HIDUP DALAM BERKAT-BERKAT TERBAIK DARI TUHAN (BAGIAN 1)

Oleh: Peter B, MA

Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya,
aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu.
Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan.

Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; …
Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.”~Mazmur 73:21-28

Orang Yahudi menyebutnya “berakah”. Orang Arab menyebutnya “barakah”. Yang berbahasa Inggris menyebutnya “blessing” dan kita, bangsa Indonesia, menyebutnya “berkah” atau “berkat”.
Namun, apa sesungguhnya berkat itu?
Apakah yang Tuhan maksudkan sebagai “berkat” dalam firman-Nya yang dituliskan dalam kitab suci kita?
Apakah pandangan kita sama dengan Allah mengenai berkata itu?


Sesungguhnya, berkat adalah sesuatu yang paling dicari oleh manusia. Hati kita merindukan dan mendambakannya. Tanpanya, kita merasa segalanya sia-sia tak berarti. Dan kitapun takut -jauh di dasar hati kecil kita sangatlah takut- jika kita hidup dalam kutuk, yang adalah kebalikan dari berkat itu.

Itulah sebabnya manusia mencari berkat dari kuasa-kuasa yang lebih tinggi darinya. Yang dikira mampu membuatnya berhasil dan makmur di dunia. Mereka melakukan apa saja. Ritual dan upacara. Penyembahan dan pengabdian. Pengorbanan dan “penyiksaan” diri. Semuanya supaya mendapat berkat.

TUHAN, Bapa kita di sorga, pun menjanjikan berkat bagi umat-Nya, yang juga adalah anak-anak-Nya. Mungkin karena janji-janji itulah, milyaran orang di dunia hari ini mengklaim sebagai orang Kristen dan mengaku sebagai pemuja-pemuja Yesus Kristus -yang dalam firman dan ajaran-Nya juga menjanjikan berbagai berkat kelimpahan dan kemakmuran selama di dunia.

Ya, kita semua mengharapkan berkat-berkat terbaik dari Allah kita.


YANG LAZIM DALAM PIKIRAN MANUSIA
Bagi banyak orang, berkat dalam hidup dipahami sebagai kelancaran, kemudahan dan kelimpahan -khususnya dalam hal memperoleh kebutuhan hidup jasmaniah atau terpenuhinya setiap keinginan dalam hidup. Secara umum, sukar untuk disangkal jika berkat kerap dimaknai secara duniawi: dimana setiap orang yang memiliki kehidupan yang cukup secara ekonomi, karir yang terus menanjak, pekerjaan dan bisnis yang berkembang pesat, menjalani suatu gaya hidup yang nyaman (bahkan mewah) dalam kesehatan yang baik atau mempunyai simpanan harta yang berlimpah. Merekalah yang cenderung segera dipandang sebagai orang-orang yang diberkati dalam hidupnya.

Demikian pula kebalikannya. Mereka yang hidup sederhana, tampak pas-pasan, sedang mengalami atau mengidap sakit, tidak punya kekayaan yang besar atau yang tidak memiliki status sosial yang tinggi cenderung dinilai sebagai orang-orang yang kekurangan berkat atau tidak diberkati dalam hidupnya. Sebagian bahkan memandang bahwa mereka yang hidupnya demikian kemungkinan sedang di bawah kutuk.

Merenungkan cara pandang yang lazim mengenai berkat sebagaimana diuraikan di atas, kita setidaknya dapat menyimpulkan bahwa manusia mengukur ada atau tidaknya berkat dari ada tidaknya segala sesuatu yang mereka harapkan untuk diperoleh dan dinikmati dalam hidup didunia sekarang ini. Singkatnya, menurut pandangan yang umumnya berlaku, diberkati berarti terpenuhinya semua hal yang bersifat materi dan duniawi. Dilihat dari apa yang tampak, bukan yang tidak tampak. Dinilai dari apa yang terlihat besar dan banyak, yang tampak mengagumkan dan hebat, yang luar biasa di mata orang pada umumnya.

Oleh karena ingin memperoleh semua itu, manusia melakukan apa saja yang bisa mereka lakukan. Termasuk menaikkan penyembahan atau memberikan persembahan kepada dewa-dewa maupun ilah-ilah yang diyakini mampu memberikan semuanya itu bagi mereka. Bukankah jika kita mau jujur, itulah salah satu alasan utama manusia memuja apa yang mereka sebut sebagai tuhan atau dewa? Bukankah motif penyembahan kita juga acapkali untuk memperoleh rahmat dan berkat supaya hidup kita dimudahkan jalannya, dimurahkan rejekinya dan diangkat derajatnya?

Dengan harapan memperoleh janji-janji berkat sebagaimana tertulis dalam Alkitab, banyak orang memilih mencari dan mengikut Yesus Kristus dan beribadah pada-Nya.
Hanya saja, di balik motif iman semacam ini, ada beberapa hal yang perlu kita sadari dan pahami lebih seksama.


YANG LAZIMNYA TIDAK DISADARI ORANG PERCAYA
Berkat-berkat dalam bentuk materi memang dijanjikan dalam Firman Tuhan. Tetapi berapa banyakkah yang benar-benar menyadari bahwa kuasa untuk memperoleh kemakmuran tidak hanya ada pada Allah?

Dengan kemampuannya sebagai makhluk dengan kualitas tertinggi dan dirancang segambar dengan Allah, keturunan Kain yang telah terpisah dari Tuhan muncul sebagai pionir dan penemu berbagai sistem awal kehidupan di muka bumi. Dengan memotivasi diri disertai keyakinan yang kuat akan kemampuannya sebagai makhluk yang unggul, Lamekh, cicit Kain menjadi orang yang perkasa dan ditakuti pada zamannya. Anak-anaknya menjadi pemimpin dan orang-orang berpengaruh di masanya bahkan terasa dampaknya hingga kini (Kej. 4:17-23).
Lalu, apakah mereka orang-orang yang diberkati? Sebaliknya.  Mereka adalah generasi yang tinggal dalam kutuk karena merupakan keturunan orang yang dikutuk Tuhan (Kej. 4:10-12), yang hidup tanpa Tuhan dan melakukan berbagai-bagai kekejian (Kej.4:19,23) -meski tampak seperti kaum yang diberkati.

Juga tidak boleh kita lupakan apa yang sering luput dari perhatian kita. Yaitu bahwa iblis, penguasa kegelapan, juga memegang kuasa atas dunia ini. Padanya ada kuasa untuk membuat manusia menjadi makmur dan besar. Dengan angkuh, ia meminta Yesus menyembah dirinya dengan “imbalan” ia akan memberikan kekuasaannya atas dunia dan isinya pada Sang Mesias itu (Mat.4:8-9). Ini membuktikan bahwa sekalipun alam semesta ada dalam kedaulatan Tuhan, kekuasaan atas kerajaan-kerajaan dunia yang semula dipercayakan pada manusia (lihat Kej. 1:28), baik disadari ataupun tidak, telah diserahkan ke dalam cengkeraman kuasa kegelapan. Itulah mengapa ada orang yang menjual jiwanya kepada iblis dan menyembahnya mampu meraih kemuliaan dan kejayaan selama hidupnya di muka bumi. Iblis mampu memberikan apapun yang umumnya dicari dan diminta manusia di dunia. Bahkan makhluk jahat ini sangat ingin memberikan apa saja yang diinginkan manusia asalkan bersedia menyembah dan memuliakan dirinya dan bukan TUHAN.
Sayangnya, iblis tidak dapat memberikan apa yang hanya Tuhan yang dapat berikan.

Dengan kata lain, tanpa menjadi pengikut Kristus sekalipun, setiap orang dengan caranya sendiri dapat menjadi orang-orang yang berkelimpahan secara duniawi. Dan jika kita mengikut Kristus demi mendapatkan kemuliaan duniawi ini, maka kita mungkin telah menyimpang dari makna sejati sebagai orang-orang Kristen. Mereka yang berpikir demikian disebut oleh Paulus sebagai orang-orang paling malang dari segala manusia (1 Kor. 15:19). Malang karena bukan untuk itu kita menaruh pengharapan pada Kristus. Malang karena Tuhan memanggil kita untuk mengiring Dia demi sesuatu yang jauh melampaui dunia ini. Malang karena telah berada pada jalan yang keliru -yang akan berujung pada akhir yang sesat pula.

Pada sisi lain, kita seharusnya menyadari bahwa kecukupan atau kelimpahan materi atas hidup seseorang atau suatu kaum tidaklah selalu merupakan tanda bahwa mereka diberkati oleh Tuhan. Ini diteguhkan melalui pesan-pesan firman yang keras khususnya kepada orang-orang yang kaya. Mungkinkah jika orang-orang kaya ini tergolong sebagai kelompok orang yang diberkati namun mendapatkan pesan serupa ini:

“Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Tim. 6:9-10)

“Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.
Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi
dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya” (1 Tim. 6:17-19)

“Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!
Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! 
Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir.
Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu.
Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan.
Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu” (Yak. 5:1-6)

“Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap” (Yak.1:11)

Dan jika semua orang yang berlimpah kekayaan memang orang-orang yang diberkati dalam hidup mereka, mengapa Yesus mengatakan bahwa mereka sukar masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat. 19:23-24)?
Dan bukankah Yesus juga mengatakan bahwa merengkuh seluruh dunia sekalipun akan sia-sia jika orang kehilangan nyawanya dalam kebinasaan kekal (Mat.16: 26)?

Sungguh, menjadi mulia, kaya dan mewah selama hidup di dunia BUKAN TANDA UTAMA bahwa seseorang diberkati Tuhan.
Ketidakpahaman kita akan hal ini dengan mudah dimanfaatkan oleh musuh-musuh Tuhan untuk menyimpangkan umat Tuhan mengikuti jalan-jalan dunia ini dimana anak- anak Tuhan maupun hamba-hamba Tuhan dibawa untuk fokus pada pengejaran hal-hal yang besar secara duniawi alih-alih mencari kehendak dan perkenan Tuhan.

Sejatinya, ada tanda yang lain yang menunjukkan seseorang hidup dalam berkat Tuhan yang sesungguhnya.


YANG LAZIMNYA TIDAK DIPAHAMI ANAK-ANAK TUHAN
Dalam Imamat 26 dan Ulangan 28 ada daftar janji Tuhan untuk memberkati umat-Nya dengan berkat-berkat jasmaniah selama hidup di bumi. Itu baru sebagian kecil dari sekian banyak janji penyertaan, perlindungan, pemeliharaan dan seterusnya (seperti misalnya dalam Mazmur 91 dan Yesaya 43) yang merupakan sabda-Nya secara pribadi.

Yang acapkali kita lupakan, semua berkat selama hidup di dunia itu diberikan dengan syarat dan selalu hanya diberikan dalam kondisi tertentu yang Tuhan kehendaki. Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:

Ulangan 7:12-  “Dan akan terjadi, KARENA KAMU MENDENGARKAN peraturan-peraturan itu serta MELAKUKANNYA dengan setia, MAKA terhadap engkau TUHAN, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setia-Nya yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu.
Ia akan mengasihi engkau, memberkati engkau dan membuat engkau banyak; Ia akan memberkati buah kandunganmu dan hasil bumimu, gandum dan anggur serta minyakmu, anak lembu sapimu dan anak kambing dombamu, di tanah yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepadamu.
Engkau akan diberkati lebih dari pada segala bangsa: …
TUHAN akan menjauhkan segala penyakit dari padamu, …
(Ul.7:12-15)

“JIKA kamu dengan SUNGGUH-SUNGGUH MENDENGARKAN PERINTAH yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, SEHINGGA KAMU MENGASIHI TUHAN, Allahmu, dan BERIBADAH KEPADA-NYA DENGAN SEGENAP HATIMU DAN DENGAN SEGENAP JIWAMU, MAKA Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu,
dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang” (Ul.11:13-15)

“Jika engkau BAIK-BAIK MENDENGARKAN SUARA TUHAN, Allahmu, dan MELAKUKAN DENGAN SETIA SEGALA PERINTAH-NYA yang kusampaikan kepadamu pada hari ini,
MAKA TUHAN, Allahmu, AKAN mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.
Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, JIKA engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu:” (Ul. 28:1-14).

“Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, BERTINDAKLAH HATI-HATI sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; JANGANLAH MENYIMPANG KE KANAN ATAU KE KIRI, SUPAYA ENGKAU BERUNTUNG, ke mana pun engkau pergi.
JANGANLAH engkau LUPA MEMPERKATAKAN kitab Taurat ini, tetapi RENUNGKANLAH ITU siang dan malam, SUPAYA engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab DENGAN DEMIKIAN perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung” (Yos.1: 7-8)


Ya, berkat-berkat hidup di dunia ini dicurahkan saat kita tidak hanya terhubung dengan Dia tetapi hidup beribadah kepada Tuhan, dengar-dengaran akan perintah-Nya, hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, tetapi hidup untuk mengasihi Tuhan dan mengabdi kepada-Nya dengan segenap hati dan jiwa.
Maksudnya, berkat kelimpahan materi merupakan  KELANJUTAN atau HASIL dari hubungan dan persekutuan kita dengan Tuhan.
Lebih lanjut, melampaui apa yang kita pikirkan selama ini, tanpa hubungan yang erat dengan Tuhan dimana kita melekat pada Dia maka berkat dari Tuhan tidak akan dicurahkan bagi kita. Hanya mereka yang berkomitmen untuk hidup berbakti atau mengabdi pada Tuhanlah yang akan menerima kenyataan janji-janji Tuhan itu. Bukan yang hanya sekedar rajin hadir dalam ibadah seremonial atau pelayanan yang bermotif kepentingan diri sendiri beberapa jam seminggu (yang mana Tuhan yang mahatahu mengetahui semua motif di dalam hati).

Berkat sejati dari Allah sejati diturunkan TERUTAMA bagi mereka yang beribadah dalam kesejatian dan ketulusan hati karena mengasihi Tuhan.

HIDUP DALAM BERKAT-BERKAT TERBAIK DARI TUHAN (BAGIAN 2) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *