“DOA PERTAMA PAULUS”

Sebuah Khotbah
Oleh  Rev. Charles Haddon Spurgeon 
Disampaikan pada Minggu Pagi, 25 Maret 1855
Di Gereja New Park Street, Southwark, Inggris
“for, behold, he prayeth,”  (Acts.9:11)
“Karena, lihatlah, ia sedang berdoa.” (Kis.9:11)
(Diterjemahkan oleh Bp. Peter Bambang Kustiono)

TUHAN memiliki banyak cara untuk menghentikan penganiayaan.  Ia tidak akan membiarkan gerejaNya dilukai oleh musuh-musuhnya atau dikuasai oleh lawan-lawannya; dan Ia tidak kekurangan alat untuk menyingkirkan rencana orang-orang yang jahat, atau menjatuhkannya.  Dalam dua cara, Ia biasanya mewujudkan tujuanNya; sesekali dengan membingungkan penganiaya itu , dan di lain waktu dalam suatu cara yang lebih mulia, dengan membuatnya bertobat.  Kadangkala, ia memusingkan dan mengacaukan musuh-musuhNya; Ia membuat orang-orang itu menjadi gila; Ia membiarkan orang yang datang menentang Dia dihancurkan sama sekali, membuatnya menderita dengan membawanya pada kehancurannya sendiri dan kemudian pada akhirnya membalikkan dalam kemenangan ejekan mereka yang berharap untuk dapat berkata “rasakan” pada gerejaNya.   Tetapi pada waktu yang lain, seperti pada kasus ini, Ia membuat penganiaya itu bertobat.  Kemudian, Ia mengubah lawan menjadi kawan; Ia membuat orang yang adalah pejuang yang menentang Injil menjadi tentara Injil itu.  Dari kegelapan Ia menerbitkan terang; dari yang memakan Ia mendapatkan madu; ya, dari batu yang keras Ia membangkitkan anak-anak Abraham.  Seperti yang terjadi pada Saulus.  Seorang yang lebih fanatik dari dia mustahil dilahirkan lagi.  Sebelumnya ia telah terpercik darah Stefanus, ketika mereka melemparinya dengan batu sampai mati; begitu kuatnya ia dalam kekejamannya, bahwa orang-orang itu meninggalkan jubah-jubah mereka di bawah pengawasan seorang pemuda bernama Saulus.  Tinggal di Yerusalem, berkuliah di bawah bimbingan Gamaliel, ia secara tetap bertemu dengan murid-murid Orang Nazaret; ia menertawakan mereka; ia memaki-maki mereka saat mereka berjalan sepanjang jalan; ia mendapatkan surat undang-undang untuk menentang mereka dan membinasakan mereka; dan sekarang, sebagai titik puncak, manusia serigala ini, yang telah mengecap darah, menjadi sangat buas, menetapkan untuk pergi ke Damsyik, supaya ia dapat membasahi dirinya dengan darah pria dan wanita; sehingga ia dapat mengikat orang-orang Kristen, dan membawa mereka ke Yerusalem, supaya menderita di sana atas apa yang dianggapnya sebagai hukuman bagi kesesatan mereka, dan penyimpangan dari agama kuno mereka.  Tetapi betapa dahsyat kuasa Allah!  Yesus menjatuhkan orang ini ke tanah, dan bertanya padanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?”  Tuhan kemudian dengan penuh kemurahan mengambil hatinya yang memberontak –memberikan kepadanya suatu hati yang baru dan roh yang benar- mengubahkan tujuan dan cita-citanya-membawanya ke Damsyik-meninggalkan dia berbaring tak berdaya selama tiga hari dan tiga malam-berbicara kepadanya-menciptakan suara-suara batin berbisik di telinganya-membakar seluruh jiwanya dalam api; dan ketika akhirnya ia mulai bangun dari keadaan tidak sadarnya selama tiga hari, dan mulai berdoa, maka kemudian Yesus turun dari surga, datang dalam suatu penglihatan kepada Ananias, dan berkata, “Bangunlah, dan pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan tanyakanlah dalam rumah Yudas seorang yang bernama Saulus dari Tarsus; karena lihatlah, Ia sedang berdoa.”
            Pertama, ini merupakan PERNYATAAN; “Pergilah ke rumah Saul dari Tarsus; karena lihatlah, ia berdoa.”  Tanpa pendahuluan apapun, izinkan saya katakan, bahwa ini merupakan pernyataan dari suatu fakta yang diperhatikan di surga; yang adalah sukacita bagi malaikat-malaikat; yang adalah sesuatu yang ajaib bagi Ananias, dan yang adalah sesuatu yang baru bagi Saulus sendiri.  
Itu adalah pernyataan dari suatu fakta yang diperhatikan di surga.  Saulus yang malang telah dibimbing untuk menjerit memohon belas kasihan, dan saat ia mulai berdoa, Tuhan mulai mendengar.  Tidakkah engkau perhatikan, pada saat membaca pasal itu, betapa besar perhatian Tuhan kepada Saulus?  Ia tahu jalan dimana Saulus tinggal; “Pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus.”  Tuhan tahu rumah dimana ia berada; “tanyakanlah mengenai rumah Yudas.”  Tuhan tahu namanya; itu adalah Saulus.  Tuhan tahu tempat darimana ia datang; “Carilah Saulus dari Tarsus.”  Dan Tuhan tahu bahwa ia sedang berdoa; “Lihatlah, ia berdoa.”  O, suatu fakta yang mulia, bahwa doa-doa diperhatikan di surga.  Seorang berdosa yang malang dan hancur hati, berjalan perlahan menuju kamarnya, bertelut, tetapi hanya dapat menggumamkan ratapannnya dalam bahasa desahan dan air mata.  Oh, erangan itu telah membuat semua harpa di surga bergetar dengan suatu musik; air mata itu telah ditangkap oleh Tuhan, dan ditaruh dalam kirbat surga, untuk terus menerus tersimpan di sana.  Dia yang memohon, yang karena gentarnya tak dapat berkata-kata, akan sungguh dipahami oleh Yang Mahatinggi.  Dia mungkin hanya meneteskan satu tetesan air mata, tetapi “doa adalah jatuhnya sebuah air mata.”  Air mata adalah intan surga; desahan nafas adalah sebagian dari musik di tahta Yehovah; karena sekalipun doa menjadi 
“Bentuk paling sederhana dari bicara
Yang bayi-bayi dapat mengatakannya;
Demikianlah doa-doa itu seperti
Hal terdahsyat yang menjangkau Yang Mulia di tempat yang tinggi”
Izinkan saya menjabarkan pemikiran ini sejenak.  Doa diperhatikan di surga.  O, saya tahu apa yang menjadi masalah dari saudara semua.  Engkau berpikir, “Jika saya berbalik kepada Tuhan, jika saya mencari Dia, pastilah sayalah orang yang paling tidak dipedulikan, begitu bersalah dan jahat, sampai-sampai tak dapat dibayangkan bahwa Tuhan akan memberikan perhatian sedikit pun pada saya.”  Sahabatku, janganlah memiliki pemikiran yang sedemikian.  Tuhan kita bukanlah tuhan yang duduk sambil terus bermimpi; tidak pula ia menutupi dirinya dengan kegelapan yang sedemikian pekat sehinggi Ia tidak dapat melihat; Ia bukan seperti Baal yang tidak dapat mendengar.  Sungguh, mungkin saja Ia tidak memandang tinggi peperangan-peperangan, Ia tidak peduli akan kemegahan dan parade kerajaan; Ia tidak mendengar gemuruh musik perang; Ia tidak memberikan penghargaan akan kemenangan dan kebanggaan manusia; tetapi dimanapin ada satu hati yang dipenuhi dengan kesusahan, dimanapun ada mata yang tertutup dengan air mata, dimanapun ada satu mulut yang bergetar karena kesakitan, dimanapun ada erangan yang dalam, atau suatu desahan pertobatan, telinga Yehovah terbuka dengan lebarnya; Ia menandai itu dalam daftar ingatannya; Ia menaruh doa-doa kita, seperti daun mawar, di antara halaman-halaman buku peringatanNya, dan saat bagian itu dibuka akhirnya akan menjadi suatu wangi-wangian berharga yang semerbak keluar dari sana.  O, orang berdosa yang hancur hati, dari pribadimu yang terhitam dan terjahat, doa-doamu didengar bahkan sekarang Tuhan berkata kepadamu, “Lihatlah, ia sedang berdoa.”  Dimanakah itu –di gudangkah?  Dimanakah itu –di kamarkah?  Apakah itu di samping tempat tidurmu pagi ini, atau di ruang gereja ini?  Sudahkah engkau mengarahkan matamu sekilas ke surga?  Bicaralah, hati yang hancur; adakah saya mendengar bibirmu baru saja mengucapkan, “Tuhan, kasihanilah aku, seorang yang berdosa?”  Saya berkata kepadamu, hai orang berdosa, ada satu hal yang lebih cepat daripada telegram.  Engkau tahu kita sekarang dapat mengirim suatu pesan dan menerima sebuah jawaban dalam waktu yang singkat; tetapi saya membaca sesuatu dalam Alkitab yang lebih cepat daripada aliran listrik.  “Sebelum mereka berseru Aku akan menjawab, dan saat mereka berkata-kata Aku mendengar.”  Jadi, hai orang berdosa, engkau diperhatikan; ya engkau didengar oleh Dia yang duduk di tahta.  
            Kemudian, ini adalah suatu pernyataan dari suatu fakta sukacita di surga.  Ayat renungan kita diawali dengan “Lihatlah,” tak diragukan, Juruselamat kita sendiri memandang ini dengan sukacita.  Hanya satu kali kita membaca satu senyuman tersungging di wajah Yesus, saat, mengarahkan matanya ke surga, Ia berseru, “Aku bersyukur padaMu, ya Bapa, penguasa langit dan bumi, karena Engkau menyembunyikan semua ini dari yang pandai dan bijak, tetapi sekalipun demikian menyatakannya kepada kanak-kanak; karena demikianlah yang baik di mataMu.”  Gembala jiwa kita bersukacita melihat domba-dombanya terlindung dengan aman, Ia bersorak-sorai dalam roh saat Ia membawa mereka yang terhilang pulang.  Saya membayangkan bahwa saat Ia mengatakan firman ini kepada Ananias, satu dari banyak senyum di Firdaus pastilah bersinar di mataNya.  “Lihatlah,” Aku telah memenangkan hati musuhku, Aku telah menyelamatkan penganiayaKu, bahkan sekarang ia berlutut di tempat doaku, “lihatlah, Ia berdoa.”  Yesus sendiri memimpin pujian, bersukacita atas petobat baru dengan nyanyian.  Yesus Kristus bersuka, dan bergembira atas domba yang hilang itu lebih dari sembilan puluh sembilan yang tidak terserak.  Dan malaikat-malaikat bergembira pula.  Mengapa? Karena pada saat satu dari orang pilihan Tuhan dilahirkan, malaikat-malaikat berdiri di sekeliling tempat tidurnya.  Ia bertumbuh dan berlari menuju dosa: malaikat mengikuti dia, mengikutinya sepanjang jalannya; mereka menatap dengan sedih atas demikian banyak kejatuhannya; malaikat terang meneteskan airmatanya kapan saja yang dikasihi itu berdosa.  Sekarang, orang itu dibawa mendengar suara Injil.  Malaikat berkata, “Lihatlah, ia mulai mendengar.”  Ia menunggu sedikit lagi, firman itu tertanam dalam hatinya, setetes air mata mengalir turun di pipinya, dan akhirnya ia menjerit dari dasar jiwanya, “Tuhan kasihanilah aku!  Lihat!  Malaikat itu mengepakkan sayapnya, ia terbang naik ke surga, dan berkata, “Hai saudara-saudaraku para malaikat, dengarkanlah aku, “Lihat ia berdoa.:  Kemudian, mereka membunyikan lonceng-lonceng surga; mereka mengadakan perayaan dalam kemuliaan; kembali mereka bersorak dengan suara-suara yang penuh kesukaan, karena sungguh saya katakan kepadamu, “ada sukacita di surga di antara para malaikat Tuhan atas seorang berdosa yang bertobat.”  Mereka mengawasi kita sampai kita berdoa, dan ketika kita berdoa, mereka berkata, “Lihatlah, ia berdoa.”
            Lebih dari itu, sahabat-sahabatku terkasih, mungkin ada roh-roh yang lain yang bersukacita, selain dari para malaikat.  Orang-orang ini adalah sahabat-sahabat kita yang telah pergi sebelum kita.  Saya tidak memiliki banyak famili di surga, tetapi saya mempunyai seorang wanita yang sungguh saya kasihi, yang saya tidak ragukan, seringkali berdoa bagi saya, karena ia merawat saya pada waktu kecil dan membesarkan selama masa kanak-kanak saya, dan sekarang ia duduk di hadapan tahta dalam kemuliaan-pergi dengan tiba-tiba.  Saya membayangkan ia melihat atas cucu yang dikasihinya, dan ia melihat cucunya itu dalam jalan-jalan dosa, dan kejahatan, dan kebodohan, ia tak dapat melihat dengan sedih, karena tidak ada air mata dari mereka yang telah dipermuliakan di surga; ia tidak dapat memandang dengan penyesalan, karena mereka tidak lagi mengenal perasaan sedemikian di hadapan tahta Allah; tetapi oh, saat itu ketika, oleh kehendak kasih karunia, saya didesak untuk berdoa, ketika sendirian saya berlutut dan bergumul, saya seakan-akan melihat dia ketika ia berkata, “Lihat, ia berdoa; ia berdoa.”  Oh, saya dapat membayangkan wajahnya.  Dia terlihat seperti memiliki dua surga pada saat yang sama, suatu berkat berganda, sebuah surga di dalam saya sebagaimana di dalam dirinya-ketika ia dapat berkata, “Lihat, ia berdoa.”  O, para pemuda, ada ibumu yang berjalan di jalan-jalan emas.  Ia melihat ke bawah padamu pada detik ini.  Ia merawatmu; di dadanya engkau berbaring ketika kecil, dan ia menyerahkanmu kepada Yesus Kristus.  Dari surga, ia sedang mengawasimu dengan kegelisahan sangat yang siap digantikan dengan kebahagiaan; pagi ini ia sedang melihat kepadamu.  Apakah yang engkau katakan, hai anak muda? Adakah Tuhan oleh RohNya berkata dalam hatimu, “Datanglah kepadaku?”  Adakah engkau meneteskan air mata pertobatan?  Saya merasa melihat ibumu saat ia berseru, “Lihatlah, ia berdoa.”  Sekali lagi ia berlutut di hadapan tahta Allah dan berkata, “Aku bersyukur padaMu, O Engkau yang penuh dengan kasih karunia, bahwa ia yang adalah anakku di bumi, kini telah menjadi anakMu dalam terang.”
            Tetapi jika ada orang di surga yang memiliki sukacita lebih besar dari yang lain atas pertobatan seorang yang berdosa, itu adalah seorang hamba Tuhan, satu dari hamba sejati Tuhan.  O, para pendengarku, engkau hanya memikirkan sedikit saja mengenai bagaimana hamba Tuhan yang sejati sungguh-sungguh mengasihi jiwamu.  Mungkin engkau berpikir adalah gampang untuk berdiri di depan sini dan berkhotbah padamu.  Tuhan mengetahuinya, jika hanya begitu saja, itu adalah pekerjaan yang gampang; tetapi ketika kita berpikir bahwa saat kami berbicara padamu, keselamatanmu atau penghukumanmu, dalam ukuran yang sama, tergantung pada apa yang kami katakan-ketika kami membayangkan bahwa jika kami adalah penjaga-penjaga yang tidak setia, darah saudara tertanggung atas tangan kami- O Allah yang baik!  Ketika saya membayangkan bahwa saya telah berkhotbah pada ratusan orang sepanjang umur hidupku, ribuan banyaknya dan mungkin saja telah mengatakan banyak hal yang tidak seharusnya saya katakan, itu mengejutkan saya, itu membuat saya terguncang dan gemetar.  Luther berkata ia dapat menghadapi musuh-musuhnya, tetapi tidak dapat naik ke atas tangga mimbar tanpa lututnya beradu satu sama lain.  Berkhotbah bukan permainan anak-anak; itu bukanlah sesuatu yang dikerjakan tanpa kerja keras dan susah payah; itu adalah pekerjaan yang serius; itu adalah pekerjaan yang mengerikan, jika engkau melihatnya dalam hubungannya dengan kekekalan.  O, betapa hamba-hamba Tuhan berdoa bagimu!  Jika engkau mungkin pernah mendengar di bawah atap jendela kamarnya, engkau mungkin mendengar ia mengerang setiap minggu malam atas khotbahnya karena ia tidak berbicara dengan pengaruh yang lebih kuat; engkau mungkin mendengar dia mengeluh bersama Tuhan, “Siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?  Kepada siapakah tangan Tuhan dinyatakan?”  Oh, ketika ia mengamatimu dari peristirahatannya di surga-ketika ia melihat engkau berdoa, betapa ia akan menepukkan tangannya dan berkata, “Lihatlah, anak yang telah Kauberikan padaku! Lihatlah, ia berdoa.” Saya yakin ketika kami melihat seseorang dibawa untuk mengenal Tuhan, kami merasa sangat mirip seorang yang telah menyelamatkan seorang manusia yang tenggelam.  Ada seorang pria malang di tengah banjir; ia hanyut, ia tertarik ke bawah, ia pasti tenggelam; tetapi saya meloncat masuk, mencengkeramnya dengan kuat, mengangkatnya ke tepi, dan membaringkannya di tanah; dokter datang; ia melihat orang itu, ia meletakkan tangannya atas orang itu, dan berkata, “Saya kuatir ia sudah mati.:  Kami menggunakan segala sarana yang ada dengan segenap kemampuan kami, kami menggunakan apa yang kami dapat untuk memulihkan kehidupan.  Saya merasa bahwa saya telah menjadi penyelamat orang itu, dan betapa saya membungkuk dan menaruh telinga saya di samping mulutnya! Akhirnya, saya berkata, “Ia bernafas!  Ia bernafas!”  Betapa menyenangkan apa yang ada dalam pemikiran itu!  Ia bernafas; masih ada satu kehidupan.  Jadi saat kami menemukan seorang berdoa, kami bersorak-ia bernafas; ia tidak mati, ia hidup; karena ketika seorang berdoa ia tidak mati dalam pelanggaran dan dosa-dosa, tetapi dibawa kepada hidup, didorong oleh kuasa Roh Kudus.  “Lihat, ia berdoa.  Itulah kabar sukacita di surga sebagaimana doa itu diperhatikan oleh Tuhan.
            Lalu, di bagian selanjutnya, ini adalah suatu peristiwa yang paling mengherankan bagi manusia.  Ananias mengangkat kedua tangannya dalam ketakjuban.  O, Tuhanku, aku mengharapkan semua orang lain yang seharusnya berdoa tetapi orang itu…  Mungkinkah itu?  Saya tidak tahu bagaimana dengan hamba Tuhan yang lain, tetapi kadangkala saya melihat atas orang-orang di tengah jemaat, dan saya berkata, “Ya, mereka sangat mungkin bertobat; saya pikir saya pasti mendapatkan mereka.  Saya yakin ada pekerjaan yang sedang berlangsung dan berharap segera mendengar mereka mengatakan apa yang telah Tuhan kerjakan bagi jiwa mereka.”  Tidak lama, mungkin, saya tidak melihat seorang pun dari mereka, dan kehilangan mereka semuanya; tetapi sebaliknya Tuan saya yang baik mengirimkan satu dari mereka yang tidak memiliki harapan-yang terbuang, pemabuk, seorang bajingan, bagi pujian kemuliaan bagi kasih karuniaNya.  Kemudian saya mengangkat tangan saya dalam keheranan, berpikir “Saya berpikir semua orang lain selain kamu!”  Saya ingat suatu keadaan yang terjadi beberapa waktu yang lalu.  Ada seorang pria malang berumur sekitar 60 tahun; ia telah menjadi seorang yang kasar, satu dari orang paling buruk di desanya; adalah kebiasaannya untuk minum, dan ia terlihat sangat gemar mengutuk dan menyumpahi orang lain.  Ia datang ke gereja, di satu hari Minggu, ketika seorang saudara saya berkhotbah dari ayat mengenai Yesus menangisi Yerusalem.  Dan pria malang itu berpikir, “Apa! Benarkah Yesus Kristus pernah menangisi orang celaka seperti aku?”  Ia berpikir bahwa ia terlalu buruk untuk diperhatikan oleh Kristus.  Akhirnya ia datang kepada hamba Tuhan dan berkata, “Tuan, 60 tahun saya berlayar di bawah standard Iblis; inilah waktunya saya memiliki tuan yang baru; saya ingin menenggelamkan kapal yang lama dan membenamkan semuanya! Kemudian saya akan memiliki yang baru, dan saya akan berlayar di bawah kibaran panji Immanuel.”  Sejak waktu itu, pria itu telah menjadi pribadi yang berdoa, berjalan di hadapan Tuhan dalam segala ketulusan.  Sungguh, ia adalah orang terakhir yang engkau pikirkan.  Bagaimanapun juga Tuhan sunggu memilih orang-oang yang paling belakang; ia tidak peduli akan berlian, tetapi ia memilih dari di antara batu kerikil, karena Ia sanggup, “dari batu-batu, membangkitkan anak-anak Abraham.”  Tuhan lebih bijak daripada ahli kimia: Ia tidak hanya memurnikan emas, tetapi ia mengubah logam mentah menjadi permata yang berharga; ia mengambil yang terkotor dan terjahat, dan mendandani mereka menjadi mulia, menjadikan mereka orang-orang kudus, mereka telah berdosa namun disucikanNya.  Pertobatan Saulus adalah hal yang tidak biasa; tetapi, kekasih Tuhan, adakah itu lebih aneh daripada engkau dan saya menjadi Kristen?  Izinkan saya bertanya padamu jika seseorang bertanya padamu, beberapa tahun yang lalu, apakah engkau akan menjadi anggota gereja dan terhitung sebagai anak-anak Allah, apakah jawabmu?  “Omong kosong!  Saya bukan seorang dari golonganmu; saya tidak akan memeluk agama apapun; saya senang berpikir dan bertindak seturut kehendakku sendiri.”  Tidakkah engkau dan aku berkata begitu juga?  Dan bagaimana kita ada di sini sekarang?  Saat kita melihat perubahan yang terjadi atas kita, itu tampak seperti mimpi.  Tuhan melewati banyak dari keluarga kita yang lebih baik dari kita dan mengapa Ia memilih kita?  O, tidakkah itu aneh?  Mungkinkah kita mengangkat tangan kita dalam keheranan, seperti Ananias, dan berkata, “Lihat, lihat, lihat: inilah suatu mujizat di bumi, suatu keajaiban di surga?”
            Hal terakhir yang saya sampaikan mengenai hal ini, adalah ini –fakta ini adalah sesuatu yang baru bagi Saul sendiri.  Adakah sesuatu yang baru dengan itu?  Saul biasa naik ke bait Allah dua kali sehari, pada saat jam-jam doa.  Jika engkau dapat bergabung dengannya, engkau mungkin mendengar dia berbicara dengan indahnya, dalam kata-kata seperti ini:  “Tuhan, aku bersyukur padaMu aku bukan seperti orang-orang yang lain; aku bukan pemeras atau pemungut cukai; aku berpuasa dua kali seminggu, dan memberikan persembahan semua yang aku miliki;” dan seterusnya.  O, mungkin engkau menemukan dia menyampaikan pidato dihadapan tahta Tuhan.  Dan kemudian dikatakan, “Lihatlah, ia berdoa.” Apa?  Tidakkah pernahkah Ia berdoa sebelumnya?  Tidak, tidak pernah.  Semua yang pernah ia lakukan sebelumnya tidak ada satupun yang berguna; itu bukan doa.  Saya pernah mendengar seorang pria tua, yang diajar berdoa pada waktu kecil, “Berdoalah pada Tuhan, berkati ayah dan ibuku,” dan ia tetap mendoakan hal yang sama selama 70 tahun, saat kedua orang tuanya sudah meninggal.  Kemudian itu menggerakkan Tuhan, dalam kasih karuniaNya yang tak terbatas, menjamah hatinya dan ia dibimbing untuk melihat kebodohan untuk berdoa dengan bentuk yang sama secara terus menerus, ia belum pernah berdoa sama sekali; ia biasa berkata-kata dalam doanya, tetapi ia tidak pernah berdoa.  Begitulah yang terjadi dengan Saulus.  Ia telah mengucapkan pidatonya yang hebat, tetapi semuanya tidak berarti apa-apa.  Ia telah mendoakan doanya yang panjang demi kepura-puraan; semuanya itu adalah kesalahan.  Sekarang, seruan yang sesungguhnya telah terdengar dan dikatakan, “Lihatlah, ia berdoa.”  Tidakkah engkau lihat pria itu mencoba untuk memperoleh perhatian dari Penciptanya?  Ia berbicara dalam bahasa Latin dan kata-kata kosong di hadapan tahta yang Mahakuasa; tetapi Tuhan duduk diam dalam ketidakacuhan, tanpa mengindahkannya sedikitpun.  Kemudian, pria itu mencoba gaya yang berbeda; mengambil sebuah buku, dan berlutut kembali, mendoakan bentuk doa yang lama indah yang mungkin dikumpulkan bersama-sama; tetapi Yang Mahatinggi memandang rendah formalitasnya yang kosong.  Akhirnya makhluk malang itu membuang jauh buku itu, melupakan kata-kata yang kosong, dan berkata, “O Tuhan, dengarkanlah, demi Kristus.”  “Dengarkan Dia,” kata Tuhan, “Aku telah mendengarkan Dia.”  Ada belas kasihan yang engkau cari itu.  Satu doa dari hati adalah lebih baik daripada sepuluh ribu cara berbicara.  Satu doa yang datang dari jiwa adalah lebih baik daripada ribuan pembacaan yang mati. Doa yang keluar dari mulut dan kepala saja, Tuhan menghinakannya; Ia mengasihi doa-doa yang datang dari hati.  Mungkin saya lancang jika saya berkata bahwa ada ratusan orang di sini pagi ini yang tidak pernah berdoa sekalipun dalam hidupnya.  Ada beberapa darimu yang tidak pernah melakukannya.  Ada seorang anak muda di sana, yang berkata kepada orang tuanya ketika ia meninggalkan mereka, bahwa ia akan selalu berdoa setiap pagi dan malam.  Tetapi ia malu, dan ia melupakannya.  Baiklah, anak muda, apakah yang akan kau lakukan ketika kamu akan mati?  Akankah engkau mempunyai “kata sandi di pintu gerbang kematian?”  Akankah engkau “memasuki surga dengan doa-doa?”  Tidak, engkau tidak akan masuk, engkau akan ditolak dari hadiratNya, dan diusir dari sana. 
II.  Kedua, kita lihat di sini, SUATU PENJELASAN.  “Karena, lihat, ia berdoa.”  Itu adalah suatu penjelasan, pertama-tama, jaminan bagi Ananias.  Ananias merasa takut untuk pergi kepada Saulus; ia berpikir itu sepertinya sangat mirip dengan melangkah ke dalam kandang singa.  “Jika aku pergi ke rumah itu,” ia berpikir, “pada saat ia melihat aku, ia akan membawaku ke Yerusalem saat itu juga, karena aku adalah salah satu murid Kristus; aku tidak berani pergi.”  Tuhan berfirman, “Lihat, ia berdoa.” “Baik” kata Ananias, “itu cukup buat aku.  Jika ia adalah orang yang berdoa, ia tidak akan menyakiti aku; jika ia adalah orang dengan ibadah yang sejati, aku aman.”  Pastikan selalu untuk engkau percaya kepada orang yang berdoa.  Saya tidak tahu bagaimana itu, tetapi bahkan orang yang rohani selalu menghargai orang Kristen yang tulus.  Seorang tuan senang memiliki pelayan yang berdoa, lebih daripada yang lain; jika ia tidak memandang agama sama sekali, ia senang untuk memiliki pelayan yang saleh, dan ia akan mempercayai dia lebih daripada yang lain.  Sungguh, ada beberapa orang-orang di antaramu yang kelihatannya berdoa tetapi sama sekali tidak pernah mengambil bagian dalam doa sedikitpun.  Tetapi kapan saja engkau menemukan orang yang sungguh-sungguh berdoa, percayakanlah padanya emas yang tak terhitung banyaknya; karena apabila ia sungguh berdoa, engkau tidak kuatir akan dia.  Dia yang bersekutu dengan Tuhan secara rahasia, pasti dapat dipercaya di depan umum.  Saya selalu merasa aman dengan seorang yang suka datang ke tahta kasih karunia.  Saya pernah mendengar suatu kisah tentang dua orang pria yang bepergian bersama, di suatu tempat di Swiss.  Akhirnya mereka sampai di tengah-tengah hutan; dan saudara tahu cerita-cerita seram yang dikceritakan mengenai penginapan di sana, betapa berbahayanya menginap di sana.  Salah satu dari mereka, seorang tidak percaya, berkata kepada temannya yang adalah seorang Kristen, “Aku tidak senang sama sekali berhenti di sini; benar-benar sangat berbahaya.:  “Baiklah, “kata temannya, “mari kita coba.”  Jadi mereka masuk ke dalam rumah itu; tetapi kelihatannya suasana sangat mencurigakan sehingga kedua-duanya merasa gelisah; dan mereka berpikir bahwa mereka lebih suka di rumah mereka di Inggris.  Kemudian, tuan rumah berkata, “Tuan-tuan, saya selalu membaca dan berdoa dengan keluarga saya sebelum tidur; apakah kalian mengizinkan kami melakukannya malam ini?”  “Ya,” mereka berkata, “silakan.”  Ketika mereka menaiki tangga ke atas, orang yang tidak percaya itu berkata, “Aku tidak takut lagi sekarang.”  “Mengapa,” sahut si Kristen.  “Karena tuan rumah kita berdoa.”  “Oh!” kata temannya, “jadi kelihatannya, akhirnya, engkau berpikir mengenai agama; karena seorang yang berdoa, kamu dapat tidur di rumah ini.”  Dan adalah luar biasa keduanya tidur nyenyak.  Mereka mendapat mimpi indah, karena mereka merasa bahwa dimana sebuah rumah ditudungi oleh doa, dan dipagari oleh penyembahan, tidak akan ditemukan seorang pun yang dapat melukai mereka.  Ini, akhirnya menjadi penjelasan bagi Ananias, supaya ia dapat pergi dengan selamat ke rumah Saulus. 
            Tetapi lebih dari ini.  Ini merupakan pembuktian  atas kesungguhan Paulus.  Doa yang tersembunyi adalah salah satu ujian terbaik dari kepercayaan yang sungguh-sungguh.  Apabila Yesus berkata kepada Ananias, “Lihatlah, ia berkhotbah.”  Ananias mungkin dapat berkata, “Dia bisa saja melakukan itu, tetapi ia bermaksud menipu.”  Jika Ia berkata, “Dia datang kebaktian di gereja,” Ananias mungkin akan berkata, “Dia bisa jadi masuk di sana sebagai serigala yang berbulu domba.”  Tetapi ketika Ia berkata, “Lihatlah, ia berdoa”  itu telah cukup menjelaskan.   Seorang anak muda datang dan berkata kepada saya tentang apa yang ia tasakan dan apa yang telah ia kerjakan.  Akhirnya saya berkata, “berlutut dan berdoalah.”  “Aku tidak mau.”  “Sudahlah, lakukan saja.”  Ia pun berlutut, tanpa mengetahui kata-kata yang harus diucapkan; ia mulai mengerang dan menangis, dan di sana ia berada di atas lututnya sampai akhirnya ia terbata-bata mengucapkan, “Tuhan kasihanilah aku seorang berdosa; aku seorang yang paling berdosa; kasihanilah saya!”  Kemudian saya sedikit lega dan berkata, “Aku tidak peduli apapun yang kaukatakan, Aku ingin doamu.”  Tetapi oh, jika saja dapat mengikuti; jika saya dapat melihat dia pergi dan berdoa sendirian, maka saya dapat merasa yakin; karena ia yang berdoa secara pribadi adalah seorang Kristen yang sejati.  Membaca buku renungan harian semata tidak membuktikan engkau seorang anak Tuhan; jika engkau berdoa secara pribadi, maka engkau memiliki kepercayaan yang sungguh; kepercayaan yang sederhana, jika penuh kesungguhan, lebih baik daripada kepura-puraan yang bergunung-gunung.  Kesalehan di rumah adalah kesalehan terbaik.  Doa akan membuatmu meninggalkan dosa, atau dosa akan membuatmu meninggalkan doa.  Doa di dalam hati membuktikan kenyataan dari pertobatan.  Seseorang mungkin saja bersungguh-sungguh, tetapi sungguh-sungguh salah.  Paulus sungguh-sungguh benar.  “Lihat, ia berdoa,” adalah penjelasan terbaik bahwa keyakinannya adalah benar.  Jika siapa saja bertanya pada saya satu gambaran mengenai kepercayaan Kristen, saya akan berkata itu ada dalam satu kata-“doa”.  Jika saya ditanya, “Apakah yang akan membawa kita ke dalam seluruh pengalaman Kristen?”  Saya akan menjawab, “Doa.”  Seseorang harus disadarkan dari dosa sebelum ia dapat berdoa; ia harus memiliki harapan bahwa ada belas kasihan bagi dia sebelum ia dapat berdoa.  Kenyataannya, semua sifat baik dalam kekristenan dirangkum dalam satu kata, doa.  Katakanlah kepada saya bahwa engkau adalah seorang yang berdoa, dan saya akan langsung menjawab, “Tuan, saya tidak meragukan kenyataan, sebagaimana kesungguhan Anda, akan kepercayaanmu.”  
Tetapi satu pemikiran lagi dan saya akan meninggalkan topik ini.  Itu adalah bukti pemilihan atas orang ini, karena engkau langsung mendapati setelah ayat itu pernyataan ini: “Lihatlah, ia adalah alat pilihanKu.”  Saya sering menjumpai orang-orang memasalahkan diri mereka mengenai doktrin pemilihan.  Setiap kali saya mendapatkan surat dari seseorang atau yang lain meminta saya untuk berkhotbah mengenai pemilihan.  Jawaban yang bisa saya berikan adalah, “Itu ada dalam Alkitab; pergi dan tanyakan pada Tuanku mengapa ia menaruhnya di sana.  Saya tidak dapat menolaknya.  Saya hanya hamba yang melayani, dan saya menyampaikan pada Anda pesan yang dari atas.  Jika saya hanya seorang bawahan, saya tidak seharusnya mengubah pesan tuan saya.  Saya menjadi seorang duta besar dari surga, dan saya tidak berani mengubah pesan yang saya terima.  Jika itu salah, kirimkan itu kepada kantor pusat.  Begitu saja, dan saya tidak dapat mengubahnya.  Sampai sedemikian jauh izinkan saya menjelaskannya.  Beberapa orang berkata, “Bagaimana saya dapat mengetahui apakah saya adalah orang pilihan Tuhan?  Saya takut saya bukan orang pilihan Tuhan.”  Apakah engkau berdoa?  Jika dikatakan, ‘Lihat, ia berdoa.” Itu juga dapat dikatakan, lihat, dia adalah alat pilihanku.”  Apakah engkau memiliki iman?  Jika demikian, engkau dipilih.  Itulah tanda dari pemilihan.  Jika engkau tidak memiliki satupun dari ini, engkau tidak punya alasan untuk menghitungkan dirimu bahwa engkau adalah adalah bagian dari umat Tuhan yang khusus itu.  Adakah engkau memiliki kerinduan untuk percaya?  Adakah engkau berharap mengasihi Tuhan?  Adakah engkau memiliki sedikit bagian kesekian juta dari satu kerinduan untuk datang pada Tuhan?  Dan adakah itu kerinduan yang kaulakukan?  Apakah itu membawamu untuk mempersembahkan permohonan yang penuh dengan kesungguhan dan air mata?  Jika demikian, janganlah takut untuk tidak dipilih; karena siapapun berdoa dalam kesungguhan, ia ditentukan oleh Tuhan sebelum dunia dijadikan, supaya ia menjadi kudus dan tak bercacat di hadapan Tuhan di dalam kasih.
III.  Sekarang mengenai PENERAPAN.  Satu atau dua kata bagimu, sahabat-sahabatku terkasih, sebelum saya melepaskan engkau pulang pagi ini.  Saya menyesal bahwa saya tidak dapat lebih baik menyampaikan topik ini; tetapi Tuan saya yang mulia menuntut setiap kita menurut apa yang kita punya, bukan menurut apa yang tidak kita punya.  Saya sangat menyadari bahwa saya gagal dalam memperingatkan kebenaran ini lebih tegas sebagaimana seharusnya; sekalipun demikian, “pekerjaan saya adalah dengan Tuhan dan penghakiman saya adalah dengan Tuhan,” dan hari penghakiman akan menyatakan kesalahan saya dalam penghakiman, tetapi bukan dalam kasih yang tulus bagi jiwa-jiwa. 
Pertama-tama, izinkan saya untuk berkata-kata kepada anak-anak Tuhan.  Tidakkah engkau lihat, saudara-saudaraku terkasih, bahwa tanda terbaik dari keberadaan kita sebagai anak-anak Tuhan ditemukan dalam ibadah kita?  “Lihat, ia berdoa.”  Ya, kemudian, tidakkah itu diikuti, sebagai suatu konsekuensi yang wajar, bahwa semakin kita ditemukan dalam doa, semakin jelaslah bukti-bukti keberadaan kita?  Mungkin engkau telah kehilangan bukti itu pagi ini, engkau tidak tahu apakah engkau adalah seorang anak Tuhan atau bukan; saya akan mengatakan kepadamu dimanakah engkau kehilangan kepercayaan diri itu-engkau kehilangan itu di kamarmu.  Saya mengatakan apa yang telah saya rasakan.  Saya seringkali berpaling dari Tuhan-meskipun tidak sampai terjatuh, saya tahu, tetapi saya sering kehilangan kasihNya yang manis itu yang pernah saya nikmati.  Saya biasanya menangis dan berseru,
“Waktu-waktu tenang yang pernah kunikmati,
Betapa masih terasa manis kenangan itu!
Tetapi semua telah hilang meninggalkan sakit karena kosongnya hati
Dunia tidak akan pernah memuaskanku.”
            Saya telah pergi ke rumah Tuhan untuk berkhotbah, tanpa api atau tenaga; saya telah membaca Alkitab, dan tidak ada terang atasnya; saya telah mencoba memiliki persekutuan dengan Tuhan, tetapi semuanya menjadi seperti sebuah kesalahan.  Di sini saya berdiri dan mengakui semua kesalahan saya; saya benar-benar mengetahuinya bahwa kapanpun saya meninggalkan Tuhan hal itu terjadi.  O orang-orang percaya, maukah engkau bahagia?  Banyak-banyaklah berdoa.  Maukah engkau berkemenangan? Banyak-banyaklah berdoa.
“Doa yang terhenti, menjadikan kita kendur berjuang,
Doa menjadikan perlengkapan senjata kita cemerlang”
Ibu Berry sering berkata, “Saya tidak akan dapat dibayar berapapun untuk keluar dari kamar doaku.”  Bapak Jay berkata, “Jika dua belas rasul hidup di dekat Anda, dan Anda dapat berhubungan dengan mereka, jika pertemuan itu menarikmu keluar dari kamar doamu, mereka akan membuktikan luka yang nyata di dalam jiwamu.”  Doa adalah kapal yang membawa pulang muatan yang paling berharga.  Itu adalah tanah yang menghasilkan hasil yang paling melimpah.  Saudaraku, ketika engkau bangun pagi ini kesibukanmu begitu menekan, sehingga dengan cepat engkau terseret ke dalam dunia, dan pada malam hari, capai dan lelah, engkau berikan Tuhan sisa terburuk di akhir hari.  Konsekuensinya adalah, engkau tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan.  Alasan kita tidak memiliki kepercayaan yang sejati sekarang ini adalah karena kita tidak berdoa lebih banyak.  Tuan-tuan, saya tidak memiliki pendapat mengenai gereja-gereja masa kini yang tidak berdoa.  Saya pergi dari gereja ke gereja di kota besar ini dan saya melihat jemaat-jemaat yang baik; tetapi saya pergi ke pertemuan doa di suatu malam dan saya melihat hanya selusin orang.  Dapatkah Tuhan memberkati kita, dapatkah ia mencurahkan RohNya pada kita, jika hal seperti ini masih berlangsung di tengah-tengah kita?  Ia dapat, tetapi itu tidak mungkin terjadi karena ia mau berbaik hati, karena Ia berfirman, “Ketika Sion meratap, ia melahirkan anak-anaknya.”  Pergilah ke gerejamu dengan pemikiran ini, bahwa engkau merindukan lebih banyak lagi doa.  Banyak di antara saudara tidak memiliki urusan di sini pagi ini.  Engkau seharusnya di tempat penyembahanmu sendiri.  Saya tidak ingin mencuri orang-orang dari gereja lain,; sudah cukup banyak yang mendengarkan saya tanpa orang banyak itu.  Tetapi meskipun engkau bersalah pagi ini, dengarlah selagi engkau ada di sini, sebanyak mungkin yang berguna bagimu.  Pulanglah dan katakanlah kepada pendetamu, “Pak, kita harus lebih banyak berdoa.”  Ingatkanlah orang-orang untuk lebih banyak berdoa.  Adakanlah pertemuan doa, bahkan jika engkau harus mengadakannya sendirian; dan jika engkau ditanya berapa banyak yang hadir, engkau dapat mengatakan, “Empat orang.”  “Empat! Bagaimana mungkin.”  “Mengapa tidak, itu adalah saya sendiri, dan Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus; dan kita mengalami persekutuan yang nyata dan kaya bersama-sama.”  Kita harus memiliki pencurahan dari ibadah yang sejati, atau yang lain yang akan terjadi atas banyak dari gereja-gereja kita.  O, kiranya Tuhan membangunkan kita sekalian dan menggerakkan kita untuk berdoa, karena ketika kita berdoa kita akan berkemenangan.  Saya senang untuk mengajakmu pagi ini, seperti yang Simson lakukan pada serigala-serigala, mengikat obor-obor doa padamu, dan mengirimkanmu ke tengah-tengah tumpukan jagung sampai engkau semua terbakar.  Saya senang membuat kebakaran besar melalui kata-kata saya, dan membakar gereja-gereja;, sampai mereka semua terbakar seperti persembahan di hadapan tahta Tuhan.  Jika engkau berdoa, engkau mempunyai bukti bahwa engkau adalah seorang Kristen; semakin sedikit engkau berdoa, semakin sedikit alasan yang kau miliki untuk percaya pada kekristenananmu; dan jika engkau menolak untuk berdoa sama sekali, maka engkau semakin sedikit bernafas, dan mungkin engkau takut kalau engkau tidak akan pernah bernafas sama sekali.  
            Dan sekarang, pesan yang terakhir adalah bagi mereka yang belum percaya pada Tuhan.  Hai, bapak-bapak, saya bisa merasa senang mengharap diri sendiri di manapun kecuali di sini; karena jika merupakan pekerjaan yang berat untuk berkata-kata kepada mereka yang telah percaya, betapa lebih berat lagi berkata-kata kepadamu.  Kami takut kalau-kalau, pada satu sisi, kami berbicara padamu seperti untuk membuat engkau percaya pada dirimu sendiri; sementara, di lain pihak, kami gemetar kalau-kalau kami telah meninabobokanmu dalam tidur yang malas dan rasa nyaman.  Saya yakin sebagian besar dari kami merasa kesulitan-kesulitan yang demikian mengenai suatu cara yang tepat untuk berkhotbah padamu –bukan karena kami ragu akan Injil yang kami beritakan- tetapi kerinduan kami adalah supaya dengan melakukannya, kami boleh memenangkan jiwamu.  Saya merasa seperti seorang penjaga, yang, selagi mengawal kota, ditekan oleh rasa kantuk; betapa sungguh-sungguhnya ia mengusahakan diri untuk tetap terjaga, sementara kelemahan dapat mengalahkannya.  Ingatan akan tanggung jawabnya membuatnya tetap bertugas.  Kekurangannya bukan pada kemauan, tetapi pada kekuatan; dan demikian saya berharap setiap penjaga dari Tuhan tetap bersemangat untuk menjadi setia, sementara, pada waktu yang sama, mereka mengetahui ketidaksempurnaan mereka.  Sungguh, hamba Kristus akan merasakan seperti penjaga mercusuar Eddystone yang tua itu; hidup akan segera berakhir, tetapi, dengan mengumpulkan segenap tenaganya, ia merangkak sekali lagi untuk menyalakan lampu sebelum ia mati.   O kiranya Roh Kudus memampukan kita untuk menjaga nyala api persembahan kita, untuk memperingatkanmu tentang adanya batu-batu karang, batu terjal, dan pasir hisap, yang di sekelilingmu, dan kiranya kami dapat membimbingmu kepada Yesus, dan bukan pada perbuatan jasa manusia.  Jika teman saya mengetahui betapa bersemangatnya saya mencari petunjuk rohani tentang hal penting mengenai berkhotbah pada orang yang berdosa, mereka akan merasakan sebagaimana yang dirasakan beberapa dari mereka, ketika mereka membayangkan saya berkata-kata secara salah.  Saya ingin melakukan sebagaimana Tuhan meminta saya.  Jika  Ia meminta saya untuk berbicara kepada tulang-tulang kering supaya mereka hidup, saya harus melakukannya, bahkan jika itu tidak menyenangkan orang lain; jika tidak saya pastilah dikutuk oleh hati nurani saya sendiri, dan oleh Tuhan.  Sekarang, dengan segenap kekuatan yang dapat dikumpulkan oleh seseorang, izinkan saya berkata bahwa jiwa yang tidak berdoa adalah jiwa yang tidak memiliki Kristus.  Engkau yang tidak pernah berdoa pastilah tanpa Tuhan, tanpa harapan, orang asing dari kumpulan umat Allah.  Engkau yang tidak pernah tahu apa itu mengerang, atau meneteskan air mata, adalah orang yang melarat akan jalan-jalan Tuhan yang utama.  Biarkan saya bertanya padamu, bapak-bapak, apakah engkau pernah berpikir dalam keadaan yang paling mengerikan bagaimanakah keadaanmu?  Engkau jauh dari Tuhan, dan karena itu Tuhan murka padamu; karena “Tuhan murka kepada orang fasik setiap hari.”  Hai, orang-orang berdosa!  Angkatlah matamu dan lihatlah wajah muram Tuhan, karena ia murka padamu.  Dan saya memohon padamu, sebagaimana engkau mengasihi dirimu sendiri, hanya untuk satu saat saja merenungkan apa yang akan terjadi padamu, jika hidup seperti sekarang ini, engkau akhirnya akan mati tanpa doa.  Jangan berpikir bahwa satu doa di atas tempat tidur kematianmu akan menyelamatkan engkau.  Doa di atas tempat tidur sebelum engkau mati adalah lelucon belaka, dan tiada artinya sama sekali; itu adalah mata uang yang tidak akan berbunyi di surga, tetapi yang dicap dengan kemunafikan, dan dibuat oleh logam mentah saja.  Perhatikanlah, tuan-tuan.  Biarkan saya bertanya padamu, jika engkau tidak pernah berdoa, apakah yang akan engkau lakukan?  Adalah baik bagi engkau jika kematian adalah tidur selamanya, tetapi itu tidak demikian.  Jika engkau menemukan dirimu sendiri di neraka, o, betapa tersiksa dan sakitnya!  Tetapi saya tidak akan menakut-nakuti perasaanmu dengan mencoba menggambarkannya.  Kiranya Tuhan mempedulikanmu, sehingga engkau tidak pernah merasakan siksaan bagi mereka yang hilang!  Hanya bayangkanlah si jahat yang malang itu, “O berikanlah setetes air, untuk menyegarkan lidahku yang kering!”  Lihat bagaimana lidahnya menggantung di antara bibirnya yang melepuh!  Bagaimana itu menusuk dan membakar langit-langit mulutnya, seolah-olah itu seperti sebuah obor.  Lihatlah ia menangis untuk setetes air.  Saya tidak akan menggambarkan kejadian itu.  Cukuplah bagi saya untuk menerangkan dengan mengatakan, bahwa neraka dari neraka akan turun atasmu, hai orang berdosa yang malang, pemikiran bahwa itu akan menjadi selamanya.  Engkau akan melihat ke tahta Tuhan dan akan ditulis “selamanya!”  Ketika mereka yang terkutuk menggemerincingkan besi panas yang menyiksa mereka, mereka akan berkata, “forever!”  Ketika mereka meraung, gema mereka turut menjerit, 

“’Selamanya’ tertulis di atas siksa mereka,
‘selamanya’ di rantai-rantai mereka;
selamanya dibakar api neraka,
selama-lamanya ada di sana.”
Keadaan yang sangat sedih!  “Jika aku dapat keluar, tentulah aku akan berbahagia.  Jika ada harapan untuk keselamatan, maka aku pasti akan tenang; tetapi aku di sini selamanya!”  Tuan-tuan, jika engkau mau lepas dari sikasaan kekal, jika engkau mau untuk ditemukan diantara mereka yang diberkati, jalan ke surga hanya ditemukan melalui doa-melalui doa kepada Yesus, melalui doa karena Roh, dengan memohon di tahta kasih karunia.  “Berbaliklah, berbaliklah, O umat Israel? Selama Aku ada, firman Tuhan, Aku tidak berkenan akan kebinasan dari mereka yang mati itu, tetapi berkenan jika mereka berbalik padaKu dan hidup.”  “Allah itu pengasih dan penuh belas kasihan.”  Mari kita datang padanya dan berkata, “Ia akan menyembuhkan segala pemberontakan kita, Ia akan mengasihi kita dengan tanpa syarat dan mengampuni kita dengan murahnya, demi nama AnakNya.”  O, jika saya dapat memenangkan satu jiwa hari ini, saya akan pulang dengan dipuaskan.  Jika saya memperoleh dua puluh, maka pasti saya sangat bersukacita.  Lebih banyak yang saya peroleh, semakin banyak mahkota yang akan saya kenakan.  Dipakai?  Tidak, saya akan langsung mengambil semuanya, dan melemparkan sleuruhnya ke bawah kaki Yesus, dan berkata, “Bukan aku, tetapi bagi namaMu segala kemuliaan selama-lamanya.”
Doa dimaksudkan untuk membawa
Berkat-berkat yang telah ditetapkan Tuhan bagi kita;
Seumur hidup mereka, setiap orang Kristen harus berdoa,
Karena hanya saat mereka berdoa, mereka hiduplah.
“Dan akankah engkau tetap dalam kebohongan,
Ketika Kristus berdiri menanti doamu?
Jiwaku, engkau memiliki sahabat di ketinggian,
Bangunlah dan bawalah ke sana segala kepikiranmu.”
“Doa itu menyokong jiwa yang lemah,
Meskipun pikiran telah berhenti, bahasa lumpuh;
Berdoalah, jika engkau dapat atau tidak dapat berbicara,
Dan berdoalah dengan iman dalam nama Yesus yang ampuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *