Sebagaimana telah kita ketahui bersama, menjadi seorang Kristen tidak berarti kita telah TINGGAL DALAM KRISTUS. Sama seperti foto dari seseorang yang diedit begitu rupa, tidak selalu seseorang yang sepertinya berada di suatu lokasi tertentu pasti pernah berada di sana.
Tampaknya hal yang sama berlaku bagi berbagai aktifitas rohani yang dilakukan sebagai penganut-penganut kepercayaan Kristen. Tidak selalu yang tampaknya giat dalam berbagai aktifitas kerohanian dalam suatu institusi keagamaan seperti gereja atau pelayanan tertentu sudah pasti merupakan orang yang telah TINGGAL DALAM KRISTUS. Dan sebagaimana telah juga kita pelajari sebelumnya, tanpa tinggal dalam Kristus, tiada pernah ada dampak atau pengaruh yang benar yang dapat Tuhan nyatakan melalui hidup kita. Bahkan sebaliknya, hidup kita akan membawa duka di hati Tuhan.
KESALAHPAHAMAN YANG BESAR
Telah demikian lama, orang memandang bahwa ketika mereka terhubung dengan gereja, komunitas rohani tertentu, lalu giat di dalamnya merupakan tanda atau bukti kuat bahwa mereka telah terhubung dengan Tuhan sendiri. Ini merupakan suatu kesalahpahaman yang telah menyimpangkan rohani sangat banyak orang.
Yesus berkata bahwa kita harus tinggal di dalam Dia. Melekat pada Dia. Tersambung dan terhubung dengan Dia. Bukan dengan apapun yang lain. Kita adalah tubuh-Nya. Dan masing-masing anggota tubuh seharusnya terhubung dan tunduk pada Sang Kepala Gereja, Kristus sendiri. Bukan kepada seorang figur manusia manapun, serohani dan seberapa besar pesona serta kharismanya. Juga bukan pada suatu organisasi atau lembaga rohani yang disebut sebagai denominasi, sinode, pastoral/penggembalaan atau bentuk-bentuk lain yang lebih sederhana semacam komunitas rohani, persekutuan doa hingga kelompok sel. Kita harus tersambung, pertama-tama, pada Kristus sendiri supaya kita menghasilkan buah dan memiliki hidup rohani yang efektif dan berhasil.
Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, — yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota — menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
~ Efesus 4:16 (TB)
Itu bukan berarti kita tidak boleh menjalin hubungan dengan suatu komunitas atau bergereja. Juga bukannya kita tidak perlu menundukkan diri dalam suatu otoritas rohani. Yang dimaksud ialah, Kristus harus menjadi yang pertama dan utama dimana roh, jiwa dan tubuh kita terhubung dan dipersembahkan. Orang yang memiliki hubungan dengan Kristus pasti terhubung dan diikat dalam kasih dengan anggota tubuh Kristus lainnya. Mereka mengasihi jemaat yang atasnya Kristus telah mengorbankan nyawa. Kasih mengalir secara natural di hati mereka sehingga mereka tidak ingin memisahkan diri dengan saudara-saudaranya dalam Tuhan.
Orang yang mengasihi Kristus, pada dasarnya akan berkomunitas, oleh karena kasih serta ketaatan pada Tuhan yang memanggil dan memerintahkan itu. Namun sebaliknya, belum tentu mereka yang berkomunitas memiliki persekutuan dengan Kristus.
BAIT ALLAH YANG DISEBUT SARANG PENYAMUN
Yesus suatu kali menyitir pesan profetik nabi Yesaya untuk menggambarkan betapa orang yang tampak rajin beribadah ternyata hatinya jauh dari Tuhan:
Dan Tuhan telah berfirman: “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan,
~ Yesaya 29:13
Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
~ Markus 7:6
Israel adalah bangsa yang religius. Budaya dan kebiasaan mereka ialah tradisi-tradisi yang berasal dari hukum-hukum taurat Musa. Mereka digambarkan sebagai bangsa yang rajin dan giat dalam ibadah (Roma10:2; Kisah 21:20). Bahkan Paulus pun mengidentifikasikan diri sebagai salah satu di antara orang-orang Yahudi yang terbiasa giat bekerja bagi Allah (Kisah 22:3; Galatia 1:14). Sayangnya, sebagai bangsa pilihan Tuhan dimana Tuhan sendiri secara khusus menyatakan diri dan hukum-hukum-Nya pada mereka, Israel memiliki sejarah yang panjang sebagai bangsa yang kerap kali menyakiti hati Tuhan dengan melakukan kebalikan dari yang diperintahkan Tuhan.
Dalam suatu episode yang menggetarkan hati, Yesus dengan terus terang, setelah Ia menbuat cambuj, menggulingkan meja-meja penukaran uang, melepaskan ternak-ternak dan mengusir orang-orang yang berjual beli, mengatakan sesuatu yang seharusnya menjadi perhatian dan perenungan serius bagi kita semua:
kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
~ Lukas 19:46
Ini bukan kritik dari para haters atau analisis ngawur dari pemfitnah orang-orang beragama. Itu merupakan perkataan Allah sendiri terhadap bait-Nya, rumah dimana nama-Nya diserukan dan disembah.
Manusia mengenali dan menyebutnya sebagai tempat ibadah yang megah. Tuhan menyebutnya sarang para perampok!
Umat berpikir sedang melakukan ibadah. Tuhan melihat mereka sedang berbuat kejahatan!
Yang datang merasa mereka melakukan tindakan suci. Tuhan merasa muak karena kepura-puraan mereka!
Bagaimana bisa begitu bertolak belakang? Satu acara tapi dinilai secara berbeda sama sekali? Jelas tidak mungkin itu merupakan kesatuan dengan Tuhan!
Dan tidakkah itu berarti bahwa sekalipun ibadah dilakukan beramai-ramai dengan rajin tetapi hati Tuhan disenangkan oleh semuanya itu?
“Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar.
~ Amos 5:21-23
Kondisi yang sama rupanya terjadi pula atas Israel rohani yaitu gereja.
Jika ditanya, mungkinkah hari ini orang memuji Tuhan tapi hatinya jauh dari Tuhan? Mungkin saja.
Atau, bisakah orang hadir secara aktif dan mengambil bagian dalam pelayanan di hari Minggu namun di hari-hari lainnya, hampir seluruh pikiran, perkataan dan tingkah lakunya tak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia seorang pelayan Tuhan yang mahabesar lagi mahakudus? Bisa saja.
Juga, dapatkah terjadi seorang yang terhitung sebagai anggota dari jemaat namun hati serta hidupnya tidak pernah merangkul ajaran Kristus atau memiliki pengalaman pribadi dengan Dia? Sangat mungkin.
Jika komunitas Yesus dapat disusupi Yudas, betapa komunitas gereja kita sangat rentan dimasuki bahkan dikuasai orang-orang yang menentang Tuhan secara tidak langsung? Dan terhadap komunitas yang tak lagi meninggikan Yesus di tempat tertinggi, tidakkah kita justru tertanam dengan pokok anggur yang lain daripada kepada Kristus sendiri?
Tergabung dalam suatu komunitas rohani dan giat di dalamnya bukan ukuran seseorang TINGGAL DALAM KRISTUS.
Sekali lagi, bukan yang tersambung pada gereja yang akhirnya terhubung dengan Kristus tapi yang terhubung dengan Kristuslah yang akan kemudian terhubung dan diikat dalam kasih dengan gereja-Nya!
Seseorang bisa ke gereja secara rutin. Seminggu sekali atau bahkan setiap hari dalam seminggu. Menaikkan doa atau pujian tanpa henti di setiap kebaktiannya. Namun itu tidak dapat dijadikan bukti dirinya telah tinggal dalam persekutuan dengan Yesus Kristus -jika orang dapat menirunya atu melakukannya demi motif-motif atau tujuan-tujuan pribadinya tanpa kerinduan memiliki hubungan dengan Tuhan.
Ini digambarkan dengan jelas dari suatu cerita mengenai seorang ibu yang berjualan nasi di gua pertapaan Maria di suatu kota di Jawa Timur. Diperhatikan, Ia turut membersihkan sampah dan menjaga kebersihan tempat doa itu bahkan turut menaikkan doa dan menyembah pada patung Bunda Maria di sana. Ketika ditanya apakah ia seorang Katolik, ia menjawab bahwa dirinya seorang muslim. Dan saat ditanya mengapa ia berdoa kepada Bunda Maria, ia berkata bahwa itu bagian dari harapannya untuk memperoleh bantuan dan berkat dari yang disembah di sana, yang dianggapnya sebagai roh penguasa wilayah tersebut, yang akan memberikan restunya supaya dagangannya laku terjual.
Sekalipun ini merupakan contoh ekstrim, namun kita dapat melakukan cara-cara serupa dengan motif yang sama dalam aktifitas rohani di komunitas atau gereja dimana kita beribadah.
LIMA JEMAAT YANG DIPERINGATKAN DAN DIHAJAR DENGAN KERAS
Surat Wahyu dibuka dengan perintah Yesus sendiri pada rasul-Nya, Yohanes untuk menuliskan pesan yang hendak disampaikan-Nya bagi ketujuh jemaat.
Meneliti pesan yang disampaikan pada ketujuh jemaat itu, saya menemukan sesuatu yang menarik untuk diselidiki lebih mendalam. Ternyata, lima di antara tujuh jemaat yang beroleh pesan itu tidak memperoleh penilaian yang baik. Tuhan mencela mereka. Menegor mereka. Menyingkapkan kesalahan mereka. Menunjukkan kejatuhan dan kegagalan mereka. Menghajar mereka dengan perkataan-Nya. Menyuruh mereka bertobat!
Kepada jemaat Efesus, Yesus menyebutkan kualitas mereka yang tinggi namun kejatuhan mereka pun sangat dalam oleh karena kasih mula-mula yang telah mereka tinggalkan (Wahyu 2:2-5)
Kepada jemaat Pergamus, Kristus memiliki keberatan. Sekalipun jemaat ini setia sampai mati namun di antara mereka ada pengikut ajaran Bileam dan yang memegang ajaran Nikolaus, dimana semuanya bertentangan dengan ajaran yang murni dari Tuhan. Tuhan pun menyerukan pertobatan atas gereja ini (Wahyu 2:12-16).
Kepada jemaat Tiatira, Tuhan mencela mereka karena membiarkan wanita Izebel mengambil alih dan menguasai gereja. Membuatnya jauh menyimpang dari kehendak serta isi hati Tuhan sehingga murka Tuhan turun ke atasnya (Wahyu 2:20-23)
Kepada jemaat Sardis, Yesus datang sebagai pemilik ketujuh Roh Allah yang menunjukkan bahwa jemaat itu tampak hidup padahal mati. Diperintahkan pada mereka untuk bangkit, taat dan bertobat dari kejatuhan mereka yang dalam itu (Wahyu 3:1-3).
Kepada jemaat Laodikia, Yesus bahkan mengatakan bahwa Ia akan memuntahkan mereka dari mulut-Nya oleh karena kebutaan serta kebodohan mereka yang menilai diri telah mencapai target Tuhan padahal jauh daripada itu. Memuakkan Tuhan, mereka harus menerima tekan dan hajaran dari Tuhan sendiri.
Lima jemaat dari tujuh, adalah mayoritas. Dari sana setidaknya kita memiliki gambaran secara garis besar bahwa gereja tidak selalu sepaham, satu hati, sepandangan dan satu pikiran dengan Tuhan. Tidak semua gereja TINGGAL DALAM KRISTUS. Beberapa bahkan menyimpang begitu jauh sampai-sampai hendak dimuntahkan dari mulut Tuhan yang tidak lain merupakan pernyataan tidak langsung bahwa mereka tidak lagi mendapat bagian dalam persekutuan dengan Tuhan.
Setiap pribadi yang hanya terhubung pada gereja atau sekumpulan orang percaya semata tanpa memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, rawan dan sangat mungkin terseret hanyut dalam kesalahan, kejatuhan dan kesesatan gereja yang telah menjauh dari keintiman dengan Kristus. Sarang penyamun itu masih ada hingga kini. Diisi oleh orang-orang yang meninggalkan kasih semula, suam-suam kuku, mati rohaninya atau ajaran sesat maupun dikuasai roh penyihir seperti Izebel. Dalam kondisi demikian, mungkinkah kita berbuah dan menyenangkan hati Tuhan?
Hanya mereka yang memiliki hubungan secara langsung dan pribadi dengan Tuhan, yang dengan demikian TINGGAL DALAM KRISTUS, akan menang dan melepaskan diri dari segala penyimpangan gereja. Tetap berbuah-buah bagi kemuliaan nama Tuhan.
AKTIVITAS AGAMAWI TIDAK SAMA DENGAN KEGERAKAN YANG HIDUP
Fakta bahwa pemimpin-pemimpin agama beserta pengikut-pengikutnya di zaman Yesus merupakan penentang terhebat Yesus sudah menunjukkan bahwa aktifitas agamawi tidak sejalan atau malah berkebalikan dengan pribadi dan ajaran Yesus.
Itu sebabnya, sudah seharusnya kita mengetahui perbedaan mana yang merupakan TINGGAL DALAM KRISTUS dengan bernaung dalam sebuah institusi belaka. Kita akan terus mendalami makna TINGGAL DALAM KRISTUS ini hingga secara jelas dan terang itu diwahyukan dalam roh kita.
Sejarah gereja semenjak 2000 tahun seharusnya membukakan suatu hikmat pada kita bahwa gereja berkali-kali gagal membawa orang kepada Tuhan. Dan tidak hanya itu. Merupakan suatu fakta bahwa figur manusia, sistem doktrin, ritual dan apapun yang dirancang oleh gereja kerap kali telah mempersulit dan menghalangi orang mendekat dan mengenal Kristus secara pribadi. Lahirnya gerakan Protestan merupakan gelombang awal pembaruan dan pemulihan Tuhan atas gereja-Nya di muka bumi. Koreksi demi koreksi terus Tuhan lakukan dengan munculnya Gerakan dan aliran yang baru untuk menambahkan dan menegur apa yang kurang dari aliran sebelumnya. Ini akan terus berlangsung hingga secara korporat, gereja sampai kepada bentuk yang ideal sdalam kesatuan dengan Sang Kepala Gereja.
Hanya dengan TINGGAL DALAM KRISTUS dalam Kristus kita akan mengenali apa yang sedang Tuhan kerjakan atas gereja-Nya sebagai suatu kesatuan tubuh-Nya. Dan hanya mereka yang terhubung dengan Kristus sendiri yang akan disatukan sepenuhnya oleh Roh dalam suatu kegerakan yang besar sebagai penuai-penuai di akhir zaman.
Ya, hanya anak-anak Tuhan yang TINGGAL DALAM KRISTUS yang akan terus berada dalam jalur-jalur kegerakan sejati dari Tuhan. Mereka akan senantiasa turut serta kemanapun Ia berada dan pergi. Meninggalkan kelompok-kelompok rohani yang asyik sendiri mengurusi segala kegiatannya yang dipikirnya dilakukan bagi Tuhan.
Hari ini Tuhan mencari mereka yang MENDENGAR SENDIRI kerinduan hati Tuhan itu.
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata:…
Yang sehati dan sepikiran dengan Dia. Satu kerinduan dan satu tujuan dengan-Nya. Yang mengenali suara-Nya yang menggema di kehampaan:
“Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”
Dan biarlah kita termasuk dari mereka yang menerima SENDIRI panggilan itu:
“Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8)
Hanya mereka yang TINGGAL DALAM KRISTUS akan menjadi gereja sejati, yang kepada-Nya Tuhan berkenan. Komunitas yang demikianlah yang akan mengantar kita untuk juga TINGGAL DALAM KRISTUS.
Salam revival!
INDONESIA PENUH KEMULIAAN TUHAN.