Daud mendapat jawaban dari seruan doanya karena TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya” (baca ay 19-26). Ya, doa-doa Daud dijawab dan ia mendapat pertolongan pada waktuNya karena Daud senantiasa HIDUP DENGAN TAAT DAN SETIA KEPADA TUHAN. Dan ini juga berlaku sebaliknya: Doa-doa kita tidak terjawab karena kita hidup dalam ketidaktaatan dan ketidaksetiaan kepada Tuhan. Sudahkah kita memeriksa hidup kita di hadapan Tuhan sebelum kita memohon pertolongan dari padaNya? Langkah yang harus kita ambil sebelum kita memohon pertolongan Tuhan adalah membereskan setiap ganjalan dalam hidup kita yang menghalangi kita dengan Tuhan. Itulah langkah pertobatan bagi penyembahan sejati, pertobatan selalu mendahului permohonan.

“Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit, (Maz. 18:26-27)” Bagaimana tanggapan Saudara terhadap ayat ini? Begitu banyak orang Kristen berpikir secara salah. Pandangan mereka kurang tepat terhadap Tuhan. Banyak orang Kristen menganggap bahwa Tuhan itu kasih, bahkan begitu mengasihi ‘anak-anak-Nya’. Tuhan tidak akan tega meninggalkan anak-anak-Nya; Setiap mereka berseru atau minta pasti Tuhan akan menolong dan memberikan apa saja yang mereka minta demikian pemikiran mereka. Benarkah pemikiran itu? Ada juga benarnya tetapi kita harus lebih mengenal Dia lebih dalam lagi. Saudaraku, Tuhan bukan seperti kakek-kakek bodoh yang telinganya mulai tuli dan matanya rabun. Ia bukan seorang yang pikun dan mudah ditipu. Ia adalah pribadi Terbesar dan Teragung di seluruh jagad raya; tetapi mengapa begitu banyak orang yang bersikap seolah-olah dapat menipu Dia? Mari kita melihat kehidupan nyata. Jika seorang anak senantiasa tidak mau menuruti apa yang baik yang diminta oleh orang tuanya, apakah mungkin permintaan anak tersebut akan terus dituruti oleh orang tuanya?

Jika seorang karyawan tidak pernah taat kepada majikannya, bekerja se-enak perutnya sendiri dan sering membolos, apakah mungkin permintaannya untuk kenaikan gaji akan diberikan oleh majikannya? Jika seorang penjahat telah sering keluar masuk penjara tertangkap lagi dengan kejahatan yang lebih berat, apakah mungkin permintaan keringanan hukuman kepadanya akan diberikan hakim? Jika seseorang yang tidak kita kenal sama sekali, baru berjumpa sekali itu, apakah mungkin  semua permintaannya kepada kita akan kita penuhi? Tentu saja telah jelas, jawaban dari semua pertanyaan itu adalah TIDAK MUNGKIN. Demikian pula dengan Tuhan kita. Tetapi masih ada yang berpikir. “Biarlah aku hidup dalam dosa saja. Nanti jika terdesakkan bisa minta tolong pada Tuhan.”
Saudaraku jika engkau memiliki pikiran seperti itu, engkau sedang berusaha menipu Tuhan!

Betapa sesungguhnya Tuhan rindu untuk menolong dan membebaskan kita tetapi dosa kitalah yang menghalangi Dia untuk melakukannya (Yes 59:1-2). Tuhan tidak pernah salah, kitalah yang seringkali bersalah, bahkan seringkali salah menilai Dia. Adalah suatu kesalahan yang besar apabila kita berusaha ‘memanfaatkan’ dan ‘mengambil keuntungan’ dari Tuhan. Tidak ada keuntungan apapun yang akan kita dapatkan selain ‘berkat murahan’ yang hanya bertahan sebentar saja, jika kita tidak merindukan Dia lebih daripada apa yang sanggup Ia berikan. Orang-orang merindukan berkat, bukan Pemberi Berkat, membutuhkan pertolongan bukan Penolongnya, merindukan kelepasan bukan Penyembuh; menginginkan kesembuhan bukan penyembuhnya Tetapi ketahuilah: TIDAK ADA pertolongan yang sesungguhnya tanpa Sang Penolong  dan juga TIDAK ADA berkat yang sesungguhnya tanpa Sang Pemberi Berkat. Seharusnya kita meneladani  Daud: Ia hidup benar di hadapan Tuhan sehingga Tuhan sangat berkenan dan menghargai Daud. Oleh karena itu Ia tidak pernah segan-segan ‘turun’ dari TahtaNya dan membebaskan hambaNya yang kekasih.

MOTIVASI JUGA HARUS BENAR.
Ada sisi lain lagi yang juga merupakan salah pengertian dari banyak orang yang percaya. Yaitu mereka berusaha hidup benar dengan harapan bahwa melalui hidup mereka yang taat kepada Firman melakukan setiap hukum-hukum dan peraturan-peraturan ibadah maka Tuhan akan menjauhkan setiap kutuk/malapetaka dan sebaliknya memberikan berkatNya. Sebenarnya ini sama saja dengan yang pertama: Fokus hidup tetap kepada berkat dan pertolongan Tuhan, bukan pada Tuhan sendiri.

Hidup yang saleh tidak pernah boleh dimaksudkan sebagai ‘pancingan’ atau ‘kail’ bagi berkat Tuhan Hidup yang saleh dan  benar semata-mata harus ditunjukan sebagai ungkapan pengabdian dan penyerahan, Suatu persembahan syukur di hadapan Tuhan yang adalah Allah yang baik dan sejati itu. Tuhan juga tidak akan begitu mudah tertipu dengan perbuatan-perbuatan saleh ‘palsu’ yang kelihatan begitu baik dan sangat taat. Tidak, Saudara, karena Ia melihat hati, dan berkenan kepada apa yang ada di dalam batin (Maz. 51:6).

Daud tidak hidup benar untuk meraih berkat dan pertolongan Tuhan. Kebalikkannyalah yang benar: Karena ia hidup benar maka pertolongan Tuhan berlaku dalam hidupnya. Apa buktinya? Lihat ayat 1. di situ jelas sekali Daud membuka Mazmurnya dengan pernyataan: “Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!”. Itulah ungkapan dari motivasinya mengiring Tuhan. Daud hidup benar karena mengasihi Tuhan, bukan karena takut hukuman maupun mencari berkat-berkat jasmani semata. Motivasi seperti inilah yang semestinya kita miliki sebagai penyembahan sejati. Kita menyembah, mengiring dan hidup taat sesuai firmanNya semata-mata karena kita mengasihi Dia lebih dari segala yang ada di dunia.

Kini terjawab sudah bagaimana supaya doa-doa kita dapat didengar dan dijawab. Kehidupan yang taat dan setia karena didorong kasih kepada Tuhanlah yang membuat hidup kita senantiasa ada dalam pengawasan dan pemeliharaanNya. Jika kita mau tinggal  dekat bersamaNya, Ia pasti menjadi “Superhero” Penolong kita yang sejati. True Worshippers, sungguh tidak ada hidup yang lebih indah selain hidup bersama Dia.

RINDU HIDUP DALAM KEBENARAN

RENUNGAN DARI MAZMUR 17
Oleh: Bpk. Peter B, MA
 
“Luputkanlah aku, ya TUHAN, dengan tangan-Mu, dan orang-orang dunia ini yang bagiannya adalah dalam hidup ini; biarlah perut mereka dikenyangkan dengan apa yang Engkau simpan,……” (Mazmur 17:14)
“Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu” (Mazmur 17:15)

Di dunia ini adalah perkara yang sulit menemukan seseorang yang berpendirian teguh. Mereka yang semula memperjuangkan perbaikan, pembenahan, pemulihan dan reformasi dengan gigih dan tidak kenal menyerah, dapat saja beberapa waktu kemudian menyimpang dan tidak lagi memperjuangkan kepentingan “banyak orang” sebagaimana digembar-gemborkan sebelumnya, tetapi kemudian berbalik mencari keuntungan-keuntungan pribadi. Tekad yang bulat untuk tidak kompromi sangatlah sulit ditemukan khususnya di dunia sekarang ini. Segala yang berasal dari dunia ini banyak kali berhasil menawarkan dan membujuk banyak orang untuk menyerah dan meninggalkan komitmen yang di buatnya semula. Dalam segala bidang kehidupan sulit amat sulit ditemukan seorang yang begitu mencintai kebenaran dengan tulus. Prinsip-prinsip kebenaran di pakai sebagai kedok yang kemudian dijadikan dasar atau alat untuk mencapai keinginan dan ambisi pribadi. Betapa keji dan tidak bermoral!
Semakin saya mempelajari  kehidupan dari Daud, semakin saya mengetahui mengapa Tuhan menyebut Daud sebagai seorang yang berkenan di hatiNya. Salah satu sebab itu terlihat jelas sekali dalam Doa Daud, yang kemudian dibukukan menjadi Mazmur 17. Dalam doanya, terlihat jelas sekali kerinduan Daud untuk hidup semata-mata dalam kebenaran yang sejati. Meskipun kita tahu hidup Daud tidak sempurna dan banyak mengalami kejatuhan tetapi inilah hati Daud, HATI SEORANG PENYEMBAH SEJATI… dan Tuhan melihat hati. Masihkah Tuhan menemukan hati yang seperti ini di masa kini? Jika ada, Ia pasti berkenan.

Untuk menjadikannya lebih jelas, mari kita amati dan perhatikan satu persatu Mazmur 17 ini. Ada tanda-tanda yang menunjukkan yang dari sana kita dapat belajar bagaimana sesungguhnya hati dan kehidupan orang yang rindu untuk hidup dalam kebenaran. Dari satu pasal ini saja paling tidak kita dapat belajar mengenai 4 tanda seorang yang sungguh-sungguh rindu hidup dalam kebenaran sejati:

1.    HANYA MENCARI PENGAKUAN DAN PEMBENARAN DARI TUHAN SAJA.
“Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang benar. Tunjukkanlah kasih setia-Mu yang ajaib …. yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kanan-Mu.” (Maz 17:1,2). Bagi mereka yang rindu kebenaran sejati, pengakuan dari manusia tidaklah berarti apa-apa. Yang terpenting adalah pengakuan dan pembenaran dari sumber kebenaran itu sendiri: TUHAN, Allah yang sejati. Pengakuan, pujian, dan penerimaan dari manusia tidaklah mutlak; tergantung pada tingkat hubungan, status sosial, pandangan pribadi, dan masih banyak lagi yang semuanya itu masih dapat berubah sewaktu-waktu. Berbeda dengan prinsip-prinsip illahi yang kekal, semuanya mutlak dan tidak dapat diubah lagi. Inilah yang dikejar oleh Daud. Apabila Tuhan telah memberikan pembenarannya, siapakah yang dapat menggugatnya? 

Hal ini sangatlah dimengerti oleh Rasul Paulus. Dalam pelayanannya, ia mengejar pengakuan dan upah yang dari Allah sehingga penilaian dan penghakiman yang dari manusia tidaklah ada artinya, “Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi.” (1kor 4:3). Pertanyaan yang penting bagi kita adalah: seberapa pentingkah pendapat dan penilaian manusia dalam hidupmu? Manakah yang kita cari terlebih dahulu: pengakuan manusia atau pengakuan Allah? Ketahuilah satu hal, saudaraku, mengejar pengakuan manusia tidak pernah cukup; tetapi di dalam pengakuanNya kita merasa aman.
 2.    HIDUP DI DALAM HATI YANG TULUS DAN MURNI
“Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur” (Mazmur 17:3). Pada waktu membaca doa Daud ini, terbersit satu pikiran, “Beranikah saya berdoa seperti ini? Apa yang akan ditemui Tuhan dalam hati saya jika Ia memeriksa dan menyelidikinya?” Ya, apa. Apakah yang akan ditemukan Tuhan apabila Ia membongkar hatimu dan mengeluarkan isinya? 

Banyak ilmuwan berkata bagian paling kotor  dalam diri kita adalah mulut karena di situ ada begitu banyak kuman dan bermacam jenis bakteri penyakit. Tetapi ketahuilah, bagian yang paling kotor dari manusia adalah hati-Nya! (Mark. 7:21-22). Di hatilah orang menyimpan segala perkara-perkara yang jahat dan busuk karena di situlah semuanya pikir mereka dapat disembunyikan. Perbuatan seringkali hanya topeng dan dapat sangat menipu, oleh karena itu Tuhan pertama-tama melihat hati. Hanya Dialah yang sanggup melihat sampai ke dasar hati yang terdalam (Yer 17:10). Mereka yang sungguh mau hidup dalam kebenaran akan ditemukan hatinya bersih dari segala kejahatan; yang tampak di luar sama dengan apa yang di dalam. Tidak ada perkara yang tercela disimpan dalam hati mereka tetapi tulus dan murni di hadapan Tuhan. Tanda yang kedua ini memang hanya kita dan Tuhan yang tahu, tetapi justru  itulah yang membuat pertanggungjawaban kita semakin berat.

3.    HIDUP SEBAGAI PENURUT-PENURUT FIRMAN TUHAN
“Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap  jalan orang-orang yang melakukan kekerasan; Langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang (Mzmr 17:4,5). Ini tanda yang dapat kita kenali dengan jelas. Mereka yang sungguh-sungguh rindu untuk hidup dalam kebenaran pastilah menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan. Mengapa? Karena memang Firman Tuhan itulah kebenaran (2 Sam 7:28; Yoh 17:17) dan mereka yang rindu akan kebenaran pasti hidup di dalam kebenaran itu sendiri. Daud berkenan di hati Allah karena ia menjunjung tinggi Firman Tuhan dalam hidupnya, memperlakukan Firman Tuhan sebagai perkara yang sangat berharga dalam hdupnya (Maz 19:9b-11). Banyak orang Kristen memiliki level kekristenan hanya sampai tingkat  pendengar Firman saja dimana Firman Tuhan dianggap sebagai suatu pidato atau ceramah yang menarik untuk disimak, dinikmati dan kemudian dilupakan. Hidup didalam kebenaran adalah menghargai firmanNya seperti hidup itu sendiri. Saudaraku, perhatikanlah FirmanNya!
4.    SELALU INGIN MENJAUH DARI KEHIDUPAN YANG FASIK
“Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayapMu terhadap orang-orang fasik yang menggagahi aku, Luputkanlah aku, ya TUHAN, dengan tanganMu, dari orang-orang dunia ini…” (Mazmur 17:9-14). Merenungkan doa Daud ini, saya teringat akan sebagian isi Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus. Salah satu kalimat berkata, “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat..”. Ya, mereka yang sungguh-sungguh rindu untuk hidup dalam kebenaran tidak pernah ingin berkompromi dan bersahabat dengan dunia yang fasik ini. Prinsip-prinsip dasar duniawi dan prinsip-prinsip dari Allah sangat bertentangan dan sulit dicari persamaannya. Sayangnya, seringkali kehidupan orang percaya lebih diwarnai oleh prinsip dunia daripada kebenaran FirmanNya. Seharusnya, lambat laun setiap prinsip-prinsip dunia harus tersingkir dari hidup kita diganti dengan kehidupan selayaknya manusia baru di dalam Tuhan, hidup di dalam kebenaran sejati dari FirmanNya. Dengan siapakah kita ingin dekat dan akrab: mereka yang fasik atau saleh-saleh Allah sejati? (bandingkan dengan Maz 16:3)
PUAS MELIHAT WAJAH TUHAN
Akhir dari doa Daud adalah harapan dari setiap mereka yang terus hidup dalam kebenaran: satu kali nanti boleh memandang wajahNya dan disitulah terbit kepuasan yang sejati. Mereka yang fasik dan hidup tidak sejalur dengan Allah akan dikenyangkan dengan apa yang disimpan oleh Allah: penderitaan hingga ke anak cucu. Sebaliknya mereka yang sungguh hidup dalam kebenaran tidak cukup puas hanya dengan berkat-berkat Allah meskipun itu yang pasti mereka terima tetapi kepuasan dan kebahagiaan sejati adalah saat mereka dapat memandang Tuhan dalam keabadian. Segala jerih payah dan penderitaan karena hidup dalam kebenaran akan sama dan menjadi tak berarti di ganti kesukaan kekal. Itulah upah bagi mereka yang setia hidup dalam kebenaran.

THE LORD IS MY PORTION


RENUNGAN DARI MAZMUR 16
Oleh: Bpk. Peter B, MA

“Aku berkata kepada TUHAN:
“Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!” (Mazmur 16:2).
“Ya TUHAN, Engkaulah bagian
warisanku dan pialaku,…” (Mazmur 16:5)
Dalam salah satu angket yang
diadakan sebuah surat kabar harian terkemuka di Surabaya beberapa bulan lampau
pernah dimuat suatu hasil polling yang menarik. Angket tersebut menanyakan
kepada sebagian kaum muda di Surabaya mengenai perlu tidaknya aktivitas yang
disebut pacaran. Hasil akhir polling
tersebut  menunjukkan bahwa hampir 80-90%
kaum muda di Surabaya mengatakan bahwa pacaran itu perlu. Sewaktu membaca hasil
polling tersebut pertanyaan yang terus berkecambuk dipikiran saya adalah:
mengapa sebagian besar kaum muda beranggapan bahwa berpacaran itu perlu?
Terhadap pertanyaan ini sepertinya saya tidak perlu terlalu lama menunggu jawabannya.
Dengan melihat pada sifat dasar manusia, kita akan menemukan jawaban.
Jawabannya: setiap pribadi senang untuk merasa diinginkan, diterima, dan diharapkan
oleh seseorang! Ya, tidak ada seorang pun yang senang untuk ditolak. Demikian
pula pribadi yang teragung itu, Allah semesta alam. Ia merasa sedih jika
ditolak apalagi oleh ciptaanNya sendiri yang sangat dikasihiNya. Tetapi …
adakah yang sangat menginginkan Dia lebih daripada apapun di dunia ini?
 Jika kita bisa memiliki apa
saja, pernahkah kita bertanya pada diri kita sendiri mengenai perkara terbaik
apa yang akan kita pilih sebagai milik dan bagian kita? Ada banyak jawaban
untuk pertanyaan ini. Ada yang menjawab seluruh harta dunia, nama yang
terkenal, ataupun gadis-gadis tercantik di dunia. Tetapi jika kita bertanya
kepada Daud, apa yang akan dipilihnya sebagai milik dan bagiannya? Mazmur 16
memberitahukan kita: Daud akan memilih
Allah sebagai bagiannya, sebagai warisannya, dan milik pusakanya yang paling
berharga
.
Inilah yang membuat Allah sangat berkenan kepada Daud.
Di muka bumi ini, pada zaman itu, Allah melihat tidak ada seorang pun yang
sangat menginginkan Dia seperti Daud. Daud tidak mau yang lain selain Allahnya.
Dibandingkan Allahnya tidak ada yang cukup berarti dan berharga baginya. Inilah
hati seorang penyembah yang sejati.
Darimanakah kita dapat
mengetahui kalau kita sudah menjadikan Tuhan sebagai  bagian kita? Dari kehidupan Daud kita dapat
melihat lebih jauh. Beberapa ciri-ciri apabila kita telah menjadikan Dia
sebagai bagian dan milik kita yang paling berharga adalah: 
1. MENYUKAI
DAN MENGASIHI SEGALA SESUATU YANG BERASAL DARI TUHAN
“Orang-orang kudus yang ada
di tanah ini, merekalah orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku” (Mazmur
16:3). Jika Tuhan menjadi bagian kita maka kita juga akan menerima dan
mengasihi segala sesuatu yang berasal dari Dia. Dalam hubungan kita dengan
Tuhan, tanda ini sangat penting. Kita dengan cepat dapat mengenali apakah
seseorang sungguh-sungguh menginginkan Dia dari ciri ini. Mereka yang tidak
menginginkan Dia di atas segalanya pasti tidak pernah mau peduli segala hal
mengenai Tuhan. Tetapi sebaliknya, mereka yang menjadikan Dia sebagai yang
terutama dan segala-galanya maka semua perkara yang berkaitan dan berasal dari
Dia menjadi kesukaanya. Seperti halnya seorang penggemar atau fans seorang
bintang tenar. Segala sesuatu yang berasal dan berkenaan dengan sang idola
menjadi penting dan juga menjadi kesukaannya yang terdalam.
Daud pun demikian. Sejak ia
menjadikan Tuhan sebagai bagiannya, orang-orang saleh menjadi kesukaannya.
Dahulu mungkin ia tidak suka kepada para saleh ini, tetapi kini mereka menjadi
kesukaannya (bandingkan dengan 1 Yoh 5:1). Pergaulannya berubah. Cara
pandangnya berubah. Kesukaannya berubah. Apa yang dahulu menjadi kebencian kini
menjadi kesukaan, dan apa yang dahulu menjadi kesukaan kini tidak berarti lagi.
Dalam perjanjian Baru, hal ini diutarakan begitu indah dan gamblang oleh Rasul
terkenal itu,”Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang
kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh
karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus,” (Fil 3:7-8). Bagi Paulus, perkara-perkara dunia
telah pudar daya tariknya dibandingkan Kristus dan pengenalan akan Dia. Ia
begitu haus, begitu lapar, begitu terpesona akan segala hal yang “berbau”
Kristus. Sudahkah kita begitu menginginkan Dia hingga kita rela menyisihkan
segala sesuatu yang lain demi memperoleh Dia dan hanya Dia saja?
2. TUNDUK DAN
MENYEMBAH HANYA KEPADA TUHAN SAJA
“Bertambah besar kesedihan
orang-orang yang mengikuti allah lain; aku tidak akan ikut mempersembahkan
korban curahan mereka yang dari darah, juga tidak akan menyebut-nyebut nama
mereka di bibirku” (Mazmur 16:4) . Salah satu kisah yang paling dramatis yang
pernah ditulis di Alkitab adalah kisah 
mengenai 3 pemuda Israel yang dibuang ke Babel. Ketiga pemuda ini adalah
sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Sewaktu Raja Babel, Nebukadnezar, mengadakan
perayaan besar, sebuah patung didirikan untuk kebesaran namanya. Lebih jauh
lagi, Nebukadnezar memerintahkan seluruh pembesar dan bupatinya untuk menyembah
patung itu. Tiga pemuda yang merupakan bupati-bupati di Babel ternyata sama
sekali tidak mau tunduk dan menyembah. Seperti telah diduga kemudian, hukuman
menanti dan mereka bertiga siap dijebloskan kedalam dapur api (yang dipanaskan
7 kali lipat). Tetapi terhadap Allah yang sejati, Yahweh , Allah Israel, mereka
telah menyerahkan hidup mati mereka. Jawaban mereka dapat membuat kita sangat
malu, “jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan
melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu,
ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa
kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang
tuanku dirikan itu.” (Dan. 3:17-18). Masih adakah komitmen dan kesetiaan
seperti ini kepada Tuhan?
Jawaban 3 pemuda tadi senada
dengan yang disampaikan Daud. Bagi para penyembah sejati, menyimpang dari
penyembahan yang sejati dan beralih pada penyembahan yang palsu baik
patung-patung berhala, agama-agama palsu, maupun benda-benda duniawi hanya
berakibat kesengsaraan yang kekal. Mereka yang tidak sungguh menjadikan Tuhan
sebagai bagian mereka akan mudah berganti haluan dan kembali kepada dunia dan
kesenangannya yang semu. Komitmen para penyembah sejati kepada Tuhan  telah mantap dan pasti. Tiada lagi  ruang yang tersisa di hati mereka. Semuanya
telah bulat dipenuhi oleh Tuhan saja. Hanya bagi Tuhan saja.
KEKUATIRAN
DIGANTI DENGAN IMAN DAN HARAPAN
Salah satu dampak bagi
mereka yang menjadikan Tuhan sebagai bagian mereka adalah bahwa mereka TIDAK LAGI KUATIR AKAN HARI ESOK. Dengarkanlah
kegembiraan Daud dalam harapan yang baru: “…Engkau sendirilah yang meneguhkan
bagian yang diundikan kepadaku. Tali pengukur jauh bagiku di tempat-tempat yang
permai;…(Mazmur 16:5-6).
Inilah yang disebut bahwa
memiliki dan mengenal Tuhan berarti juga memiliki segala-galanya. Pertemuan
pribadi dengan Tuhan adalah salah satu saat yang paling  berkesan dalam hidup para  penyembah sejati. That is the most im pressive experience man’s ever had. Sungguh
pertemuan yang tak terlupakan. Sejak detik itulah segala-galanya berubah. Penuh
kedamaian. Penuh sukacita. Limpah dengan syukur. Terbit harapan baru. Paulus
mengungkapkannya dengan indah, “jadi siapa yang ada  di dalam Kristus ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang(2 kor 5:17). Inilah
hidup yang baru. Awal yang baru dimulai. Segala sesuatunya kini tidak lagi
dilakukan sendiri. Bersama Kristus kita menatap masa depan. Bersama-sama dengan
Kristus tidak ada yg perlu di kuatirkan lagi. Kekuatiran-kekuatiran hidup yang
tidak pernah berhenti bermunculan dan mengganggu, perlahan-lahan mulai sirna
diganti dengan iman percaya bahwa dalam Kristus ada masa depan yg indah.
Seluruh harta dunia sekali
pun tidak akan bisa mengusir kekuatiran. Resah dan gelisah adalah hasil
persekutuan dengan dunia. Tetapi dalam hidup bersama Kristus dan tinggal dekat
Allah, kita merasa aman (Mazmur 62:1,5). Bukankah masa hidup kita di tanganNya?
Bukanlah Ia berjanji memelihara kita? Bukankah Ia berjanji memberikan masa
depan yang penuh harapan? Dahulu kita sesat seperti domba, tetapi kini kita
telah menemukan tempat perhatian. Bertemu dengan gembala dan pemeliharaan jiwa
kita (1 pet 2:25). Apalagi yang perlu kita takutkan? Justru tanpa Dia hidup
menjadi sia-sia. Dengan bangga kita dapat berdiri dan berkata kepada dunia,
“Jika Allah di pihakku siapakah yang akan melawanku…?” (Rm 8:31). Percayalah,
saudara-saudaraku, kita akan mengalahkan dunia. Bersama Kristus perkara besar
ada di depan mata!

WORSHIP IN TRUTH


(Mzm 15.  Bag 2)
Oleh: Bpk. Peter B, MA
                         
Hadirat Tuhan yang senyatanya
adalah luar biasa. Memang penuh dengan sukacita dan damai sejahtera (Yes 48:18,
Mzm 16:11) tetapi dalam takut dan hormat yang luar biasa. Sesungguhnya yang
membuat surga begitu indah dan menakjubkan berasal dari karakter Tuhan yang
bernama kekudusan! Tanpa kekudusan, surga bukanlah surga. Hanya dengan
kekudusanlah kita  dapat menghampiri
tahta dan hadiratNya yang maha mulia itu dan mengalami kenyataan hadiratNya
yang sesungguhnya, berhadapan muka dengan Dia secara pribadi. Mari kita masuk
lebih dalam lagi pada pujian Sang Pemazmur, Daud. Dari ayat ke–2 hingga ayat
ke– 5 dari Mazmur 15 ini kita akan menemukan apa yang di maksud dengan “hidup
dalam kebenaran“ yang oleh karenanya kemudian kita dapat “menyembah Dia dalam…
kebenaran” ; menikmati hadiratNya yang mulia dan dahsyat baik di bumi hingga di
surga. Ada 4 hal syarat supaya kita dapat hidup menyembah Dia dalam kebenaran:
1)     
HIDUP DALAM INTEGRITAS .
“Yaitu yang berlaku tidak
bercela .. yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya” (ay. 2).
Integritas berarti apa yang tampak di hadapan orang sama dengan apa yang ada di
dalam hatinya. Integritas berarti tidak munafik dan hidup di dalam ketulusan,
di dalam kebenaran dan keadilan. Inilah perbedaan yang menyolok antara
menghadap kehadapan manusia dengan menghadap ke hadirat Tuhan. Di hadapan
manusia, hanya yang kelihatan saja yang penting. Yang tidak kelihatan (di dalam
hati) tidak terlalu penting . Manusia hanya menilai yang tampak di depan mata,
tetapi Tuhan melihat jauh sampai ke dalam hati.. dan ia mengetahui semuanya
yang ada di sana. Ia tahu apakah kita sungguh-sungguh rindu bertemu denganNya, sungguh-sungguh
mencari Dia, sungguh-sungguh menikmati hadiratNya. Di hadapan manusia kita
dapat bersikap manis sedangkan hati kita benci luar biasa-kita bisa menipu
manusia. Hidup tanpa ketulusan dan integritas sama dengan berusaha  menipu Tuhan sedangkan kita tahu: ia tidak
pernah bisa ditipu.
Bagaimana perasaan
Anda jika mengetahui ada seseorang yang berusaha menipu padahal ia terlihat
begitu ramah dan baik dihadapan Anda? Kita akan muak melihatnya! Begitu juga
dengan Tuhan kita. Saat ada yang berusaha menyembah Dia tetapi hidup dalam dosa
dan melawan setiap kehendakNya. Ya, IA sangat muak karena melihat ada orang
yang berusaha menipu Dia! Orang–orang munafik dan palsu tidak akan di terima di
hadiratNya. Kata-kata yang sudah pasti bagi Orang–orang Farisi yang notabene
adalah orang munafik adalah “Celakalah kamu..” Sungguh bukan saja kata–kata
penolakan tetapi juga kutukan. Yang terpenting dalam penyembahan kita adalah
kemurnian. Dengan merendahkan diri dan apa adanya. Dengan kesadaran penuh bahwa
hanya oleh kasih karuniaNya kita dibenarkan dan di ijinkan datang ke tahta
hadiratNya, dengan mengakui segala kelemahan dan kekurangan kita, dengan
menjaga hidup kita tetap kudus dalam takut akan Dia, maka kita dapat menumpang
dalam kemahNya, hingga saatnya nanti kita dapat tinggal selama-lamanya di
gunungNya yang kudus.
2)     
LIDAHNYA BERSIH DARI KEJAHATAN
“…..dan yang tidak
menyebarkan fitnah dengan lidahnya; “ (ay. 3 ). 
Persyaratan kedua berkaitan dengan perkataan kita. Mereka yang disebut
penyembahan-penyembahan sejati di dalam roh dan kebenaran bukanlah mereka yang
suka dengan fitnah, mencela secara semena-mena untuk menjatuhkan saudaranya.
fitnah dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata
“backbite” yang secara literal dapat diartikan 
‘menggigit dari belakang’.  ini
sangat kejam dan sangat berbahaya. Benarkah? Tentu saja. Manakah yang lebih
berbahaya: musuh yang kelihatan di depan mata atau yang tidak kelihatan? Binatang
yang jelas-jelas terlihat di depan mata hendak menyerang kita atau yang tidak
nampak sama sekali keberadaannya di situ? Musuh yang tersembunyi selalu lebih
berbahaya! fitnah itu seperti musuh yang tersembunyi . Seperti suatu ungkapan
berkata “Seperti musuh dalam selimut”. Tidak heran banyak orang berkata: fitnah
lebih kejam daripada pembunuhan. Para pemfitnah jelas merupakan orang yang
kejam. Di hadirat Allah yang Mahakudus dan penuh kasih karunia dan belas
kasihan tidak akan pernah ada orang-orang seperti itu. Lidah yang penuh dengan
kejahatan dan kekerasan tidak layak untuk menaikkan pujian dan penyembahan
kepada yang Maha Kudus. Sebaliknya, Tuhan sendiri juga tidak akan pernah
menyatakan  hadiratNya di tengah-tengah
kumpulan mereka yang najis bibir sebelum mereka mau bertobat. Banyak yang
heran, “ Mengapa aku tidak dapat masuk hadiratNya lebih dalam lagi? “ Hai para
pemfitnah, bertobatlah dari perbuatanmu yang kejam,maka Ia akan datang
menjumpaiMu!
3)     
TIDAK BERKOMPROMI DENGAN DOSA
“…yang
berpegang pada sumpah walaupun rugi. “ (ay. 4 ). Tidak berkompromi dengan dosa
berarti menyingkirkan segala yang bercirikan kebejatan moral, dan hidup penuh
sikap takut akan Tuhan. Segala sesuatu yang tidak mencerminkan kebenaran tidak
boleh diberi tempat maupun kesempatan. Kehidupan mereka tanpa kompromi selalu
berpegang teguh pada komitmen untuk hidup dalam jalan kebenaran senantiasa.
Tidak peduli apakah ia untung atau rugi, hidup dalam kebenaran adalah keharusan
tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ini bukan sifat keras  kepala tetapi sikap yang teguh memegang  prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan.
Mereka yang keras kepala hanya bersikeras untuk memaksakan kehendaknya sendiri
entah benar atau tidak. Tetapi mereka yang tidak berkompromi hanya berpihak dan
selalu berpihak pada kebenaran. Bagi mereka tidak ada yang layak diperjuangkan
dan dipertahankan dengan segenap keberadaan selain kebenaran di dalam Tuhan dan
firmanNya. Seringkali dan ini fakta yang umum terjadi apabila melihat apa yang
diharapkan dan dinantikan tidak lagi mendatangkan keuntungan, maka orang mulai
berkompromi. Berapa banyak orang-orang percaya yang telah menjual kepercayaannya
untuk mendapatkan suatu suasana yang lebih aman, tenang, kedudukan, pangkat dan
harta. Inilah pengkhianatan-pengkhianatan rohani! Betapa Tuhan telah begitu disakiti!
Mereka yang kompromi adalah kekejian dan sangat mempermalukan Dia. Inilah
kelompok mereka  yang suam-suam kuku.
Mereka akan segera dimuntahkan dan dibuang dari hadapan Tuhan; karena seorang
yang plin-plan dan berjiwa pengkhianat tidak berguna di manapun! Hidup sebagai
pengikut Kristus sejati memang penuh dengan ujian, pertentangan, aniaya,
tindasan dsb. Tetapi siapa yang memegang teguh kebenaran sejati di dalam
Kristus tanpa kompromi dengan dunia akan memandang wajahNya dalam keindahan
hadiratNya.
4)     
TIDAK TAMAK &  CINTA AKAN UANG
“ . . Yang tidak
meminjamkan uangnya dengan riba dan tidak menerima suap …” (ay. 5). Seseorang
yang suka makan riba (membungakan uang dengan semena-mena) dan menikmati upah
suap adalah mereka yang mengasihi uang di atas segala perkara termasuk Tuhan.
Alkitab berbicara dengan jelas sekali mengenai hal ini. Yesus sendiri
menegaskan berkali-kali mengenai hal ini: ‘engkau tidak dapat menyembah Allah
dan mamon sekaligus’; ‘juallah seluruh kekayaanmu, bagikanlah kepada orang
miskin dan ikutilah Aku’; ‘lebih muda unta masuk lubang jarum daripada orang
kaya masuk surga’; ‘orang kaya yang bodoh ‘, dsb. Apa arti itu semua? Artinya, mencintai
dan memegang erat segala harta dunia dapat menghalangi hubungan kita dengan
Tuhan. Bagaimana kita dapat menyembah Dia jika kita tidak mencintaiNya?
bagaimana seseorang dapat mengemudi mobil dengan melihat
kekiri-kekanan-belakang tanpa melihat ke depan? Salah satu prinsip penting yang
ditulis oleh Rasul Paulus lewat ilham Roh adalah “Cinta akan uang adalah akar
segala kejahatan” (1 tim 6:10). Uang adalah netral; dapat di pakai untuk kejahatan
atau kemuliaan nama Tuhan. Tetapi cinta akan uang sangat berbahaya. Berakar
dari kecintaan dan keterikatan akan uang maka orang dapat melakukan banyak
kejahatan keji lainnya. Semuanya demi mendapatkan uang lebih banyak lagi! Cinta
uang menutup mata rohani seseorang terhadap hukum dan apa yang benar. Lebih
mengerikan lagi: cinta akan uang menutup mata seseorang dari Allah. Uanglah
yang menjadi Allahnya; menjadi keinginannya yang terbesar; tidak ada lagi yang
lainnya. Bagaimana Tuhan akan menyatakan diri jika Ia tidak diinginkan untuk
hadir. Hai jemaat Tuhan, jika engkau ingin tahu mengapa Tuhan terasa jauh dan
sulit menggapi Dia, periksalah dulu apa yang engkau inginkan saat engkau
menyembah Dia! Jangan- jangan, berkat dan keuntungan jasmani yang engkau
inginkan lebih dari Dia! Ketahuilah dengan benar : jika kita tidak menginginkan
Allah, ia pun tidak akan datang; sama sekali. Kerinduan dan kehausan akan
Dialah yang membuat ia bergerak dari tahtaNya dan menjumpai anak-anakNya.

                Sebagai penutup, perlulah
kiranya direnungkan : mengapa gereja-gereja kekurangan hadiratNya. Bagi mereka
yang lapar dan haus rohani, gereja bahkan tidak memberikan sekedar makanan
kecil! Gedung–gedung gereja yang besar dibangun tetapi Allah seolah-olah enggan
untuk datang. Mengapa? Mungkin saja gereja telah salah menyampaikan undangan.
Mungkin saja undangan telah jatuh ke tangan penyamun sehingga sekarang ini  mereka memenuhi gereja! Jika diamati, tidak
salah jika dikatakan bahwa gereja masa kini lebih mirip sarang penyamun
daripada bait Roh Kudus dan rumah doa. Mari kita datang pada Tuhan dan
bertanya. Dengan sehati. “Sudahkah engkau menerima undangan kami, Tuhan?”

BAG 1: BERSEKUTU SELAMANYA DENGAN DIA 

BERSEKUTU SELAMANYA DENGAN DIA (Mzm 15 bag.1)


BERSEKUTU
SELAMANYA DENGAN DIA
(Mzm 15
bag.1)
Oleh: Bpk.
Peter B, MA
“Tuhan siapakah yang boleh menumpang dalam kemahMU.
Siapa yang boleh diam digunungMU yang kudus? (Mazmur 15:1). Allah kita  adalah Allah yang kudus. Salah satu gelarNya
adalah Yang Maha Kudus. Tempat tinggalNya juga sering disebut sebagai GunungNya
yang kudus. Bukanlah suatu hal yang remeh jika hendak menghadap Dia.
Orang-orang perjanjian lama sangat mengerti dan tahu benar akan hal itu. Mereka
yang hidup di zaman Musa, pasti tahu benar bagaimana dasyat dan
mengerikannya  perjumpaan antara Tuhan
dan umat Israel di Gunung Sinai, seiring dengan guntur, petir dan kilat yang
sambar menyambar, kegentaran umat Israel tak tertahankan lagi hingga mereka memohon
dengan sangat supaya Musa mewakili mereka.
Akhirnya hanya ada dua orang yang bertahan digunung
itu: Musa di puncak dan Yosua, abdinya di lereng gunung. Benar-benar tidak
sembarang orang dapat menjumpai Dia. Oleh karena itu, pertanyaan Daud di atas
menjadi penting bagi kita. Dalam perenungan yang dalam serta diterangi hikmat
Roh Kudus maka dapat dilihat beberapa hal yang ingin Tuhan tunjukkan lewat satu
ayat ini. Yang pertama, pertanyaan itu menunjukkan kerinduan Daud. Lewat Mazmur
yang diawali pertanyaan ini jelas sekali tampak bahwa Daud rindu untuk
bersekutu dan bertemu dengan Allah. Kerinduan itulah yang membuat ia bertanya:
bagaimanakah aku dapat menjumpai Tuhan Yang Maha Kudus? Kedua, pertanyaan itu
menunjukkan penghormatan dan rasa takut yang dalam akan Allah. Daud bukan saja
terkenal sebagai orang yang dekat dan bersuka bersekutu dengan Allah tetapi ia
juga sangat menghormati dan menjunjung tinggi akan Allahnya. Penyembahan sejati
tidak mungkin lepas dari kegentaran dan rasa takut akan Allah. Tanpa takut akan Tuhan tidak ada penundukan dan
tanpa penundukan diri tidak ada penyembahan.
Berapa banyakkah mereka yang sekarang ini disebut
“penyembah-penyembah benar“ memiliki hati seperti Daud dan menanyakan di dasar
hati mereka pertanyaan seperti Daud dimanakah kerinduan akan Tuhan? Dan yang jauh
lebih langka sekarang ini: dimanakah takut akan Allah itu di hari-hari
ini?  Di era kekristenan sekarang ini
justru tidak ada lagi pertanyaan seperti Daud. Yang ada hanyalah rasa sok tahu.
Banyak orang percaya merasa telah mengerti, telah sampai pada pengalaman-pengalaman
terintim, telah memahami semua kebenaran mengenai Allah. Hasil akhir yang
menyedihkan dari semuanya itu adalah rasa puas diri yang berlebihan; begitu
berlebihannya sampai- sampai membutakan mereka akan kebenaran yang sejati.
Seperti yang di katakan oleh Tommy Tenney,
“Gereja sudah terlalu biasa dan puas dengan apa yang baik sehingga kehilangan
yang terbaik dari Tuhan “
camkanlah itu baik-baik: penghalang terbesar bagi yang terbaik seringkali adalah hal-hal yang
baik!
Menyimak lebih jauh dalam Mazmur 15 ini merupakan
Mazmur mengenai menyembah Tuhan dalam kebenaran. Bagaimana sebenarnya menyembah
dalam penyembahan yang sejati itu? Yoh 4:24 mengatakan “Didalam roh dan
kebenaran “dan Mazmur 15 mengajarkan pada kita bagaimana menyembah didalam roh
dan kebenaran itu. Tetapi sebelum itu, ada baiknya meneliti kembali pertanyaan
Daud diatas. Jika diperhatikan, dalam satu ayat itu Daud bertanya dalam dua
kalimat tanya. Yang pertama, ia bertanya “Siapa yang boleh menumpang dalam
kemahMu? “dan kedua, ia bertanya, “Siapa yang boleh diam di gunungMu yang
kudus?”. Dua pertanyaan. Apakah artinya sama? Mari kita cermati baik-baik.
Pertanyaan
pertama
, Daud bertanya, “Siapa yang
boleh menumpang di kemah Tuhan.” Kata yang dipakai di sini adalah “menumpang di
kemah Tuhan”. Apa artinya? Di zaman perjanjian lama menumpang dan diizinkan
tinggal di kemah seseorang artinya diterima untuk dapat bersekutu dengan tuan
rumah. Tetapi tidak hanya itu, “menumpang” berarti tidak menetap, hanya
singgah, mampir dan tinggal di situ sementara saja. Di sini sebenarnya Daud
sedang berbicara mengenai PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN, MENIKMATI HADIRAT TUHAN
dalam penyembahan. Dalam penyembahan kita selagi kita masih tinggal di dunia,
kita seumpama orang yang “menumpang”masuk dalam persekutuan dengan Dia. Tidak
selama-lamanya  kita mengalami
manifestasi hadiratNya selama masih di dunia. Mengecap suasana dan manifestasi
hadiratNya yang mulia sekarang ini begitu terbatas dan sementara; itulah
“menumpang dalam kemah Tuhan”.
Hal ini berbeda dengan pertanyaan yang kedua: “Siapa
yang boleh diam di gunungMU yang kudus?”. Ini tidak lagi berbicara mengenai hal
yang sementara tapi menetap. Ini berbicara mengenai diam dan tinggal
bersama-sama Allah selama-lamanya di surga; di hadapan dan dalam hadiratNya
yang kekal. Pada saat itu, Allah sama nyatanya dengan dunia nyata yang kita
rasakan sekarang. Kita akan menikmati keindahanNya terus menerus;  begitu nyata dan tak terselubungi. Dari dua
pertanyaan tadi, sebenarnya secara tidak langsung Daud bertanya “Siapakah yang
dapat memasuki persekutuan pribadi dan kemudian DIAM bersama Dia selamanya?
Siapakah yang dapat merasakan dan menikmati hadiratNya yang nyata seperti di
surga mulia? Daud mencari jawaban akan siapa yang dapat mengalami saat-saat
terintim dalam penyembahan. Ya siapakah yang dapat?. Adalah menarik untuk
mengetahui bahwa jawaban dari dua pertanyaan itu adalah sama (yaitu yang ditulis
kemudian pada ayat 2 sampai 5).  Ini
menunjukkan suatu hal penting, yaitu bahwa syarat untuk merasakan kehadiran dan
persekutuan dengan Dia di bumi dan syarat untuk bersekutu dengan Dia di surga
adalah sama . Syarat untuk penyembahan, baik yang sementara di bumi dan
selamanya di surga adalah sama. Jangan senang dulu apabila engkau merasa telah
dapat menyembah di bumi! yang perlu diteliti lebih lanjut di sini adalah sudah
samakah antara penyembahan kita sekarang di bumi dengan nanti di surga?

            Begitu banyak orang merasa senang
dan cukup apabila telah merasakan hadirat Tuhan sewaktu penyembahan. Ada damai,
sukacita, ketenangan, dsb dalam hadirat Tuhan; tapi benarkah hanya seperti itu?
Kesalahan fatal gereja Tuhan saat ini adalah mengganggap penyembahan yang
sekarang telah cukup menyenangkan Tuhan dan hadiratNya hanyalah seperti yang
mereka alami dan rasakan sekarang ini. Bukan! Sama sekali bukan! Allah kita
memang sumber damai sejahtera dan sukacita tapi ia juga Maha Kudus dan Raja di
atas segala raja. Tanpa hormat yang
besar, tanpa takut akan Dia lebih dalam tidak ada keintiman bersama Dia.

HadiratNya di surga jauh melebihi yang ada di bumi sekarang ini. Tanpa hormat
dan takut di hadapanNya, hanya remah-remah sukacita dan damai yang kita
peroleh. Bayangkanlah betapa jauh perbedaan antara mereka yang menghormati
seorang raja dari jauh dengan mereka yang menghormatinya di istana, di hadapan-Nya? 

BAG 2: WORSHIP IN TRUTH

DIA INGAT KEPADA ORANG YANG TERTINDAS

DIA INGAT
KEPADA ORANG YANG TERTINDAS
(Mazmur 9)
Oleh: Bpk.
Peter B, MA
Adalah
sesuatu yang klasik bahwa dunia ini dikendalikan oleh 2 kekuatan besar yang
berlawanan satu dengan  yang lain.
Perebutan antara KEBENARAN dan KEJAHATAN, kelaliman dan kebajikan, hitam dan
putih, antagonis dan protagonis tampaknya tidak akan pernah berakhir sebelum
dunia ini  sampai pada kesudahannya. Di
dalam dua jalur inilah Tuhan beserta 
umat-NYA akan selalu bertemu dengan iblis dan antek-anteknya yang sering
disebut sebagai orang-orang fasik. Mereka yang ada di jalur Tuhan. Jalur
kebenaran selalu dan seringkali ditindas oleh kekuatan-kekuatan kejahatan.
Sesungguhnya hidup sebagai orang-orang benar tidak akan pernah mudah!
            Di atas segala siasat keji dan kelicikan yang kejam atas
musuh-musuhnya, orang-orang benar dapat berharap kepada Tuhan. Kita dapat
belajar seperti Daud saat menghadapi tekanan dan tindasan. Mazmur 9
memberitahukan pada kita bahwa Tuhan akan menjadi 3 pribadi yang akan membawa
pembebasan bagi mereka yang tertindas. Daud telah mengalaminya, mengapa kita
tidak rindu mengalaminya juga?
1)     
ALLAH SEBAGAI HAKIM YANG ADIL
Tuhan menimbang dan membela perkara
maupun hak orang-orang yang benar (Mazmur 5). Baginya benar adalah benar, salah
adalah salah. Tetapi dilawan-NYA orang-orang fasik. Tidak ada yang dapat
menggoyahkan dan mengubah penghakiman-NYA. Bahkan tahta Tuhan adalah untuk
penghakiman (Mazmur 8). Tahta-NYA indah mempesona, mulia, mencengangkan tetapi
itu didirikan dan ditegakkan bagi penghakiman. Sesungguhnya Ia cinta dan sangat
mencintai keadilan dan kebenaran. Bukankah Ia tidak hanya senang pada keadilan
dan kebenaran….(Mazmur 33:5). Tidak hanya itu, Dia adalah HAKIM TERAGUNG dan
TERBESAR level penghakiman-NYA adalah Dunia dan bangsa-bangsa (Mazmur 9). Allah
memegang dan menghakimi bangsa-bangsa. Pemimpin–pemimpin bangsa yang besar
tidak satupun yang lepas dari genggaman tangan-NYA. Pemimpin manakah yang tidak
diturunkan atau dinaikkan-NYA. Sesungguhnya Ia-lah Hakim. Kuasa untuk menaikan
dan menurunkan ada pada-NYA Nebukadnezar pun dalam kebanggaanya akan Babel
harus mengakui kebesaran Tuhan (Daniel 4). Bukankah engkau lebih lagi, hai
pemimpin-pemimpin indonesia? 
2)      ALLAH
SEBAGAI TEMPAT PERLINDUNGAN
Dengarlah kabar baik ini, hai engkau
yang tertindas: Sesungguhnya ia tidak pernah meninggalkanmu  (Mazmur 11:13). Telinga-Nya diarahkan pada
teriakanmu minta tolong. Mata-Nya mengamat-amati keadaanmu. Tidak pernah Ia
tidak peduli. Tapi tidak pernah Ia terlelap atau tertidur saat menjagamu. Hakim
yang jahat (Lukas 18) luluh dan menyerah saat janda itu berseru-seru, tidakkah
Tuhan, Hakim yang adil itu, akan bersegera datang dan menerima kita?  Terhadap mereka yang mengadu dan berlindung
pada-Nya, Ia bukan saja menjadi benteng perisai dan perlindungan tetapi Ia juga
akan MEMBALAS setiap perbuatan jahat (Mazmur 13). Mengapa kita bersusah payah
mau membalas dengan tangan kita sendiri? Ia yang menjadi tempat perlindungan
kita tidak akan dapat tenang karena keadilan-Nya, pembalasan harus terjadi.
Wow, mengapa kelihatan begitu kejam? Karena Alkitab berkata, “… teriak mereka
tidaklah dilupakan-Nya” (Mazmur 13) dan “…Aku telah memperhatikan… mendengar,
ya Aku mengetahui penderitaan mereka” (keluaran 3:7) kesakitan dan penderitaan
kita Ia tahu semuanya. Sebab itu dengan segenap kekuatan Ia membela dan
melakukan pembalasan bagi kita, umat yang dikasihi-Nya. Saudaraku, ketahuilah
disuatu tempat di atas sana selalu ada seseorang yang mengerti derita dan
jeritan hati kita. Oleh karenanya, serahkanlah … biar kan Ia
mengambilnya. 
3)      ALLAH
SEBAGAI RAJA UNTUK SELAMANYA (MAZMUR 10;16-18)
Puji syukur pada-Nya! Di akhir dunia
ini setiap kepala yang tertunduk akan ditegakkan, tangan yang terkulai dikuatkan,
setiap kaki yang gemetar akan berdiri dengan tegap dan setiap air mata akan dihapuskan
karena Tuhan-lah yang menjadi raja atas manusia Ia akan meninggikan diri-Nya
untuk membela para yatim dan orang-orang terinjak. Supaya apa? “ Supaya TIDAK
ADA manusa di bumi yang berani menakut-nakuti” (Mazmur 10:18).
BAGAIMANA SIKAP KITA JIKA DI TINDAS
?
Daud dalam pengalamannya, keluar
dari tindasan dengan kemenangan karena 4 perkara ini:
a.      
Daud mengenal Allahnya (Mazmur 11a)
Dunia terhuyung-huyung dalam kepenatan dan kebutuhan, tapi mereka yang
mengenal Allahnya tahu pasti ada harapan selalu. Seperti Daud, akan ada harapan
dan kekuatan baru jika kita mengenal Dia sebagai hakim, tempat perlindungan dan
raja sungguh benar, “ segala pekara dapat kutanggung dalam Dia … “ (Filipi 4:13).
b.     
Daud Percaya Pada AllahNYA (Mazmur 11b)
Karena Allahnya dahsyat dan pembebas, Daud menaruh harap bahwa
penindasan tidak akan mengalahkan. Ia yakin Allah pasti bertindak. Kekuatan
kita ada dalam iman kita. Oleh iman perkara besar terjadi;  Oleh iman gunung di pindahkan oleh iman kita
mengalahkan dunia. Oleh iman kita menang.
c.      
Daud tetap bersukacita dan memuji Tuhan (Mazmur 12:2-3)
Terimalah kebenaran ini : mereka yang percaya pada Allahnya TIDAK PUNYA
satupun alasan untuk bersungut-sungut dan menggerutu, tapi selalu akan memiliki
alasan untuk bersukacita dan memuji Tuhan : jangan biarkan kekecewaan, keluh
kesah, sungut-sungut memenuhi hatimu sebab tangisan akan segera diubah menjadi
tarian. Ingatlah yang dikerjakan oleh “sungut-sungut” kepada israel : mereka
tidak pernah menikmati berkat-berkat tanah perjanjian. Justru janji kelimpahan
berkat itu tidak pernah datang padamu karena sungut-sungut tapi karena sukacita
dan puji-pujian pada-Nya.
d.     
Daud Berdoa supaya Allah nyata dan dimuliakan (Mazmur
20-21)
Apa yang kau rasakan saat melihat mereka yang sewenang-wenang berkuasa
dan menganggu merekalah penguasa dunia dan berhak berbuat apa saja?
Penyembahan-penyembahan sejati seharusnya merasakan kesedihan yang mendalam.
Bagi mereka tidak boleh ada yang ditinggalkan dan meninggalkan diri selain
Tuhan. Oleh karena itu kerinduan penyembahan sejati penyembahan sejati adalah
melihat penindas-penindasnya sadar dan merendahkan diri, mengakui mereka hanya
manusia saja! Berdoalah untuk pertobatan para penindasmu!!

Doa
: “Yes, Lord , ! thank You have put my tears in your wineskin. Yes , they ‘ re
in your record “   Amen

THE RIGHTEOUS GENERATION

(Renungan dari Mazmur 14)
Oleh: Bp. Peter B. K.








“Tidak sadarkah semua orang yang melakukan
kejahatan yang memakan habis umatKu seperti roti dan yang tidak berseru kepada
TUHAN?”
 

(Mzm 14:4)

“Di
sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, sebab Allah menyertai angkatan
yang benar.”
 
(Mzm 14:5)
Isu yang sedang marak dibicarakan saat itu adalah mengenai
pertentangan antar pengikut agama. Perbedaan – perbedaan dalam keyakinan
beragama dimanfaatkan sebagai pemicu untuk berkonfrontasi yang berakhir dengan
kekacauan dan kegoncangan yang melanda bangsa kita. Pertanyaan yang terus
menerus muncul didalam pikiran saya adalah “Siapakah yang benar? Mengapa semua
umat beragama bangkit dan saling berperang? Haruskah membela agama sendiri?”


Adalah menarik untuk diperhatikan bahwa nast diatas
memberitahukan kita bahwa Allah tidak menyertai atau berpihak pada agama
manapun. Secara  status kewarganegaaran
kita beragama Kristen, tetapi Allah tidak membela dan menolong orang – orang
yang “hanya” beragama. Dengan tegas, Allah menyatakan ia berpihak pada angkatan
yang benar. Mereka berlari dan berlindung 
pada Tuhan dan Tuhan melindungi mereka. Siapa sesungguhnya angkatan yang
benar itu?




Agama adalah baik. Tanpa agama hanya ada kekacauan dan hidup
yang semrawut, liar, tidak beraturan. Manusia akan makin tidak terkendali dan
hidup jauh dibawa standard penciptaannya sebagai makhluk yang termulia. Tetapi
perlu diketahui : agama tidak membuat manusia menjadi benar. Menjadi agak lebih
baik, ya. Menjadi benar dihadapan Allah, tidak. Mengapa? Karena agama mengatur
perilaku dan sikap manusia, tetapi sering kali hanya sampai disitu aja.
Penampilan luar terlihat baik, sopan, terhormat, dsb, tetapi apa yang di dalam
hati dan kepribadian orang tidak pernah mengalami perubahan. Agama diharapkan
menjadi  penuntun bagi manusia untuk
mencapai Allah, tetapi Allah tidak pernah dapat dijangkau dengan agama. Saya
tegaskan sekali lagi, agama tidak dapat membuat hidup kita yang bobrok, jahat,
dan bejat menjadi benar dihadapan Tuhan. Agama membuat manusia benar dihadapan
manusia, tetapi tidak dihadapan Allah. Oleh karenanya, mereka yang sekedar
hanya memiliki dan mendalami agama tertentu, bukanlah angkatan yang benar
sebagaimana dimaksud Tuhan. Jadi, siapa sesungguhnya angkatan yang benar itu?



Amplified Bible memberitahukan lebih jelas bagi kita. Disana
yang dimaksud “angkatan yang benar” disebut sebagai “those who upright and in
right standing with Him/God” (mereka yang lurus dan memiliki hubungan yang
benar dengan Allah). Ini berarti untuk menjadi
angkatan yang benar, maka tandanya adalah mereka mempunyai posisi dan hubungan
yang benar di hadapan Allah.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana
caranya memiliki hubungan yang benar dengan Allah? Bukan lewat  cara – cara yang selama ini dipikirkan
manusia sendiri; bahkan lewat jalan yang disebut agama sekalipun! Hal itu
haruslah melalui jalan yang telah ditetapkan Allah sendiri.


Surat Roma memberitahu kita, “Tetapi sekarang……kebenaran
Allah telah dinyatakan……yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus bagi
semua orang yang percaya” (Rom 3:21-22) dan lagi, dalam 2 Kor 5:21, “Dia
(Yesus) yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”

Jelas bagi kita bahwa langkah
pertama untuk menjadi angkatan yang benar adalah menerima Kristus sebagai Tuhan
dalam hidup kita
karena hanya dalam Dialah kita dapat dibenarkan dihadapan
Allah. Di dalam Dia, kita memiliki posisi dan hubungan yang benar dihadapan
Allah. Menerima Kristus, itulah syaratnya. Hal itu adalah pengalaman yang
sifatnya pribadi. Yesus Kristus harus kita akui dan “dipersilakan” masuk dan
menguasai hidup kita secara pribadi – barulah kita menjadi angkatan yang benar.
Hal ini juga berarti kita tidak hanya
menjadi penganut agama kristen tetapi mempunyai pengalaman pribadi bertemu dan
berhubungan dekat dengan Tuhan sendiri.


Kristen berarti pengikut, tetapi sungguh banyak mereka yang
mengaku Kristen tetapi sama sekali tidak mencerminkan hidup yang meneladani Dia. Itulah orang – orang beragama (Kristen) dan ini bukanlah angkatan yang benar.
Jelas sekali mereka tidak mempunyai hubungan dan posisi yang benar dihadapan
Tuhan. Tuhan tidak pernah berjanji menyertai mereka.

Angkatan yang benar akan terlihat sewaktu mereka tertindas.
Waktu itu mereka akan berlindung  pada
Tuhan. Gunung batu dan Pembela mereka adalah Tuhan dan hanya Dia saja. Mereka
yang agamawi (tidak terkecuali agama manapun) dan duniawi akan muncul dengan
program – program yang jahat dan merusak apa yang benar dan adil. Tidak heran
banyak dari pengikut Kristus yang sungguh menderita dan tertindas – tanpa
membalas. Tetapi Allah akan bertindak karena ia menyertai mereka yang telah
dibenarkanNya dan telah berlari padaNya memohon perlindungan.

Karakter yang
dibutuhkan setelah menjadi angkatan yang benar adalah KESETIAAN.
Menjadi angkatan yang benar tidaklah
berarti mendapatkan jaminan untuk tidak menderita, tetapi mendapat jaminan
bahwa Allah selalu beserta dan berjanji akan memulihkan keadaan umatNya.
Penderitaan,
penganiayaan, olok – olok dan hinaan masih akan menjadi bagian dari kehidupan
angkatan yang benar, oleh karena itu yang dapat kita lakukan adalah menantikan
keselamatan oleh pemulihan yang dari Allah sendiri (Mzm 14:7) – di dalam
kesetiaan

Generasi demi generasi silih berganti dan Tuhan masih mencari
adakah yang berbuat baik dan berkenan padaNya. Generasi – generasi baru akan
dan telah datang di milenium yang baru ini. Sebagian besar angkatan yang baru
ini mencari identitas diri dan arti kehidupan. Sayang sekali tak terhitung yang
hanyut tersesat oleh arus sistem dunia yang bebal dan melawan Allah. Tanpa Kristus mereka di luar Allah bahkan
menganiaya kebenaran, Allah dan yang lahir dari Allah.
Tetapi angkatan yang
benar tetap ada bagi Dia, bagi kemuliaanNya. Angkatan inilah yang berbeda
dengan dunia;  dan itu tidak pernah
mudah. Memang benar, menjadi angkatan yang benar tidak pernah mudah di dunia,
tetapi pada merekalah Tuhan akan berpihak.
DOA :
Tuhan kami bersyukur padaMu karena telah mengenal dan menerima Engkau
secara pribadi. Begitu banyak perkara yang jahat dan buruk di bumi; kebebalan begitu
kuat menguasai manusia daripada Engkau. Hari ini kami rindu untuk hidup
menyenangkan Engkau. Jadikanlah kami semua saksi – saksiMu meskipun bagai domba
di tengah – tengah serigala. Ajar kami setia sekarang sampai selamanya.
Dalam Kristus kami berdoa. Amin

 

MENGANDALKAN KASIHNYA

(Renungan dari kitab Mazmur 13)
Oleh: Bp. Peter B. K.

 

“Tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku
percaya, hatiku bersorak-sorak  karena
penyelamatMu”
(Mzm 13:6)
 

      Masa – masa kritis. Tidak pernah
ada seorangpun di dunia ini tidak pernah menghadapi masa-masa kritis. Masa – masa itu begitu berat, penuh pergumulan, penderitaan bahkan seringkali segala
sesuatu begitu gelap. Itulah saat – saat dimana seringkali keputusasaan
menyerang dan harapan hidup lenyap bagaikan uap. Perasaan tertekan, stress dan
ditinggalkan seakan – akan menjadi makanan hari demi hari. Yang lebih tidak
mengenakkan, krisis ternyata dapat menyerang di segala bidang kehidupan. Baik
kehidupan pribadi, keluarga, suatu lingkungan, wilayah kota / desa bahkan suatu
negara. Dan itu bisa meliputi krisis dalam segi ekonomi, politik, sakit
penyakit, bencana alam dsb, sungguh suatu masa – masa yang gelap. (Omong –
omong bukankah bangsa kita juga masih bergumul untuk keluar dari krisis,
bukan?).

Pertanyaan yang penting bagi kita ialah : Bagaimana kita bisa
bertahan dan tetap kuat saat melewati masa – masa krisis itu? Bagaimana kita
dapat keluar sebagai pemenang atas krisis tersebut?

Sekali lagi kita belajar
dari Daud dan tidak salah jika kita belajar dari dia. Daud adalah langganan
krisis. Sepanjang hidupnya berkali – kali ia melewati krisis bahkan hingga yang
terberat sekalipun. Yang mengherankan, ia bertahan dan akhirnya menyelesaikan
“pertandingan” dengan baik. Akhir hidupnya ditulis dengan kata, “kemudian
matilah Daud pada waktu telah putih rambutnya lanjut umumnya, penuh kekayaan
dan kemuliaan….” (1Taw 29:28). Yah, Daud ternyata tidak hanya piawai menghadapi
dan menangani raksasa; ia terbukti juga cukup mahir mengatasi krisis – krisis
dalam hidupnya.

                Jika membaca Mzm13, lagu itu
dibuka dengan keluhan dan “kekecewaan” kepada Tuhan. Penderitaan yang
sedemikian berat seringkali membuat kita tidak kuat. Kekuatan manusia telah
habis, daya tahan sudah menipis sehingga seruan kita menjadi, “Berapa lama
lagi, TUHAN…? “(Mzm 13:2-3). Yah, sampai kapan? Mengapa seakan – akan Tuhan
begitu jauh, seperti tidak ada? Tidak pedulikah Tuhan? Memang penderitaan dan
krisis yang begitu lama dapat membuat orang menjadi lemah dan pahit khususnya
kepada TUHAN. Daud sempat mengalaminya tetapi mungkin inilah perbedaan banyak
orang dengan DAUD : Daud terus berdoa kepada TUHAN (sedangkan yang lain
berhenti berdoa dan tinggalkan Tuhan)!
Satu hal penting adalah kita perlu tahu bahwa krisis sama
seperti berjalan dalam kegelapan. Bayangkanlah saat malam hari, saat kita
sedang bekerja di satu meja menulis sesuatu; tiba – tiba listrik padam dan
kegelapan datang begitu mendadak dan begitu pekat. Itulah krisis. Di saat –
saat gelap seperti itu – apalagi jika sendirian – kita  seringkali tidak tahu harus berbuat apa.
Seluruh pekerjaan terhenti dan kita hanya bisa menunggu lampu menyala kembali.
Sambil menunggu kita bisa memasang lilin sebagai penerang sementara.
Tetapi, bagaimana jika kegelapan itu begitu lama? Mesir
pernah mengalami 3 hari 3 malam gelap total di zaman Musa. Bagaimana jika
terjadi seperti itu bahkan lebih lama dari itu? Lilin akan habis dan penerang
lain tidak cukup memadai; padahal kita harus terus bergerak dan bekerja?
Syukurlah, bagi orang Mesir tiada harapan tapi bagi kita harapan itu tidak
pernah hilang.
Kembali kepada Daud, ternyata ia punya rahasia kemenangan
atas krisis. Tempat sandaran Daud pada waktu – waktu itu ialah apa yang disebut
KASIH SETIA TUHAN. Tahukah saudara apa arti kasih setia dan tahukah engkau
Allah kita memiliki kasih setia itu (yang begitu berlimpah –  lihat Mazmur 103:8)? Daud mengenal persis
akan Allahnya, (beruntunglah engkau yang mengenal Allah) dan ia tidak ragu –
ragu lagi bahwa pastilah Allah yang menjadi sandarannya itu akan menolongnya.
KASIH SETIA BERARTI KASIH YANG TIDAK BERKESUDAHAN. BUKAN
KASIH SESAAT TAPI KASIH YANG KUAT YANG TERUS BERTAHAN MENGHADAPI TANTANGAN,
UJIAN DAN PENCOBAAN; YANG TERUS MENGALIR MELEWATI RINTANGAN  DAN HAMBATAN. ITULAH KASIH YANG TERUJI DAN
TAK TERPENDAMKAN OLEH APAPUN! KASIH MANUSIA BELUM LAYAK DISEBUT KASIH SETIA,
TETAPI PUJI TUHAN, ALLAH KITA MEMILIKI KASIH SETIA ITU.
Bagi Daud, kasih setia Allah – kasihnya yang tak pernah
berubah itu menjadi jaminannya untuk bertahan bahkan keluar dari krisis.
Mengapa? Karena jika dulu Allah tidak pernah meninggalkannya tetapi
menolongnya, maka Daud dapat percaya bahwa karena kasih Allah yang setia itu
maka ia akan melakukan lagi. Kesabaraan dan kasih manusia ada batasnya. Hari
ini seseorang atau sesuatu bisa menjadi andalan dan sandaran kita tetapi belum
tentu besok mereka akan melakukan hal yang sama untuk kita. Tetapi, kasih setia Tuhan dapat menjadi andalan kita di segala
situasi di sepanjang masa kehidupan kita.
Ada satu orang lagi yang melewati
masa krisis dan lulus dengan nilai terbaik
. Orang itu bernama Yeremia.
Meski ia meratap dalam krisis yang begitu parah tetapi sama seperti Daud – ia
mengandalkan kasih setia Tuhan. Dengarkan pengakuannya : “jiwaku … tertekan
dalam diriku, tetapi hal – hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku
akan berharap : Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis – habisnya
rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu” ( Rat 3:20-23).

Banyak
orang berkata angka 13 adalah angka sial. Mazmur 13 juga digubahkan masa-masa
sial Daud. Pendapat orang bahwa 13 angka sial mungkin benar (bagi mereka)
tetapi ternyata itu tidak sepenuhnya benar bagi Daud, si penyembah sejati.
Tuhan ingin kita meneladani Daud bukan dunia. Seperti Daud kita akan mengubah
angka sial itu menjadi angka keberuntungan kita. Saya ucapkan selamat bagi
engkau yang beruntung! Amin