Oleh: Bpk. Peter B, MA
Indonesia memiliki tradisi menghormati orang tua dan para pemuka agama. Mereka dipandang sebagai figur² berotoritas bahkan wakil Tuhan bagi kita.
Hanya saja haruslah diakui bahwa kita semua tetaplah manusia biasa -terlepas dari predikat apapun di dunia. Manusia yang memiliki keterbatasan, kelemahan dan masih sering berbuat dosa atupun salah. Tidak seharusnya kita memandang seseorang atau beberapa orang dengan kedudukan yang tinggi sebagai orang yang sangat pantas menerima penghormatan yang begitu tinggi dengan menafikan setiap kekurangan dan kelemahannya sebagai manusia.
Itu sebabnya, nilai seorang manusia TIDAK DAPAT DINILAI DARI JABATAN ATAU POSISI SOSIALNYA saja. Sebab memegang otoritas rohani tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas rohani seseorang. Fakta-fakta Alkitab malah kerap menunjukkan bahwa pemuka agama seringkali merupakan oknum-oknum yang korup dan penuh kemunafikan.
Yesus tampil membalikkan semua stereotipe yang ada di pikiran banyak orang Yahudi waktu itu. Dia tidak berpendidikan, tidak diketahui menuntut ilmu agama di mana, tampilannya seperti orang kebanyakan tanpa jubah dan pakaian yang agamis tetapi justru memiliki pengetahuan yang dalam dan murni daripada pemimpin² agama waktu itu. Yesus mengajar dengan penuh kuasa, menyampaikan pesan² yang murni dan menunjukkan betapa dalam pengenalannya akan Allah Bapa di sorga.
Kualitas rohani Yesus tidak didasarkan pada penampilan luar. Yesus menunjukkan bobot dan isi daripada kulit. Ia menunjukkan bahwa demikianlah seharusnya hamba² Tuhan dan pemimpin² rohani membawa dirinya. Bukan jabatan dan tampilan-tampilan agamawi yang utama, tapi kehidupan dan pelayanan yang menyatakan pribadi Kristus dan membawa kemanapun ia pergi suatu sentuhan ilahi.
Bagaimana dengan Anda?
#Hati2Agamawi
#JanganFokusJabatanDanTampilan
#BenarVsHampirBenar