DON’T JUDGE A BOOK BY ITS COVER

Oleh: Peter B, MA

Sudah sering kita mendengar supaya tidak menilai orang dari penampilan luarnya. Sebagian besar bahkan setuju dengan pandangan ini. Prakteknya? Tidak semudah itu.
Di dunia yang manusia tampilan ini dengan standard dan ukuran yang meninggikan apa yang terlihat secara kasat mata, sesungguhnya TIDAK MUDAH UNTUK TIDAK MENILAI ORANG DARI TAMPILANNYA.

Terlalu banyak contohnya di sekitar kita. Orang lebih condong membeli merek terkenal daripada mencoba merek baru. Yang diikuti dan disukai orang banyak ikut menentukan pilihan kita daripada memutuskan sesuatu menurut penilaian kita sendiri. Selebritis dan artis-artis tenar jadi ukuran dan panutan gaya hidup daripada orang biasa-biasa yang bekerja keras dan hidup jujur sambil memperjuangkan keluarga mereka. Melihat mereka yang berduit, berpakaian mahal dengan assesoris gemerlapan dan penampilan yang glamour kebanyakan orang terkagum-kagum dan lebih menghargai orang-orang semacam itu ketimbang orang-orang sederhana berakhlak baik.

Ini tidak berbeda dalam hal-hal rohani. Yang terlihat diikuti jemaat yang besar, disebut pemimpin rohani yang sesungguhnya. Yang pelayanannya tampak menjulang dengan berbagai fasilitas lengkap berdana besar dan berskala nasional atau internasional lebih dipercaya daripada seseorang yang tidak dikenal namun menyuarakan kebenaran. Semua dilihat dari apa yang tampak megah dari luarnya PADAHAL kita diberitahu supaya jangan menilai semua dari apa yang tampak luar.

Oleh karena dunia penuh tipuan, kepura-puraan dan kepalsuan (dimana kejujuran dan ketulusan menjadi semakin langka di dunia sekarang ini) BAHKAN PENYESATAN (di wilayah kerohanian yang bersangkutan dengan Tuhan entah disadari maupun tidak) maka sudah seharusnya kita belajar dan mengetahui MENGUJI SEGALA SESUATU untuk mengetahui mana yang sejati dan mana yang palsu. Dan supaya kita tidak mudah menghakimi dengan tidak adil serta mengatakan apa yang benar itu salah dan yang salah menjadi benar.

Jangan menilai buku dari sampulnya baru sebagian kebenaran.
Kebenaran yang sesungguhnya semestinya:  NILAILAH BUKU DARI ISINYA DAN NILAILAH DENGAN UKURAN YANG BENAR YAITU FIRMAN KEBENARAN sebagaimana yang Yesus ajarkan dan teladankan kepada kita. Sebab pengujian akan hal-hal rohani bukan merupakan proses sambil lalu dan sekedarnya. Tapi suatu tahap yang harus dilakukan melalui cara yang seharusnya, dengan sarana yang tepat, yang dilakukan dengan hati yang benar dan dikerjakan dalam pimpinan serta petunjuk dari Tuhan sendiri. Hati yang rindu, lapar dan haus akan kebenaran merupakan kunci bagi pengujian yang berhasil.

Oleh kasih karunia Tuhan, jika kita mau menguji segala sesuatu dengan benar, YAKINLAH kita akan menemukan kebenaran dan jauh dari kesesatan.

#IntrospeksiDiri
#UjiSegalaSesuatu

#BenarVsHampirBenar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *