IKUT YESUS ITU TIDAK MENCINTAI DUNIA

Salah satu problem yang menghalangi
pertumbuhan rohani adalah masih kuatnya pengaruh dunia dalam hidup anak-anak
Tuhan. Pengaruh dunia ini bagikan semak duri yang menghimpit benih firman
sehingga tidak dapat menghasilkan buah (Matius 13:22; Markus 4:18-19; Lukas
8:14)
Karena pada dasarnya kita sebagai umat
Tuhan masih hidup dan menggunakan fasilitas yang ada di dunia, berinteraksi
setiap dengan berbagai macam orang-orang dunia yang mayoritasnya masih belum
mengenal Tuhan kita, Yesus Kristus, maka secara langsung maupun tidak langsung
kita dipengaruhi oleh berbagai sistem kehidupan, pola pikir, budaya bahkan
trend yang terus menerus dirasakan dalam hidup sehari-hari. Tanpa pondasi dan
bahan-bahan pembentuk iman yang kokoh maka anasir-anasir dunia akan menggerus
dan mengeroposi bangunan hidup rohani kita.
Menyaksikan setiap waktu melalui
berbagai sumber informasi yang hampir-hampir tak terbatas hari ini, setiap anak
Tuhan menghadapi kenyataan-kenyataan dalam dunia yang semestinya disikapi
dengan tepat dan bijak. Waktu demi waktu, jam demi jam, kita seolah dipaksa
membuat pilihan. Apakah kita akan mengikuti cara dan gaya hidup dunia ini atau
memilih mengikut gaya hidup yang diperintahkan Kristus? Apakah kita akan
kompromi dan mulai mencicipi tawaran menggiurkan dunia ini atau menegaskan
kembali komitmen kita untuk hidup dalam cara yang dikehendaki Bapa di sorga?
Mendapati orang-orang yang tidak
mengenal Tuhan, bahkan yang hidupnya dijalani dalam kefasikan tetapi berkeadaan
lebih baik (secara jasmaniah) daripada hidup anak-anak Tuhan bisa membuat hati
kita ragu mengiring Tuhan. Juga ketika melihat mereka yang curang, culas,
jahat, hidup dalam dosa justru terlihat menjalani hidup yang mewah dan nyaman,
tanpa sadar dapat melemahkan komitmen kita pada Tuhan. Begitupun saat melihat
orang-orang yang tidak peduli pada Tuhan, yang tidak mengenal-Nya atau memiliki
hubungan dengan-Nya namun tampak memiliki kehidupan yang tenang dan nyaman
sanggup mempengaruhi pikiran anak-anak Tuhan sehingga beranggapan bahwa itulah
hidup terbaik yang perlu diinginkan selama di dunia.
Iblis menggunakan dunia dan segala
isinya sebagai daya tarik bagi manusia. Ia menjadikan kehidupan dunia tampak
luar biasa khususnya bagi yang mencari kenyamanan selama hidupnya di dunia.
Tujuannya tidak lain ialah memikat hati manusia untuk menghabiskan tahun-tahun
hidupnya terpusat dan tersedot pada perkara-perkara duniawi semata. Yang jika
itu terjadi, si jahat dapat membuat manusia melupakan Tuhan, pencipta mereka,
(atau setidaknya tidak serius menjalin hubungan dengan Tuhan) sehingga ketika
kematian menjemput mereka maka entah mereka binasa selama-lamanya atau
kehilangan upah yang besar karena hidupnya diboroskan untuk hal-hal yang fana.
Orang yang mendua hati, yang
berkeinginan ikut Tuhan tetapi juga masih mendambakan kehidupan duniawi,
umumnya akan jatuh dalam hal memanipulasi firman Tuhan. Ia akan menafsir dan
memahami firman Tuhan bukan dengan pimpinan Roh Kudus yang menyatakan isi hati
Allah dan memuliakan-Nya tetapi dengan mencocokkan dan melakukan penyesuaian
ayat-ayat Alkitab dengan prinsip dan pandangannya yang masih tercampur hasrat
akan perkara-perkara dunia. Tidak heran kemudian berkembang pengajaran yang
menekankan tentang kemakmuran anak-anak Tuhan, yang sebenarnya lebih berpusat
pada diri manusia daripada kepada Tuhan sendiri. Orang-orang Kristen yang lemah
imannya dan yang masih ingin menikmati hal-hal duniawi segera terseret dalam
kesesatan dengan meyakininya sebagai kebenaran firman. Sangat disayangkan.
Panggilan kita adalah mencari yang
sorgawi, bukan duniawi
Benar bahwa kita masih hidup di dunia
dan dalam tubuh jasmaniah dengan segala kebutuhan maupun keinginannya.
Namun setelah mengenal Tuhan, kita
dipanggil untuk :
– memikirkan perkara yang di atas, bukan
yang di bumi (Kolose 3:1-3)
– mencari dahulu perkara-perkara dari
Tuhan sebagai prioritas hidup daripada mencari hal-hal kebutuhan jasmaniah
(Matius 6:33)
– tidak menjadi serupa dengan dunia tapi
mengubah pola pikir kita (Roma 12:2)
– mempersembahkan diri kita dalam suatu
kehidupan yang kudus dan menyenangkan hati Tuhan (Roma 12:1)
– menyangkal diri, memikul salib dan
berjalan mengiring Tuhan (Matius 16:24)
– hidup sebagai ciptaan baru dan
mengenakan sifat-sifat manusia baru (2 Korintus 5:17; Efesus 4:20-24; Kolose
2:6-7; 3:5-10)
– hidup dalam misi atau melaksanakan
amanat agung yaitu menjadi saksi, berbuah-buah dan dalam posisi sebagai anggota
tubuh Kristus yang melaluinya kita menjadi saluran keselamatan dan
berkat bagi dunia (Kisah Rasul 1:8;
Matius 28:18-20; Yohanes 15:8; Roma 12:3-21).
Inilah semua yang harus dipikirkan dan
dipertimbangkan setiap orang yang hendak mengikut Yesus Kristus sebagai juru
selamat dan Tuhan. Ia harus tahu bahwa hanya dengan menyerahkan hidup kepada
Kristus saja hidupnya tidak akan binasa, bahkan ia memiliki makna serta tujuan
hidup yang baru, yang menjadikan hidupnya selama di dunia tidak sia-sia tetapi
berdampak hingga keabadian baik untuk dirinya sendiri maupun orang-orang yang
disentuh Tuhan melalui hidupnya.
Memutuskan untuk mengiring Kristus
berarti mencintai Tuhan, bukan dunia. Itu pun berarti mengasihi Tuhan di atas
segalanya, melampaui apapun yang ada di dunia. Menaruh pengharapan pada yang
tidak kelihatan dan yang akan datang, bukan pada dunia yang ada sekarang ini.
Hidup dengan mata iman, bukan dengan mata jasmani saja.
Mata jasmani melihat dunia dan terpikat
padanya. Saat mengamati kehidupan duniawi, mereka yang hanya melihat dengan
mata jasmani akan tertarik menikmatinya. Tapi mereka yang tercelik mata
rohaninya tahu bahwa “orang-orang yang tidak mengenal Allah…  pikirannya yang sia-sia …  pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup
persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena
kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka
menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam
kecemaran” (Efesus 4:17-19)
Meski ada hal-hal yang baik yang dapat
dihargai di dunia ini, namun karena dunia ini akan berlalu maka semua yang baik
itu pada akhirnya akan menjadi kesia-siaan belaka. Hanya yang dilakukan di
dalam Tuhan dan bagi Tuhan saja yang akan tinggal tetap selama-lamanya.
Hari ini, biarlah kita menjadi sadar
sepenuhnya, sesadar-sadarnya, bahwa kita memang dipanggil hidup secara berbeda
dengan orang-orang yang dunia ini yang tidak mengenal Tuhan.
Tuhan memerintahkan dengan jelas pada
setiap orang yang ingin mengikut-Nya:
Masuklah melalui pintu yang sesak itu,
karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan
banyak orang yang masuk melaluinya;
karena sesaklah pintu dan sempitlah
jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
~ Matius 7:13-14
“Berjuanglah untuk masuk melalui
pintu yang sesak itu!
Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha
untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.
~ Lukas 13:24

Mengikut Kristus adalah perjuangan.
Perjuangan melawan godaan dunia dan menjalani hidup yang mudah seperti orang
yang tidak mengenal Allah. Mengiring Tuhan berarti memasuki pintu yang sesak
dan menapaki jalan yang sempit. Tapi ujungnya menuju kehidupan dan kemuliaan.
Jalan-jalan dunia ini lebar pintunya,
luas jalurnya serta banyak lagi ramai yang melaluinya. Tetapi ujungnya ialah
kebinasaan selama-lamanya.
Manakah yang Anda pilih?
Biarlah kiranya lirik lagu pujian
anak-anak zaman dulu ini menemani perenungan dan doa Anda:
Di dalam dunia
Ada dua jalan
Lebar dan Sempit
Mana kau Pilih
Yang lebar api
Jiwamu mati
Tapi yang sempit
Jiwa berglory
Tuhan memberkati setiap kita yang
melakukan petunjuk dan perintah-Nya!
Dalam terang Firman-Nya,
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *