JALAN (THE PATH) – BAGIAN 28

Oleh : Rick Joyner
(Diterjemahkan dari buku “The Path: Fire on the Mountain”)

BAB SEBELAS
ALASAN (2)

 “Kau pernah mengatakan bahwa dirimu merasa canggung dalam hubungan-hubungan yang bersifat pribadi.  Itulah akar dari rasa malu itu, tapi menurut aku ketidaknyamananmu bukanlah tipe karena kurangnya kepercayaan diri,” William mengamati.  “Kupikir beberapa di antara kita ini telah menjadi pemimpin ribuan orang dan sekarang bersama kelompok kecil lagi. Aku telah mengamati bahwa mereka yang merasa nyaman berbicara kepada banyak orang sering kali malu berbicara dalam kelompok kecil.  Mereka yang mungkin merasa tidak nyaman berbicara dengan kelompok besar dapat merasa nyaman dalam kelompok kecil.  Itu adalah karunia yang berbeda.”
 “Aku tahu itu memang benar.  Aku sangat nyaman berbicara dengan kelompok besar, dan merasa canggung dalam kelompok kecil, tetapi aku lebih menikmati kelompok kecil bahkan jika aku merasa lebih tidak nyaman dengan mereka.”
 
“Aku juga telah mengamatimu bersama Elia.  Ketika kami mengetahui siapa dia, kami semua diam dan merasa terintimidasi, kecuali mungkin Mary.  Bahkan Mark sedikit mengintimidasi kami ketika kami melihat karunianya.  Tapi dirimu tampaknya merasa cukup nyaman bahkan dengan Elia, ”lanjut William.  “Sebanyak-banyaknya aku pernah telah berada di sekitar orang-orang yang berkuasa, aku harus mengakui bahwa aku masih memiliki perasaan segan terhadap mereka. ”
 “Aku telah mengenal banyak orang yang sukses dan berkuasa dari banyak bidang, jadi aku terbiasa berada di sekitar orang yang berpengaruh besar, tetapi kupikir ada hal lain yang membantuku untuk tidak takut pada orang lain.  Aku telah telah melihat Sang Raja sendiri, dan sulit kemudian untuk terkesan akan siapa pun ketika engkau telah melihat-Nya,” jawabku.
 “Aku rasa engaku ini rendah hati.  Kupikir engkau rendah hati dalam suatu cara yang baik yang membuatmu mencari Tuhan dan bergantung pada-Nya, ” lanjut William. 
“Kuharap kau benar.  Bagaimana bisa orang melihat Sang Raja dan tidak merasa rendah?  Aku bertanya-tanya apakah kurangnya rasa seganku pada orang lain hanya sekedar suatu kesombongan, dan aku melihat banyak kesombongan dalam hidupku sehingga aku tidak ingin menunjukkan itu.  Tetapi aku dengan tulus ingin memiliki jenis kerendahan hati yang berkenan di hadapan Tuhan.  Aku tahu aku membutuhkan kasih karunia-Nya, dan aku pikir kasih karunia-Nya yang memungkinkan aku untuk melihat-Nya
 sebanyak yang aku pernah kualami.”
 “Merupakan keuntungan besar telah melihat kemuliaan Tuhan.  Bagaimana aku bisa berpikir terlalu tinggi diri aku sendiri atau ingin perhatian orang lain padaku setelah aku melihat Dia?  Di hadapan Anak Domba bahkan dua puluh empat tua-tua melemparkan mahkota mereka di kaki-Nya.  Siapa yang bisa berpikir dirinya layak dimuliakan atau diperhatikan di hadapan hadirat-Nya?  Siapa yang bisa memikirkan tentang kepemimpinan di hadapan Raja dari segala raja?  Di hadapan-Nya tidak akan pernah ada kebanggaan.”
 “Aku juga telah melihat orang-orang yang besar di gunung itu.  Aku telah mempelajari hal-hal luar biasa dalam sejarah dan dalam Kitab Suci.  Kita masih harus menempuh jalan panjang untuk menyamai mereka yang telah mendahului kita, tapi tak lama lagi beberapa yang terbesar dari semuanya akan muncul dalam kematangan penuh dari semua yang telah mendahului mereka.  Beberapa dari mereka di kelompok kecil ini mungkin adalah orangnya.”
 “Apakah engkau diberitahu tentang ini atau ini berasal nubuatan dalam Alkitab?”  William bertanya.
 “Keduanya.  Tuhan telah menyimpan anggur terbaik-Nya untuk yang terakhir, untuk akhir zaman ini.  Bahkan jika kita berhasil berjalan dalam kepenuhan dari apa yang akan datang, untuk memikirkan tentang kemuliaan atau posisi setelah melihat Dia akan menjadi sesuatu yang lebih tidak pantas dari apapun yang dapat kupikirkan.  Seperti yang kukatakan, aku telah bertemu dengan banyak pemimpin besar dunia dan orang-orang sukses, dan aku mencoba memberikan kehormatan kepada siapa kehormatan itu berhak, tetapi sulit untuk terkesan dengan siapa pun setelah engkau melihat Sang Raja.  Bahkan lebih sulit lagi untuk terkesan dengan dirimu sendiri.
 “Aku juga ingin jujur mengenai kekurangan dan kesalahanku sendiri pada orang yang aku pimpin.  Kita harus membangun segalanya dalam persekutuan ini di atas kebenaran.  Apa yang aku bagikan tentang diriku adalah apa adanya.  Mungkin kurangnya harga diri atau merasa layak yang membuat aku ngeri ketika orang memberiku terlalu banyak perhatian, tapi juga perasaan bahwa mereka tidak akan melihat Tuhan jika mereka terlalu banyak melihat kepada diriku.  Aku mengerti bahwa ini mungkin wajar untuk sementara waktu, tetapi jika hal semacam itu terus berlanjut aku gagal pada hal utama dalam panggilanku— untuk memimpin orang kepada Raja.
 “Seorang pemimpin gerakan besar pernah mengatakan kepadaku bahwa aku tidak akan pernah menjadi pemimpin yang sukses karena aku tidak memiliki ‘bulu halus’ yang bisa menarik orang pada diriku.  Itu mungkin benar, tapi aku tidak ingin menarik orang kepadaku.  Itu sebenarnya adalah pemikiran yang mengerikan bagiku.  Tujuanku adalah untuk berhasil dalam pekerjaan yang telah diberikan kepadaku, dan tugas itu adalah mempersiapkan mereka bagi pengabdian pada Sang Raja dan untuk mengikut Dia.  Tujuan pribadiku adalah mendengar pada Hari Penghakiman yang agung itu, ‘Baik sekali perbuatanmu,  hamba yang baik dan setia.”
 “Aku tahu itu mungkin terdengar keras untuk diterima, tetapi ketika aku melihat Raja, aku tahu tidak ada panggilan yang lebih tinggi daripada ini — untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan dan untuk memimpin umat-Nya kepada-Nya.  Tidak ada sukacita dan kepuasan yang lebih besar dari ini. Aku kadang-kadang merasa sedih karena tekanan yang selalu datang karena berada pada posisi-poisis yang berada di luar kemampuanku, tetapi aku tahu betul bahwa ini adalah pekerjaan terhebat dari yang pernah dimiliki siapa pun juga.  Karena Dia menempatkan aku di sini, aku tahu Dia akan menyediakan apa yang aku butuhkan.  Aku juga telah belajar bahwa identitas dan nilai aku bukan pada posisiku di hadapan manusia, tetapi posisiku di dalam Dia.”
 “Jadi, engkau tidak pernah merasa terancam oleh mereka yang menginginkan posisimu?”
 “Aku meyakinkanmu bahwa aku mungkin akan memberikannya dengan begitu mudah jika itu adalah hakku untuk memberikannya.  Tetapi karena ini telah ditugaskan kepadaku, aku hanya bisa melepaskannya jika itu diperintahkan oleh Dia yang memberikannya kepadaku.  Jika aku melakukan tugasku ini dengan baik maka penyerahan tugas itu akan datang lebih cepat lagi, jadi aku akan bersukacita saat itu terjadi.”
 “Aku minta maaf untuk terus mendesakmu tentang ini, tetapi ini adalah jenis kepemimpinan yang sangat asing bagi seluruh pengalamanku sehingga aku tidak dapat berhenti memikirkannya. Aku melihat kebijaksanaan, kedamaian, dan ketenangan itu akan datang dari ini.  Aku melihat bagaimana jenis otoritas kerajaan yang berpusat pada Sang Raja ini bisa menjadi satu-satunya cara agar kuasa yang sejati bisa diberikan kepada orang yang tidak akan merusak otoritas itu, ” William berpendapat.
 “Jalan ini akan membuat kita semua menjadi rendah hati.  Jika engkau tetap di jalan ini maka selubung, topeng, kepura-puraan, dan ambisi egoismu akan diangkat.  Kemudian kita bisa melihat kemuliaan-Nya.  Saat kita melihat kemuliaan-Nya dengan wajah yang tidak terselubung, kita akan diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya.  Jika kita melihat Dia dengan selubung yang masih terpasang maka gambar-Nya akan terdistoris (rusak), dan kita malah akan mencoba mengubah Dia seturut gambar kita.  Jalan ini untuk mempersiapkan kita untuk melihat kemuliaan-Nya dengan tanpa penutup apapun.”
 Aku merasakan suatu kehadiran dan berpaling untuk melihat Maria, Mark, dan sejumlah lainnya berdiri di dekatnya mendengarkan.
 “Silakan bergabung dengan kami,” kataku.
 “Ceritakan lebih banyak tentang melihat kemuliaan-Nya,” kata Maria yang lebih tua.
 
“Dengan senang hati,” aku memulai.  “Ini adalah kenang-kenanganku yang paling luar biasa, dan aku senang menceritakannya. Aku telah melihat Tuhan dua kali secara langsung.  Aku telah melihat Dia berkali-kali dalam mimpi dan penglihatan, tetapi melihat Dia secara pribadi itu berbeda.”
 “Apa bedanya?”  Mary yang lebih tua bertanya.
 “Ini seperti perbedaan antara menonton seseorang di sebuah film dan melihat mereka secara langsung.  Kalian melihat mereka berakting di film, tetapi kalian tidak benar-benar ada di hadapan mereka. Meskipun aku telah melihat Tuhan dua kali dengan mata jasmaniku, kalian tidak harus melihat Dia dengan mata kalian jika mata rohani kalian telah terbuka.  Bahkan ketika Dia tidak dapat terlihat dengan mata alami kita, berada di hadirat-Nya yang nyata adalah pengalaman terbesar yang kita bisa alami.  Tidak ada hal lain di dunia ini yang dapat memuaskan kalian seperti berada di hadapan hadirat Tuhan secara nyata.  Karena kita diciptakan untuk bersekutu dengan Tuhan, ini adalah kerinduan yang terdalam di hati manusia, dan tidak ada hal lain yang bisa dibandingkan dengannya.”
 “Aku rasa aku sudah merasakannya, tetapi tidak seperti yang kaugambarkan,” lanjut Mary yang lebih tua.  “Aku  ingin merasakannya.  Kadang-kadang aku berpikir bahwa jika aku bisa melihat Tuhan atau malaikat, maka aku tidak akan punya banyak pertanyaan.”
 
“Mary, itu mungkin benar, tetapi kupikir Dia ingin engkau memiliki pertanyaan itu.  Aku berpikir kalian dipanggil untuk mengetahui hal-hal yang dalam dari Tuhan, dan Dia telah menempatkan di dalam kalian suatu hati yang mencari, yang tidak akan menerima jawaban yang dangkal.
 “Aku tidak berpikir hal-hal yang aku alami terjadi karena aku ini istimewa.  Aku beranggapan apa pun yang aku alami dapat diterima oleh siapa saja yang cukup menginginkan semua itu dengan mencari-Nya.  Aku mulai meminta pengalaman ini ketika aku masih menjadi seorang Kristen baru.  Ketika aku membaca tentang semua itu dalam Kitab Suci, aku sangat merindukan mereka sehingga aku tidak bisa tidak untuk memohonkannya pada Tuhan.  Aku melakukan ini selama bertahun-tahun sebelum hal itu mulai terjadi, tetapi itu semua layak untuk ditunggu.  Tidak harus bertahun-tahun untukmu, tetapi kamu harus cukup menginginkan ini untuk mencari, untuk mengetuk pintu-Nya, dan untuk mengejar-Nya tanpa putus asa.”
 “Apakah kau yakin ini tidak terjadi padamu karena engkau memiliki panggilan khusus?”  Mary yang lebih muda menyela menyela.
 “Beberapa di antaranya mungkin karena itu, tetapi aku juga tahu ini adalah sesuatu yang dapat kauinginkan, kejar, dan terima. 
Tuhan menginginkan hubungan yang paling intim dengan semua orang, tetapi Dia hanya akan mendekat kepada mereka yang cukup menginginkan Dia sehingga mendekat kepada-Nya.”
(Bersambung ke Bagian 29)
SERI THE PATH: FIRE ON THE MOUNTAIN BY RICK JOYNER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *