Oleh : Peter B
Kenyataan bahwa Bait Suci di zaman Yesus dijadikan tempat berjualan dan mencari keuntungan, sejatinya menunjukkan bahwa institusi rohani maupun orang-orang yang aktif di dalamnya tidak steril dari kecintaan akan materi.
Meskipun Bait Suci jelas-jelas merupakan tempat orang berhubungan dengan sesuatu yang ilahi dan sorgawi, keduniawian sepertinya masih sangat melekat di hati orang-orang, baik yang beribadah maupun orang-orang yang (dipandang sebagai) melayani Tuhan di dalamnya.
Harus jujur diakui, bahkan lembaga-lembaga agama (atau badan apapun yang bernuansa agama) di dunia ini telah menjadi lumbung yang besar untuk mengumpulkan dana secara instan. Nama Tuhan digunakan dan dengan alasan melakukan pelayanan kepada Tuhan atau berbuat amal bagi sesama -semuanya dijadikan dasar memotivasi orang-orang yang mendambakan pahala sorgawi serta yang berharap menuai berkat-berkat materi yang lebih besar lagi sebagaimana dijanjikan dan dikhotbahkan pada mereka itu.
Seperti itulah kecenderungan hati manusia yang lebih mudah terpikat oleh apa yang tampak dan memberikan keuntungan instan ketimbang mengarahkan hati kepada Tuhan untuk mengenal Tuhan lebih lagi sebagai harta rohani sejati.
Sebagaimana sudah disampaikan sebelumnya, akhir zaman ditandai dengan makin bermunculannya orang-orang yang mementingkan diri dan karenanya memperbudak dirinya pada materi.
Meskipun sejak dulu, materi menjadi dambaan dan salah satu pengejaran utama kehidupan manusia namun yang di masa lalu tidak seperti masa-masa sekarang dan tahun-tahun ke depan, ketika dunia bergerak perlahan namun pasti menuju garis finalnya.
Hari ini, dimanapun kita membuka media pemberitaan, hampir mustahil kita tidak menemukan berita yang berorientasi pada masalah uang atau kekayaan. Bahkan media-media sosial kita kini dibanjiri pameran kekayaan setiap menitnya. Orang-orang dari seluruh dunia membagikan foto dirinya sedang makan, berbelanja, berjalan-jalan, berlibur, menggunakan fasilitas mewah atau sekedar memamerkan hasil operasi plastik yang baru dilakukannya, yang tentu saja di balik itu menunjukkan bahwa ia memiliki uang untuk melakukannya!
Manusia, laki-laki dan perempuan, di masa kini nyata-nyata menjadi budak uang. Mereka tidak malu melakukan kejahatan besar dan merusak seperti korupsi yang merugikan begitu banyak orang dan memilih lebih baik dipenjara sekian waktu lamanya asalkan telah menumpuk kekayaan bagi diri dan keluarganya. Demi uang, kaum wanita seolah tak memiliki rasa malu dan harga diri lagi ketika memamerkan hidup mewahnya walaupun dengan menjadi istri simpanan atau hasil menjual diri.
Di bidang rohani, meski selalu disamarkan, faktanya baik jemaat maupun pemimpin rohani, mengukur perkenan dan berkat Tuhan dari ukuran-ukuran jasmaniah. Tidak heran kemudian pameran kemewahan pendeta ini semacam menjadi olok-olok yang lagi-lagi memantik perdebatan yang tak kunjung usai mengenai bagaimana seharusnya gaya hidup seorang hamba Tuhan itu.
Ya, ketika ucapan-ucapan yang lebih dipercaya orang itu semacam “Siapa sih yang bisa hidup tanpa uang?” atau “Namanya hidup realistis saja. Uang bukan segalanya tapi segalanya perlu uang” atau “Yang penting kalau menikah itu uang bukan cinta, memangnya cinta bisa kasih makan dan beli keperluan rumah tangga. Makna tuh cinta” maka hendaknya Anda sadar bahwa nubuat Alkitab sedang digenapi. Hamba uang ada dimana-mana.
Apakah kita termasuk sebagai salah satunya?
Berhati-hatilah!
HAMBA UANG ITU BERMULA DARI CINTA UANG, SAMPAI-SAMPAI MENJADI BUDAK CINTA DARI UANG
Lepaskanlah dirimu daripada kasih akan uang..
~ Ibrani 13:5 (Terjemahan Lama)
Janganlah hidupmu dikuasai oleh cinta akan uang,… “
~ Ibrani 13:5 (Bahasa Indonesia Masa Kini)
Sementara menggunakan dan memanfaatkan uang tidak terlarang dalam ajaran Tuhan, mencintai uang justru sesuatu yang berbahaya menurut Alkitab.
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
~ 1 Timotius 6:10
Cinta uang dapat menyebabkan orang melakukan banyak kejahatan! Orang terdorong, termotivasi bahkan terinspirasi melakukan hal-hal yang jahat, keji, tidak berperikemanusiaan, dan melupakan perintah Tuhan maupun mengabaikan keberadaan Tuhan itu sendiri ketika mata hatinya tertutup oleh keinginan mendapatkan uang.
Karena tidak dapat menahan keinginannya memperoleh lebih dan lebih dan lebih banyak uang lagi, maka orang menyerahkan dan merelakan diri untuk melakukan hal-hal yang merugikan bahkan menghancurkan banyak hal, entah itu hidup orang lain maupun dirinya sendiri. Contoh-contoh untuk ini sudah tak terhitung banyaknya. Mulai dari orang yang menipu dan berlaku curang demi memperoleh untung dalam bisnis bernilai milyaran dolar atau kita mendengar seseorang yang membunuh orang lain hanya demi memperoleh uang ribuan rupiah saja.
Jadi tepat sekali yang dikatakan rasul Paulus :
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
~ 1 Timotius 6:10
Karena memburu uang, manusia melupakan yang terutama dalam hidupnya, memburu Tuhan dan perkara-perkara dari-Nya. Lebih lanjut, setelah melupakan Tuhannya, manusia menyusahkan dirinya hingga membuat dirinya sendiri tersiksa dan penuh kepedihan hanya untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan bagi hidupnya.
Mereka yang cinta uang, merasa dirinya tidak dapat hidup tanpa uang. Ia yakin bahwa uang itu jaminan baginya. Ia percaya bahwa banyak uang sama dengan hidup aman dan sentosa. Uang jadi sumber ketenangan batinnya (tanpa sadar bahwa itu hanyalah semu dan sifatnya seperti obat penenang belaka). Memiliki banyak uang berarti hidup yang sukses dan berhasil. Uang adalah segalanya dalam hidup ini -begitu yang ada di pikiran mereka yang cinta uang. Apapun yang diangankan, dipikirkan, dibayangkan, didambakan, diusahakan semuanya melulu berkaitan tentang bagaimana memperoleh lebih banyak uang. Lagi dan lagi dan lagi dan lagi. Dan jika mungkin, maka ia berharap itu bisa diperoleh dengan cara yang semudah-mudahnya dan secepat-cepatnya.
Apakah kita termasuk orang yang cinta uang?
Berhati-hatilah karena sedikit lagi, kita akan ditangkap dan dijadikan hamba uang oleh penguasa-penguasa kegelapan yang tahu benar apakah kita termasuk orang-orang yang cinta uang atau tidak.
Darimana iblis tahu kita ini pecinta uang?
Salah satu ciri khas orang-orang yang mencintai sesuatu adalah IA SIAP BERKORBAN BAGI YANG DICINTAINYA ITU. Meskipun pengorbanan bukan selalu didorong dan dimotivasi oleh cinta tapi setiap cinta pasti menuntun dan menuntut setiap orang yang memiliki cinta untuk berkorban. Pengorbanan bisa sedikit atau banyak. Semakin besar cinta yang ada pada seseorang, semakin banyak pengorbanan yang rela dilakukannya. Pengorbanan itu antara lain korban waktu, tenaga, pikiran, sumber daya, kesehatan, cita-cita, waktu istirahat, hingga hal-hal lain (atau pribadi-pribadi lain seperi keluarga, sahabat dan Tuhan) yang sebenarnya juga disukai atau dicintai tapi masih kurang dicintai dibanding sesuatu yang atasnya seseorang rela mengorbankan sesuatu.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Dari perkataan Paulus itu, kita dapat menduga bahwa orang mengorbankan imannya, bahkan dirinya, hingga hidupnya DEMI MEMBURU UANG!
Betapa mengerikan orang yang mencintai uang itu!. Mengorbankan seluruh hidup demi memperoleh dan mengumpulkan uang!
Tidak heran dengan segera ia menjadi HAMBA UANG.
Jika uang adalah segala-galanya baginya maka ia siap melakukan segala-galanya demi uang. Itulah hamba-hamba uang.
Dan untuk itu tidak perlu orang melakukan sesuatu yang jahat atau melanggar hukum. Tidak usah sampai seperti itu. Segala-galanya demi uang itu termasuk yang disebut oleh Paulus MENYIMPANG DARI IMAN.
Tahukah Anda apakah Anda telah menyimpang dari iman sebagai akibat mencintai uang?
Menyimpang dari iman diterjemahkan oleh beberapa versi Alkitab sebagai “meninggalkan keyakinan mereka pada Kristus”, “berpaling dari Allah”, “meninggalkan ajaran yang benar”, “sesat dari imannya”, “tidak menuruti lagi ajaran Kristen”, hingga “menyangkal Kristus”.
Cukup luas cakupannya, bukan? Mana yang merupakan makna mendasarnya
Pengertian dari bahasa aslinya, “menyimpang” itu bermakna “tersesat” dari iman yang benar. Maksudnya, menyimpang dari jalan keimanan dan kebenaran yang sejati. Kamus bahasa asli Alkitab juga menegaskan pengertian di dalamnya termasuk “dibawa menyimpang dari kebenaran kepada kesalahan”.
Jadi seseorang yang menyimpang dari iman, bisa memulainya dari mengikuti ajaran yang keliru, yang kemudian tanpa ia sadari membawanya semakin jauh dari Tuhan dan tak lagi menyembah Tuhan. Puncaknya, ia menyangkal Kristus sebagai Tuhan.
Bukankah dari sini menjadi makin jelas mengapa ada pengajaran populer yang disebut sebagai “theologia atu injil kemakmuran” itu?
Tidakkah itu merupakan perbuatan manusia yang mengorbankan ajaran Tuhan yang sejati lalu memodifikasinya supaya cocok dengan tujuan mereka yang bermaksud memburu sesuatu yang mereka cintai yaitu uang?
Bagaimana mungkin manusia bisa-bisanya dan berani-beraninya mengutak-atik kebenaran dan ketetapan ilahi?
Betapa lancangnya! Betapa kurang ajarnya!
Tapi, sadarilah, itulah yang akan dilakukan manusia jika ia lebih cinta akan uang daripada cinta Tuhan. Ajaran Tuhan pun dipelintir supaya tampak mendukung kecondongan dan keinginan hati mereka akan uang dan kelimpahan materi.
Dan orang-orang Kristen yang percaya dan meyakini ajaran yang keliru ini SUDAH PASTI HATINYA MENCINTAI UANG dan bahkan mungkin telah diperhamba oleh uang.
Tidak perlu menjadi seorang yang melakukan hal-hal yang jahat ketika hati seorang Kristen diliputi cinta uang. Ia tinggal MENGARAHKAN HATI DAN IMANNYA PADA PENGAJARAN YANG BERPUSATKAN JANJI TUHAN SERTA KUASA TUHAN YANG AKAN SELALU MELIMPAHKAN KEKAYAAN MATERI BAGINYA.
Dengan melakukan itu, ia telah mengorbankan iman dan kepercayaan sejatinya pada Tuhan untuk mempercayai kebohongan dan kesesatan!
Sekali lagi, saya tidak sedang mengatakan bahwa kita tidak boleh dan tidak perlu memercayai Tuhan untuk mengirimkan berkat-berkat jasmani. Sama sekali tidak. Semua berkat jasmani juga Tuhan janjikan. Tapi fokus iman kita bukan pada yang jasmani. Pengejaran kita bukan pada hal-hal yang kelihatan dan sifatnya duniawi saja. KEBERADAAN DAN KELIMPAHAN MATERI HANYA SARANA SUPAYA KITA LEBIH BAIK LAGI MENGABDI PADA TUHAN DARIPADA TERPIKAT DAN TERIKAT OLEHNYA LALU MENGUSAHAKAN DAN MEMBURUNYA LEBIH LAGI.
Jadi hal pertama yang dapat kita pelajari sebagai bahan introspeksi untuk menilai apakah kita ini hamba uang atas bukan adalah dengan meneliti APA YANG PALING KITA YAKINI DAN HARAPKAN DARI TUHAN.
Apakah kita mengharapkan pertumbuhan manusia rohani kita lebih lagi atau berharap Tuhan menjamin dan memberkati keberadaan jasmaniah kita sehingga dalam kemudahan dan kenyamanan?
Apakah kita mengorbankan uang (misal memberi persembahan atau mendukung pekerjaan / hamba Tuhan) untuk mencari Tuhan lebih lagi serta perkenan-Nya atau sebaliknya, mengorbankan iman dan ajaran Tuhan yang benar supaya memperoleh lebih banyak uang?
Apakah kita menyembah dan memuji Dia karena ingin mendekat dan mengenal Dia lebih lagi atau supaya Dia senang pada kita sehingga mencurahkan kemudahan dan kesuksesan bagi pekerjaan dan bisnis kita?
Apakah kita mencita-citakan suatu kehidupan serta masa depan kita dan keluarga kita suatu kehidupan yang terjamin secara materi atau kita menginginkan rencana terbaik Tuhan yang terjadi dan digenapi atas hidup kita dan keluarga kita?
Apakah hidup sehari-hari kita lebih banyak mengorbankan sesuatu demi memperoleh lebih banyak uang atau demi mengumpulkan harta sorgawi dengan cara hidup yang semakin selaras dengan kehendak Tuhan?
Pikirkanlah kembali momen-momen di dalam hidup Anda : apakah Anda menimbang-nimbang dan mengukur serta menuda-nunda penyerahan Anda melakukan kehendak Tuhan sedangkan di saat ada kesempatan memperoleh keuntungan materi Anda menjadi sangat bersemangat dan melakukan usaha terbaik untuk mengerjakannya?
Berapa banyak waktu yang Anda sediakan untuk merenungkan dan memikirkan Tuhan (sambil melakukan aktivitas sehari-hari sekalipun) dibanding waktu yang Anda habiskan untuk mencari nafkah dan mengumpulkan uang serta kekayaan?
Terangilah sudut-sudut dan ruang-ruang hati Anda dengan pertanyaan-pertanyaan dan perenungan-perenungan ini. Bukalah sekat-sekat serta pintu-pintu yang menutup ruang-ruang rahasia di hati Anda.
Jujurlah untuk menemukan apakah Anda masih mencintai uang dan diperhamba olehnya
Jika Anda menemukan memang demikian adanya, maka Anda harus bertobat dan segera melepaskan diri dari perhambaan bahkan kecintaan pada uang.
Lakukanlah sekarang.
Katakanlah dalam doa bahwa Tuhan Yesus itulah yang menjadi segala-galanya dalam hidup Anda.
Anda tak dapat hidup tanpa Yesus dan Anda siap mengorbankan apapun demi mengikut Dia
Segera lepaskanlah diri Anda dari perhambaan dan cinta uang sebelum hari-hari Anda menjadi hari-hari penyesalan yang berujung kesia-siaan di atas kesia-siaan.
Adalah kasih karunia Tuhan, jika Anda membaca dan mendengar pengajaran ini. Tuhan memiliki rencana dan kehidupan yang terbaik bagi Anda, lebih dari yang Anda pikirkan atau rancangkan bagi Anda atau keluarga Anda.
Hidup dalam penyerahan dan penundukan diri pada rencana Tuhan yang terbaik dan sempurna atas hidup Anda adalah salah satu tanda utama bahwa Anda TIDAK LAGI menjadi hamba uang.
Salam revival!
(Bersambung)
SERIAL PENGAJARAN TERKAIT HAMBA UANG: