Tidak dapat dipungkiri, hukum-hukum agama telah berhasil dimanfaatkan oleh manusia untuk mengelabui manusia yang lain dan menjadi posisi tawarnya di hadapan Tuhan. Atas nama telah menjalankan perintah agama ini dan itu, orang merasa dirinya lebih baik, lebih tinggi, lebih benar, lebih saleh, lebih rohani dan lebih dapat diterima oleh Tuhan. Nama Tuhan dan firman-Nya ‘dicatut’ semata-mata demi mendukung dan melancarkan orang untuk mencapai kepentingan & tujuan pribadinya. Atas nama Tuhan orang melakukan hal-hal yang sesungguhnya tidak mungkin diperintahkan atau dilakukan Yang Mahakudus itu. Demi nama Tuhan yang benar disebut salah, halal menjadi haram, lurus dianggap bengkok dan sebaliknya. Agama dalam perkembangannya selama ribuan tahun telah terbukti berhasil dijadikan undang-undang pendukung hawa nafsu, dosa dan kebodohan orang-orang yang mempelajari agama demi memanfaatkannya untuk kepentingan-kepentingan egois nan duniawi. Itukah sebabnya semakin mendalami agama, bukannya menjadi bijak karena berhubungan dengan Sang Hikmat, tapi justru makin nampak kebodohan yang tak terkatakan. Dalam menggunakan agama bukan untuk mencari Tuhan, orang menjadi makin keras dan jahat dalam dosa-dosa yang besar.
Kiranya kita dijauhkan dari semua itu…