Oleh: Peter B, MA
“Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! Niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan ia telah memberikan kepadamu air hidup”… … Barangsiapa minum air ini. Ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, Ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” (Yohanes 4:10, 13-14)
Sesuatu yang tidak dapat habis (inexhaustable thing). Sesungguhnya adakah benda atau sesuatu di dunia ini yang tidak dapat habis atau berkurang nilainya? Pikirkanlah suatu benda. Mungkinkah benda itu tidak dapat habis atau lenyap. Barang pecah belah atau kelontong? Mereka dapat retak serta remuk berkeping-keping. Barang dari besi? Mereka bisa berkarat. Sungai atau air danau? Jika musim kering, itu berkurang bahkan tak berair lagi. Atau sejenis battery yang katanya daya energinya tidak akan habis-habis? Mungkin itu hanya tahan lebih lama tetapi pasti akan habis. Tidak terlalu salah kalau dikatakan tidak ada satu pun perkara yang tidak dapat habis. Bahkan kesabaran manusia yang paling sabar sekalipun satu saat dapat habis!
Keterbatasan manusia tercermin dalam apa yang dihasilkan oleh tangannya. Apa yang dibuat dan dikerjakan manusia tidak ada yang abadi, semuanya akan habis dan lenyap. Sama seperti sifat pembuatnya, demikian sifat apa yang dapat dibuatnya. Sebaliknya, dengan Tuhan. Ia adalah pakar dalam membuat segala yang tidak terbatas, kekal dan tidak dapat lenyap. Melalui kuasaNya yang ajaib, Ia membuat mujizat. Itulah sebabnya hingga kini manusia terpesona oleh karena mujizat. Mujizat selalu membuat manusia terkesima. Apa yang mereka anggap mustahil dan ajaib menarik perhatian manusia. Itu pula sebabnya pertunjukan sulap hingga saat ini tetap merupakan pertunjukan laris dan favorit di muka bumi. Semuanya karena menyuguhkan suatu ‘keajaiban’ dan ‘kemustahilan’. Manusia tidak dapat membuat mujizat. Itu terlalu besar dan terlalu luar biasa bagi mereka. Tetapi bagi Tuhan, mujizat adalah sesuatu yang biasa. BagiNya, melakukan mujizat atau tidak adalah sama saja. Tuhan tidak memerlukan kekuatan yang lebih bahkan kekuatan khusus untuk mengadakan mujizat. Mengadakan mujizat sama mudanya dengan melakukan hal-hal yang biasa.
Berkaitan dengan hal-hal yang tidak dapat habis, beberapa kali Tuhan memperagakan kuasaNya. Kitab Suci mencatat beberapa hal yang luar biasa mengenai perkara-perkara yang tidak dapat habis. Di zaman Musa, Tuhan menyediakan manna serta burung puyuh yang tidak pernah berkurang tiap harinya (Keluaran 16). Dan jangan lupa, pakaian serta kasut orang Israel tidak susut pula selama 40 tahun (lihat Ulangan 29)! Dan bagaimana dengan Eli serta janda Sarfat yang makan roti dari tepung dan minyak yang tak habis-habisnya (lihat 1Raja-raja 17)? Atau Elisa yang menyuruh seorang janda untuk menuang minyak dalam buli-buli yang tidak dapat habis (lihat 2Raja-raja 4)? Semuanya menjadi mungkin dan apa yang semula dapat habis menjadi tidak dapat habis. Hal-hal dahsyat demikian terjadi pula di Perjanjian Baru. Dua kali Yesus membagi-bagikan roti dan ikan, maka 5000 dan 4000 orang pulang dengan kenyang (lihat Matius 14 dan 15). Sungguh Ia ahli dalam mengadakan perkara-perkara yang mustahil. Kita patut bersukacita atas semuanya itu.
Tidak ada yang memungkiri bahwa Allah kita adalah Allah yang dahsyat dan Dia sanggup mengadakan mujizat di alam nyata. Banyak di antara orang percaya menggunakan imannya untuk melihat Tuhan bekerja mendatangkan hal-hal yang ajaib di alam nyata itu. Tetapi kita harus melihat ke dalam seluruh kebenaran. Pengetahuan kita harus lengkap dan tidak berat sebelah. Memang Bapa kita rindu mengadakan segala mujizat untuk memberkati kita secara jasmani. Namun Ia terlebih rindu untuk melihat mujizat itu terlebih dahulu terjadi di alam rohani. Ia tidak tahan melihat penderitaan, kekurangan bahkan kemiskinan anak-anak-Nya. Tetapi Bapa kita lebih tidak dapat menerima kondisi kerohanian kita yang lemah, lesu, buta, miskin dan telanjang (lihat Wahyu 3:17). Dan sesungguhnya sebelum memulihkan segala yang jasmani, Tuhan rindu memulihkan setiap anak-anak-Nya secara rohani. FirmanNya begitu jelas bagi kita, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33).
Memuaskan kita secara rohani. Memberikan suatu kehidupan serta kepuasan yang tidak pernah habis. Itulah sebenarnya yang Tuhan hendak kerjakan dalam hidup kita. Perempuan Samaria yang ditemui oleh Yesus datang dengan keadaan letih lesu dan berbeban berat. Ia mencari rasa aman dari kebanggaan tradisi nenek moyangnya yaitu Yacub (Yohanes 4:12). Tetapi ia tidak menemukan rasa puas sejati itu. Perempuan itu mencari kenikmatan serta kesenangan dengan berganti-ganti pasangan (Yohanes 4:17-18). Ia hidup bebas dalam segala hal bahkan dalam hal seks. Tetapi di dalam kebebasan sebebas-bebasnya pun ia tidak menemukan kebebasan sejati, tidak ditemukannya kelegaan. Rohnya haus, tetap haus bahkan semakin haus. Dunia memang tidak dapat memuaskan roh manusia. Sebelumnya roh manusia itu bertemu dengan Roh Yang Tidak Terbatas itu, tidak akan ada kepuasan yang sejati.
Yesus memiliki sesuatu yang tidak dapat habis bagi roh kita. Ia menyediakan suatu kelegaan dan kepuasan sejati hingga itu bukan saja kita rasakan secara pribadi namun membual keluar, terpancar dari hidup kita kepada orang lain hingga hidup kekal (lihat nats di atas). Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan air hidup itu? Dalam Yohanes 7:37 Yesus berseru “Barangsiapa haus baiklah ia datang kepadaku dan minum! Barangsiapa percaya kepadaku… dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Yesus kepada perempuan Samaria di dalam Yohanes 4. Dan Rasul Yohanes yang menulis Injil itu memberikan keterangan yang penting bagi kita dalam Yohanes 7:39 yaitu bahwa yang dimaksudkan oleh Yesus adalah “Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya.” Itulah Roh Kudus.
Mungkin Anda bertanya “Bagaimana Roh Kudus itu dapat memberikan kelegaan bagi kita?’ Saudaraku, saat kita menerima Kristus kita menerima Roh KudusNya dalam hidup kita. RohNya berdiam dalam diri kita dan kita menjadi BaitNya ( 1 Korintus 3:16). Roh Kuduslah yang kemudian membawa kita kepada hubungan yang intim dengan Bapa serta Kristus. Kita dapat menyambung hubungan yang telah demikian lama telah terputus antara Pencipta dan ciptaanNya. Dan di dalam persekutuan dengan Tuhan itulah jiwa kita dipuaskan dan senantiasa disegarkan. Tanpa kuasa Roh Kudus kita tidak mampu untuk berhubungan dengan Allah. “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru:”ya Abba, ya Bapa!” (Galatia 4:6)
Roh Kudus pulalah yang membuat hidup kita mengalirkan kehidupan kepada banyak orang. Bukankah dalam persekutuan yang erat dan berjalan bersama Dia maka akan nyata dalam hidup kita karakter-karakter mulia itu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kemurahan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri? Semuanya akan mengalir keluar dengan indah dari hidup kita dan itulah yang dimaksud oleh Tuhan sebagai ‘aliran-aliran air hidup yang terpancar keluar dari kehidupan kita’.
Setiap penyembah Tuhan sejati menemukan kepuasan di dalam Tuhan. Dunia tidak berarti lagi karena jiwa mereka telah menemukan Air Kehidupan itu. Mereka mengerti dunia tidak memberikan kelegaan dan mereka menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Para penyembah sejati sangat dipuaskan di dalam Tuhan. “Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang (Mazmur 36:9-10) Amin.
(Diambil dari warta Worship Center edisi 9 – 8 Maret 2002)