Arsip Kategori: Uncategorized

SUDAHKAH KITA BERKOMITMEN BAGI TUHAN?

Oleh : Peter B.

Ingatlah ya Tuhan, kepada Daud dan segala penderitaannya, bagaimana ia telah bersumpah kepada TUHAN, telah bernazar kepada Yang Mahakuat dari Yakub: “Sesungguhnya aku tidak akan masuk ke dalam kemah kediamanku, tidak akan berbaring di ranjang petiduranku, sesungguhnya aku tidak akan membiarkan mataku tidur atau membiarkan kelopak mataku terlelap, sampai aku mendapat tempat untuk TUHAN, kediaman untuk Yang Mahakuat dari Yakub.” 

~ (Mazmur 132:2-5)

Mungkin saja salah satu kata yang paling sering dipakai, didengungkan, dihimbau, dianjurkan, diteriakkan, diharuskan pelaksanaannya, dan diharapkan kenyataannya atas orang-orang adalah kata ini : KOMITMEN.  Sayangnya, justru kata inilah yang paling sering tidak dimengerti, tidak jelas standardnya, tidak pernah tampak dalam kenyataannya, bahkan mungkin saja belum pernah benar-benar ada atau kita temui selama hidup kita yang singkat ini di tengah-tengah bangsa yang kita diami ini.   Sungguh kasihan kata komitmen ini.  Tetapi jauh lebih kasihan lagi orang-orang atau pribadi (termasuk juga Pribadi Mahatahu dan Maha Agung itu) yang mengharap-harapkankan kata itu muncul dalam wujud nyata dan dinyatakan dalam perbuatan sehari-hari.  

(Syukur bagi Tuhan, dalam masa hidup manusia yang hanya sekelebatan ini saja, saya dihiburkan oleh komitmen dari Satu Pribadi termulia, Dialah yang tidak pernah dan tidak akan pernah mengecewakan saya.  Saya mengenal komitmen dari Pribadi Yesus Kristus Tuhan.  Karena komitmenNya untuk mengasihi saya dan membawa saya satu kali untuk berjumpa dengan Dia di surga mulia, hari ini karena kemurahan saya ada di jalurNya.  Kasih karuniaNya yang tiada berkesudahan menjadiakan saat ini saya ada sebagaimana saya ada (lihat 1Kor.15:10).  Terima kasih, Tuhan)

Kesalahpahaman tentang komitmen

Apakah komitmen itu? Bagaimana saya tahu itu adalah suatu komitmen atau bukan?  Dan apakah saya telah hidup sesuai dengan komitmen-komitmen saya?  Marilah kita merenungkan pertanyaan-pertanyaan itu dan tentu saja- mencari jawabannya.  

Pertama sekali, ada baiknya kita belajar mengenai apa yang tidak termasuk sebagai komitmen.  Melalui pengantar ini, kiranya salah persepsi atau anggapan-anggapan yang keliru atas apa yang disangka sebagai komitmen dapat terjawab.  Jadi, jika demikian, apakah yang bukan komitmen itu?  Inilah  beberapa penjelasannya :

Komitmen bukan sekedar perkataan yang mengandung janji.  Banyak orang menyangka bahwa berjanji atau bahkan bersumpah dengan satu tangan di atas Kitab Suci atau satu tangan teracung membentuk huruf V dapat digolongkan sebagai komitmen.  Kenyataan yang ada adalah janji atau sumpah yang dibuat hingga hari ini tetap tak terhitung pelanggarannya.  Manusia suka berjanji namun termasuk jarang untuk menepati.  Banyak orang bahkan mudah membuat sumpah atau ikrar namun dalam langkah berikutnya, mereka dengan entengnya menyangkal pernyataan mereka sendiri (tidak terkecuali pernyataan yang jelas-jelas telah terekam dalam media perekam elektronik!).  Tidak heran firman Tuhan melalui nubuatan Nabi Hosea mengatakan, Kesetiaanmu seperti kabut pagi, seperti embun pagi yang buru-buru pergi (Lih. Hos.6:4).

Komitmen bukan sekedar melakukan sesuatu.  Melakukan sesuatu tanpa makna tidak dikenal sebagai sesuatu yang sehat.  Melakukan sesuatu seharusnya memiliki arti, tujuan atau maksud.  Sekedar melakukan sesuatu atau melakukan sesuatu yang baik di pandangan banyak orang belum tentu memiliki arti komitmen di dalamnya.  

Di tengah-tengah sifat orang-orang di sekitar kita yang munafik, di lingkungan kerja yang dipenuhi dengan intrik dan saling mencurigai, di antara teman-teman pergaulan yang mencari kesenangan-kesenangan pribadi, dan hidup bersama-sama dengan bangsa yang dikenal dengan orang-orangnya yang mengijinkan kemunafikan tidaklah cukup melakukan sesuatu yang baik.  Terlihat bertingkah laku baik belum memenuhi syarat disebut ‘berkomitmen’.  Yudas Iskariot, 3 ½ tahun lamanya hidup dan melayani (perhatikanlah : ia melayani!)  bersama-sama Yesus dan murid-murid lain. Dan kita tahu seperti apakah komitmennya, bukan? 

Komitmen bukan sekedar keikutsertaan atau  partisipasi (partisipasi aktif sekalipun). Siapa saja bisa mengikuti kegiatan dalam organisasi apa saja.  Siapapun bisa muncul dan turut serta dalam even apapun. Semua orang tidak terkecuali- sangat berpotensi menjadi para penggembira.  Dan ini faktanya : para penggembira tidak pernah berkomitmen.  Merekalah penganut prinsip anut grubyuk; merekalah para penonton topeng monyet yang turut gembira melihat penampilan pertunjukan sewaan tetangganya; merekalah orang-orang yang berpartisipasi dalam suatu acara semarak grand opening dan pulang kekenyangan.  Adakah komitmen di sana?  Mereka yang hanya hadir, turut serta, atau mungkin saja- sedikit bersibuk ria membantu pelaksanaan acara masih tepat disebut sebagai ‘penggembira’. Ada ribuan orang yang pernah menyaksikan pelayanan Yesus, makan roti mujizat, melihat dengan mata kepala sendiri keajaiban orang mati bangkit dari kubur.  Ah, tapi mereka hanya penggembira.  Karena kita tahu sewaktu Yesus telah terangkat, hanya 120 orang saja yang menantikan kegenapan janjiNya (Lih. Kis. 2:15).

Komitmen bukanlah sesuatu yang tidak lagi dibayarkan padahal belum lunas. Apa maksudnya?  Maksudnya adalah komitmen tidak dibatasi waktu, tetapi komitmen dibatasi oleh penggenapannya.  Komitmen itu harus dibayar barulah itu tidak diperhitungkan lagi.  Sebelum komitmen itu dibayar lunas, komitmen belum berakhir.  Sesuatu yang belum lunas dibayar tetapi tidak dibayarkan lagi, tidak dapat disebut sebagai komitmen karena komitmen itu kuat dan mengikat, tidak ada apapun yang dapat membatalkannya jika seseorang telah menetapkannya.  Komitmen itu baru berakhir setelah lunas dibayar.  Mari saya jelaskan lebih jauh :  Seseorang bisa saja mengaku berkomitmen menjadi bapa atau ibu yang baik bagi anak-anaknya.  Namun dalam perjalanan hidup kemudian, ia merasa berat untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya.  Akhirnya ia menyerah dan menghentikan usahanya, kini ia pun mulai membiarkan dirinya menjadi orang tua yang kurang bertanggung jawab atas anak-anaknya.  Orang ini belum tuntas membayar harga menjadi orang tua tetapi telah berhenti membayar harga.  Dapatkah kita sebut apa yang dia tetapkan dahulu adalah sebuah komitmen?   Saya meragukannya.  Lebih tepat jika itu dikatakan sebagai keinginan atau kerinduan semata. Jangan campur baurkan kerinduan dengan komitmen.  Itu dua hal yang berbeda.  Menginginkan sesuatu terjadi adalah satu hal.  Menetapkan untuk mewujudkan keinginan itu menjadi kenyataan adalah hal yang lain lagi.  Terhadap keinginan, angan-angan, cita-cita, kerinduan harus ditambahkan komitmen.  Dengan demikian, semuanya itu dapat menjadi kenyataan.  Betapa beruntungnya kita, karena Allah tidak hanya rindu menyelamatkan kita.  Ya, Ia berkomitmen untuk keselamatan kita sehingga mengorbankan AnakNya yang tunggal.  Kini surga bukan hanya cerita.  Allah yang berkomitmen, puas dengan pengorbanan Kristus sehingga “itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia sehingga kepadaNya diberikan nama di atas segala nama, supaya di dalam nama Yesus setiap lutut harus bertelut semua yang di surga, di atas bumi maupun di bawah bumi dan setiap lidah boleh mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa” (Fil.2:9-10). Ya, komitmen dipuaskan setelah bertemu muka dengan kenyataan yang dibayarkan sesuai dengan apa yang ditetapkan. 

Arti komitmen yang sesungguhnya

Jika komitmen ternyata bukan sekedar perkataan, perbuatan tertentu saja, keikutsertaan atau partisipasi dan seterusnya jika demikian, apakah atau bagaimanakah sesungguhnya yang disebut ‘komitmen’ itu?  Karena komitmen merupakan kata yang berasal dari bahasa asing dan kurang dikenal dalam pengertian bahasa Indonesia, mungkin arti gramatikal kata ‘komitmen’ dari kamus Webster akan lebih membantu.  Di sana tertulis bahwa komitmen adalah :

“suatu persetujuan atau penyerahan diri untuk melakukan sesuatu di waktu yang akan datang; sesuatu yang sifatnya mengikat 

dan diperjanjikan atau disetujui; 

keadaan atau kondisi dimana seseorang menjadi terikat/diwajibkan melakukan sesuatu atau didesak secara emosional untuk melakukan sesuatu (seperti suatu dorongan kewajiban moral).”

Jika memperhatikan definisi kamus di atas, maka cukup menjadi jelas apa sebenarnya yang dinamakan komitmen itu. Komitmen lebih dari sekedar perkataan atau sekedar melakukan sesuatu.  Komitmen melibatkan persetujuan dan janji yang mengikat bahkan penyerahan diri untuk melakukan sesuatu.  Karena itu adalah persetujuan, maka tidak ada sifat melakukan karena terpaksa.  Karena sifatnya yang mengikat, maka seseorang tidak cukup hanya mengucapkan kata-kata tanpa wujud nyata.  Karena melibatkan emosi atau faktor kejiwaan, maka seseorang yang berkomitmen mau tidak mau akan sangat terdorong untuk membayar kewajibannya.  Sebelum kewajiban yang telah disetujui dan diikat dalam perjanjian itu dilaksanakan, seorang yang berkomitmen tidak dapat hidup tenang.  

Untuk membedakan lebih jelas antara keterlibatan/partisipasi dengan komitmen, coba renungkan pernyataan mengenai komitmen dari seorang pengarang yang tidak dikenal berikut ini : Perbedaan antara keterlibatan dan komitmen adalah seperti telur dengan daging ham untuk sarapan: dalam hal ini, si ayam hanya terlibat namun si babi berkomitmen.

Apakah Anda telah berkomitmen? Komitmen untuk melakukan apakah itu?  Sudahkah itu dilaksanakan? Jika belum, ujilah komitmen Anda: sudah tenangkah hati Anda?  Atau Anda masih merasa terusik seperti Daud yang berkomitmen membangun bait suci Allah? Ketahuilah satu fakta ini sekali lagi : 

Jika kita mengaku telah berkomitmen dan jika komitmen itu belum terbayar namun kita merasa tidak didesak atau diwajibkan, maka sebenarnya kita belum benar-benar pernah berkomitmen. 

Komitmen yang sejati bagi Tuhan

Sebagaimana manusia yang merindukan orang-orang lainnya berkomitmen bagi keluarga, pekerjaan, perjanjian bisnis, hukum negara, agama, bahkan berkomitmen untuk membela bangsa dan negaranya; Allah yang menciptakan manusia yang daripadaNya sifat-sifat dan watak yang baik dari manusia itu berasal- terlebih lagi merindukan komitmen manusia untuk hidup bagi Penciptanya.  Tuhan merindukan komitmen kita.  Dan Dia mencari-cari, menghargai, memakai bagi kemuliaanNya orang-orang yang berkomitmen bagi Dia.  Bukankah mata Tuhan menjelajah seluruh bumi untuk memberikan kekuatan dan kuasa bagi mereka yang bersungguh hati kepada Dia (versi NIV: fully commited to Him) lihat 2 Taw. 16:9? 

Satu kenyataan yang tidak dapat dibantah adalah bahwa semua hamba-hamba pilihanNya adalah mereka yang berkomitmen kepada Dia.  Alkitab kita dipenuhi dengan tokoh-tokoh teladan yang semuanya pasti, tanpa keraguan- berkomitmen kepada Allah.  Justru di situlah kesuksesan mereka selama menjalani hidup di dunia berkomitmen kepada Penguasa tertinggi, pencipta alam semesta.  Apakah di sini Allah berlaku tidak adil?  Tentu saja tidak.  Pikirkankanlah : bagaimana mungkin Yesus Kristus Tuhan yang akan memerintah di bumi selama seribu tahun dan tinggal bersama-sama selama-lamanya dalam kekekalan dapat bekerja dan tinggal bersama-sama mereka yang tidak berkomitmen kepada pemerintahan kerajaanNya?  O, Dia mencari orang-orang kepercayaan orang-orang yang setia kepada kehendakNya bukan program atau rancangan mereka sendiri.  

Berikut ini adalah beberapa tanda dari mereka yang berkomitmen bagi Dia. Mari kita belajar lebih dalam dari kehidupan hamba-hamba pilihanNya! Pertama, komitmen bagi Tuhan menuntut seseorang untuk membayar harga bagi Tuhan. Abraham membayar harga dengan meninggalkan adat dan kebiasaan leluhurnya.  Yusuf membayar harga kekudusan di tanah asing, Musa membayar harga dengan melepaskan haknya sebagai ahli waris kekayaan Mesir, Daud membayar harga dengan hidup sederhana supaya emas dan peraknya dapat digunakan bagi pembangunan Bait Suci, Daniel dan teman-temannya membayar harga dengan tidak makan daging persembahan berhala.  Yeremia membayar harga kesetiaan yang tanpa kompromi, Paulus membayar harga dengan tetap teguh sekalipun ditentang hingga akhirnya mati syahid.  Dan daftar ini terus berlanjut.  Tidak lupa tentu saja, komitmen dari Juruselamat kita.  Ia membayar harga nyawaNya sehingga mati di kayu salib bagi Anda dan saya.  Dia telah membeli jiwa kita dengan nyawaNya sendiri.  Dia telah membayar darah kita dengan darahNya sendiri.  (Terima kasih Tuhan, karena sebelum kami membayar harga bagi Engkau, Engkau telah membayar harga termahal bagi kami).

Perlu ditekankan di sini, membayar harga di sini bukan sekedar melakukan sesuatu dengan begitu saja.  Hampir setiap kali, dalam memenuhi komitmennya, para hamba Tuhan yang setia ini menderita.  Sekalipun demikian, karena mereka sungguh mengerti benar akan arti sebuah komitmen, mereka tetap membayar harga. Tidaklah mengherankan apabila kemudian mereka beroleh kasih karunia untuk bertemu dengan Tuhan di gunung kudusNya; karena mereka adalah “yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi” (Maz. 15:4). Merekalah yang akan mengalami persekutuan lebih intim dan mendalam bersama Tuhan baik di bumi, terlebih lagi di surga dalam kekekalan.  

Lagi, komitmen bagi Tuhan menuntut seluruh hidup kita. Berbeda dengan perjanjian kerja atau hubungan sementara antara sekelompok orang yang disatukan oleh kepentingan-kepentingan tertentu, komitmen kepada Tuhan menuntut penyerahan seluruh hidup kita, bukan hanya satu dua aspek atau sebagian dari keberadaan kita. Komitmen dengan Tuhan berarti mati dan bangkit bersama Kristus, menjalani hidup yang baru selamanya dengan mengenakan Kristus dan memberikan diri kita untuk hidup hanya bagi kehendak dan kemuliaanNya (2Kor. 5:14-15).  Contoh sederhana sekalipun jauh tidak sebanding- mengenai komitmen antara dua pribadi yang menuntut penyerahan diri sepenuhnya adalah komitmen perkawinan.  Dua orang yang menjadi suami dan istri memberikan diri mereka sepenuhnya kepada pasangannya “sehingga mereka bukan lagi dua melainkan satu” (Mat. 19:6).

Sesungguhnya komitmen ini jualah yang seringkali disebut sebagai iman sejati kepada Kristus.  Mereka yang menerima Kristus dan diselamatkan tidak dapat tidak pastilah akan hidup berkomitmen bagi Tuhan saja.  Keindahan Kristus menjadikan seorang manusia mengubah total arah kehidupannya.  Paulus seorang jenius yang ganas, penganiaya banyak orang menemukan Kristus dan seluruh kehidupannya tak pernah sama lagi.  Kepada ketuhanan Kristus ia memberikan dirinya sepenuhnya : 

“Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, 

lebih mulia dari pada semuanya. 

Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

Bagiku hidup adalah Kristus 

dan mati adalah keuntungan”

~ Fil. 3:7-8

Itulah iman yang sejati.  Itulah komitmen pada Tuhan.  

Yang terakhir, komitmen kepada Tuhan selalu membawa konsekuensi penderitaan.  Ya, penderitaan.  Gentarkah Anda membaca kata ini?  Memang benar, tidak ada seorang pun di dunia ini suka apalagi mau mengalami kata-kata itu terjadi dalam hidupnya.  Tetapi hal ini pulalah yang harus dihadapi oleh setiap orang yang hendak mengikut Kristus.  Yesus berkata, “Jika dunia menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu…” (Yoh. 15:20). Kita tidak boleh menoleh ke belakang (Luk.9:62). Jalan menuju surga bagaikan pintu yang sesak (Mat.7:13). Dan mengikut Kristus berarti tidak diterima, ditolak dan tidak mempunyai tempat di dunia ini (Luk.9:58).  Itu belum termasuk meninggalkan keluarga, istri, anak, harta benda atau apa saja yang kita hargai di dunia ini demi kasih kepada Tuhan (Mat. 10:37; Luk. 14:26). Pendeknya, mengikut Kristus digambarkan oleh Yesus sendiri sebagai “menyangkal diri dan memikul salibnya” (Mat. 16:24).  Tentu saja, memikul salib bukan termasuk sebagai suatu kegiatan yang bersifat rekreasi.  

Marilah kita sadari bahwa dunia yang bobrok ini tidaklah terlalu menghendaki orang-orang yang sulit dikendalikan dan diatur oleh sistem dunia ini.  Orang-orang tanpa kompromi sering dijuluki bodoh, eksentrik, aneh, tolol, menyia-nyiakan hidup, nyentrik, fanatik dan radikal.  Fanatik dan radikal untuk perkara yang tidak jelas juntrungnya jelas adalah sia-sia.  Hal itu bisa berujung pada penangkapan, pengadilan dan pemenjaraan.  Namun, dasar perjuangan kita adalah agung: korban Kristus di atas kayu salib bagi kita.  Pikirkanlah : jika untuk mendapatkan satu rumus saja orang harus tidak tidur bermalam-malam; atau demi memperjuangkan satu prinsip agama seseorang rela dihukum mati sebagai teroris; atau jika untuk melepaskan diri dari kolonialisme penjajah seseorang rela berjuang sampai titik darah terakhir; BUKANKAH DEMI KEMULIAAN DAN KEAGUNGAN NAMA TUHAN YANG TELAH DEMIKIAN MENGASIHI KITA-, kita harus rela melakukan bagian kita, memikul salib kita dengan sukacita bagaimanapun beratnya?  Oleh karena itu, penderitaan seharusnya bukan merupakan sesuatu yang asing bagi orang Kristen.  Ya, seperti kata rasul : sebab kepada kita dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita bagi Dia (Fil. 1:29).

Marilah kita menguji diri kita.  Sudahkah kita mengikut Kristus?  Jika sudah, pasti kita telah berkomitmen untuk hidup bagi Dia, sebab jika tidak demikian, kita mudah disesatkan dan menyimpang dari jalan-jalanNya.  Baiklah kita berkomitmen untuk hidup hanya bagi Dia dan rencanaNya yang indah yang telah disiapkanNya untuk kita.  Sebelum saya akhiri renungkanlah sekelumit kisah ini : 

“Ada seorang yang hendak menjual rumahnya seharga 20 juta rupiah.  Dan ada seseorang yang sangat ingin memiliki rumah itu.  Tetapi karena calon pembeli ini seorang yang miskin, ia tidak sanggup membayar dengan harga yang diminta.  Akhirnya karena mendesak, sang pemilik rumah setuju menjual rumah itu dengan satu syarat: ia boleh memiliki satu buah paku yang menancap di atas pintu rumah.  Sang pembeli pun akhirnya setuju dan perjanjian jual beli diadakan.  Beberapa tahun kemudian, sang pemilik rumah lama datang lagi dan ingin membeli rumah itu lagi.  Pemilik baru tidak berminat atau bersedia menjualnya.  Maka pemilik rumah yang lama pergi, menemukan sebuah bangkai anjing mati dan kemudian menggantungnya di atas paku (yang masih dimilikinya itu) di rumah itu.   

Segera saja rumah itu tidak lagi nyaman ditinggali dan pemilik baru terpaksa menjual rumah itu kepada pemilik lama.”

Hal yang sama dapat terjadi pada kita.

Sebelum kita berkomitmen total bagi Tuhan dan hidup sepenuhnya bagi kepentingan, kehendak dan kemuliaanNya maka setiap saat Iblis bisa datang, masuk dan menaruh perkara-perkara yang busuk dalam bagian hati yang masih belum diserahkan kepada Tuhan itu.  Maka segera seluruh hidup kita kembali ke tangan si jahat itu.  Bukankah itu mengerikan?  Saudara-saudariku, hari ini bertobatlah dari keakuan, kebenaran diri sendiri, kepahitan, kekecewaan, atau keinginan-keinginan duniawi.  Dan berkomitmenlah untuk menyerahkan sepenuhnya hidup kita bagi rencana Tuhan (khususnya bagi visi kebangunan atas kota tercinta, Surabaya).  Hari ini, Tuhan tetap mencari orang-orang yang berkomitmen padaNya.  Adakah Ia menemukan Anda? 

PERSPEKTIF PROFETIK 2024 (Bagian 2) : PANGGILAN MENJADI MURID KRISTUS

Oleh Didit I.

Beberapa minggu yang lalu kita telah mempelajari gambaran profetik tahun 2024. Proses pembusukan sedang dan akan terus terjadi di bangsa ini sampai kita mau melihat dengan jujur, menyadari terkait kondisi gereja² dan pemerintahan bangsa kita bahkan bertekad menjadi solusi untuk mengubah berbagai keterpurukan/pembusukan sesuai dengan peran/fungsi kita dalam tubuh Kristus. Hal itu dimulai dari dalam diri kita. Segala perkataan, tindakan, pemikiran, sikap hati kita dapat dipakai menjadi pintu untuk memanifestasikan kehendak, rencana atas kegelapan atau terang kemudian mempengaruhi seluruh bangsa ini terlebih lagi orang² yang berada dalam jabatan pemimpin. Oleh karena itu kita perlu mengenali dan menutup potensi pintu masuk kegelapan untuk kemudian mencari, menemukan dan membuka pintu kerajaan sorga, yaitu dengan menyediakan diri untuk belajar dan fokus hidup sesuai kehendak, rencana Tuhan.

TERPURUKNYA KEHIDUPAN ROHANI HINGGA RUSAKNYA MENTAL SERTA MORAL BANGSA KITA

Di minggu² selanjutnya kita membahas lebih mendalam terkait langkah² yang perlu kita lakukan di sepanjang tahun 2024. Di awal November 2023 Tuhan telah menjelaskan bahwa bangsa kita  belum sepenuhnya pulih dari keterpurukan khususnya dalam kehidupan rohani, moral, mental. Di sepanjang tahun 2024 kita akan mendapati,

PERTAMA, orang² makin sibuk dalam berbagai kegiatan pelayanan, pendalaman Alkitab serta aktif dalam bakti sosial tetapi hampir tidak mengerti fungsi dan perannya dalam tubuh Kristus seperti karunia² rohani dan panggilan hidupnya. Orang² datang ke gereja atau persekutuan doa dengan tujuan² pribadi atau sekedar memenuhi kewajiban/rutinitas sebagai orang² Kristen tetapi bukan dari kesadaran bahwa kita membutuhkan Tuhan seperti ranting membutuhkan nutrisi, air dari pokok anggur. Kita perlu terhubung, memahami maksud hati/pikiranNya dan mengikut Yesus. Banyak orang puas sekedar dapat kesempatan melayani Tuhan, mengusir setan, mengadakan mujizat, kesembuhan, berkhotbah di dalam Yesus seperti yang dilakukan orang² yang diluar murid² Yesus. Mereka terpesona dengan nama Yesus tapi belum sepenuhnya mau terhubung, belajar mengubah diri seperti Guru Agung kita Yerus Kristus, dan mengabdikan diri kepada Kristus. Akibatnya kita berusaha meniru tampilan² pelayanan, gaya hidup Yesus serta murid²Nya bahkan ada yang ingin seperti Salomo, anak dari Daud seakan² rohani tetapi tidak memiliki hati, pikiran kita yang serupa dengan tokoh² tersebut. Akibatnya kita hanya terhubung dengan pelayanan kesembuhan, manifestasi Roh  Kudus, mujizat tapi belum diubah menjadi serupa dengan Kristus. Oleh karena itu kita akan melihat makin banyak perpecahan terjadi dalam gereja². Kita akan melihat para gembala bahkan tokoh² rohani yang dihormati menjadi sumber pemecah gereja² dan bangsa kita. Semuanya dilakukan untuk membenarkan diri mereka sendiri.

KEDUAterjadinyakemerosotan dalam moral, mental yang disebabkan orang² yang egois mengusahakan segala cara seperti tega memfitnah, mengorbankan orang² tercinta, menjual isteri atau anaknya kepada orang² jahat, menjual imannya demi memperoleh kemudahan, kenyamanan, kenikmatan hidup. Kita akan melihat generasi yang suka memberontak terhadap orang tua/pemimpin, tidak menyukai keberagaman dalam agama/doktrin, suka merendahkan ras² orang² tertentu, merasa diri paling benar dan suka merendahkan orang lain, rela berkelahi/saling membenci sesama keluarga atau teman karena perbedaan keyakinan/pandangan, suka memerintah, suka menindak bahkan mengendalikan hidup orang lain demi tujuan² pribadi, tidak berintegritas, ketiadaan penghormatan generasi muda kepada bapa² gereja. Kita akan melihat banyak pergaulan bebas menimbulkan tragedi aborsi atau pernikahan di usia dini yang kemudian berakhir pada perceraian, anak² mengusir atau melukai orang tuanya, dll. Kita akan melihat perselisihan, perpecahan dalam gereja². 

Kejahatan akan terus meningkat sampai ada orang² yang mau menyerahkan diri, bertobat, mengubah diri, memberikan pengaruh yang Ilahi kepada lingkungan keluarga, teman, tetangga serta orang² di sekitar kita.

PANGGILAN TUHAN KEPADA UMATNYA MENJADI TERANG DAN GARAM ATAS INDONESIA

Dalam kebijaksanaanNya, Tuhan memanfaatkan berbagai hal yang ada di dunia seperti, kondisi umat Tuhan, kondisi pemerintahan untuk mendatangkan kebaikan dalam kehidupan kita. Kita akan melihat pemerintah membuat kebijakan² yang lebih menguntungkan pihak² tertentu tapi merugikan rakyat. Kita akan melihat pembebasan lahan milik warga dengan paksa demi pembangunan program pemerintah, berpotensi terjadi perpecahan, berpotensi terjadi kerusuhan, menyalahgunakan jabatan/hukum²/jaringan demi kepentingan pribadi. Semuanya dimanfaatkan Tuhan untuk mendidik, melatih dan menarik kita makin mendekat dengan Tuhan bahkan mempersiapkan diri kita untuk tujuan dari penciptaan kita, yaitu menggenapi kehendak Bapa di sorga. Tuhan sedang mengungkap dampak² negatif tersebut melalui berbagai media sosial, berita, penulis² untuk mengungkapkan bahwa kondisi bangsa kita sedang tidak baik² saja. Tuhan memanggil kita untuk mencegah terjadinya proses pembusukan yang dilakukan oleh orang-orang yang egosi dengan menjadi murid-murid Kristus yang sejati, bukan pendukung-pendukung buta atas apa pun di dunia ini.

Memasuki awal bulan Desember 2023 Tuhan telah mengatakan, “…..Di sepanjang tahun 2024 dan tahun-tahun selanjutnya, Aku akan memurnikan dan melatih umatKu di bangsa ini. Mereka yang mau belajar, hidupnya mau diubah, dibentuk, dirahkan sesuai kehendak dan rencanaKu (menjadi murid-murid Kristus yang sejati) akan menjadi berkat, mampu memberikan solusi yang tepat dan menyikapi segala sesuatu dengan bijaksana oleh karena hikmat yang akan Kuberikan kepada mereka tetapi mereka yang berjalan sesuai dengan kehendak dan rencananya sendiri akan tersandung, terjatuh, terbelit dalam berbagai masalah, menjadi cemooh karena mempercayai dan menyebarkan dusta, mereka terjatuh karena kesombongan dan kebodohan……” 

Kita akan melihat dengan jelas terkait perbedaan karakteristik, motif, tujuan atas berbagai pemikiran dan tindakan orang-orang di bangsa ini seperti kita melihat perbedaan ciri-ciri dari benih-benih gandum dan lalang yang tumbuh dan menghasilkan buah secara bersama-sama. Respon yang diharapkan Tuhan dalam kehidupan kita di sepanjang tahun 2024 adalah

1. Menguji segala sesuatu dalam diri sendiri, gereja² dan pemerintahan dengan jujur.

Tanpa kejujuran maka penilaian kita terhadap segala sesuatu tidak akan tepat. Oleh karena itu kita perlu merendahkan diri, mengakui kekurangan kita dihadapanNya supaya kuasaNya bekerja atas kehidupan pribadi, gereja² serta bangsa kita. Kita perlu memperhatikan, merenungkan dan menemukan maksud, harapan Tuhan atas kehidupan pribadi, gereja² dan pemerintahan di bangsa ini seperti pesan Tuhan kepada jemaat di Laodikia (Wahyu 3:17-18)

2. Menyediakan diri untuk belajar dan diubah sesuai kehendak serta rencanaNya Tuhan. 

Sikap belajar ini hanya dimiliki oleh orang² yang telah berkomitmen menjadi murid² KristusTanda awal menjadi murid Kristus adalah rela menyangkal diri, gairahnya meneladani bahkan menjadi serupa dengan Sang Guru Agung. Tujuan akhir dari pencapaian murid adalah bukan sekedar menyangkal kehendak, rencana, tujuan pribadi tapi menyelaraskan diri bahkan menjadi serupa dengan Guru Agung kita, Yesus Kristus (Galatia 2:20).

Orang² yang belum berkomitmen menjadi murid² Kristus hanya mengisi pikirannya dengan berbagai pengetahuan rohani. Proses belajar hanya dapat terjadi saat kita mau belajar, diubah, dibentuk, diarahkan sesuai kehendak, rencana Bapa di sorga

3. Mencari, menyelidiki, menemukan, menggunakan karunia² rohani sesuai kasih karunia yang Tuhan berikan kepada kita.

Kehidupan kita pasti berdampak besar bagi pertumbuhan rohani jemaat dan pemerintahan di bangsa jika kita mulai menggunakan otoritas rohani yang telah Tuhan berikan kepada kita. Kita perlu mencari, menemukan fungsi/peran/otoritas rohani kita dalam tubuh Kristus bahkan mengerjakan bersama pimpinan RohNya. Kita perlu menemukan otoritas rohani yang telah disediakan dengan  terhubung, belajar, mengikuti arahan Tuhan (2 Timotihhhus 1:6).

4. Mencari, menemukan dan hidup sesuai panggilan Tuhan.

Kita perlu mengarahkan, melatih pikiran, hati kita seperti para olahagawan yang melatih dirinya sesuai dengan pertandingan yang akan dihadapi. Pencarian tujuan hidup diawali dengan melupakan apa yang dibelakang dan mengarahkan diri pada kehendak Tuhan supaya kita beroleh penyingkapan akan panggilanNya (lihat Filipi 3:14).

Dan setelah kita telah memgetahui panggilan Tuhan maka langkah selanjutnya adalah melatih diri sesuai panggilanNya. Seorang petinju akan melatih dirinya untuk memperkuat otot² dan gerakan tangan serta lengannya untuk menjadip petinju, bukan sibuk latihan bermain voli. Demikian kita perlu melatih pola pikir, sikap hati, kebiasaan hidup kita sesuai panggilanNya sebagaimana tertulis dalam Roma 12:3. Kita harus melatih, mengatur kebiasaan hidup kita sesuai tujuan penciptaan kita.

Di tahun 2024 dan tahun-tahun selanjutnya kita akan melihat dampak dari kesombongan dan kebodohan yang makin merusak karakter, moral serta jati diri orang-orang dibangsa ini. Di sisi lain kita akan melihat para pembelajar yang rendah hati akan memperbaiki karakter dan moral yang rusak untuk kemudian membangun jati  bangsa ini, yaitu pembelajar dan bijaksana serta mampu mengantisipasi atau menyelesaikan berbagai masalah baik di dalam atau luar negeri.

Tuhan akan memakai dampak dari karakter lalang yang hidup sesuai dengan kehendak dan rencanaNya sendiri untuk mendesak kita menjadi murid-muridNya yang sejati, yaitu yang mau belajar, hidupnya mau diubah, dibentuk, dirahkan sesuai kehendak dan rencana Tuhan.

PERSPEKTIF PROFETIK : TUJUAN UTAMA KEDATANGAN YESUS KE DUNIA

Oleh Didit I.

Hari-hari ini kita melihat berbagai dekorasi natal di berbagai tempat umum termasuk, rumah², sekolah² Kristen, gereja². Kita sibuk mempersiapkan, mengikuti berbagai acara bakti sosial, ibadah natal dan latihan musik/drama/menyanyi/tarian. Di sisi lain para pengkhotbah mempersiapkan pengajaran yang memotivasi disertai kisah² yang menarik. Dan kita melakukan semuanya secara berulang dari tahun ke tahun. Akhirnya tanpa disadari kita lebih tertarik memperingati kedatangan Yesus dengan berbagai hadiah, dekorasi, pertunjukkan² drama/musik/nyanyian yang menarik, menakjubkan disertai kualitas suara sound sistem yang terbaik. Dan kita kurang memperhatikan tujuan utama dari kedatangan Yesus ke dunia. Yesus tidak datang ke dunia dengan dekorasi yang gemerlap, tidak disambut dengan tari²an, tidak disambut dengan berbagai pertunjukkan yang menarik kecuali malaikat² Tuhan yang memberitakan kabar baik tersebut (meskipun Yesus mampu memilih dan mengadakan peragaan² yang sangat menakjubkan, menarik), lahir dalam rupa bayi, di kandang domba, bintang yang bersinar terang di langit bahkan sudah dinubuatkan, ditulis dalam kitab² kuno (yang sebenarnya telah dilihat, didengar oleh banyak orang tetapi faktanya banyak orang tidak menyelidiki, ada pun menyelidiki tapi tidak mengerti dan tidak berpartisipasi atas peristiwa yang besar tersebut). Ada pun orang² Majus yang datang dari jauh bermaksud menemukan, menyembah dan memberikan persembahan kepada Yesus. Dan kehadiran bayi Yesus disertai dengan tragedi berdarah, yaitu pembantaian bayi² di daerah kelahiran Yesus yang dilakukan oleh raja Herodes. Itulah salah satu alasan Yesus lahir di kota Betlehem, kota kecil sebab Sang Juruselamat sedang disembunyikan dan dimunculkan tepat sesuai waktuNya.

Yesus datang ke dunia untuk menjadi jalan, kebenaran dan hidup (lihat Yohanes 14:6). Hanya melalui darah Yesus kita dapat ditebus, dipulihkan, diterima oleh Bapa di sorga. Yesus datang ke dunia bukan hanya membayar lunas dan memerdekakan hidup kita dari perbudakan dosa tapi Tuhan hendak membangun kembali bahkan mempererat hubungan antara Tuhan dengan manusia (bahkan Tuhan hendak memulihkan, memberikan tujuan yang mulia serta menjadikan kehidupan kita berkat bagi banyak orang) yang telah dirusak oleh iblis di taman Eden.Tuhan rindu dapat berkomunikasi, bergaul karib serta bekerja sama melakukan perkara² besar bersamanNya. 

Kita bisa saja terjebak dalam tipuan iblis seperti merayakan/memperingati kelahiran Yesus dunia tanpa pengertian tersebut atau sudah mengerti tapi mengabaikan makna, harapan, kerinduan, maksud hati/pikiran Bapa di sorga serta gairah Yesus dalam melakukan kehendak Bapa di sorga (lihat Yesaya 1:10-20) seperti Kain yang mempersembahkan hasil tanah yang terbaik tapi bukan sesuatu yang menyenangkan hati TuhanKita tidak boleh menukarkan waktu kita untuk berkomunikasi antara kita kepada Tuhan, penyelidikan serta pengabdian kita untuk melakukan maksud hati/pikiran Bapa dengan berbagai kesibukan dalam mengikuti ibadah, melayani di gereja, aktif dalam bakti sosial dan berbagai perbuatan baik. Kita perlu menyelidiki apa yang berkenan bahkan kehendakNya yang sempurna atas hidup kita. Kita tidak dipanggil Tuhan untuk mengabdikan diri pada rumahNya tetapi kita dipanggil untuk mengabdikan diri kepada Sang Pemilik rumah, yaitu Tuhan. Melayani jemaat adalah perbuatan yang baik dan berkenan dihadapan Tuhan tapi Kita perlu melayani Tuhan di gereja/organisasi rohani sesuai dengan arahan, petunjuk dan panggilan Tuhan, bukan sekedar melakukan rutinitas kegiatan rohani.

Bapa telah menentukan Perantara yang dapat diterima olehNya untuk membebaskan kita dari perbudakan dosa, rutinitas yang duniawi, rutinitas ibadah/pelayanan yang sia² seperti sibuk dalam aktivitas² rohani tapi di sisi lain tidak mengalami pertumbuhan rohani, tidak mengalami kedewasaan dalam karakter. Kuasa Darah Yesus dan Roh Kudus akan memperbarui pola pikir, sikap hati, kebiasaan hidup serta penyingkapan akan masa depan yang dikehendaki Bapa atas kehidupan kita. Kehadiran Yesus di dunia merupakan berita sukacita, harapan yang baru sebab Yesus telah MENJADI TELADAN bagaimana seseorang dapat berjalan dengan Allah dan Yesus menjadi satu-satunya PERANTARA (yang bisa diterima Bapa) untuk memperbaiki hubungan, komunikasi antara Bapa dengan kita untuk kemudian memberikan arahan, petunjuk, mengubah hidup kita sampai menjadi rumah kesukaanNya dimana Roh Kudus tinggal dan memimpin kehidupan kita untuk menggenapi kehendak/rencana Bapa di sorga (1Korintus 6:19).

Kita perlu menjadikan hal² utama tetap menjadi urutan yang utama, yaitu membangun komunikasi dengan Tuhan dan menjadi rumah kesukaan Tuhan sehingga persembahan kita kepada Tuhan mendatangkan berkat dan kuasa yang besar bukan sekedar perayaan² yang sia². Kiranya berkat² atas kelahiran Yesus memenuhi kehidupan pribadi dan keluarga kita. 

Kami sekeluarga juga menyampaikan  “selamat merayakan kelahiran Yesus tahun 2023 dan menyambut tahun 2024”

Tuhan memberkati