CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB – MATIUS 10) Bagian 4 (2) – Selesai

Oleh: Peter B, MA
PETUNJUK YESUS TENTANG “TULUS SEPERTI MERPATI”
Merpati, dalam Alkitab, juga merupakan lambang dari Allah Roh Kudus. Menggambarkan sifat-Nya yang murni dan penuh kesederhanaan. Roh Kudus diutus dan hadir ke dunia semata-mata demi menolong kita supaya berhasil sebagai anak-anak Tuhan di dunia yang sekarang hingga selamat sentosa di dunia yang akan datang. Ia tulus dan tidak mencari bagi diri-Nya sendiri. Ia membawa dan menuntun orang kepada pribadi Kristus, bekerja secara sunyi di belakang layar, berbisik dan membujuk kita meninggalkan pengejaran hawa nafsu supaya Roh kita menyala dengan hasrat dan kasih bagi Tuhan. Roh Kudus ialah roh yang manis dan tulus melayani kita supaya Allah Bapa dan Kristus dimuliakan di bumi. 
Ketulusan semacam itulah yang harus menjadi pedoman kita sebagai saksi-saksi Kristus. Tidak tercampur dengan keinginan atau ambisi yang lain, semata-mata kita merindukan nama Tuhan ditinggikan dan dimuliakan melalui pelayanan kita kepada jiwa-jiwa yang membutuhkan. Hati kita tulus dan murni datang sebagai saluran-saluran berkat dan kasih Tuhan. Tidak mencari keuntungan yang digerakkan oleh motif-motif pribadi yang berakar dari ketakutan atau keserakahan. 
Dan inilah petunjuk Yesus untuk melayani dengan tulus seperti merpati: 
(1) TIDAK MENJADI KUATIR ATAU TAKUT
Dalam pesannya kepada murid-murid yang diutus-Nya itu, tidak hanya sekali Yesus mengingatkan mereka supaya tidak berangkat dengan hati yang kuatir atau takut.
Dalam Matius 10, Yesus menegaskan berulang kali: 
“…JANGANLAH KAMU KUATIR akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan… ” (ayat 19)
“Jadi JANGANLAH KAMU TAKUT terhadap mereka (para penganiaya itu)… ” (ayat 26)
“Dan JANGANLAH KAMU TAKUT kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa… ” (28)
“Sebab itu JANGANLAH KAMU TAKUT … ” (31)
Sesungguhnya ketakutan dan kekuatiran menodai kesaksian kita di hadapan mereka yang belum mengenal Tuhan. “Seperti mata air yang keruh dan sumber yang kotor, demikianlah orang benar yang kuatir di hadapan orang fasik” (Amsal 25:26) Sadar maupun tidak, sikap kita menyampaikan pesan yang tidak murni dimana pada satu sisi kita menyampaikan bahwa Allah kita perkasa dan berkuasa menyelamatkan, tapi pada sisi lain kita gentar menghadapi ancaman dan bahaya di hadapan kita. Hati kita harus yakin mantap tak tergoyahkan dalam membawa diri di hadapan orang sebagai bukti nyata bahwa kita telah berjumpa dengan Tuhan dan mengalami jamahan kuasa-Nya yang mengubahkan itu.
Ada hal yang lain. Jarang sebenarnya yang menyadari dampak dari pelayanan yang belum bebas dari kekuatiran dan ketakutan. Padahal inilah pangkal banyak masalah dan kekacauan besar di ladang pelayanan. Jika kita tidak tulus ikhlas sebagai utusan-utusan Kristus, maka dalam perjalanan dan perkembangannya, pelayanan kita berpotensi menyimpang dan justru merendahkan nama Tuhan. Bagaimana bisa? 
Misalkan saja, kita berada dalam suatu pelayanan yang sukar dan penuh tantangan, maka ketika kita tak mampu menyingkirkan kekuatiran dan ketakutan kita maka di waktu-waktu selanjutnya salah satu atau beberapa hal ini akan menjadi kejatuhan kita: kita menyerah dan undur dari panggilan Tuhan dan mencari hidup yang mudah dan aman seperti orang-orang duniawi lainnya; TIDAK TERTUTUP KEMUNGKINAN jika kita kemudian mulai berkompromi dengan dosa atau standar-standar pelayanan yang lebih rendah demi mencukupi kebutuhan hidup yang kita kuatirkan tidak terpenuhi saat kita hidup melayani Tuhan; DAPAT PULA kita mencari jalan dan cara kita sendiri (bahkan dengan cara mengajarkan firman Tuhan yang tidak murni dengan motif-motif pribadi) untuk memenuhi kebutuhan hidup atau pelayanan maupun mencoba menghilangkan rasa takut atas kritik dan serangan melalui pengajaran yang tidak seimbang yang hanya menyenangkan telinga pendengar saja.
Hal yang sama juga masih tetap terjadi bahkan saat pelayanan kita relatif bertumbuh menjadi besar dan dikenal banyak orang. Benarlah kata Amsal 29:25, “Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi.”
Kekuatiran dan ketakutan kepada manusia juga merupakan sebab dari kemunduran kegerakan Tuhan. Ketika wakil-wakil Kerajaan Allah lebih memperhatikan bagaimana supaya disukai orang dan masyarakat daripada menyampaikan kebenaran (firman) secara murni maka kuasa penyertaan Tuhan telah digantikan dengan cara-cara dan strategi-strategi manusia. Berbagai IDE yang diwujudkan dalam bermacam program pelayanan yang lahir dari hati yang kuatir dan takut pada pandangan dunia justru akan menjadi penghambat terbesar dari lawatan kuasa Roh Kudus yang menyertai pemberitaan dan pelayanan yang murni. Teknik-teknik bidang sekuler atau bisnis yang digunakan untuk mengembangkan pelayanan rohani pada akhirnya melunturkan kesaksian hidup anak-anak Tuhan yang terlihat lemah dan rapuh menghadapi tantangan sehingga mencari hikmat duniawi untuk melaksanakan pekerjaan Tuhan. Itu belum termasuk citra buruk yang kemudian juga terungkap mengenai bagaimana gereja-gereja dan lembaga-lembaga pelayanan perlahan-lahan berubah menjadi serupa apa yang disebut Yesus “sarang penyamun”.
Tuhan merindukan murid-murid-Nya menjadi pemberani-pemberani di dalam Dia. Yang menaruh harap sepenuhnya bahwa ketika pelayanan itu dikerjakan sesuai dengan pimpinan-Nya, dengan cara-Nya, sesuai waktu-Nya dan dengan keyakinan akan kuasa-Nya, maka Ia pasti akan menjaga, membela dan melindungi kita yang menunaikan amanat agung-Nya itu. Jika kita tidak takut kepada manusia atau kuasa kegelapan yang hanya mampu meremukkan tubuh jasmani kita, melainkan hanya takut kepada Dia yang berkuasa membinasakan tubuh dan jiwa maka kekuatan dan roh yang gagah perkasa akan diberikan bagi kita. Sebab jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang akan menjadi lawan kita? 
 Dalam keberanian yang kuduslah kita dapat tampil menjadi saksi-saksi Tuhan yang berdampak. Dan kelak pengakuan dari Pribadi Tertinggi di alam semesta pun menjadi bagian kita: 
Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat. 10:32-33)
(2) RELA DAN TABAH MENANGGUNG SETIAP HARGA MENGIKUT YESUS HINGGA SAAT TERAKHIR
Tuhan rindu setiap orang di muka bumi ini mendengar dan menerima kabar baik, juga kebenaran-kebenaran ilahi dari Kerajaan Sorga (Mat. 10:7-8). Untuk tujuan itu, Ia memanggil dan mengutus kita kepada dunia yang terhilang ini. Dan bagi dunia yang tidak mengenal Kristus, yang sudah menganut sistem kepercayaan tertentu, kabar mengenai keselamatan melalui salib merupakan sesuatu yang terdengar aneh, tidak masuk akal, asing dan menggelikan meskipun hati setiap orang sesungguhnya bergetar saat mendengarnya oleh karena kuasa Roh Kudus yang turut bekerja di setiap pemberitaan firman kebenaran. Dalam perkembangannya, berita Injil maupun pembawa-pembawa pesannya kemudian akan dipandang sebagai ancaman terhadap pihak lain karena berbagai kepentingan mereka yang merasa tidak nyaman dan terganggu. Konsekuensi selanjutnya ialah mereka yang menolak Tuhan akan mengadakan perlawanan dan penentangan terhadap anak-anak Tuhan.
“Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ADA YANG AKAN MENYERAHKAN KAMU dan MEREKA AKAN MENYESAH KAMU di rumah ibadatnya.
Dan KARENA AKU, KAMU AKAN DIGIRING ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah…
Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.
Dan KAMU AKAN DIBENCI SEMUA ORANG KARENA NAMA-KU; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Mat. 10:17-18.21-22)
Sampai di sini sebaiknya kita mulai memikirkan dampak iman kita kepada Kristus. Pengikut-pengikut dan duta-duta Kerajaan Allah akan mengalami ini semua oleh karena kesaksian dan hidup mereka yang menjalankan ajaran Tuhan. 
“Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya.
Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,” (2 Timotius 3:11-12)
Mereka yang tidak mengalami ini patut bertanya-tanya apakah sejauh ini mereka telah menjalankan peran dan mengerjakan panggilan untuk menjadi kitab suci yang terbuka dimana orang dapat melihat Tuhan dan pekerjaan-Nya di hidup seseorang.
Menghadapi ini, sebagian orang Kristen merasa tidak dapat menerima perlakuan dunia pada mereka. Mereka menuntut keadilan dan ingin membalas ketidakadilan yang menimpa mereka. Alih-alih mengijinkan Tuhan berurusan dengan para pengolok dan penyerang, beberapa orang mulai merencanakan sesuatu untuk membalikkan keadaan. Pikiran mereka mulai mencita-citakan suatu negara atau komunitas yang kuat supaya tidak dapat dipandang remeh oleh penganiaya mereka. Ini kemudian berlanjut dengan berbagai usaha menduduki posisi-posisi kekuasaan, mendominasi sektor ekonomi, bisnis, teknologi dan berbagai bidang lain demi menentukan keadaan yang aman dan mudah bagi umat Kristen. Sayangnya, hal semacam ini tidak diperintahkan Tuhan. 
Dalam Alkitab, ada beberapa anak Tuhan atau hamba-Nya yang ditempatkan di posisi pemerintahan, memegang kendali di wilayah politik atau ekonomi, atau menjadi figur-figur otoritas yang berpengaruh atas suatu bangsa. Semua itu sebenarnya harus dipandang sebagai teladan dan kiprah individu dari seseorang yang menangkap panggilan Tuhan yang lalu hidup dalam bidang dimana Tuhan kehendaki ia hidup. Jika memang seseorang merasa terpanggil dan jelas Tuhan membuka pintu dan memberikan kesempatan untuk melayani Tuhan dalam wilayah itu, maka ia harus mengerjakannya sepenuh hati. Jika tidak, kita tidak seharusnya mengusahakan lebih jauh.
Tuhan ingin mempengaruhi dunia BUKAN DENGAN CARA-CARA DUNIAWI. Ia ingin kita menjadi teladan dalam karakter yang menyatakan pribadi Kristus melalui hidup kita sehari-hari. Kita tidak dipanggil MENDIRIKAN NEGARA KRISTEN atau PEMERINTAHAN BERDASAR AGAMA untuk mengamankan kepentingan-kepentingan kelompok atau komunitas kita. Kita dipanggil untuk menjadi pribadi-pribadi yang benar, jujur, adil dan penuh kasih dimanapun kita ditempatkan. Kita tidak dipanggil untuk secara aktif untuk sebesar-besarnya ‘menguasai’ setiap bidang yang berpengaruh dalam suatu negara (kecuali memang Tuhan menghendaki dan telah membuka pintu untuk itu bagi hamba-hamba pilihan-Nya) tetapi kita dipanggil untuk secara aktif sepenuh-penuhnya menjadi saluran kasih dan kuasa Tuhan melalui penyampaian firman kebenaran itu. Tujuan kita bukan kekuasaan duniawi tetapi memperagakan kuasa-kuasa sorgawi. Usaha kita bukan mendominasi berbagai bidang utama bermasyarakat (meskipun itu akan Tuhan adakan jika kita siap mengemban panggilan itu) tetapi untuk mematahkan kuasa-kuasa kegelapan yang bekerja membutakan banyak orang dari pengenalan akan Tuhan yang sejati.
Kita dipanggil untuk BERTAHAN SAMPAI KESUDAHANNYA; yang berarti kita seharusnya menanggung setiap risiko dan harga sebagai murid-murid Kristus dengan kuat dan tabah, tidak mencari kemudahan dengan cara-cara kita sendiri, melainkan mengikuti setiap pimpinan Tuhan di hidup kita kemana Ia menghendaki kita bergerak dan melayani-Nya. Yesus sendiri, yang sesungguhnya memiliki kesempatan yang terbuka lebar untuk mempengaruhi bangsa-Nya jika saja Ia bersedia menjadi pemimpin atau raja mereka (yang dengan begitu, Yesus menyimpang dari panggilan-Nya yang tidak diutus masuk ke dunia politik) namun Ia memilih melakukan kehendak Bapa. Yaitu memuridkan dan mengajarkan nilai serta prinsip Kerajaan Sorga yang terbukti bertahan hingga kini, jauh daripada Ia sekedar membangun kekuatan politik waktu itu. Dalam hal panggilan-Nya sebagai hamba Tuhan yang diutus mengorbankan diri demi keselamatan umat manusia, Yesus telah menjadi teladan sempurna sebagai pribadi YANG BERTAHAN SAMPAI KESUDAHANNYA. 
Ketulusan kita dalam menjadi saksi-saksi Kristus akan memperkuat pemberitaan kita. Orang akan melihat Yesus Kristus dan hanya Dia saja dalam kehidupan dan pelayanan kita ketimbang menjadi curiga dengan motif dan tujuan kita yang menunjukkan tanda-tanda ingin menguasai bidang-bidang berpengaruh dari tatanan masyarakat yang ada. Jadi, bertahan sampai kesudahannya itu berarti dengan segala kerelaan dan ketabahan menjalani dan mengerjakan bagian kita dalam amanat agung apapun harga dan konsekuensi yang harus kita hadapi dengan senantiasa mengikuti kemana Tuhan memimpin kita. 
“Bertahan sampai kesudahannya” juga berarti kita tidak menyimpang dan berpindah jalur atau melarikan diri pada jalan atau wilayah dimana Tuhan tidak menghendaki kita bergerak atau berada demi mencari kemudahan dan hidup yang nyaman sebagaimana orang-orang duniawi. Seberat apapun mengikut Yesus, kita seharusnya dengan sukacita menjalaninya. Itu yang berharga di mata Tuhan. Dan di sanalah kehidupan kita akan bersinar, menyampaikan pesan bahwa dunia ini bukan segala-galanya dan bahwa hidup kita di dunia ini ialah bagi kemuliaan Tuhan yang sudah menjadi penebus dan pemulih hidup kita.
Ketulusan kita di hadapan Tuhan nyata saat kita tidak beralih dari jalur kehendak-Nya dalam menunaikan panggilan kita. Ketulusan kita di hadapan manusia akan terlihat dari absennya ambisi, motif dan berbagai siasat untuk mendominasi orang lain. Ingat selalu bahwa tulus seperti merpati berarti jinak, tidak berbahaya, tidak menimbulkan ketakutan dan kekuatiran untuk diserang, dan tidak ada maksud untuk melukai atau menyakiti yang lain. Itu hanya mungkin ditunjukkan dari sikap yang lemah lembut dan rendah hati di hadapan semua orang. Bukan dengan sikap-sikap yang tampak mengancam atau menyembunyikan sesuatu di dalam hati -yang sama-sama menunjukkan suatu ketidaktulusan.
Banyak yang merasa mengenal Daniel, tokoh yang namanya menjadi nama salah satu kitab di Perjanjian Lama. Ia bagaikan teladan dan idola bagi mereka yang berkecimpung di market place (bidang sekuler dalam hidup sehari-hari). Hanya saja, tidak banyak yang tahu hati seorang Daniel. Sedikit saja yang mengerti bahwa ia sebenarnya ia seorang hamba Tuhan sejati, seseorang yang hidup dengan satu tujuan yaitu melakukan kehendak tuannya. Daniel tidak memiliki ambisi sebagai seorang pribadi. Ia tidak pernah bermaksud menjadi pejabat di istana Babel, apalagi pejabat dalam level tertinggi. Ia tidak bersiasat untuk mencari posisi dan jabatan. Ia mengikuti jalan yang ditunjukkan Tuhan dan hanya masuk saat pintu dibukakan untuknya. Ia berpegang teguh pada persekutuannya dengan Sang Yehovah, yang dikenalnya sejak ia masih sangat muda. Ia tidak pernah berkompromi demi memperoleh suatu kedudukan di pemerintahan. Ia dihargai karena karakternya yang mulia, bersih, santun, tahu membawa diri sebagai bawahan dan selalu penuh dengan kebijaksanaan. Sewaktu menjabat, ia tidak mencari cara untuk bermuslihat serta menggunakan jabatan atau kedudukannya untuk menguntungkan bangsanya atau sebaliknya, mencurangi raja-raja yang dilayaninya. Daniel mencari kehendak Tuhan dan mengikuti apa yang Tuhan gerakkan di hatinya. Ketika tahu bahwa Israel masih akan ada dalam pembuangan selama 70 tahun sebagaimana yang dinubuatkan nabi Yeremia, ia memilih berdoa syafaat dan berpuasa (lihat Daniel 9:1-19) ketimbang menyusun kekuatan politik untuk mengambil alih pemerintahan, menggulingkan raja dan membebaskan bangsanya. Di saat ia dijegal secara politik, ia tidak menunjukkan ambisi untuk mempertahankan kekuasaannya. Ia berserah pada Tuhannya dan tidak membela diri. Daniel mungkin dapat mengidentifikasikan dirinya seperti Musa yang akan membebaskan Israel, tetapi Daniel BERTAHAN SAMPAI KESUDAHANNYA dengan menanggung segala risiko sebagai penyembah Allah Israel selagi menjadi pejabat di Babel maupun kerajaan setelah itu yaitu Media dan Persia. Kesaksian Daniel tiada taranya sepanjang hidupnya oleh karena ia tulus seperti merpati. Dimanapun ia berada, nama TUHAN dipuji dan dimuliakan (lihat Daniel 2:47-49; Daniel 4; 6:5,27-28). 
Hidup Daniel sama seperti yang dinasihatkan rasul Petrus pada kita: 
“Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.
Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,
maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.
Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.
Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.
Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!” (1 Petrus 2:11-17)
Dan memang itulah yang dimaksud oleh Tuhan sebagai “tulus seperti merpati”!
PENUTUP 
Menyatukan semuanya, dari Matius pasal 10 ini kita mengetahui standar-standar Yesus dan batasan-batasan-Nya bagi kita yang mau menerima panggilan menjadi saksi-Nya dan pergi menjadi duta-duta Kerajaan Sorga. Adalah janji-Nya untuk menolong dan menyertai kita menghadapi segala situasi. Tetapi juga merupakan tugas kita untuk bertindak cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati sebagai saksi-saksi-Nya. Selagi kita bertindak waspada dan tidak ceroboh, mengandalkan pimpinan Roh Kudus untuk hikmat Tuhan serta tidak mengadakan perlawanan secara fisik kita harus menjaga hati kita bebas dari kekuatiran dan ketakutan akan hari depan kita sembari tetap murni menjaga motif hati kita semata-mata mengikuti pimpinan Tuhan melakukan kehendak-Nya bagi kita.
Yesus berkata bahwa untuk melakukan ini, menjadi saksi-saksi-Nya, bukanlah perkara yang mudah. Meski demikian itulah satu-satunya hal terbaik dan layak untuk dikerjakan seumur hidup kita. Hidup kita bermakna saat menjadi saluran kuasa dan kasih Tuhan atas dunia yang kering dan hampa ini. Melalui kehidupan kitalah, nama Yesus Kristus akan dikenal dan saat Ia ditinggikan banyak orang akan ditarik kepada-Nya. 
Doakanlah ini bersama-sama dengan saya: 
Tuhan Yesus, terima kasih untuk karya-Mu dalam hidupku. Kini hidupku menjadi milik-Mu. Pakailah Aku untuk menjadi alat bagi Kerajaan-Mu. Mampukan aku menjadi saksi-Mu. Hidup di dalam firman dan kuasa-Mu. Berikanlah aku kasih yang tak pernah berhenti atau pudar di hatiku. Untuk mengasihi-Mu dan jiwa-jiwa yang belum mengenal Engkau. Berikanlah aku ketajaman untuk membedakan segala sesuatu, hikmat, penguasaan diri, keberanian dan ketabahan untuk setia kepada-Mu sampai pada akhirnya. 
Biarlah kiranya seluruh hidupku memuliakan Engkau selagi Engkau mengerjakan proses dan perubahan di dalamku. Terimalah hidupku sebagai persembahan kasih bagi-Mu. Pakailah untuk menyatakan kasih-Mu pada dunia. Smpai bumi penuh dengan kemuliaan-Mu. 
Di dalam nama-Mu, aku berdoa. 
Terpujilah nama-Mu selama-lamanya sampai selama-lamanya… 
AMIN!  
SALAM REVIVAL! 
INDONESIA PENUH KEMULIAAN TUHAN. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *