HIDUP DALAM IMAN AKAN KEBANGKITAN KRISTUS (Bagian 1)

Oleh : Peter B, MA
Pertobatan adalah pergantian penguasa hidup.
Tidakkah kita akan melakukan sama banyaknya untuk penguasa hidup kita yang baru, Tuhan Yesus, sebagaimana yang pernah kita lakukan bagi hawa nafsu, sang penguasa hidup lama kita?
~ Charles Spurgeon
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma memberitahukan kita mengenai bagaimana kita diselamatkan melalui korban penebusan dalam Kristus:
Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
~ Roma 10:9
Sederhana sekali tampaknya. Terlalu sederhana, bahkan. Mungkin itu pula yang menjadikan banyak orang berpikir bahwa perkara menerima keselamatan itu sesederhana dan semudah menerima makanan gratis atau melakukan registrasi untuk mendapatkan bonus atau undian berhadiah. Cukup datang, mendaftar atau mengucapkan password dan Anda dapat pulang dengan membawa hadiahnya (dan tentunya setelah berfoto bersama pemberi hadiahnya).
Masalahnya adalah keselamatan dikerjakan tidak sesederhana itu. Rasul Paulus, dalam kesempatan yang lain, menyampaikan bahwa keselamatan merupakan rahasia atau misteri ilahi, yang diselidiki orang-orang kudus di segala zaman.
Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,
dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu,
supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga,
sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
(Efesus 3:8-11, ITB)
Ini diteguhkan pula oleh Petrus, rasul Kristus :
Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.
Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
(1Pet 1:10-12, ITB)
Jika kemudian itu keselamatan terasa mudah bagi kita, itu semua karena telah demikian banyak yang sudah Allah lakukan sebagai perancang keselamatan sejak mulanya. Kita bagaikan bayi yang terlahir ke dunia, menerima segala kasih sayang, dipelihara dan dipenuhi segala kebutuhannya, dirawat dan diurusi segala keperluannya, tanpa perlu mengusahakan dan mencari tahu lebih dahulu darimana semuanya itu berasal. Berdasar gambaran ini pula, ketika seorang anak beranjak dewasa (dalam naungan orang tuanya), ia diperintahkan menghargai dan menghormati orang tuanya, oleh karena banyak pengorbanan orang tua yang tak mungkin terbalaskan selama membesarkan dirinya. Begitu pula seharusnya kita terhadap Tuhan. Di awal kita menerima keselamatan, kita hanya mengetahui sedikit saja tentang yang Tuhan lakukan (atau lebih tepatnya ‘korbankan’) bagi kita. Namun seiring kita bertumbuh secara rohani, mata rohani kita seharusnya makin dicelikkan mengenai pekerjaan keselamatan yang telah Tuhan rencanakan sejak permulaan zaman ini.
Dengan mengetahui bagaimana sesungguhnya kita diselamatkan dan dipanggil menerima keselamatan itu, maka manusia roh kita diperkuat sehingga kita tidak dapat digeser dari pengharapan akan keselamatan itu :
Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya
~ Kolose 1:23
DUA SYARAT YANG MENJADI BAGIAN KITA
Dari nats Roma 10:9, ada dua hal yang disyaratkan atas kita untuk dilakukan supaya kita diselamatkan:
1) Kita harus mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, dan
2) Kita harus percaya dan yakin dalam hati bahwa Allah Bapa membangkitkan Yesus dari antara orang mati
Atas pekerjaan Allah untuk keselamatan kita, kedua syarat di atas sebenarnya adalah mengatakan ‘ya’ terhadap Dia. Orang harus mengatakan “ya” bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang sesungguhnya. Juga, hatinya harus mengatakan “ya” bahwa Yesus telah bangkit di antara orang mati. Terhadap kedua hal itu, seseorang harus setuju atau sepakat dengan Allah, baru ia menerima keselamatannya.
Kenyataan yang berlangsung selama ini cukup berbeda. Benar, mereka yang menerima keselamatan dalam Yesus mengakui di depan orang, bahkan banyak orang, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Tetapi bagaimana dengan syarat kedua? Siapakah yang bisa tahu seseorang sudah percaya dalam hatinya bahwa ia telah percaya bahwa Kristus telah bangkit? Bukankah itu sesuatu yang hanya diketahui oleh Sang Mahatahu?
Di sinilah kita seharusnya tidak terburu-buru berbangga diri apabila banyak yang mengaku menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat dalam suatu Kebaktian Kebangunan Rohani atau dalam suatu event penginjilan.
SYARAT PERTAMA, MENGAKUI BAHWA YESUS ADALAH TUHAN
Sebenarnya, ini syarat yang sederhana. Namun meskipun sederhana, sebenarnya tidaklah mudah seseorang menyatakan atau mengakui hal itu. Secara emosi bisa jadi itu mudah. Apalagi ketika seseorang diliputi kisah-kisah yang inspiratif disertai kesaksian mujizat yang dikerjakan Allah yang penuh cinta, atau ketika diperdengarkan suatu khotbah persuasif yang sangat menggugah, maupun pada saat seseorang larut suasana ibadah yang sangat mengharubiru jiwanya. Semua hal itu dapat dijadikan sarana untuk Roh Kudus berbicara kepada roh mereka, menerbitkan iman di hati mereka untuk kemudian menerima keselamatan yang dari Tuhan. Dan memang tidak ada seorang yang mampu mengakui Yesus itu Tuhan kecuali Roh Kudus bekerja dalam hatinya :
Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus.
~ 1 Korintus 12:3
Kesulitan mulai muncul ketika seseorang kemudian menjalani hidup sehari-hari dalam semangat dan cara yang sepadan dengan pengakuannya itu. Yesus bukan sekedar harus diakui sebagai Tuhan melalui ucapan kita di depan orang. Itu harus ditunjukkan melalui sesuatu yang lebih kuat daripada perkataan mulut kita : perbuatan-perbuatan kita. Di sanalah persoalannya. Mengakui Yesus sebagai Tuhan bukan sekedar menerima kenyataan bahwa Ia adalah Tuhan. Yakobus mengatakan bahwa pengakuan seperti ini bisa datang dari setan-setan sekalipun (lihat Yakobus 2:19) dimana pada kenyataannya tak satupun dari mereka bertobat atau tunduk pada kedaulatan Tuhan itu.
Mengakui Yesus sebagai Tuhan haruslah terwujud dalam bentuk suatu kehidupan yang ditundukkan pada kedaulatan dan pemerintahan Kristus. Bahwa kini Dialah sang penguasa hidup kita. Bahwa Dia gembala jiwa kita (1 Petrus 2:25) yang akan menuntun kita pada suatu kehidupan yang baru di dalam kelimpahan dan juga kebenaran sejati. Bahwa Dialah sekarang pemilik hidup kita, dimana kita yang telah ditebus adalah milik-Nya sendiri sehingga sudah seharusnya kita tak lagi memegang kendali atas hidup kita sendiri tetapi menyerahkan seluruhnya kepada Dia yang tahu yang terbaik dan akan membawa kita dalam rencana-Nya yang terbaik selama di dunia sekarang ini.
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
~ 1 Petrus 2:9
Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
~ 2Kor 5:15, ITB
Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus;
namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
~ Gal 2:19-20, ITB
Dengan demikian, syarat pertama dari bagian kita pada dasarnya mengharuskan kita menunjukkan bahwa pernyataan bibir kita bukan sekedar suatu kebohongan tetapi sesuatu yang lahir dari niat tulus di dalam hati untuk mulai saat itu, kita mengakui bahwa Yesus ialah Tuhan yang berdaulat atas hidup kita. Sejak saat itu pula kita menundukkan diri dalam kekuasaan-Nya di sepanjang sisa keberadaan kita di bumi hingga saatnya menerima keselamatan kekal nantinya.
Ini pula yang seharusnya disampaikan kepada orang-orang percaya yang baru. Setiap orang yang mengaku percaya seharusnya tahu benar apa konsekuensi dari ucapan mereka. Tanpa pengetahuan atau kesadaran mengenai hal ini, pertobatan seseorang dipastikan dangkal saja. Dalam waktu yang tak terlalu lama, ketika tekanan serta tantangan dari berbagai penjuru menghadang terkait hal-hal hidup sehari-hari maupun sehubungan konsekuensi imannya yang baru, maka dengan segera dan seringkali dengan mudahnya, seseorang bisa melepaskan kepercayaannya pada Yesus itu. Dan yang sangat menarik tentang hal ini, seseorang tidak selalu berganti kepercayaan (baca: agama) ketika ia melepaskan imannya pada Kristus. Ia bisa saja tetap menjadi seorang Kristen atau Katolik, tetapi sama seperti mereka yang beragama atau menganut kepercayaan lain, Yesus Kristus bukanlah penguasa dan pemimpin hidup mereka. Mereka hidup dan mati kembali, secara rohani. Mereka mengenakan tampilan yang baru tetapi pada dasarnya mereka tetap jiwa-jiwa yang mati. Sama seperti mereka yang tidak pernah menundukkan diri pada kedaulatan Kristus, mereka tidak pernah diubahkan dan lahir baru. Mereka masih manusia yang lama, padahal yang di dalam Kristus adalah ciptaan-ciptaan yang baru (2 Korintus 5:16).
Bayi-bayi yang baru dilahirkan adalah sosok-sosok tidak berdaya. Begitu pula jiwa-jiwa yang baru menerima Kristus. Bagai bayi-bayi, mereka rawan untuk menjadi lemah, sakit dan mati. Perlu orang-orang yang dewasa, yang dengan penuh kasih sayang merawat, menjaga, melindungi dan mengobati mereka pada saat-saat yang kritis dan lemah seperti ini. Tugas ini sejatinya dibebankan bagi anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang dipanggil untuk menjadi para pelayan yang dipanggil menjadi pengurus dan pembimbing jiwa-jiwa baru: para gembala dan konselor. Itu sebabnya, setelah penginjilan dilakukan para gembala sudah seharusnya menjalankan perannya memelihara dan menguatkan jiwa-jiwa yang baru percaya supaya mereka tidak kembali mati rohani tetapi menjadi manusia-manusia rohani yang bertumbuh semakin kuat dalam Tuhan.
Bagaimana dengan Anda?
Mari mengenang kembali saat-saat Anda berjumpa dengan Tuhan. Momen-momen dimana Anda mengakui Dia sebagai Tuhan dan penyelamat kita. Bagaimanakah pengertian Anda sampai hari ini tentang karya keselamatan dan tentang bagaimana Anda dapat diselamatkan? Masihkah Anda berpikir bahwa karena Anda telah mengucapkan pengakuan akan ketuhanan Kristus maka keselamatan menjadi milik Anda? Apakah keyakinan Anda bahwa sorga menjadi milik Anda dibangun di atas pemikiran bahwa terlepas dari apapun yang Anda lakukan dalam hidup termasuk tidak meneladani hidup Kristus, Anda tetap merasa berhak mendapat hidup kekal di sana?
Jika ada yang masih berpikir demikian, kemungkinan pondasi keimanannya belumlah mantap. Hidup dalam keselamatan merupakan hidup yang berbeda dengan hidup sebelum menerima keselamatan. Jika perbedaannya hanya dalam pengakuan kita saja, maka itu belumlah apa-apa dan tidak berdampak apa-apa. Kuasa keselamatan itu nyata pada saat kita yakin bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa penuh bukan saja atas alam semesta tetapi juga atas hidup kita –yang oleh karenanya kita menaklukkan diri sepenuhnya kepada kekuasaan dan pemerintahan-Nya.
Pengakuan kita harus terbukti jika itu bukan pengakuan yang didasarkan kebohongan, yang bisa terjadi karena kita salah memahami pesan Injil atau kita disesatkan oleh injil palsu yang secara keliru diberitakan kepada kita. Injil sejati harus jelas menyampaikan bahwa sebelum pengakuan dibuat, orang harus menyadari bahwa tidak ada Tuhan selain Yesus dan hanya Dialah penyelamat satu-satunya, dimana ia, oleh karena iman kepada Allah yang penuh kasih dan yang menyelamatkan itu kemudian menundukkan dirinya pada otoritas Kristus secara sukarela.
Menjadikan Yesus sebagai Tuhan yang sepenuh-penuhnya berdaulat atas hidup kita membutuhkan proses. Terkadang sangat lama. Membutuhkan bertahun-tahun. Tetapi kemajuannya seharusnya terlihat dan dapat dirasakan waktu demi waktu. Hal ini berbeda jika tidak tampak satupun perubahan atau yang terlihat hanya perubahan tampilan-tampilan luar yang rohani belaka.
Roh Kudus yang dianugerahkan pada kita bekerja dari dalam hati, menolong mengubah pikiran kita supaya tidak serupa lagi dengan dunia serta mengajar kita mengenali suara dan kehendak Tuhan setiap hari dalam hidup kita. Dan itu seharusnya dimulai di sejak saat pertama kita mengakui ketuhanan Kristus di hidup kita.
Kuasa Roh Kudus yang masuk di dalam hidup kita adalah kuasa yang mengubahkan dan membawa kehidupan. Itu sebabnya, pengakuan yang sejati, dari hati dan iman yang benar, pasti akan segera membawa perubahan atas hidup seseorang oleh kerja kuasa Roh Kudus. Dan perubahan itu semakin lekas terlihat nyata ketika seorang percaya mau hidup sebagai seorang murid yang mengikuti teladan seorang pembimbing atau mentor (yang biasanya adalah anak-anak Tuhan atau hamba-hamba Tuhan yang lebih dewasa, khususnya dengan karunia menggembalakan dan menasihati).
Ketika Yesus sungguh menjadi penguasa hidup kita, suatu kelegaan besar seharusnya memenuhi hati kita. Suatu perasaan bersih dan suci karena diampuni. Suatu sukacita dan damai sejahtera yang belum pernah kita rasakan kini mengalir di hati kita. Suatu kerinduan pun muncul di hati. Untuk mengasihi Tuhan dan tak lagi menyimpan kebencian,dendam dan sakit hati. Karena kesadaran akan dosa-dosa yang begitu banyak itu telah diampuni, kita pun mulai membagikan pengampunan. Itulah hidup yang baru, yang siap dijalani dengan cara yang baru, sudut pandang yang baru dan untuk melahirkan karakter-karakter yang baru serupa Kristus yang memimpin dan menyempurnakan iman kita.
Betapa ini jauh berbeda dengan injil masa kini!
Yang dipahami rasul-rasul yang melihat gereja mula-mula berdiri berbeda dengan yang sering kita dengar hari ini. Para percaya di Kisah Para Rasul mengetahui benar siapa yang mereka akui sebagai Tuhan dan Mesias.
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.”
~ Kisah Para Rasul 2:36
Ketika mereka mengakui Yesus sebagai Tuhan, mereka sebenarnya sedang mengaku mempercayai bahwa seorang manusia yang pernah hidup di antara mereka dan sebelumnya dipandang sebagai nabi yang bernama Yesus itu adalah Tuhan dan Pembebas Israel, sesuatu yang sangat bertentangan dengan yang dipahami oleh tua-tua dan pemimpin-pemimpin agama Yahudi waktu itu –yang memandang bahwa Yesus manusia biasa dan menganggap-Nya sebagai Tuhan merupakan penghujatan yang bsar. Dan konsekuensi bagi setiap yang mempercayainyapun terpampang di depan mata. Siapa saja yang mengikuti sekte baru itu harus diberantas karena dianggap menyebarluaskan kesesatan dari kepercayaan Yahudi.
Ketika Yesus berkata, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 10:32-33), Ia tidak memaksudkannya sebagai pengakuan sekilas dan singkat di depan sdikit orang dalam sebaris ucapan atau doa. Yang Ia maksudkan adalah pengakuan secara luas dalam hidup bahwa Dialah Tuhan atas mereka; pengakuan yang ditunjukkan melalui perkataan dan perbuatan yang bersesuaian dengan itu. Ya, pengakuan yang terucap harus keluar dari hati yang sungguh percaya dan lalu dibuktikan dalam perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kehendak Tuhan.
Sayangnya, hari ini tidak lagi demikian. Banyak yang menjadi Kristen dan mengaku percaya Yesus Tuhan hanya sekedar ingin mendapatkan jawaban atas persoalan hidup mereka yang berat atau mencari berkat serta kemudahan atau kesuksesan dalam hidup. Ini tidak sepenuhnya salah, tetapi motivasi yang keliru ketika bertemu dengan pesan injil yang tidak murni, sejatinya membuat persyaratan pertama dari pihak manusia untuk menerima keselamatan tidak terpenuhi. Dan jika ini belum terpenuhi, maka tidak salah jika dikatakan bahwa mereka yang belum menjadi Kristus sebagai Tuhan dan penguasa hidup mereka, berada dalam ketidakpastian keselamatan.
Kiranya hari ini kita tahu dengan pasti dan jujur bahwa Yesus Kristus ialah penguasa satu-satunya di hidup kita! Bahwa kita adalah milik-Nya dan hidup kita adalah bagi-Nya. Dengan sikap hati yang senantiasa tunduk dan taat pada kehendak kedaulatan-Nya atas kita!
(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *