Oleh : Rick Joyner
Kejadian 11:3-9 (TB)
Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.” Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.
Juga kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.”
Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,
dan Ia berfirman: “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.
Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.”
Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.
Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.
Di Taman Eden, dua benih dinubuatkan lahir dari manusia. Salah satunya adalah benih dari sifat ular yang ditanamkan pada manusia sewaktu mereka mendengarkan suara ular itu dan taat padanya. Yang lain adalah benih yang dinubuatkan akan lahir dari wanita, yang akan menghancurkan kepala ular, yaitu Kristus.
Dengan lahirnya dua anak laki-laki pertama (Kain dan Habel), kita melihat permulaan dari sifat masing-masing benih ini.
Alkitab adalah sejarah berkembangnya dua benih ini dalam diri manusia, dan bagaimana Allah berurusan dengan mereka.
Yang satu memunculkan Kristus, dan yang lain, ketika sudah dewasa, menghasilkan antikristus.
Kisah Menara Babel ini adalah wahyu mendalam tentang benih yang akan melahirkan antikristus. Ini adalah akar dari apa yang menjadi “Misteri Babel” dalam Kitab Wahyu.
Kita cenderung memikirkan ular hanya dalam sifatnya yang paling jahat. Namun, pohon yang buahnya membawa kematian adalah pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan. Sisi baik Pohon Pengetahuan sama mematikannya dengan sisi jahat, bahkan jauh lebih menipu.
Kedok Setan yang paling menipu adalah ketika dia datang sebagai “malaikat terang” (lihat II Korintus 11:14), atau apa yang bisa diterjemahkan, “sang pembawa pesan kebenaran.”
Setan selalu dapat melakukan lebih banyak hal yang merusak kebenaran ketika ia bekerja melalui orang-orang religius atau taat beragama, itulah sebabnya orang-orang yang paling religius pada waktu itu adalah penentang terbesar Kristus. Namun, sifat sebenarnya dari orang-orang agamawi (yang taat pada agama) seperti itu biasanya dapat dilihat dalam bentuk seperti mereka yang mencoba membangun Menara Babel.
Tujuan dari orang-orang ini tampaknya menjadi yang mulia, untuk membangun menara ke surga. Namun, sifat mereka terungkap oleh dua masalah dasar.
Yang pertama adalah alasan mereka membangun menara. Itu bukan untuk menjadi lebih dekat dengan Tuhan, tetapi untuk membuat nama untuk diri mereka sendiri, dan untuk memiliki suatu program besar yang membuat orang-orang berkumpul di dalamnya.
Cara kedua sifat mereka diungkapkan adalah cara mereka membangunnya, yaitu dengan menggunakan hikmat dan kekuatan mereka sendiri.
Ini adalah pemahaman yang berlanjut hingga kini bahwa manusia mampu memperoleh sifat surgawi dengan hikmat dan kekuatan mereka sendiri. Tetapi seperti yang Tuhan katakan dalam Zakharia 4: 6, “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku,”
Apa yang dicari oleh orang-orang Babel adalah apa yang Tuhan ingin berikan kepada manusia. Dia ingin kita tinggal bersama-Nya di tempat-tempat surgawi, dan Dia ingin mengumpulkan kita. Namun, kita tidak dapat melakukannya dengan motif yang mementingkan diri, atau dengan kekuatan kita sendiri.
Ini mungkin tampak seperti hal yang bodoh yang dilakukan manusia, tetapi tampaknya manusia tidak pernah berhenti mencoba membangun menara seperti itu.
Orang Kristen juga cenderung melakukannya seperti orang lain. Berapa banyak proyek besar yang telah dibangun orang Kristen, dari membangun katedral sampai beberapa program-program penginjilan, hanya merupakan upaya beberapa orang untuk membuat nama untuk diri mereka sendiri, atau untuk memiliki proyek yang akan mengumpulkan dan memotivasi orang?
Banyak yang bahkan melakukan hal-hal ini dalam upaya untuk menjangkau Tuhan, atau agar dapat diterima oleh-Nya.
Namun, pelayanan yang sejati tidak muncul dengan tujuan menjangkau Allah, tetapi berasal dari tempat yang telah dijangkau oleh Allah melalui salib. Pelayanan yang sejati tidak datang sebagai upaya untuk diterima oleh-Nya, tetapi dari posisi diterima oleh-Nya melalui salib.
Tanggapan Tuhan terhadap Menara Babel adalah mengacaukan bahasa manusia sehingga mereka tidak bisa lagi membangun. Hasil dari proyek ini adalah kebalikan dari apa yang mereka cari.
Apa hasil dari banyak proyek rohani yang telah kita coba rencanakan sebagai orang Kristen? Apakah mereka berbeda dengan menara Babel? Sekarang gereja dibagi menjadi lebih dari 10.000 denominasi dan gerakan yang berbeda, atau memiliki “bahasa” yang berbeda.
Tidak peduli berapa banyak kita melekatkan nama Tuhan pada sesuatu, jika motifnya berakar pada ambisi egois, atau upaya untuk berkumpul di sekitar apa pun selain Tuhan Yesus sendiri, ujung-ujungnya hanya akan menjadi perpecahan yang lebih lanjut.
Satu-satunya jalan ke surga, atau untuk membuat manusia berkumpul, adalah dengan dikumpulkan bersama Kristus Yesus sendiri. Dia duduk di tempat-tempat surgawi di atas semua aturan dan otoritas dan kekuasaan. Jika kita tinggal di dalam Dia, di situlah kita juga akan berdiam.
Setelah kisah Menara Babel kita sampai pada Abraham, yang merupakan antitesis Tuhan terhadap kebodohan Babel.
Kejadian 12:1-3 (TB)
1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Dengan iman, Abraham memperoleh hal-hal yang secara sia-sia hendak dicapai orang-orang Babel dengan kekuatan dan hikmat mereka sendiri — yaitu nama yang akan dihargai oleh setiap generasi, dan sebuah tempat di kota Allah yang suatu hari akan mengumpulkan kembali semua manusia bersama-sama.
Dalam ayat dari Ibrani 11: 8-10 berikut ini, kita melihat bagaimana dia melakukannya :
Ibrani 11:8-10 (TB)
8 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
10 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
Abraham mungkin tidak tahu ke mana dia pergi, tetapi dia tahu apa yang dia cari. Iman Abraham ditunjukkan oleh fakta bahwa ketika dia dipanggil, dia taat. Berbeda dengan orang-orang Babel, Abraham tidak membangun apa pun. Dia menjadi sangat kaya dan bisa dengan mudah membangun sebuah kota, tetapi dia tinggal di tenda sepanjang hari hidupnya. Dia tidak mencari kota duniawi, tetapi kota surgawi. Dia tahu bahwa tempat tinggalnya di bumi bersifat sementara, jadi dia tidak terlalu khawatir tinggal di tenda.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa “Anda bisa terlalu banyak memikirkan hal-hal surgawi sehingga Anda tidak memiliki manfaat selama hidup di dunia.” Ini kedengarannya lucu, tetapi kebalikannya juga benar.
Jika kita terlalu berpikiran duniawi, kita tidak akan ada gunanya bagi surga atau bumi.
Abraham adalah orang asing dan orang asing di bumi. Tujuan hidupnya adalah mendapatkan tempat di dalam apa yang sedang dibangun Allah, bukan manusia.
Karena fokusnya adalah pada Allah dan bukan manusia, ia menjadi berkat bagi setiap keluarga di muka bumi. Mereka yang juga memberikan diri mereka untuk tujuan kekal Allah akan mencapai jauh lebih banyak bagi mereka yang ada di bumi juga.
Dalam Yohanes 8:39 ada perselisihan yang menarik antara orang Farisi dan Yesus: “Jawab mereka kepada-Nya: “Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham.”
Rasul Paulus, juga menguraikan hal ini dalam Galatia 3: 6-7, “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham.”
Kita bukanlah pewaris iman karena kita tahu bahwa kita harus hidup dengan iman, tetapi kita menjadi pewaris iman dengan benar-benar memiliki iman, dengan melakukan perbuatan yang sama seperti yang dilakukan Abraham. Kita harus mengabdikan diri untuk menemukan apa yang sedang dibangun Tuhan dan mengorbankan apa pun yang diperlukan untuk menjadi bagian darinya.
Abraham seertinya berasal dari keluarga terhormat dari budaya yang pada masa itu merupakan budaya paling maju di bumi. Mereka memiliki sains dan teknologi yang melampaui budaya lain saat itu. Orang Kasdim adalah penjaga keajaiban besar dunia, *tetapi ada sesuatu yang membakar hati Abraham untuk menjadi bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar daripada apa pun yang bisa dibangun manusia.*
Dia percaya kepada Tuhan dengan rela meninggalkan segala sesuatu yang dia tahu, kehidupan terbesar yang tersedia pada saat itu, untuk mencari kehendak Tuhan di tempat-tempat yang tidak diketahui.
Iman melihat jauh melampaui apa yang bisa dilihat orang lain. Iman melihat dengan mata hati, dan berjalan lebih jauh dari apa yang dilihat oleh hati daripada apa yang dilihat oleh mata jasmani.
Mengapa iman begitu penting bagi Allah? Mengapa Dia tidak menyatakan langsung akan diriNya sendiri dan memperjelas apa yang Dia harapkan dari kita?Karena Dia mencari anak-anak lelaki dan perempuan yang akan menjadi ahli waris bersama dengan Putra-Nya
Adalah karena meragukan Allah yang menjadi penyebab kejatuhan manusia pertama, dan karena itu, dengan percaya kepada-Nya pula kita akan dipulihkan.
Iman yang sejati lahir dari hati, bukan hanya dari kepala.
Setan pernah tinggal di ruang singgasana Allah, melihat seluruh kemuliaan-Nya, dan masih juga jatuh.
Hanya dengan melihat Tuhan tidak akan mencegah kita dari kejatuhan.
Sebagai ahli waris bersama-Nya, Dia akan mempercayakan kita dengan lebih banyak kuasa daripada yang pernah dimiliki Setan. Dan sekarang ini kita membuktikan (bahwa kita layak dipercaya) melalui iman dan ketaatan kota, bahwa kita mencintai kebenaran, dan mencintai Dia, lebih dari kita mencintai bahkan hidup kita sendiri.
Meskipun kita dapat jatuh bahkan saat sedang melihat kemuliaan Tuhan, seperti yang terbukti dalam hal Setan, sangat sukar untuk tidak menyembah Tuhan sementara kita melihat kemuliaan-Nya.
Untuk selama-lamanya, seluruh ciptaan akan tahu bahwa putra dan putri-Nya menyembah-Nya, dan berdiri bagi kebenaran-Nya, menghadapi perlawanan dari seluruh dunia yang sekarang berada dalam kuasa si jahat.
Setelah Kejatuhan di Taman Eden, Setan dapat menyombongkan diri bahwa bahkan di dunia yang sempurna, manusia memilih untuk memberontak melawan Allah. Dengan ini, ia dapat membenarkan pemberontakannya sendiri.
Sekarang bahkan kerajaan dan kekuasaannya sendiri telah melihat kesaksian dari mereka yang hidup di dunia yang paling tidak sempurna, dan bahkan ketika seluruh neraka murka menentang mereka, mereka mengasihi Tuhan dan menaati-Nya bahkan rela mengorbankan nyawa mereka. Inilah orang-orang yang atasnya semua ciptaan akan bersaksi bahwa mereka layak.
Karena itu, hiduplah sesuai dengan panggilan Anda. Percayalah pada Tuhan. Taatlah pada Dia. Lakukan semua hal demi kemajuan Injil-Nya, dan biarkan kasih Kristus menggerakkan Anda. Dia layak menerima ketaatan dan iman kita.
2 Tesalonika 1:11-12 (TB)
Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,
sehingga nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus.
Roma 8:18-25 (TB)
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.
Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,
tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.
Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.
Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?
Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
Diterjemahkan secara bebas dari :