PARA PENGIKUT KRISTUS HIDUP DAN BERJUANG UNTUK SUATU MISI: MENJADI PERWAKILAN-PERWAKILAN KERAJAAN ALLAH
‘Apostelo’ adalah kata asli dari yang diterjemahkan”mengutus” dalam
Matius 10:16 dimana Yesus mengutus murid-murid-Nya bagi domba di tengah
serigala. Dari kata itu ada kata ‘apostolos’ yang digunakan sebagai
sebutan bagi rasul. ‘Apostelo’ artinya yang diperintahkan keluar atau
yang disuruh pergi (melakukan suatu tugas). Jadi rasul dapat diartikan
sebagai orang yang diperintahkan pergi atau yang diutus pergi
melaksanakan misi yang diperintahkan kepadanya.
Kepada dua belas
murid maupun kepada ketujuh puluh murid (Luk. 10:1-16) , Yesus
memberikan perintah yang sama. Perintah yang sama juga diberikan kepada
sekitar 400 murid-Nya sebelum Ia naik ke sorga. Dengan kata lain, meski
sebutan “yang diutus” dilekatkan pada jabatan atau panggilan rasul,
namun tugas dan fungsi sebagai orang-orang utusan melekat pada setiap
pengikut Yesus. Kita semua adalah utusan-utusan-Nya. Diutus untuk apa?
Untuk melakukan amanat ilahi. Menjadi perwakilan Kerajaan Allah. Menjadi
saksi bahwa Yesus Kristus itu Tuhan dan Juruselamat. Memproklamasikan
bahwa iblis telah kalah dan pekerjaan-pekerjaan mereka telah dihancurkan
oleh kuasa Kristus.
“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang
kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma,
karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
“Lihat, Aku mengutus kamu… ” (Matius 10:7-8, 16)
Menjadi saksi-saksi dan utusan Kristus bukan membela Tuhan atau
pekerjaan-Nya. Justru dalam melaksanakan tugas itu, Tuhanlah yang akan
menjadi pembela, pelindung, pemelihara dan penjaga setiap langkah kita.
Oleh sebab itu, kuasa Tuhan justru paling nyata dan terbukti saat kita
bergerak bersama Dia mengerjakan panggilan kita. Bukan seperti yang
dipikirkan sebagian yang percaya bahwa Tuhan selalu membela dan
melindungi mereka meski mereka menjalani hidup yang ceroboh dan semuanya
sendiri, perlindungan dan pemeliharaan Tuhan berlaku saat kita
mengikuti pimpinan-Nya kemana Dia pergi bagai domba yang akan selalu
aman dan tenang sekalipun berada dalam lembah kekelaman (Maz. 23:4).
Bagian kita ialah menyatakan kuasa dan kasih-Nya pada dunia yang
tertindas dan tersesat oleh permainan penguasa dunia yang gelap itu.
Kita tampil sebagai duta yang siap sedia memberitahukan keberadaan
Kerajaan Sorga itu sekaligus bertindak mendemonstrasikan otoritas
kerajaan yang kita wakili.
Kerajaan yang kita wakili ialah
Kerajaan Allah yang kita kenal sebagai Tritunggal yang Kudus. Itu
sebabnya kita bukan hanya memperagakan kedahsyatan dan kuasa dari
kerajaan sorgawi itu melalui mujizat dan tanda-tanda ajaib melainkan
juga menyatakan sifat dan karakter kerajaan itu sendiri -yang berbeda
dari budaya atau sistem yang berlaku di dunia sekarang ini.
Itulah
sebabnya mengapa murid-murid Yesus tidak hanya diperintahkan
menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati dan memberitakan
kabar baik NAMUN JUGA DIPERINTAHKAN MEMILIKI GAYA HIDUP SEBAGAI
ORANG-ORANG YANG DIUTUS, yang didasarkan pada prinsip-prinsip Kerajaan
sesuai yang diteladankan Kristus sendiri. Dan ini bukan main-main. Kita
dipanggil untuk MEMANTULKAN GAMBAR KRISTUS pada dunia seolah-olah
Kristus sendiri yang hadir di tengah-tengah dunia sampai-sampai
“barangsiapa menyambut kita, ia sama dengan menyambut Kristus” (Mat.
10:40).
Dunia harus melihat bukan hanya pekerjaan Tuhan yang
penuh kuasa melalui kita namun suatu cara hidup yang berbeda sebagai
orang-orang yang mengabdi dan menghamba pada Yesus.
Kita harus
melayani dengan iman, tanpa kekuatiran akan hidup kita. Bukan seperti
dunia yang selalu dicemaskan akan kebutuhan dan keperluan hidup jasmani
sehari-hari.
Kita datang sebagai pembawa damai, bukan sebagai
orang-orang yang memaksakan kehendak dan kemauan kita dengan cara-cara
yang keras, memaksa dan mengadakan teror.
Jika pesan kita ditolak,
lalu kita diusir bahkan dibawa ke depan pengadilan dengan
tuduhan-tuduhan yang palsu, kita harus tetap menunjukkan kasih dan tidak
membalas perlakuan tidak adil dan kejam terhadap kita. Berbeda dengan
dunia yang selalu menuntut balas dan membenci yang tidak ramah pada
mereka.
Suatu kehidupan yang aktif dan dijalani secara berbeda
harus menjadi ciri khas pengikut-pengikut Kristus sejati. Mereka
bergerak menjangkau dan memberkati orang-orang dimana mereka diutus
dengan cara-cara yang Kristus tetapkan dan teladankan. Yang berkomitmen
untuk mengiring Yesus tidak boleh hanya menjalani hidup seperti air
mengalir. Tanpa kegiatan atau arah yang jelas, yang didasarkan pada
‘pokoknya’ melayani, pokoknya datang beribadah, pokoknya ikut tim misi
dan pokoknya aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani atau sosial. Ada arah
dan tujuan yang jelas dalam setiap pengutusan Kristus pada kita.
Merenungkan panggilan kita sebagai utusan-utusan Allah, maka kita
seharusnya menyadari bahwa kita tidak dipanggil untuk menjalani
kehidupan yang santai, tanpa kesibukan yang berarti selain menjalani
semacam rutinitas-rutinitas agama, atau menjadi penonton para pendeta
atau hamba Tuhan yang mengajar atau melayani di gereja. Kita ini diutus
untuk menjalankan tugas sebagai wakil-wakil Kerajaan Allah. Sebelum
tugas itu terlaksana, kita tidak boleh berhenti dan mengubah jadwal kita
serta mengisi waktu kita dengan liburan dan wisata di dunia ini.
Duta-duta besar diutus bukan untuk menikmati keindahan alam negara yang
dikunjunginya. Ia sedang melaksanakan tugas yang harus dikerjakan bahkan
diselesaikannya dari negara asal yang mengutusnya.
Kekristenan yang
santai adalah kekristenan yang lupa diri, bodoh dan sesat. Karena
mereka tidak menyadari mengapa mereka ditebus dan untuk tujuan apa
mereka masih dikaruniai tahun-tahun kehidupan selama di bumi ini.
Pada sisi lain, disadarkan sebagai utusan-utusan sorgawi, hidup kita
tidak semestinya fokus pada urusan-urusan dan kepentingan-kepentingan
duniawi belaka. Itulah yang dimaksud Yesus supaya kita “mencari dahulu
Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya” (Mat. 6:33) dan “mencari dan
memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol.
3:1-2). Pengejaran perkara-perkara dunia menumpulkan kesadaran rohani
kita akan kekekalan, alam dimana kita akan tinggal selama-lamanya
setelah kehidupan di bumi. Ambisi mengumpulkan harta kekayaan di bumi
dapat menyimpangkan dan menarik kita keluar dari jalur panggilan Tuhan
yang utusan-utusan-Nya. Kerja keras kita demi mengejar target dan
pencapaian kehidupan dunia yang nyaman tanpa disadari menggerogoti
gairah dan semangat kita berjuang menjadi saksi-saksi dan prajurit
Kristus.
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan
soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada
komandannya” (2 Timotius 2:3-4)
Ya, sebagai prajurit adalah
simbol lain dari panggilan kita sebagai orang-orang yang diutus. Dan
sekali lagi, prajurit Tuhan bukan menjadi pembela Tuhan tetapi sebagai
pelaksana tugas pengutusan di atas yaitu berjuang melawan pekerjaan
kuasa kegelapan yang senantiasa bermaksud menghancurkan dan membinasakan
banyak orang.
“karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan
daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini,
melawan roh-roh jahat di udara” (Efesus 6:12)
Selagi membaca ini
semua, mungkin ada yang berpikir bahwa melayani dan berkecimpung di
dunia rohani atau pelayanan adalah tugas hamba-hamba Tuhan, bukan
tanggung jawab mereka yang bukan berprofesi sebagai rohaniawan atau
pelayan Tuhan sepenuh waktu. Tentu saja itu tidak benar. Tuhan memanggil
setiap murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-Nya. Siapa saja yang mau
hidupnya berarti seharusnya menanggapi panggilan Tuhan. Bukankah kita
digambarkan sebagai tubuh Kristus dengan berbagai-bagai anggotanya? Dan
bukankah setiap anggota tubuh memiliki tugas dan fungsi yang
berbeda-beda tetapi bekerja sama bergerak demi melakukan sesuatu dan
mencapai suatu tujuan dan hasil?
Demikianlah setiap kita dipanggil
untuk mengetahui bagian kita sebagai anggota tubuh Kristus lalu
berfungsi sebagaimana Tuhan menghendaki kita pergi melakukan sesuatu.
Bukankah Yesus sendiri mengatakan bahwa selagi murid-murid itu
menjalankan misi, akan ada orang-orang yang menyambut mereka? Dan bahwa
Tuhan memberikan upah yang sama bagi mereka yang menyambut nabi-nabi
dan orang yang benar?
“Barangsiapa menyambut seorang nabi
sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut
seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.
Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah
seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya” (Matius
10:41-42)
Itu berarti setiap kita punya bagian dalam perjuangan
memberitakan kabar baik dan menyatakan kemuliaan Tuhan di bumi. Tidak
ada alasan maupun dalih bahwa itu bukan bagian kita sebab jika Tuhan
memanggil kita, Dia pun akan melengkapi kita dan menunjukkan apa dan
bagaimana yang harus kita kerjakan dalam menunaikan tugas itu.
Diutus. Berjuang. Hidup menghamba pada Kristus. Ambil bagian sebagai prajurit.
Itulah panggilan bahkan takdir kita sebagai orang-orang sorgawi.
Mengikuti jejak Yesus yang hidup sebagai utusan Bapa demi misi
menyelamatkan dunia, kita pun dipanggil memikul salib kita sebagaimana
halnya Kristus memikul salib-Nya oleh karena perintah Bapa.
Pengikut-pengikut sejati yang menangkap panggilan dan pengutusan dari
Kristus tidak mengenal kata malas, santai, berdiam diri, lemah atau
kalah dalam hal-hal rohani. Mereka secara agresif menyerang kubu-kubu
pertahanan iblis dan membalikkan keadaan. Tepat sebagaimana doa yang
mereka naikkan, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di sorga.” Mereka berperang, berjuang, dan memenangkan kehendak
Allah atas situasi-situasi yang ada dan mendatangkan kerinduan Tuhan
menjadi kenyataan melalui doa dan pelayanan mereka.
Sebaliknya,
yang tidak berjuang dalam kehendak Tuhan mungkin tergolong apa yang
disebut “iman yang mencurigakan” itu seperti yang dikatakan Ralph
Erskine, pengkhotbah abad 18, “Iman, tanpa kesukaran atau perjuangan,
ialah iman yang perlu dicurigai; karena iman sejati itu berjuang, iman
yang bergumul.”
Dalam pemahaman ini, kita seharusnya mulai memeriksa diri dan melihat hidup kita.
Adakah kita telah hidup sebagai orang-orang yang diutus oleh kerajaan yang tidak tergoncangkan itu?
Adakah kita BERGERAK dan BERJUANG sebagai orang-orang yang diutus Tuhan dalam hidup kita?
Apakah kita sudah secara aktif menghancurkan pekerjaan iblis dengan
mencari dan mendoakan kehendak Tuhan supaya jadi atas kehidupan kita,
keluarga kita hingga keselamatan bangsa dimana kita hidup?
Atau…
apakah kita selama ini masih menjalani hidup yang santai, mencari
kenyamanan dan kemudahan dengan hanya sesekali berdoa, beberapa kali
ikut ibadah dan menjalankan saja rutinitas jadwal pelayanan gereja bagi
kita?
Pernahkah kita memikirkan dan menyadari betapa dahsyat kuasa,
hikmat, talenta dan tugas yang jelas bagi setiap kita lalu mencari dan
melaksanakan panggilan Tuhan itu dalam hidup kita?
Hari ini,
akankah Anda dapat menjawab jika ditanyakan apakah yang sedang Anda
perjuangkan karena Tuhan dalam hari-hari Anda sekarang ini?
Bagian 1 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB – MATIUS 10)
Bagian 2 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB – MATIUS 10)
Bagian 3 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB – MATIUS 10)
Bagian 4 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB – MATIUS 10)
Bagian 4 (1) – Selesai
Bagian 5 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB – MATIUS 10) Bagian 4 (2) – Selesai