oleh Bpk. Peter Bambang Kustiono
“Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu”
(1 Korintus 15:1-2)
Fabel adalah salah satu dari sekian banyak bentuk dongeng dalam dunia sastra. Bedanya, fabel mengambil kisah-kisah dari dunia binatang yang diperumpamakan seperti manusia. Salah satu kisah fabel yang selalu lekat dalam ingatan saya semenjak saya membacanya pertama kali adalah kisah yang satu ini :
“Suatu kali, karena kemarau yang panjang, penghuni sungai di suatu tepian desa mulai khawatir. Di antara binatang-binatang yang tinggal di sana, ada seekor katak yang telah kehilangan banyak saudaranya karena kekurangan air sungai yang benar-benar kering kini. Banyak di antara kelompok satwa yang tinggal di sungai itu mati atau berpindah tempat ke tempat yang jauh. Nah, kini si katak pun berencana demikian karena itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidupnya. Masalahnya adalah : bagaimana melakukannya?
Setelah berpikir beberapa hari, si katak menemukan ide yang sangat baik. Ia tahu ada kawanan angsa yang akan meninggalkan sungai itu dan mencari tempat yang baru. Ia datang kepada para angsa itu dan menawarkan idenya. Akhirnya mereka sepakat. Pada hari yang ditentukan, berangkatlah mereka. Tentu saja dengan si katak bersama-sama dengan para angsa itu. Tahukah Anda bagaimana caranya? Si katak ikut terbang bersama dua ekor angsa!
Memang benar si katak tidak mungkin bisa terbang. Tetapi ia mengusulkan supaya dua ekor angsa membawa sebatang kayu yang dicengkeram bersama-sama, satu angsa memegang satu ujung dengan paruhnya, demikian pula angsa yang lainnya memegang satu ujung yang lainnya. Tugas si katak adalah mencengkeram bagian dahan yang di tengah, dengan kedua kaki dan mulutnya. “Apakah engkau sudah siap, wahai katak?” bertanyalah kedua ekor angsa itu. “Tentu saja. Mari kita berangkat!” sahut si katak dengan bersemangat. “Ayo, tapi sebelumnya kamu harus ingat satu hal ini: saat kamu berada di udara –saat terbang bersama kami- jangan pernah membuka mulutmu. Apapun yang terjadi, cengkeramlah kuat-kuat dahan ini dengan mulutmu. Ya, jangan melepas peganganmu apapun yang kau dengar, kau lihat atau kau rasakan!” begitu peringatan kedua angsa itu. Si katak yang sepertinya sudah merasa cukup cerdas mengangguk-angguk, “Ya, ya,ya… aku sudah mengerti semuanya. ‘Kan aku yang dapat ide ini. Masak aku tidak tahu hal itu. Sudahlah, ayo kita berangkat.”
Memang benar si katak tidak mungkin bisa terbang. Tetapi ia mengusulkan supaya dua ekor angsa membawa sebatang kayu yang dicengkeram bersama-sama, satu angsa memegang satu ujung dengan paruhnya, demikian pula angsa yang lainnya memegang satu ujung yang lainnya. Tugas si katak adalah mencengkeram bagian dahan yang di tengah, dengan kedua kaki dan mulutnya. “Apakah engkau sudah siap, wahai katak?” bertanyalah kedua ekor angsa itu. “Tentu saja. Mari kita berangkat!” sahut si katak dengan bersemangat. “Ayo, tapi sebelumnya kamu harus ingat satu hal ini: saat kamu berada di udara –saat terbang bersama kami- jangan pernah membuka mulutmu. Apapun yang terjadi, cengkeramlah kuat-kuat dahan ini dengan mulutmu. Ya, jangan melepas peganganmu apapun yang kau dengar, kau lihat atau kau rasakan!” begitu peringatan kedua angsa itu. Si katak yang sepertinya sudah merasa cukup cerdas mengangguk-angguk, “Ya, ya,ya… aku sudah mengerti semuanya. ‘Kan aku yang dapat ide ini. Masak aku tidak tahu hal itu. Sudahlah, ayo kita berangkat.”
Maka berangkatlah tiga binatang bersahabat itu. Semula segalanya berjalan sangat lancar. Tetapi setelah berpuluh meter di angkasa dan setelah cukup jauh meninggalkan empang tempat tinggal mereka dahulu, mereka bertemu beberapa ekor burung gagak yang melintas berpapasan dengan mereka. Seekor gagak berkata kepada temannya, “Wah hebat sekali. Katak ini bisa terbang jadinya. Kalau begini dia bisa kemana-mana bahkan ke tempat yang jauh. Hebat sekali ya…. Ide siapa yang sangat pintar ini, ya. Kaok. Kaok!” Si katak yang sejak semula memiliki hati yang pongah mulai tergoda. Ia sangat ingin segera memberikan jawabannya. Namun ia masih ingat pesan kedua angsa temannya. Maka ia tidak jadi membuka mulutnya.
Namun perjalanan masih jauh. Dan godaan semakin besar. Si katak sempat mendengar sepasang kelinci yang menanyakan hal yang sama. Ada juga segerombol monyet yang terkagum-kagum melihat aksi mereka. Juga terlihat burung-burung merpati pun bertanya-tanya mengenai ide mengagumkan itu. Akhirnya, si katak tidak dapat menahan diri lagi. Seekor elang alap-alap terbang di samping si katak yang sedang bergelayutan. Elang itu bertanya langsung kepada si katak, “Hai katak, bagus sekali perjalanan kalian ini. Ini ide siapa sih?” Sepasang angsa sahabat katak menatap si katak dengan tajam, mengingatkan si katak supaya tidak memberikan jawaban apa-apa. Namun elang itu terus mendesak, “Ah, pasti ini usul kedua angsa itu, kan? Nggak mungkin katak yang punya tampang bodoh seperti kamu punya ide sebagus ini!” Tanpa berpikir panjang, akhirnya si katak pun dengan emosi menjawab, “Kamu yang bodoh. Ketahuilah ini semua idekuuuuuu….” Dan si katak pun lepas melayang dari cengkeramannya pada dahan karena tiupan angin keras menerpanya.
Dengan menyeringai licik, alap-alap itu terbang dengan kecepatan kilat dan menerkam si katak yang sedang kebingungan dan baru mulai menyadari kejatuhannya. Si katak pun tewas menjadi santapan alap-alap. Perjalanan panjang si katak itu telah berakhir. Di tengah jalan.”
Tragis bukan? Tetapi demikian pulalah tragedi yang akan menimpa setiap orang yang mengaku diri Kristen, telah menerima Tuhan, hidup beribadah kepadaNya namun tidak berpegang kepada Injil sampai kepada akhirnya. Nats di atas menunjukkan kepada kita mengenai bagian kita dalam mengiring Tuhan. Keselamatan adalah karena kasih karunia Allah yang terlampau besar itu dan keselamatan adalah karya besar Allah. Tidak ada andil sedikit pun dari kita atas karunia karya keselamatan itu. Tetapi –dan hal ini benar- setelah keselamatan yang besar dan diberikan kepada kita secara cuma-cuma itu kita dengar dan terima (lihat 1 Korintus 15:1), kita harus memiliki : sikap untuk teguh berdiri di dalamnya (untuk waktu sekarang ini) dan komitmen untuk berpegang terus berpegang kepadanya (untuk waktu-waktu yang akan datang). Inilah satu-satunya bagian kita dalam keselamatan : menerima dan mengerjakan sampai kesudahannya. Mampukah kita melakukan itu? Sekali lagi, kekuatan kita kecil. Tapi jika kita mau, kita akan mampu. Bukan dengan kekuatan kita tapi dengan kekuatan Roh KudusNya yang telah diberikan kepada kita. Sebab “bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.” (Zak.4:6)
Sama seperti katak dalam fabel di atas: Bukannya dengan serius dan penuh kesungguhan melakukan bagiannya –yang sedikit dan kecil itu- namun hatinya tergoda oleh hal-hal di sekitarnya. Bukannya dengan penuh kesederhanaan dan kesetiaan memandang hanya ke arah tujuan –yaitu tempat yang baru- melainkan hati dan pikirannya teralihkan kepada kesenangan sementara yang mengharapkan pujian sia-sia dari binatang lainnya. Bukannya dengan penuh kerendahan hati menganggap betapa beruntungnya ia dapat terbang dan menuju kepada keselamatan, sebaliknya jiwanya yang sombong menjadikan segala yang berarti, penting dan berharga menjadi tidak ada apa-apanya dibandingkan hasrat untuk memegahkan dan membenarkan diri sendiri. Demikian yang terjadi pula pada kebanyakan orang percaya. Hal-hal yang diserukan oleh dunia ini, takut akan manusia, mencari puji dan hormat, kedudukan atau kemuliaan di hadapan manusia, disertai keinginan untuk menunjukkan diri sebagai sosok yang unggul dan hebat seringkali menjadikan kita melepaskan cengkeraman kita atas berita keselamatan yang berkuasa menyelamatkan kita.
Semua sarana, fasilitas, bahkan segala hal yang diperlukan supaya kita dapat berpegang sampai pada akhir telah dan akan terus Tuhan sediakan untuk diberikan kepada kita. Itulah sebabnya, semestinya setiap anak-anak Tuhan tidak mungkin gagal —asalkan mereka mau untuk berpegang sampai pada akhirnya. Mereka bersedia dibentuk semakin serupa seperti Kristus sekalipun itu harus mendisiplin diri dan menderita sesaat dari segala kesenangan dan kemegahan duniawi. Itulah inti dari nasihat rasuli dari Rasul Petrus kepada jemaat di segala abad (perhatikanlah kata-kata dalam huruf besar yang saya tambahkan sendiri) :
3Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
4Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.
5Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,
6dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,
7dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
8Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
9Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.
10Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.
11Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
Jelas sekali di sini bahwa hidup kekristenan bukan sesuatu yang pasrah dan pasif, antri giliran menunggu masuk surga karena keyakinan palsu bahwa yang sudah dipilih oleh Tuhan –apapun kondisi rohani dan kemerosotan rohani yang terjadi- pasti masuk surga. Bukan demikian. Justru tolok ukur yang pasti mengenai orang pilihan Allah adalah kesediaan untuk membayar harga dalam mengerjakan keselamatan yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Segala yang perlu dan berguna untuk hidup saleh dan beribadah kepadaNya telah diberikan kepada kita, marilah kita dengan giat SUNGGUH-SUNGGUH BERUSAHA supaya kita tidak ternodai oleh dunia melainkan MENGUSAHAKAN supaya BERLIMPAH-LIMPAH dalam hal perkara-perkara yang mulia dari Allah.
Renungkanlah sekali lagi perkataan Rasul Paulus, salah satu rasul paling gigih dan paling terkenal yang pernah ada di dunia ini :
“Oleh Injil itu kamu diselamatkan,
asal saja kamu teguh berpegang kepadanya…”
Bagaimana kita dapat teguh berpegang kepada Injil keselamatan? Dengan mengasihi Tuhan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita —dimana seluruh keberadaan kita hanya mengasihi Dia, tiada sisa bagi orang lain apalagi diri kita sendiri. Dengan komitmen yang tidak goyah untuk mengiring Dia tanpa pamrih. Dengan terus menerus belajar jalan-jalanNya. Dengan menjadikan panggilan dan pilihan kita semakin teguh melalui latihan dan disiplin rohani dalam setiap proses Tuhan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita.
Sebagai penutup, ketahuilah beberapa hal tentang sebuah alat permainan. Mesin fantasi roller coaster hingga saat ini merupakan sarana permainan yang paling menegangkan dan paling mengasyikkan baik bagi orang tua maupun anak-anak. Ketegangan yang dihasilkan pada saat mesin kereta itu berbalik dan memutar hingga hampir 180o sungguh menarik minat banyak orang untuk mencobanya. Sekalipun begitu, mesin permainan berbentuk kereta api ini juga memakan korban , sekalipun tidak banyak. Beberapa penumpangnya tewas pada saat naik permainan ini. Tahukah Anda apa penyebabnya? Ada dua penyebab terbesar : kegagalan jantung akibat terlalu tegang dan terlempar dari sana pada saat roller coaster itu melonjak ke atas dan dengan keras menurun tajam. Mengapa ada yang terlempar padahal yang lain tidak? Tentu Anda sudah tahu jawabannya. Tentu saja karena mereka yang terlempar itu tidak berpegang pada pegangan tempat duduknya dengan erat!
Dalam petualangan hidup kita mengiring Tuhan, liku-liku dan pasang surut peristiwa-peristiwa kehidupan tidak dapat dielakkan. Kewajiban kita hanya berpegang erat kepada firman kehidupanNya. Itulah yang membedakan apakah kita akan terlempar serta binasa atau kita mengalami suatu pengalaman baru yang sangat mengasyikkan, yang tiada duanya dalam hidup kita. Terserah kepada diri Anda masing-masing. Jika Anda merindukan pengalaman yang ajaib bersama Dia, hari ini juga, mintalah Roh Kudus menguatkan pegangan Anda dan melajulah dalam petualangan hidup terbesar di dalam Dia. Saya sedang melaju sekarang dalam roller coaster terbesar yang pernah dikenal oleh dunia. Bagaimana dengan Anda?
Jika Anda pun sedang melaju, jangan lupa : CENGKERAMLAH DENGAN ERAT, SAUDARAKU!