INGAT TUHAN HANYA KETIKA SUSAH?


Menyaksikan rekaman video bencana gempa dan tsunami di Palu
dan sekitarnya akhir-akhir ini, kita dapat merasakan betapa besar kengerian
yang dialami para saksi mata yang melihat dan mengalami secara langsung
peristiwa tersebut.

Dalam kepanikan dan cenkeraman ketakutan, hampir semua yang
merekam peristiwa itu menyebut-nyebut dan memanggil-manggil nama Tuhan yang
mereka sembah selama ini. Dan ini bukan sesuatu yang aneh. Mengalami secara
langsung bagaimana alam ciptaan Tuhan mengamuk dan memporak porandakan manusia
dan benda-benda buatannya, orang akan merasa betapa kecilnya ia di hadapan Sang
Pencipta Alam Semesta.

Pada sisi lain, dalam keadaan antara hidup dan mati yang
sangat mendesak, manusia mungkin akhirnya sampai pada titik kesadaran bahwa ia
memerlukan sesuatu yang lebih besar daripada apapun yang dapat diandalkannya
sebelumnya. Hampir selalu dalam keadaan tertekan dan jalan buntu, manusia
selalu kembali ingat akan Tuhan.

Pada dasarnya, bukan sesuatu yang salah untuk datang dan
berseru pada Tuhan pada saat mengalami kesesakan atau terhimpit beban hidup.  Allah
kita adalah Allah yang menyatakan diri sebagai penolong, pembela, penyedia,
penjaga, penyembuh, juga yang memberkati, yang mencukupi, yang memelihara. Ia
pun memanggil setiap mereka yang letih lesu dan berbeban berat datang
kepada-Nya, supaya Ia dapat memberikan mereka kelegaan serta kekuatan yang baru
(Matius 11:28; Yesaya 40:31). Dan sebagai penolong dalam kesesakan, Ia sudah
sangat terbukti (Mazmur 46:1).

Yang perlu kita pertanyakan dan renungkan lebih lagi
terkait sifat manusiawi kita ialah ketika kita HANYA datang kepada Tuhan di
saat kita memerlukan sesuatu atau membutuhkan pertolongan dari-Nya. Maksudnya,
apabila kita hanya ingat kepada-Nya di kala keadaan susah penuh permasalahan
namun melupakan Dia ketika hidup kita lancar dan terasa baik-baik saja.

Mari memeriksa hidup kita. Di hari-hari kita terasa baik,
beruntung, mujur dimana senyum dan tawa tersungging di bibir kita -apakah kita
mengingat Tuhan? Ingatkah kita untuk menyebut nama-Nya? Mengingat-ingat bahwa
semua kebahagiaan yang kita rasakan berasal dari-Nya? Sempatkah bibir kita
memuliakan nama-Nya, mengucap syukur dan menyaksikan cinta-Nya kepada yang lain?

Kebanyakan orang tidak begitu. Hanya satu dari sepuluh
kusta yang kembali dan mengucap terima kasih pada Yesus. Sembilan yang lain
melupakan Tuhan ketika hidup mereka telah normal kembali.

Ini tak terkecuali terjadi atas mereka yang menyebut diri
sebagai anak-anak Tuhan sekalipun. Masih sering kita melihat orang berdoa,
berpuasa, datang beribadah, rajin menyembah dan memuji Tuhan bahkan aktif di
gereja bahkan membuat Nazar hanya ketika mereka sedang membutuhkan sesuatu
berkat atau supaya mereka segera terbebas dari penderitaan hidup. Selebihnya,
mereka kembali lupa kepada Tuhan dan larut dalam kesenangan dan kenyamanan
hidup mereka sendiri. Menjalani dan menikmati hidup seolah-olah Tuhan tak lagi
penting atau bahkan tidak ada.

Beberapa kali, berkat kemajuan media sosial saat ini, saya
terhubung kembali dengan teman-teman lama. Ada teman-teman sekolah dulu. Ada
juga kenalan-kenalan yang telah lama tidak tahu kabarnya. Beberapa di antara
mereka menghubungi saya secara pribadi. Meski semula mengejutkan karena apa
yang mereka sampaikan, setelah beberapa kali, saya menjadi lebih terbiasa.
Yaitu motif mereka menghubungi saya secara pribadi adalah karena butuh
pertolongan, khususnya dalam bidang keuangan. Sebagian yang lain karena ingin
memasarkan produk (biasanya asuransi) yang dijualnya. Ada pula yang menghubungi
pribadi meski baru kenal di media sosial dengan tujuan yang sama.  Seringkali,
tanpa repot-repot menanyakan kabar saya, keadaan saya atau keluarga saya,
mereka tanpa terlalu sungkan menyampaikan kehidupan mereka sekarang bersama
permasalahannya. Lalu menutupnya dengan permintaan meminjam uang atau mendapat
bantuan dana. Hampir selalu kemudian saya sampaikan bahwa saya sekarang ini
hidup dengan iman sebagai hamba Tuhan. Itu sebabnya dari keuangan bukan
merupakan berkat yang bisa saya bagikan secara luas bagi mereka yang membutuhkan
bantuan dana.  Dijawab demikian, putus dan berakhirlah sudah kontak
dengan teman atau kenalan tersebut.

Setelah itu, saya biasanya melihat ke hati saya sendiri dan
memeriksa apa yang saya rasakan. Perasaan apa yang muncul di batin saya saat
memperoleh pengalaman sedemikian. Jujur saja, saya merasa kecewa. Rasa senang
karena kembali kontak dengan teman lama serta kenangan akan saat-saat yang lalu
lenyap tidak lama setelah hati terasa kecewa karena kenyataan bahwa saya hanya
dihubungi ketika mereka butuh sesuatu. Dan jika saya tidak dapat membantu
memenuhi kebutuhan itu, saya pun ditinggalkan dan bukan siapa-siapa bagi mereka.

Saya yakin perasaan yang sama dialami oleh orang tua yang
hanya didatangi anaknya karena perlu sesuatu dari mereka. Jika tidak ada
keperluan seperti minta uang saku atau lainnya, sang anak tidak pernah
menanyakan kabar orang tuanya, tak mau peduli keadaan ayah bundanya, acuh tak
acuh ketika ia diminta memberikan bantuan bagi mereka.  Tentu orang
tua yang mengerti ukuran yang benar akan gelisah mengetahui yang demikian.
Wajar meminta sesuatu pada orang tua. Tapi pasti ada yang salah jika mencari
orang tua hanya pada saat butuh tanpa peduli dengan apapun yang ada di pikiran
dan di hati orang tua.

Firman Tuhan memerintahkan kita untuk:

“Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum
tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak
ada kesenangan bagiku di dalamnya!” (Pengkhotbah 12:1)
Dan nats di atas berlanjut dengan ayat-ayat selanjutnya
yang menggambarkan supaya tidak mengingat Tuhan ketika tiba masa-masa yang
kelam, sukar, gelap dan berat.

Itu menjelaskan mengapa masa muda adalah masa yang paling
tepat bagi seseorang untuk mengingat dan mengenal Tuhan, memiliki hubungan
dengan Dia. Itu karena masa muda adalah masa terbaik, dimana keadaan seseorang
masih segar dan sehat -suatu masa dimana Tuhan berkenan dan senang untuk
diingat dan dihubungi, untuk didekati demi suatu persahabatan dengan-Nya. Tuhan
ingin diingat bukan hanya pada saat kita sedang bermasalah. Ia ingin dihubungi
karena kita terpesona dengan pribadi-Nya dan rindu selalu memiliki hubungan
dengan Dia.

Mengingat seseorang hanya di kala susah, bukan hanya
menjadikan yang diingat dan dicari menjadi enggan dan kecewa karena merasa
dimanfaatkan saja. Mencari Tuhan hanya pada waktu butuh sesuatu dari-Nya pada
dasarnya berpotensi juga melemahkan iman kita. Lebih-lebih jika kemudian kita
tidak mendapatkan apa yang kita harapkan itu dari Tuhan. Hubungan kita akan
semakin renggang saat kita menghubungi Tuhan sebagai sikap coba-coba dalam
mencari pertolongan dari Tuhan, dimana Tuhan kita posisikan sebagai salah satu
alternatif solusi yang siapa tahu bisa menolong kita.

Jika persoalan kita dijawab, tanpa hati yang memang sungguh
mencari Tuhan dan tahu berterima kasih seperti pada umumnya manusia, kita
segera akan lupa kebaikan Tuhan. Sebaliknya, jika kita tidak menerima jawaban,
kita segera mencari solusi lain dan melupakan Tuhan sama sekali.

Ini seperti kutipan dari John Piper yang baru-baru ini kita
baca: “Anda harus menjaga dan memelihara kepercayaan Anda ketika
Anda tidak berada dalam krisis. Jika kita menunggu sampai krisis melanda, kita
tidak akan memiliki sumber daya atau kedalaman yang diperlukan untuk
mempertahankan iman dengan baik”

Hanya yang berpengalaman dengan Tuhan menghadapi singa dan
beruanglah yang akan yakin raksasa Goliat akan tumbang pula di hadapan Tuhan!

Ya. Kita harus berjalan bersama Tuhan setiap hari. Saat ada
keperluan maupun tidak. Saat terdesak ataupun tanpa tekanan. Dari semua
pengalaman itu, kita akan mengenal Dia dan merasakan pengalaman berjalan
bersama-sama dengan Dia. Belajar mengandalkan Dia dalam hal-hal kecil. Waktu
demi waktu merasakan betapa Tuhan mengasihi, memperhatikan, dan senantiasa ada
bersama kita. Dari sana kita akan dengan mudah percaya bahwa Ia pasti akan
menjaga kita dalam situasi-situasi yang lain, yang lebih berat dan menekan
sebab kita tahu siapa yang kita andalkan. Sama seperti seorang pembalap yang
tahu benar kendaraan yang ia tumpangi atau pemain akrobat yang yakin bahwa tali
yang dipijaknya atau yang menjadi pegangan ia bergelantungan dapat menahan
beban tubuhnya -terlebih lagi seseorang yang telah terbiasa dan melatih
otot-otot rohaninya mencari dan berjalan dengan Tuhan setiap hari. Pada
saat-saat yang sukar, Ia akan mudah kita temui karena kita tahu dimana dan
bagaimana menemui Dia. Dan kita pun tidak malu atau menjadi takut meminta
pertolongan-Nya, melainkan dengan kayakinan dan keberanian kita datang oleh
sebab kita adalah sahabat-sahabat dan keluarga-Nya. Pastilah Ia dengan senang
hati menolong kita sebab kita bukan orang asing bagi-Nya, tetapi orang-orang
yang memang mencintai-Nya dan berada di pihak-Nya. Keyakinan diri yang semacam
itu sulit dimiliki mereka yang memang sejak semula jarang berjalan dengan Tuhan
secara pribadi.

Mulai hari ini, carilah Tuhan DI SEGALA WAKTU DAN DI SEGALA
MUSIM KEHIDUPAN. Meski Ia dengan senang hati menolong orang yang berseru dan
berlari kepada-Nya, Tuhan jauh lebih menghargai mereka yang tidak mengingat Dia
hanya ketika perlu. Tidak akan ditahan-Nya kebaikan, pertolongan dan berkat-Nya
bagi orang-orang yang mencari Dia karena mengasihinya. Bukan hanya mengadakan
hubungan dengan Dia ketika memerlukan pertolongan.

Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan
kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak
bercela.
Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya
kepada-Mu! (Mazmur 84:12-13)
Ingatlah akan Tuhan, jalinlah hubungan karib dengan Dia  bukan
karena berkat-berkat yang Anda butuhkan dan yang Ia bisa berikan. Anda harus
mencari Dia karena Dialah yang telah mengasihi Anda dan kini menjadi yang
terkasih di hati Anda. Dia harus menjadi alasan dan arti bagi hidup Anda.
Carilah Dia dan jangan pernah lepaskan. Sebab tanpa Dia, Anda bukan siapa-siapa
dan tidak dapat berbuat apa-apa.

Panggil nama-Nya sesering yang dapat Anda lakukan. Katakan
bahwa Anda mengasihi Dia dan rindu mengenal lebih lagi akan Dia.

Maka Ia pasti menggenapi janji-Nya:

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33)
“Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan
meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.
Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan
menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya”
(Mazmur 91:14-15)
Tuhan memberkati setiap kita yang melakukan petunjuk dan
perintah-Nya!

Dalam terang Firman-Nya,
Peter B

Hamba sahaya di ladang Tuhan

One thought on “INGAT TUHAN HANYA KETIKA SUSAH?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *